10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 KOMUNIKASI MASSA Dalam

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 KOMUNIKASI MASSA
Dalam kehidupan sekarang ini, komunikasi sangatlah penting bagi umat
manusia, karena pada dasarnya manusia memerlukan informasi agar manusia
dapat bersosialisasi, dan seiring dengan perkembangan jaman, maka terciptalah
komunikasi massa dimana kita dapat menyebarkan dan mendapat informasi
dari banyak orang dan kebanyak orang.
Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner (Rakhmat ,2003:188), yakni: komunikasi massa adalah pesan yang
dikomunikasikan melalui nmedia masa pada sejumlah besar orang(mass
commuication is message communicated through a mass medium to a large
number of people). Dari definisi tersebut dapat di ketahui bahwa komunikasi
massa itu harus menggunakan media massa. Jadi, sekalipun komunikasi itu
disampaikan kepada khalayak yang banyak, seperti rapat akbar dilapangan luas
yang dihadiri oleh ribuan, bahkan puluhan ribu orang,jika tidak menggunakan
media massa maka itu bukan komunikasi massa. Media komunikasi yang
termasuk media massa adalah: radio siaran dan televisi.
10
11
Ciri – ciri komunikasi massa menurut nurudin (Nurudin: 2007. Hal 1932) :
1. Komunikator dalam sebuah komunikasi massa bersifat melembaga yaitu
komunikator dalam komunikasi massa bukan hanya satu orang, namun
kumpulan beberapa orang, dimana gabungan antar berbagai macam unsure dan
bekersa satu sama lain dalam sebuah lembaga. Lembaga yang dimaksud
menyerupai sebuah sistem dan sistem tersebut adalah sekelompok orang dengan
pedoman yang sama dan menggunakan media untuk suatu kegiatan mengolah,
menyimpan, menuangkan ide, gagasan, symbol, lambang, menjadi sumber
informasi. Di dalam sebuah sistem terdapat interdependensi yang artinya
komponen – komponen itu saling berkaitan, berinteraksi, dan berinterdependensi
secara keseluruhan.
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen yakni pengguna media
massa beragam tingkat pendidikannya, umur, jenis kelamin, status social
ekonomi, jabatan social, serta agama dan kepercayaan.
3. Pesan yang disampaikan bersifat umum yait pesan – pesan dalam komunikasi
massa tidak diperuntukan hanya kepada satu orang atau satu kelompok
masyarakat saja. Pesan yang diciptakan ditujukan pada khalayak yang plural
dimana pesan yang dikemukakan tidak boleh bersifat khusus.
4. Proses komunikasi berlangsung satu arah, dalam media cetak seperti Koran,
komunikasi hanya berjalan satu arah. Sebagai komunikan tidak dapat langsung
memberikan
respon
kepada komunikatornya.
Komunikasi
yang
hanya
12
berlangsung satu arah akan memberikan konsekuensi umpan balik yang sifatnya
tertunda atau tidak langsung diterima. Dalam komunikasi massa juga terdapat
media massa yang memungkinkan untuk berhubungan secara dua arah dan
komunikannya dituntut sebisa mungkin untuk ikut terlibat dalam proses
komunikasi seperti pada telepon interaktif yang diadakan oleh stasiun televisi.
5. Komunikasi massa terjadi secara serempak dan pesan yang disampaikan juga
sampai pada komunikan secara serempak. Serempak dalam arti bahwa
komunikan dapat menikmati media massa secara bersamaan.
6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis, media massa sebagai alat
utama dalam menyampaikan pesan kepada komunikan sangat memerlukan
peralatan teknis. Peralatan teknis meliputi pemancar untuk media elektronik.
Peralatan teknis diperlukan oleh media massa agar penyebaran pesannya dapat
terjadi secara cepat, serentak, dan merata.
7. Komunikasi massa dikontrol oleh gate keeper yaitu seorang yang berperan
dalam mengatur arus informasi yang disebarkan melalui media massa. Gate
keeper bertugas sebagai orang yang menambah atau mengurangi serta mengemas
informasi yang akan disebarkan kepada komunikan agar dapat diterima secara
efektif. Yang berperan sebagai gate keeper antara lain reporter, editor, manager
pemberitaan,
kameraman,
sutradara,
serta
lembaga
sensor
film
yang
kesemuannya mempengaruhi isi dari informasi yang dikemas.
McQuil (edisi 6 Buku 1 : 2011) dalam teori komunikasi massa meyakini
bahwa pengertian komunikasi massa terutama dipengaruhi oleh kemampuan
13
media massa untuk menjangkau khalayak dalam jumlah besar. Disamping itu,
ada pula makna lain yang dianggap makna asli dari kata massa, yaitu makna
yang mengacu pada kolektivitas tanpa bentuk, yang komponen – komponennya
sulit dibedakan satu sama lain. Kamus bahasa inggris memberikan definisi
massa sebagai suatu kumpulan orang banyak yang tidak mengenal keberadaan
individualitas. Berlo (dalam Wiryanto, 2005) mengartikkan massa adalah
semua orang yang menjadi sasaran alat- alat komunikasi massa atau orang –
orang pada ujung lain dari saluran.
