analisa kualitas laporan keuangan berdasarkan

advertisement
ANALISA KUALITAS LAPORAN KEUANGAN
BERDASARKAN METODE GIROUX ATAS
PRAKTIK MANAJEMEN LABA (STUDI PADA
10 BESAR PERUSAHAAN LQ45 PERIODE
2007-2013)
Linda Marceline, Gatot Soepriyanto
Binus University, Jln. Kebon Jeruk Raya No. 27, Jakarta Barat 11530, +628999882668
[email protected]
ABSTRACT
This study was conducted to analyze the quality of the disclosure of financial statements to the
company on the basis of earnings management practices to detect earnings manipulation
(Earnings Magic). Practices that can be done by management to manipulate earnings is in
recognition some item of the company's financial statements. Practice of earnings manipulation
can be detected from not available or lack of information presented by the company. The method
used in the analysis quality of the company's financial statements is to provide ratings /
rankings to A-F based on Giroux Method, and the object of research was conducted on 10
companies LQ45. Analysis done by grouping and attention to the increase or decrease of items
in the financial statements, and whether or not presented in the notes of disclosure. The average
results of rating / ranking in the top 10 companies are C where C means the disclosure of the
company is at an average level or adequate enough, but the potential for earnings
manipulation, especially on pensions, revenue recognition, accounts receivable, and short term
debt. A good quality of financial reporting is informative financial statements or provide a lot of
information by just reading the report, and the discovery there are still shortcomings in the
disclosure of financial statements in these large companies.
Keywords: Financial Reporting Quality, Earnings Management and Earnings Magic.
ABSTRAK:
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menganalisa pengungkapan kualitas laporan
keuangan suatu perusahaan atas dasar praktik manajemen laba untuk mendeteksi terjadinya
manipulasi laba (Earnings Magic). Praktik-praktik yang dapat dilakukan oleh manajemen laba
adalah dengan melakukan manipulasi laba dalam pengakuan laporan keuangan perusahaan.
Tindakan manipulasi laba dapat dideteksi dari tidak tersedia atau kurangnya informasi yang
disajikan oleh perusahaan. Metode yang digunakan dalam analisa baik buruknya kualitas
laporan keuangan perusahaan adalah dengan memberikan rating/peringkat A-F berdasarkan
Metode Giroux, dan objek penelitian ini dilakukan pada 10 besar perusahaan LQ45. Analisa
dilakukan dengan mengelompokkan dan memperhatikan naik turunnya item-item dalam laporan
keuangan; dan disajikan atau tidaknya dalam catatan atas laporan keuangan. Rata-rata hasil
rating/peringkat pada 10 besar perusahaan ini adalah C dimana C berarti pengungkapan
perusahaan berada pada tingkat rata-rata atau cukup memadai namun adanya potensi tindakan
manipulasi laba, khususnya pada item-item dana pensiun, pendapatan, piutang, dan pinjaman
jangka pendek perusahaan. Kualitas laporan keuangan yang baik adalah laporan keuangan
yang informatif atau memberikan banyak informasi dengan hanya membaca laporannya, dan
ditemukannya masih ada kekurangan pada pengungkapan laporan keuangan dalam
perusahaan-perusahaan besar ini.
Kata Kunci: Kualitas Laporan Keuangan, Manajemen Laba, dan Manipulasi Laba.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Dalam lingkungan ekonomi, laporan keuangan perusahaan digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi
kinerja perusahaan. Laporan keuangan perusahaan disusun dengan tujuan menyediakan informasi
mengenai posisi keuangan, kinerja perusahaan serta perubahan posisi keuangan perusahaan itu sendiri
yang bermanfaat bagi pembaca laporan keuangan (investor) dalam pengambilan keputusan dalam
berinvestasi. Selanjutnya perusahaan menggunakan berbagai teknik agar laporan keuangannya dapat
menarik perhatian investor, hal itu disebut dengan praktik manajemen laba (Zang, 2006). Manajemen laba
menjadi topik atau isu yang hangat dibicarakan, dianalisa oleh para akademisi; bahkan menjadi tindakan
yang hampir dilakukan oleh tiap perusahaan. Adanya dua hal yang berbeda antara para akademisi dengan
para praktisi dari segi manajemen laba, para akademisi mendeteksi manajemen laba dengan tujuan
mendapatkan informasi bagaimana manajemen perusahaan melakukan manajemen laba, apakah adanya
tindakan manipulasi laba untuk menarik perhatian investor dan mempertahankan eksistensinya.
Sedangkan para praktisi menggunakan praktik manajemen laba untuk memaksimalkan kinerja perusahaan
dengan melakukan tindakan diluar peraturan yang telah ditetapkan (Miller, 2009).
