BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi 2.1.1. Pengertian Pengertian komunikasi berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat, mulai dari masyarakat kecil dalam bentuk keluarga sampai masyarakat besar seluas negara. Maka selain pemberitahuan, komunikasi berarti pula pengumuman, penerangan, penjelasan, penyuluhan, perintah, instruksi, komando, nasehat, ajakan, bujukan, rayuan dan sebagainya.Komunikasi adalah salah satu faktor yang penting untuk keberhasilan program pembangunan masyarakat, termasuk program jaminan kesehatan nasional. Tanpa komunikasi maka para pengguna dan stakeholder lainnya tidak akan menyadari tentang adanya program serta manfaat yang ditawarkan. Menurut Carl. I. Hovland1 mengatakan bahwa ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampain informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Sedangkan menurut Everett M. Rogers2 mengatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide di alihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka. Selanjutnya Cangara dalam bukunya Pengantar Ilmu Komunikasi yang menyatakan bahwa komunikasi adalah proses dimana dua orang atau lebih 1 Carl. I. Hovland. 2010. Pengantar Humas dalam komunikasi. Jakarta. Alfabeta. Everett M. Rogers.2009.Perspektif Komunikasi Efektif. Jakarta. Grafindo. 2 12 13 membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam. 2.1.2. Fungsi Komunikasi Menurut Effendy3, fungsi-fungsi komunikasi dan komunikasi massa dapat disederhanakan menjadi empat fungsi, yaitu: 1. Menyampaikan Informasi (to infrom) Adalah memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain. 2. Mendidik (to educate) Adalah komunikasi merupakan sarana pendidikan, dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan idea atau pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. 3. Menghibur (to entertain) Adalah komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain. 4. Mempengaruhi ( to influence) (Effendy, 2003:31). Adalah fungsi mempengaruhi setiap indivindu yang berkomuniakasi tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauhnya lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang diharapakan Dilihat dari fungsi komunikasi dan keberadaannya di masyarakat, komunikasi tidak dapat dihindari oleh seorang individu karena komunikasi merupakan suatu alat yang harus digunakan untuk dapat digunakan untuk dapat menjalin hubungan dengan orang lain 3 Effendy, Onong Uchjana. 2013. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya 14 2.1.3. Bentuk Komunikasi Menurut Effendy,4 pelaksanaan komunikasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga bentuk, yaitu : a. b. c. Komunikasi antar pribadi ( Diadic Communication) yaitu komunikasi antar dua orang dimana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Komunikasi ini bisa berlangsung berhadapan muka (face to face), bisa melalui medium seperti telepon. Ciri khas komunikasi antar pribadi ini sifatnya dua arah timbal balik (two way communication). Komunikasi kelompok (group communication) adalah komunikasi antar seseorang (komunikator) dengan sejumlah orang (komunikan) yang berkumpul bersama-sama dalam bentuk kelompok. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern yang meliputi surat kabar yang mempunyai sirkulasi yang luas seperti siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum. Ketiga macam komunikasi tersebut dapat digunakan dalam suatu kegiatan komunikasi yang lebih dulu telah disesuaikan dengan tujuan komunikasi yang akan dilakukan. Dalam hal ini menyangkut materi yang akan di sampaikan, media yang akan di gunakan dan kondisi khalayak yang dihadapi. Mulyana dalam buku Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar mengatakan bahwa secara umum ragam tingkatan komunikasi5 adalah sebagai berikut: a. b. Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication) yaitu komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang yang berupa proses pengolahan informasi melalui panca indera dan sistem syaraf manusia. Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) yaitu kegiatan komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikan bersifat pribadi. 4 Effendy, Onong Uchjana 1986. Dimensi-Dimensi Komunikasi. Bandung : Rosda karya 5 Mulyana, Deddy,. 2000. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : remaja rosda karya 15 c. d. e. f. Komunikasi kelompok (group communication) yaitu komunikasi yang berlangsung di antara anggota suatu kelompok. Komunikasi organisasi (organization communication) yaitu pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi Komunikasi massa(mass communication). Komunikasi massa dapat didefinisikan sebagai suatu jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah audien yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media massa cetak atau elektrolik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Komunikasi publik. Pengertian komunikasi publik adalah komunikasi antara seorang pembicara dengan sejumlah besar orang (khalayak). Yang tidak bisa dikenali satu persatu. Komunikasi demikian sering juga disebut pidato, ceramah atau kuliah (umum). Beberapa pakar komunikasi menggunakan istilah komunikasi kelompok besar (large group communication) untuk komunikasi ini. Selanjutnya mengenai strategi komunikasi dapat dijelaskan sebagai paduan dan perencanaan komunikasi (communication planning) dan manajemen komunikasi (communication management) untuk mencapai suatu tujuan. 6 Untuk mencapai tujuan tersebut strategi komunikasi harus dapat menunjukan bagaimana operasionalnya secara taktis harus dilakukan dalam arti kata bahwa pendekatan (approach) bisa berbeda sewaktu-waktu bergantung dari situasi dan kondisi. Menurut Jalaludin Rakhmat “Strategi adalah suatu langkah untuk mencapai tujuan yang direncanakan dengan melakukan berbagai aktifitas termasuk dialamnya kegiatan, pesan, dan media yang digunakan.” 