Wright( 1999) dalam Severin dan Tankard. Jr (2009: 4) mendefinisikan
komunikasi massa yaitu Komunikasi massa adalah proses komunikasi yang
dilakukan melalui media massa dengan berbagai tujuan komunikasi dan untuk
menyampaikan informasi kepada khalayak luas. Dengan demikian, maka
unsur-unsur penting dalam komunikasi massa adalah:
a. Komunikator
b. Media Massa
c. Informasi(pesan) massa
d. Gatekeeper
e. Khalayak (Publik), dan
f. Umpan balik.
2.1.1
MEDIA MASSA
Media massa atau Pers adalah suatu istilah yang mulai digunakan pada
tahun 1920-an untuk mengistilahkan jenis media yang secara khusus didesain untuk
14
mencapai masyarakat yang sangat luas. Dalam pembicaraan sehari-hari, istilah ini
sering disingkat menjadi media.
Masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah memiliki ketergantungan dan
kebutuhan terhadap media massa yang lebih tinggi daripada masyarakat dengan
tingkat ekonomi tinggi karena pilihan mereka yang terbatas. Masyarakat dengan
tingkat ekonomi lebih tinggi memiliki lebih banyak pilihan dan akses banyak media
massa, termasuk bertanya langsung pada sumber atau ahli dibandingkan
mengandalkan informasi yang mereka dapat dari media massa tertentu.
2.1.2 Jenis-Jenis Media Massa
Media massa tradisional
Media massa tradisional adalah media massa dengan otoritas dan memiliki organisasi
yang jelas sebagai media massa dimana terdapat ciri-ciri seperti:
1.
Informasi dari lingkungan diseleksi, diterjemahkan dan didistribusikan
2.
Media massa menjadi perantara dan mengirim informasinya melalui saluran
tertentu.
3.
Penerima pesan tidak pasif dan merupakan bagian dari masyarakat dan menyeleksi
informasi yang mereka terima.
4.
Interaksi antara sumber berita dan penerima sedikit.
Macam-macam media massa tradisional
1.
surat kabar
15
2.
majalah
3.
radio
4.
televisi
5.
film (layar lebar).
Media massa modern
Seiring dengan perkembangan teknologi dan sosial budaya, telah berkembang mediamedia lain yang kemudian dikelompokkan ke dalam media massa seperti internet
dan telepon selular.
Media massa yang lebih modern ini memiliki ciri-ciri seperti:
1.
Sumber dapat mentransmisikan pesannya kepada banyak penerima (melalui SMS
atau internet misalnya)
2.
Isi pesan tidak hanya disediakan oleh lembaga atau organisasi namun juga oleh
individual
3.
Tidak ada perantara, interaksi terjadi pada individu
4.
Komunikasi mengalir (berlangsung) ke dalam
5.
Penerima yang menentukan waktu interaksi
16
2.1.3
Televisi
Televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan
berbagai informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak
umum. Dalam Baksin (2006: 16) mendefinisikan bahwa: “Televisi
merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan
isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak
memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola
pikir, dan tindak individu”.
Kendati kebudayaan televisi disebut kebudayaan lisan kedua,
namun tetap terdapat perbedaan yang hakiki dengan kebudayaan lisan
pertama. Interaksi dalam kebudayaan lisan pertama sulit dimanipulasi,
sebab komunikasi berlangsung secara tatap muka. Sementara dalam
kebudayaan lisan kedua interaksi sangat mungkin dimanipulasi dengan
kemungkinan – kemungkinan teknis dan trik yang sempurna. Karakter
lain yang merupakan keunggulan televisi adalah televisi mampu memberi
penekanan secara efektif terhadap pesan – pesan atau maksud yang dituju
dengan meng close-up objeknya, atau member pemusatan pandangan
(fred wibowo, teknik produksi program televisi 2009 hal : 18 – 19 )
Menurut ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004: 28) lebih
luas lagi dinyatakan bahwa: “Televisi adalah sistem pengambilan
gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga
listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah
17
menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada
pesawat penerima”.
Berdasarkan kedua pendapat di atas menjelaskan bahwa televisi
adalah sistem elektronis yang menyampaikan suatu isi pesan dalam
bentuk audiovisual gerak dan merupakan sistem pengambilan gambar,
penyampaian, dan penyuguhan kembali gambar melalui tenaga listrik.