Tindakan manipulasi dalam manajemen laba dapat dilakukan berdasarkan pencatatan akuntansi atau
kegiatan operasional perusahaan (Crumbley, Heitger, dan Smith, 2003). Adanya penelitian terdahulu
dalam buku Giroux (2006), yang menganalisa kualitas laporan keuangan dan memberikan peringkat pada
30 perusahaan yang terdaftar dalam indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA). Langkah pertama yang
dilakukan adalah menganalisa kinerja keuangan perusahaan, dengan analisa fundamental menggunakan
rasio-rasio keuangan dan menilai item-item yang terkait dengan kepentingan para investor. Langkah
kedua adalah dengan menentukan tingkat keandalan dalam laporan keuangan perusahaan melalui
pengungkapan-pengungkapan umum. Langkah ketiga, mencari informasi yang berkaitan dengan laba atau
earnings dari neraca agar sesuai dengan perhitungan rasio keuangan dan menafsirkan hasil keseluruhan.
Dan langkah keempat adalah dengan memberikan peringkat atau rating terkait transparansi pelaporan
keuangan. Pada penelitian Hidayat & Elisabet (2010), dilakukannya penelitian analisa dan mencari bukti
empiris mengenai faktor-faktor apa yang mempengaruhi kualitas pelaporan keuangan perusahaan
manufaktur di Indonesia yang menghasilkan independensi auditor, umur perusahaan, dan siklus
operasional perusahaan memiliki pengaruh signifikasn pada kualitas laporan keuangan perusahaan.
Penelitian ini akan menganalisa bagaimana kualitas laporan keuangan dalam mendeteksi adanya praktik
manipulasi laba atau manajemen laba di Indonesia, khususnya padaperusahaan yang terdaftar dalam
indeks saham LQ45. Tetapi dalam penelitian ini tidak menganalisa seluruh perusahaan yang terdaftar
dalam LQ45, penelitian ini hanya mengambil laporan keuangan tahun 2012 pada 10 perusahaan dimana
perusahaan tersebut berturut-turut terdaftar dalam indeks saham LQ45 periode Februari 2007 – Juli 2013
dengan mengeluarkan industri perbankan dalam objek penelitian karena adanya pebedaan regulasi dalam
industri perbankan. Penelitian ini juga membatasi penilaian atau analisa pada kualitas penyajian laporan
keuangan perusahaan LQ45 pada tindakan manipulasi laba dalam praktik manajemen laba, tidak pada
kinerja perusahaan itu sendiri. Sehingga penulis mengangkat judul, “ANALISA KUALITAS
LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN METODE GIROUX ATAS PRAKTIK
MANAJEMEN LABA (STUDI PADA 10 BESAR PERUSAHAAN LQ45 PERIODE 2007-2013)”
LANDASAN TEORI
Manajemen Laba
Manajemen laba merupakan pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
berdasarkan keinginan tercapainya tujuan spesifik tertentu dan keinginan memaksimalkan nilai pasar
perusahaan. Pemahaman atas manajemen laba dibagi menjadi dua yaitu; Pertama Opportunistic Earnings
Management, manajemen laba dilihat sebagai perilaku oportunis manajer dalam memaksimalkan
kepentingannya menghadapi kontrak kompensasi, kontrak hutang, dan political cost; Kedua Efficient
Earnings Management, dimana manajemen laba memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi
diri mereka dari perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tidak terduga (Scott, 2006).
Dalam pemilihan kebijakan akuntansi, manajemen laba dapat mengendalikan transaksi akrual yaitu
transaksi yang tidak berpengaruh terhadap aliran kas masuk ataupun kas keluar. Dalam transaksi akrual
terdapat dua karakteristik yang berbeda, yaitu short term dan long term accruals. Short term accruals
merupakan tindakan manajemen laba yang terkait dengan aset dan hutang lancar, sedangkan long term
accruals terkait dengan aset dan hutang jangka panjang (Kusuma, 2006). Manajemen perusahaan akan
lebih mudah melakukan praktik manajemen laba dengan memanipulasi data akuntansi yang terkait
dengan long term discretionary accruals, karena tindakan tersebut tidak dapat dideteksi untuk beberapa
periode akuntansi selanjutnya (Whelan dan McNamara, 2004). Praktik manajemen laba dalam laporan
keuangan perusahaan merupakan pengakuan agresif dalam akuntansi, dengan memanipulasi angka
melalui item-item dalam laporan keuangan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Giroux, 2004).
Manipulasi Laba (Earnings Magic)
Tindakan manipulasi dalam akuntansi, kecurangan, dan tindakan ilegal merupakan bagian dari
lingkungan bisnis perusahaan. Dan laporan keuangan suatu perusahaan yang baik harus mencerminkan
keadaan yang sebenarnya dan diungkapkan secara transparan. Karakteristik laporan keuangan yang baik
adalah dengan adanya hal-hal penting seperti (1) strategi bisnis yang dapat disusun dengan baik, (2)
struktur tata kelola perusahaan, (3) pelaporan yang lengkap dan tepat waktu, dan (4) transparansi. Dalam
manajemen laba, praktik-praktik yang dapat dilakukan oleh manajemen laba adalah dengan melakukan
manipulasi laba dalam pengakuan laporan keuangan perusahaan. Tindakan manipulasi laba dapat
dideteksi dari tidak tersedia atau kurangnya informasi yang disajikan oleh perusahaan (Giroux, 2006).
