I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cabai berasal Amerika Selatan dan menyebar ke negara‐negara benua Amerika, Eropa dan Asia termasuk Indonesia. Di Indonesia, tanaman cabai banyak ditemukan mulai dari Sabang hingga Merauke. Cabai (Capsicum Annuum L.) merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia. Cabai memiliki banyak kandungan gizi dan vitamin. Selain dijadikan bumbu masakan, cabai berkhasiat sebagai obat rematik, sariawan, pilek, dan penambah nafsu makan. Cabai diperlukan dalam berbagai industri yaitu industri bumbu masakan, industri makanan dan industri obat‐obatan atau jamu. Cabai berfungsi sebagai bahan baku industri yang memiliki peluang ekspor dan membuka kesempatan kerja. Cabai juga mempunyai kapasitas menaikkan pendapatan petani (Setiadi, 2011) Pada pertumbuhan tanaman cabai sangat dipengaruhi oleh faktor abiotik (air, intensitas cahaya, jenis tanah, pH tanah dan ketersediaan hara) dan faktor biotik (interaksi dengan organisme). Unsur hara merupakan salah satu dari faktor abiotik yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Unsur hara sangat diperlukan oleh tanaman selama masa pertumbuhan untuk mendapatkan produksi tanaman yang optimum. Produksi tanaman akan optimum pada kondisi hara tertentu. Apabila hara ditambahkan dalam jumlah berlebihan maka hasil tanaman justru menurun. Pembatas pertumbuhan tanaman yang umum dijumpai yaitu rendahnya kandungan hara di dalam tanah, terutama hara makro N, P dan K (Syukur et al., 2012). Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian yaitu dengan pemberian bahan organik tanah yang dapat meningkatkan bahan organik dalam tanah, meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur tanah, dan pertumbuhan mikroorganisme dalam tanah. Pemberian bahan organik tanah yang dilakukan pada awal pertanaman tidak dapat memenuhi kebutuhan hara pada tanaman karena unsur hara tidak selalu tersedia bagi tanaman. Penambahan pupuk organik cair ke tanah adalah salah satu cara untuk menambah unsur hara tersedia dan mempunyai kelebihan mampu menyediakan hara secara cepat bagi tanaman selama pertumbuhan tanaman berlangsung sehingga dapat mengatasi defisiensi hara dalam tanah (Rosmarkam dan Yuwono, 2002). Penggunaan pupuk organik dapat memelihara kesehatan dan kesuburan tanah dan tidak merusak lingkungan. Penggunaan pupuk organik dalam pertanian dapat 1 mengatasi harga pupuk buatan yang mahal dan terbatasnya pupuk buatan pabrik serta mencegah peningkatan polusi tanah karena pemakaian pupuk buatan yang terus menerus akan mengakibatkan kerusakan struktur tanah dan penurunan hasil produksi. Pupuk organik berbentuk cair dapat dimanfaatkan untuk kegiatan pertanian. Penggunaan pupuk organik cair seperti urin sapi dan urin sapi fermentasi dapat menjaga kesehatan tanah dan dapat memberi dampak positif bagi pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk cair yang berasal dari urin sapi dan urin sapi fermentasi memiliki unsur makro dan mikro yang dibutuhkan oleh tanaman. Penggunaan pupuk organik cair adalah cara yang cara yang paling tepat untuk menjaga kesehatan tanah. pemanfaatan pupuk organik dalam kegiatan pertanian juga mendukung penerapan konsep pertanian mandiri yang berkelanjutan (Hadisuwito, 2012). B. Tujuan 1. Mengetahui pengaruh pemberian pupuk cair urin sapi dan urin sapi fermentasi terhadap ketersediaan N, P, dan K di tanah Inceptisol. 2. Mempelajari pengaruh pemberian pupuk cair urin sapi dan urin sapi fermentasi terhadap serapan N, P, dan K pada tanaman cabai (Capsicum annum L.). 3. Mendapatkan takaran pupuk cair yang paling baik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman cabai (Capsicum annum L.). C. Manfaat Pemberian pupuk cair urin sapi dan urin sapi fermentasi diharapkan dapat memberikan terobosan bagi petani untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman cabai di tanah Inceptisol. 2