BERITA TERKINI Testosterone Mempengaruhi Massa Otot dan Oksidasi Lemak T estosterone merupakan hormon seks yang diproduksi dalam testis dan ovarium. Testosterone mempengaruhi sejumlah sistem dan struktur, meliputi massa otot, densitas tulang, organ seksual, kulit, rambut, dan sistem saraf. Testosterone mempunyai efek androgenik dan merupakan hormon anabolik yang mendukung pertumbuhan otot yang penting untuk pertumbuhan normal selama masa kanakkanak dan awal masa dewasa, khususnya pada laki-laki. Menurut Dr. Len Kravitz dari University of New Mexico, Testosterone meningkatkan proses sintesis protein yang dapat berperan dalam pembentukan otot. Namun menurut Dr.G.Gregory dari National Strength and Conditioning Association, Testosterone tidak efektif sebagai suplemen oral untuk pembentukan otot karena didegradasi setelah dikonsumsi dan gagal mencapai sirkulasi sistemik. Kadar Testosterone menurun secara alami sesuai bertambahnya usia; penurunan ini dapat mempengaruhi mood, tingkat energi, dan menyebabkan atrofi otot. Massa lemak meningkat pada pria hipogonadal dan perubahan tersebut dapat dilawan dengan terapi pengganti Testosterone. Pemberian Testosterone dapat meningkatkan oksidasi lemak tubuh secara keseluruhan. Suatu studi dilakukan untuk meneliti efek terapi Testosterone pada sensitivitas insulin, 214 CDK-191_vol39_no3_th2012.indd 214 metabolisme substrat, komposisi tubuh dan lemak pada pria usia lanjut dengan kadar Testosterone rendah hingga normal. Studi acak, tersamar ganda, dengan kontrol plasebo tersebut dilakukan pada 38 pria berusia 6078 tahun dengan Testosterone bioavailable <7,3 nmol/L dan lingkar pinggang > 94 cm yang mendapat Testosterone gel. Pengeluaran glukosa yang distimulasi insulin dan oksidasi subtrat dinilai dengan klem hiperinsulinemik euglikemik yang dikombinasi dengan kalorimetri tidak langsung. Lean body mass dan massa lemak total diukur dengan dual x-ray absorptiometry, dan Testosterone total serum diukur dengan tandem mass spectrometry. Hasilnya menunjukkan bahwa lean body mass meningkat (1,9 kg, p=0,003) sementara kolesterol HDL -0,12 mmol/L, p=0,043, dan massa lemak total menurun (-1,2 kg, p=0,038) pada kelompok Testosterone dibandingkan dengan kelompok plasebo. Oksidasi lemak meningkat (5,65 mg/menit/m2, p=0,045) dan oksidasi glukosa menurun (-9,71 mg/menit/m2, p=0,046) dalam respons terhadap terapi Testosterone. Namun tidak ada perubahan dalam pengeluaran glukosa yang distimulasi insulin (p=0,92). Sebelumnya, suatu studi label terbuka juga telah dilakukan untuk menentukan apakah stimulasi oksidasi lemak oleh Testosterone meningkat terutama pada jaringan hati atau jaringan ekstra-hepatik. Studi tersebut meneliti 13 pria hipopituitarisme berusia rata-rata 53,1 tahun dengan defisiensi growth hormone dan Testosterone setelah 2 minggu terapi dengan Testosterone transdermal (5 mg), tanpa terapi, atau crystalline Testosteronee oral dengan dosis yang ditingkatkan secara bertahap (10, 20, 40, dan 80 mg) tanpa terapi growth hormone. Dalam studi tersebut diukur kadar Testosterone, insulin-like growth factor 1 (IGF-1), efek metabolik (resting energy expenditure (REE) dan oksidasi lemak), sex hormone-binding globulin (SHBG), dan thyroid binding globulin (TBG) sebagai petanda pajanan androgen hepatik yang berlebihan, pada akhir setiap periode terapi. Hasilnya menunjukkan bahwa dibandingkan dengan fase tanpa terapi, kadar Testosterone plasma meningkat ke kadar fisiologis setelah pemberian Testosterone transdermal tetapi tidak terjadi perubahan yang bermakna setelah terapi Testosterone oral 10, 20, 40, atau 80 mg. Kadar SHBG dan TBG menurun secara bermakna pada pemberian Testosterone gel 80 mg tetapi tidak terjadi pada pemberian Testosterone gel. Oksidasi lemak meningkat secara bermakna pada pemberian Testosterone transdermal tetapi tidak terjadi pada pemberian Testosterone oral. Sedangkan IGF-1 plasma rata-rata dan REE tidak terpengaruh oleh Testosterone dengan kedua rute pemberian. Dari hasil studi tersebut disimpulkan bahwa pemberian Testosterone jangka pendek tidak menstimulasi oksidasi lemak hati tetapi meningkatkan oksidasi lemak tubuh secara keseluruhan dengan bekerja pada jaringan ekstrahepatik. (EKM) REFERENSI: 1. Andersen M. Testosteronee therapy increased muscle mass and lipid oxidation in aging men. Endocrine Abstracts 2011;26:P305. 2. Terapi Testosterone meningkatkan massa otot dan oksidasi lemak pada pria usia lanjut dengan kadar Testosterone bioavailable rendah hingga normal, namun data tidak mendukung efek Testosterone pada sensitivitas insulin tubuh secara keseluruhan dinilai menggunakan teknik klem hiperinsulinemik euglikemik. Frederiksen L, Højlund K, Hougaard DM, Brixen K, Testosteronee to Increase Muscle Mass. http://www. livestrong.com/ article/352126-Testosteronee-to- increase-muscle-mass/.9/13/2011. 3. Birzniece V, Meinhardt UJ, Handelsman DJ, Ho KKY. Testosteronee stimulates extra-hepatic but not hepatic fat oxidation (Fox): comparison of oral and transdermal Testosteronee administration in hypopituitary men. Clin Endocrinol 2009;71(5):715-21. CDK-191/ vol. 39 no. 3, th. 2012 4/3/2012 11:53:17 AM