Distribusi Geografis dan Karakteristik…(Mustaid Siregar, dkk.) DISTRIBUSI GEOGRAFIS DAN KARAKTERISTIK BOTANI 1) GENUS SANTALUM Oleh : Mustaid Siregar2), Agung Kurniawan2), Ni Kadek Erosi Undaharta2) dan Hartutiningsih-M. Siregar2) ABSTRAK Genus Santalum (Santalaceae) termasuk kelompok tumbuhan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Bagian kayunya yang mengandung minyak santalol banyak digunakan sebagai bahan kerajinan ukir, dupa, sarana upacara keagamaan, obat, dan sebagai aromatherapy. Beberapa jenis buah Santalum juga merupakan sumber makanan yang bergizi. Spesies endemik genus Santalum terdapat di Nusa Tenggara (Indonesia), Australia, Papua Nugini, Kepulauan Pasifik, dan Hawaii. Di Indonesia genus Santalum diwakili oleh jenis Santalum album L. yang kini juga telah menyebar ke pulau-pulau di kawasan Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Bali, Jawa hingga India Selatan dan Australia. Tumbuhan yang tergolong bersifat semiparasit atau hemiparasit ini kini banyak yang terancam dan bahkan sudah ada yang punah. Kata kunci : Karakteristik botani, distribusi, Santalum I. PENDAHULUAN Santalum adalah salah satu genus dari tumbuhan kayu berbunga yang termasuk ke dalam famili Santalaceae. Famili Santalaceae sendiri seluruhnya terdiri dari 36 genus dan lebih dari 400 jenis dengan habitus yang beragam mulai semak semiparasit, herba sampai pohon (Anonymous, 2006a). Santalum termasuk genus istimewa dalam famili Santalaceae, karena hampir semua jenis dalam genus Santalum memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Kayu dari jenis-jenis Santalum banyak digunakan sebagai bahan kerajinan ukir, dupa, upacara keagamaan, obat anti rematik, pencuci perut, aromatherapy atau dibakar sebagai pengusir serangga. Beberapa jenis anggota genus Santalum juga memiliki buah yang dapat dijadikan sebagai bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Salah satu anggota genus Santalum yang sudah lama dikenal karena nilai kayunya yang tinggi bahkan melampaui jenis-jenis lainnya dalam genus Santalum adalah cendana (Santalum album L.). Nilai kayu yang tinggi disebabkan karena mengandung minyak atsiri yang diidentifikasi sebagai santalol (α dan β santalol) sebagai komponen utamanya. Bahkan produk kayu cendana dalam perdagangan tidak diukur ---------1) Makalah Utama pada Gelar Teknologi Cendana ”Cendana untuk Rakyat : Pengembangan Tanaman Cendana di Lahan Masyarakat”. Denpasar, 19 Desember 2006 2) UPT Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya “Eka Karya” Bali – LIPI 19 Prosiding Gelar Teknologi Cendana 3 diukur dalam volume (m ) namun dalam berat (kg). Tidak dapat disangkal bahwa karena nilai ekonominya yang tinggi inilah hampir semua jenis-jenis Santalum mengalami keterancaman di habitat aslinya, bahkan ada yang dilaporkan telah punah. Makalah ini membahas secara singkat mengenai penyebaran, ekologi, asal, dan deskripsi botani anggota genus Santalum di dunia. Tidak semua anggota genus Santalum dapat dipertelakan, terlebihlebih di antaranya sudah lama dianggap punah. II. KEKAYAAN JENIS DAN DISTRIBUSI GEOGRAFIS GENUS SANTALUM Belum diketahui secara pasti jumlah jenis dari genus Santalum. Yusuf (1999) memperkirakan berkisar 16-25 jenis yang tersebar di Indonesia, Australia, Papua Nugini, dan kawasan Pasifik. Pendapat lainnya memperkirakan 19-25 jenis di Indomalaya, Australasia, dan Oseania, mulai dari India - Srilanka - Malesia - pulau-pulau