evaluasi kinerja keuangan bank dalam kerangka arsitektur

advertisement
EVALUASI KINERJA KEUANGAN BANK DALAM KERANGKA
ARSITEKTUR PERBANKAN INDONESIA PERIODE 2004-2008 :
PERBANDINGAN CAR, NPL, LDR, EATAR, BOPO, dan ROA
Nita Puspita Sari
Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma
[email protected]
ABSTRAK
Pada Januari 2004, Bank Indonesia mencanangkan implementasi Arsitektur
Perbankan Indonesia (API). Mengacu ke kerangka API, bank di Indonesia
dibagi menjadi 4 kelompok bank berdasarkan kemampuan modalnya, yaitu
bank internasional, bank nasional, bank fokus, dan bank dengan kegiatan
terbatas. Sampai Desember 2009, tercatat tidak ada bank internasional, 5
buah bank nasional, dan sisanya tercatat dalam kelompok bank dengan
kegiatan fokus dan bank dengan kegiatan terbatas. Dari 20 bank yang
diteliti, hasil uji t menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan rata-rata
CAR, NPL, dan LDR antara bank fokus dan bank terbatas, namun terdapat
perbedaan rata-rata EATAR, BOPO, dan ROA antara kedua kelompok bank
tersebut. Sedangkan pada perbandingan kinerja keuangan antara bank
dengan kegiatan fokus dan bank dengan kegiatan terbatas menunjukkan
hasil bahwa bank dengan kegiatan fokus menunjukkan efisiensi, persentase
aktiva produktif dan tingkat keuntungan yang lebih tinggi, bank dengan
kegiatan fokus juga mempunyai persentase kredit bermasalah yang relatif
lebih rendah. Namun pada kecukupan modal (CAR) dan likuiditas (LDR),
bank fokus memiliki persentase yang lebih rendah dari bank terbatas.
Kata kunci : Arsitektur Perbankan Indonesia, Kecukupan Modal,
Kredit Bermasalah, Likuiditas, dan Rentabilitas .
PENDAHULUAN
Seiring dengan krisis multi dimensi yang menimpa Indonesia sejak pertengahan
tahun 1997 yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadap dollar Amerika
Serikat telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasuk pada sektor perbankan
nasional. Perbankan merupakan salah satu sektor ekonomi yang paling sentral
peranannya dalam memobilisasi dana masyarakat dan merupakan industri yang
memiliki peranan penting dalam laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Hal ini
tercermin pada fungsi perbankan sebagai penjamin penyelesaian perdagangan, penjamin
penyelesaian proyek dan terutama sebagai lembaga perantara atau intermediary.
Sebagai lembaga perantara atau intermediary diperlukan bank dengan kinerja yang
sehat sehingga proses intermediary dapat berjalan dengan lancar. Untuk mengukur
kinerja bank indikator yang biasa digunakan adalah pendekatan kinerja bank secara
ekonomi yaitu kinerja keuangan. Tolok ukur yang sering digunakan dalam pengukuran
kinerja keuangan bank adalah Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM),
likuiditas, dan rentabilitas dan faktor lain yang juga mempengaruhi kinerja perbankan
adalah besarnya Non Perfoming Loan (NPL) atau kredit bermasalah yang dimiliki oleh
bank.
Pada Januari 2004, Bank Indonesia mencanangkan implementasi Arsitektur
Perbankan Indonesia (API). Visi API adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat,
kuat, dan efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka
membantu mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Mengacu ke kerangka API,
bank di Indonesia dibagi menjadi 4 kelompok bank berdasarkan kemampuan modalnya,
yaitu bank internasional, yang memiliki modal di atas Rp50 triliun; bank nasional, yang
memiliki modal Rp 10 triliun sampai Rp 50 triliun; bank fokus, yang memiliki modal
Rp 100 miliar sampai Rp 10 triliun; dan bank dengan kegiatan terbatas, yang memiliki
modal di bawah Rp 100 miliar.
TINJAUAN PUSTAKA
Kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan dimana kinerja
bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank dalam
operasionalnya, baik yang menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan
penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia. Berdasarkan apa yang
dinyatakan diatas, kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank
pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun
penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas
dan rentabilitas bank.
Dalam mengukur kinerja keuangan dapat dilakukan dengan menganalisa laporan
keuangan tersebut, salah satu teknik dalam menganalisa laporan keuangan adalah
dengan analisis rasio keuangan, dimana merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi
baik secara individu maupun secara simultan. (Mukhyi, 2008).