7 Strategi komunikasi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai satu tujuan. Strategi komunikasi 6 Onong U. Effendy, Strategi Komunikasi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2000, hal. 300 7 Rakhmat, Jalaludin. 1998. Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja rosda karya. 16 merupakan paduan dari perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi untuk mencapai suatu tujuan.8 Dalam strategi komunikasi segala sesuatunya harus dipertautkan dengan komponen-komponen yang dirumuskan oleh Harold D. Lasswell (Formula Laswell). Formula itu tampaknya sederhana, tetapi jika dikaji lebih jauh, pertanyaan ”efek apa yang diharapkan” secara implisit mengandung pertanyaan lain yang perlu dijawab dengan seksama, yaitu : 1. When ( Kapan dilaksanakannya) 2. How ( Bagaimana melaksanakannya) 3. Why ( Mengapa dilaksanakan demikian) Pada hakikatnya, strategi adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan. Akan tetapi, untuk mecapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya menunjukkan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan bagaimana taktik operasionalnya.9 Suatu strategi juga merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Jadi dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak. 10 Seorang pakar perencanaan komunikasi Middleton (1980) dikutip Cangara, membuat definisi strategi komunikasi, dengan menyatakan bahwa strategi 8 Effendy,Ibid. Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 32 9 10 Anwar Arifin, Strategi Komunikasi, (Bandung: PT Amrico, 1984), hal. 59 17 komunikasi adalah kombinasi yang terbaik dari semua elemen komunikasi mulai dari komunikator, pesan, saluran, penerima sampai pada pengaruh (efek) yang dirancang untuk mencapai tujuan komunikasi yang optimal.11 Quinn (1992) dalam Ruslan12 menyatakan, agar suatu strategi dapat efektif dilaksanakan dalam sebauh program, maka ia harus mencakup beberapa hal, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Objektif yang jelas dan menentukan semua ikhtiar diarahkan untuk mencapai pemahaman yang jelas, menentukan dan bisa mencapai keseluruhan tujuan. Tujuan tersebut tidak perlu dibuat secara tertulis namun yang penting bisa dipahami dan menentukan. Memelihara inisiatif, strategi inisiatif menjaga kebebasan bertindak dan memperkaya omitmen. Strategi mesti menentukan langkah dan menetapkan tindakan terhadap peristiwa, bukannya bereaksi terhadap satu peristiwa. Konsentrasi, dengan memusatkan kekuatan yang besar untuk waktu dan tempat yang menentukan. Fleksibilitas, strategi hendaknya diniatkan untuk dilengkapi penyangga dan dimensi untuk fleksibilitas dan maneuver. Kepemimpinan yang memilki komitmen dan terkoordinasi. Strategi hendaknya memberikan kepemimpinan yang memiliki komitmen dan tanggung jawab terhadap pencapaian tujuan pokok. Kejujuran. Strategi itu hendaknya dipersiapkan untuk memanfaatkan kerahasiaan dan kecerdasan untuk menyerang lawan pada saat yang tidak terduga. Keamanan. Strategi itu mesti mengamankan seluruh organisasi dan semua operasi penting organisasi. R Wayne Pace, Brent D. Peterson, dan M. Dallas Burnett dalam Techniques for Effective Communication seperti yang dikutip oleh Effendy13 menyatakan bahwa tujuan sentral komunikasi terdiri atas tiga tujuan utama, yaitu: 11 (Cangara, 2013:61) 12 Ruslan, Rosady. 2008. Kiat dan Strategi Kampanya Public Realitions. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, hal 67 13 Effendy, Onong Uchjana.1992. Dinamika Komunikasi.Bandung : Rosda karya 18 1. 2. 3. To secure understanding (komunikan mengerti akan pesan yang diterimanya) To establish acceptance (penerimaan pesan oleh komunikan itu kemudian dibina) To motivate action (kegiatan dimotivasikan) Strategi juga memiliki fungsi ganda sebagaimana dijelaskan oleh Effendy yaitu14 : a. Menyebarluaskan pesan komunikasi yang bersifat informatif, persuasif, dan instruktif secara sistematik kepada sasaran untuk memperoleh hasil yang optimal. b. Menjembatani ”cultural gap”, yaitu kondisi yang terjadi akibat kemudahan diperolehnya dan kemudahan dioperasionalkannya media yang begitu ampuh, yang jika dibiarkan akan merusak nilai-nilai yang dibangun. Menyusun strategi komunikasi harus memperhitungkan faktor-faktor pendukung dan penghambat. Berikut ini sebagian komponen komunikasi dan faktor pendukung serta penghambat pada setiap komponen tersebut 15 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Mengenali sasaran komunikasi Faktor situasi dan kondisi Pemilihan media komunikasi Pengkajian tujuan pesan komunikasi Peranan komunikator dalam komunikasi Daya tarik sumber Kredibilitas sumber Suatu strategi juga merupakan keseluruhan keputusan kondisional tentang tindakan yang akan dijalankan guna mencapai tujuan. Dalam merumuskan strategi komunikasi, selain diperlukan perumusan tujuan yang jelas, juga terutama 14 Effendy, Onong Uchjana. 2002. Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek. Bandung : Remaja rosda karya hal 52 15 Ibid 19 memperhitungkan kondisi dan situasi khalayak.Penetapan strategi komunikasi tentu saja kembali kepada elemen dari komunikasi, yakni who says what, to whom through what chabbels, and what effects. Karena itu strategi yang dijalankan harus diawali dengan langkah-langkah mengenal khalayak, menyusun pesan, menetapkan metode, seleksi dan penggunaan media, sebagai berikut: a. Mengenal Khalayak Mengenal khalayak adalah langkah pertama bagi komunikator dalam usaha komunikasi yang efektif. Memahami target sasaran kegiatan komunikasi merupakan hal yang sangat penting sebab semua aktivitas komunikasi diarahkan kepada mereka. Merekalah yang menentukan berhasil tidaknya suatu program. b. Menyusun pesan Setelah mengenal khalayak maka langkah selanjutnya dalam perumusan strategi ialah menyusun pesan, yaitu menentukan tema dan materi.Syarat utama dalam mempengaruhi