BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Manajemen adalah suatu proses pengaturan yang digunakan dalam kehidupan pokok maupun kehidupan sekunder, untuk manusia menjalankan aktivitas keorganisasian maupun individu dimana dalam proses tersebut digunakan metode ilmu dan fungsi untuk menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengarahan, dan pengendalian pada kegiatan kelompok manusia guna mencapai tujuan yang mana tujuan tersebut ditetapkan sebagai acuan dari kegiatan yang dilaksanakan oleh perusahaan/organisasi. Pengertian Manajemen menurut Siswanto (2011 : 7) : “Manajemen adalah ilmu dan seni untuk melakukan tindakan guna mencapai tujuan. Pengertian manajemen menurut Robbins (2007 : 8) adalah: “manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan efisien dengan dan melalui orang lain.” Sedangkan pengertian manajemen menurut Wiludjeng (2006 : 59): “Manajemen merupakan proses yang khas yang terdiri atas kegiatankegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarhaan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya.” Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu seni dan ilmu yang diterapkan dalam mencapai tujuan-tujuan perusahaan dimana pengaplikasiannya dengan menerapkan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan terhadap sumber daya perusahaan agar dapat bekerja secara efektif dan efisien. 2.2 Keuangan Setelah diketahui mengenai arti manajemen yang dikemukakan oleh para ahli, maka berikut ini adalah pengertian mengenai keuangan: Keuangan menurut Sundjaja dan Barlian (2003 : 34) adalah sebagai berikut: "Keuangan merupakan ilmu dan seni dalam mengelola uang, yang mempengaruhi kehidupan setiap orang dan setiap organisasi.” Pengertian keuangan menurut Irawati (2006 : 54) : “Proses suatu kegiatan yang berhubungan dengan dana atau uang yang dilakukan demi tujuan tertentu oleh setiap individu atau organisasi ” Sedangkan pengertian keuangan menurut Gitman ( 2012 : 4) : Keuangan dapat didefinisikan sebagai suatu seni dan ilmu pengetahuan dari pengelolaan uang. Sesungguhnya setiap individu dan organisasi menghasilkan uang dan membelanjakan atau menginvestasikan uang. Keuangan berhubungan dengan proses, institusi, pasar, dan instrument yang terlibat dalam perpindahan atau transfer uang antar individu, bisnis, dan pemerintah. Dari beberapa pendapat para ahli mengenai keuangan, maka dapat disimpulkan keuangan adalah suatu seni dan ilmu tentang bagaimana cara-cara pengelolaan terhadap uang dalam kehidupan. 2.3 Manajemen Keuangan 2.3.1 Pengertian Manajemen Keuangan Keuangan memiliki ruang lingkup yang luas dan dinamis. Keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan manusia dan organisasi. Untuk dapat memperoleh laba dalam melakukan suatu usaha diperlukan keuangan yang optimal untuk dapat berjalan dengan baik sehingga untuk dapat mengoptimalkan keuangan perusahaan diperlukan manajemen yang baik. Oleh karena itu, keuangan mempunyai hubungan yang erat terhadap ilmu manajerial. Seiring dengan perkembangannya, manajemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan – tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajemen keuangan juga mengatur penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang optimal, serta mengatur pendistribusian keuntungan (pembagian dividen). Pengertian mengenai manajemen keuangan dijelaskan oleh Irawati (2006 : 1) yang menjelaskan bahwa: “manajemen keuangan adalah suatu proses dalam pengaturan aktivitas atau kegiatan keuangan dalam suatu organisasi. Sedangkan dalam bukunya, Darsono (2006 : 1) menerangkan bahwa : “Manajemen keuangan ialah aktivitas pemilik dan maanajemen perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang semurahmurahnya dan menggunakannya seefektif, seefisien, dan seproduktif mungkin untuk menghasilkan laba.” Sedangkan menurut Horne dan Wachowicz (2012 : 2) bahwa: “manajemen keuangan berhubungan dengan perolehan asset, pendanaan, dan manajemen aset dengan didasari tujuan beberapa tujuan umum.” Berdasarkan pengertian – pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari Manajemen Keuangan adalah adalah usaha –usaha yang dilakukan oleh perusahaan untuk mendapatakan dana dan mengalokasikan dana tersebut secara efektif dan efisien untuk menghasilkan keuntungan yang optimal. 2.3.2 Fungsi Manajemen Keuangan Fungsi utama dalam manajemen keuangan menurut Irawati (2006 : 3) terdiri dari tiga keputusan utama yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan, yaitu : 1. Keputusan investasi Keputusan investasi adalah keputusan yang diambil oleh manajer keuangan dalam pengalokasian dana kedalam bentuk investasi yang dapat menghasilkan laba di masa yang akan datang. 2. Keputusan pendanaan Keputusan pendanaan adalah keputusan manajemen keuangan dalam melakukan pertimbangan dan analisis perpaduan antar sumber- sumber dana yang paling ekonomis bagi perusahaan untuk mendanai kebutuhan- kebutuhan investasi serta kegiatan operasional perusahaannya. Keputusan pendanaan akan tercermin dalam sisi pasiva perusahaan, dengan melihat jangka pendek dan jangka panjang, sedangkan perbandingannya disebut dengan struktur modal. Dalam keputusan pendanaan mempengaruhi baik struktur modal maupun struktur finansial. 3. Keputusan dividen Keputusan dividen bagian dari keuntungan suatu perusahaan dibayarkan kepada pemegang saham. Keputusan dividen adalah keputusan manajemen keuangan dalam menentukan besarnya proporsi laba yang akan dibagikan kepada para pemegang saham dan proporsi dan yang akan disimpan di perusahaan sebagai laba ditahan untuk pertumbuhan perusahaan. Fungsi manajemen keuangan adalah salah satu fungsi utama yang sangat penting didalam perusahaan, disamping fungsi – fungsi yang lainnya yaitu fungsi pemasaran, sumber daya manusia, dan operasional. Walaupun dalam pelaksanaannya keempat fungsi – fungsi tersebut saling berhubungan dengan yang lainnya. 2.3.3 Tujuan Manajemen Keuangan Manajemen keuangan yang efisien membutuhkan tujuan dan sasaran yag digunakan sebagai standard dalam memberikan penilaian keefisienan keputusan keuangan. Untuk dapat mengambil keputusan-keputusan keuangan yang benar, manajer keuangan perlu menentukan tujuan yang harus dicapai. Tujuan manajemen keuangan menurut Irawati (2006 : 4) adalah: “untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya (expense atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum, dalam menjalankan perusahaan kearah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau survive dan expantion.” Menurut Sutrisno (2007 : 4) tujuan dari manajemen keuangan keuangan sebagai berikut: “tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan profit atau keuntungan dan meminimalkan biaya (expense atau cost) guna mendapatkan suatu pengambilan keputusan yang maksimum, dalam menjalankan perusahaan ke arah perkembangan dan perusahaan yang berjalan atau survive dan expantion.” Sedangkan menurut Ross, Westerfield, Jordan. (2009 : 13) tujuan menajemen keuangan adalah sebagai berikut: “tujuan manajemen keuangan adalah untuk memaksimalkan nilai pasar dari ekuitas pemilik yang ada.” Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan manajemen keuangan yang dilakukan oleh manajer keuangan adalah merencanakan pendanaan dan pengalokasian dana guna memaksimalkan nilai perusahaan. 2.4 Laporan Keuangan 2.4.1 Pengertian Laporan Keuangan Membahas manajemen keuangan tidak bisa lepas dari laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang meliputi dua laporan utama, yaitu : (1) neraca dan (2) laporan rugi – laba. Laporan keuangan disusun dengan tujuan untuk menyediakan informasi keuangan perusahaan kepada pihak – pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Pengertian laporan keuangan menurut Sundjaja dan Barlian (2003 : 68) adalah sebagai beikut : “Laporan keuangan adalah laporan yang menggambarkan hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat komunikasi antara data keuangan atau aktivitas perusahaan dengan pihak – pihak yang berkepentingan dengan data –data/aktivitas tersebut.” Kemudian menurut Sutrisno (2007 : 9) menyatakan bahwa : ”Laporan keuangan itu disusun untuk menyediakan informasi keuangan suatu berkepentingan perusahaan (manajemen, kepada pemilik, pihakkreditor, pihak yang investor, dan pemerintah).” Sedangkan pengertian laporan keuangan menurut Wild & Subramanyam 2012 : 79) adalah: “laporan keuangan merupakan produk proses pelaporab keuangan yang diatur oleh standar dan aturan akuntansi, insentif manajer, serta mekanisme pelaksanaan dan pengawasan perusahaan.” Dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan hasil akhir dari aktivitas suatu perusahaan yang dibuat oleh manajemen dan diproses melalui siklus akuntansi yang akan digunakan oleh pemilik perusahaan, calon investor, kreditur, pemerintah dan pihak – pihak lainnya yang berkepentingan untuk melihat kinerja keuangan dan operasional perusahaan. 