di kawasan Pasifik seperti Hawaii dan Pulau Juan Fernandez hingga tepi pantai Amerika Selatan (Anonymous, 2006b). Informasi lain menyebutkan jenis Santalum di Asia Tenggara dan pulau-pulau di Pasifik Selatan tidak lebih dari 10 jenis (Anonymous, 2006a). Harbaugh & Baldwin (2006), melaporkan bahwa di dunia setidaknya terdapat 15 jenis Santalum, dengan 14 varietas dan 1 jenis diduga telah punah, tersebar di wilayah India, Australia, Indonesia, Pasifik Selatan, Pulau Bonin, dan pulau-pulau di sekitar Hawaii. Keterangan yang lebih lengkap dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Distribusi geografis beberapa jenis Santalum di dunia. Habitat alami ditemukan mulai dari kawasan Nusa Tenggara Timur, Australia, Papua Nugini dan pulau-pulau di kawasan Pasifik. Kini menyebar hingga bagian selatan India. 20 Distribusi Geografis dan Karakteristik…(Mustaid Siregar, dkk.) Merlin et al. (2006), melaporkan bahwa di Hawaii sendiri terdapat 4 jenis Santalum yang masuk kategori endemik yaitu Santalum ellipticum Gaud., S. freycinetianum Gaud., S. haleakalae Hillebr., dan S. paniculatum Hook. & Arnott. Di Australia sendiri setidaknya terdapat 6 jenis Santalum yang tergolong endemik di kawasan tersebut, yaitu S. acuminatum, S. lanceolatum, S. murrayanum (T.Mitch.) C. A .Gardner, S. obtusifolium, S. salicifolium, dan S. spicatum (R. Br.) A. DC. Di Papua Nugini dilaporkan 2 jenis endemik Santalum yaitu S. macgregonii F. Muell dan S. papuanum, serta 3 jenis lainnya di pulau-pulau kawasan Pasifik yaitu S. austrocaledonicum Veillard., S. insulare Bertero ex A. DC., dan S. yasi Seeman. Satu-satunya jenis Santalum yang terdapat di Indonesia adalah cendana (Santalum album L.) yang berada di Kepulauan Sunda Kecil (Whitmore, 1972). Bahkan Yusuf (1999), menyebutkan satu-satunya di Asia Tenggara. Jenis S. album semula tumbuh alami di hutan-hutan savana khususnya di Pulau Timor dan Sumba, kini telah menyebar ke pulau-pulau lain di kawasan Nusa Tenggara, Bali, Maluku, Sulawesi, Jawa, bahkan hingga bagian utara Benua Australia dan bagian selatan India di Benua Asia. Penyebarannya di India diyakini telah berlangsung berabad-abad lalu seiring dengan pesatnya perdagangan kayu cendana saat itu. III. KARAKTERISTIK BOTANI GENUS SANTALUM Dalam sistematika atau taksonomi tumbuhan, genus Santalum diklasifikasikan sebagai berikut (Holmes, 1983): Divisi : Spermatophyta Anak Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Anak Kelas : Rosidae Ordo : Santalales Famili : Santalaceae Genus : Santalum Perawakannya berupa pohon atau semak kecil, tinggi berkisar 520 m atau lebih. Daun berhadapan, pertulangan menyirip. Bunga bentuk malai, biseksual, biasanya memiliki 4 helai daun mahkota, jarang yang 5 helai, tabung tajuk bunga berbentuk menggenta; ruas-ruasnya tersebar (patent), membundar telur di bagian pangkal di belakang benang sari, berambut rapat (tufed); cakram berlekuk dengan jumlah yang sama dengan ruas tajuk bunga, letaknya berseling dengan tajuk bunga; bakal buah selama masa antesis terletak menumpang, setelah terjadi pembuahan letaknya tenggelam; bakal biji 2-3 buah, terjuntai; tangkai putik berbentuk benang; kepala putik sedikit (slightly) berlekuk 3. Buah batu, agak tenggelam. Biji keras, berkayu, halus atau agak kasar (rough), endokarp berwarna terang (Merlin et al., 2006; Backer & van Steenis, 1965). 