ANALISA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN METODE GIROUX ATAS PRAKTIK MANAJEMEN LABA (STUDI PADA 10 BESAR PERUSAHAAN LQ45 PERIODE 2007-2013) Linda Marceline, Gatot Soepriyanto Binus University, Jln. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530, +628999882668 [email protected] ABSTRACT This study was conducted to analyze the quality of the disclosure of financial statements to the company on the basis of earnings management practices to detect earnings manipulation (Earnings Magic). Practices that can be done by management to manipulate earnings is in recognition some item of the company's financial statements. Practice of earnings manipulation can be detected from not available or lack of information presented by the company. The method used in the analysis quality of the company's financial statements is to provide ratings / rankings to A-F based on Giroux Method, and the object of research was conducted on 10 companies LQ45. Analysis done by grouping and attention to the increase or decrease of items in the financial statements, and whether or not presented in the notes of disclosure. The average results of rating / ranking in the top 10 companies are C where C means the disclosure of the company is at an average level or adequate enough, but the potential for earnings manipulation, especially on pensions, revenue recognition, accounts receivable, and short term debt. A good quality of financial reporting is informative financial statements or provide a lot of information by just reading the report, and the discovery there are still shortcomings in the disclosure of financial statements in these large companies. Keywords: Financial Reporting Quality, Earnings Management and Earnings Magic. ABSTRAK: Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa pengungkapan kualitas laporan keuangan suatu perusahaan atas dasar praktik manajemen laba untuk mendeteksi terjadinya manipulasi laba (Earnings Magic). Praktik-praktik yang dapat dilakukan oleh manajemen laba adalah dengan melakukan manipulasi laba dalam pengakuan laporan keuangan perusahaan. Tindakan manipulasi laba dapat dideteksi dari tidak tersedia atau kurangnya informasi yang disajikan oleh perusahaan. Metode yang digunakan dalam analisa baik buruknya kualitas laporan keuangan perusahaan adalah dengan memberikan rating/peringkat A-F berdasarkan Metode Giroux, dan objek penelitian ini dilakukan pada 10 besar perusahaan LQ45. Analisa dilakukan dengan mengelompokkan dan memperhatikan naik turunnya item-item dalam laporan keuangan; dan disajikan atau tidaknya dalam catatan atas laporan keuangan. Rata-rata hasil rating/peringkat pada 10 besar perusahaan ini adalah C dimana C berarti pengungkapan perusahaan berada pada tingkat rata-rata atau cukup memadai namun adanya potensi tindakan manipulasi laba, khususnya pada item-item dana pensiun, pendapatan, piutang, dan pinjaman jangka pendek perusahaan. Kualitas laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan yang informatif atau memberikan banyak informasi dengan hanya membaca laporannya, dan ditemukannya masih ada kekurangan pada pengungkapan laporan keuangan dalam perusahaan-perusahaan besar ini. Kata Kunci: Kualitas Laporan Keuangan, Manajemen Laba, dan Manipulasi Laba. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Dalam lingkungan ekonomi, laporan keuangan perusahaan digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja perusahaan. Laporan keuangan perusahaan disusun dengan tujuan menyediakan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan serta perubahan posisi keuangan perusahaan itu sendiri yang bermanfaat bagi pembaca laporan keuangan (investor) dalam pengambilan keputusan dalam berinvestasi. Selanjutnya perusahaan menggunakan berbagai teknik agar laporan keuangannya dapat menarik perhatian investor, hal itu disebut dengan praktik manajemen laba (Zang, 2006). Manajemen laba menjadi topik atau isu yang hangat dibicarakan, dianalisa oleh para akademisi; bahkan menjadi tindakan yang hampir dilakukan oleh tiap perusahaan. Adanya dua hal yang berbeda antara para akademisi dengan para praktisi dari segi manajemen laba, para akademisi mendeteksi manajemen laba dengan tujuan mendapatkan informasi bagaimana manajemen perusahaan melakukan manajemen