22 BAB II LANDASAN TEORI A. Pasar Modal 1. Pengertian Pasar Modal Menurut UndangāUndang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasar modal dijelaskan sebagai berikut : Kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menurut Didit (2010:5) adalah : Pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivatif maupun instrumen lainnya. Pasar modal menurut Keputusan Presiden No. 60 Tahun 1998 tertanggal 20/12/1998, pasal 1 adalah “bursa yang merupakan sarana untuk mempertemukan penawaran dan permintaan dana jangka panjang dalam bentuk efek”. 6 23 7 Sedangkan menurut Suad Husnan (2001:3) pasar modal adalah Pasar untuk berbagai instrumen keuangan/sekuritas jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan pemerintah, public authorities maupun perusahaan swasta. Berdasarkan definisi di atas pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal menyediakan berbagai alternatif bagi para investor selain alternatif investasi lainnya, seperti : menabung di bank, membeli emas, asuransi, tanah dan bangunan, dan sebagainya. Pasar modal bertindak sebagai penghubung antara para investor dengan perusahaan ataupun institusi pemerintah melalui perdagangan instrumen jangka panjang seperti obligasi, saham, waran, right, obligasi konvertibel, dan berbagi produk turunan (derivatif) seperti opsi (put atau call). Para investor melakukan berbagai teknik analisis dalam menentukan investasi di mana semakin tinggi suatu perusahaan dapat menghasilkan laba dan semakin kecil resiko yang dihadapi maka semakin tinggi pula permintaan investor untuk menanamkan modalnya di perusahaan tersebut. 24 8 2. Fungsi Pasar Modal Pasar modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi (Didit, 2010), yaitu : Sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lainlain. Sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan resiko masing-masing instrumen. 3. Manfaat Pasar Modal Keberadaan pasar modal di Indonesia sangat strategis dan mempunyai beberapa manfaat (Didit, 2010) antara lain : a. Menyediakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi dunia usaha sekaligus memungkinkan alokasi sumber dana secara optimal. b. Memberikan wahana investasi memungkinkan upaya diversifikasi. bagi investor sekaligus 25 9 c. Menyediakan leading indicator bagi tren ekonomi negara. d. Penyebaran kepemilikan perusahaan sampai lapisan masyarakat menengah. e. Penyebaran kepemilikan, keterbukaan dan profesionalisme, menciptakan iklim berusaha yang sehat. f. Menciptakan lapangan kerja (profesi) yang menarik. g. Memberikan kesempatan memiliki perusahaan yang sehat dan mempunyai prospek. h. Alternatif investasi yang memberikan potensi keuntungan dengan resiko yang bisa diperhitungkan melalui keterbukaan, likuiditas dan diversifikasi investasi. i. Membina iklim keterbukaan bagi dunia usaha, memberikan akses kontrol sosial. j. Pengelolaan perusahaan dengan iklim keterbukaan, mendorong pemanfaatan manajemen profesional. k. Sumber pembiayaan jangka panjang bagi emiten. 4. Jenis Pasar Modal Pasar modal terbagi menjadi 2 jenis (Andy, 2010), yaitu : a. Pasar Perdana (Pasar Primer) 26 10 Pasar Perdana adalah pasar penjualan efek (saham/obligasi) yang baru ditawarkan pada publik. Pasar ini biasa disebut Initial Public Offering (IPO, atau penawaran umum perdana) dan umumnya dibantu oleh underwriter (penjamin emisi efek) serta profesi penunjang pasar modal lainnya. b. Pasar Sekunder Pasar sekunder menawarkan likuiditas yang tinggi serta informasi yang memadai dan kontinue mengenai harga pasar, jumlah volume dan harga transaksi yang sudah terlaksana maupun belum terlaksana serta informasi-informasi terbaru mengenai semua efek yang diperdagangkan. 5. Resiko Investasi di Pasar Modal Menurut Siamat (2001) dalam Moch. (2008), resiko investasi di pasar modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Resiko yang mungkin dihadapi pemodal tersebut antara lain sebagai berikut : a. Resiko daya beli Sifat pemodal dalam menangani faktor resiko di pasar modal terdiri dari 2 macam, yaitu pemodal yang tidak menyukai resiko dan pemodal yang justru menyukai tantangan resiko. Pemodal kategori pertama akan memilih jenis investasi yang akan memberikan keuntungan yang jumlahnya sekurang-kurangnya 27 11 sama dengan investasi yang dilakukan sebelumnya. Selain itu, pemodal mengharapkan memperoleh pendapatan (capital gain) dalam waktu yang tidak lama. Resiko daya beli ini berkaitan dengan kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil. b. Resiko bisnis Resiko bisnis adalah suatu resiko menurunnya kemampuan memperoleh laba yang pada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perusahaan membayar bunga atau dividen. c. Resiko tingkat bunga Biasanya naiknya tingkat bunga akan menekan harga jenis suratsurat berharga yang berpendapatan tetap termasuk harga saham. d. Resiko pasar Apabila pasar bergairah (bullish) maka hampir semua harga saham di bursa efek mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila pasar lesu (bearish), saham-saham akan mengalami penurunan. Perubahan psikologi pasar dapat menyebabkan harga-harga surat berharga anjlok terlepas dari adanya kemampuan memperoleh laba. e. Resiko likuiditas perubahan fundamental atas 28 12 Resiko ini berkaitan dengan kemampuan suatu surat berharga untuk dapat segera diperjualbelikan tanpa mengalami kerugian yang berarti. B. Saham 1. Pengertian Saham Menurut Andy (2010:1) saham adalah “bukti penyertaan modal pada sebuah perusahaan”. Menurut Siamat (2004:268) saham adalah “surat bukti/tanda kepemilikan modal pada suatu perseroan terbatas”. Menurut Sawidji (2004:39) saham adalah : Surat berharga yang dikeluarkan oleh PT atau yang biasa disebut emiten, di samping itu saham merupakan bukti yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik dari sebagian perusahaan tersebut. Menurut Joko (2010:64) saham adalah “bukti kepemilikan seseorang terhadap sebuah perusahaan”. Menurut Didit (2010:11) saham didefinisikan sebagai “tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas”. 