2.4.2 Jenis-jenis Laporan Keuangan Laporan keuangan disajikan manajemen untuk semua pihak yang berkepentingan terhadap semua perusahaan. Informasi yang ada dalam laporan keuangan ini dapat langsung digunakan oleh pemakai, namun ada juga yang harus dianalisa lebih lanjut misalnya dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.Setiap pemakai mempunyai kebutuhan yang berbeda terhadap informasi keuangan. Berdasarkan kebutuhan tersebut, akan mencari informasi mana yang akan dibutuhkan untuk dianalisa lebih lanjut, sehingga laporan keuangan perlu diklasifikasikan dalam berbagai jenis laporan keuangan. Jenis-jenis laporan keuangan menurut Jenis-jenis laporan keuangan menurut Gitman (2012:59) adalah : “The four key financial statement required by the SEC for reporting to shareholder are (1) the income statement, (2) the balance sheet, (3) the statement of stockholders’ equity, and (4) the statement of cash flows.” Menurut Sundjaya dan Barlian (2002:4) jenis-jenis laporan keuangan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Income statement (laporan rugi laba) Income statement (laporan rugi laba) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama suatu periode tertentu biasanya meliputi periode satu tahun. Dimana tertulis secara lengkap semua pendapatan dan beban yang harus dibayar. Menurut (Horne & Wachowicz, 2012 : 165) laporan laba rugi adalah: “ringkasan beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu.” 2. Balance sheet (neraca) Balance sheet (neraca) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada suatu saat tertentu. Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. 3. Laporan laba ditahan (statement of retained earnings) Laporan laba ditahan merupakan laporan yang berasal dari tahun-tahun yang lalu dan tahun berjalan yang tidak dibagikan sebagai dividen. 4. Statement of cash flows (laporan arus kas) Kemudian jenis laporan keuangan utama yang terakhir adalah laporan arus kas. Laporan aliran kas meringkas aliran kas masuk dan keluar perusahaan untuk jangka waktu tertentu. 2.4.3 Tujuan, Manfaat dan Penggunaan Laporan Keuangan Menurut IAI (2004 : 4) tujuan dari laporan keuangan ada tiga yaitu: 1. Menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemkai dalam pengambilan keputusan ekonomi. 2. Laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari kebijakan di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. 3. Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilaksanakan manajemen (stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Manfaat laporan keuangna itu sendiri terletak pada interprestasi masingmasing pemakainya. Pemakai dalam konteks ini adalah pihak-pihak yang berkepentingan. Secara luas manfaat laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai tingkat kesehatan keuangan perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan, dari hasil analisis tersebut diketahui potensi-potensi dan kelemahan-kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihak-pihak yang berkeprntingan dnegan perusahaan dapat mempergunakannya sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan Sedangkan penggunaan laporan keuangan dapat diklasifikasikan menjadi seperti berikut: 1. Penggunaan eksternal yang terdiri dari: Kreditur dan investor Pemerintah (eksekutif dan legislatif), Ditjen Pajak, Instansi pemerintah terkait lainnya. Masyarakat umum, serikat pekerja, pelanggan 2. Penggunaan internal yang terdiri dari Manajemen perusahaan Karyawan perusahaan 2.5 Analisis Laporan Keuangan 2.5.1 Pengertian Analisis Laporan Keuangan Untuk memahami kondisi keuangan perusahaan, diperlukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi, apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses pembandingan, evaluasi dan analisis, akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Menurut Aliminsyah dan Padji (2005 : 166) mengenai analisis laporan keuangan adalah : “mencari hubungan yang ada antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan danhasil usaha perusahaan.” Menurut Irawati (2006 : 22) analisis laporan keuangan adalah : ”suatu teknik analisis dalam bidang manajemen keuangan yang dimanfaatkan sebagai alat ukur kondisi-kondisi keuangan suatu perusahaan dalam periode tertentu dengan jalan membandingkan 2 buah variabel yang diambil dari laporan keuangan perusahaan, baik daftar neraca maupun laba rugi.” Pengertian analisis laporan keuangan menurut Horne dan Wachowicz (2012 : 154) : ”Analisis laporan keuangan adalah, seni untuk mengubah data dari laporan keuangan ke informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan .” Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan adalah membedah dan menguraikan pos-pos laporan keuangan untuk mencari hubungan antara unsur-unsur dalam laporan keuangan agar dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan sehingga informasi tersebut dapat digunakan dalam membuat keputusan bisnis dan investasi. 2.5.2 Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger, sabagai alat forecasting mengenai kondisi dan kinerja keuangan di masa yang akan datang, sebagai diagnosis terhadap masalah-masalah manajemen, opersi atau masalah lainnya, atau sebagai alat evaluasi terhadap manajemen. Menurut Prastowo dan Julianty (2005 : 57) : ”Tujuan dari analisis laporan keuangan adalah mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi. Mengurangi dan mempersempit lingkup ketidakpastian yang tidak bisa dielakkan pada setiap proses pengambilan keputusan.” Dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan maka akan diperoleh jawaban yang berhubungan dengan masalah posisi keuangan perusahaan dan hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Dari tujuan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan yang terpenting dari analisis laporan keuangan adalah untuk mengurangi ketergantungan para pengambil keputusan pada dugaan murni, terkaan, dan intuisi serta mengurangi dan mempersempit ketidakpastian pada setiap proses pengambilan keputusan. 2.5.3 Teknik Analisis Laporan Keuangan Harahap (2004:216) mengemukakan teknik dalam analisis laporan keuangan sebagai berikut : 1. Metode Komperatif Metode ini digunakan dengan memanfaatkan angka-angka laporan keuangan dan membandingkannya dengan angka-angka laporan keuangan lainnya. Perbandingan ini dapat dilakukan melalui : a. Perbandingan dalam beberapa tahun (horizontal). b. Perbandingan satu tahun buku (vertikal), yang dibandingkan adalah unsur-unsur yang terdapat dalm laporan keuangan. c. Perbandingan dengan perusahaan yang terbaik. d. Perbandingan dengan angka-angka standar Industri yang berlaku (Industrial Norm). e. Perbandingan dengan budget (anggaran perusahaan) 2. Trend Analysis Analisis ini harus menggunakan teknik perbandingan laporan keuangan beberepa tahun dan dari sini digambarkan trendnya. Trend analisis ini biasanya dibuat melalui grafik. 3. Common size Financial Statement (Laporan Bentuk Awam) Metode ini adalah merupakan metode analisis yang menyajikan laporan keuangan dalam bentuk persentasi. Persentasi itu biasanya dikaitkan dengan suatu jumlah yang dinilai penting misalnya asset untuk neraca, penjualan untuk laba rugi. 4. Metode Indeks time series Dalam metode ini dihitung indeks dan digunakan untuk mengkoversikan angka-angka laporan keuangan. Biasanya ditetapkan tahun dasar yang diberi indeks 100. Beranjak dari tahun dasar ini maka dibuat indeks tahun-tahun lainnya sehingga dapat dibaca dengan mudah perkembangan angka-angka laporan keuangan tersebut pada periode lain. 5. Rasio Laporan Keuangan Rasio laporan keuangan adalah perbandingan antara pos-pos tertentu dengan pos lain yang memiliki hubungan signifikan (berarti). Adapun rasio keuangan yang populer adalah : a. Rasio Likuiditas Menggambarkan kemampuan perusahaan menyelesaikan kebutuhan jangka pendek b. Solvabilitas Kemampuan perusahaan memenuhi atau menyelesaikan kebutuhan jangka panjang. c. Rentabilitas/Profitabilitas Kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua resorsis yang ada, penjualan, kas, asset, modal. d. Leverage Mengetahui posisi utang perusahaan terhadap modal maupun asset. e. Activity Mengetahui aktivitas perusahaan dalam menjalankan operasinya baik dalam penjualan dan kegiatan lainnya. 