laba, apakah adanya tindakan manipulasi laba untuk menarik perhatian investor dan mempertahankan eksistensinya. Sedangkan para praktisi menggunakan praktik manajemen laba untuk memaksimalkan kinerja perusahaan dengan melakukan tindakan diluar peraturan yang telah ditetapkan (Miller, 2009). Tindakan manipulasi dalam manajemen laba dapat dilakukan berdasarkan pencatatan akuntansi atau kegiatan operasional perusahaan (Crumbley, Heitger, dan Smith, 2003). Adanya penelitian terdahulu dalam buku Giroux (2006), yang menganalisa kualitas laporan keuangan dan memberikan peringkat pada 30 perusahaan yang terdaftar dalam indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA). Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisa kinerja keuangan perusahaan, dengan analisa fundamental menggunakan rasio-rasio keuangan dan menilai item-item yang terkait dengan kepentingan para investor. Langkah kedua adalah dengan menentukan tingkat keandalan dalam laporan keuangan perusahaan melalui pengungkapan-pengungkapan umum. Langkah ketiga, mencari informasi yang berkaitan dengan laba atau earnings dari neraca agar sesuai dengan perhitungan rasio keuangan dan menafsirkan hasil keseluruhan. Dan langkah keempat adalah dengan memberikan peringkat atau rating terkait transparansi pelaporan keuangan. Pada penelitian Hidayat & Elisabet (2010), dilakukannya penelitian analisa dan mencari bukti empiris mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan perusahaan manufaktur di Indonesia yang menghasilkan independensi auditor, umur perusahaan, dan siklus operasional perusahaan memiliki pengaruh signifikasn pada kualitas laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini akan menganalisa bagaimana kualitas laporan keuangan dalam mendeteksi adanya praktik manipulasi laba atau manajemen laba di Indonesia, khususnya padaperusahaan yang terdaftar dalam indeks saham LQ45. Tetapi dalam penelitian ini tidak menganalisa seluruh perusahaan yang terdaftar dalam LQ45, penelitian ini hanya mengambil laporan keuangan tahun 2012 pada 10 perusahaan dimana perusahaan tersebut berturut-turut terdaftar dalam indeks saham LQ45 periode Februari 2007 – Juli 2013 dengan mengeluarkan industri perbankan dalam objek penelitian karena adanya pebedaan regulasi dalam industri perbankan. Penelitian ini juga membatasi penilaian atau analisa pada kualitas penyajian laporan keuangan perusahaan LQ45 pada tindakan manipulasi laba dalam praktik manajemen laba, tidak pada kinerja perusahaan itu sendiri. Sehingga penulis mengangkat judul, “ANALISA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN METODE GIROUX ATAS PRAKTIK MANAJEMEN LABA (STUDI PADA 10 BESAR PERUSAHAAN LQ45 PERIODE 2007-2013)” LANDASAN TEORI Manajemen Laba Manajemen laba merupakan pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan berdasarkan keinginan tercapainya tujuan spesifik tertentu dan keinginan memaksimalkan nilai pasar perusahaan. Pemahaman atas manajemen laba dibagi menjadi dua yaitu; Pertama Opportunistic Earnings Management, manajemen laba dilihat sebagai perilaku oportunis manajer dalam memaksimalkan kepentingannya menghadapi kontrak kompensasi, kontrak hutang, dan political cost; Kedua Efficient Earnings Management, dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka dari perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga (Scott, 2006). Dalam pemilihan kebijakan akuntansi, manajemen laba dapat mengendalikan transaksi akrual yaitu transaksi yang tidak berpengaruh terhadap aliran kas masuk ataupun kas keluar. Dalam transaksi akrual terdapat dua karakteristik yang berbeda, yaitu short term dan long term accruals. Short term accruals merupakan tindakan manajemen laba yang terkait dengan aset dan hutang lancar, sedangkan long term accruals terkait dengan aset dan hutang jangka panjang (Kusuma, 2006). Manajemen perusahaan akan lebih mudah melakukan praktik manajemen laba dengan memanipulasi data akuntansi yang terkait dengan long term discretionary accruals, karena tindakan tersebut tidak dapat dideteksi untuk beberapa periode akuntansi selanjutnya (Whelan dan McNamara, 2004). Praktik manajemen laba dalam laporan keuangan perusahaan merupakan pengakuan agresif dalam akuntansi, dengan memanipulasi angka melalui item-item dalam laporan