29 13 Sedangkan menurut Taufik (2010:93) saham adalah “instrumen investasi yang paling populer di pasar modal”. Wujud saham berupa selembar kertas yang menerangkan siapa pemiliknya. Akan tetapi, sekarang ini sistem tanpa warkat sudah mulai dilakukan di pasar modal Indonesia di mana bentuk kepemilikan tidak lagi berupa lembaran saham yang diberi nama pemiliknya tapi sudah berupa account atas nama pemilik atau saham tanpa warkat. Sehingga penyelesaian transaksi akan semakin cepat dan mudah. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham Menurut Michael (2004:150) ada beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham, yaitu : a. Sistem kebijakan pemerintah pusat b. Mata uang c. Inflasi d. Indikator ekonomi e. Deflasi f. Politik 3. Jenis Saham Menurut Donald (2002:309), saham terbagi menjadi 2 jenis, yaitu : 30 14 a. Saham biasa (common stock) Saham biasa adalah apabila perusahaan hanya memiliki 1 (satu) terbitan modal saham yang diotorisasi, maka menurut definisinya terbitan itu disebut sebagai saham biasa, apakah disebutkan dalam anggaran dasar atau tidak. Saham biasa merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling yunior atau akhir dalam pembagian dividen dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila perusahaan tersebut dilikuidasi (tidak memiliki hak-hak istimewa). b. Saham preferen (preferred stock) Saham preferen adalah kelompok saham khusus dan memiliki hak khusus. Saham preferen memiliki karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa, karena bisa menghasilkan pendapatan tetap (seperti bunga obligasi). Persamaan saham preferen dan obligasi terletak pada tiga hal, yaitu ada klaim atas laba dan aktiva sebelumnya, dividen tetap selama masa berlaku dari saham dan memiliki hak tebus dan dapat dipertukarkan dengan saham biasa. Saham preferen lebih aman dibandingkan dengan saham biasa karena memiliki hak klaim terhadap kekayaan perusahaan dan pembagian dividen terlebih dahulu. Namun saham preferen sulit 31 15 untuk diperjualbelikan seperti saham biasa, karena jumlahnya sedikit. 4. Keuntungan memiliki saham Keuntungan yang diperoleh investor dengan membeli atau memiliki saham (Didit, 2010), adalah : a. Dividen Dividen merupakan pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan dan berasal dari kentungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode di mana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen. Dividen yang dibagikan perusahaan dapat berupa dividen tunai artinya kepada setiap pemegang saham diberikan dividen berupa uang tunai dalam jumlah rupiah tertentu untuk setiap saham atau dapat berupa dividen saham yang berarti kepada setiap pemegang saham diberikan dividen sejumlah saham sehingga jumlah saham yang dimiliki seorang pemodal akan bertambah dengan adanya pembagian dividen saham tersebut. 32 16 b. Capital gain. Merupakan selisih antara harga beli dan harga jual yang terjadi. Sebagai contoh, jika anda membeli saham Astra International dengan harga per sahamnya Rp 1.800 dan menjual dengan harga Rp 2.200 berarti anda mendapatkan capital gain sebesar Rp 400 per lembar sahamnya. Umumnya investor jangka pendek mengharapkan keuntungan dari capital gain. 5. Resiko Saham Selain memiliki return (keuntungan), saham juga mengandung resiko (risk) (Joko, 2010), yaitu : a. Capital loss Merupakan kebalikan dari Capital Gain, yaitu kerugian yang diakibatkan dari adanya selisih negatif antara harga beli dan harga jual. Dengan kata lain kita membeli dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan ketika kita menjualnya. b. Resiko Likuidasi Perusahaan yang sahamnya dinyatakan bangkrut oleh pengadilan, atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapat prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan 33 17 perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemegang saham. Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh hasil dari likuidasi tersebut. Kondisi ini merupakan resiko yang terberat dari pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan perusahaan. c. Dilusi Kepemilikan Sebuah perusahaan yang telah menerbitkan saham dan menjualnya ke masyarakat bisa menerbitkan saham baru. Penerbitan saham baru ini akan mengakibatkan jumlah saham perusahaan itu secara keseluruhan akan bertambah banyak. Dengan jumlah saham bertambah banyak maka kepemilikan yang semula misalnya sebanyak 2% berubah menjadi 1,5%. Namun sebelum menerbitkan 17 saham baru perusahaan akan menawarkan terlebih dahulu kepada para pemegang saham lama untuk menambah jumlah sahamnya supaya porsi kepemilikannya tetap, namun jika pada saat itu investor tidak memiliki dana lebih untuk diinvestasikan maka akan mengalami resiko yang disebut dilusi kepemilikan. 