6. Analisis sumber dan penggunaan Kas dan Dana Analisis sumber dan penggunaan dana dilakukan dengan menggunakan laporan keuangan dua periode. Laporan ini dibandingkan dan dilihat mutasinya. Teknik analisis apapun yang digunakan, kesemuanya itu adalah merupakan permulaan dari proses analisis yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan, dan setiap teknik analisis mempunyai tujuan yang sama yaitu untuk membuat agar data dapat lebih dimengerti sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 2.6 Kebijakan Dividen 2.6.1 Pengertian Dividen Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menyatakan utang perusahaan, dan saham, kepada pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Pengertian dividen menurut Brealy, Myers dan Marcus (2007 : 44) adalah : “pembayaran tunai oleh perusahaan kepada pemegang saham.” Pengertian kebijakan dividen menurut Sartono (2001 : 281) : ”kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang.” Menurut Martono dan Harjito (2007 : 253) : ”Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.” Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian dari laba bersih untuk dibagikan kepada para pemegang saham secara berkala dan bagian laba bersih yang akan dibagikan untuk membiayai investasi. Disatu pihak, setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan pendapatan bagi perusahaan dan dapat membayarkan dividen kepada pemegang saham. Dilain pihak, kedua tujuan tersebut selalu bertentangan. Sebab seandainya makin tinggi tingkat dividen yang dibayarkan, berarti semakin sedikit laba yang akan ditahan, dan akibatnya menghambat tingkat pertumbuhan dalam pendapatan dan harga sahamnya. Jika perusahaan ingin menahan sebagian besar pendapatannya untuk tetap didalam perusahaan berarti bahwa sebagian dari pendapatan yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Pembagian dividen dipengaruhi oleh banyak variabel, sebagai contoh kebutuhan arus kas dan investasi perusahaan mungkin berubah-rubah dengan cepat sehingga untuk menentukan jumlah dividen tetap yang tinggi. Dilain pihak, perusahaan mungkin menginginkan pembayaran dividen yang tinggi untuk menyalurkan dana yang dibutuhkan dalam investasi. Dalam kasus seperti ini pimpinan perusahaan dapat menetapkan dividen yang tetap rendah sehingga perusahaan akan dapat membayarkannya pada tahun-tahun dimana laba yang diperoleh perusahaan rendah atau pada tahun-tahun diperlukannya dana yang cukup besar untuk investasi. Pada umumnya, kebanyakan perusahaan membayarkan dividen berupa kas, seperti yang dikatakan oleh Brealy .et.al (2007 : 434) : “Most companies pay a regural cash dividend each quarter.” Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian dari laba bersih yang berasal dari aliran kas untuk dibagikan kepada para pemegang saham yang memberikan informasi tentang kinerja perusahaan saat ini dan akan datang. Pengertian kebijakan dividen menurut Martono dan Harjito (2007 : 253) : ”Kebijakan dividen (dividend Policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang.” Dengan demikian dapat disimpulkan kebijakan dividen adalah kebijakan yang mengatur berapa bagian laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kepada para pemegang saham dan berapa bagian laba bersih yang akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. 2.6.2 Tujuan Pembayaran Dividen Dalam pembayaran dividen, perusahaan dapat menggunakan bentuk- bentuk tertentu pembayaran dividen. Dividen dapat dibayarkan dalam bentuk dividen tunai (cash dividend), dividen dalam bentuk aktiva yang lain (property dividend), dividen dalam bentuk surat utang (notes), ataupun dividen dalam bentuk saham (stock dividend). Menurut Sartono (2001 : 283) tujuan dari pembagian dividen sebagai berikut: 1. Untuk memaksimumkan kemakmuran bagi para pemegang saham, karena tingginya dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi harga saham. 2. Untuk menunjukkan likuiditas perusahaan. Dengan dibayarkannya dividen, diharapkan kinerja perusahaan dimata investor bagus dan dapat diakui bahwa perusahaan mampu menghadapi gejolak ekonomi dan mampu memberikan hasil kepada investor. 3. Sebagian investor memandang bahwa risiko dividen adalah lebih rendah dibanding resiko capital gain. 4. Untuk memenuhi kebutuhan para pemegang saham akan pendapatan tetap yang digunakan untuk keperluan konsumsi. 5. Dividen dapat digunakan sebagai alat komunikasi antara manajer dan pemegang saham. Adapun tujuan utama seorang investor dalam menanamkan dananya yaitu untuk memperoleh pendapatan (return) yang dapat berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Dalam kaitannya dengan pendapatan dividen, para investor pada umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Stabilitas dividen akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan. Karena akan mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya. Keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para investor disebut kebijakan dividen (dividend policy). Di sisi lain perusahaan di hadapkan dalam berbagai macam kebijakan, antara lain : perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih menguntungkan. 2.6.3 Beberapa Jenis Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah berhubungan dengan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Atas dasar teori tentang kebijakan dividen di atas, menurut Gitman (2006 : 602-603) bentuk kebijakan dividen diantaranya : 1. Kebijakan Dividen Rasio Pembayaran Konstan (Constant Payout Ratio Dividend Policy) Merupakan kebijakan dividen yang didasarkan pembayaran dividen dalam persentase tertentu dari pendapatan yang dibayarkan kepada pemilik setiap periode pembagian dividen. 2. Kebijakan Divien yang teratur (Reguler Dividend Policy) Merupakan kebijakan dividen yang didasarkan atas pembayaran dividen dengan jumlah uang yang tetap dalam setiap periode. 3. Kebijakan dividen rendah yang teratur dan ditambah ekstra (Low- Regularand- Extra Dividend Policy) Merupakan kebijakan dividend yang didasarkan pembayaran dividend rendah yang teratur, penambahan dividen jika pendapatan lebih tinggi dari normal pada periode pembayaran dividen. 2.6.4 Teori Kebijakan Dividen Kebijakan dividen (dividend policy) adalah suatu keputusan untuk menentukan berapa besar bagian dari pendapatan perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham dan akan diinvestasikan kembali (reinvesment) atau ditahan (retained) didalam perusahaan. Pengertian kebijakan dividen menurut Sartono (2001 : 281) : “Kebijakan dividen adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang.” Pengertian kebijakan dividen menurut Gitman (2006 : 597): “A plan of action to be foloed wherever on dividend decision is made.” Menurut Martono dan Harjito (207 : 253) : “Kebijakan dividen (dividend policy) merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pad aakhir tahun akan dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan untuk menambah modal guna pembiayaan investasi di mas ayang akan datang.” Dengan demikian apat disimpulkan bahwa kebijakan dividen merupakan suatu kebijakan yang mengatur besaran laba bersih yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan besaran laba bersih yang akan digunakan untuk membiayai investasi perusahaan. Ada beberapa teori yang digunakan sebagai landasan dalam menentukan kebijakan dividen untuk perusahaan. Sehingga dapat dijadikan pemahaman mengapa suatu perusahaan mengambil kebijakan dividen tertentu. Menurut Sartono (2001 : 282) teori-teori tersebut sebagai berikut : 1. Dividend irrelevance theory Teori yang dianjurkan oleh Modigliani-Miller (MM) ini menyatakan bahwa kebijakan dividen tidak mempunyai pengaruh, baik terhadap harga saham maupun biaya modalnya atau sebenarya tidak relevan. dapat dikatakan bahwa kebijakan dividen 2. Bird-in-the-hand theory Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan John Linther yang menyatakan bahwa biaya modal sendiri akan naik jika Dividend Payout Ratio (DPR) rendah. Hal ini dikarenakan investor lebih suka menerima dividen daripada capital gain. 3. Tax preference theory Adalah suatu teori yang menyatakan bahwa karena adanya pajak terhadap keuntungan dividen dan capital gains maka para investor lebih menyukai capital gains karena dapat menunda pembayaran pajak. Kebijakan dan keputusan dividen pada hakekatnya akan menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan seberapa banyak yang ditahan sebagai retained earning. Perbandingan antara dividen dan keuntungan merupakan rasio pembayaran dividend (Dividend Payout Ratio) atau persentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada pemegang saham sebagai cash dividend. Semakin tinggi tingkat dividen yang akan dibayarkan berarti semakin sedikit laba yang dapat ditahan (retained earning). Dalam keputusan pembagian dividen, perusahaan harus mempertimbangkan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaannya. Laba yang diperoleh perusahaan pada umumnya tidak dibagikan seluruhnya sebagai dividen karena sebagian disisihkan untuk diinvestasikan kembali atau sebagian ditahan dalam retained earning. Besar kecilnya dividen yang di bayarkan kepada pemegang saham tergantung pada kebijakan dividen masing-masing perusahaan sehingga pertimbangan manajemen sangat diperlukan. 