Dengan demikian, televisi sangat berperan dalam mempengaruhi mental,
pola pikir khalayak umum. Televisi karena sifatnya yang audiovisual
merupakan media yang dianggap paling efektif dalam menyampaikan
informasi.
lima syarat sebuah pentiaran yaitu (M.A Morissan, 2008) :
1. Harus tersedia spectrum gelombang, yang dalam televisi salah satunya
adalah UHF.
2. Harus ada sarana pemancaran/ transmisi
3. Harus ada perangkat penerima siaran
4. Harus ada program siaran
5. Harus dapat diterima secara serentak
Dari kelima syarat penyiaran tersebut di atas hanya poin ke lima yang
tidak kita bahas dalam buku ini karena hal tersebut sudah sangat jelas
yaitu bahwa penyiaran harus dapat diterima secara serentak.
Dan dalam televisi terbagi atas dua jenis yaitu karya artistik dan
karya jurnalistik.
A. Yang tergolong dalam karya artisitik adalah :
18
1. Film
2. Sinetron (sinema elektronik)
3. Musik
4. Komedi
5. Variety show
6. Kuis
7. Ilmu pengetahuan dan teknologi
8. Iklan
Karya artistik lebih banyak dikerjakan oleh mitra stasiun tv
seperti
Production House (PH). Tetapi sebelum acara tersebut ditanyangkan, mereka harus
mempresentasikan sekaligus memberikan sampel program acara yang akan dijual,
barulah setelah itu yang bersangkutan akan membuat kontrak.
B. Karya Jurnalistik
Berbeda dengan karya artistic yang menekankan pada aspek
keindahan dan menarik, makan karya jurnalistik justru sebaliknya.
Karya jurnalistik mengutamakan kecepatan dalam penyampaian
informasi, dan tentunya harus berdasarkan fakta.
Yang tergolong dalam kategori karya jurnalistik adalah :
1. Berita aktual yang bersifat timeconcern
2. Berita non aktual yang bersifat timeless
Contohnya adalah :
a. Monolog (pidato kepresidenan)
19
b. Dialog (wawancara atau diskusi)
c. Siaran langsung
Secara tegas JB Wahyudi dalam buku “Teknik Produksi Televisi”membedakan dua
jenis acara tersebut sebagai berikut :
KARYA ARTISTIK
KARYA JURNALISTIK
-Sumber: ide/gagasan
-Sumber: permasalahan hangat
-Mengutamakan keindahan
-Mengutamakan kecepatan/aktualitas
-Isi pesan bisa fiksi maupun nonfiksi
-Isi pesan harus factual
-Penyajian tidak terikat waktu
-Penyajiannya terikat waktu
-Sasaran: Kepuasan pemirsa
-Sasaran: kepercayaan dan kepuasan
pemirsa
-Memenuhi rasa kagum
-Memenuhi rasa ingin tahu
-Improvisasi tidak terbatas
-Improvisasi terbatas
-Isi pesan terikat pada kode moral
-Isi pesan terikat pada kode etik
-Menggunakan bahasa bebas (dramatis)
-Menggunakan bahasa jurnalistik
-Refleksi daya khayal kuat
-Refleksi penyajian kuat
-Isi pesan tentang realitas social
-Isi pesan menyerap realitas/factual
2.1.4
Berita Televisi
Dalam perkembangan televisi, maka berkembang juga dalam hal
berita. Perbedaan berita televisi dengan berita dari media lain seperti
20
koran adalah, media televisi berfokus kepada audio dan visual, tidak
seperti koran yang hanya mengandalkan visual dan radio yang hanya
mengandalkan audio saja. Oleh karena hal inilah, maka televisi lebih
diminati oleh banyak orang.
Selain itu dalam membuat berita kita harus memenuhi syarat yaitu
Misalnya dengan menggunakan formula ABC-SS yaitu Accuracy (tepat),
Brevity (singkat), Clarity (jelas), Simplicity (sederhana), dan Sincerity
(jujur). (Iskandar Muda: 2004)
Banyak sekali yang mengartikan berita merupakan singkatan dari
NEWS. Artinya :
1. North : Utara
2. East
: Timur
3. West : Barat
4. South : Selatan
Artinya adalah berita adalah segala sesuatu yang terjadi di utara, terjadi di
timur, terjadi di barat dan terjadi di selatan, yang mampu menarik minat
masyarakat.
Menurut Paul De Maessener (buku “Here’s The News”: Unesco
Associate Expert”). Berita adalah sebuah informasi yang baru tentang
suatu perisitwa yang penting dan menarik perhatian serta minat. Artinya
21
berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik dan layak
diberitakan.
