BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan kriteria kerusakan ginjal selama ≥ 3 bulan yang dilihat dari abnormalitas secara struktural atau fungsional ginjal, dengan atau tanpa penurunan glomerulus filtration rate (GFR) yang manifestasinya berupa abnormalitas secara patologi atau adanya marker kerusakan ginjal berupa abnormalitas komposisi darah atau urin pada pemeriksaan laboratorium. Selain itu PGK juga dapat ditandai dengan kriteria berupa nilai GFR < 60 mL/menit/1,73m2 selama ≥ 3 bulan dengan atau ta npa kerusakan ginjal (National Kidney Foundation, 2002). Berdasarkan National Kidney & Urologic Diseases Information Clearinghouse, sebanyak 527.283 penduduk Amerika Serikat pada akhir tahun 2007 menerima perawatan akibat gagal ginjal kronis tahap akhir dan dari jumlah tersebut, 368.544 merupakan pasien dengan dialisis rutin. Data dari Departemen Kesehatan pada tahun 2006, penyakit gagal ginjal menduduki nomor 4 angka penyebab kematian di rumah sakit Indonesia (Data dkk., 2010) Laporan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2014 jumlah pasien baru yang menerima hemodialisis mencapai 17.193 pasien dan pasien aktif mencapai 11.689 pasien. Hasil statistik dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 mencatat bahwa prevalensi pasien PGK di Yogyakarta merupakan peringkat terbesar ketiga di Indonesia (Kesehatan dan RI, 2013). Jumlah pasien PGK di 1 2 Indonesia meningkat dengan cepat, sehingga telah menjadi masalah kesehatan, sosial, dan ekonomi yang dirasakan oleh pasien serta keluarga. Pada gagal ginjal kronik, akibat terhambatnya ekskresi fosfat, akan terjadi hiperfosfatemia yang secara fisikokimiawi akan mengakibatkan terjadinya hipokalsemia. Selanjutnya, hiperfosfatemia dan hipokalsemia akan merangsang peningkatan sekresi hormon paratiroid (HPT). Kondisi ini dikenal dengan Chronic Kidney Disease Mineral and Bone Disorder (CKD-MBD) (NIDDK, 2009). Hormon paratiroid bekerja dengan aksi meningkatkan kadar kalsium dalam darah melalui pelepasan simpanan kalsium pada tulang, mereabsorbsi kalsium di tubulus, dan menstimulus kalsitriol untuk meningkatkan penyerapan kalsium di saluran pencernaan. Pada pasien PGK pembentukan kalsitriol terhambat sehingga penyerapan kalsium dalam tubuh semakin mengalami gangguan. Kondisi hipokalsemia yang terjadi semakin lama akan mengakibatkan tulang menjadi rapuh dan potensi patah (fracture) menjadi lebih besar. Kondisi ini yang kemudian dikenal dengan renal osteodystrophy. Hiperfosfatemia pada PGK juga dapat mengakibatkan antara lain hiperparatiroidisme, peningkatan insiden kalsifikasi jaringan ikat lunak dan sindrom kalsifilaksis, serta gangguan terhadap sekresi hormon paratiroid (HPT). Kondisi ini juga yang sering kali mengakibatkan pasien PGK harus menjalani hemodialisis (NIDDK, 2009). Clinical Practice Guideline yang dikeluarkan oleh National Kidney Foundation menjelaskan mengenai managemen penanganan komplikasi pada penyakit ginjal, salah satunya yaitu penanganan kondisi hiperfosfatemia (Isakova dkk., 2009). Penanganan kondisi hiperfosfatemia yaitu dengan perubahan diet. 3 Mengurangi asupan fosfor merupakan salah satu langkah yang paling penting dalam mengontrol kadar fosfat. Hampir semua makanan mengandung fosfat tetapi sangat tinggi dalam susu, keju, buncis, kacang polong, kacang-kacangan, selai kacang, minuman seperti coklat, minuman bersoda, dan bir juga mengandung fosfat yang tinggi. Selain itu terapi secara farmakologi juga sudah banyak digunakan dalam penanganan kondisi hiperfosfatemia, antara lain dengan obat yang disebut phosphate binder contohnya seperti kalsium karbonat, kalsium asetat, sevelamer