21 Prosiding Gelar Teknologi Cendana Daun Santalum berklorofil, namun semua jenis Santalum bersifat semiparasit atau hemiparasit dan bersifat root-grafting. Sifat hemiparasit ini berarti bahwa tumbuhan tetap melakukan fotosintesis namun mendapatkan air dan beberapa nutrisi melalui pelekatan pada akar tumbuhan lain atau inang. Root grafting atau cangkok akar artinya akar dari jenis tumbuhan yang sama atau yang berkerabat tumbuh secara bersamaan, membentuk suatu kesatuan fungsi dan saling bertukar zat atau materi. Akar Santalum memiliki sistem perakaran yang tersebar luas sehingga mampu mencangkok berbagai jenis tumbuhan yang berbeda, dan secara efektif terintegrasi dalam suatu komunitas tumbuhan melalui sistem perakarannya (Merlin et al., 2006). Umumnya bersifat parasit akar yang mengambil unsur hara dan air dari akar tumbuhan lain sebagai inangnya (Merlin et al., 2006), hanya sebagian kecil yang parasit batang (Anonymous, 2006b). Santalum juga memiliki akar penghisap. Hal ini akan terlihat pada saat tumbuhan ini ditebang, akar penghisap akan beregenerasi dengan pola melingkar sejauh beberapa meter dari tunggulnya (Merlin et al., 2006). Ciri utama genus Santalum adalah memiliki kayu keras, berserat rapat (close-grained), aromatik terutama dari jenis Santalum album (Anonymous, 2006a). A. Santalum album L. Perawakannya kecil, selalu hijau, semiparasit, tidak berduri, tinggi dapat mencapai 20 m. Kadangkala tumbuh menyemak dan merambat (scandent) hingga mencapai 4 m; batang utama silindris, kulit batang kasar (coarse), coklat keabuan hingga coklat kemerahan; percabangan bagian bawah terjuntai; ranting agak bersudut melintang (angularstriate). Daun berhadapan atau berseling berhadapan, tangkai tipis, tulang daun utama 2, panjang 5-15 mm, kekuningan, bentuk membundar telur, melanset-menjorong atau melonjong, ukuran 2,5-8 cm x 1,5-4 cm, pangkal menumpul, membaji atau meruncing, tepi mengombak (undulate), rata atau agak terlengkung balik (recurved), ujung melancip, sedikit menghitam (discolorous), hijau pucat di bagian atas, berlapis lilin warna biru atau putih di bagian bawah. Tulang daun 6-10 pasang, bentuk memata jala (reticulate). Perbungaan terletak di ujung ranting atau di ketiak daun, berbentuk malai atau tandan, panjang 2-5 cm, gagang 4-20 m; daun gagang (bract) mudah/lekas luruh; panjang tangkai bunga/gantilan (pedicel) biasanya sangat pendek sampai 3 mm; bunga biseksual, 4 (-5) helai, tabung tajuk bunga bentuk lonceng, 2 mm, bercuping 4, bentuk cuping segitiga-membundar telur, awalnya kekuningan kemudian menjadi merah kecoklatan, berambut seperti jambul di belakang benang sari; kelenjar madu (nectarines) 4, terletak di tengah tajuk berseling dengan lekukan cakram; benang sari 4 sama panjang dengan rambut seperti jambul; cakram tetap bercuping 4, cuping melengkung balik 22 Distribusi Geografis dan Karakteristik…(Mustaid Siregar, dkk.) tegak, berdaging, panjang 1,2-1,5 mm, berseling dengan benang sari, awalnya coklat-oranye kemudian menjadi merah kehitaman; putik dengan bakal buah menumpang hingga setengah tenggelam, tangkai putik pendek dan kecil, kepala putik agak berlekuk 3. Buah batu, berbentuk ellips, berbiji satu, panjang 1 cm, memiliki leher kecil di bagian ujung, eksokarp berwarna biru sampai merah kehitaman, mesokarp sukulen atau tebal, endokarp halus. Biji tidak bertesta. Perkecambahan epigeal (Yusuf, 1999). Merlin et al. (2006) dan Anonymous (2006a), melaporkan bahwa S. album dapat ditemukan di India, Indonesia, dan