keuangan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Giroux, 2004). Manipulasi Laba (Earnings Magic) Tindakan manipulasi dalam akuntansi, kecurangan, dan tindakan ilegal merupakan bagian dari lingkungan bisnis perusahaan. Dan laporan keuangan suatu perusahaan yang baik harus mencerminkan keadaan yang sebenarnya dan diungkapkan secara transparan. Karakteristik laporan keuangan yang baik adalah dengan adanya hal-hal penting seperti (1) strategi bisnis yang dapat disusun dengan baik, (2) struktur tata kelola perusahaan, (3) pelaporan yang lengkap dan tepat waktu, dan (4) transparansi. Dalam manajemen laba, praktik-praktik yang dapat dilakukan oleh manajemen laba adalah dengan melakukan manipulasi laba dalam pengakuan laporan keuangan perusahaan. Tindakan manipulasi laba dapat dideteksi dari tidak tersedia atau kurangnya informasi yang disajikan oleh perusahaan (Giroux, 2006). Para eksekutif keuangan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap pencapaian target laba dalam suatu periode dengan menggunakan analisa peramalan-peramalan, dan juga mereka bersedia melakukan tindakan manipulasi terhadap kegiatan yang nyata untuk dapat memenuhi target laba tersebut. Tindakan manipulasi yang dilakukan dapat mengurangi nilai perusahaan itu sendiri, karena tindakan yang dilakukan pada saat ini pasti akan memiliki efek negatif pada masa yang akan datang (Graham, Campbell, dan Rajgopal, 2004). Contohnya, pemberian diskon dalam upaya untuk meningkatkan penjualan dapat mengakibatkan para pelanggan mengharapkan atau menunggu diskon pada saat akan melakukan pembelian. Dalam buku Giroux, 2006 berjudul Earnings Magic and The Unbalance Sheet, mengungkapkan cara mendeteksi manipulasi laba dengan menggunakan istilah Big 8 (opsi saham, dana pensiun, pendapatan, beban, item khusus, saham treasuri, special purpose entity, dan akuisisi) dan Dirty 30 (analisa keuangan, isu akuntansi, tata kelola perusahaan, dan audit). Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas laba yang diungkapkan oleh perusahaan dan terkait transparansi untuk melihat signal terjadinya manipulasi laba. Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisa kinerja keuangan perusahaan, dengan analisa fundamental menggunakan rasio-rasio keuangan dan menilai item-item yang terkait dengan kepentingan para investor. Langkah kedua adalah dengan menentukan tingkat keandalan dalam laporan keuangan perusahaan melalui dirty 30. Langkah ketiga, mencari informasi yang berkaitan dengan laba atau earnings dari neraca agar sesuai dengan perhitungan rasio keuangan dan menafsirkan hasil keseluruhan. Dan langkah keempat adalah dengan memberikan peringkat atau rating terkait transparansi pelaporan keuangan, dengan menggunakan skala A – F. METODE PENELITIAN Analisa data dalam penulisan ini adalah dengan memberikan peringkat dalam laporan keuangan perusahaan yang telah dipilih menjadi objek penelitian. Standar peringkat yang dijadikan penilaian laporan keuangan perusahaan adalah dengan rating atau penilaian dalam skala A – F yang dikembangkan oleh Gary Giroux, 2006 dalam buku Earnings Magic and The Unbalance Sheet. Berikut penjelasan dari skala A – F yang dijadikan standar bagi penulis dalam melakukan rating atau penilaian dalam laporan keuangan perusahaan: Tabel 1 Penilaian skala A – F Skala A B Deskripsi Perusahaan transparan – pengungkapan dilakukan secara menyeluruh, pengungkapannya mendekati realitas keuangan, tidak adanya bukti dari pendapatan yang dimanipulasi, dan tidak adanya riwayat penyalahgunaan yang dilakukan perusahaan di masa lalu. Pengungkapan yang baik & realitas keuangan yang tinggi – C D F dengan terbatasnya bukti dari potensi masalah yang akan terjadi dan sedikit sejarah atau tidak adanya penyalahgunaan yang dilakukan perusahaan di masa lalu (atau bukti bahwa perusahaan telah mengubah cara-cara atau metode yang digunakan dalam laporan keuangannya). Perusahaan pada tingkat rata-rata – pengungkapan dan tingkat realitas keuangan telah memadai, adanya potensi tindakan manipulasi tetapi perusahaan tetap konsisten dengan praktik industri. Indikator pengungkapan yang tidak memadai, tidak mencerminkan sesuai dengan realitas keuangan perusahaan, transparansi laporan keuangan yang buruk, terdapat masalah potensial terhadap manipulasi, atau adanya bukti dari penyalahgunaan