3418 C. Nilai Tukar (kurs) 1. Pengertian Nilai Tukar Menurut IAI tahun 2004 No. 10, kurs adalah “rasio pertukaran dua mata uang”. Menurut Nopirin (2000:137) nilai mata uang adalah “perbandingan harga/nilai antara kedua mata uang tersebut, perbandingan nilai inilah yang disebut dengan nilai tukar mata uang”. Menurut Gunadi (1999:214) nilai mata uang adalah “harga relatif suatu mata uang terhadap mata uang lain di pasar valuta asing”. Sedangkan menurut Hadi (2006:38) nilai tukar adalah “harga dari sebuah mata uang menurut mata uang lain (misalnya harga rupiah per dolar)”. Kurs adalah salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun pasar uang karena itu investor cenderung akan berhatihati untuk melakukan investasi. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Menurut Sadono (2004:402) terdapat mempengaruhi nilai tukar yaitu : a. Perubahan dalam citarasa masyarakat beberapa faktor yang 35 19 Perubahan dalam citarasa masyarakat dan adanya keinginan untuk menikmati hasil produksi dari luar negeri, dapat merubah pola konsumsi mereka. Kualitas produksi luar negeri yang lebih baik daripada di dalam negeri akan meningkatkan bahkan mengalihkan penggunaan produk dalam negeri ke produk luar negeri . Semakin besar konsumsi mereka atas barang-barang impor maka akan semakin banyak valuta asing yang dibutuhkan untuk melakukan pembayaran. b. Perubahan harga barang ekspor impor Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspor akan berkurang. Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah barang impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi jumlah impor. Dengan demikian perubahan harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan permintaan terhadap valuta asing. c. Kenaikan harga umum (Inflasi) Inflasi yang terjadi umumnya cenderung menurunkan nilai valuta asing. Hal ini dapat terjadi karena efek inflasi, yaitu : 36 20 1) Inflasi menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal daripada harga-harga di luar negeri, oleh sebab itu inflasi cenderung akan mendorong impor. Dalam keadaan ini akan menyebabkan permintaan valuta asing bertambah. 2) Inflasi menyebabkan harga barang-barang ekspor lebih mahal daripada barang-barang impor, oleh sebab itu inflasi cenderung akan menurunkan jumlah ekspor. Dalam keadaan ini akan menyebabkan penawaran valuta asing berkurang sehingga harga valuta asing bertambah. d. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi Nilai mata uang suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal dicairkan ke luar negeri, karena tingkat suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di negara lain. e. Pertumbuhan ekonomi Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai mata uang tergantung kepada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara itu akan naik. Akan tetapi, apabila kemajuan tersebut menyebabkan impor berkembang lebih cepat daripada ekspor, penawaran mata uang negara tersebut lebih cepat bertambah daripada 37 21 permintaannya dan oleh karenanya nilai mata uang tersebut akan merosot. 3) Sistem Nilai Tukar Menurut Hady (2010:24-28), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku dalam perekonomian internasional, yaitu : a. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu : 1. Mengambang bebas (murni) di mana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. 2. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate) di mana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs. Misal Bank Sentral menetapkan batas bawah 38 22 kurs intervensi 1 US$ = Rp 7.000 sedangkan batas atas kurs intervensi 1 US$ = Rp 9.000, jika kurs bergerak antara batas bawah dan atas, Bank Sentral tidak melakukan intervensi. Namun bila kurs bergerak melampui batas atas kurs intervensi, Bank Sentral akan melakukan intervensi dengan cara menjual valas miliknya ke pasar, sebaliknya jika intervensi melampui batas bawah, maka Bank Sentral akan membeli valas di pasar. b. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate) Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan” ke suatu mata uang berarti nilai mata uang tersebut mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. c. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs) Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs 39 23 tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutankejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam. d. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang” umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda. e. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate) Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. 4. Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia 40 24 Sejak tahun 1970, negara Indonesia menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu : a. Sistem kurs tetap (1970-1978) Sesuai dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp 250/US$, sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing. b. Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997) Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread. c. Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang) Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka 41 25 pemerintah memutuskan untuk menghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri. 5. Fluktuasi (Perubahan-Perubahan) Nilai Tukar Menurut Syahrul (2000:389) fluktuasi adalah “perubahan dalam harga atau suku bunga baik berupa kenaikan/penurunan”. Fluktuasi dapat merujuk ke perubahan sedikit/dramatis dalam harga saham, obligasi atau komoditi. Nilai tukar yang berdasarkan pada kekuatan pasar akan selalu berubah setiap kali nilai-nilai salah satu dari dua komponen mata uang berubah. Sebuah mata uang cenderung akan menjadi lebih berharga bila permintaan menjadi lebih besar dari pasokan yang tersedia, nilai akan berkurang bila permintaan kurang dari suplai yang tersedia. Peningkatan permintaan terhadap mata uang adalah situasi yang terbaik karena meningkatnya permintaan untuk transaksi uang, atau mungkin adanya peningkatan permintaan uang yang spekulatif. Transaksi permintaan uang akan sangat berhubungan dengan tingkat aktivitas bisnis negara berkaitan, product domestic bruto (PDB), gross 42 26 domestic bruto (GDP), gross domestic income (GDI), dan tingkat permintaan pekerja. Semakin tinggi tingkat menganggur pada suatu negara akan semakin sedikit masyarakatnya yang secara keseluruhan akan dapat menghabiskan uang pada belanja pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa, di Indonesia dalam hal ini Bank Indonesia akan sedikit kesulitan dalam melakukan penyesuaian pasokan uang dalam persediaan untuk mengakomodasi perubahan dalam permintaan uang berkaitan dengan transaksi bisnis. Dalam mengatasi permintaan uang dengan tujuan untuk spekulatif, Bank Sentral akan sangat sulit untuk mengakomodasinya akan tetapi akan selalu mencoba untuk melakukan penyesuaian tingkat suku bunga agar seseorang investor dapat memilih untuk membeli kembali mata uangnya bila suku bunga cukup tinggi, akan tetapi dengan semakin tinggi sebuah negara menaikkan suku bunganya maka kebutuhan akan mata uangnya akan semakin besar pula. Dalam hal ini perlakuan tindakan spekulasi terhadap realitas mata uang akan berkaitan dan menghambat pada pertumbuhan perekonomian negara serta para pelaku spekulasi, terutama sejak mata uang secara sengaja dibuat agar bisa dalam bawah tekanan terhadap mata uang dalam rangka untuk memaksa agar Bank Sentral dapat menjual mata uangnya untuk tetap membuat stabilitas (bila hal ini terjadi maka para spekulan akan berusaha dapat membeli kembali mata uang tersebut dari bank dan 43 27 pada harga yang lebih rendah atau selalu akan dekat dengan posisi harapan dengan demikian pengambilan keuntungan terjadi). Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan selalu mengalami fluktuasi yang berdampak langsung pada harga barangbarang ekspor dan impor. Perubahan yang di maksud adalah sebagai berikut (Moch., 2008) : a. Revaluasi, yaitu peningkatan nilai resmi mata uang suatu negara dibanding mata uang lainnya atau emas oleh pemerintah dengan sengaja. b. Devaluasi, yaitu penurunan nilai resmi mata uang suatu negara dibanding mata uang lainnya atau emas oleh pemerintah dengan sengaja. c. Apresiasi, yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs adalah harga produk negara itu bagi pihak luar negeri semakin mahal sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah. d. Depresiasi, yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan permintaan dan penawaran atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. 44 28 Sebagai akibat dari perubahan kurs adalah harga produk negara itu bagi pihak luar negeri semakin murah sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih mahal 6. Pasar Valuta Asing Menurut McEachem (2001:435) valuta asing adalah “mata uang negara lain yang dimiliki oleh suatu negara tertentu untuk melakukan pembayaran transaksi antar negara”. Menurut Hady (2010:65) valuta asing/foreign currency diartikan sebagai : Mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk melakukan/membiayai transaksi ekonomi keuangan internasional dan yang mempunyai catatan kurs resmi pada bank sentral. Menurut Manurung (2004) dalam Moch. (2008) pasar valas merupakan “tempat berlangsungnya perdagangan berbagai mata uang yang berbeda atau mata uang asing yang diperjualbelikan dan ditentukan nilai tukarnya”. Secara umum ada 4 (empat) pelaku utama dalam pasar valuta asing, yaitu : a. Para pelaku transaksi tradisional seperti para wisatawan, importir, eksportir dan investor yang merupakan pengguna valas yang bersifat langsung. 45 29 b. Bank-bank komersial yang bertindak sebagai perantara atau lembaga kliring antara pemakai (sumber permintaan) dan penghimpun (sumber penawaran) valuta asing yang merupakan inti (pusat) pasar valas, karena hampir semua transaksi internasional bernilai besar melibatkan kegiatan pencatatan debet dan kredit pada rekening bank-bank komersial di berbagai pusat keuangan dunia. c. Para pialang valas yang bertindak sebagai perantara bagi bank-bank komersial di suatu negara untuk melakukan berbagai jenis mata uang di kalangan perbankan itu sendiri. d. Bank sentral yang bertindak sebagai pembeli dan penjual terakhir dari keseluruhan valas yang ada di suatu negara serta merupakan faktor utama yang menyamakan pendapatan dan pengeluaran valas di suatu negara dengan mengurangi atau menambah cadangan devisa. 