Beberapa kinerja bank yang diukur berdasarkan rasio laporan keuangan adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR), yang digunakan untuk mengukur kemampuan modal
suatu bank; Non Perfoming Loan (NPL), yang digunakan untuk mengukur tingkat kredit
bermasalah yang dimiliki oleh bank; Loan to Deposit Ratio (LDR) serta Earning Assets
to Total Assets Ratio (EATAR), yang merupakan rasio likuiditas; dan Return on Assets
(ROA) serta Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), yang merupakan rasio
rentabilitas.
Guna menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan efisien, maka Bank
Indonesia mencanangkan implementasi Arsitektur Perbankan Indonesia (API) pada
Januari 2004. Visi API adalah menciptakan sistem perbankan yang sehat, kuat, dan
efisien guna menciptakan kestabilan sistem keuangan dalam rangka membantu
mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Penelitian – penelitian tentang kinerja bank diantaranya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Febryani dan Zulfadin (2003). Mereka melakukan penelitian mengenai
perbandingan kinerja bank devisa dan bank non devisa. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara kinerja bank devisa dan bank non devisa
jika dilihat dari variabel ROE dan ROA. Perbedaan kinerja terlihat nyata jika dilihat dari
variabel LDR.
Rakhmawati dan Hermana (2005) yang melakukan penelitian tentang kinerja bank
dalam kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia (API). Bank Indonesia telah
mencanangkan implementasi API pada Januari 2004. Penelitian ini menyimpulkan
bahwa pengelompokan bank menurut kerangka API ternyata menunjukan perbedaan
kinerja keuangan bank hanya untuk BOPO, EATAR, dan ROA, sedangkan NPL, LDR,
dan CAR tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Lestari dan Sugiharto (2007) yang melakukan penelitian tentang kinerja bank dan
faktor - faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menyimpulkan bahwa bank non
devisa berperan lebih besar dalam menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi
dilihat dari rasio LDR nya. Indikator ekonomi makro (inflasi, nilai tukar Rupiah
terhadap US Dollar, suku bunga SBI) tidak memiliki pengaruh terhadap rasio keuangan
bank (ROA, ROE, LDR).
Sulistianingsih (2008) yang melakukan penelitian tentang kinerja bank sebelum dan
sesudah implementasi API. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitin ini adalah
CAR, ROA, BOPO, ROE, dan LDR. Penelitian ini menyimpulkan bahwa tidak terdapat
pengaruh secara signifikan terhadap perbedaan kinerja untuk bank umum swasta
nasional sebelum dan sesudah API.
METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini yang menjadi obyek adalah Bank Umum konvesional yang
dibedakan berdasarkan permodalannya, yaitu bank yang memiliki jumlah modal Rp 100
miliar - Rp 10 triliun digolongkan sebagai bank dengan kegiatan fokus, dan bank yang
memiliki jumlah modal Rp 100 miliar ke bawah digolongkan sebagai bank dengan
kegiatan terbatas.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa laporan
keuangan yang dipublikasikan Bank Indonesia. Sumber data yang digunakan adalah
laporan keuangan periode 2004 sampai dengan 2008. Hipotesis yang diajukan adalah
tidak ada perbedaan yang signifikan antara bank dengan kegiatan fokus dan bank
dengan kegiatan terbatas. Sedangkan variabel yang digunakan adalah CAR, NPL, LDR,
EATAR, BOPO, dan ROA. Variabel tersebut dihitung dengan menggunakan rumusrumus sebagai berikut :
Total Modal
CAR =
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)
Kredit Kurang Lancar, Diragukan, Macet
NPL
=
Jumlah Kredit yang Diberikan
Jumlah Kredit yang Diberikan
LDR
=
Total Dana Pihak Ketiga
Aktiva Produktif
EATAR =
Total Aktiva
Biaya Operasional
BOPO =
Pendapatan Operasional
Laba Sebelum Pajak
ROA =
Total Aktiva
HASIL DAN PEMBAHASAN
Perbedaan CAR, NPL, LDR, EATAR, BOPO, dan ROA Antara Bank Fokus dan
Bank Terbatas
Analisis independent samples t test digunakan untuk pengujian dengan sampel
berukuran kecil ( n < 30 ), penentuan tabel dilihat dari besarnya tingkat signifikan (α)
dan besarnya derajat bebas (db).