Para eksekutif keuangan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap pencapaian target laba dalam suatu
periode dengan menggunakan analisa peramalan-peramalan, dan juga mereka bersedia melakukan
tindakan manipulasi terhadap kegiatan yang nyata untuk dapat memenuhi target laba tersebut. Tindakan
manipulasi yang dilakukan dapat mengurangi nilai perusahaan itu sendiri, karena tindakan yang dilakukan
pada saat ini pasti akan memiliki efek negatif pada masa yang akan datang (Graham, Campbell, dan
Rajgopal, 2004). Contohnya, pemberian diskon dalam upaya untuk meningkatkan penjualan dapat
mengakibatkan para pelanggan mengharapkan atau menunggu diskon pada saat akan melakukan
pembelian.
Dalam buku Giroux, 2006 berjudul Earnings Magic and The Unbalance Sheet, mengungkapkan cara
mendeteksi manipulasi laba dengan menggunakan istilah Big 8 (opsi saham, dana pensiun, pendapatan,
beban, item khusus, saham treasuri, special purpose entity, dan akuisisi) dan Dirty 30 (analisa keuangan,
isu akuntansi, tata kelola perusahaan, dan audit). Tujuannya adalah untuk mengetahui kualitas laba yang
diungkapkan oleh perusahaan dan terkait transparansi untuk melihat signal terjadinya manipulasi laba.
Langkah pertama yang dilakukan adalah menganalisa kinerja keuangan perusahaan, dengan analisa
fundamental menggunakan rasio-rasio keuangan dan menilai item-item yang terkait dengan kepentingan
para investor. Langkah kedua adalah dengan menentukan tingkat keandalan dalam laporan keuangan
perusahaan melalui dirty 30. Langkah ketiga, mencari informasi yang berkaitan dengan laba atau earnings
dari neraca agar sesuai dengan perhitungan rasio keuangan dan menafsirkan hasil keseluruhan. Dan
langkah keempat adalah dengan memberikan peringkat atau rating terkait transparansi pelaporan
keuangan, dengan menggunakan skala A – F.
METODE PENELITIAN
Analisa data dalam penulisan ini adalah dengan memberikan peringkat dalam laporan keuangan
perusahaan yang telah dipilih menjadi objek penelitian. Standar peringkat yang dijadikan penilaian
laporan keuangan perusahaan adalah dengan rating atau penilaian dalam skala A – F yang dikembangkan
oleh Gary Giroux, 2006 dalam buku Earnings Magic and The Unbalance Sheet.
Berikut penjelasan dari skala A – F yang dijadikan standar bagi penulis dalam melakukan rating atau
penilaian dalam laporan keuangan perusahaan:
Tabel 1 Penilaian skala A – F
Skala
A
B
Deskripsi
Perusahaan transparan –
pengungkapan dilakukan secara menyeluruh, pengungkapannya mendekati realitas
keuangan, tidak adanya bukti dari pendapatan yang dimanipulasi, dan tidak adanya
riwayat penyalahgunaan yang dilakukan perusahaan di masa lalu.
Pengungkapan yang baik & realitas keuangan yang tinggi –
C
D
F
dengan terbatasnya bukti dari potensi masalah yang akan terjadi dan sedikit sejarah
atau tidak adanya penyalahgunaan yang dilakukan perusahaan di masa lalu (atau
bukti bahwa perusahaan telah mengubah cara-cara atau metode yang digunakan
dalam laporan keuangannya).
Perusahaan pada tingkat rata-rata –
pengungkapan dan tingkat realitas keuangan telah memadai, adanya potensi
tindakan manipulasi tetapi perusahaan tetap konsisten dengan praktik industri.
Indikator pengungkapan yang tidak memadai,
tidak mencerminkan sesuai dengan realitas keuangan perusahaan, transparansi
laporan keuangan yang buruk, terdapat masalah potensial terhadap manipulasi, atau
adanya bukti dari penyalahgunaan yang dilakukan perusahaan di masa lalu.
Bukti Substansial dari masalah yang serius –
adanya riwayat penyalahgunaan yang dilakukan perusahaan di masa lalu, dan
diperburuk oleh kesalahan manajemen keuangan dengan pengungkapan yang
menyesatkan dalam laporan keuangan.
Dan berikut ini adalah kategori yang juga dikembangkan oleh Giroux (2006, 236) dalam
pemberian peringkat laporan keuangan perusahaan:
Tabel 2 Kriteria Penilaian Laporan Keuangan Perusahaan
Kategori
Overview : Analisis
Keuangan & Analisis
Pasar
Diskusi
Angka-angka digunakan sebagai perhitungan rasio dasar dan analisisanalisis terkait.
Analisis
Overview
Keuangan
Diskusi
Review laporan posisi
keuangan menggunakan
analisis common-size.