Menurut JB Wahyudi dalam buku Jurnalistik televisi teknik
memburu dan menulis berita (Drs. Arifin S .Harahap, 2007), Berita
adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai
penting, menarik bagi sebagaian khalayak, masih baru dan dipublikasikan
secara luas melalui media massa periodik.Artinya adalah sebuah berita
tidak hanya harus baru dan penting, tetapi juga harus menarik.
Menurut Freda Morris dalam buku yang mengemukakan, “News
is immediate ,the important , the things that have impact on our lives”.
Yang artinya adalah berita harus cepat, penting dan memiliki dampak
bagi kehidupan kita, jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa berita haruslah
cepat, penting dan memiliki dampak bagi banyak orang. Apabila dapat
memenuhi semuanya itu, barulah dapat dikatakan sebagai sebuah berita.
Menurut JB Wahyudi dalam buku Jurnalistik televisi teknik
memburu dan menulis berita (Drs. Arifin S .Harahap, 2007) ,Berita
adalah laporan tentang peristiwa atau pendapat yang memiliki nilai
penting, menarik bagi sebagaian khalayak, masih baru dan dipublikasikan
secara luas melalui media massa periodik. Peristiwa atau pendapat tidak
akan menjadi berita apabila tidak dipublikasikan melalui media massa
periodik. Dari definisi yang dikemukakan JB Wahyudi dapat dipahami
bahwa berita bukan hanya kejadian atau peristiwa , tetapi juga pendapat
yang memiliki nilai penting , menarik dan aktual.
22
Terdapat berberapa definisi yang mengemukakan mengenai
berita televisi. Berita televisi adalah laporan mengenai peristiwa yang
terjadi di masyarakat untuk diudarakan stasiun televisi siaran (Effendy,
1986 : 242). Selain itu juga William Hawes dalam bukunya Television
Performing News and Information mengemukakan bahwa berita televisi
adalah suatu sajian laporan berupa fakta dan opini, yang mempunyai nilai
berita , penting dan menarik bagi sebanyak mungkin orang , dan
disiarkan melaui media televisi secara berkala.
Pada berita televisi tidak hanya melaporkan fakta tulisan saja,
tetapi juga terdapat gambar (visual ), baik berupa gambar diam, seperti
foto, gambar peta, grafis maupun film berita yakni rekaman peristiwa
yang menjadi topik berita dan mampu menarik perhatian pemirsa atau
penonton. Unsur utama dari berita televisi adalah video dari hasil liputan
berita. Karena gambar atau video hasil liputan yang disiarkan mampu
bercerita banyak tentang kejadian yang terjadi dalam berita tersebut,
sehingga penggunaan narasi hanya sebagai salah satu aspek penunjang
saja.
23
2.1.5
Jenis-jenis Berita Televisi
Sama halnya seperti berita di media cetak, dalam jurnalistik televisi juga
terdapat beberapa jenis berita televisi. Dalam buku Jurnalistik televisi Teori dan
Praktek, (Baksin, 2006: 83), Onong Uchyana Effendy membagi berita televisi dalam
beberapa jenis
1. Berita (Straight Newscast)
Warta
. Dalam menyusun berita seorang wartawan sudah tidak perlu lagi
mengingat-ingat apa yang ada pada berita yang sedang disusunnya
itu.
Yang dimaksud dengan berita yang harus mengandung 5W & 1 H
ialah bahwa suatu berita harus lengkap dengan Jawaban-jawaban
dari pertanyaan di bawah ini:
1. What (apa)
:Peristiwa apa yang terjadi ?
2. Who (siapa)
:Siapa yang terlibat dalam peristiwa itu?
3. Where (di mana):di mana terjadinya peristiwa itu ?
4. When (Kapan) :Kapan terjadinya peristiwa itu ?
5. Why (Mengapa): Mengapa terjadi demikian ?
6. How (Bagaimana): Bagaimana terjadinya ?
Adalah ideal apabila sebuah berita lengkap dengan jawaban dari
semua pertanyaan tersebut. Tetapi biasanya, karena setiap berita harus
24
disiarkan secepat-cepatnya, maka unsure why sering ditinggalkan.
Mengapa suatu peristiwa terjadi sering kali tidak diketahui dengan
segera.
Berita terkini
Berita terkini adalah uraian peristiwa dan atau pendapat yang
mengandung nilai berita dan terjadi pada hari ini (news of the day).
Berita terkini bersifat time concern, yaitu penyajiannya sangat terikat
pada waktu. Makin cepat disajikan makin baik. Dengan syarat, nilai
beritanya harus kuat. Berita terkini dapat disajikan dalam dua bentuk,
yakni :
a. Berita langsung (straight news)
Yaitu urutan fakta atau pendapat yang hanya mengandung intiinti 5W + 1H, dan uraiannya di mulai dari yang terpenting menuju
yang kurang penting. Fakta dan atau pendapat yang dilaporkan nya
itu hanya dilihat dari satu sudut atau sosok sehingga bersifat
linier.Cara menyajikan berita langsung dapat dilakukan dengan cara
break news (memotong siaran untuk memasukkan berita tersebut)
maupun bisa pula dengan superimposed untuk televisi. Untuk
media cetak dengan car stop press.