khalayak dari pesan tersebut ialah mampu menarik perhatian khalayak. c. Menetapkan Metode Untuk mencapai efektivitas komunikasi maka tidak hanya bergantung padaa kemantapan isi pesan yang diselaraskan dengan kondisi khalayak namun juga dipengaruhi oleh metode-metode dalam menyampaikan pesan kepada sasaran. Dalam dunia komunikasi, metode penyampain pesan dapat dilihat dari dua aspek yaitu: menurut cara pelaksanaannya dan menurut bentuk isinya. Aspek pertama (menurut cara pelaksaannya) dapat diwujudkan dalam dua bentuk, yaitu mentode redundancy (repitition) dan canalizing. Sementara aspek yang kedua (menurutbentuk isinya) dikenal metodemetode informatif, persuasi, edukatif dan kursif. d. Seleksi dan penggunaan Media Sebelum suatu pesan atau kebijaksanaan lembaga disampaikan kepada masyarakat perlu dipertimbangkan tentang penggunaan media atau saluran yang paling efektif. Didalam ilmu komunikasi dikenal komunikasi langsung (face to face) dan media massa. Jika sasarannya hanya terdiri dari beberapa orang saja dan lokasinya dapat dijangkau maka digunakan komunikasi langsung, termaksud jika sasarannya internal publik maka biasanya digunakan pertemuan-pertemuan. Jika sasarannya banyak orang dan tersebar dimana-mana, maka salurannya yang sesuai adalah media massa.16 16 Arifin, Anwar Ibid 20 Menurut R. Wayne Pace, Brent D. Peterson dan M. Dallas Burnett dalam bukunya Techniques for Effective Communication, ada empat tujuan dalam strategi komunikasi sebagai berikut : a. b. c. d. To secure understanding yaitu untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi. To establish acceptance yaitu bagaimana cara penerimaan itu terus dibina dengan baik To motivate action yaitu penggiat untuk memotivasinya. To goals which communicator sought to achieve yaitu bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi yang berlangsung tersebut.17 Mencapai tujuan di atas maka strategi komunikasi harus dapat menunjukkan bagaimana operasionalnya secara taktis dilakukan, dalam arti kata bahwa pendekatan bisa berbeda-beda, bergantung kepada situasi dan kondisi. 2.2. Public Relations 2.2.1. Pengertian Dalam bahasa Indonesia Public Relations (PR) diterjemahkan menjadi hubungan masyarakat (Humas). Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis memberikan pengertian PR sama dengan hubungan masyarakat (Humas). Konsep dasar Humas diperkenalkan pada tahun 1906 oleh Ivy Lee saat ia berhasil menjembatani konflik buruh dan pengusaha. Konsep ini lalu dikenal sebagai Declaration of Humasinciple (Deklarasi Azas-Azas Dasar) yaitu prinsip yang terbuka dan tidak menyembunyikan data dan fakta Humas di Indonesia dikenal 17 Ruslan, Ibid 21 pada tahun 1950’an dimana humas bertugas untuk menjelaskan peran dan fungsifungsi setiap kementrian, jawatan, lembaga, badan, dan lain sebagainya18 Banyak pendapat para ahli dalam merumuskan pengertian dari Humas, diantaranya adalah: Cutlip, Center dan Broom dalam bukunya Effective Public Relations yang menyatakan bahwa: “Public Relations is the management function which evaluates public attitudes, identifies the policies and procedures of an individual or an organizational with the public interest, and plans and executes a program of action to earn public understanding and acceptance” 19 Humas merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasi kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik, serta merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk memperoleh pengertian, pemahaman, dan dukungan dari publiknya.20 Pandangan tersebut senada dengan pendapat Denny Griswold yang menjelaskan bahwa pengertian hubungan masyarakatadalah fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mempelajari kebijakan dan prosedur individual atau organisasi sesuai dengan kepentingan publik, dan menjalankan program untuk mendapatkan pemahaman dan penerimaan publik.21 Berdasarkan kedua uraian tersebut dapat dijelaskan bahwa Public Relations atau humas merupakan 18 Jefkins, Frank, 1995, Public Relations, JakartaErlangga hal 28 19 Cutlip, Scott M. and Allen H. Center, 1982.Effective Public Relations.Englewood CliffsN.J.: Prentice Hill Inc. hal 67 20 Baskin, Aronoff, dan Lettimore, 1997, Public Relations: The Profession andThe Practice. USA: Brown and Benchmark Publishers. Hal 5 21 Glen Griswold and Denny Griswold, 1985 Your Public Relation.Fark andWangnalisCompany. New York. Grading Teaching Notes oleh NUFFIC. Hal 32 22 alat perusahaan yang berfungsi melihat perilaku dan persepsi publik serta merencanakan suatu kegiatan yang sesuai dengan keinginan publik. Definisi sederhana dari Philip Lesly seperti yang dikutip oleh Leonald Mogel bahwa Public Relations is a management function as helping an organization (or group) and its publics adapt mutually to each other.22 Humas tersebut bertujuan agar perusahaan atau organisasi tersebut dapat menjalin hubungan baik dengan publicnya.Public ini yang nantinya akan menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan dari perusahaan tersebut.23 Menurut Frank Jefkins; “Public Relations a system of communication to create goodwill”, dimana Humas merupakan keseluruhan bentuk komunikasi yang terencana, baik itu keluar maupun kedalam, yakni antara suatu organisasi dengan publiknya dalam rangka mencapai tujuan yang spesifik atas dasar adanya saling pengertian.24 Pendapat Edward L. Bernays yang dikutip oleh Ardianto, menyatakan bahwa Humas memiliki tiga arti: (1) penerangan kepada publik, (2) persuasi kepada publik untuk mengubah sikap dan tingkah laku publik, (3) upaya untuk menyatukan sikap dan perilaku suatu lembaga.”25 Banyaknya definisi Public Relations membuat para pempraktek Public Relations dari berbagai Negara diseluruh dunia, yang terhimpun dalam organisasi 22 Leonald Mogel, 1993, Public relations; practise and theory 23 Kasali,Rhenald, 2003, Manajemen Public Relations, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, hal 49 24 Jefkins, Frank,1995, Public Relations, Jakarta: Erlangga, hal 38 25 Ardianto, Elvinaro. Metode Penelitian untuk Public Relations: Kuantitatif dan Kualitatif. Penerbit Simbiosa Rekatama Media Bandung. 