7. Jenis Mata Uang Dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional dikenal dua jenis mata uang (Hady, 2010), yaitu : a. Hard currency (Convertible currency) Adalah mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atas kenaikan nilai dibandingkan dengan 46 30 mata uang lainnya. Mata uang hard currency pada umumnya berasal dari negara-negara maju seperti Amerika Serikat (US$), Inggris (Pounsterling), Eropa (Euro). b. Soft currency Adalah mata uang yang bersifat lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami depresiasi. Soft currency ini pada umumnya berasal dari negara-negara berkembang seperti Indonesia (Rupiah), Malaysia (Ringgit), Thailand dan lain-lain. D. Tingkat Suku Bunga 1. Pengertian tingkat suku bunga Tingkat suku bunga memegang peranan penting dalam seluruh kegiatan ekonomi. Menurut Wardane (2003) dalam Ana (2007) suku bunga adalah “jumlah bunga yang harus dibayar per unit waktu”. Suku bunga dinyatakan dalam x persen per tahun, hal ini berarti suku bunga akan dibayar pada tingkat tersebut bila jumlah tersebut digunakan dalam setahun penuh, oleh karena itu biasanya disesuaikan besarnya terhadap jangka waktu penggunaannya. Suku bunga yang berlaku di pasar keuangan adalah suku bunga nominal yang di dalamnya terkandung premi inflasi. 47 31 2. Konsep Suku Bunga Nilai tukar didasari oleh dua konsep (Halwani, 2002), yaitu : b. Konsep nominal Merupakan konsep untuk mengukur perbandingan harga mata uang yang menyatakan berapa jumlah mata uang suatu negara yang diperlukan guna memperoleh sejumlah mata uang dari negara lain. Dalam penelitian ini, konsep suku bunga yang berlaku adalah konsep suku bunga nominal. c. Konsep riil Konsep ini diperlukan untuk mengukur daya saing komoditi ekspor suatu negara di pasaran internasional. Dalam konsep riil ini suku bunga telah mengalami koreksi akibat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. 3. Unsur-unsur dalam tingkat suku bunga Dalam kamus akuntansi (1996:69) disebutkan bahwa interest (bunga, kepentingan, hak) merupakan : (1) beban atas penggunaan uang dalam suatu periode, dan (2) suatu pemilikan/bagian kenyataan dalam suatu perusahaan, usaha dagang, atau sumber daya. Ada beberapa unsur dalam tingkat suku bunga, yaitu : a. Syarat jatuh tempo 48 32 Berbagai pinjaman mempunyai syarat atau jatuh tempo. Pinjaman terpendek adalah pinjaman satu malam. Surat-surat berharga jangka pendek biasanya mempunyai periode sampai dengan satu tahun. Surat-surat berharga jangka panjang umumnya memberikan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan jangka pendek. b. Resiko Ada pinjaman yang pada hakekatnya tidak memiliki resiko, sementara lainnya sangat bersikap spekulatif. Obligasi-obligasi dan tagihan-tagihan pemerintah didukung dengan penuh kepercayaan, oleh kredit dan kekuatan pajak dari pemerintah. Unsur-unsur ini dapat dipercaya karena bunga pinjaman pemerintah akan benarbenar dibayar. Resiko menengah terdapat pada pinjaman atas kredit-kredit perusahaan yang kondisinya baik. Sedangkan investasi yang beresiko mempunyai peluang gagal atau tidak dibayar yang sangat tinggi termasuk pada investasi pada perusahaan yang hampir bangkrut. c. Likuiditas Aktiva akan disebut “likuid” apabila dapat ditukarkan dengan kas secara cepat dan hanya menimbulkan kerugian nilai yang sedikit. Sebagian besar surat berharga, termasuk saham biasa, obligasi perusahaan dan pemerintah, dapat diukur dengan kas secara cepat mendekati nilai sekarangnya. Aktiva-aktiva tidak likuid termasuk 49 33 aktiva-aktiva unik yang tidak memiliki pasar yang berkembang baik. d. Biaya-biaya administrasi, waktu serta ketelitian yang diperlukan untuk administrasi berbagai jenis pinjaman, sangatlah berbeda. Pinjaman dengan biaya administrasi yang tinggi akan mempunyai bunga 5 sampai 10 persen per tahun lebih besar dari tingkat bunganya. 4. Teori tingkat suku bunga Ada beberapa teori mengenai tingkat suku bunga (Nopirin, 1992), yaitu : a. Teori Klasik Menurut teori ini, tabungan adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan lebih terdorong untuk mengorbankan atau mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan. Investasi juga merupakan fungsi dari tingkat bunga, makin tinggi tingkat bunga keinginan untuk melakukan investasi juga semakin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi 50 34 lebih besar dari tingkat bunga yang harus pengusaha bayar untuk dana investasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan juga semakin kecil. b. Teori Keynes Teori yang dikemukakan Keynes ini, lebih dikenal dengan Liquidity Preference. Menurut teori ini ada tiga motif mengapa orang memegang uang tunai : 1) Motif transaksi 2) Motif berjaga-jaga 3) Motif spekulasi Menurut Keynes, tingkat suku bunga ditentukan oleh permintaan dan penawaran akan uang (ditentukan dalam pasar uang). Perubahan tingkat suku bunga selanjutnya akan mempengaruhi keinginan untuk mengadakan investasi, misalnya pada surat berharga, di mana harga dapat naik atau turun tergantung pada tingkat bunga (bila tingkat bunga naik maka surat berharga turun dan sebaliknya), sehingga ada kemungkinan pemegang surat berharga akan menderita capital loss atau capital gain. c. Sir John Hicks 51 35 Hicks menekankan bahwa suatu tingkat bunga bisa dikatakan benar-benar merupakan tingkat bunga keseimbangan bagi suatu perekonomian apabila memenuhi keseimbangan di pasar uang sekaligus keseimbangan di pasar barang. E. Sertifikat Bank Indonesia Sebagaimana tercantum dalam UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, salah satu tugas Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter adalah membantu pemerintah dalam mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam melaksanakan tugasnya, BI menggunakan beberapa piranti moneter yang terdiri dari Giro Wajib Minimum (Reserve Requirement), Fasilitas Diskonto, Himbauan Moral dan Operasi Pasar Terbuka. Dalam Operasi Pasar Terbuka BI dapat melakukan transaksi jual beli surat berharga termasuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI). 