karbonat, dan lantanum karbonat. Obat-obat ini biasanya diresepkan untuk dikonsumsi bersama dengan makanan. Obat-obat ini menurunkan penyerapan fosfat ke dalam darah (NIDDK, 2009). Sevelamer karbonat adalah salah satu obat pengikat fosfat. Obat ini merupakan polimer yang mengikat fosfat. Obat ini dalam usus berinteraksi dengan molekul fosfat melalui ikatan ionik dan ikatan hidrogen. Dengan mengikat fosfat di saluran makanan dan menurunkan penyerapan fosfat, sevelamer karbonat dapat menurunkan konsentrasi fosfat dalam serum (Laura, 2014). Berdasarkan penelitian yang di lakukan oleh Leena Patel dkk tahun 2016 menunjukkan hasil bahwa pasien PGK dengan stage 3 sampai 5 yang menggunakan sevelamer menunjukkan penurunan mortalitas yang lebih baik dibandingkan dengan penggunaan calcium based binder (kalsium karbonat). Dalam penelitian lain yang dilakukan oleh Laura dkk pada tahun 2014 menjelaskan bahwa penggunaan sevelamer menunjukkan mortalitas akibat kardiovaskular lebih rendah. Hal ini berkaitan dengan efek lain dari sevelamer yaitu berupa penurunan kadar kolesterol, LDL, fenol, asam urat atau endotoksin, yang juga berperan pada 4 penurunan status inflamasi dan oksidasi pada pasien. Sehingga menghasilkan peningkatan kelangsungan hidup pasien dengan PGK. Penelitian yang dilakukan oleh Maria Carolina Cuzz dkk pada tahun 2011 berjudul “Quality of Life in Patients with Chronic Kidney Disease” menunjukkan bahwa terdapat penurunan kualitas hidup pasien dengan penyakit ginjal pada semua stage. Terjadi penurunan fungsi fisik, peran fisik, dan pada keseluruhan komponen fisikal yang diobservasi dari progresifitas pada setiap stage yang berbeda. Adanya penyakit komorbid juga memiliki peran dalam penurunan kualitas hidup pasien penyakit ginjal (Cruz dkk., 2011). Keadaan yang diakibatkan kondisi gagal ginjal stadium akhir secara nyata menyebabkan penurunan kualitas hidup disertai angka mortalitas tinggi berkisar 22% pertahun (Jiang dan Li, 2004). Penelitian lain dilakukan oleh Malindre tos, dkk, 2012 berjudul A Study of the Association of Higher Parathormon Levels with Health-Related Quality of life in Hemodialysis Patients, dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kadar iPTH dengan kualitas hidup. Penelitian ini menggunakan desain case control study terhadap 156 pasien hemodialisis. Kualitas hidup diukur menggunakan kuesioner KDQOL-SF 36 versi 1.3. hasil penelitian adalah kadar iPTH yang tinggi (> 300 pg/mL) berhubungan dengan nilai parameter nyeri dan kesehatan fisik yang buruk (Malindretos dkk., 2012). Penelitian lain yaitu berjudul Cronic Kidney Disease Mineral Bone Disorder and Health Related Dialysis Patients, dilakukan oleh Johansen dkk, 2007, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gangguan mineral dan tulang dengan kualitas hidup pasien hemodialisis. Penelitian secara cross sectional dengan mengumpulkan data kuesioner KDQOL-SF 36 versi 5 1.3 dan data laboratorium dari 2590 pasien hemodialisis. Hasil penelitian ini adalah kadar fosfat dan iPTH yang rendah berhubungan dengan nilai kesehatan fisik yang buruk, tidak ada hubungan antara kadar fosfat, kalsium dan iPTH dengan domain kesehatan mental dan penyakit ginjal (Johansen dan Chertow, 2007). Penderita PGK yang menjalani hemodialisis rutin akan terjadi penurunan kondisi fisik disebabkan perburukan perjalanan penyakit dan kondisi psikis sehingga terjadi penurunan kualitas hidup. Kualitas hidup penderita PGK dengan hemodialisis sangat penting dipertahankan dan dievaluasi untuk melihat progresivitas penyakit serta terapi, sehingga diperlukan indikator klinis pengukuran objektif. Aspek kualitas hidup