yang dilakukan perusahaan di masa lalu. Bukti Substansial dari masalah yang serius – adanya riwayat penyalahgunaan yang dilakukan perusahaan di masa lalu, dan diperburuk oleh kesalahan manajemen keuangan dengan pengungkapan yang menyesatkan dalam laporan keuangan. Dan berikut ini adalah kategori yang juga dikembangkan oleh Giroux (2006, 236) dalam pemberian peringkat laporan keuangan perusahaan: Tabel 2 Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Perusahaan Kategori Overview : Analisis Keuangan & Analisis Pasar Diskusi Angka-angka digunakan sebagai perhitungan rasio dasar dan analisisanalisis terkait. Analisis Overview Keuangan Diskusi Review laporan posisi keuangan menggunakan analisis common-size. Standar Rasio berdasarkan beberapa kategori Rasio dasar seperti likuiditas, leverage, aktivitas, dan kinerja perusahaan (profitabilitas); Grafik saham yang dibandingkan dengan tahun lalu dan dengan pesaing dan juga menggunakan rasio pasar. Bervariasi dari berbagai industri dan faktor lainnya; Altman’s Zscore dapat digunakan evaluasi resiko kredit. Grafik Saham & Rasio Pasar Rasio Lanjutan (Advanced) 8 Besar (Big 8) Risiko Adanya salah satu item yang muncul secara tidak biasa; berdasarkan perbandingan dengan tahun sebelumnya atau dengan pesaing. Nilai rasio yang rendah atau terlalu tinggi. Turunnya harga saham secara tidak terduga; rasio pasar yang rendah. Jatuhnya nilai Altman’s Z-score; analisa ini lebih memperhatikan pada industri terkait. Ini adalah manipulasi pendapatan dan realitas keuangan yang tebesar yang banyak dilakukan oleh perusahaan. Dari opsi saham sampai akuisisi, item ini yang paling memiliki kemungkinan besar bagi perusahaan melakukan penyimpangan pada realitas keuangan dan adanya potensi manipulasi. Analisis Opsi Saham Diskusi Opsi saham yang dijadikan sebagai kompensasi dibagi total saham. Dana Pensiun Relatif melaporkan tingkat pendanaan; menghitung biaya pensiun sebagai persentasi laba bersih berdasarkan status pendanaan. Pendapatan Fokus pada perubahan pendapatan pada tahun sebelumnya dan dengan pesaing. Membandingkan kedua akun untuk melihat kewajaran laporan keuangan; menghitung persentasi beban dari dari pendapatan. Mengevaluasi item-item yang tidak secara rutin muncul seperti item yang dihentikan. Mengevaluasi hubungan antara saham treasuri, dividen, dan opsi saham. Pendapatan dan Beban Item Khusus Saham Treasuri & Dividen Entitas Bertujuan Khusus Akuisisi 30 Item Lain-lain Mengevaluasi pengungkapan dari special purpose entity. Goodwill dibagi total aset; menghitung alokasi persentase dari tahun terjadinya akuisisi, terutama goodwill dijadikan sebagai persentase dari total biaya akuisisi. Risiko Opsi saham yang dijadikan sebagai kompensasi lebih besar dari 10% total saham yang berdar dapat dikategorikan sebagai dilusi saham. Kekurangan dana pada perencanaan dana pensiun dengan status pendanaan. Beban pensiun lebih dari 10% dari laba bersih. Pendapatan yang turun atau naik secara signifikan. Perubahan pendapatan yang menurun dan tidak menentu; pengakuan beban yang agresif. Semua item khusus yang bermasalah. Saham treasuri, opsi saham yang memiliki nilai yang besar. Keterbatasan dalam pelaporan special purpose entity. Goodwill lebih besar 10% dari total aset; goodwill memiliki nilai persentase yang besar dari harga akuisisi. Kategori yang membahas rasio lebih detail dan analisa keuangan, masalah kompleks mengenai akuntansi, dan tata kelola perusahaan Analisis Analisa Keuangan Diskusi Analisa berdasarkan likuiditas, resiko kredit, dan teknik kuantitatif lainnya termasuk piutang dan persediaan, beban Risiko Modal saham bernilai negatif, leverage yang tinggi, pola piutang dan persediaan yang SG&A, R&D, dan arus kas. Masalah Kompleks Akuntansi Tata Kelola Perusahaan Audit Wild Card Semua isu yang biasanya bersifat kualitatif, seperti pelaporan dari manajemen dan kontinjensi perusahaan. Kebijakan dan pengawasan dari dewan direksi. Auditor khususnya big4 : opini yang jelas dan dikeluarkan setelah akhir tahun fiskal. tidak biasa, besarnya beban SG&A, arus kas dari aktivitas operasional bernilai negatif. Masalah akuntansi yang tidak konsisten dengan strategi bisnis. Minimnya atau tidak ada anggota independen pada tata kelola perusahaan. Tanggal laporan audit. Lain-lain, menganalisa