1. Pengertian Sertifikat Bank Indonesia Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/13/DPM tentang Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Melalui Lelang, Sertifikat Bank Indonesia yang selanjutnya disebut SBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek. 52 36 Sedangkan menurut Hadi (2006:36) SBI adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka pendek dengan sistem diskonto. 2. Tujuan Penerbitan Sertifikat Bank Indonesia Sebagai otoritas moneter, BI berkewajiban memelihara kestabilan nilai rupiah. Dalam paradigma yang dianut, jumlah uang primer (uang kartal + uang giral di BI) yang berlebihan dapat mengurangi kestabilan nilai rupiah. SBI diterbitkan dan dijual oleh BI untuk mengurangi kelebihan uang primer tersebut. 3. Dasar Hukum Sertifikat Bank Indonesia Dasar hukum penerbitan Sertifikat Bank Indonesia adalah UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral, Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/67/KEP/DIR tanggal 23 Juli 1998 tentang Penerbitan dan Perdagangan Sertifikat Bank Indonesi serta Intervensi Rupiah, dan Peraturan Bank Indonesia No 6/2/PBI/2004 tanggal 16 Febuari 2004 tentang Bank Indonesia – Scripless Securities Settlement System. 4. Karakteristik Sertifikat Bank Indonesia Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/2/PBI/2004, SBI memiliki karakteristik sebagai berikut : a. Jangka waktu maksimum 12 bulan dan diterbitkan untuk jangka waktu 1, 2, 3, 6 dan 12 bulan. 53 37 b. Denominasi : dari yang terendah Rp 50 juta sampai dengan yang tertinggi Rp 100 miliar. c. Pembelian SBI oleh masyarakat minimal Rp 100 juta dan selebihnya dengan kelipatan Rp 50 juta. d. Pembelian SBI didasarkan pada nilai tunai berdasarkan diskonto murni (true discount) yang diperoleh dengan rumus berikut ini : Nilai Nominal X 360 Nilai Tunai = 360 + (Tingkat Diskonto X Jangka Waktu) e. Pembeli SBI memperoleh hasil berupa diskonto yang dibayar di muka. Nilai Diskonto = Nilai Nominal – Nilai Tunai f. Pajak Penghasilan (PPh) atas diskonto dikenakan secara final sebesar 15 %. g. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless). h. SBI dapat diperdagangkan di pasar sekunder (bursa efek). 5. Transaksi SBI Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/2/PBI/2004, ada dua macam transaksi SBI, yaitu : 54 38 a. Transaksi SBI yang dilakukan secara Repurchase Agreement yang selanjutnya disebut SBI-Repo adalah SBI yang dijual secara bersyarat berupa kewajiban membeli kembali oleh pihak penjual sesuai dengan harga dan jangka waktu yang ditetapkan. b. Transaksi SBI secara Outright yang selanjutnya disebut SBIOutright adalah transaksi pembelian atau penjualan SBI secara lepas atau putus tanpa kewajiban untuk menjual atau membeli kembali. 6. Tata Cara Perdagangan SBI Menurut Peraturan Bank Indonesia No 6/2/PBI/2004, transaksi SBI dilakukan dengan tata cara perdagangan sebagai berikut: a. Penjualan SBI dilakukan melalui lelang. b. Jumlah SBI yang akan dilelang diumumkan setiap hari selasa. c. Lelang SBI dilakukan setiap hari rabu dan dapat diikuti oleh seluruh bank umum, pialang pasar uang dan pialang pasar modal dengan penyelesaian transaksi hari kamis. d. Dalam pelaksanaan lelang SBI, masing-masing peserta mengajukan penawaran tingkat diskonto yang terendah sampai dengan jumlah SBI lelang yang diumumkan tercapai. 55 39 e. Untuk menjaga keamanan dari kehilangan atau pencurian serta menghindari pemalsuan, maka pihak pembeli SBI memperoleh Bilyet Depot Simpanan sebagai bukti atas penyimpanan fisik warkat atas SBI pada BI tanpa dipungut biaya penyimpanan. SBI merupakan instrumen keuangan jangka pendek yang dijadikan benchmark atau tolak ukur oleh bank-bank pemerintah, swasta nasional dan swasta asing dalam menentukan tingkat suku bunga tabungan, deposito dan pinjaman kepada nasabahnya. Suku bunga di Indonesia dumumkan oleh Dewan Gubernur Bank Indonesia pada setiap rapat Dewan Gubernur Bulanan dan diimplementasikan pada operasi moneter yang dilakukan Bank Indonesia pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter. Sasaran operasional kebijakan moneter dicerminkan pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUABO/N). Pergerakan suku bunga PUAB ini diharapkan akan diikuti oleh perkembangan suku bunga deposito dan pada gilirannya suku bunga kredit perbankan. Dengan mempertimbangkan pula faktor-faktor lain dalam perekonomian, BI pada umumnya akan menaikkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan melampui sasaran yang telah ditetapkan, sebaliknya BI akan 56 40 menurunkan BI Rate apabila inflasi ke depan diperkirakan di bawah sasaran yang telah ditetapkan. Tingkat suku bunga SBI merupakan tingkat suku bunga dalam bentuk persen yang ditentukan oleh BI sebagai pemegang otoritas moneter dalam upaya mengendalikan jumlah uang beredar. Masyarakat baik perusahaan maupun perorangan tidak dapat secara langsung membeli SBI, mereka harus melalui pialang pasar uang ataupun pialang