25
b. Berita Mendalam (Indepth news)
Yaitu uraian fakta dan atau pendapat yang mengandung nilai
berita, dengan menempatkan fakta dan atau pendapat itu pada mata
rantai dan merefleksikannya dalam konteks permasalahan yang
lebih luas. Fakta dan atau pendapat itu dilihat dari banyak sudut
atau aspek sehingga bersifat multilinier. Ada beberapa bentuk berita
mendalam, yakni :
1. Berita Komprehensif
2. Berita interpretatif
3. Berita Investigatif
Perbedaan khas antara ketiga bentuk berita mendalam tadi adalah
bahwa pada berita komprehensif fakta yang diuraikan diletakkan
pada suatu sistem sosial tertentu, sedangkan pada berita interpretatif
fakta yang diuraikan tidak ditempatkan pada sistem sosial tertentu.
Dengan kata lain berita komprehensif merupakan uraian terperinci
yang selain memperhatikan segi konteks dan kaitan langsung
dengan fakta yang diuraikan juga dikaitkan dengan nilai-nilai lain
yang berlaku, sedangkan pada berita interpretatif
fakta yang
diuraikan hanya dikaitkan dengan fakta yang berkaitan langsung
(Oetama, 1987).
Ciri Khas berita investigatif terletak pada pencarian fakta
tersembunyi dengan cara menelusuri jejak dari peristiwa dan atau
pendapat yang sudah diketahui atau fakta yang sudah dipermukaan.
26
Dengan demikian sifat uraiannya lebih banyak membandingkan
antara fakta di permukaan dan fakta tersembunyi yang berhasil
ditemukan.
2) Berita Berkala
Selanjutnya JB Wahyudi memberikan batas tentang berita berkala
sebagai uraian fakta dan pendapat yang nilai beritanya kurang kuat,
sehingga penyajiannya kepada khalayak tidak terikat pada waktu.
Uraiannya bersifat linier dan eksploratif. Termasuk dalam jajaran
berita berkala adalah :
a) Laporan eksploratif
b) Laporan Khas (feature)
c) Berita analisis
d) Human interest
e) Majalah udara (gabungan berbagai jenis dan bentuk berita)
Uraian disusun dengan teknikpiramida, yaitu dari yang kurang
penting ke yang terpenting, dan dengan teknik kronologis, yaitu sesuai
dengan urutan kejadian.
Penyusunan berita berkala televisi tetap dengan mengombinasikan
uraian fakta, uraian pendapat, dan penyajian pendapat narasumber,
secara dinamis dan variatif. Pendapat dari narasumber yang relevan
biar disampaikan sendiri oleh narasumber.
27
Berita berkala merupakan uraian fakta dan atau pendapat yang
sudah ada atau sudah terjadi sehingga nilai aktualitasnya sudah
berkurang, tetapi nilai menariknya masih tetap ada.
2.1.6
Televisi Komunitas
Dengan disahkannya Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2002
tentang penyiaran oleh pemerintah dan DPR, membuat keberadaan televisi lokal
semakin mantap. Pengertian televisi menurut UU No. 32 tahun 2002 pasal 20 ayat (1)
yaitu lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum indonesia yang didirikan oleh
komunitas tertentu, bersifat independent dan tidak bersifat komersial, dengan daya
pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas serta untuk melayani konsumen.
Kelebihan tv lokal adalah memiliki pemirsa yang jelasa dan berdampak pada
masyarakat lokal, karena televisi lokal menjawab atau mencerminkan keinginan dari
masyarakat lokal dalam televisi komunitas tersebut dan televisi komunitas tidak
mementingkan rating atau pendapatan sehingga televisi komunitas lebih memiliki
idealisme yang tinggi sesuai dengan masyarakat lokal televisi tersebut.
Dan kekurangan dari tv komunitas adalah kurangnya SDM yang baik dalam
televisi komunitas karena televisi ini terbatas untuk komunitas tertentu saja. Dan sudah
tentu televisi komunitas terbatas hanya di daerah tertentu saja sehingga sangat sulit
untuk di perkenalkan kepada khalayak luas.