perusahaan yang menyajikan kembali laporan keuangannya dan diinvestigasi oleh SEC, dan analisa media bisnis. Analisis Pendapatan yang Disajikan kembali, Penyelidikan Regulasi Harga Saham Joker Diskusi Review laporan keuangan saat pendapatan disajikan kembali dalam periode yang lebih awal; berita-berita buruk yang biasanya dilaporkan dari media bisnis. Perubahan besar dalam harga saham. Pengumuman atau berita mengenai perusahaan. Risiko Biasanya tindakan memanipulasi pendapatan red flag (kondisi yang tidak biasa). Adanya peristiwa khusus yang diungkapkan. Berbagai bukti dari berita buruk. HASIL DAN BAHASAN Proses analisa dilakukan dengan melihat laporan keuangan tahun 2012 pada 10 besar perusahaan LQ45 secara satu per satu dan menganalisa pada item yang dijadikan fokus dalam penelitian serta pengungkapan nya pada catatan atas laporan keuangan. Metode Giroux yang digunakan dalam penelitian ini telah dianalisa sebelumnya karena perbedaan pengungkapan pelaporan laporan keuangan perusahaan Indonesia dengan perusahaan Amerika, sehingga adanya item-item dalam Metode Giroux dalam mendeteksi adanya manipulasi laba yang terpaksa untuk dihilangkan karena tidak diungkapkan atau sulitnya dideteksi dalam laporan keuangan tahunan pada perusahaan Indonesia. Berikut ini adalah hasil analisa atau hasil proses scoring pada laporan keuangan 10 besar perusahaan LQ45 periode 2007-2013: PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk, adanya concern atau kemungkinan terjadinya risiko dalam 30 dirty categories yaitu, Tabel 3 Detail Analisa Keuangan AALI Perusahaan AALI Working Capital = CA - CL (820.145) Piutang Usaha 2011 – 2012 608% Tingkat Risiko Kredit 60% Working capital bernilai negatif; piutang meningkat sebesar 608%, terlalu tinggi dengan peningkatan pendapatan yang hanya 7%; tinggi nya tingkat leverage yang berhubungan dengan tingginya tingkat risiko kredit perusahaan. Hal ini menimbulkan risiko perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya dan tingginya risiko kredit memungkinkan terjadinya tindakan seperti kamuflase hutang sehingga adanya kemungkinan perusahaan tidak mengungkapkan kondisi perusahaan secara transparan atau cenderung menutupi kondisi perusahaan yang sebenarnya. PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Aneka Tambang Tbk, adanya concern atau kemungkinan terjadinya risiko dalam overview laporan keuangan yaitu, Tabel 4 Analisa Common Size ANTM ribuan rupiah Kas dan setara kas Aset tetap TOTAL ASET 2012 3.868.574.769 2011 5.639.678.574 Vertikal Horizontal 20% (31%) 4.663.449.270 2.980.742.742 24% 56% 19.708.540.946 15.201.235.077 100% 30% Berdasarkan analisa vertikal, beberapa item dalam laporan keuangan seperti kas dan setara kas, aset tetap, total aset. Angka dalam kas dan setara kas menurun dari tahun 2011 ke tahun 2012 disebabkan oleh menurunnya kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi dan pendanaan, penurunan kas dan setara kas sebesar 31% terjadi karena penambahan pembelian aset tetap, dan peningkatan aset tetap berasal dari penambahan harga perolehan aset tetap termasuk reklasifikasi aset dalam penyelesaian. Penurunan nilai kas juga diikuti dengan penurunan rasio likuiditas sebesar 81%. Hal ini menimbulkan kemungkinan bahwa perusahaan akan mengalami risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya sehingga mendorong manajemen melakukan tindakan untuk menutupi risiko tersebut yang berdampak pada kualitas pengungkapan dan penyajian laporan keuangannya. PT Astra International Tbk (ASII) Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Astra International Tbk, adanya concern atau kemungkinan terjadinya risiko dalam 30 dirty categories yaitu, tata kelola perusahaan terdiri dari lima orang komisi independen dari 12 anggota komisaris dan ketua komite audit merupakan anggota independen. Adanya salah satu Dewan Komisaris Independen meninggal dunia pada tanggal 23 Desember 2012, dan satu Dewan Komisaris Independen yang mengundurkan diri efektif pada tanggal 14 Agustus 2012. Hal ini menimbulkan akan adanya benturan kepentingan pada saat penyusunan laporan keuangan perusahaan karena tugas dari anggota komisaris independen adalah menjaga transparansi penyajian laporan keuangan, sehingga dengan adanya dua anggota komisaris independen yang keluar menimbulkan adanya risiko pada transparansi laporan keuangan yang disajikan. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk, adanya concern atau kemungkinan terjadinya risiko dalam Big 8 yaitu, Tabel 5 Analisa Pendapatan INCO Pendapatan INCO 2012 967.327 2011 1.242.555 Selisih (22%) Penjualan diakui sebagai penghasilan ketika terjadi pengalihan risiko kepada pelanggan berdasarkan ketentuan dalam kontrak penjualan ketika produk tersebut berada dalam kondisi yang layak untuk dikirimkan dan tidak diperlukan proses lebih lanjut oleh, atau atas nama perseroan. Pengakuan penjualan ini membuat penjualan INCO menurun sebesar 22%. Penurunan pendapatan tidak sejalan dengan peningkatan piutang sebesar 71%. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pada pengungkapan penjualan perusahaan yang PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, adanya concern atau kemungkinan terjadinya risiko dalam overview laporan keuangan yaitu, Tabel 6 Detail Analisa Keuangan INDF Perusahaan INDF Pendapatan 10% Beban 17% Laba 2% Dalam detail analisa keuangan, laba tahun berjalan tahun 2012 menurun sebesar 2%, dimana pendapatan meningkat 10% dikarenakan beban pada tahun 2012 juga relatif meningkat. Hal ini menimbulkan kekahwatiran bahwa manajemen perusahaan tidak mampu melakukan alokasi beban atau adanya kemungkinan inappropriate expense yang juga mengkhawatirkan pengungkapan dalam laporan keuangan. PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, adanya concern atau kemungkinan terjadinya risiko dalam 30 dirty categories yaitu, Tabel 7 Detail Analisa Keuangan LSIP Detail Analisa Keuangan (LSIP) Utang Beban Bunga Piutang Usaha Penyisihan atas Penurunan Nilai secara Individual 2012 298.847 3.695 37.220 2011 112.218 3.873 101.261 Selisih 166% (5%) (63%) 393 36 992% Utang perusahaan meningkat sebesar 166%, diiringi dengan beban bunga yang menurun 5% (adanya indikasi SPE). Dan juga munculnya kenaikan penyisihan atas penurunan nilai piutang sebesar 992% sedangkan piutang usaha LSIP menurun sebesar 63% dari tahun 2011 ke tahun 2012. PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Perusahan Gas Negara Tbk, adanya concern atau kemungkinan terjadinya risiko dalam Big 8 yaitu, Tabel 8 Analisa Dana Pensiun PGAS Perusahaan PGAS Nilai Wajar dari aset program - Kewajiban Pensiun 6.591.705 Overfunded (+) / Underfunded (-) - Status Pendanaan - Beban Pensiun pada Laba Bersih 3,0% Dana pensiun yang diungkapkan oleh PGAS tidak mengungkapkan nilai wajar dari aset program pada imbalan kerja bagi karyawan sehingga tidak dapat diidentifikasi status pendanaan perusahaan. Beban pensiun pada laba bersih 3%. Maka dalam penilaian dana pensiun yang dimiliki perusahaan PGAS, PGAS termasuk dalam skala F karena dalam pengungkapan dana pensiun terjadi PGAS tidak mengungkapkan nilai wajar dari aset program pada imbalan kerja dan dalam hal beban pensiun PGAS tidak lebih dari 10% dari laba bersih. PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, adanya concern atau kemungkinan terjadinya risiko dalam Big 8 yaitu, Tabel 9 Analisa Dana Pensiun PTBA Perusahaan PTBA Nilai Wajar dari aset program 438.800 Kewajiban Pensiun Overfunded (+) / Underfunded (-) Status Pendana an 975.446 (536.646) (4,2%) Beban Pensiun pada Laba Bersih 12,3% Dana pensiun yang dimiliki PTBA underfunded Rp536.646 juta atau 4,2%. Beban pensiun pada laba bersih 12,3% lebih dari 10%. Maka dalam penilaian dana pensiun yang dimiliki perusahaan PTBA, PTBA termasuk dalam skala F karena dalam pengungkapan dana pensiun terjadi kekurangan dana pada perencanaan dana pensiun dengan status pendanaan dan dalam hal beban pensiun PTBA memiliki nilai lebih dari 10% dari laba bersih. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, adanya concern atau kemungkinan terjadinya risiko dalam Big 8 yaitu, Tabel 10 Analisa Saham Treasuri TLKM Perusahaan TLKM Saham Treasuri pada Laba Bersih 44% Saham Treasuri pada Ekuitas 12,04% Jumlah saham yang dibeli kembali sebesar 1.010.930.460 saham dengan nominal Rp8.067 miliar (43,93% dari laba bersih dan 12,04% dari ekuitas). Hal ini memungkinkan adanya tindakan manipulasi laba yang disembunyikan lewat akun saham treasuri yang dihasilkan lebih dari 10% dari akun laba bersih dan ekuitas perusahaan. Besarnya nilai saham treasuri ini memungkinkan adanya tindakan manipulasi laba atau manajemen perusahaan menyembunyikan tindakan manipulasi dalam pengakuan saham treasuri. PT United Tractors Tbk (UNTR) Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT United Tractors Tbk, adanya concern atau kemungkinan terjadinya risiko dalam Big 8 yaitu, Tabel 11 Analisa Dana Pensiun UNTR Perusahaan UNTR Nilai Wajar dari aset program Kewajiban Pensiun 239.345 1.444.533 Overfunded (+) / Underfunded (-) (1.205.188) Status Pendanaan (2,4%) Beban Pensiun pada Laba Bersih 11,1% Dana pensiun yang dimiliki UNTR underfunded Rp.1.205.188 juta atau 2,4%. Beban pensiun pada laba bersih 11,1% lebih dari 10% adanya indikasi manipulasi laba yang digunakan dalam pengungkapan dana pensiun. Maka dalam penilaian dana pensiun yang dimiliki perusahaan UNTR, UNTR termasuk dalam skala F karena dalam pengungkapan dana pensiun terjadi kekurangan dana pada perencanaan dana pensiun dengan status pendanaan dan dalam hal beban pensiun UNTR memiliki nilai lebih dari 10% dari laba bersih. Hasil dari setiap proses analisa item dalam laporan keuangan perusahaan diakumulasi sehingga mendapatkan hasil skala A-F per perusahaan yaitu disebutkan sebagai berikut: Perusahaan Skala Diskusi Dana pensiun underfunded, modal kerja (working capital) bernilai AALI C negatif, pola piutang yang tidak biasa, dan tingginya risiko dalam rasio keuangan perusahaan. Dana pensiun underfunded, pola piutang yang tidak biasa dengan ANTM B pendapatan, dan tingginya risiko dalam rasio keuangan perusahaan. Dana pensiun underfunded, pola piutang yang tidak biasa, dan ASII C tingginya risiko dalam rasio keuangan perusahaan. Dana pensiun underfunded, tingginya risiko dalam rasio keuangan INCO C perusahaan, penurunan pendapatan sebesar 22% dari tahun sebelumnya, adanya pola utang usaha dengan beban bunga yang tidak sesuai. Dana pensiun underfunded, proporsi kenaikan pendapatan dan INDF B beban yang tidak sesuai sehingga menghasilkan kenaikan laba yang minim. Dana pensiun underfunded 9,2%, beban pensiun pada laba bersih LSIP C 9,3%, tingginya risiko dalam rasio keuangan perusahaan, tingginya pengungkapan saham treasuri sebesar 16,83% dari laba bersih. Adanya pola yang tidak biasa terhadap piutang dan utang. Pengungkapan pada dana pensiun yang buruk, adanya pergantian PGAS C salah satu Direktur pada tahun 2012. Dana pensiun underfunded 4,2%, beban pensiun pada laba bersih PTBA C 12,3%, tidak ada pengungkapan pada masalah kompleks akuntansi seperti manajemen risiko, pola piutang yang tidak biasa. Dana pensiun underfunded, tingginya pengungkapan saham treasuri TLKM C sebesar 43,93% dari laba bersih dan 12,04% dari ekuitas, pola piutang usaha yang tidak biasa. Dana pensiun underfunded 2,4%, beban pensiun pada laba bersih UNTR C 11,1%, menurunnya harga saham, dan arus kas operasional menurun. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil analisis dan bahasan, hasil rating/peringkat pada laporan keuangan 10 besar perusahaan LQ45 cukup mengejutkan karena perusahaan yang umumnya dipercaya oleh investor sebagai saham yang paling likuid tidak memiliki kualitas pelaporan keuangan yang benar-benar transparan dan sesuai dengan realita keadaan ekonomi perusahaan. Mengacu pada teori Giroux, 2006 dalam praktik manajemen laba, praktik-praktik yang dilakukan oleh manajemen laba mendorong terjadinya manipulasi laba dalam pengakuan laporan keuangan perusahaan. Tindakan manipulasi laba dapat dideteksi dari tidak tersedia atau kurangnya informasi yang disajikan oleh perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya praktik manajemen laba yang dilakukan dengan memanipulasi laba karena 10 besar perusahaan LQ45 berada pada skala C yang berarti adanya potensi tindakan manipulasi laba dari praktik manajemen laba. Berikut adalah kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini: 1. Tidak adanya perusahaan yang mendapatkan rating/peringkat A, dan hanya 2 perusahaan (ANTM dan INDF) yang mendapatkan rating/peringkat B yang melakukan pengungkapan yang baik & realitas keuangan yang tinggi. Sisanya sebanyak 8 perusahaan mendapatkan rating/peringkat C yang berarti perusahaan berada pada tingkat rata-rata, pengungkapan dan tingkat realitas keuangan telah memadai, adanya potensi tindakan manipulasi tetapi perusahaan tetap konsisten dengan praktik industri. 