pada pasien dapat diukur menggunakan berbagai macam kuesioner. Kuesioner tersebut antara lain skala Karnofsky, WHOQOL, SF 36 dan KDQOL. Beberapa aspek yang khusus pada pasien PGK yang menjalani dialisis tidak dapat diukur dengan menggunakan kuesioner yang dirancang untuk pasien penyakit umum, sehingga memerlukan kuesioner untuk mengukur kualitas hidup penderita PGK secara spesifik, yaitu menggunakan kuesioner Kidney Disease Quality of Life Short Form (KDQOL-SF) (Hays et al, 1997). KDQOL-SF versi 1.3 merupakan instrumen untuk mengukur Health Related Quality of Life (HRQOL) pada individu dengan penyakit ginjal dan dialisis yang dikembangkan oleh Research and development (RAND) dan Universitas Arizona. KDQOF-SF versi 1.3 mencakup 43 item pertanyaan terkait penyakit ginjal dan 36 pertanyaan terkait kondisi kesehatan secara umum. Berdasarkan Hays dkk. (1997), kuesioner KDQOL-SF mempunyai reliabilitsa diatas 0,8 untuk pertanyaan terkait penyakit ginjal kecuali aspek fungsi kognitif (0,68) dan aspek interaksi sosial (0,61). 6 Pertanyaan terkait kondisi kesehatan secara umum memeliki reliabilitas 0,78-0,92. Hal ini menandakan bahwa kuesioner KDQOL memiliki nilai reliabilitas yang baik. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit UGM Yogyakarta. Rumah Sakit UGM ini merupakan salah satu rumah sakit yang menyelenggarakan unit layanan hemodialisa yang melayani pasien gagal ginjal. Sebagian besar pasien PGK diterapi dengan kalsium karbonat (CaCO3) sebagai terapi standar penanganan hiperfosfatemia dan terapi sevelamer belum pernah digunakan sebelumnya di RS UGM. Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penggunaan terapi sevelamer terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis yang dinilai menggunakan KDQOL SF-36. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan suatu permasalahan yaitu apakah terdapat pengaruh penggunaan terapi sevelamer terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis yang dinilai menggunakan KDQOL SF-36? C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan terapi sevelamer terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis yang dinilai menggunakan KDQOL SF-36 di Indonesia dan rumah sakit Universitas Gadjah Mada Yogyakarta belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian tentang kaitan antara terapi pengikat fosfat dengan kualitas hidup pada pasien hemodialisis yang telah dipublikasikan dan penelitian tersebut dijadikan acuan dalam melakukan penelitian ini dapat dilihat pada tabel 1. 7 Tabel 1. Penelitian tentang kaitan antara pengikat fosfat dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani hemodialisis rutin Peneliti Judul Hasil Penelitian Manss, Sevelamer Penelitian ini meliputi 25 penelitian sampai 31 Maret 2014 dkk. 2004 Versus Calcium- dengan 4770 partisipan (88% pasien hemodialisis). Pasien Based Binders PGK dialisis stadium 3-5 yang menerima sevelemer memiliki for Treatment of penyebab mortalitas yang lebih rendah, tidak ada perbedaan Hyperhosphatem signifikan pada mortalitas kardiovaskuler dan peningkatan ia in CKD: A pada efek gastrointestinal. Pasien yang menerima sevelamer Meta-Analysis of memiliki total kolestrol, LDL-kolestrol, dan kalsium yang Randomized rendah dan mengurangi risiko hiperkalemi. Intak hormon Controlled paratiroid (PTH) secara signifikan lebih tinggi pada pemberian Trials. terapi, dan tidak ada perbedaan signifikan pada nilai serum fosfat. Johansen Cronic Kidney Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara dkk, 2007 Disease Mineral gangguan mineral dan tulang dengan kualitas hidup pasien Bone Disorder hemodialisis. Penelitian dilakukan secara