Munculnya UU Penyiaran No. 32 tahun 2002 diharapkan dapat memperbaiki
jalannya berbagai media penyiaran di Indonesia. Salah satu hal terpenting adalah
tercitanya desentralisasi penyiaran agar masyarakat di daerah ikut mengambil bagian
dalam dunia penyiaran di Indonesia. Mimpi inilah yang akhirnya mendorong adanya
28
lembaga penyiaran komunitas untuk dapat eksis di dunia penyiaran. Terlebih lagi, dalam
UU Penyiaran No. 32 tahun 2002, pasal 13 ayat 2 disebutkan empat lembaga penyiaran
yang ada di Indonesia yaitu Lembaga penyiaran publik, kembaga Penyiaran swasta,
lembaga penyiaran Komunitass, dan lembaga Penyiaran berlangganan.
Adapun yang dimaksud dengan Lembaga penyiaran komunitas telah dijelaskan
pada pasal 21 ayat 1 yang berbunyi, “lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum
Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial,
dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani
kepentingan komunitasnya”. Secara umum, Lembaga Penyiaran Komunitas memiliki
cirri-ciri sebagai berikut; (Mufid,2005:77)
1.
Tujuan, menyediakan berita dan informasi yang relevan dengan kebutuhan
anggota komunitas, menyediakan medium untuk untuk komunikasi anggota
komunitas dan untuk menguatkan keberagaman politik.
2.
Kepemilikan dan control, dibagi di antara warga, pmerintahan local, dan
organisasi kemasyarakatan.
3.
Isi, di produksi dan diorientasikan untk kepentingan lokal
4.
Produksi, melibatkan tenaga non profeioanal dan sukarelawan
5.
Distribusi, melalui udara, kabel, dan jaringan elektronik
6.
Audiens, biasanya tertentu seperti dibatasi wilayah geografis
7.
Pembiayaan, secara prinsip non komersial. Sumber danaadalah ari swadaya
masyarakat.
29
2.1.7
Kode Etik jurnalistik
Kemerdekaan berpendapat, berekspresi, dan pers adalah hak asasi
manusia yang dilindungi Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, dan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia PBB.
Kemerdekaan pers adalah sarana masyarakat untuk memperoleh
informasi dan berkomunikasi, guna memenuhi kebutuhan hakiki dan
meningkatkan
kualitas
kehidupan
manusia.
Dalam
mewujudkan
kemerdekaan pers itu, wartawan Indonesia juga menyadari adanya
kepentingan bangsa, tanggung jawab sosial, keberagaman masyarakat,
dan norma-norma agama.
Dalam melaksanakan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya, pers
menghormati hak asasi setiap orang, karena itu pers dituntut profesional
dan terbuka untuk dikontrol oleh masyarakat.
Untuk menjamin kemerdekaan pers dan memenuhi hak publik untuk
memperoleh informasi yang benar, wartawan Indonesia memerlukan
landasan moral dan etika profesi sebagai pedoman operasional dalam
menjaga
kepercayaan
publik
dan
menegakkan
integritas,
serta
profesionalisme. Atas dasar itu, wartawan Indonesia menetapkan dan
menaati Kode Etik Jurnalistik Suryawati, 103-108 : 2011):
30
(Kode Etik Jurnalistik ditetapkan Dewan Pers melalui Peraturan Dewan
Pers Nomor: 6/Peraturan-DP/V/2008 Tentang Pengesahan Surat
Keputusan Dewan Pers Nomor 03/SK-DP/III/2006 tentang Kode Etik
Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers)
Pasal 1
Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang
akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk.
Penafsiran
a. Independen berarti memberitakan peristiwa atau fakta sesuai dengan
suara hati nurani tanpa campur tangan, paksaan, dan intervensi dari pihak
lain termasuk pemilik perusahaan pers.
b. Akurat berarti dipercaya benar sesuai keadaan objektif ketika peristiwa
terjadi.
c. Berimbang berarti semua pihak mendapat kesempatan setara.
d. Tidak beritikad buruk berarti tidak ada niat secara sengaja dan sematamata untuk menimbulkan kerugian pihak lain.
Pasal 2
Wartawan Indonesia menempuh cara-cara yang profesional dalam
melaksanakan tugas jurnalistik.
31
Penafsiran
Cara-cara yang profesional adalah:
a. menunjukkan identitas diri kepada narasumber;
b. menghormati hak privasi;
c. tidak menyuap;
d. menghasilkan berita yang faktual dan jelas sumbernya;
e. rekayasa pengambilan dan pemuatan atau penyiaran gambar, foto,
suara dilengkapi dengan keterangan tentang sumber dan ditampilkan
secara berimbang;
f. menghormati pengalaman traumatik narasumber dalam penyajian
gambar, foto, suara;
g. tidak melakukan plagiat, termasuk menyatakan hasil liputan wartawan
lain sebagai karya sendiri;
h. penggunaan cara-cara tertentu dapat dipertimbangkan untuk peliputan
berita investigasi bagi kepentingan publik.
32
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah.
