balanced scorecard sebagai metode

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Anggaran merupakan salah satu komponen dalam melaksanakan suatu
program ataupun kegiatan. Sebelum melaksanakan kegiatan, harus ada
perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan kegiatan tersebut. Salah satunya
dengan anggaran. Di lingkungan pemerintahan maupun sektor publik anggaran
merupakan alat untuk mencapai target dan sasaran yang ingin dicapai untuk
kegiatan pada periode tertentu.
Sistem anggaran sektor publik merupakan salah satu instrumen pemerintah
dalam menentukan arah dari kebijakan pembangunan dan kualitas pelayanan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, oleh karena itu sebagai suatu
instrumen maka sistem anggaran sektor publik telah mengalami perkembangan
yang sesuai dengan tuntutan dari reformasi sektor publik (Riyanto, 2006).
Di lingkungan pemerintahan maupun di organisasi sektor publik anggaran
merupakan hal yang rumit, berbeda dengan anggaran pada organisasi swasta yang
mencari laba atau keuntungan. Pada sektor swasta anggaran merupakan hal yang
dirahasiakan, namun hal ini tidak berlaku pada sektor publik, anggaran yang
disusun harus diinformasikan kepada publik untuk dievaluasi dan diperbaiki pada
periode yang akan datang. Transparansi ini mendorong pemerintah untuk
melakukan reformasi dalam hal administrasi publik, termasuk untuk mengubah
sistem anggaran.
1
19
Reformasi administrasi publik khususnya di bidang manajemen sektor publik
diharapkan mampu meningkatkan efektifitas, efisiensi serta akuntabilitas kinerja
sektor publik (Riyanto, 2006). Riyanto (2006), mengatakan salah satu reformasi
dalam manajemen sektor publik adalah membangun sistem akuntabilitas publik
yang diharapkan mampu memperbaiki kinerja instansi pemerintah dalam
melaksanakan amanat yang didapat dari stakeholders-nya. Reformasi ini
diharapkan membawa manajemen pemerintahan ke arah good governance yang
memperhatikan akuntabilitas serta efektivitas dan efisiensi organisasi sektor
publik dalam pengelolaan keuangan daerahnya.
Terbitnya undang – undang di bidang Pengelolaan Keuangan Negara yaitu
Undang – undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang –
undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Undang –
undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung
Jawab Keuangan Negara, pemerintah telah mengubah sistem anggaran dari Line
Item Budgeting menjadi Anggaran Berbasis Kinerja.
Anggaran Berbasis Kinerja adalah Suatu Anggaran yang menghubungkan
anggaran pemerintah dengan hasil yang diinginkan (output dan outcome) sehingga
setiap rupiah yang dikeluarkan dapat dipertanggung jawabkan manfaatnya.
Performance based budgeting (Anggaran Berbasis Kinerja) dirancang untuk
menciptakan efisiensi, efektifitas dalam penggunaan anggaran belanja publik
dengan output dan outcome yang jelas sesuai dengan prioritas pembangunan
sehingga semua anggaran yang dikeluarkan dapat dipertanggung jawaabkan
secara transparan kepada masyarakat luas.
Dibandingkan dengan sistem anggaran yang lama yaitu line item budgeting
anggaran berbasis kinerja lebih memberikan kepastian tentang jumlah anggaran
yang akan digunakan, karena adanya standar biaya yang ada. Dalam sistem Line
Item Budgeting penekanan utama adalah terhadap input, di mana perubahan
terletak pada jumlah anggaran yang meningkat disbanding tahun sebelumnya
dengan kurang menekankan pada output yang hendak dicapai dan kurang
mempertimbangkan prioritas dan kebijakan yang ditetapkan (Sancoko, 2008).
Dalam Line Item Budgeting pengeluaran – pengeluaran yang tidak terukur secara
jelas jumlah yang dikeluarkan, hanya sebatas pada penambahan maupun
pengurangan anggaran berdasarkan jumlah anggaran pada tahun sebelumnya,
tidak adanya standar biaya menyebabkan anggaran ini kurang obyektif dan rawan
dimanipulasi.