Dalam penelitian ini hipotesis yang digunakan adalah untuk menunjukan tidak
terdapat perbedaan rata-rata NPL, CAR, dan LDR antara bank fokus dan bank terbatas
serta tidak terdapat perbedaan rata-rata EATAR, BOPO, dan ROA antara bank fokus
dan bank terbatas.
Perbedaan CAR, NPL, dan LDR Antara Bank Fokus dan Bank Terbatas
Output dari hasil independent samples t test menggunakan program SPSS ver 15.0
adalah sebagai berikut :
Tabel 1 Matriks Group Statistics
Group Statistics
CAR
Bank dalam API
Bank Fokus
Bank Terbatas
NPL
Bank Fokus
LDR
Bank Terbatas
Bank Fokus
Bank Terbatas
5
Mean
.188020
Std. Deviation
.0149560
Std. Error
Mean
.0066885
5
.328400
.0728358
.0325732
5
5
5
5
.025964
.027172
.712200
.765940
.0040678
.0047715
.0715605
.0919231
.0018192
.0021339
.0320028
.0411093
N
Tabel 2 Matriks Independent Samples Test
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
F
CAR
Equal variances
assumed
4.002
Sig.
.080
Equal variances
not assumed
NPL
Equal variances
assumed
.001
.980
Equal variances
not assumed
LDR
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
.971
.353
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Upper
Lower
-4.222
8
.052
-.1403800
.0332528
-.2170610
-.0636990
-4.222
4.337
.064
-.1403800
.0332528
-.2299450
-.0508150
2.104
8
.069
.0059000
.0028041
-.0005662
.0123662
2.104
7.805
.069
.0059000
.0028041
-.0005945
.0123945
-1.032
8
.332
-.0537400
.0520975
-.1738771
.0663971
-1.032
7.546
.334
-.0537400
.0520975
-.1751472
.0676672
Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/ (Hasil Pengolahan SPSS)
Terlihat bahwa F hitung untuk EATAR dengan Equal variance assumed (diasumsi
kedua varians sama) adalah 1,735 dengan probabilitas 0,224. F hitung untuk BOPO
dengan Equal variance assumed (diamsumsi kedua varians sama) adalah 0,319 dengan
probabilitas 0,587. F hitung untuk ROA dengan Equal variance assumed (diamsumsi
kedua varians sama) adalah 1,623 dengan probabilitas 0,238. oleh karena ketiga variabel
pengujian memiliki probabilitas > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan EATAR, BOPO,
dan ROA antara bank fokus dengan bank dengan kegiatan terbatas. Oleh karena tidak
ada perbedaan yang nyata dari ketiga varians tersebut, maka menggunakan t test dengan
dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama).
Terlihat t hitung untuk EATAR dengan Equal variance assumed (diamsumsi kedua
varians sama) adalah 1,612 dengan probabilitas 0,003. t hitung untuk BOPO dengan
Equal variance assumed (diamsumsi kedua varians sama) adalah -0,724 dengan
probabilitas 0,049. t hitung untuk ROA dengan Equal variance assumed (diamsumsi
kedua varians sama) adalah 1,757 dengan probabilitas 0,047. oleh karena ketiga variabel
pengujian memiliki probabilitas < 0,05, maka terdapat perbedaan EATAR, BOPO, dan
ROA antara bank fokus dengan bank dengan kegiatan terbatas.
Perbedaan EATAR, BOPO, dan ROA Antara Bank Fokus dan Bank Terbatas
Output dari hasil independent samples t test menggunakan program SPSS ver 15.0
adalah sebagai berikut :
Tabel 3 Matriks Group Statistics
Group Statistics
EATAR
Bank dalam API
Bank Fokus
Bank Terbatas
BOPO
Bank Fokus
Bank Terbatas
ROA
Bank Fokus
Bank Terbatas
5
Mean
.913740
Std. Deviation
.0219033
Std. Error
Mean
.0097954
5
5
.882920
.861740
.0367131
.0395431
.0164186
.0176842
5
.877400
.0278834
.0124698
5
5
.017686
.016238
.0050434
.0048407
.0022492
.0021648
N
Tabel 4 Matriks Independent Samples T Test
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances
F
EATAR
Equal variances
assumed
1.735
Sig.