2.6.5 Mengukur Tingkat Pembayaran Dividen/Dividend Payout Ratio Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan laba bersih yang didapat dan biasanya disajikan dalam bentuk persentase. Semakin tinggi Dividen Payout Ratio akan menguntungkan para investor tetapi dari pihak perusahaan akan memperlemah internal financial karena memperkecil laba ditahan, tetapi sebaliknya Dividen Payout Ratio semakin kecil akan merugikan para pemegang saham (investor) tetapi internal financial perusahaan semakin kuat. Dividend Payout Ratio menurut Sartono (2005 : 75) adalah : “Persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham.” Menurut Ross, et. al (2006 : 94) bahwa Dividend Payout Ratio adalah : “jumlah dari pendapatan tunai yang sampai kepada pemegang saham yang dibagi oleh pendapatan netto.” Menurut Gitman (2006 : 602) Dividend Payout Ratio adalah : “Indicated the percentage of each dollar earned that is distributed to the owners in the form of cash. It’s calculated by dividing the firm cash dividend per share by earning per share” Dari pengertian tersebut Dividend Payout Ratio dapat diformulasikan menjadi : Dividend Payout Ratio Dimana : DPS 100% EPS DPS = Dividend Per Share EPS = Earning Per Share 2.6.6 Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kebijakan Dividen. Dalam menentukan kebijakan dividen, perusahaan harus mempertimbangkan sejumlah hal atau faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen menurut Sundjaja dan Barlian (2003 : 387-390) : 1. Peraturan hukum a. Peraturan mengenai laba bersih menentukan bahwa dividen dapat dibayar dari laba tahun-tahun yang lalu dan laba tahun berjalan. b. Peraturan mengenai tindakan yang merugikan modal. Melindungi para direktur, dengan melarang pembayaran dividen yang berasal dari modal (membagikan investasinya dan bukan membagikan dividen). c. Peraturan mengenai tak mampu bayar. Perusahaan boleh tidak membayar dividen jika tidak mampu (bangkrut). 2. Posisi likuiditas Laba ditahan biasanya diinvestasikan dalam bentuk aktiva yang diperlukan untuk menjalankan usaha. Laba ditahan dari tahun-tahun terdahulu sudah diinvestasikan dalam bentuk mesin dan peralatan, persediaan, dan barangbarang lainnya, bukan disimpan dalam bentuk uang tunai, Oleh karena itu sesuatu perusahaan yang keuntungannya luar biasa mungkin saja tidak dapat membayar dividen karena keadaan likuiditasnya. Memang perusahaan yang sedang tumbuh biasanya betul-betul kekurangan dana. Dalam situasi seperti ini mungkin perusahaan memutuskan untuk tidak membayar dividen dalam bentuk tunai. 3. Membayar Pinjaman Jika perusahaan telah membuat pinjaman untuk memperluas usahanya atau untuk pembiayaan lainnya maka ia dapat melunasi pinjamannya pada saat jatuh tempo atau ia dapat menyisihkan cadangan-cadangan untuk melunasi pinjaman itu nantinya. Jika diputuskan bahwa pinjaman itu akan dilunasi , maka biasanya harus ada laba ditahan 4. Kontrak Pinjaman Kontrak pinjaman apabila jika menyangkut pinjaman jangka panjang, seringkali membatasi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen tunai. Pembatasan-pembatasan yang dimaksudkan untuk melindungi para kreditur yaitu : a Dividen yang akan datang hanya boleh dibayar dari keuntungan yang diperoleh sesudah ditandatanganinya kontrak pinjaman (artinya tidak boleh dibayarkan dari laba tahun lalu yang ditahan). b Dividen tidak boleh dibayarkan jika modal kerja bersih jumlahnya lebih kecil dari suatu jumlah tertentu. Begitu pula persetujuan mengenai saham preferen biasanya menyatakan bahwa dividen atas saham preferen selesai dibayar. 5. Pengembaliaan Aktiva Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhannya untuk membiayai pengembangan aktiva perusahaan. Semakin banyak dana yang dibutuhkan di kemudiaan hari, semakin banyak laba yang harus ditahan dan tidak dibayarkan. Apabila ingin menambah modal dari luar maka sumber alami yang tersedia adalah para pemegang saham sekarang yang sudah mengenal perusahaan. Jika keuntungannya dibayarkan kepada mereka sebagai dividen dan terkena tarif pajak perorangan yang tinggi, maka hanya sebagian saja yang dapat ditanam kembali. 6. Tingkat Pengembalian Tingkat pengembaliaan atas asset menentukan pembagiaan laba dalam bentuk dividen yang dapat digunakan oleh pemegang saham baik ditanamkan kembali di dalam perusahaan maupun di tempat lain. 7. Stabilitas Keuntungan Perusahaan yang keuntungannya relatif teratur seringkali dapat memperkirakan bagaimana keuntungan di kemudiaan hari. Maka perusahaan seperti itu kemungkinan besar akan membagikan keuntungannya dalam bentuk dividen dengan persentasi yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi. 8. Pasar modal Perusahaan besar yang sudah mantap, dengan profitabilitas yang tinggi dan keuntungan yang teratur, dengan mudah dapat masuk ke pasar modal atau memperoleh macam-macam dana dari luar untuk pembiayaannya. Perusahaan yang sudah mantap akan mempunyai tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan kecil atau yang masih baru. 9. Kendali Perusahaan Jika perusahaan hanya memperkuat usahanya dari pembiayaan intern maka pembayaran dividen akan berkurang. Kebijakan ini dijalankan atas pertimbangan bahwa menambah modal dengan menjual saham biasa akan mengurangi pengendalian atas perusahaan itu oleh golongan pemegang saham yang kini sedang berkuasa. 10. Keputusan kebijakan dividen Hampir semua perusahaan ingin mempertahankan dividen per saham pada tingkat yang konstan. Tetapi naiknya dividen selalu terlambat dibandingkan dengan naiknya keuntungan. Artinya dividen itu baru akan dinaikkan jika sudah jelas bahwa meningkatnya keuntungan itu benar-benar mantap dan nampak cukup permanen. Sekali dividen sudah naik, maka segala daya dan upaya akan dikerahkan. Jika keuntungannya kemudian menurun. Menurut Sutrisno (2001 : 304 – 305), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dividen yang akan dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham antara lain adalah : 1. Posisi Solvabilitas Perusahaan Apabila perusahaan dalam kondisi insolvensi atau solvabilitasnya kurang menguntungkan, biasanya perusahaan tidak membagikan laba. Hal ini disebabkan laba yang diperoleh lebih banyak digunakan untuk memperbaiki posisi struktur modalnya. 2. Posisi Likuiditas Perusahaan Bagi perusahaan yang kondisi likuiditasnya kurang baik, biasanya dividend payout rationya kecil, sebab sebagian besar laba yang digunakan untuk menambah likuiditas. Namun perusahaan yang sudah mapan dengan likuiditas yang baik cenderung memberikan dividen yang lebih besar. 3. Kebutuhan untuk melunasi hutang Salah satu sumber dana perusahaan adalah dari kreditor berupa hutang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Semakin banyak hutang yang harus dibayar semakin besar dana yang harus disediakan sehingga mengurangi jumlah dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham. Disamping itu dengan jatuh temponya hutang, berarti dana hutang tersebut harus diganti. Alternatif mengganti dan hutang bisa dengan mencari hutang baru, dan juga bisa dengan sumber dana intern dengan cara memperbesar laba ditahan. Hal ini tentunya akan memperkecil dividend payout ratio. 4. Rencana perluasan Perusahaan yang berkembang ditandai dengan semakin pesatnya pertumbuhan perusahaan, dan hal ini bisa dilihat dari perluasan yang dilakukan oleh perusahaan. Semakin pesat pertumbuhan perusahaan, juga semakin pesat perluasan yang dilakukan. Konsekuensinya semakin besar dana yang dibutuhkan untuk membiayai perluasan tersebut. Kebutuhan dana dalam rangka ekspansi tersebut bisa dipenuhi baik dari hutang, menambah modal sendiri yang berasal dari pemilik, dan salah satunya juga bisa diperoleh dari internal resources berupa memperbesar laba ditahan. Dengan demikian semakin pesat perluasan yang dilakukan perusahaan semakin kecil Dividend Payout Rationya. 