Pemerintah Kota Surabaya merupakan salah satu bentuk organisasi sektor
publik yang mengatur jalannya pemerintahan di Surabaya, sebagai sektor publik
pemerintah kota Surabaya harus menyediakan layanan jasa untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran warga Surabaya, termasuk mengatur pengelolaan
keuangan daerah dan menggunakan hasil dari pengelolaan tersebut untuk
memaksimalkan potensi yang ada untuk meningkatkan pembangunan kota
Surabaya. Undang – undang Nomor 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa
pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas dalam menyelenggarakan semua
urusan pemerintahan (Irafahmi, 2009). Pemerintah kota Surabaya dan SKPD kota
Surabaya termasuk daerah otonom yang menyelenggarakan pemerintahan secara
mandiri dan terdesentralisasi. Oleh karena itu, adanya desentralisasi pada
21
pemerintah daerah dan tuntutan masyarakat akan transparansi dan akuntabilitas,
maka pemerintah harus menyelenggarakan sistem pengelolaan keuangan yang
dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja serta dilakukan secara
tertib,taat pada peraturan dan bertanggung jawab (Asmoko, 2006).
Pmerintah kota Surabaya terdiri dari SKPD yang membawahi bidang – bidang
tertentu. Salah satunya adalah Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan
(DPPK) kota Surabaya. DPPK diserahi tugas oleh pemerintah kota Surabaya
untuk melaksanakan sebagaian urusan Pemerintahan Bidang Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,
Kepegawaian dan Persandian (Perda Kota Surabaya No. 8 Tahun 2008). Salah
satu fungsi dari DPPK kota Surabaya adalah perumusan kebijakan teknis di
Bidang Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Daerah. Oleh karena itu DPPK
kota Surabaya bertugas untuk mengelola keuangan daerah dan memaksimalkan
Pendapatan Daerah yang terdiri dari Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan
dan Pendapatan lain – lain yang sah.
Untuk melihat kemampuan instansi menjalankan otonominya, dapat diukur
melalui efektivitas dan efeisiensi kinerjanya (Ronald dan Sarmiyatiningsih, 2010).
Kinerja merupakan Suatu gambaran tingkat pencapaian pelaksanaan kegiatan
dalam memenuhi tujuan dan sasarannya ( Rasul, 2008). Kinerja juga merupakan
Suatu gambaran keberhasilan atau kegagalan melaksanakan fungsi dan tugas
pokok instansi.
DPPK sebagai SKPD yang mengelola keuangan daerah harus dinilai
efektivitas dan efisiensi kinerjanya dalam mengelola keuangan dan mencapai
target – target yang dicapai dalam memaksimalkan pendapatan. Efisien adalah
Perbandingan
antara
input
dengan
output
kegiatan,
sedangkan
efektif
membandingkan antara output dan outcome yang dicapai (Bastian, 2006).
Pada pemerintahan, hal yang kaitannya erat dengan kinerja adalah
penganggaran, karena keberhasilan dari kinerja adalah menggunakan dana yang
telah dianggarkan dalam mencapai target dan sasaran yang telah ditetapkan.
Anggaran telah menggambarkan standar efektivitas dan efisiensi. Anggaran telah
menggambarkan standar efektivitas karena memuat suatu anggaran yang dapat
diinginkan dan standar efisiensi karena anggaran telah merinci banyaknya
masukan yang diperlukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan
(Asmoko, 2006). Adanya proses penganggaran ini setidaknya kita dapat
mengetahui dari mana sumber pendapatan, pembiayaan serta pertanggung
jawabannya (Rasul, 2008).