2010, hal 55 23 yang bernama IPRA (The International PublicRelations Associations) bersepakat untuk merumuskan sebuah definisi dengan harapan dapat diterima dan dapat dipraktekan bersama. Definisi IPRA tersebut dapat dinilai sebagai definisi yang lengkap, yang menunjukan ciri khas dan meliputi faktor-faktor yang memang harus ada pada Humas seperti Peran, Tugas, wewenang dan tanggung jawab Humas. Definisi Public Relations / Humas menurut IPRA sebagai berikut : “Public Relations is a management functions, of a continuing and planned character, through which public and private organizations and institutions seek towin and retain the understanding, sympathy and support of those with whom they are or maybe concerned – by evaluating public opinion about themselves, in order to correlate, as fast as possible, their own policies and procedures, to achieve by planned and widespread information more productive co-operation and more efficient fulfillment of their common interests.” (Humas adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan berkesinambungan yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadinya berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitanya atau yang mungkin ada hubungan dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka untuk mengkorelasikan, sedapat mungkin kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih Humasoduktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien).26 2.2.2. Fungsi Publik Relations Publik Relations merupakan bagian dari organisasi yang berfungsi untuk menjaga dan membina hubungan baik antara instansi dengan masyarakat umum atau publik beserta dengan konsumenya dan juga menjaga hubungan baik internal perusahaan. Fungsi dasar dari Publik Relations adalah membentuk dan membina hubungan baik, dengan terciptanya hubungan yang baik maka, akan terciptalah kinerja dan kualitas kerja yang baik guna mencapai keuntungan bagi institusi 26 Effendi, Onong Uchyana.Human Ralations & Public Relations.Penerbit CV.Mandar Maju Bandung. 2009, hal 69 24 tersebut. Elvinaro& Soemirat27 menyatakan bahwa Publik Relations dikatakan berfungsi dalam suatu organisasi atau lembaga apabila Publik Relations tersebut telah menunjukkan suatu kegiatan yang jelas dan dapat dibedakan dari kegiatan lainnya.Fungsi Humas menurut Onong Uchjana Effendy : a. b. c. d. Menunjang kegiatan manajemen dalam mencapai tujuan organisasi. Membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publiknya, baik itu publik internal maupun publik eksternal. Menciptakan komunikasi dua arah yang timbal balik dengan menyebarkan informasi dari organisasi kepada publik dengan menyalurkan opini publik kepada organisasi. Melayani publik dan menasehati pimpinan organisasi demi kepentingan umum.28 Adapun menurut Scott M.Cutip dan Center, dalam buku Efektif Publik Relationss29, memberikan penjelasan sebagai berikut : a. b. c. Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili dari publikpublik suatu organisasi, sehingga kebijaksanaan beserta operasionalisasi organisasi dapat dipelihara keserasiannya dengan ragam butuh bantuan dan pandangan publik-publik tersebut. Menasehati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun dan operasionalisasi organisasi untuk dapat diterima semakin maksimal. Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyenangkan terhadap kebijaksanaan operasionalisasi organisasi. 2.2.3. Tujuan Public Relations Pada bagian ini, penulis akan membahas mengenai tujuan Public Relations yang berguna bagi penelitian. Berikut pendapat para ahli mengenai tujuan Public 27 Soleh Elvinaro, Aldianto & Soemirat, Dasar-Dasar Public Relation, Penerbit PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2003, hal.87 28 Effendi, Onong Uchyana.Human Ralations & Public Relations.Penerbit CV. Mandar Maju Bandung. 2009, hal 56 29 Cutlip, M. Scott., Center, H. Allen., and Broom, M. Glen. Effective Public Relations. Edisi Kesembilan. Kencana Prenada Media Group, 2009, hal.33 25 Relations. Menurut Rosady Ruslan, tujuan Public Relations adalah sebagai berikut: a. b. c. d. e. Menumbuh kembangkan citra perusahaan yang positif untuk publik eksternal atau masyarakat dan konsumen. Mendorong tercapainya saling pengertian antara publik sasaran dengan perusahaan. Mengembangkan sinergi fungsi pemasaran dengan Public Relations. Efektif dalam membangun pengenalan merek dan pengetahuan merek. Mendukung bauran pemasaran.30 Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa tujuan Public Relations adalah mengembangkan citra baik terhadap internal dan eksternal, sebagai penengah diantara publik dan perusahaan, mengembangkan fungsi pemasaran dengan Public Relations, membangun merek, dan mengembangkan bauran pemasaran. Menurut pendapat Bertram R. Canfield dan Frazier Moore (Danandjaja,) dalam buku “Public Relation, Principles Cases and Problem”, tujuan Public Relations yaitu: a. b. c. d. e. f. Mengabdi kepada kepentingan publik. Public Relations selalu siap mendengarkan dan melayani keinginan publik. Menjaga atau memelihara komunikasi yang baik. Public Relations dapat melakukan komunikasi yang baik. Menitikberatkan kepada moral dan tingkah laku yang baik. Public Relations memiliki moral dan tingkah laku yang baik.31 Dari uraian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa tujuan Public Relations adalah untuk mengabdi kepada perusahaan, menjalin komunikasi yang baik antara perusahaan dengan publik, dan menjaga moral serta tingkah laku yang baik untuk menghasilkan persepsi yang baik dari publik terhadap perusahaan. 