2. Komponen-komponen Subjective Well

advertisement
Hubungan Forgiveness dan
Subjective Well-Being pada
Wanita yang Pernah
Mengalami Kekerasan Psikis
dalam Berpacaran
Siti Meysaroh
18513569
Latar Belakang Masalah
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui
hubungan forgiveness dan subjective well-being
pada wanita yang pernah mengalami kekerasan
psikis dalam berpacaran.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi
terutama dalam bidang psikologi positif.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Wanita yang Pernah Mengalami Kekerasan
Psikis dalam Berpacaran
membantu agar lebih memahami bagaimana
dengan
memaafkan
dapat
memberikan
kesejahteraan subjektif pada diri individu, agar
pada
akhirnya
dapat
memotivasi
dan
meningkatkan perilaku memaafkan dalam diri
demi kesejahteraan hidupnya.
Manfaat Penelitian
b. Bagi Masyarakat
memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada
masyarakat mengenai pentingnya forgiveness demi
kesejahteraan subjektif. sehingga masyarakat akan
lebih termotivasi untuk meningkatkan perilaku
memaafkan agar mendapatkan kesejahteraan dalam
kehidupannya.
c. Bagi Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan
referensi bagi para peneliti selanjutnya yang ingin
meneliti mengenai hubungan antara forgiveness dan
subjective well-being.
Subjective well-being
1.
Subjective Well-Being
Linley dan Joseph (2004) mengatakan kesejahteraan subjektif atau
subjective well-being diterima secara luas sebagai jumlah dari kepuasan hidup
(komponen kognitif) ditambah dampak positif dan dikurangi dampak negatif
(komponen afektif). Kesejahteraan subjektif mengacu pada evaluasi
seseorang dalam hidup mereka termasuk penilaian kognitif, seperti kepuasan
hidup dan evaluasi afektif (mood dan emosi), seperti perasaan emosional
yang positif dan negatif. Orang yang memiliki kesejahteraan subjektif tinggi
jika mereka puas dengan kondisi hidup mereka, sering mengalami emosi
positif mereka dan jarang mengalami emosi negatif (Eddington & Shuman,
2005).
2.
Komponen-komponen Subjective Well-Being (Diener, dalam Eid &
Larsen, 2008)
a. Komponen Kognitif
b. Komponen Afektif
1) Afek Positif
2) Afek Negatif
Forgiveness
1. Definisi Forgiveness
Menurut McCullough (2000) memaafkan di definisikan sebagai
perubahan yang kompleks pada motivasi interpersonal individu yang
bersifat prososial yang terjadi setelah adanya kesalahan yang dilakukan
orang lain. Selanjutnya, Enright (dalam Lopez & Synder, 2004)
mengatakan forgiveness sebagai suatu bentuk kesiapan melepas hak yang
dimiliki seseorang untuk meremehkan, menyalahkan, dan membalas
dendam terhadap pelaku yang telah bertindak tidak benar terhadapnya, dan
diwaktu yang bersamaan mengembangkan kasih sayang dan kemurahan
hati.
2. Aspek-Aspek Forgiveness Menurut McCullough (2000)
a. Avoidance Motivation
b. Revenge Motivation
c. Beneviolence Motivation
Keterkaitan variabel X dan Y
Diener, Suh, dan Oishi (dalam Eid & Larsen, 2008), menjelaskan bahwa
individu dikatakan memiliki subjective well-being tinggi jika mengalami kepuasan
hidup, sering merasakan kegembiraan, dan jarang merasakan emosi yang tidak
menyenangkan seperti kesedihan atau kemarahan. Sebaliknya, individu dikatakan
memiliki subjective well-being rendah jika tidak puas dengan kehidupannya,
mengalami sedikit kegembiraan dan afeksi, serta lebih sering merasakan emosi
negatif seperti kemarahan atau kecemasan.
Jika masyarakat khususnya wanita yang mengalami kekerasan psikis
dalam berpacaran memiliki pemahaman mengenai forgiveness, maka akan dapat
memiliki kemungkinan atau kesempatan untuk mendapatkan kesejahteraan
subjektif (subjective well-being) dalam menghadapi permasalahan hidup yang di
alami.
Memaafkan mencerminkan perubahan prososial dalam motivasi
interpersonal, seperti penurunan motivasi untuk menghindari kontak pribadi dan
psikologis dengan pelaku, penurunan motivasi untuk membalas dendam dan
melihat kesalahan pelaku, meningkatkan motivasi menuju kebajikan (McCullough,
dalam Lopez & Synder, 2004)
Keterkaitan variabel X dan Y
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Scheidle (2010) telah dinyatakan bahwa pada umat kristiani
dewasa akhir kecenderungan memaafkan, kecenderungan
kebersyukuran, dan sifat kebersyukuran, bersama-sama menjadi
aspek yang paling menentukan bagi subjective well-being.
