BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Manusia sangat membutuhkan air untuk kelangsungan hidup. Dengan
beriringnya waktu dan tekanan hidup yang semakin mencemari lingkungan
secara langsung berimbas kepada pencemaran kualitas air permukaan. Oleh
karena itu cadangan airtanah mampu menjadi alternatif lain dalam
pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang sangat ekonomis. Beberapa
kelebihan air tanah dibandingkan air permukaan diantaranya adalah
ketersediaannya tidak terlalu terpengaruh musim dan kualitasnya relatif lebih
baik, dengan asumsi tersimpan di akuifer dengan formasi batuan yang baik
secara kualitas dan kuantitas. Selain itu cadangan airtanah lebih besar dari
pada air permukaaan dan mudah diperoleh (khususnya untuk air tanah
dangkal pada akuifer tidak tertekan) dan dalam pendistribusiaannya relatif
lebih mudah dilakukan kecuali untuk beberapa daerah yang terletak pada
bentuklahan yang mengharuskan airtanahnya terdistribusi membentuk
airtanah tertekan dan atau terbentuk menjadi sungai aliran bawah tanah
seperti yang terjadi pada daerah karst.
Airtanah di daratan memiliki presentase sebesar 0,76 % dari total air
secara global didunia. Presentase paling besar dimiliki oleh air laut berupa air
asin sebesar 96, 54 %. (UNEP - Global Environment Outlook 3 - GEO 3 :
2002). Presentase air asin setelah lautan adalah airtanah payau sebesar 0,93 %
dan danau air asin sebesar 0,006 %. Walaupun airtanah hanya mempunyai
presentase 0,76 %, presentase tersebut merupakan presentase nomer dua
terbesar ketersediaan air didaratan setelah glaciers, tutupan salju permanen
dengan presentase sebesar 0,74 %. Oleh karena itu ketersediaan airtanah
didaratan mampu menjadi alternatif pemenuhan kebutuan hidup selain air
permukaan dan dapat diambil untuk mencukupi kebutuhan sehari - hari.
1
Indonesia sebagai salah satu negara besar dan berkembang bisa dinilai
belum secara optimal mengeksploitasi airtanah dalam pemenuhan kebutuhan
rumah tangga dan kebutuhan finansial lainnya dilihat dari kelebihan kualitas
dan kuantitas airtanah dibangdingkan dengan air permukaan yang telah
dijelaskan sebelumnya. Menurut data FAO 2010 (Gambar 1.1.), Indonesia
terletak di ranking ke -7 dalam “Sepuluh Besar Negara dalam Pengambilan
Airtanah tahun 2000-2010” dengan India sebagai negara paling banyak
menggunakan sumber daya alam ini dengan pengambilan mencapai 761
kubik kilometer/tahun sedangkan Indonesia masih dalam angka 82,78 kubik
kilometer/tahun.
Gambar 1.1. Grafik Pengambilan Airtanah, data dari Aquastat.
(Sumber: http://www.fao.org/nr/water/aquastat/dbase/index.stm, 2010).
Sumber daya air tanah umumnya berasal dari resapan air alami yang
secara langsung berasal dari presipitasi air hujan. Infiltrasi dalam hal ini
merupakan proses penting dalam ketersediaan air tanah. Laju infiltrasi yang
2
berbeda akan berdampak pada agihan air tanah di bawahnya. Ia juga berbeda
di setiap tempat, sangat bergantung pada faktor fisik yang ada dipermukaan
atau sekitarnya. Namun hal demikian hanyalah sebagian kecil faktor yang
dapat mempengaruhi potensi airtanah di suatu bentanglahan tertentu. Oleh
karena itu agihan spasial mengenai zonasi potensi air tanah dangkal sebagai
airtanah yang secara relatif mudah untuk diambil dan dimanfaatkan akan
sangat bermanfaat dalam proses analisa suatu wilayah dan penyelesaian
permasalahan suatu wilayah khususnya pada wilayah yang bermasalah
terhadap pemenuhan kebutuhan air tanah dangkal untuk kebutuhan rumah
tangga.