30 Ruslan, Rosady, 2002, Kampanye public relations hal 246 Danandjaja, 2011Prinsip dan masalah dalam Humas hal 44 31 26 Pandangan dan pendapat Charles S Steinberg dan Lesly mengenai Tujuan Public Relations atau Humassejalan dengan pengertian Public Relations yang dikemukakan oleh Yosal Irintara, yaitu : “Public Relations adalah proses komunikasi maupun sebagian kegiatan yang dijalankan organisasi. Sebagai proses komunikasi, PR merupakan kegiatan yang terorganisir dan bertujuan sehingga bisa dibedakan dengan kegiatan komunikasi yang dilakukan begitu saja dan tidak memiliki yang jelas. Sedangkan sebagai kegiatan, PR bertujuan untuk membantu Publik memahami organisasi dan produk organisasi tersebut”.32 Tujuan public relations dibagi pula berdasarkan kegiatannya, yaitu tujuan berdasarkan kegiatan internal public relations dan tujuan berdasarkan kegiatan eksternal public relations. Tujuan public relations berdasarkan kegiatan internal public relations dalam hal ini dapat mencangkup kepada beberapa hal yaitu : a. b. c. d. Mengadakan suatu penilaian terhadap sikap, tingkah laku dan opini publik terhadap perusahaan, terutama sekali diajukan kepada kebijakan perusahaan yang sedang dijalankan. Mengadakan suatu analisis dan perbaikan terhadap kebijaksanaan yang sedang dijalankan, guna mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan dengan tidak melupakan kepentingan publik. Memberikan penerangan kepada publik karyawan mengenai suatu kebijaksanaan perusahaan yang bersifat objektif serta menyangkut kepada berbagai aktifitas rutin perusahaan, juga menjelaskan mengenai perkembangan perusahaan tersebut. Dimana pada tahap selanjutnya diharapkan publik karyawan akan tetap well inform. Merencanakan bagi penyusun suatu staf bagi penugasan kegiatan yang bersifat internal Public Relations dalam perusahaan tersebut.33 Sedangkan tujuan dari Public Relations berdasarkan bentuk kegiatan eksternal Public Relations , dimaksudkan untuk mendapatkan dukungan dari publik. Pengertian dukungan publik disini dibatasi kepada pengertian : 32 Iriantara, Yosal, 2004, Dampak dan tujuan public relations hal 106. Djanaid, Djanalis. 2005. Public Relations Teori dan Praktek. Malang : Program Up.hal 15 33 27 a. b. c. d. Memperluas langganan atau pemasaran. Memperkenalkan sesuatu jenis hasil produksi atau gagasan yang berguna bagi publik dalam arti luas. Mencari dan mengembangkan. Memperbaiki citra perusahaan terhadap pendapat masyarakat luas, guna mendapatkan opini publik yang positif. 34 Oleh karena itu seorang pimpinan perusahaan perlu lebih memperhatikan melalui public relations untuk memikirkan sesuatu langkah dalam mendayagunakan tujuan dari kegiatan eksternal public relations itu.Secara praktis tujuan public relations itu harus dapat menyelenggarakan tujuan dari kegiatan eksternal itu harus dapat menyelenggarakan komunikasi yang efektif dimana mempunyai sifat informasi dan persuasif, guna memperoleh dukungan dari publik disesuaikan dengan yang diinginkan oleh komunikator. Adapun langkah-langkah yang perlu diperhitungkan oleh public relations dalam menyampaikan informasi mengenai suatu gagasan, ide-ide, ataupun bersifat memperkenalkan suatu barang, maka pesan komunikasinya mempertimbangkan hal sebagai berikut : 1. Pesan komunikasi harus disampaikan secara jujur, objektif dan harus direncanakan sehingga mencangkup unsur ketelitian. 2. Penyelenggaraan kegiatan dari eksternal itu harus melalui teknik komunikasi yang bersifat timbal-balik (two ways communications). Maksudnya seorang public relations itu tidak saja terbatas hanya cukup dan terlatih terhadap penerimaan informasi yang datang dari publik sebagai efek komunikasi. Isi dari penyampaian komunikasi harus didasarkan kepada kepentingan publik, sehingga ketika pesan komunikasi itu disampaikan, akan menimbulkan tingkat kepercayaan dan rasa simpati dihati publik. Dimana pada tahap selanjutnya diharapkan publik mendukung pesan yang disampaikan kepada mereka. 35 34 Ibid Ibid 35 28 2.2.4. Manfaat Public Relations Menurut Jeffkins 36 manfaat dari Public Relations atau Humas, adalah : 1. 2. 3. 4. Menciptakan dan memelihara citra yang baik dan tepat atas organisasinya di dalam kaitannya dengan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan. Membantu pendapat umum mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan citra, kegiatan organisasi maupun kepentingan organisasi dan menyampaikan suatu informasi secara langsung kepada manajemen perusahaan. Memberi nasihat dan masukan kepada manajemen perusahaan mengenai berbagai masalah komunikasi yang sedang terjadi, sekaligus mengenai cara penangananya. Menyediakan berbagai jasa informasi kepada publik mengenai kebijakan perusahaan, produk, jasa personil selengkap mungkin untuk menciptakan suatu pengetahuan yang maksimal dan mencapai pengertian public. Menurut Yulianita37 ada 4 hal prinsip tujuan dari Public Relations, adalah: 1. 2. 3. 4. Menciptakan citra yang baik. Memelihara citra yang baik. Meningkatkan citra yang baik. Memperbaiki citra jika citra organisasi kita menurun/rusak 2.2.5.Peranan Public Relations Peranan berarti ”tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa”38. Beberapa ahli menjelaskan tentang peranan Humas dalam organisasi antara lain adalah Dozier,D.M (1992) yang menyatakan bahwa : “Peranan praktisi Humas (PR) dalam suatu organisasi atau perusahaan merupakan salah satu kunci untuk memahami fungsi Humas dan Komunikasi organisasi, disamping itu juga merupakan kunci untuk pengembangan peranan praktisi Humas (PR) dan pencapaian professional dalam Humas.” 39 36 Jefkins, Frank,1995, Public Relations, Jakarta: Erlangga. Hal 28 Yulianita, Neni. Dasar-Dasar Public Relations hal 25 37 38 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002 hal 75. Ruslan, Rosady. Manajemen Public Relations & Media Komunikasi.PT Rajagrafindo Persada Jakarta. 