Standar Rasio
berdasarkan
beberapa
kategori
Rasio dasar seperti
likuiditas, leverage,
aktivitas, dan kinerja
perusahaan
(profitabilitas);
Grafik saham yang
dibandingkan dengan
tahun lalu dan dengan
pesaing dan juga
menggunakan rasio
pasar.
Bervariasi dari berbagai
industri dan faktor
lainnya; Altman’s Zscore dapat digunakan
evaluasi resiko kredit.
Grafik Saham
& Rasio Pasar
Rasio Lanjutan
(Advanced)
8 Besar (Big 8)
Risiko
Adanya salah satu
item yang muncul
secara tidak biasa;
berdasarkan
perbandingan dengan
tahun sebelumnya
atau dengan pesaing.
Nilai rasio yang
rendah atau terlalu
tinggi.
Turunnya harga
saham secara tidak
terduga; rasio pasar
yang rendah.
Jatuhnya nilai
Altman’s Z-score;
analisa ini lebih
memperhatikan pada
industri terkait.
Ini adalah manipulasi pendapatan dan realitas keuangan yang tebesar
yang banyak dilakukan oleh perusahaan. Dari opsi saham sampai
akuisisi, item ini yang paling memiliki kemungkinan besar bagi
perusahaan melakukan penyimpangan pada realitas keuangan dan
adanya potensi manipulasi.
Analisis
Opsi Saham
Diskusi
Opsi saham yang
dijadikan sebagai
kompensasi dibagi total
saham.
Dana Pensiun
Relatif melaporkan
tingkat pendanaan;
menghitung biaya
pensiun sebagai persentasi
laba bersih berdasarkan
status pendanaan.
Pendapatan
Fokus pada perubahan
pendapatan pada tahun
sebelumnya dan dengan
pesaing.
Membandingkan kedua
akun untuk melihat
kewajaran laporan
keuangan; menghitung
persentasi beban dari dari
pendapatan.
Mengevaluasi item-item
yang tidak secara rutin
muncul seperti item yang
dihentikan.
Mengevaluasi hubungan
antara saham treasuri,
dividen, dan opsi saham.
Pendapatan dan
Beban
Item Khusus
Saham Treasuri
& Dividen
Entitas
Bertujuan
Khusus
Akuisisi
30 Item Lain-lain
Mengevaluasi
pengungkapan dari
special purpose entity.
Goodwill dibagi total aset;
menghitung alokasi
persentase dari tahun
terjadinya akuisisi,
terutama goodwill
dijadikan sebagai
persentase dari total biaya
akuisisi.
Risiko
Opsi saham yang
dijadikan sebagai
kompensasi lebih
besar dari 10% total
saham yang berdar
dapat dikategorikan
sebagai dilusi
saham.
Kekurangan dana
pada perencanaan
dana pensiun
dengan status
pendanaan. Beban
pensiun lebih dari
10% dari laba
bersih.
Pendapatan yang
turun atau naik
secara signifikan.
Perubahan
pendapatan yang
menurun dan tidak
menentu;
pengakuan beban
yang agresif.
Semua item khusus
yang bermasalah.
Saham treasuri, opsi
saham yang
memiliki nilai yang
besar.
Keterbatasan dalam
pelaporan special
purpose entity.
Goodwill lebih
besar 10% dari total
aset; goodwill
memiliki nilai
persentase yang
besar dari harga
akuisisi.
Kategori yang membahas rasio lebih detail dan analisa keuangan,
masalah kompleks mengenai akuntansi, dan tata kelola perusahaan
Analisis
Analisa
Keuangan
Diskusi
Analisa berdasarkan
likuiditas, resiko kredit,
dan teknik kuantitatif
lainnya termasuk piutang
dan persediaan, beban
Risiko
Modal saham
bernilai negatif,
leverage yang tinggi,
pola piutang dan
persediaan yang
SG&A, R&D, dan arus
kas.
Masalah
Kompleks
Akuntansi
Tata Kelola
Perusahaan
Audit
Wild Card
Semua isu yang biasanya
bersifat kualitatif, seperti
pelaporan dari
manajemen dan
kontinjensi perusahaan.
Kebijakan dan
pengawasan dari dewan
direksi.
Auditor khususnya big4 :
opini yang jelas dan
dikeluarkan setelah akhir
tahun fiskal.
tidak biasa, besarnya
beban SG&A, arus
kas dari aktivitas
operasional bernilai
negatif.
Masalah akuntansi
yang tidak konsisten
dengan strategi
bisnis.
Minimnya atau tidak
ada anggota
independen pada tata
kelola perusahaan.
Tanggal laporan
audit.
Lain-lain, menganalisa perusahaan yang menyajikan kembali laporan
keuangannya dan diinvestigasi oleh SEC, dan analisa media bisnis.
Analisis
Pendapatan yang
Disajikan kembali,
Penyelidikan
Regulasi
Harga Saham
Joker
Diskusi
Review laporan
keuangan saat
pendapatan disajikan
kembali dalam
periode yang lebih
awal; berita-berita
buruk yang biasanya
dilaporkan dari media
bisnis.