.224
Equal variances
not assumed
BOPO
Equal variances
assumed
.319
.587
Equal variances
not assumed
ROA
Equal variances
assumed
Equal variances
not assumed
1.623
.238
t-test for Equality of Means
t
Sig. (2tailed)
df
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Upper
Lower
1.612
8
.003
.0308200
.0191186
-.0132676
.0749076
1.612
6.527
.011
.0308200
.0191186
-.0150605
.0767005
-.724
8
.049
-.0156600
.0216386
-.0655587
.0342387
-.724
7.189
.049
-.0156600
.0216386
-.0665553
.0352353
1.757
8
.047
-.0046000
.0060783
-.0186166
.0094166
1.757
5.138
.048
-.0046000
.0060783
-.0200993
.0108993
Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/ (Hasil Pengolahan SPSS)
Terlihat bahwa F hitung untuk EATAR dengan Equal variance assumed (diasumsi
kedua varians sama) adalah 1,735 dengan probabilitas 0,224. F hitung untuk BOPO
dengan Equal variance assumed (diamsumsi kedua varians sama) adalah 0,319 dengan
probabilitas 0,587. F hitung untuk ROA dengan Equal variance assumed (diamsumsi
kedua varians sama) adalah 1,623 dengan probabilitas 0,238. oleh karena ketiga variabel
pengujian memiliki probabilitas > 0,05, maka tidak terdapat perbedaan EATAR, BOPO,
dan ROA antara bank fokus dengan bank dengan kegiatan terbatas. Oleh karena tidak
ada perbedaan yang nyata dari ketiga varians tersebut, maka menggunakan t test dengan
dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama).
Terlihat bahwa t hitung untuk EATAR dengan Equal variance assumed (diamsumsi
kedua varians sama) adalah 1,612 dengan probabilitas 0,003. t hitung untuk BOPO
dengan Equal variance assumed (diamsumsi kedua varians sama) adalah -0,724 dengan
probabilitas 0,049. t hitung untuk ROA dengan Equal variance assumed (diamsumsi
kedua varians sama) adalah 1,757 dengan probabilitas 0,047. oleh karena ketiga variabel
pengujian memiliki probabilitas < 0,05, maka terdapat perbedaan EATAR, BOPO, dan
ROA antara bank fokus dengan bank dengan kegiatan terbatas.
Dari hasil perhitungan independent samples t test menunjukkan bahwa tidak
terdapat perbedaan CAR, NPL, dan LDR antara bank fokus dan bank terbatas, namun
terdapat perbedaan EATAR, BOPO, dan ROA antara kedua kelompok bank tersebut.
EATAR merupakan salah satu dari rasio likuiditas selain LDR (Loan to Deposit Ratio).
Rasio EATAR ini adalah rasio yang menunjukkan perbandingan antara aktiva produktif
dengan total aktiva pada bank. Hasil uji statistik menunjukkan nilai t hitung untuk
EATAR adalah 1,612 dengan probabilitas 0,003 sehingga hipotesis yang menyatakan
bahwa tidak terdapat perbedaan EATAR antara bank fokus dengan bank terbatas
berhasil ditolak. Bank dengan kegiatan fokus umumnya memiliki rasio EATAR yang
lebih besar dibandingkan dengan bank dengan kegiatan terbatas dikarenakan pada bank
dengan kegiatan fokus umumnya lebih liquid.
Rasio biaya operasional pendapatan operasional (BOPO) merupakan rasio yang
menggambarkan tingkat efisiensi bank. Semakin besar BOPO yang dimiliki bank, maka
semakin rendah tingkat efisiensi bank tersebut. Artinya jika BOPO semakin besar maka
akan semakin besar pula biaya operasional yang dikeluarkan oleh bank, sehingga
tingkat efisiensi bank tersebut akan semakin rendah. Hasil uji statistik menunjukkan
nilai t hitung untuk BOPO adalah -0,724 dengan probabilitas 0,049 sehingga hipotesis
yang menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan BOPO antara bank fokus dengan
bank terbatas berhasil ditolak. Bank dengan kegiatan fokus tertentu umumnya memiliki
BOPO yang lebih rendah dibandingkan dengan bank terbatas, yang berarti bank fokus
lebih efisien daripada bank terbatas.