Penafsiran
a. Menguji informasi berarti melakukan check and recheck tentang
kebenaran informasi itu.
b. Berimbang adalah memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada
masing-masing pihak secara proporsional.
c. Opini yang menghakimi adalah pendapat pribadi wartawan. Hal ini
berbeda dengan opini interpretatif, yaitu pendapat yang berupa
interpretasi wartawan atas fakta.
d. Asas praduga tak bersalah adalah prinsip tidak menghakimi seseorang.
Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan
cabul.
Penafsiran
33
a. Bohong berarti sesuatu yang sudah diketahui sebelumnya oleh
wartawan sebagai hal yang tidak sesuai dengan fakta yang terjadi.
b. Fitnah berarti tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja
dengan niat buruk.
c. Sadis berarti kejam dan tidak mengenal belas kasihan.
d. Cabul berarti penggambaran tingkah laku secara erotis dengan foto,
gambar,
suara,
grafis
atau
tulisan
yang
semata-mata
untuk
membangkitkan nafsu birahi.
e.
Dalam
penyiaran
gambar
dan
suara
dari
arsip,
wartawan
mencantumkan waktu pengambilan gambar dan suara.
Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban
kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi
pelaku kejahatan.
Penafsiran
a. Identitas adalah semua data dan informasi yang menyangkut diri
seseorang yang memudahkan orang lain untuk melacak.
b. Anak adalah seorang yang berusia kurang dari 16 tahun dan belum
menikah.
34
Pasal 6
Wartawan Indonesia tidak menyalah-gunakan profesi dan tidak menerima
suap.
Penafsiran
a. Menyalah-gunakan profesi adalah segala tindakan yang mengambil
keuntungan pribadi atas informasi yang diperoleh saat bertugas sebelum
informasi tersebut menjadi pengetahuan umum.
b. Suap adalah segala pemberian dalam bentuk uang, benda atau fasilitas
dari pihak lain yang mempengaruhi independensi.
Pasal 7
Wartawan Indonesia memiliki hak tolak untuk melindungi narasumber
yang tidak bersedia diketahui identitas maupun keberadaannya,
menghargai ketentuan embargo, informasi latar belakang, dan “off the
record” sesuai dengan kesepakatan.
Penafsiran
a. Hak tolak adalak hak untuk tidak mengungkapkan identitas dan
keberadaan narasumber demi keamanan narasumber dan keluarganya.
b. Embargo adalah penundaan pemuatan atau penyiaran berita sesuai
dengan permintaan narasumber.
35
c. Informasi latar belakang adalah segala informasi atau data dari
narasumber yang disiarkan atau diberitakan tanpa menyebutkan
narasumbernya.
d. “Off the record” adalah segala informasi atau data dari narasumber
yang tidak boleh disiarkan atau diberitakan.
Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan
suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak
merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat
jasmani.
Penafsiran
a. Prasangka adalah anggapan yang kurang baik mengenai sesuatu
sebelum mengetahui secara jelas.
b. Diskriminasi adalah pembedaan perlakuan.
Pasal 9
Wartawan Indonesia menghormati hak narasumber tentang kehidupan
pribadinya, kecuali untuk kepentingan publik.
Penafsiran
36
a. Menghormati hak narasumber adalah sikap menahan diri dan berhatihati.
b. Kehidupan pribadi adalah segala segi kehidupan seseorang dan
keluarganya selain yang terkait dengan kepentingan publik.
Pasal 10
Wartawan Indonesia segera mencabut, meralat, dan memperbaiki berita
yang keliru dan tidak akurat disertai dengan permintaan maaf kepada
pembaca, pendengar, dan atau pemirsa.
Penafsiran
a. Segera berarti tindakan dalam waktu secepat mungkin, baik karena ada
maupun tidak ada teguran dari pihak luar.
b. Permintaan maaf disampaikan apabila kesalahan terkait dengan
substansi pokok.
Pasal 11
Wartawan Indonesia melayani hak jawab dan hak koreksi secara
proporsional.
37
Penafsiran
a. Hak jawab adalah hak seseorang atau sekelompok orang untuk
memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa
fakta yang merugikan nama baiknya.
b. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan
informasi yang diberitakan oleh pers, baik tentang dirinya maupun
tentang orang lain.
c. Proporsional berarti setara dengan bagian berita yang perlu diperbaiki.
Penilaian akhir atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan Dewan
Pers. Sanksi atas pelanggaran kode etik jurnalistik dilakukan oleh
organisasi wartawan dan atau perusahaan pers.