Perubahan besar
dalam harga saham.
Pengumuman atau
berita mengenai
perusahaan.
Risiko
Biasanya tindakan
memanipulasi
pendapatan red flag
(kondisi yang tidak
biasa).
Adanya peristiwa
khusus yang
diungkapkan.
Berbagai bukti dari
berita buruk.
HASIL DAN BAHASAN
Proses analisa dilakukan dengan melihat laporan keuangan tahun 2012 pada 10 besar perusahaan LQ45
secara satu per satu dan menganalisa pada item yang dijadikan fokus dalam penelitian serta
pengungkapan nya pada catatan atas laporan keuangan. Metode Giroux yang digunakan dalam penelitian
ini telah dianalisa sebelumnya karena perbedaan pengungkapan pelaporan laporan keuangan perusahaan
Indonesia dengan perusahaan Amerika, sehingga adanya item-item dalam Metode Giroux dalam
mendeteksi adanya manipulasi laba yang terpaksa untuk dihilangkan karena tidak diungkapkan atau
sulitnya dideteksi dalam laporan keuangan tahunan pada perusahaan Indonesia. Berikut ini adalah hasil
analisa atau hasil proses scoring pada laporan keuangan 10 besar perusahaan LQ45 periode 2007-2013:
PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI)
Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Astra Agro Lestari Tbk, adanya concern atau
kemungkinan terjadinya risiko dalam 30 dirty categories yaitu,
Tabel 3 Detail Analisa Keuangan AALI
Perusahaan
AALI
Working Capital =
CA - CL
(820.145)
Piutang Usaha
2011 – 2012
608%
Tingkat Risiko Kredit
60%
Working capital bernilai negatif; piutang meningkat sebesar 608%, terlalu tinggi dengan peningkatan
pendapatan yang hanya 7%; tinggi nya tingkat leverage yang berhubungan dengan tingginya tingkat
risiko kredit perusahaan. Hal ini menimbulkan risiko perusahaan tidak dapat memenuhi kewajibannya dan
tingginya risiko kredit memungkinkan terjadinya tindakan seperti kamuflase hutang sehingga adanya
kemungkinan perusahaan tidak mengungkapkan kondisi perusahaan secara transparan atau cenderung
menutupi kondisi perusahaan yang sebenarnya.
PT Aneka Tambang Tbk (ANTM)
Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Aneka Tambang Tbk, adanya concern atau
kemungkinan terjadinya risiko dalam overview laporan keuangan yaitu,
Tabel 4 Analisa Common Size ANTM
ribuan rupiah
Kas dan setara kas
Aset tetap
TOTAL ASET
2012
3.868.574.769
2011
5.639.678.574
Vertikal
Horizontal
20%
(31%)
4.663.449.270
2.980.742.742
24%
56%
19.708.540.946
15.201.235.077
100%
30%
Berdasarkan analisa vertikal, beberapa item dalam laporan keuangan seperti kas dan setara kas, aset tetap,
total aset. Angka dalam kas dan setara kas menurun dari tahun 2011 ke tahun 2012 disebabkan oleh
menurunnya kas bersih yang diperoleh dari aktivitas operasi dan pendanaan, penurunan kas dan setara kas
sebesar 31% terjadi karena penambahan pembelian aset tetap, dan peningkatan aset tetap berasal dari
penambahan harga perolehan aset tetap termasuk reklasifikasi aset dalam penyelesaian. Penurunan nilai
kas juga diikuti dengan penurunan rasio likuiditas sebesar 81%. Hal ini menimbulkan kemungkinan
bahwa perusahaan akan mengalami risiko tidak dapat memenuhi kewajibannya sehingga mendorong
manajemen melakukan tindakan untuk menutupi risiko tersebut yang berdampak pada kualitas
pengungkapan dan penyajian laporan keuangannya.
PT Astra International Tbk (ASII)
Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Astra International Tbk, adanya concern atau
kemungkinan terjadinya risiko dalam 30 dirty categories yaitu, tata kelola perusahaan terdiri dari lima
orang komisi independen dari 12 anggota komisaris dan ketua komite audit merupakan anggota
independen. Adanya salah satu Dewan Komisaris Independen meninggal dunia pada tanggal 23 Desember
2012, dan satu Dewan Komisaris Independen yang mengundurkan diri efektif pada tanggal 14 Agustus
2012. Hal ini menimbulkan akan adanya benturan kepentingan pada saat penyusunan laporan keuangan
perusahaan karena tugas dari anggota komisaris independen adalah menjaga transparansi penyajian
laporan keuangan, sehingga dengan adanya dua anggota komisaris independen yang keluar menimbulkan
adanya risiko pada transparansi laporan keuangan yang disajikan.
PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Vale Indonesia Tbk, adanya concern atau kemungkinan
terjadinya risiko dalam Big 8 yaitu,
Tabel 5 Analisa Pendapatan INCO
Pendapatan
INCO
2012
967.327
2011
1.242.555
Selisih
(22%)
Penjualan diakui sebagai penghasilan ketika terjadi pengalihan risiko kepada pelanggan berdasarkan
ketentuan dalam kontrak penjualan ketika produk tersebut berada dalam kondisi yang layak untuk
dikirimkan dan tidak diperlukan proses lebih lanjut oleh, atau atas nama perseroan. Pengakuan penjualan
ini membuat penjualan INCO menurun sebesar 22%. Penurunan pendapatan tidak sejalan dengan
peningkatan piutang sebesar 71%. Hal ini menimbulkan kekhawatiran pada pengungkapan penjualan
perusahaan yang
PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk, adanya concern atau
kemungkinan terjadinya risiko dalam overview laporan keuangan yaitu,
Tabel 6 Detail Analisa Keuangan INDF
Perusahaan
INDF
Pendapatan
10%
Beban
17%
Laba
2%
Dalam detail analisa keuangan, laba tahun berjalan tahun 2012 menurun sebesar 2%, dimana pendapatan
meningkat 10% dikarenakan beban pada tahun 2012 juga relatif meningkat. Hal ini menimbulkan
kekahwatiran bahwa manajemen perusahaan tidak mampu melakukan alokasi beban atau adanya
kemungkinan inappropriate expense yang juga mengkhawatirkan pengungkapan dalam laporan
keuangan.
PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP)
Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk, adanya concern
atau kemungkinan terjadinya risiko dalam 30 dirty categories yaitu,
Tabel 7 Detail Analisa Keuangan LSIP
Detail Analisa Keuangan (LSIP)
Utang
Beban Bunga
Piutang Usaha
Penyisihan atas Penurunan Nilai
secara Individual
2012
298.847
3.695
37.220
2011
112.218
3.873
101.261
Selisih
166%
(5%)
(63%)
393
36
992%
Utang perusahaan meningkat sebesar 166%, diiringi dengan beban bunga yang menurun 5% (adanya
indikasi SPE). Dan juga munculnya kenaikan penyisihan atas penurunan nilai piutang sebesar 992%
sedangkan piutang usaha LSIP menurun sebesar 63% dari tahun 2011 ke tahun 2012.
PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS)
Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Perusahan Gas Negara Tbk, adanya concern atau
kemungkinan terjadinya risiko dalam Big 8 yaitu,
Tabel 8 Analisa Dana Pensiun PGAS
Perusahaan
PGAS
Nilai
Wajar dari
aset
program
-
Kewajiban
Pensiun
6.591.705
Overfunded
(+) /
Underfunded
(-)
-
Status
Pendanaan
-
Beban
Pensiun
pada Laba
Bersih
3,0%
Dana pensiun yang diungkapkan oleh PGAS tidak mengungkapkan nilai wajar dari aset program pada
imbalan kerja bagi karyawan sehingga tidak dapat diidentifikasi status pendanaan perusahaan. Beban
pensiun pada laba bersih 3%. Maka dalam penilaian dana pensiun yang dimiliki perusahaan PGAS,
PGAS termasuk dalam skala F karena dalam pengungkapan dana pensiun terjadi PGAS tidak
mengungkapkan nilai wajar dari aset program pada imbalan kerja dan dalam hal beban pensiun PGAS
tidak lebih dari 10% dari laba bersih.
PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA)
Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, adanya concern
atau kemungkinan terjadinya risiko dalam Big 8 yaitu,
Tabel 9 Analisa Dana Pensiun PTBA
Perusahaan
PTBA
Nilai
Wajar dari
aset
program
438.800
Kewajiban
Pensiun
Overfunded (+)
/ Underfunded
(-)
Status
Pendana
an
975.446
(536.646)
(4,2%)
Beban
Pensiun
pada Laba
Bersih
12,3%
Dana pensiun yang dimiliki PTBA underfunded Rp536.646 juta atau 4,2%. Beban pensiun pada laba
bersih 12,3% lebih dari 10%. Maka dalam penilaian dana pensiun yang dimiliki perusahaan PTBA, PTBA
termasuk dalam skala F karena dalam pengungkapan dana pensiun terjadi kekurangan dana pada
perencanaan dana pensiun dengan status pendanaan dan dalam hal beban pensiun PTBA memiliki nilai
lebih dari 10% dari laba bersih.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM)
Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk, adanya concern
atau kemungkinan terjadinya risiko dalam Big 8 yaitu,
Tabel 10 Analisa Saham Treasuri TLKM
Perusahaan
TLKM
Saham Treasuri pada Laba
Bersih
44%
Saham Treasuri pada Ekuitas
12,04%
Jumlah saham yang dibeli kembali sebesar 1.010.930.460 saham dengan nominal Rp8.067 miliar (43,93%
dari laba bersih dan 12,04% dari ekuitas). Hal ini memungkinkan adanya tindakan manipulasi laba yang
disembunyikan lewat akun saham treasuri yang dihasilkan lebih dari 10% dari akun laba bersih dan
ekuitas perusahaan. Besarnya nilai saham treasuri ini memungkinkan adanya tindakan manipulasi laba
atau manajemen perusahaan menyembunyikan tindakan manipulasi dalam pengakuan saham treasuri.