cross sectional and Health dengan mengumpulkan data kuesioner KDQOL-SF 36 versi Related Dialysis 1.3 dan data laboratorium dari 2590 pasien hemodialisis. Hasil Patients penelitian ini adalah kadar fosfat dan iPTH yang rendah berhubungan dengan nilai kesehatn fisik yang buruk, tidak ada hubungan antara kadar fosfat, kalsium dan iPTH dengan domain kesehatan mental dan penyakit ginjal (Johansen dan Chertow, 2007). Isakova Phosphorus Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efek terapi agen dkk, 2009 Binder and pengikat fosfat terhadap kemampuan survival pasien Survival on hemodialisis yang mengalami hiperfosfatemia. Penelitian ini Hemodialysis menggunakan desain cohort study terhadap 5055 responden yang dibagi kedalam kelompok yang menggunakan agen pengikat fosfat dan tidak. Hasil penelitian ini adalah terapi dengan agen pengikat fosfat berhubungan dengan rendahnya mortalitas dan memperbaiki survival pasien hemodialisis (Isakova dkk., 2009). Maria Quality of Life in Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat penurunan kualitas Carolina Patients with hidup pasien dengan penyakit ginjal pada semua stage. Terjadi Cuzz, dkk. Chronic Kidney penurunan fungsi fisik, peran fisik, dan pada keseluruhan 2011 Disease komponen fisikal yang diobservasi dari progresifitas pada setiap stage yang berbeda (Cruz dkk., 2011). Malindre A Study of the Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tos, dkk, Association of kadar iPTH dengan kualitas hidup. Penelitian ini menggunakan 2012 Higher desain case control study terhadap 156 pasien hemodialisis. Parathormon Kualitas hidup diukur dengan menggunakan kuesioner Levels with KDQOL-SF 36 versi 1.3. hasil penelitian adalah kadar iPTH Health-Related yang tinggi (> 300 pg/mL) berhubungan dengan nilai Quality of life in parameter nyeri dan kesehatan fisik yang buruk (Malindretos Hemodialysis dkk., 2012). Patients. Laura, Use of sevelamer Penelitian ini menjelaskan bahwa penggunaan sevelamer dkk. 2014 in chronic kidney menunjukkan mortalitas akibat kardiovaskular lebih rendah. disease: Hal ini berkaitan dengan efek lain dari sevelamer yaitu berupa beyond penurunan kadar kolesterol, LDL, fenol, asam urat atau phosphorus endotoksin, yang juga berperan pada penurunan status control inflamasi dan oksidasi pada pasien. Sehingga menghasilkan peningkatan kelangsungan hidup pasien dengan PGK. 8 Perbedaan penelitian ini dengan beberapa penelitian pada tabel 1 adalah penelitian ini melihat pengaruh penggunaan terapi sevelamer terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis yang dinilai menggunakan KDQOL SF-36 dan dilakukan di tempat penelitian yaitu RS UGM Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Farmasis Sebagai salah satu bahan informasi bagi farmasis dan mendukung peningkatan peran farmasi klinik dalam pharmaceutical care terutama dalam penatalaksanaan terapi hiperfosfatemia pada pasien penyakit ginjal kronik serta mendukung peningkatan kualitas pelayanan. 2. Instalasi farmasi rumah sakit dan profesi kesehatan lain Memberikan informasi bagi rumah sakit dan profesi kesehatan lain tentang kualitas hidup pasien hemodialisis rutin yang menggunakan pengikat fosfat sehingga dapat digunakan sebagai masukan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin. 3. Peneliti Memberikan data dan pustaka bagi peneliti yang akan datang terutama dalam rangka peningkatan pelayanan dan pengelolaan pasien penyakit ginjal kronis yang menjalani hemodialisis rutin. 9 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan terapi sevelamer terhadap kualitas hidup pasien hemodialisis yang dinilai menggunakan KDQOL SF-36.