5. Kesempatan investasi Kesempatan investasi juga merupakan faktor yang mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan. Semakin terbuka kesempatan investasi semakin kecil dividen yang dibayarkan sebab dananya digunakan untuk memperoleh kesempatan investasi. Namun bila kesempatan investasi kurang baik, maka dananya lebih banyak akan digunakan untuk membayar dividen. 6. Stabilitas pendapatan Bagi perusahaan yang pendapatannya kurang stabil, dividen yang akan dibayarkan kepada pemegang saham lebih besar dibanding dengan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil. Perusahaan yang pendapatannya stabil tidak perlu menyediakan kas yang banyak untuk berjaga-jaga, sedangkan perusahaan yang pendapatannya tidak stabil harus menyediakan uang kas yang cukup besar untuk berjaga-jaga. 7. Pengawasan terhadap perusahaan Kadang-kadang pemilik tidak mau kehilangan kendali terhadap perusahaan. Apabila perusahaan mencari sumber dana dari modal sendiri, kemungkinan akan masuk investor baru dan tentunya akan mengurangi kekuasaan pemilik lama dalam mengendalikan perusahaan. Jika dibelanjai dari hutang risikonya cukup besar. Oleh karena itu perusahaan cenderung tidak membagi dividennya agar pengendalian tetap berada ditangannya. 2.7 Keputusan Investasi 2.7.1 Pengertian Investasi Investasi adalah suatu kegiatan penanaman modal untuk suatu atau lebih aktiva yang dimiliki dan biasanya berjangka waktu lama dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Beberapa pakar mengemukakan pendapatnya tentang investasi. Menurut Ahmad (2004 : 3) : ”Investasi adalah menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan keuntungan tertentu atas uang atau dana tersebut.” Menurut Jogiyanto (2007 : 5) : ”Investasi adalah penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan didalam produksi yang efisien selama periode waktu yang ditentukan.” Sedangkan menurut Haruman (2008 : 8) : ”Investasi adalah pertumbuhan total asset perusahaan dari tahun ke tahun yang menunjukkan perkembangan investasi perusahaan.” Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan akan menentukan keuntungan yang akan diperoleh perusahaan dan kinerja perusahaan di masa yang akan datang, atau dengan kata lain investasi adalah komitmen atas sejumlah dana penanaman modal untuk satu atau lebih aktiva yang dimiliki dengan harapan menghasilkan poendapatan yang positif di masa yang akan datang. Apabila perusahaan salah di dalam pemilihan investasi, maka kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu dan hal ini tentunya akan mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan, karena investasi yang dilakukan perusahaan pada dasarnya adalah untuk meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan mencapai tujuan perusahaan. Pihak-pihak yang melakukan investasi disebut investor. Investor pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu investor individual yang terdiri dari individuindividu yang melakukan aktivitas investasi dan investor institusional yang biasanya terdiri dari perusahaan asuransi, lembaga penyimpan dana, lembaga dana pensiun maupun perusahaan investasi. Investor membeli sejumlah saham saat ini dengan harapan memperoleh keuntungan dari kenaikan harga saham ataupun sejumlah deviden di masa yang akan datang, sebagai imbalan atas waktu dan risiko yang terkait dengan investasi. Adanya ketidakpastian investasi dalam saham mendorong investor untuk berhati-hati dalam berinvestasi. Keputusan investasi sendiri tercermin dari pertumbuhan Total Asset perusahaan yang bersangkutan dari tahun ke tahun. Implementasi keputusan investasi sangat dipengaruhi oleh ketersediaan dana dalam perusahaan yang berasal dari sumber pendanaan internal (internal financing) dan sumber pendanaan eksternal (external financing). Untuk mengukur pertumbuhan investasi yang akan dilakukan perusahaan, maka dapat menggunakan rumus : Investasi = Total Asset – total asset (t-1) Total asset (t-1) Perencanaan terhadap keputusan investasi ini sangat penting karena beberapa hal berikut: 1. Dana yang dikeluarkan untuk investasi sangat besar, dan jumlah dan yang besar tersebut tidak bisa diperoleh kembali dalam jangka pendek atau diperoleh sekaligus. 2. Dana yang dikeluarkan akan terikat dalam jangka panjang, sehingga perusahaan harus menunggu selama jangka waktu cukup lama untuk bisa memperoleh kembali dana tersebut. 3. Keputusan investasi menyangkut harapan terhadap hasil keuntungan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam mengadakan peramalan akan dapat mengakibatkan terjdinya over atau underinvestment, yang akhirnya akan merugikan perusahaan. Proses dalam melakukan keputusan investasi dapat diperinci ke dalam tahap sebagai berikut : 1. Perencanaan 2. Analisis investasi 3. Pemilihan proyek 4. Pelaksanaan proyek 5. Pengawasan proyek Jika proyek-proyek investasi sudah tersedia atau dapat diperoleh, maka perusahaan perlu melakukan analisis awal. Dalam analisis awal perusahaan harus mengumpulkan informasi yang lebih akurat tentang proyek-proyek yang tersedia. Informasi tentang proyek-proyek yang akan diambil umumnya meliputi : 1. Jenis atau macam proyek 2. Lama berakhirnya proyek 3. Pola produksi atau output selama masa proyek 4. Total produksi dan saat mulai berproduksi 5. Teknologi yang akan digunakan 6. Jumlah dan pola penerimaan serta pengeluaran cash flow 7. Informasi lain yang sangat bervariasi antara satu proyek dengan proyek lain. Asal-usul investasi tidak selalu harus dari bagian keuangan, mungkin saja usul tersebut berasal dari pemasaran, bagaian produksi, ataupun melibatkan berbagai bagaian kegiatan perusahaan. Demikian juga arus kas akan memerlukan kerja sama antara bagian yang mengusulkan dengan bagian keuangan. Evaluasi arus kas mungkin lebih banyak dilakukan oleh bagian keuangan, demikian juga pemilihan proyek. Akhirnya monitoring memerlukan kerja sam dengan seluruh bagian yang terlibat. Jadi pada intinya perusahaan harus mampu menetukan sumber dan yang optimal untuk mendanai berbagai alternatif investasi, sehingga dapat memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin pada harga saham. Dalam jurnalnya Haruman (2008) mengemukakan bahwa keputusan investasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan arah yang positif. Kenaikan investasi akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila tingkat investasi di sebuah perusahaan tinggi, maka akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut karena pertumbuhan investasi tersebut dapat dipersepsikan sebagai good news bagi investor. Selain itu, peningkatan investasi ini akan dianggap sebagai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang dan penentu nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan. 2.7.2 Tipe-Tipe Investasi Keuangan Investasi ke dalam aktiva keuangan dapat berupan investasi langsung dan investasi tidak langsung. Hal ini ditunjukan dalam gambar berikut : Gambar 2.1 Tipe-Tipe Investasi Investasi tidak INVESTOR Investasi tidak Langsung Perusahaan Investasi Langsung INVESTOR Investasi Langsung Sumber : Sunariyah (2004) Menurut Sunariyah (2004 : 4) investasi dalam arti luas terdiri dari dua bagian utama, yaitu: 1. Investasi dalam bentuk aktiva riil (real assets). Aktiva riil adalah aktiva berwujud seperti emas, perak, intan, barang-barang seni dan real estate. 2. Investasi dalam bentuk surat-surat berharga atau sekuritas (marketable securities atau financial assets). Aktiva finansial adalah surat-surat berharga yang pada dasarnya merupakan klaim atas aktiva riil yang dikuasai oleh suatu entitas. Sunariyah (2004:4) mengemukakan pula bahwa, pemilikan aktiva finansial dalam rangka investasi pada sebuah entitas dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu: Investasi langsung Investasi tidak langsung 1. Investasi Langsung Investasi langsung diartikan sebagai suatu pemilikan surat-surat berharga secar langsung dalam suatu entitas yang secar resmi telah Go Public dengan harapan akan mendapatkan keuntungan berupa penghasilan dividen dan capital gains. 