Anggaran pemerintah daerah tertuang pada APBD yang merupakan rencana
keuangan tahunan suatu daerah. DPPK membawahi bidang penganggaran dan
pembendaharaan bertugas untuk merencanakan anggaran dan menangani urusan
pemerintahan kota Surabaya. Anggaran di dalam APBD sumber dananya dari
publik. Dana yang didapat dari masyarakat digunakan untuk membiayai program
maupun kegiatan yang bermanfaat untuk kemajuan daerah dan kesejahteraan
masyarakat. Anggaran yang jumlahnya terbatas harus dikelola secara efektif dan
efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang tak terbatas. Oleh karena itu
program dan harus disusun berdasarkan prioriras sesuai kebutuhan masyarakat.
23
Penganggaran berbasis kinerja pada pemerintahan merupakan cara yang tepat
untuk mencapai suatu efektivitas dan efisiensi anggaran. Anggaran kinerja yang
berorientasi input, output dan outcome memungkinkan program yang akan
disusun dan digunakan untuk mencapai hasil (outcomes) yang akan diinginkan.
Program yang disusun berdasarkan anggaran kinerja prioritas yang berkaitan erat
dengan visi, misi dan rencana srategis yang ingin dicapai. Sehingga hasil
(outcomes) yang dicapai mencerminkan visi, misi suatu organisasi. Komponen
anggaran berbasis kinerja adalah indikator kinerja, standar biaya dn pengukuran
kinerja. Ketiga hal tersebut merupakan alat yang digunakan untuk menilai input,
output dan outcomes suatu program yang disusun berdasarkan kinerja untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja. Apabila efektivitas dan efisiensi
kinerja telah tercapai maka akan tercipta akuntabilitas kinerja yang merupakan
visi dari seluruh organisasi sektor publik.
1.2
Rumusan Masalah
Masalah yang di teliti kemudian dirumuskan dalam pertanyaan penelitian
sebagai berikut :
1) Bagaimana Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja di Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya ?
2) Hambatan apa saja yang dihadapi Dinas Pendapatan dan
Pengelolaan Keuangan kota Surabaya dalam penyusunan anggaran
yang berbasis kinerja ?
1.3
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan diatas, penelitian ini bertujuan untuk menentukan
bukti sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui bagaimana Penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja di
Dinas Penadapatan dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya.
2) Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi Dinas Pendapatan
dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya dalam penyusunan anggaran
yang berbasis kinerja.
1.4
Manfaat Penelitian
Penelitian ini di harapkan dapat memberikan kontribusi bagi penggunanya,
antara lain :
a. Kontribusi Praktis
Hasil ini dapat di pakai sebagai acuan / pedoman bagi Dinas Pendapatan
dan Pengelolaan Keuangan Kota Surabaya sebagai alat yang dapat
digunakan dalam mempertimbangkan dan mengambil kebijakan –
kebijakan yang ada hubungannya dengan rasio keuangan dalam upaya
untuk meningkatkan kinerja bagi Dinas Pendapatan dan Pengelolaan Kota
Surabaya tersebut.
b. Kontribusi Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan
STIESIA Kota Surabaya, serta diharapkan dapat menjadi bahan acuan
25
dalam penelitian selanjutnya sehingga peneliti berikutnya akan menjadi
lebih baik.
c. Kontribusi Kebijakan
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi pada peneliti
selanjutnya agar penelitian ini dapat dikembangkan lagi sehingga mampu
mengcover kondisi yang terkait dengan penyusunan anggaran berbasis
kinerja secara teoritis.
1.5
Ruang Lingkup
Agar arah dalam
penulisan penelitian ini tidak terjadi
terjadi
kesalahpahaman serta menhindari pembahasan yang terlalu luas, maka penulis
perlu membatasi pembahasan, sehingga tujuan yang hendak dicapai dapat
terlaksana. Ruang lingkup dalam penelitian ini difokuskan dengan Anggaran
Pendapatan Dan Belanja Daerah pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan selama periode 2011-2012 berdasarkan Peraturan Menteri Dalam
Negeri No. 22 Tahun 2011 sebagai pedoman untuk penyusunan anggaran.
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Download