2.1.7 Program Berita Jurnal 19
Program berita “Jurnal 19” adalah program yang terdapat dalam stasiun
televisi komunitas “Binus TV”. Program “Jurnal 19” adalah program berita
andalan dari “Binus TV”. Dalam program “Jurnal 19” terdapat berbagai jenis
liputan, mulai dari berita liputan atau hasil liputan sendiri, berita terkini yang
didapat dari media lain seperti vivanews.com, kompas.com dan banyak referensi
yang lain. Dan Binus TV juga mengadakan kerjasama dengan VOA Indonesia,
38
dimana Binus TV khususnya Jurnal 19 dapat mengambil berita dari VOA
Indonesia dan menyiarkannya kembali dalam program Jurnal 19.
Program berita “Jurnal 19” disiarkan setiap hari senin hingga hari jumat,
dan pada hari selasa dan jumat, “Jurnal 19” disiarkan mulai dari pukul 19:0019:30 WIB, dan pada hari lainnya yaitu hari senin, rabu dan kamis, “Jurnal 19”
disiarkan pada pukul 19:00-20:00 WIB. Jadi setiap hari selasa dan jumat
berdurasi setengah jam atau 30 menit, sedangkan hari senin, rabu dan jumat
berdurasi selama 1 jam. Dalam penelitian populasi berita, hanya difokuskan
kepada berita liputan saja.
2.2
Definisi dan Operasionalisasi Konsep
Subjek penelitian ini adalah berita program Jurnal 19 di Binus TV dari tanggal
26 maret-5 april 2012. Dalam penelitian ini terdapat satu variabel yang akan
dioperasionalkan. Adapun kategori tersebut adalah:
Variabel I : Kesesuaian dengan kode etik jurnalistik
Dalam penelitian ini hanya ada satu variabel yang akan diuji yaitu variabel
kesesuaian dengan kode etik jurnalistik. Yaitu khususnya kode etik jurnalistik
pasal 3, 4, 5 dan 8.
Pasal yang akan dibahas adalah :
39
Pasal 3
Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara
berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta
menerapkan asas praduga tak bersalah.
Pasal 4
Wartawan Indonesia tidak membuat berita bohong, fitnah, sadis, dan
cabul.
Pasal 5
Wartawan Indonesia tidak menyebutkan dan menyiarkan identitas korban
kejahatan susila dan tidak menyebutkan identitas anak yang menjadi
pelaku kejahatan.
Pasal 8
Wartawan Indonesia tidak menulis atau menyiarkan berita berdasarkan
prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atas dasar perbedaan
suku, ras, warna kulit, agama, jenis kelamin, dan bahasa, serta tidak
merendahkan martabat orang lemah, miskin, sakit, cacat jiwa atau cacat
jasmani.
40
2.3
Kerangka pemikiran
BINUS TV
Program Berita “JURNAL 19”
Kesesuaian dengan kode etik
jurnalistik
Pasal 3 :
Wartawan
Indonesia
selalu
menguji
informasi,
memberita
kan secara
berimbang
, tidak
mencamp
urkan
fakta dan
opini yang
menghaki
mi, serta
menerapk
an asas
praduga
tak
bersalah.
Pasal 4 :
Wartawan
Indonesia
tidak
membuat
berita
bohong,
fitnah, sadis,
dan cabul
Pasal 5 :
Wartawan
Indonesia
tidak
menyebutkan
dan
menyiarkan
identitas
korban
kejahatan
susila dan
tidak
menyebutkan
identitas
anak yang
menjadi
pelaku
kejahatan.
Pasal 8 :
Wartawan
Indonesia tidak
menulis atau
menyiarkan
berita
berdasarkan
prasangka atau
diskriminasi
terhadap
seseorang atas
dasar
perbedaan
suku, ras,
warna kulit,
agama, jenis
kelamin, dan
bahasa, serta
tidak
merendahkan
martabat orang
lemah, miskin,
sakit, cacat
jiwa atau cacat
jasmani.
41
2.4 OPERASIONALISASI KONSEP
Variabel
Kesesuaian dengan kode
Dimensi
Pasal 3
etik jurnalistik
Indikator
1. isi berita berimbang
2. asas praduga tak
bersalah kepada
narasumber yang menjadi
berita
3. tidak mencampurkan
fakta dengan opini dalam
meliput dan membuat
berita
Pasal 4
1. tidak membuat berita
bohong
2. tidak membuat berita
fitnah
3. tidak membuat berita
sadis
4. tidak membuat berita
cabul
42
Pasal 5
1. tidak menyebutkan dan
menyiarkan identitas
korban kejahatan susila
2. tidak menyebutkan
identitas anak yang
menjadi pelaku kejahatan
Pasal 8
1. tidak menyiarkan berita
berdasarkan prasangka
terhadap seseorang atas
dasar perbedaan suku,
perbedaan ras, warna
kulit, perbedaan agama,
perbedaan jenis kelamin,
perbedaan bahasa
2. tidak menyiarkan berita
yang merendahkan
martabat orang lemah,
orang miskin, orang sakit,
orang cacat jiwa, orang
cacat jasmani.
Download