PT United Tractors Tbk (UNTR)
Dalam menganalisa kualitas laporan keuangan PT United Tractors Tbk, adanya concern atau
kemungkinan terjadinya risiko dalam Big 8 yaitu,
Tabel 11 Analisa Dana Pensiun UNTR
Perusahaan
UNTR
Nilai Wajar
dari aset
program
Kewajiban
Pensiun
239.345
1.444.533
Overfunded
(+) /
Underfunded
(-)
(1.205.188)
Status
Pendanaan
(2,4%)
Beban
Pensiun
pada Laba
Bersih
11,1%
Dana pensiun yang dimiliki UNTR underfunded Rp.1.205.188 juta atau 2,4%. Beban pensiun pada laba
bersih 11,1% lebih dari 10% adanya indikasi manipulasi laba yang digunakan dalam pengungkapan dana
pensiun. Maka dalam penilaian dana pensiun yang dimiliki perusahaan UNTR, UNTR termasuk dalam
skala F karena dalam pengungkapan dana pensiun terjadi kekurangan dana pada perencanaan dana
pensiun dengan status pendanaan dan dalam hal beban pensiun UNTR memiliki nilai lebih dari 10% dari
laba bersih.
Hasil dari setiap proses analisa item dalam laporan keuangan perusahaan diakumulasi sehingga
mendapatkan hasil skala A-F per perusahaan yaitu disebutkan sebagai berikut:
Perusahaan
Skala
Diskusi
Dana pensiun underfunded, modal kerja (working capital) bernilai
AALI
C
negatif, pola piutang yang tidak biasa, dan tingginya risiko dalam
rasio keuangan perusahaan.
Dana pensiun underfunded, pola piutang yang tidak biasa dengan
ANTM
B
pendapatan, dan tingginya risiko dalam rasio keuangan perusahaan.
Dana pensiun underfunded, pola piutang yang tidak biasa, dan
ASII
C
tingginya risiko dalam rasio keuangan perusahaan.
Dana pensiun underfunded, tingginya risiko dalam rasio keuangan
INCO
C
perusahaan, penurunan pendapatan sebesar 22% dari tahun
sebelumnya, adanya pola utang usaha dengan beban bunga yang
tidak sesuai.
Dana pensiun underfunded, proporsi kenaikan pendapatan dan
INDF
B
beban yang tidak sesuai sehingga menghasilkan kenaikan laba yang
minim.
Dana pensiun underfunded 9,2%, beban pensiun pada laba bersih
LSIP
C
9,3%, tingginya risiko dalam rasio keuangan perusahaan, tingginya
pengungkapan saham treasuri sebesar 16,83% dari laba bersih.
Adanya pola yang tidak biasa terhadap piutang dan utang.
Pengungkapan pada dana pensiun yang buruk, adanya pergantian
PGAS
C
salah satu Direktur pada tahun 2012.
Dana pensiun underfunded 4,2%, beban pensiun pada laba bersih
PTBA
C
12,3%, tidak ada pengungkapan pada masalah kompleks akuntansi
seperti manajemen risiko, pola piutang yang tidak biasa.
Dana pensiun underfunded, tingginya pengungkapan saham treasuri
TLKM
C
sebesar 43,93% dari laba bersih dan 12,04% dari ekuitas, pola
piutang usaha yang tidak biasa.
Dana pensiun underfunded 2,4%, beban pensiun pada laba bersih
UNTR
C
11,1%, menurunnya harga saham, dan arus kas operasional
menurun.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan bahasan, hasil rating/peringkat pada laporan keuangan 10 besar perusahaan
LQ45 cukup mengejutkan karena perusahaan yang umumnya dipercaya oleh investor sebagai saham yang
paling likuid tidak memiliki kualitas pelaporan keuangan yang benar-benar transparan dan sesuai dengan
realita keadaan ekonomi perusahaan. Mengacu pada teori Giroux, 2006 dalam praktik manajemen laba,
praktik-praktik yang dilakukan oleh manajemen laba mendorong terjadinya manipulasi laba dalam
pengakuan laporan keuangan perusahaan. Tindakan manipulasi laba dapat dideteksi dari tidak tersedia
atau kurangnya informasi yang disajikan oleh perusahaan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya
praktik manajemen laba yang dilakukan dengan memanipulasi laba karena 10 besar perusahaan LQ45
berada pada skala C yang berarti adanya potensi tindakan manipulasi laba dari praktik manajemen laba.
Berikut adalah kesimpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini:
1. Tidak adanya perusahaan yang mendapatkan rating/peringkat A, dan hanya 2 perusahaan
(ANTM dan INDF) yang mendapatkan rating/peringkat B yang melakukan pengungkapan yang
baik & realitas keuangan yang tinggi. Sisanya sebanyak 8 perusahaan mendapatkan
rating/peringkat C yang berarti perusahaan berada pada tingkat rata-rata, pengungkapan dan
tingkat realitas keuangan telah memadai, adanya potensi tindakan manipulasi tetapi perusahaan
tetap konsisten dengan praktik industri.