Sedangkan pada ROA yang merupakan rasio bank yang mencerminkan kemampuan
bank dalam mendapatkan laba menunjukkan nilai t hitung untuk ROA adalah 1,757
dengan probabilitas 0,047 sehingga hipotesis yang menyatakan bahwa tidak terdapat
perbedaan ROA antara bank fokus dengan bank terbatas berhasil ditolak. Bank dengan
kegaiatan fokus umumnya memiliki ROA yang lebih tinggi dibandingkan bank dengan
kegiatan terbatas. Artinya bank-bank dengan fokus tertentu memiliki kemampuan untuk
mendapatkan laba yang lebih tinggi daripada bank dengan kegiatan terbatas.
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Fokus dan Bank Terbatas
Arah ke depan perbankan nasional telah tertuang dalam visi API ke depan. Bankbank di Indonesia digolongkan menjadi bank internasional yang memiliki modal di atas
Rp50 triliun, bank nasional yang memiliki modal antara Rp10 triliun sampai dengan
Rp50 triliun, bank dengan kegiatan fokus yang memiliki modal antara Rp100 miliar
ampai dengan Rp 10 triliun, dan bank dengan kegiatan terbatas yang memiliki modal di
bawah Rp100 miliar.
Saat ini dari keseluruhan total bank yang terdaftar di Bank Indonesia selaku
pembina dan pengawas bank di Indonesia, sebagian besar bank-bank tersebut masih
tergolong ke dalam bank dengan kegiatan fokus dan bank dengan kegiatan terbatas.
Pada 20 bank yang diteliti tercatat 10 bank tergolong bank dengan kegiatan fokus dan
10 bank dengan kegiatan terbatas. Sampai bulan Desember 2008 ini, belum ada bank
yang tergolong bank internasional, 5 buah bank tercatat sebagai bank nasional dan
sisanya merupakan bank dengan kegiatan fokus dan bank dengan kegiatan terbatas
menurut kerangka API.
Gambaran kinerja keuangan bank dengan kegiatan fokus dan bank dengan kegiatan
terbatas ini menggunakan rata-rata dari variabel-variabel yang diteliti dalam setiap
periode selama lima tahun, yaitu periode 2004-2008 yang dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 5
Gambaran Kinerja Keuangan Bank Fokus dan Bank Terbatas Periode 2004-2008
Variabel-Variabel Yang Diteliti
CAR
Bank dengan kegiatan fokus
Bank dengan kegiatan terbatas
Total
NPL
Bank dengan kegiatan fokus
Bank dengan kegiatan terbatas
Total
LDR
Bank dengan kegiatan fokus
Bank dengan kegiatan terbatas
Total
EATAR
Bank dengan kegiatan fokus
Bank dengan kegiatan terbatas
Total
BOPO
Bank dengan kegiatan fokus
Bank dengan kegiatan terbatas
Total
ROA
Bank dengan kegiatan fokus
Bank dengan kegiatan terbatas
Total
N
Sum
Minimum
Maximum
5
5
10
Mean
0.9401
1.6420
2.5821
0.1713
0.2614
0.4327
0.2058
0.4409
0.6467
0.1880
0.3284
0.5164
5
5
10
0.1298
0.1359
0.2657
0.0218
0.0215
0.0433
0.0301
0.0324
0.0625
0.0260
0.0272
0.0532
5
5
10
3.5610
3.8297
7.3907
0.6238
0.6798
1.3036
0.8173
0.8982
1.7155
0.7122
0.7659
1.4781
5
5
10
4.5687
4.4146
8.9833
0.8759
0.8236
1.6995
0.9302
0.9106
1.8408
0.9137
0.8829
1.7966
5
5
10
4.3087
4.3870
8.6957
0.8004
0.8426
1.6430
0.8998
0.9106
1.8104
0.8617
0.8774
1.7391
5
5
10
0.0884
0.0812
0.1696
0.0133
0.0105
0.0238
0.0259
0.0215
0.0474
0.0177
0.0162
0.0339
Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/ (Hasil Pengolahan Ms. Exel)
Untuk mengetahui secara jelas perbandingan dari variabel-variabel pada Tabel 4.9,
dapat dilihat pada gambar dari grafik perbandingan gambaran kinerja keuangan bank
dengan kegiatan fokus dan bank dengan kegiatan terbatas periode 2004-2008 sebagai
berikut :
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank dengan Kegiatan Fokus dan
Bank dengan Kegiatan Terbatas Periode 2004-2008
8.9833
8.6957
9.0000
8.0000
7.3907
7.0000
6.0000
5.0000
4.5687
4.3087
4.4146
4.3870
3.8297
4.0000
3.5610
3.0000
2.5821
2.0000
1.0000
1.6420
0.9401
0.1298
0.0884
0.1359
0.0812
0.2657
0.1696
0.0000
1
Bank Terbatas
Bank Fokus
CAR
NPL
LDR
EATAR
Keseluruhan
BOPO
ROA
Gambar 1 Perbandingan Kinerja Keuangan Bank dengan Kegiatan Fokus
dan Bank dengan Kegiatan Terbatas Periode 2004-2008
Sumber : http://www.bi.go.id/web/id/ (Hasil Pengolahan Ms. Exel)
Sebagai lembaga intermediasi, kelangsungan usaha suatu bank sangat bergantung
pada kepercayaan masyarakat dalam menitipkan dana. Ketika kepercayaan menurun,
dana pun menurun, dan sebagai dampaknya kewajiban jangka pendek menjadi sulit
untuk dilunasi.