2. Investasi Tidak Langsung Investasi tidak langsung terjadi bilamana surat-surat berharga yang dimiliki diperdagangkan kembali oleh perusahaan investasi (investment company) yang berfungsi sebagai peratara. Pemilikan aktiva tidak langsung dilakukan melalui lembaga-lembaga keuangan terdaftar, yang bertindak sebagai perantara atau intermediary. Dalam peranannya sebagai investor tidak langsung, pedagang perantara (pialang) mendapatkan dividen dan capital gain seperti halnya dalam investasi langsung, selain itu juga akan memperoleh penerimaan berupa capital gain atas hasil perdagangan portofolio yang dilakukan oleh perusahaan perantara tersebut. 2.7.3 Tujuan Investasi Investasi merupakan penanaman dana yang dilakukan oleh suatu perusahaan kedalam suatu perusahaan ke dalam suatu asset (aktiva) dengan harapan memperoleh pendapatan di masa yang akan dating. Menurut Gitman dan Joehnk (2005 : 13) ada beberapa alasan mengapa seseorang melakukan investasi, antar lain adalah : 1. Mengumpulkan dana pensiun (Accumulating retirement funds) Mengumpulkan dan untuk pengunduran merupakan alasan terpenting untuk berinvestasi. diri bagi pensiunan 2. Meningkatkan pendapatan pada saat ini (Enhancing current income) Investasi meningkatkan pendapatan saat ini yang berasal dari pendapatan dividen atau bunga. 3. Menabung untuk pengeluaran besar (saving for major expenditure) Umumnya hal ini untuk pembayaran rumah, pendidikan, perjalanan liburan dan modal untuk menjalankan usaha baru. 4. Melindungi pendapatan dari pajak (sheltering income from taxes) Jika seseorang dapat menghindar atau menunda membayar pajak pendapatan dari sebuah investasi, maka akan lebih banyak dana yang tersedia untuk investasi ulang. 2.7.4 Jenis Investasi Jangka Panjang Dalam sebuah situs keuangan yaitu www.investasi-8000.blogspot.com menyebutkan bahwa, bentuk- bentuk investasi jangka panjang antara lain : 1. Obligasi Obligasi terkadang disebut dengan sekuritas pendapatan yang tetap sebagai mana diatur ketika obligasi tersebut dikeluarkan. Obligasi hampir sama dengan deposito namun obligasi dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan. 2. Saham Saham merupakan cara lain untuk memiliki bagian dari unit usaha. Sebuah saham mewakili proporsi pemilikan tertentu pada suatu perusahaan. Nilai pasar suatu saham naik dan turun mengikuti perubahan nilai perusahaan tersebut. 3. Reksadana Pada reksadana, investor mengumpulkan uang untuk dikelola oleh manajer investasi, yang akan memutuskan untuk membeli saham, obligasi dan instrument lain yang dianggap layak dan memberikan tingkat pengembalian terbaik dengan resiko tertentu. 2.7.5 Klasifikasi Investasi Di dalam penentuan investasi, ada beberapa klasifikasi perusahaan yang menerbitkan portofolio. Menurut Ahmad (2004 : 203) perusahaan investasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Investment trust Merupakan trust yang menerbitkan portofolio yang dibentuk dari surat-surat berharga berpenghasilan tetap (misalnya bond) dan ditangani oleh orang kepercayaan yang independen. Sertifikat portofolio ini dijual kepada investor sebesar nilai bersih total aktiva yang tergabung di dalam portofolio ditambah dengan komisi. Investor dapat menjual balik sertifikat ini kepada trust sebesar nilai bersih sertifikat tersebut (net asset value atau NAV). Besarnya NAV persertifikat adalah total nilai pasar dari sekuritas-sekuritas yang tergabung di portofolio dikurangi dengan biaya-biaya yang terjadi dan dibagi dengan jumlah sertifikat yang diedarkan. 2. Closed-end investment companies Merupakan perusahaan investasi yang hanya menjual sahamnya dalam jumlah yang tetap yaitu sebanyak saat penawaran perdana (initial public offering) saja. Biasanya perusahaan investasi ini tidak menawarkan lagi tambahan lembar saham, kecuali jika ada penawaran publik berikutnya. Lembar saham yang sudah beredar dari penawaran perdana diperdagangkan di pasar sekunder (stock exchange) dengan harga pasar yang terjadi di pasar bursa. 3. Open-end investment companies Dikenal dengan nama perusahaan reksa dana (mutual funds). Perusahaan reksa dana (mutual fund) ini adalah perusahaan investasi yang mengelola portofolio dan menjual kepemilikan portofolionya di pasar modal. Perusahaan investasi ini masih terus menjual kepemilikan portofolionya kepada investor. Juga pemegang kepemilikan portofolio dapat menjual kembali kepemilikan portofolionya ke perusahaan reksa dana yang bersangkutan. 2.7.6 Metode Penilaian Investasi Suatu investasi dikatakan menguntungkan kalau investasi tersebut bisa membuat pemodal menjadi lebih kaya. Pengertian ini konsisten dengan tujuan memaksimumkan nilai perusahaan. Ada beberapa alat analisa atau metode dalam menilai keputusan investasi. Menurut Manullang (2005 : 122) metode-metode penilaian investasi tersebut antara lain adalah : 1. Payback period Payback period adalah untuk mengukur lamanya dana investasi yang ditanamkan kembali seperti semula. Karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu (yaitu tahun atau bulan). Bila payback period lebih kecil dibanding dengan target kembalinya investasi, maka proyek investasi layak, sedangkan bila lebih besar proyek tidak layak. Dan untuk menghitung besarnya payback period bila cash flownya sama tiap tahun adalah : Kelemahan dari metode payback adalah : a. Tidak memperhatikan nilai waktu uang, dan b. Mengabaikan arus kas setelah periode payback. Untuk mengatasi kelemahan karena mengabaikan nilai waktu uang, metode perhitungan payback period dicoba diperbaiki dengan mem-present value-kan arus kas, dan dihitung periode payback-nya. Cara ini disebut sebagai discounted payback period. 2. Accounting rate of return Metode accounting rate of return adalah metode penilaian investasi yang mengukur seberapa besar tingkat keuntungan dari investasi. Apabila angka accounting rate of return lebih besar dibandingkan dengan keuntungan yang disyaratkan, maka proyek investasi ini menguntungkan, apabila lebih kecil daripada tingkat keuntungan yang disyaratkan proyek ini tidak layak. Kebaikan metode ini adalah sederhana dan mudah, perhitungan metode ini menggunakan data accounting yang tersedia, sehingga tak memerlukan penghitungan tambahan. Sedangkan kelemahan metode ini mengabaikan nilai waktu uang dan tidak memperhitungkan aliran kas, metode ini dianggap kurang memuaskan atau kurang baik untuk digunakan dalam menilai proyek-proyek investasi. 3. Net Present Value Pada metode di depan keduanya mengabaikan adanya nilai waktu dari uang, padahal cash flow yang digunakan untuk menutup investasi tersebut diterima di masa yang akan datang, sementara dana untuk investasi dikeluarkan pada saat sekarang. Oleh karena itu perlu metode yang memperhatikan konsep time value of money. Salah satu metode untuk menilai investasi yang memperhatikan time value of money adalah net present value (NPV). NPV adalah merupakan selisih antara nilai sekarang dari cash flow dengan nilai sekarang dari investasi. Bila selisih antara present value dari cash flow lebih besar berarti terdapat NPV positif, artinya proyek investasi layak, sebaliknya bila present value dari cash flow lebih kecil dibanding present value investasi maka NPV negative dan investasi dipandang tidak layak. Dengan demikian dalam perhitungan NPV memerlukan dua kegiatan penting yaitu : a. Menaksir arus kas b. Menentukan tingkat bunga yang dipandang relevan 4. Internal Rate of Return Bila pada metode net present value mencari nilai sekarang bersih dengan tingkat discount rate tertentu, maka metode internal rate of return mencari discount rate yang dapat menyamakan antara present value dari aliran kas dengan present value dari investasi. Dengan demikian internal rate of return (IRR) adalah tingkat discount rate yang dapat menyamakan present value of cash flow dengan present value of investment. Kelemahan metode IRR antara lain : a. Bahwa i yang dihitung akan merupakan angka yang sama untuk setiap tahun usia ekonomis. Metode IRR tidak memungkinkan menghitung IRR yang berbeda setiap tahunnya. Padahal secara teoritis dimungkinkan terjadi tingkat bunga yang berbeda-beda. b. Bisa diperoleh i yang lebih dari satu angka (multiple IRR). Bila demikian, maka akan timbul masalah, yakni i mana yang akan kita pergunakan. Untuk mencari besarnya IRR diperlukan data NPV yang mempunyai dua kutub, positif dan negative. Setelah didapatkan NPV tersebut, selanjutnya dibuat interpolasi atau dihitung dengan rumus sebagai berikut : Dimana : rr : tingkat discount rate (r) lebih rendah rt : tingkat discount rate (r) lebih tinggi TPV : Total Present Value NPV : Net Present Value Bila IRR lebih besar dibanding keuntungan yang disyaratkan berarti layak, demikian sebaliknya bila IRR lebih kecil dibanding keuntungan yang disyaratkan berarti proyek investasi kurang layak. 