Selanjutnya penelitian sebelumnya oleh Green, Decourville, dan
Sadava (2012) menunjukkan bahwa hubungan memaafkan dan
kesehatan dimediasi oleh afek positif, afek negatif, stres, dan
keterkaitan antara afek negatif dan stres. Begitu pula dengan
penelitian yang dilakukan oleh Caraballo dkk (2008) menunjukan
bahwa afek negatif dan ruminasi kemarahan memediasi
hubungan antara memaafkan dan kualitas tidur melalui dua jalan.
Jalan pertama, afek negatif memediasi antara memaafkan dan
kualitas tidur, pada jalan yang kedua, afek negatif dan ruminasi
kemarahan keduanya berfungsi sebagai mediator.
Hipotesis penelitian
Berdasarkan uraian tinjauan pustaka di
atas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini, yaitu terdapat hubungan positif
forgiveness dan subjective well-being pada
wanita yang pernah mengalami kekerasan psikis
dalam berpacaran.
Metode penelitian
A. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Kriterium : Subjective Well-Being
2. Variabel Prediktor
: Forgiveness
B. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Subjective Well-Being
Subjective well-being merupakan suatu konsep umum yang mencakup
evaluasi kognitif seperti kepuasan hidup dan afektif seperti pengalaman emosi
yang menyenangkan, rendahnya tingkat suasana hati (mood) negatif. Subjective
well-being pada partisipan penelitian ini diketahui berdasarkan skor yang
diperoleh melalui skala SWLS (Satisfaction With Life Scale) diadaptasi dari
Lubis (2011) dan skala PANAS (Positive Affect Negative Affect Schedule)
diadaptasi dari Istianingtyas (2012) berdasarkan komponen-komponen
subjective well-being dari Diener (dalam Eid & Larsen 2008) yang meliputi
komponen kognitif dan komponen afektif. Semakin tinggi nilai skor yang
diperoleh maka semakin tinggi subjective well-being yang dimiliki dan
sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh maka semakin rendah pula
subjective well-being yang dimiliki.
Metode penelitian
2. Forgiveness
Forgiveness atau memaafkan adalah perubahan
motivasional yang bersifat prososial, melepaskan kemarahan
dengan menghindari dendam agar dapat mengembangkan
kepercayaan dan kasih sayang terhadap pelanggar. Forgiveness
pada partisipan penelitian ini diketahui berdasarkan skor yang
diperoleh melalui skala forgiveness diadaptasi dari Munthe
(2013) berdasarkan aspek-aspek forgiveness dari McCullough
(2000) yang meliputi Avoidance Motivation, Revenge
Motivation, dan Beneviolence Motivation. Semakin tinggi nilai
skor yang diperoleh maka semakin tinggi forgiveness yang
dimiliki dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh
maka semakin rendah pula forgiveness yang dimiliki.
Metode penelitian
C.
Partisipan Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah wanita yang
mengalami kekerasan psikis dalam berpacaran
dengan mengambil sampel sebanyak 100 orang.
Dengan karakteristik sampel usia 18 sampai 24
tahun, lama hubungan maksimal 5 tahun berpacaran,
dan maksimal 1 tahun setelah berakhirnya hubungan
berpacaran
Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian
ini adalah purposive sampling yang termasuk ke
dalam teknik nonprobability sampling.
Metode penelitian
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan terutama dengan metode kuesioner.
Kuesioner tersebut berisi data identitas diri subjek, skala Subjective well-being,
dan skala forgiveness.
1. Skala Subjective well-being
Skala Subjective well-being yang digunakan dalam
penelitian ini diadaptasi dari skala SWLS (Satisfaction With Life
Scale) pada penelitian Lubis (2011) dan skala PANAS (Positive
Affect Negative Affect Schedule) pada penelitian Istianingtyas
(2012) berdasarkan komponen-komponen subjective well-being
dari Diener (dalam Eid & Larsen 2008)
2. Skala Forgiveness
Skala forgiveness yang digunakan dalam penelitian ini
diadaptasi dari skala forgiveness pada penelitian Munthe (2013)
berdasarkan aspek-aspek forgiveness dari McCullough (2000).
Metode penelitian
E. Uji Validitas, Diskriminasi Aitem dan Uji Reliabilitas
1.
Uji Validitas
Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content
validity). Validitas isi (content validity) yang digunakan, yaitu validitas
logis (logical validity) dengan melakukan expert judgment dan validitas
tampang (face validity) dengan melakukan item wording.
2.
Uji Diskriminasi Aitem
Uji diskriminasi aitem pada penelitian ini menggunakan teknik item total
correlation.
3.
Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan formula Alpha
Cronbach.
F. Teknik Analisa Data
Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis korelasi product
moment pearson.
TERIMA KASIH
Download