pasar modal yang ditunjuk oleh BI untuk SBI. Suku bunga yang tinggi di satu sisi akan meningkatkan hasrat masyarakat untuk menabung sehingga jumlah dana perbankan akan meningkat. Sementara itu di sisi lain suku bunga yang tinggi akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan oleh dunia usaha sehingga mengakibatkan penurunan kegiatan produksi di dalam negeri dan penyebabkan penurunan kebutuhan dana oleh dunia usaha. Hal ini berakibat pada permintaan terhadap kredit perbankan juga menurun. Di sisi perbankan, dengan bunga yang tinggi, bank mampu menghimpun dana untuk disalurkan dalam bentuk kredit kepada dunia usaha. Namun di sisi dunia usaha, walaupun dana kredit perbankan tersedia, beban bunga yang harus mereka tanggung lebih tinggi sehingga dunia cenderung mencari alternatif pendanaan yang lebih murah. 57 41 F. Indeks Harga Saham Menurut Didit (2010:45), indeks saham digunakan sebagai alat untuk mewakili karakteristik dari saham komponennya, semuanya memiliki kesamaan seperti perdagangan di pasar saham yang sama, merupakan bagian dari industri sejenis, atau memiliki kapitalisasi pasar yang mirip. Dengan kata lain indeks harga saham adalah “suatu indikator yang menunjukkan pergerakan harga saham, artinya pergerakan indeks menggambarkan kondisi pasar pada suatu saat, apakah pasar sedang aktif atau lesu”. 1. Jenis Indeks Saham Saat ini, BEI mempunyai tujuh macam indeks saham (Didit, 2010), yaitu : a. Indeks Harga Saham Individual (IHSI), merupakan indeks untuk masing-masing saham yang didasarkan pada harga sahamnya. b. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau juga dikenal dengan Jakarta Composite Index (JSI), mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Pada tanggal 1 April 1983, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkenalkan untuk pertama kalinya sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI. Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari dasar untuk perhitungan IHSG adalah 10 Agustus 1982. Pada 58 42 tanggal tersebut, indeks ditetapkan dengan nilai dasar 100 dan saham tercatat pada saat itu berjumlah 13 saham. c. Indeks Sektoral, menggunakan semua saham yang masuk dalam setiap sektor. Semua perusahaan yang tercatat di BEI diklasifikasikan ke dalam 9 (sembilan) sektor yang didasarkan pada klasifikasi industri yang ditetapkan oleh BEI yang disebut JASICA (Jakarta Stock Exchange Industrial Classification). d. Index LQ-45, terdiri dari 45 saham yang dipilih setelah melalui beberapa kriteria sehingga indeks ini terdiri dari saham-saham yang mempunyai likuiditas tinggi dan juga mempertimbangkan kapitalisasi pasar dari saham-saham tersebut. e. Jakarta Islami Index (JII), terdiri dari 30 saham yang sesuai dengan syariah Islam. Dewan Pengawas Syariah PT. DIM (Danareksa Investment Management) terlibat dalam menetapkan kriteria saham-saham yang masuk dalam JII. f. Indeks Papan Utama dan Papan Pengembangan. Indeks Papan Utama (Main Board Index/MBX) diperuntukkan bagi perusahaan dengan track record yang baik. Sedangkan Index Papan Pengembang (Development Board Index/DBX) untuk mengakomodasi perusahaan-perusahaan yang belum bisa memenuhi persyaratan Papan Utama, tetapi masuk pada kategori perusahaan berprospek. Di samping itu Papan Pengembang 59 43 diperuntukkan bagi perusahaan yang mengalami restrukturisasi atau pemulihan performa. g. Indeks Kompas 100 Merupakan Indeks Harga Saham hasil kerjasama Bursa Efek Indonesia dengan harian KOMPAS. Indeks ini meliputi 100 saham. Dari berbagai jenis indeks harga saham tersebut, dalam penelitian ini hanya menggunakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebagai obyek penelitian karena IHSG merupakan proyeksi dari pergerakan seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Indeks Harga Saham Gabungan menurut Abdul (2003:3) diartikan sebagai Ringkasan dari pengaruh-pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi tetapi juga menampung kejadiankejadian sosial, politik dan keamanan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam Bahasa Inggris disebut juga Jakarta Composite Index atau JSX Composite) dijadikan sebagai acuan guna mengukur pergerakan pasar saham secara keseluruhan. IHSG di PT. BEI merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang dicatat di bursa efek, baik itu saham biasa maupun preferen. Angka IHSG ini dijadikan indikator untuk menganalisis pergerakan saham dan kegiatan yang terjadi di pasar modal Indonesia. 60 44 Seperti dalam penentuan indeks lainnya, dalam pengukuran indeks harga saham kita memerlukan juga dua macam waktu, yaitu waktu dasar dan waktu yang berlaku. Waktu dasar akan dipakai sebagai dasar perbandingan, sedangkan waktu berlaku merupakan waktu di mana kegiatan akan diperbandingkan dengan waktu dasar. Pergerakan nilai indeks akan menunjukkan perubahan situasi pasar yang terjadi. Pasar yang sedang bergairah atau terjadi transaksi yang aktif, ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami kenaikan. Kondisi inilah yang biasanya menunjukkan keadaan yang dinginkan. Keadaan stabil ditunjukkan dengan indeks harga saham yang tetap., sedangkan yang lesu ditunjukkan dengan indeks harga saham yang mengalami penurunan. Naik atau turunnya IHSG sangat bergantung pada pergerakan sahamsaham berkapitalisasi besar (big cap). Misalkan adalah harga saham PT Telkom Indonesia Tbk. Ada 2 (dua) faktor yang mempengaruhi harga suatu saham yaitu faktor mikro dan faktor makro. Di mana faktor mikro lebih dominan dalam mempengaruhi harga suatu saham di banding faktor makro, sebaliknya pada suatu pasar modal yang baru tumbuh seperti di Indonesia (BEI), faktor-faktor makro akan lebih berperan dalam mempengaruhi harga saham. 