Australia. Namun jenis ini sebenarnya berasal dari kawasan Kepulauan Sunda Kecil (Yusuf 1999; Whitmore, 1972). Pernyataan yang terakhir ini diperkuat oleh Monk et al. (2000) bahwa S. album merupakan jenis indigenous di Sumba, Timor, Flores, Wetar, dan pulau-pulau di sekitarnya. S. album yang di dunia perdagangan dikenal dengan nama white sandalwood (Inggris) atau cendana (Indonesia), dibawa dari Indonesia ke India. Catatan-catatan sejarah menunjukkan bahwa perdagangan kayu cendana sudah dilakukan pada zaman dinasti Yuan pada abad ke-12 dan ke-13 (Meilink-Roelofsz, 1962; Rowland, 1992 dalam Monk et al., 2000). Hsing-ch’a Sheng-lan pada tahun 1436 pada masa Dinasti Ming menggambarkan gunung-gunung di Timor seperti ditutupi pohon cendana dan wilayah ini tidak memproduksi kayu lain selain kayu cendana (Groeneveldt, 1880 dalam Monk et al., 2000). Bukti sejarah lainnya adalah di awal tahun 1800 kayu cendana yang berasal dari India mulai bersaing dalam perdagangan cendana sehingga pasaran kayu cendana dari Timor mengalami penurunan, hal ini diperburuk dengan masuknya kayu cendana yang berasal dari kepulauan Pasifik (Clarence-Smith 1992 dalam Monk et al., 2000). Yusuf (1999), menyebutkan bahwa S. album ditemukan di kawasan dengan curah hujan antara 600-2.000 mm/tahun, tumbuh dengan baik pada curah hujan 850-1.350 mm/tahun dan masih dapat tumbuh pada curah hujan di atas 2.500 mm/tahun atau dengan keadaan curah hujan tinggi. Srivastava (2000), melaporkan secara umum jenis ini hidup di daerah berbukit dengan curah hujan 600 hingga 1.600 mm/ tahun pada suhu antara 20°C sampai 45°C. Di habitat alaminya jenis ini hidup di daerah dengan musim kering yang panjang dan periode hujan yang singkat antara 2-3 bulan. Selama periode ini kebutuhan air diperoleh dari tanaman inangnya. Hal ini dapat ditunjukkan dari layunya daun (wilting symptoms). S. album muda tidak tahan terhadap pasokan air yang berlebihan (waterlogged), namun hal ini tidak berpengaruh pada tumbuhan dewasa (Yusuf, 1999). S. album dapat tumbuh hingga ketinggian 1.500 m dpl., dan untuk kualitas kayu terbaik pada ketinggian 600-900 m dpl. (Yusuf, 1999); di habitat aslinya di Sumba, Timor, Flores, Wetar, dan pulau-pulau di 23 Prosiding Gelar Teknologi Cendana sekitarnya, jenis ini hidup pada ketinggian 300-1.300 m dpl. Di Jawa jenis ini dibudidayakan pada ketinggian 1-1.200 m dpl. (Backer and van Steenis, 1965); di India dapat tumbuh hingga 1.600 m dpl. (Srivastava, 2000). Yusuf (1999), melaporkan S. album tumbuh baik di tempat terbuka dan biasanya ditemukan di hutan terbuka dan tepian hutan meranggas (deciduous forest). Periode panas yang panjang dan intensitas penyinaran yang lama akan berpengaruh buruk pada pertumbuhan dan berakibat fatal pada anakan. Apabila hal ini terjadi pada tumbuhan dewasa maka akan menyebabkan kulit batang terbelahbelah membentuk celah yang dalam dan pada kondisi yang ekstrim kulit batang akan mengelupas sehingga tampak bagian dalam kayunya. Srivastava (2000), mencatat bahwa di India anakan jenis ini dapat tumbuh dengan baik di tempat agak terbuka. Yusuf (1999), menyebutkan bahwa di Pulau Timor dan Sumba, jenis ini tumbuh pada tanah liat tebal (heavy clay), namun saat ini banyak ditemukan pada tanah dangkal berbatu (shallow stony soils). Pohon ini juga dapat tumbuh dengan baik pada tanah laterite dan toleran terhadap tanah sodic, namun tidak toleran terhadap tanah dengan kandungan