5. Profitability Index Metode profitability index (PI) ini menghitung perbandingan antara present value dari penerimaan dengan present value dari investasi. Bila PI ini lebih besar dari 1, maka proyek investasi dianggap layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan untuk mencari PI sebagai berikut : 2.8 Profitabilitas 2.8.1 Pengertian Profitabilitas Salah satu rasio yang digunakan dalam menganalisa kinerja keuangan dari suatu perusahaan adalah rasio profitabilitas. Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan denagn volume penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keseluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seorang penganalisa untuk mengevaluasi tingkat pendapatan dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Dalam hal ini penelitian ditekankan pada profitabilitas , karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam keadaan menguntungkan/profitable. Tanpa adanya keuntungan akan sangat sulit bagi perusahaan untuk menarik modal dari luar. Menurut Martono dan Harjito (2007 : 59) : “Rasio Profitabilitas terdiri dari dua jenis rasio yang menunjukan laba dalam hubungannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukan laba dalam hubungannya dengan investasi.” Rasio profitabilitas merupakan hal yang sangat penting, tidak hanya bagi manajemen sebagai alat ukur kinerja perusahaan, tetapi juga bagi investor dan kreditur. Rasio ini merupakan efektifitas keseluruhan dari operasi perusahaan. Ketika hasil analisis ini menujukan bahwa perusahaan memiliki kinerja keuangan yang baik berarti nilai perusahaan itu pun meningkat. Menurut Harahap (2004:304) : “ Rasio Profitabilitas adalah salah satu teknik analisis rasio keuangan yang menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber daya ayang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating cost. ” Sedangkan menurut Sugiono dan Untung (2008:70) : ”Rasio Profitabilitas adalah rasio untuk mengukur efektivitas manajemen yang mencerminkan pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal.” Jadi dapat disimpulkan bahwa profitabilitas dapat diartikan sebagai suatu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan / laba dengan menggunakan parameter laba bersih perusahaan. Menurut Irawati (2006 : 58), untuk mengukur rasio profitabilitas digunakan rasio-rasio sebagai berikut: 1. Net Profit Margin (NPM) 2. Gross Profit Margin (GPM) 3. Operating Profit Margin (OPM) 4. Operating Ratio (OR) 5. Return on Assets (ROA) 6. Return on Equity (ROE) 7. Earning per Share (EPS) 8. Return On Investment (ROI) Dalam penelitian ini yang penulis teliti lebih lanjut adalah mengenai analisis Return On Investment (ROI), karena analisis ROI ini berkaitan secara langsung dengan penilaian kinerja keuangan perusahaan oleh para investor sehingga dapat mencerminkan pendapatan yang diterima oleh pemegang saham. 2.8.2 Pengertian Return on Investment (ROI) Return On Investment merupakan salah satu bentuk dari rasio profitabilitas untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan dalam usaha untuk memperoleh keuntungan. Menurut Bergevin (2002 : 274) ROI diartikan sebagai : “Measures of wealth creation from a given level and type of capital.” Menurut Sutrisno (2003 : 255) pengertian Return on Investment adalah : ”Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih atau EAT.” Sedangkan menurut Mardiyanto (2009 : 62): “ROI adalah bagaimana mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitas investasi” Rasio ini dapat ditulis dalam rumus sebagai berikut : Martono dan Harjito (2007 : 60) ROI Laba Bersih Setelah Pajak Total Aktiva Menurut Sartono (2001 : 123) profitabilitas dapat dihitung melalui Return on Investment (ROI). Dengan rumus perhitungannya : 𝑅𝑂𝐼 = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑡𝑒𝑛𝑔𝑎 ℎ 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘 (𝐸𝐴𝑇) 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 Rasio ini sangat penting bukan hanya bagi manajemen sebagai alat ukur kinerja perusahaan, tetapi juga bagi investor. Hal ini dijelaskan oleh Gibson (2001 : 303) yaitu : ”Profitability is the ability of the firm to generate earnings. Analysis of profit is of vital concern to stockholders as the derived revenue, in firm of dividens, when paid from profit. Further, increased profit can cause a rise in market leading to capital gain.” Analisis dari keuntungan adalah dengan memperhatikan besar-kecilnya dividen, yang dibayarkan dari keuntungan perusahaan, kepada para pemegang saham. Selebihnya, keuntungan dapat meningkat disebabkan adanya perubahan laba dari pasar. Dapat disimpulkan berdasarkan definisi ROI diatas adalah pengukuran atas perusahaan dalam menghasilkan profit dari kegiatan-kegiatan investasi perusahaannya. Jadi analisis atas laba perusahaan merupakan hal yang sangat penting bagi pemegang saham, sebagai pihak yang berkepentingan terhadap laba, karena peningkatan laba dapat menyebabkan terhadap Return on Investment perusahaan tersebut. Besarnya ROI suatu perusahaan yang baik akan mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut. 2.9 Nilai Perusahaan 2.9.1 Pengertian Nilai Perusahaan Nlai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli apabila perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat diukur dari tinggi rendahnya harga saham di perusahaan yang bersangkutan. Tinggi rendahnya harga saham banyak dipengaruhi oleh kondisi perusahaan itu sendiri. Pengertian nilai perusahaan menurut Sartono (2001:226): “Nilai perusahaan merupakan penjumlahan nilai sendiri (E) dan nilai Utang (D).” Menurut Brigham dan Erhardt (2002) : ”Value is determined by results as reaveable in financial statement value of firm is stockholder wealth maximization, which translates into maximing the price of the firm’s common stock”. Sedangkan menurut Mardiyanto (2009:182) : “nilai perusahaan adalah nilai sekarang dari serangkaian arus kas masuk yang akan dihasilkan perusahaan pada masa yang akan datang.” Free cash flow merupakan cash flow yang tersedia bagi investor (kreditur dan pemilik) setelah memperhitungkan seluruh pengeluaran untuk operasional perusahaan dan pengeluaran untuk investasi serta aktiva lancar bersih. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa nilai perusahaan dapat ditentukan dari perbandingan hasil sebagai kinerja perusahaan yang terlihat dari laporan keuangan, dimana nilai perusahaan merupakan nilai sekarang (present value) dari free cash flow di masa mendatang pada tingkat diskonto sesuai rata- rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital, WACC). 2.9.2 Jenis - jenis Nilai Perusahaan Nilai perusahaan (Value of Firm) berhubungan dengan kemampuan perusahaan untuk meningkatkan kemakmuran pemegang saham (nilai saham), maka nilai perusahaan akan maksimum. Memaksimumkan nilai perusahaan ini digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan berarti meningkatnya kemakmuran pemilik perusahaan atau pemegang saham perusahaan. Menurut Gitman (2003 : 108), terdapat beberapa jenis nilai perusahaan terdiri dari : 3. Nilai Likuiditas (Liquidation Value) Nilai likuiditas adalah jumlah uang yang dapat direalisasikan jika sebuah aktiva atau sekelompok aktiva (contohnya perusahaan) dijual secara terpisah dari organisasi yang menjalankannya. 4. Nilai kelangsungan usaha adalah nilai perusahaan jika dijual sebagai operasi usaha yang berlanjut. 5. Nilai Buku (Book Value) Nilai buku suatu perusahaan adalah total aktiva dikurangi kewajiban dan saham preferen seperti tercantum di neraca 6. Nilai Pasar (Market Value) Nilai pasar adalah harga pasar yang digunakan untuk memperdagangkan aktiva. 7. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value) Nilai intrinsik adalah harga saham- sahamnya berdasarkan pada faktor yang dapat mempengaruhi penilaian. 