Kepercayaan masyarakat tergantung pada likuiditas suatu bank, yang termasuk
dalam rasio likuiditas adalah LDR (Loan to Deposit Ratio), rasio ini menunjukkan
seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang
dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya. Suatu bank dikatakan likuid apabila bank yang bersangkutan dapat
memenuhi kewajiban utang-utangnya, dapat membayar kembali semua depositonya,
serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.
Bank dengan kegiatan fokus umumnya memiliki LDR (Loan to Deposit Ratio) yang
lebih rendah dibandingkan dengan bank terbatas, hal ini dikarenakan pada bank dengan
kegiatan fokus jumlah kredit yang diberikan bank bernilai lebih kecil dibandingkan
dengan dana pihak ketiga yang diterima bank dari masyarakat. Umumnya bank fokus
lebih dipercayai masyarakat untuk menitipkan dananya, yang meliputi giro, tabungan,
dan deposito. Angka LDR yang rendah menunjukkan tingkat ekspansi kredit yang
rendah dibandingkan dana yang diterima, dan jika bank terlalu likuid maka hal ini
mencerminkan tidak optimalnya penggunaan dana sehingga menurunkan perputaran
modal kerja. Dimana standar besar tingkat LDR yang optimal adalah 85%-110%.
Pada bank dengan kegiatan terbatas jumlah kredit yang diberikan bank bernilai lebih
besar dibandingkan dengan dana pihak ketiga yang diterima bank dari masyarakat, hal
ini mencerminkan tingkat ekspansi yang rendah dibandingkan dana yang diterima.
Namun, bank dengan kegiatan terbatas harus berhati-hati dalam menjaga likuiditasnya
agar berada pada tingkat yang standar, karena jika melebihi tingkat standar yang berlaku
maka dapat dikatakan bank menjadi tidak likuid. Apabila bank tidak likuid maka
kewajiban jangka pendeknya yang jatuh tempo tidak dapat segera terselesaikan karena
tidak tersedianya sumber daya finansial. Hal ini akan menyebabkan krisis keuangan
pada bank dengan kegiatan terbatas.
Pendapatan dari bunga kredit pada umumnya masih mendominasi pendapatan bank.
Meskipun pendapatan kredit besar, produk kredit memiliki risiko yang tinggi, risiko ini
dinamakan dengan risiko kredit. Risiko kredit umumnya timbul dari berbagai kredit
yang masuk dalam kategori kredit bermasalah (kurang lancar, diragukan, dan macet)
atau disebut juga sebagai NPL (Non Perfoming Loan). Bank yang berhasil dalam
pengelolaan kredit adalah bank yang mampu mengelola NPL pada tingkat yang wajar
dan tidak merugikan bagi bank.
Nilai NPL pada bank dengan kegiatan fokus umumnya lebih rendah dari bank
dengan kegiatan terbatas, karena bank dengan kegiatan fokus lebih baik dibandingkan
bank dengan kegiatan terbatas dalam upaya mengurangi terjadinya kredit bemasalah.
Standar besar NPL yang ditetapkan Bank Indonesia maksimal 5% atau 0,05. Namun,
bila jumlah kredit bermasalah atau NPL meningkat tajam maka mengakibatkan bank
harus menyediakan cadangan penghapusan piutang yang cukup besar, sehingga
kemampuan bank untuk dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan menjadi
sangat terbatas atau dapat terjadi penangguhan yang berimbas pada penurunan likuiditas
atau LDR bank tersebut.