2.
3.
4.
Hasil analisa pada berbagai item dalam laporan keuangan yang diungkapkan dalam laporan
keuangan 10 besar perusahaan LQ45 sudah cukup diungkapkan secara memadai terutama pada
pengungkapan manajemen risiko, tata kelola perusahaan, dan kualitas auditor yang telah
diungkapkan secara informatif oleh perusahaan. Sedangkan pada rasio keuangan, dana pensiun
dan pola pendapatan dan piutang tidak diungkapkan secara informatif pada sebagian besar
laporan keuangan 10 perusahaan LQ45. Pengungkapan laporan keuangan yang minim akan
informasi dapat digunakan oleh manajemen perusahaan untuk melakukan tindakan manipulasi
laba (earnings magic).
Item yang sering menjadi sorotan dalam penelitian ini adalah dana pensiun yang underfunded
(kekurangan dana), yang mana sebagian besar aset program dana pensiun suatu perusahaan tidak
dapat menutupi kewajiban pensiun suatu perusahaan. Selanjutnya, pola pendapatan yang
berhubungan dengan piutang dan utang usaha atau pinjaman jangka pendek juga merupakan
item yang sering muncul secara signifikan dalam laporan keuangan perusahaan, yang mana
beberapa pengungkapannya kurang informatif dalam catatan atas laporan keuangan perusahaan.
Rata-rata hasil peringkat terhadap kualitas penyajian laporan keuangan 10 besar perusahaan
LQ45 berada pada skala C, diikuti dengan PT Indofood Tbk (INDF) sebagai perusahaan yang
paling baik dalam segi pengungkapan dan penyajian nya. Sedangkan PT International Nickel
Indonesia Tbk (INCO) berada pada tingkat kualitas laporan keuangan yang paling kurang
informatif dibandingkan dengan 10 perusahaan lainnya. Rata-rata yang diperoleh menunjukkan
laporan keuangan 10 perusahaan LQ45 berada pada tingkat rata-rata pengungkapan dan tingkat
realitas keuangan telah memadai, adanya potensi tindakan manipulasi tetapi perusahaan tetap
konsisten dengan praktik industri.
Saran
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah disebutkan, adanya saran-saran untuk berbagai pihak yang
dihasilkan dari penelitian berdasarkan Metode Giroux adalah sebagai berikut:
1. Bagi manajemen perusahaan diharapkan lebih informatif dalam pengungkapan catatan atas
laporan keuangan perusahaan, sehingga memberikan banyak masukan bagi para pengambil
keputusan;
2. Bagi investor diharapkan lebih aktif sebelum menanam modal atau membeli saham dalam
perusahaan, dengan adanya penelitian ini dapat digunakan menjadi masukan atau pengetahuan
bagi investor atau para pembaca laporan keuangan;
3. Bagi penelitian selanjutnya akan menarik untuk melakukan penelitian yang sejenis tetapi
dilakukan pada perusahaan non LQ45, karena hasil rating untuk 10 besar perusahaan LQ45
menunjukkan hasil pengungkapan yang masih berada di rating/peringkat C.
REFERENSI
Crumbley, P. D., Heitger, L. E., & Smith, S. (2003). Forensic & Investigative Accounting. Chicago: CCH
Incorporated.
Giroux, G. (2004). Detecting Earnings Management. New York: John Wiley & Sons Inc.
Giroux, G. (2006). Earnings Magic and the Unbalance Sheet: The Search for Financial Reality. New
York: John Wiley & Sons.
Hidayat, W., & Elisabet. (2010). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Pelaporan Keuangan Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Go Public Di Indonesia. 1-30.
Kurniawan, R., & Kiswara, E. (2012). Perbedaan Perlakuan Akuntansi Atas Pengeluaran Penelitian dan
Pengembangan Terhadap Kinerja Perusahaan. Diponegoro Journal Of Accounting , 1, pp. 1-2.
Miller, J. E. (2009). The Development Of The Miller Ratio (MR): A Tool To Detect For The Possibility
Of Earnings Management (EM). Journal of Business & Economics Research , 79-90.
Scott, W. R. (2006). Financial Accounting Theory (4th Edition ed.).
Whelan, C., & McNamara, R. (2004). The Impact of Earnings Management on the Value-relevance of
Financial Statement Information. Working Papers Series .
Zang, A. Z. (2006). Evidence on The Tradeoff between Real Manipulation and Accrual manipulation.
Working Paper .
RIWAYAT PENULIS
Linda Marceline lahir di Jakarta, pada tanggal 21 Maret 1991. Penulis menyelesaikan pendidikan S1
jurusan akuntansi di Universitas Bina Nusantara pada tahun 2013. Saat ini penulis bekerja di bidang
accounting and finance di perusahaan EL John Indonesia. Sebelumnya penulis aktif menjadi asisten
laboratorium akuntansi di Universitas Bina Nusantara.
Download