2008. Hal 33 39 29 Dalam kutipan buku “Kiat dan strategi kampanye PR.”, Rosady Ruslan mengatakan bahwa “PR are Power of Opinion”40, yakni: Peranan PR tersebut sama dengan juranlisitk, yang memiliki kekuatan dan kekuasaannya untuk membentuk opini. Perbedaannya adalah media pers dan wartawan merupakan alat untuk kontrol sosial, sedangkan PR telah menekankan fungsi untuk menggalang pengertian antar lembaga yang diwakilinya dengan publik yang menjadi target sasarannya. Oleh karena itu, kredibilitas seorang PR sangat diperlukan dalam melaksanakan peranannya, khususnya dalam berkampanye dan berpropaganda untuk tujuan promosi, publikasi, meningkatkan kesadaran dan pemahaman, pengertian hingga membujuk dan mempengaruhi untuk mencari dukungan tertentu dari publik sasarannya. Peranan Humas dalam suatu organisasi, menurut Dozier dan Broom (1995), dibagi menjadi empat (4) kategori:41 1. 2. 3. Export Presciber (Penasehat Ahli), Praktisi Humas dapat membantu untuk mencari solusi dalam penyelesaian masalah hubungan dengan publiknya (Public Relationship), disini pihak manajemen bersifat pasif untuk menerima atau mempercayai apa yang telah disarankan atau diusulkan oleh pakar Humas (ExpertPresciber) tersebut dalam memecahkan dan mengatasi persoalan Public Relations yang tengah dihadapi oleh organisasi yang bersangkutan. Communications Fasilitator (Fasilitator Komunikasi), Praktisi Humas bertindak sebagai komunikator atau mediator untuk membantu pihak manajemen dalam hal mendengar apa yang diinginkan dan diharapkan oleh publiknya, sekaligus mampu menjelaskan kembali keinginan, kebijakan dan harapan organisasi kepada pihak publiknya. Sehingga dengan komunikasi timbal balik tersebut dapat tercipta saling pengertian, mempercayai, menghargai, mendukung dan toleransi yang baik dari kedua belah pihak. Problem Solving Process Fasilitator (Fasilitator Proses Pemecahan Masalah), Peranan Praktisi Humas dalam proses pemecahahn persoalan ini merupakan bagian tim manajemen, untuk membantu pimpinan organisasi baik sebagai penasihat (adviser) hingga mengambil tindakan keputusan (eksekusi) dalam mengatasi persoalan atau krisis yang tengan dihadapi, secara rasional dan professional. Dan biasanya dalam menghadapi suatu krisis yang terjadi, maka dibentuk suatu tim posko yang dikoordinir ahli Humas dengan melibatkan berbagai departemen dan keahlian dalam suatu 40 Ruslan, Rosady. 2005, Kampanye Public Relations. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada 41 Dozier dan Broom (1995) 30 tim khusus untuk membantu organisasi, perusahaan dan produk yang tengah menghadapi atau mengatasi persoalan krisis tertentu. 4. Communication Technician (Teknisi Komunikasi) berbeda dengan tiap peranan praktisi Humas profesional sebelumnya yang terkait erat dengan fungsi dan peranan manajemen organisasi. Peranan communication technician ini menjadikan praktisi Humas sebagai journalist in resident yang hanya menyediakan layanan teknisi komunikasi atau dikenal dengan method of communication inorganization. Sistem komunikasi dalam organisasi tergantung dari masing-masing bagian atau tingkatan (level), yaitu secara teknis komunikasi, baik arus maupun media komunikasi yang dipergunakan dari tingkatan pimpinan dengan bawahan akan berbeda dari bawahan ke tingkat atasan. Hal yang sama juga berlaku pada arus dan media komunikasi antara satu level, misalnya komunikasi antar karyawan satu departemen dengan lainnya (employee relations and communication media model). Peranan Humas (PR) tersebut diharapkan menjadi “mata” dan “telinga” serta “tangan” bagi top manajemen dari organisasi, yang ruang lingkup tugasnya mencangkup pembinaan hubungan terhadap pihak internal dan pihak eksternal. Menurut Ruslan42, dalam “hubungan masyarakat suatu komunikologis” memberi gambaran mengenai peran utama Humas yang pada intinya adalah sebagai berikut: 1. 2. 42 Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi dengan lembaga yang mewakili dengan publiknya. Bertindak sebagai Communicator, yaitu dalam sebuah kegiatan komunikasi dalam sebuah organisasi pada perusaan, prosesnya berlangsung dalam dua arah timbal balik (two way traffic reciprocalcommunication), dalam komunikasi ini fungsi PR adalah sebagai penyebaran informasi, di lain pihak komunikasi berlangsung dalam bentuk penyampaian pesan dalam menciptakan opini publik (Public Opinion). Membina relationship, yaitu berupa membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya. Membangun dan membina hubungan (Relationship) yang positif yang baik dengan pihak publik sebagai target sasaran, yaitu publikinternal dan publik eksternal khususnya dalam menciptakan saling mempercayai (mutually understanding) dan saling memperoleh manfaat bersama(muttulaysymbiosis) antara lembaga/ organisasi perushaan dan publiknya. Ruslan, Rosady. 2005, Kampanye Public Relations. Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, hal 56 31 3. Peranan back up management, yakni sebagi pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan. Peranan back up management dan sebelumnya dijelaskan bahwa fungsi Public Relations melekat pada fungsi manajemen, berarti tidakdapat di pisakan dengan manajemen. Untuk mencapai tujuan tersebut dalam fungsi manajemen tersebut melalui tahapan yang dikenal dengan POAC yaitu: a. Planning (perancangan) b. Organizing (pengorganisasian) c. Actualiting (penggiatan) d. Controlling (Pengawasan) 4. Membentuk Coorporate Image, artinya fungsi peranan PR dalam lembaga berupaya dalam membentuk dan menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. Menciptakan citra perusahaan atau lembaga (corporate image) yang merupakan tujuan akhir dari suatu aktivitas program kerja PR untuk keperluan publikasi maupun untuk promosi. Peranan PR mencakup bidang yang luas menyangkut hubungan dengan berbagai pihak dan tidak hanya sekedar berbentuk relations arti sempit, karena personal relations mempunyai peranan yang cukup besar dalam cara kerja PR. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa peranan PR mencakup bidang yang luas menyangkut penciptaan hubungan baik dengan khalayak sasaran di antaranya melalui program komunikasi seperti sosialissasi. 2.3. Sosialisasi Sosialisasi (pemasyarakatan) adalah penyedian sumber ilmu pengetahuan yang memungkinkan seseorang bertindak dan bersikap sebagai anggota masyarakat yang efektif, yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya sehingga ia dapat aktif didalam masyarakat. 43 Sosialisasi adalah menyediakan dan mengajarkan ilmu pengetahuan bagaimana orang bersikap sesuai nilai-nilai yang ada, serta bertindak sebagai anggota masyarakat secara efektif.44 43 Effendy, ibid. 44 Cangara, ibid 32 Sosialisasi secara sederhana dapat diartikan sebagai penyebarluasan informasi (program, kebijakan, peraturan) dari satu pihak (pemilik program, kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak lain (aparat, masyarakat yang terkena program, dan masyarakat umum). Sosialisasi merupakan salah satu bentuk strategi komunikasi untuk menyebarluaskan pesan. Menurut Soerjono Soekanto, sosialisasi adalah suatu proses anggota masyarakat mempelajari norma-norma dan nilai-nilai sosial di mana ia menjadi anggota.45Sementara itu, Ritcher Jr memberikan definisi yang lebih luas, bahwa sosialisasi adalah proses seseorang memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperlukannya agar dapat berfungsi sebagai orang dewasa dan sekaligus sebagai pemeran aktif dalam satu kedudukan atau peranan tertentu di masyarakatnya.46 Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka dapat ditarik 4 hal pokok yang terdapat dalam sosialisasi, yaitu: a. Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hidup manusia. b. Di dalam sosialisasi terdapat saling pengaruh antara individu beserta potensi kemanusiaannya, dengan masyarakat beserta kebudayaannya. c. Melalui proses sosialisasi, individu menyerap pengetahuan, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma, sikap dan keterampilan-keterampilan dari kebudayaan masyarakatnya. d. Pada sosialisasi akan menghasilkan perkembangan kepribadian seseorang. 45 Soerjono Soekanto, 2000, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar hal 45 46 Ritcher Jr, 1987 Perilaku organisasi dan komunikasi hal 139 33 2.4. Jabatan Fungsional Kesehatan Dalam birokrasi Pemerintahan, dikenal jabatan karier yaitu jabatan dalam lingkungan birokrasi yang hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS). Jabatan karier dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Jabatan Struktural Yaitu jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi, kedudukan jabatan struktural bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah yaitu Eselon IVb hingga tertinggi dari level Eselon Ia, contoh jabatan struktural di PNS adalah Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Biro dan Staf Ahli, sedangkan contoh jabatan struktural di Pemda adalah Sekretaris Daerah, Kepala Dinas Kepala Badan dan Kepala Kantor, Kepala Bagian, Kepala Bidang, Kepala Seksi, Camat, Sekretaris Camat, Lurah dan Sekretaris Lurah. 2. Jabatan Fungsional Yaitu jabatan yang tidak tercantum dalam struktur organisasi tetapi dari sudut pandang tugas dan fungsi (tusi) pekerjaannya tidak bisa terlepas dari struktur organisasi dan sangat diperlukan oleh organisasi dan pelaksanaannya merupakan satu kesatuan, misalnya auditor (Jabatan fungsional Auditor JFA) guru, dosen pengajar, arsiparis, perancang peraturan perundang-undangan dan lain-lain. Jabatan Kesehatan Fungsional yang selanjutnya disingkat Jabfungkes merupakan salah satu bentuk pemberian tugas, tanggung jawab dan wewenang serta penghargaan atas kinerja personel dalam memberikan pelayanan dimana 34 personel tersebut tidak memiliki jabatan secara hirarki atau structural dalam organisasi tersebut. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewnang dan hak seorang Pegawai dalam satu kesatuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Jabatan Fungsional pada hakekatnya adalah jabatan teknis yang tidak tercantum dalam struktur organisasi, namun sangat diperlukan dalam tugas-tugas pokoknya dalam organisasi Pemerintah, Jabatan Fungsional Pegawai terdiri atas jabatan fungsional keahlian dan jabatan fungsional keterampilan, produk hukum yang mengatur pengangkatan dalam jabatan fungsional adalah Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 yang diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 dan Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 yang diubah dengan keputusan Presiden Nomor 97 Tahun 2012 tentang Rumpun Jabatan Pegawai Negeri Sipil Arah kebijakan organisasi pemerintah ke depan sesuai penejelasan di atas adalahrightsizing yaitu upaya penyederhanaan birokrasi pemerintah agar lebih proporsional, datar, transparan, hirarki yang singkat dan terdesentralisasi kewenangannya. Penyesuaian organisasi kepemerintahan kearah hemat struktur kaya fungsi dengan membatasi jabatan struktural dan mengembangkan jabatan fungsional sudah sewajarnya dilakukan, mengingat terbatasnya jabatan struktural maka jabatan fungsional menjadi solusinya. Tujuan dibentuknya jabatan fungsional adalah untuk peningkatan produktivitas kerja, peningkatan produktivitas unit kerja, peningkatan karir dan 35 peningkatan profesionalisme bagi aparatur pemerintah. Jabatan fungsional juga dapat dijadikan sarana untuk membina pegawai dan sebagai jalur pengembangan karir pegawai. Dalam rangka pembinaan dan pengembangan karir tersebut telah diterbitkan berbagai kebijakan dibidang kepegawaian, salah satunya adalah di bidang jabatan fungsional. Pengangkatan ke dalam jabatan fungsional merupakan salah satu bentuk penghargaan dari pekerjaan seorang pegawai yang disesuaikan dengan tingkat keahlian atau profesionalismenya. Profesionalisme adalah salah satu aspek yang diperlukan untuk mewujudkan penyelenggaraan tugas pemerintah dan