NPL (Non Perfoming Loan) yang meningkat tajam, selain berpengaruh pada
penurunan LDR, juga berpengaruh pada rasio rentabilitas (keuntungan) bank tersebut
yang diukur dengan BOPO (Biaya Operasional Pendapatan Operasional) dan ROA
(Return on Assets).
Pada BOPO, mengingat kegiatan utama bank pada prinsipnya adalah sebagai
perantara yaitu menghimpun dan menyalurkan dana masyarakant, maka biaya dan
pendapatan operasional bank didominasi oleh biaya bunga dan pendapatan bunga.
Semakin besar kredit bermasalah (NPL) yang dimiliki oleh suatu bank, maka akan
menyebabkan pendapatan bunga yang diterima bank menjadi berkurang dan biaya
bunga yang dikeluarkan tetap. Sehingga BOPO yang mempunyai rumus berupa
perbandingan antara biaya dan pendapatan operasional akan meningkat. Namun,
dibandingkan dengan bank terbatas, bank dengan kegiatan fokus memiliki nilai BOPO
yang lebih rendah, hal ini menunjukkan untuk efisiensi operasional bank dengan
kegiatan fokus relatif lebih baik dibandingan dengan bank terbatas.
Pada ROA (Return on Assets), jika menunjukkan kredit bermasalah atau NPL suatu
bank meningkat tajam, maka ROA yang dimiliki bank tersebut akan menurun. Karena
ROA itu sendiri merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
manajemen bank dalam memperoleh laba secara keseluruhan yang ditunjukkan dengan
rumus perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total aktiva. Maka jika NPL
semakin besar, semakin kecil pula kemampuan bank untuk memperoleh laba yang
disebabkan oleh berkurangnya pendapatan bunga yang diterima oleh bank ditambah lagi
kredit merupakan salah satu aktiva produktif yang paling besar menyumbangkan
pendapatan bagi bank.
ROA pada bank dengan kegiatan fokus umumnya memiliki ROA yang lebih tinggi
dibandingkan bank dengan kegiatan terbatas, artinya bank-bank dengan kegiatan fokus
memiliki kemampuan untuk mendapatkan laba yang lebih tinggi daripada bank dengan
kegiatan terbatas. Bank dengan struktur modal yang lebih baik, seperti pada bank
dengan kegiatan fokus yang memiliki besar modal diatas Rp 100 miliar dapat
mengembangkan lingkup usahanya menjadi lebih luas. Bank tidak hanya memperoleh
keuntunngan dari penyediaan jasa dana pihak ketiga saja, melainkan juga dapat
menawarkan produk-produk baru di bidang keuangan seperti asuransi.
EATAR (Earning Assets to Total Assets Ratio) merupakan salah satu dari rasio
likuiditas salain LDR, rasio EATAR ini merupakan rasio yang memperbandingkan
antara aktiva produktif dengan total aktiva. Bank dengan kegiatan fokus umumnya
memiliki nilai EATAR yang lebih besar dibandingkan dengan dengan nilai EATAR
pada bank dengan kegiatan terbatas, hal ini dikarenakan pada bank dengan kegiatan
fokus aktiva produktif yang dimilikinya memiliki jumlah nilai yang mendekati total
aktivanya, sedangkan pada bank dengan kegiatan terbatas, aktiva produktiif yang
dimiliki sangat sedikit dibandingkan dengan keseluruhan total aktiva.
Pada Bank dengan kegiatan fokus nilai CAR (Capital Adequacy Ratio) relatif lebih
rendah dibandingkan bank dengan kegiatan terbatas. Hal ini dikarenakan pada bank
dengan kegiatan fokus yang memiliki aktiva produktif atau EATAR yang lebih besar
dibandingkan bank dengan kegiatan terbatas, maka bank menghadapi risiko yang lebih
besar sehingga bank juga harus meningkatkan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko
(ATMR). Dengan modal yang tetap, peningkatan ATMR ini akhirnya akan menurunkan
CAR. Selain itu Bank dengan kegiatan terbatas juga banyak mendapatkan suntikan
modal baik modal inti maupun modal pelengkap di antara periode 2004-2008 tersebut,
sedangkan pada bank dengan kegiatan fokus pertambahan modalnya relatif tetap.
