BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Resiko merupakan kata yang lazim didengar dan biasanya memiliki konotasi yang negatif karena merupakan sesuatu yang tidak disukai. Aktivitas investasi berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan dari resiko dan ketidakpastian. Salah satunya adalah resiko usaha, yaitu resiko yang berkaitan dengan usaha perusahaan untuk menciptakan daya saing dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham. Saham merupakan salah satu instrumen pasar modal yang memberikan manfaat berupa dividen (bagian dari keuntungan yang dibagikan kepada pemilik saham); capital gain (keuntungan yang diperoleh dari selisih positif harga beli dan harga jual saham), dan manfaat nonfinansial, yaitu mempunyai hak suara dalam aktivitas perusahaan. Selain itu, saham merupakan jenis investasi yang cukup likuid artinya mudah dipindah tangankan. Bagi sebagian investor yang ingin bermain saham dengan aman dan memiliki modal yang besar lebih memilih menanamkan modalnya pada saham bluechip, karena saham yang tergolong saham bluechip memiliki ciri – ciri antara lain : (i) Kinerja keuangannya sehat, artinya dalam kondisi ekonomi normal dan stabil hampir selalu mencatat pertumbuhan laba bersih dari tahun ke tahun; (ii) membagikan dividen 1 kepada pemegang saham; (iii) jumlah saham yang beredar di masyarakat tinggi sehingga likuiditas saham di pasar juga tinggi; (iv) ditransaksikan pada harga yang wajar, pergerakan atau fluktuasi harga saham di pasar berlangsung secara wajar; (v) manajemen dikelola secara profesional (www.idx.co.id). Jika dilihat dari ciri tersebut, salah satu saham yang tergolong bluechip adalah saham BMRI milik PT. Bank Mandiri (Persero), Tbk. Namun demikian, harga pasar tetap saja tidak bisa dipastikan, selalu berubah sesuai penawaran dan permintaan. Harganya bisa naik dan bisa juga turun, tergantung situasi pasar saat itu. Oleh sebab itu, Seorang Investor sebagai pelaku di pasar modal perlu memperhatikan bagaimana caranya untuk meminimalisir resiko. Resiko saham dapat mengandung arti bahwa probabilitas tidak dicapainya atau menyimpang dari tingkat keuntungan yang diharapkan (expected returns). Semakin besar tingkat probabilitasnya maka semakin besar pula tingkat resikonya. Para Investor selalu ingin memaksimalkan return sedangkan dalam kenyataannya investasi selalu mengandung unsur resiko, kemungkinan perolehan yang diharapkan diterima di masa datang bisa lebih kecil atau lebih besar dari dana yang diinvestasikan. Untuk menghindari kerugian, seorang Investor harus mampu mengukur resiko dari harga saham bukan hanya mengkuti insting atau ikut – ikutan saja sebab bisa fatal akibatnya. Menurut Hull (2007) menyatakan bahwa orang pertama yang berupaya untuk memahami bagaimana menggunakan expected return sebagai taksiran dari risiko investasi adalah Prof. Harry Markowitz. Markowitz mencoba membentuk konsep 2 resiko dengan menggunakan konsep statistik yaitu varians dari return saham. Namun menurut Sartono dan Setiawan (2006) kelemahan dari pengukuran tersebut adalah dalam bentuk jumlah kerugian yang dialami dan tidak memberikan gambaran potensi atau probabilitas terjadinya kerugian. Sartono et al (2006) mengatakan bahwa metode Value at Risk memberikan jawaban dari kelemahan tersebut, selain itu, VaR dapat diaplikasikan kepada seluruh produk – produk finansial yang diperdagangkan. Menurut Jorion (2001) Value at Risk dapat digunakan untuk mengukur kerugian paling buruk yang dialami selama kurun waktu tertentu dalam kondisi pasar yang normal dengan tingkat kepercayaan tertentu. Menurut Cormac Butler (1999) perhitungan value at risk secara umum terdiri atas 3 cara yaitu metode variance-covariance, metode historical simulation dan monte carlo simulation. Dengan demikian, value at risk diharapkan dapat memberikan Investor saham BMRI suatu ukuran estimasi seberapa besar potensi kerugian maksimum yang dapat diperoleh dalam bentuk angka sehingga Investor dapat mengetahui dan menyiapkan pencadangan dana maksimum menghadapi kemungkinan kerugian yang terjadi di tahun 2013.. Dalam penelitian ini, penulis mencoba menghitung resiko harga saham BMRI dengan menggunakan metode variance – covariance. 1.2 Rumusan Masalah Berapakah potensi kerugian/resiko harga saham maksimum dari saham BMRI dengan menggunakan Value at Risk? 3 1.3 Pembatasan masalah 1. Data saham yang diambil adalah harga saham penutupan (close) harian dari tahun 2011-2012. 2. Tingkat keyakinan yang digunakan dalam menghitung potensi kerugian 95%. 1.4. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui berapa potensi kerugian/resiko harga saham maksimum dari saham BMRI dengan menggunakan metode Value at Risk. 1.5 Manfaat Penelitian Diharapkan dapat menjadi informasi bagi Investor saham BMRI berapa pencadangan dana maksimum yang harus disiapkan untuk menghadapi kemungkinan kerugian yang terjadi sepanjang tahun 2013. 4