pembangunan yang lebih efektif dan efisien. Pembinaan yang dilaksanakan berdasarkan sistem prestasi kerja dan sistem karir yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja adalah salah satu bentuk dukungan terhadap profesionalitas. Dengan adanya ketentuan jabatan fungsional maka penilaian prestasi kerja seorang aparatur pemerintah harus dilakukan, yaitu dengan penetapan angka kredit oleh pejabat yang berwenang setelah melalui pertimbangan penetapan angka kredit oleh tim penilai, yang dibentuk dari instansi pembina/pengguna jabatan fungsional dimaksud. Instansi Pembina Pusat Jabatan Fungsional kesehatan adalah Kementerian Kesehatan, sedangkan Pembina Instansi jabfungkes di lingkungan Mabes TNI adalah Spers TNI, yang pelaksanaannya didelegasikan kepada Puskes TNI. Dalam Jabatan Fungsional kita mengenal istilah Jenis jabatan, Jenjang jabatan dan Pangkat. Jenis jabatan fungsional kesehatan saat ini telah berkembang menjadi 27 jenis (PP Nomor 40 tahun 2010). Sedangkan jenjang jabatan fungsional kesehatan terdiri atas 2 (dua) tingkat yaitu Ahli dan Terampil. Tingkat 36 Ahli dimulai dari jenjang pertama sampai dengan jenjang utama, dan Tingkat Terampil dimulai dari Pelaksana Pemula sampai Penyelia (PP Nomor 40 tahun 2010). Perubahan jabatan fungsional seorang tenaga kesehatan bisa diperoleh melalui tahap-tahap mulai dari: Pengangkatan, Pembebasan Sementara, Pengangkatan kembali, dan Pemberhentian. Semua keputusan perubahan terkait dengan perkembangan angka kredit dan kondisi yang ada pada seorang pemangku jabfungkes. Pemangku jabfungkes bisa memperoleh pangkat sesuai perolehan angka kredit dan ketentuan kepangkatan yang berlaku, akan tetapi perolehan angka kredit bagi yang berubah jabatan mutlak disesuaikan lebih dulu jabatannya sebelum mengajukan pangkat. Pangkat terendah pada tingkat Terampil adalah adalah Gol.II/a (Pelaksana Pemula) dan tertinggi Gol. III/d (Penyelia) , sedangkan pangkat terendah pada tingkat Ahli adalah Gol. III/a (Pertama) dan tertinggi adalah Gol. IV/e (Utama). Untuk kenaikan jabatan dan pangkat fungsional dapat disesuaikan menurut peraturan yang berlaku yaitu sebagai berikut : 1. Kenaikan jabatan dapat dipertimbangkan setiap kali dengan ketentuan : a. Sekurang-kurangnya telah 1 (satu) tahun dalam jabatan terakhir b. Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan jabatan setingkat lebih tinggi c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaaan pekerjaan dalam DP3 paling rendah bernilai baik dalam 1 (satu) tahun terakhir d. Disesuaikan dengan ketentuan masing-masing jabatan fungsional kesehatan yang berlaku 37 2. Kenaikan pangkat dapat dipertimbangkan setiap kali dengan ketentuan : a. Sekurang-kurangnya telah 2 (dua) tahun dalam pangkat terakhir. b. Memenuhi angka kredit yang ditentukan untuk kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi c. Setiap unsur penilaian prestasi kerja dan pelaksanaan pekerjaan dalam DP3 paling rendah bernilai baik dalam 2 (dua) tahun terakhir. Sedangkan Pejabat Fungsional dibebaskan sementara dari jabatannya apabila: 1. Dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat berdasarkan aturan kepegawaian 2. Diberhentikan sementara sebagai PNS berdasarkan Peraturan Kepegawaian 3. Ditugaskan secara penuh diluar jabatan fungsional yang dijabatnya 4. Tugas belajar lebih dari 6 (enam) bulan atau 5. Cuti diluar tanggungan negara, kecuali untuk persalinan keempat dan seterusnya. 2.5. 6. Perampingan dalam organisasi pemerintahan 7. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani Kerangka Konseptual Konsep adalah abstraksi atau gambaran yang dibangun dengan menggeneralisasi suatu pengertian.Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2000). Konsep penelitian ini meliputi : 38 1. Peranan adalah perangkat harapan-arapan yang dikenakan pada individu atau kelompok untuk melaksanakan hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pemegang peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. 2. Public relations atau hubungan masyarakat (humas) adalah fungsi manajemen dari sikap budi yang berencana dan berkesinambungan yang dengan itu organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadinya berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada kaitanya atau yang mungkin ada hubungan dengan jalan menilai pendapat umum diantara mereka untuk mengkorelasikan, sedapat mungkin kebijaksanaan dan tata cara mereka, yang dengan informasi yang berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama yang lebih efisien. (Onong Uchjana,211). 3. Peranan humas adalah gambaran mengenai peran utama Humas yang pada intinya adalah sebagai berikut : a. Sebagai communicator atau penghubung antara organisasi dengan lembaga yang mewakili dengan publiknya b. Membina relationship, yaitu berupa membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya c. Peranan back up management, yakni sebagi pendukung dalam fungsi manajemen organisasi atau perusahaan 39 d. Membentuk Coorporate Image, artinya fungsi peranan PR dalam lembaga berupaya dalam membentuk dan menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. Pada kerangka konseptual, Peneliti akan menerapkan indikator peranan humas dalam mensosialisasikan Kepangkatan Jabatan Fungsional Kesehatan di Satkes Denma Mabes TNI, yaitu peranan sebagai komunikator dan Corporate image. 2.6. Kerangka Berfikir Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan kerangka berpikir guna memberi batasan dan focus terhadap peran public relations dalam mensosialisasikan kepangkatan jabatan fungsional kesehatan dalam jajaran satuan kesehatan Detasemen Markas Mabes TNI. Adapun kerangka berfikir sebagai acuan dalam melakukan penelitian, sebagai berikut: HUMAS SATUAN KESEHATAN DENMA TNI SOSIALISASI JABATAN FUNGSIONAL KESEHATAN Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran PERANAN HUMAS 1.Communicator 2.Corporate image