2. 3. 4. Hasil analisa pada berbagai item dalam laporan keuangan yang diungkapkan dalam laporan keuangan 10 besar perusahaan LQ45 sudah cukup diungkapkan secara memadai terutama pada pengungkapan manajemen risiko, tata kelola perusahaan, dan kualitas auditor yang telah diungkapkan secara informatif oleh perusahaan. Sedangkan pada rasio keuangan, dana pensiun dan pola pendapatan dan piutang tidak diungkapkan secara informatif pada sebagian besar laporan keuangan 10 perusahaan LQ45. Pengungkapan laporan keuangan yang minim akan informasi dapat digunakan oleh manajemen perusahaan untuk melakukan tindakan manipulasi laba (earnings magic). Item yang sering menjadi sorotan dalam penelitian ini adalah dana pensiun yang underfunded (kekurangan dana), yang mana sebagian besar aset program dana pensiun suatu perusahaan tidak dapat menutupi kewajiban pensiun suatu perusahaan. Selanjutnya, pola pendapatan yang berhubungan dengan piutang dan utang usaha atau pinjaman jangka pendek juga merupakan item yang sering muncul secara signifikan dalam laporan keuangan perusahaan, yang mana beberapa pengungkapannya kurang informatif dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan. Rata-rata hasil peringkat terhadap kualitas penyajian laporan keuangan 10 besar perusahaan LQ45 berada pada skala C, diikuti dengan PT Indofood Tbk (INDF) sebagai perusahaan yang paling baik dalam segi pengungkapan dan penyajian nya. Sedangkan PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO) berada pada tingkat kualitas laporan keuangan yang paling kurang informatif dibandingkan dengan 10 perusahaan lainnya. Rata-rata yang diperoleh menunjukkan laporan keuangan 10 perusahaan LQ45 berada pada tingkat rata-rata pengungkapan dan tingkat realitas keuangan telah memadai, adanya potensi tindakan manipulasi tetapi perusahaan tetap konsisten dengan praktik industri. Saran Berdasarkan dari kesimpulan yang telah disebutkan, adanya saran-saran untuk berbagai pihak yang dihasilkan dari penelitian berdasarkan Metode Giroux adalah sebagai berikut: 1. Bagi manajemen perusahaan diharapkan lebih informatif dalam pengungkapan catatan atas laporan keuangan perusahaan, sehingga memberikan banyak masukan bagi para pengambil keputusan; 2. Bagi investor diharapkan lebih aktif sebelum menanam modal atau membeli saham dalam perusahaan, dengan adanya penelitian ini dapat digunakan menjadi masukan atau pengetahuan bagi investor atau para pembaca laporan keuangan; 3. Bagi penelitian selanjutnya akan menarik untuk melakukan penelitian yang sejenis tetapi dilakukan pada perusahaan non LQ45, karena hasil rating untuk 10 besar perusahaan LQ45 menunjukkan hasil pengungkapan yang masih berada di rating/peringkat C. REFERENSI Crumbley, P. D., Heitger, L. E., & Smith, S. (2003). Forensic & Investigative Accounting. Chicago: CCH Incorporated. Giroux, G. (2004). Detecting Earnings Management. New York: John Wiley & Sons Inc. Giroux, G. (2006). Earnings Magic and the Unbalance Sheet: The Search for Financial Reality. New York: John Wiley & Sons. Hidayat, W., & Elisabet. (2010). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelaporan Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia. 1-30. Kurniawan, R., & Kiswara, E. (2012). Perbedaan Perlakuan Akuntansi Atas Pengeluaran Penelitian dan Pengembangan Terhadap Kinerja Perusahaan. Diponegoro Journal Of Accounting , 1, pp. 1-2. Miller, J. E. (2009). The Development Of The Miller Ratio (MR): A Tool To Detect For The Possibility Of Earnings Management (EM). Journal of Business & Economics Research , 79-90. Scott, W. R. (2006). Financial Accounting Theory (4th Edition ed.). Whelan, C., & McNamara, R. (2004). The Impact of Earnings Management on the Value-relevance of Financial Statement Information. Working Papers Series . Zang, A. Z. (2006). Evidence on The Tradeoff between Real Manipulation and Accrual manipulation. Working Paper . RIWAYAT PENULIS Linda Marceline lahir di Jakarta, pada tanggal 21 Maret 1991. Penulis menyelesaikan pendidikan S1 jurusan akuntansi di Universitas Bina Nusantara pada tahun 2013. Saat ini penulis bekerja di bidang accounting and finance di perusahaan EL John Indonesia. Sebelumnya penulis aktif menjadi asisten laboratorium akuntansi di Universitas Bina Nusantara.