Representasi mengenai agihan spasial umumnya terdapat dalam bentuk
peta, karena masyarakat luas akan lebih memahami informasi secara
keruangan daripada informasi secara verbal apabila membutuhkan informasi
dalam cakupan daerah yang luas. Peta menyajikan informasi secara
keruangan yang dapat dijadikan data dalam analisa suatu wilayah.
Perkembangan
pesat
dalam
dunia
pemetaan
semakin
memudahkan
kartografer untuk membuat peta. Penginderaan jauh dan Sistem Informasi
Geografis (SIG) adalah dua contoh produk dari perkembangan ini. Dalam
perkembangannya, Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis
merambah ke berbagai bidang yang terkait dengan spasial/ keruangan,
terutama untuk hal-hal yang bersifat fisik dan bahkan sosial. Penginderaan
Jauh mampu memberikan beragam informasi mengenai kewilayahan secara
temporal, spasial, spectral, dan radiometric melalui data citra satelit atau foto
udara sebagai data keluaran dalam sistem Penginderaan Jauh yang digunakan
sebagai data primer interpretasi, sehingga Penginderaan Jauh sangat bisa
dimanfaatkan karena keterbaruan datanya, terutama informasi penutup lahan
terbaru.
1.2. Perumusan Masalah
Citra satelit ALOS (Advanced Land Observing Satellite) diluncurkan
oleh Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) dan mitranya DAICHI
3
pada Januari tahun 2006 memberikan beberapa spesifikasi terkait dengan
kemampuan citra ini dalam mengekstrak parameter - parameter lahan yang
digunakan dalam penentuan zonasi agihan potensi airtanah dangkal kususnya
di sub DAS Bedog. Dengan empat saluran band yang digunakan dalam sensor
AVNIR 2 (Advanced Visible and Near Infrared Radiometer type 2) yang
terdiri dari saluran tampak sampai saluran inframerah dekat sangat membantu
dalam pengambilan parameter - parameter lahan yang digunakan dalam
penentuan zonasi agihan potensi airtanah dangkal di sub DAS Bedog,
terutama untuk parameter lahan penutup lahan dan parameter lahan lainnya
yang mampu dilakukan secara visual pula. Resolusi spasial sebesar 10 m
memberikan keuntungan dalam pemetaan tematik skala semi detail dan atau
menengah yang sangat sesuai dengan daerah kajian yang akan diteliti. Seperti
yang telah dijelaskan pada latar belakang bahwasannya representasi mengenai
agihan spasial umumnya terdapat dalam bentuk peta, karena masyarakat luas
akan lebih memahami informasi secara keruangan daripada informasi secara
verbal apabila membutuhkan informasi dalam cakupan daerah yang luas.
Terlebih sejauh ini kemungkinan belum adanya peta yang memetakan zonasi
agihan potensi airtanah di sub DAS Bedog dalam skala yang relatif cukup
detail. Sehingga adanya peta sangat membantu dalam menganalisis fenomena
potensi airtanah dalam skala yang cukup luas. Sistem Informasi Geografis
sangat bermanfaat dalam proses analisis dan pemodelan. Pemodelan yang
rumit di permukaan bumi dapat terlihat ringkas melalui pemrosesan ini.
Penarikan informasi parameter - parameter lahan yang terkait dengan
penentuan zonasi agihan potensi air tanah dangkal dari citra penginderaan
jauh sangatlah dimungkinkan, apalagi ditunjang dengan analisis Sistem
Informasi Geografis (SIG).
Penspasialan suatu fenomena terutama dipermukaan bumi dengan
pendekatan penginderaan jauh dapat dikaitkan dengan pengambilan informasi
melalui respon spektral yang dimiliki oleh masing-masing jenis citra
penginderaan jauh yang digunakan maupun pengenalan medan yang mampu
diinterpretasi dari citra secara visual pula. Dalam terapan hidrologi khususnya
4
dalam menilai suatu medan dalam kemampuan menyimpan airtanah dangkal
dan terkait langsung dengan potensi airtanah dangkal disuatu daerah tidak
dapat lepas dari penilaian medan tersebut melalui interpretasi citra
penginderaan jauh. Oleh sebab itu respon spektral dalam kemampuan
mengekstrak informasi dan keoptimalan dalam suatu tahap interpretasi akan
sangat menentukan hasil dari penelitian tersebut.