2.9.3 Ukuran Nilai Perusahaan Nilai perusahaan dapat didefinisikan sesuai dengan tujuan yang berbeda- beda. Nilai likuidasi (liquidating value) merupakan nilai aktual per lembar saham yang akan diterima apabila seluruh aset perusahaan dijual sesuai harga pasar, seluruh kewajiban dibayar dan kelebihannya dibagikan kepada pemegang saham (Gitman, 2006 : 352). Nilai perusahaan berjalan (going concern value) adalah nilai perusahaan itu sebagai badan usaha yang masih beroperasi. Jika nilai perusahaan berjalan melebihi nilai likuiditasnya, maka perbedaannya disebut sebagai nilai pasar perusahaan. Nilai buku per lembar saham merupakan jumlah per lembar saham yang akan diterima jika seluruh aset perusahaan dijual sesuai nilai buku (nilai akuntansi) perusahaan. Kelebihan dari hasil penjualan tersebut, setelah dikurangi kewajiban perusahaan, dibagikan kepada pemegang saham (Gitman, 2006:351). Nilai buku yaitu nilai aktiva yang dicatat dalam akuntansi perusahaan. Aktiva dalam nilai buku diartikan sebagai sebuah perusahaan termasuk seluruh aktiva dan kewajibannya. Nilai pasar (market value) adalah harga jual suatu barang. Nilai buku per lembar saham adalah jumlah seluruh modal saham biasa perusahaan, agio saham dan akumulasi laba ditahan dibagi dengan jumlah lembar saham beredar (outstanding share). Nilai pasar saham adalah nilai yang akan dibayar untuk selembar saham. Nilai ini bisa lebih atau kurang dari nilai buku saham, karena nilai pasar tergantung pada laba perusahaan, sedangkan nilai buku mencerminkan nilai historis. Nilai pasar dapat dilihat melalui harga saham perusahaan yang terjadi di bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Dalam penelitian ini penulis lebih menekankan nilai perusahaan pada harga pasar yang diukur dengan Price Book Value (PBV), Price Book Value (PBV) merupakan bagian dari rasio pasar yang mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Menurut Slamet (2003 : 41) : “Price Book Value digunakan untuk melihat berapa besar tingkat undervalued atau overvalued harga saham yang dihitung berdasarkan nilai buku setelah dibandingkan dengan harga pasar”. Rasio ini menunjukkan seberapa jauh perusahaaan mampu menciptakan nilai perusahaan relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. Price Book Value (PBV) dapat dirumuskan sebagai berikut : PBV = Perusahaan yang berjalan baik pada umumnya rasio PBV-nya mencapai di atas satu, yang menunjukkan bahwa nilai pasar saham lebih besar dari nilai bukunya. Semakin tinggi rasio ini maka akan berpengaruh positif terhadap harga saham. Semakin tinggi rasio tersebut, maka akan semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai (return) bagi pemegang saham dan semakin besar rasio PBV-nya, semakin tinggi perusahaan dinilai oleh para investor. 2.10 Pengaruh Kebijakan Dividen, Keputusan Investasi, dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Peran manajer keuangan menjadi sangat penting dalam suatu perusahaan dikarenakan tugasnya dapat mempengaruhi keadaan nilai perusahaan. Tugas dari manajer keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan kegiatan mengendalikan kegiatan keuangan. Banyak keputusan yang harus diambil oleh manajer keuangan dari berbagai kegiatan yang harus dijalankan mereka. Tugas pokok manajer keuangan diarahkan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikian tujuan normatif manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari harga saham perusahaan itu, apabila harga saham perusahaan naik maka hal itu berarti nilai dari perusahaan itu tinggi begitu pun sebaliknya. Tinggi rendahnya nilai perusahaan ini tentu tidak terlepas berbagai faktor yang mempengaruhinya. Faktor-faktor tersebut termasuk didalamnya adalah fungsi keuangan seperti kebijakan dividen, keputusan investasi, dan ditambahkan pula dengan tingkat keuntungan atau sering disebut dengan profitabilitas yang diperoleh perusahaan. 2.10.1 Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Dalam kaitannya dengan nilai perusahaan, kebijakan dividen merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Apabila perusahaan dapat menentukan kebijakan dividen dengan tepat yaitu dapat menentukan seberapa besar keuntungan yang diperoleh untuk dibagikan dalam bentuk dividen kepada para pemegang saham maka hal tersebut akan berdampak kepada meningkatnya nilai perusahaan yang dapat dilihat dari harga saham. Kebijkan dividen itu sendiri adalah keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa yang akan datang (Sartono, 2001:281). Menurut Werner (2008) dalam jurnalnya mengemukakan bahwa perusahaan yang membagikan deviden, memberikan tanda pada pasar bahwa perusahaan tersebut memiliki prospek ke depan yang cerah dan mampu untuk mempertahankan tingkat kebijakan deviden yang telah ditetapkan pada periode sebelumnya. Perusahaan dengan prospek ke depan yang cerah, akan memiliki harga saham yang semakin tinggi. Temuan penelitiannya menunjukkan dukungan pada teori Signaling, dimana kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga saham. Menurut Hasnawati (2008) dalam jurnalnya menyatakan bahwa kebijakan dividen yang diproksi melalui Dividen Payout Ratio (DPR) tampak lebih bermakna dibandingkan dengan Dividen Yield, hal ini dikarenakan manajemen perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen lebih berorientasi pada besarnya laba bersih yang akan dibagikan sebagai dividen kas. Di dalam penelitiannya dinyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Besarnya kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan adalah 23,03%. Sedangkan dalam penelitian Wijaya dan Wibawa (2010) menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan sebesar 20,6%. Selain itu, Wijaya dan Wibawa menyatakan bahwa perusahaan akan membayar dividen yang besar kepada pemegang saham karena dapat meningkatkan nilai perusahaan. 2.10.2 Pengaruh Keputusan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan Keputusan investasi adalah masalah bagaimana manajer keuangan harus mengalokasikan dana kedalam bentuk-bentuk investasi yang akan dapat mendatangkan keuntungan dimasa yang akan datang. Bentuk, macam, dan komposisi dari investasi tersebut akan mempengaruhi dan menunjang tingkat keuntungan dimasa depan. Keuntungan dimasa depan yang diharapkan dari investasi tersebut tidak dapat diperkirakan secara pasti. Oleh karena itu investasi akan mengandung risiko atau ketidakpastian. Risiko dan hasil yang diharapkan akan sangat mempengaruhi pencapaian tujuan, kebijakan maupun nilai perusahaan. Menurut Haruman (2008) dalam jurnalnya yang berjudul ”Struktur Kepemilikan, Keputusan Keuangan dan Nilai Perusahaan” mengatakan bahwa variabel keputusan investasi (TA Growth) berpengaruh terhadap nilai perusahaan dengan arah yang positif. Kenaikan investasi akan meningkatkan nilai perusahaan. Apabila tingkat investasi di sebuah perusahaan tinggi, maka akan meningkatkan kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut karena pertumbuhan investasi tersebut dapat dipersepsikan sebagai good news bagi investor. Selain itu, peningkatan investasi ini akan dianggap sebagai pertumbuhan perusahaan di masa yang akan datang dan penentu nilai perusahaan. Hal ini berarti bahwa tujuan perusahaan hanya akan dihasilkan melalui kegiatan investasi perusahaan. Menurut Ansori dan Denica (2010) dalam jurnalnya menyatakan bahwa Pendekatan manajemen risiko politik yang terbaik saat ini adalah mengantisipasi masalah dan merundingkan beberapa pengertian penting tentang investasi yang akan dilakukan oleh perusahaan multinasional sebelum pelaksanaan investasi . Selain itu dalam jurnalnya Ansori dan Denica (2001) menyatakan bahwa terdapat pengaruh yang positif antara keputusan investasi terhadap nilai perusahaan dengan nilai sifnifikasi sebesar 22%. Sedangkan menurut Afzal dan Rohman (2012) dalam jurnalnya menyatakan bahwa Hasil pengujian regresi menunjukkan bahwa keputusan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dengan signifikasi sebesar 0,000 %, sehingga apabila keputusan investasi naik sebesar satu satuan, maka nilai perusahaan juga akan naik. Adanya pengaruh keputusan investasi terhadap nilai perusahaan menunjukkan bahwa kemampuan perusahaan memaksimumkan investasi dalam upayanya menghasilkan laba sesuai dengan jumlah dana yang terikat. 2.10.3 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Kinerja keuangan yang baik dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman bagi investor sebagai dasar analisis investasinya. Salah satunya adalah melalui analisis rasio profitabilitas yang dapat menunjukan efisiensi dan efektifitas pengelolaan investasi oleh perusahaan dan kemampuannya untuk mengahasilkan laba. Dalam jurnal penelitian Haryanto dan Sugiharto (2003) mengatakan bahwa profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan di masa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Gitman (2006:218) mengemukakan bahwa rasio profitabilitas diperlukan untuk mengetahui berapa tingkat keuntungan yang ditawarkan oleh setiap saham yang terdapat di bursa Dalam jurnalnya Wijaya dan Hadianto (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi profitabilitas, memungkinkan perusahaaan memperoleh peringkat yang semakin tinggi pula (nilai perusahaan).