2. Sektor dalam IHSG 61 45 Indeks Harga Saham Gabungan terdiri dari 9 (sembilan) sektor (Didit, 2010), yaitu : Sektor pertanian. Sektor pertambangan c. Sektor industri dasar dan kimia. d. Sektor aneka industri. e. Sektor industri barang dan konsumsi. f. Sektor properti dan real estate. g. Sektor transportasi dan manufaktur. h. Sektor keuangan. i. Sektor perdagangan, jasa dan investasi. 3. Metode Perhitungan IHSG Dasar perhitungan IHSG adalah jumlah nilai pasar dari total saham yang tercatat pada tanggal 10 Agustus 1982. Jumlah nilai pasar adalah total perkalian setiap saham tercatat (kecuali untuk perusahaan yang berada dalam program restrukturisasi) dengan harga di BEI pada hari tersebut. Rumusan untuk membentuk indeks saham menggunakan Weightened Average (Didit, 2010), yaitu : 62 46 IHSG = Σ(PXQ) x 100 d Di mana : P = Harga penutupan di pasar regular. Q = Jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (bobot saham). d = Nilai dasar, yaitu nilai yang dibentuk berdasarkan jumlah saham yang tercatat di BEI yang masuk dalam daftar penghitungan indeks. Nilai dasar bisa berubah jika ada aksi korporasi yang menyebabkan jumlah saham berkurang atau bertambah. Perhitungan indeks merepresentasikan pergerakan harga saham di pasar/bursa yang terjadi melalui sistem perdagangan lelang. Nilai dasar akan disesuaikan secara cepat bila terjadi perubahan modal emiten atau terdapat faktor lain yang tidak terkait dengan harga saham. Penyesuaian akan dilakukan bila ada tambahan emiten baru, HMETD (right issue), partial/company listing, waran dan obligasi konversi demikian juga delisting. Dalam hal terjadi stock split, dividen saham atau saham bonus, nilai dasar tidak disesuaikan karena nilai pasar tidak terpengaruh. Harga saham yang digunakan dalam menghitung IHSG adalah harga saham di pasar regular yang didasarkan pada harga yang terjadi berdasarkan sistem lelang. 63 47 Perhitungan IHSG dilakukan setiap hari, yaitu setelah penutupan perdagangan setiap harinya. Dalam waktu dekat, diharapkan perhitungan IHSG dapat dilakukan beberapa kali atau bahkan dalam beberapa menit, hal ini dapat dilakukan setelah sistem perdagangan otomasi diimplementasikan dengan baik. G. Kerangka Berpikir Dalam penelitian ini, dilakukan terhadap 2 (dua) variabel makroekonomi yang diduga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Adapun variabel makroekonomi yang diprediksikan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) adalah nilai tukar US$/rupiah dan tingkat suku bunga SBI. Berdasarkan uraian di atas, hubungan masing-masing variabel independen (variabel makroekonomi) terhadap IHSG dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. Hubungan Nilai Tukar US$/Rupiah terhadap IHSG Fluktuasi nilai rupiah terhadap mata uang asing yang stabil akan sangat mempengaruhi iklim investasi di dalam negeri, khususnya pasar modal. Terjadinya apresiasi kurs rupiah terhadap dolar misalnya, akan memberikan dampak terhadap perkembangan pemasaran produk Indonesia di luar negeri, terutama dalam hal persaingan harga. Apabila hal ini terjadi, secara tidak langsung akan memberikan pengaruh terhadap neraca perdagangan, karena menurunnya nilai ekspor 64 48 dibandingkan dengan nilai impor. Kemudian akan berpengaruh pula kepada neraca pembayaran Indonesia. Dan memburuknya neraca pembayaran tentu akan berpengaruh terhadap cadangan devisa. Berkurangnya cadangan devisa akan mengurangi kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia, yang selanjutnya menimbulkan dampak negatif terhadap perdagangan saham di pasar modal sehingga terjadi capital outflow. Selanjutnya bila terjadi penurunan kurs yang berlebihan, akan berdampak pada perusahaan-perusahaan go public yang menguntungkan faktor produksi terhadap barang-barang impor. Besarnya belanja impor dari perusahaan seperti ini bisa mempertinggi biaya produksi, serta menurunnya laba perusahaan. Selanjutnya dapat ditebak, harga saham perusahaan itu akan anjlok. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bayu (2005), Ana (2007), Sunardi (2009), Selly (2010) telah membuktikan bahwa nilai tukar rupiah berpengaruh signifikan terhadap harga saham. 2. Hubungan Tingkat Suku Bunga SBI terhadap IHSG Kenaikan tingkat suku bunga dapat meningkatkan beban perusahaan (emiten) yang lebih lanjut dapat menurunkan harga saham. Kenaikan ini juga potensial mendorong investor mengalihkan dananya ke pasar uang atau tabungan maupun deposito sehingga investasi di lantai bursa turun dan selanjutnya dapat menurunkan harga saham. Hal ini telah 65 49 dibuktikan oleh Bayu (2005), Ana (2007), dan Selly (2010) bahwa tingkat bunga berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Gambar 2.1 Model Analisis Pengaruh Nilai Tukar US$/Rupiah dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Nilai Tukar US$/Rupiah (X1) IHSG (Y) Tingkat Suku Bunga SBI (X2) Berdasarkan model pada Gambar 2.1 tersebut menunjukkan bahwa variabel independen terdiri dari Nilai Tukar US$/Rupiah (X1) dan Tingkat Suku Bunga SBI (X2) dan variabel dependennya adalah IHSG (Y).