Namun masih tingginya CAR dimana berada diatas ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia menunjukan masih kuatnya kondisi ketahanan perbankan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pembahasan yang telah diuraikan pada sub-bab
sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Pada hasil perhitungan dan analisis menggunakan independent samples t test
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan CAR, NPL, dan LDR antara bank
fokus dan bank terbatas, namun terdapat perbedaan EATAR, BOPO, dan ROA
antara kedua kelompok bank dalam arsitektur perbankan Indonesia tersebut.
2. Pada perbandingan kinerja keuangan antara bank dengan kegiatan fokus dan
bank dengan kegiatan terbatas menunjukkan hasil bahwa bank dengan kegiatan
fokus menunjukkan efisiensi, persentase aktiva produktif dan tingkat
keuntungan yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilihat pada nilai BOPO yang rendah
dibandingkan bank teerbatas serta nilai EATAR dan ROA yang lebih besar
dibandingkan bank dengan kegiatan terbatas. Bank dengan kegiatan fokus juga
mempunyai persentase kredit bermasalah yang relatif lebih rendah. Namun pada
kecukupan modal (CAR) dan likuiditas (LDR), bank fokus memiliki persentase
yang lebih rendah dari bank terbatas.
Saran
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dan setelah menyimpulkan hasil
penelitian, maka saran penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi pihak bank
Bank perlu memperhatikan dan menjaga kondisi Non Perfoming Loan (NPL),
Loan to Deposit Ratio (LDR), Earning Assets to Total Assets Ratio (EATAR),
Beban/Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO), dan Return on Asset
(ROA). Karena, jika terdapat peningkatan persentase kredit bermasalah pada
sebuah bank maka akan juga berimbas pada penurunanan efisiensi, likuiditas
dan rentabilitas bank tersebut. Bank juga perlu memperhatikan dan menjaga
kondisi Capital Adequacy Ratio (CAR) atau kemampuan modal bank, agar
masing-masing kelompok bank dalam API dapat lebih memperkuat
permodalannya masing-masing.
2. Bagi peneliti selanjutnya
peneliti menambah jumlah sampel bank dengan mempertimbangkan
pengelompokkan bank berdasarkan kepemilikan yaitu bank pemerintah, bank
swasta nasional, bank pembangunan daerah, bank campuran, dan bank asing.
Pada model penelitiannya perlu diadakan penambahan bank dalam kelompok
API, yaitu bank internasional dan bank nasional
DAFTAR PUSTAKA
Febriyani, A., Zulfadin, R., (2003), “Analisis Kinerja Bank Devisa dan Bank Non
Devisa Di Indonesia”. Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Vol. 7 No. 4.
Ikatan Akuntan Indonesia (2004). Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan,
Salemba Empat, Jakarta.
Jumingan, (2008). Analisa Laporan Keuangan, PT. Bumi Aksara, Jakarta.
Kasmir, (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Edisi 6, PT. Rajagrafindo
Persada, Jakarta.
Lapoliwa, N., (2000). Akuntansi Perbankan : Akuntansi Transaksi Bank Dalam
Valuta Rupiah, Edisi 5, Jilid 1, Institut Bankir Indonesia, Jakarta.
Mukhyi, M,A., (2008), “Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Bank Devisa dan Bank
Non
Devisa
Di
Indonesia”,
UG
Jurnal,
diakses
dari
http://[email protected] pada tanggal 14 Juni 2009.
Pratama, A., (2007), Pengaruh Likuiditas dan Risiko Kredit Terhadap
Profitabilitas Bank : Penelitian Pada Bank Umum Pemerintah dan Bank
Swasta Nasional. Skripsi Strata Satu, Program Sarjana Strata Satu Universitas
Padjadjaran, Bandung (tidak dipublikasikan).
Rakhmawati, R,R., Hermana, B., (2005), “Evaluasi Kinerja Keuangan Bank Dalam
Kerangka Arsitektur Perbankan Indonesia: Perbandingan Kredit Bermasalah,
Kecukupan Modal, Likuiditas, dan Rentabilitas”, Proceeding Seminar Nasional
PESAT 2005, Jurnal ISSN: 18582559.
Undang-undang Perbankan No.7 Tahun 1998. Tentang Perbankan.
Undang-undang Perbankan No. 10 tahun 1998. Tentang Perbankan.
http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Arsitektur+Perbankan+Indonesia/
http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Keuangan+Publikasi+Bank/Bank/Bank+
Umum+Konvensional/
Download