Identifikasi zonasi agihan potensi airtanah dangkal menggunakan
teknologi penginderaan jauh dengan pendekatan parametrik yang mampu
disadap dari citra mampu menekan biaya dan waktu penelitian dengan hasil
yang
memuaskan.
Sedangkan
SIG memberikan
kemampuan dalam
pengolahan data yang bersifat grafis maupun atribut terkait beberapa
parameter lahan yang berhasil diekstrak dari citra penginderaan jauh yang
digunakan.
Dengan demikian, agar pengelolaan sumber daya air tanah,
khususnya terkait dengan agihan potensi airtanah dangkal dapat terkelola
dengan baik, Penginderaan Jauh dan SIG dapat mengambil peran sebagai
solusi untuk masalah ini.
Sub DAS Bedog berada di bentanglahan yang mempunyai kondisi
lahan yang beragam untuk penilaian agihan potensi airtanah dangkal. Berada
di sistem akuifer Merapi menyebabkan sub DAS Bedog mempunyai
kemampuan dalam menyimpan airtanah khususnya airtanah dangkal secara
beragam dinilai dari parameter - parameter lahan yang digunakan diantaranya
adalah litologi atau jenis batuan, bentuklahan, tekstur tanah, kemiringan
lereng dan penutup lahan.
Dari perumusan masalah yang telah diuraikan terkait kemampuan
citra ALOS - AVNIR 2 dalam mengekstrak informasi parameter lahan yang
digunakan dalam penentuan zonasi agihan potensi airtanah dangkal di sub
DAS Bedog, dapat dirumuskan berbagai pertanyaan penelitian sebagai
berikut :
1. Seberapa jauh kemampuan citra ALOS – AVNIR 2 dalam
ekstraksi parameter lahan yang digunakan dalam penentuan
zonasi agihan potensi airtanah dangkal di sub DAS Bedog ?
5
2. Bagaimana distribusi spasial potensi airtanah dangkal di sub
DAS Bedog hasil pengolahan data parameter - parameter lahan
yang diekstrak dari citra ALOS – AVNIR 2 dengan bantuan
Sistem Informasi Geografis?
Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang
telah dimunculkan, maka penulis akan mengadakan penelitian terkait dengan
airtanah dengan tema “INTEGRASI CITRA ALOS – AVNIR 2 DAN
SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENENTUAN ZONASI
AGIHAN POTENSI AIRTANAH DANGKAL (KASUS DI SUB
DAERAH ALIRAN SUNGAI BEDOG, YOGYAKARTA)”.
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengkaji kemampuan citra ALOS – AVNIR 2 dalam mengekstrak
parameter - parameter lahan yang digunakan dalam penentuan zonasi
agihan potensi air tanah dangkal di sub DAS Bedog.
2. Memetakan dan menganalisis distribusi spasial potensi airtanah dangkal di
sub DAS Bedog.
1.4. Sasaran Penelitian
1. Peta jenis batuan
2. Peta bentuklahan
3. Peta tekstur tanah
4. Peta kemiringan lereng
5. Peta penutup lahan
6. Peta satuan medan
7. Peta zonasi agihan potensi airtanah dangkal di sub DAS Bedog
1.5. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan
citra ALOS – AVNIR 2 dalam mengekstrak informasi parameter - parameter
lahan yang digunakan dalam penentuan zonasi agihan potensi airtanah
dangkal yang ditunjukkan dengan seberapa besar akurasi interpretasi citra tiap
6
parameter lahan yang didapatkan setelah dilakukan cek lapangan. Kualitas
data dari parameter lahan – parameter lahan yang mampu diekstrak
mempunyai peranan yang cukup signifikan dalam penentuan zonasi agihan
potensi airtanah dangkal melalui pengolahan data yang telah dilakukan. Hasil
dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi akademisi dan pihak
terkait lainnya sebagai bahan pembelajaran lebih lanjut dalam pengelolaan
sumber daya air tanah dangkal di sub DAS Bedog.
7
Download