garam atau kapur tinggi (calcareous). Pada tanah lempung yang subur pertumbuhannya cepat namun kandungan minyaknya rendah. Kualitas kayu cendana terbaik diperoleh dari pohon yang tumbuh di hutan terbuka dibandingkan di tanah berbatu dan miskin hara. Kayu cendana (S. album) merupakan tumbuhan endemik di Nusa Tenggara Timur dan merupakan spesies endemik terbaik di dunia. Sebagai flora maskot untuk Provinsi NTT, kayu ini telah menjadi komoditi penting dalam perdagangan yang bernilai ekonomi tinggi. Kayu cendana dalam bahasa Timor disebut haumeni (hau = kayu, meni = singkatan dari femoni artinya bau wangi), artinya kayu berbau wangi. Mempunyai nilai budaya yang tinggi, digunakan dalam upacaraupacara keagamaan, sebagai dupa dalam upacara agama Budha dan Hindu. Bangsa Mesir kuno telah mengimpor cendana untuk digunakan sebagai obat-obatan dan pembalseman. Dalam ajaran Budha dianjurkan digunakan saat berhubungan dengan sang Budha, dipercaya dapat membantu aktivitas spiritual dan menciptakan kedamaian dan digunakan dalam upacara kematian untuk membantu menenangkan jiwa. Minyaknya diproses dan dipakai sebagai bahan kosmetik dan obat-obatan yang berkhasiat. Aroma minyaknya dapat digunakan sebagai pengharum ruangan dan berkhasiat menghentikan rasa sakit, dapat juga menyembuhan sakit perut. Pasta yang dibalurkan ke wajah juga dapat digunakan menghilangkan sakit kepala karena panas dan obat asma (Heyne, 1987). Minyak atsiri adalah bagian yang bernilai dari cendana. Akar cendana merupakan bagian yang paling potensial dan mengandung 24 Distribusi Geografis dan Karakteristik…(Mustaid Siregar, dkk.) minyak atsiri paling tinggi 10 %, sedangkan bagian batangnya mengandung minyak atisiri 2-4 %. Minyak cendana mengandung 90 % santalol (α dan β santalol) sebagai komponen utama. Santalol tersebut digunakan sebagai tolok ukur utama untuk menetapkan kualitas minyak atsiri cendana. Tidak semua minyak atsiri dari cendana mengandung santalol yang tinggi. Kandungan minyak atsiri dipengaruhi oleh umur tanaman. Dilaporkan bahwa kayu cendana muda dengan umur 10 tahun hanya mengandung minyak atsiri 0,2-2,0 %, sedangkan kayu yang berumur 30-50 tahun dapat mengandung minyak atsiri lebih tinggi 2,8-5,6 %, dengan kandungan santalolnya berkisar antara 86-91 %. B. Santalum macgregorii F. Muell Jenis ini menghasilkan minyak aromatik (Vernes, 2001). Merupakan jenis endemik dari Papua Nugini Barat Daya. Ditemukan tumbuh di kawasan hutan savana kering yang selalu hijau dan padang rumput (Radomiljac & Bosimbi, 1999 dalam Vernes, 2001). Jenis ini mengalami keterancaman di alam karena adanya kebakaran hutan dan ekstraksi yang berlebihan (Paul, 1990 dalam Vernes, 2001). Telah ada upaya konservasi secara eks-situ dan usaha budidaya di wilayah Australia (Queensland dan Australia Bagian Barat) dan kawasan Pasifik (Thompson & Bosimbi, 2000 dalam Vernes, 2001). C. Santalum ellipticum Gaud. Jenis ini ditemukan di Kepulauan Hawaii. Dikenal dengan nama lokal iliahi alo‘e (Hawaii). Tumbuhan ini dapat ditemukan di pesisir pantai, jurang terjal; kadangkala di tanah miring atau punggung bukit; seringkali terdapat pada tanah berbatu bekas lava yang mengering; atau dapat juga tumbuh di tanah kering, berpasir, tanah yang berasal dari batu kapur ataupun tanah liat pada ketinggian 0-950 m dpl. Berperawakan semak merambat sampai pohon kecil, tinggi mencapai 12 m. Daun menjorong sampai membundar, membundar telur atau membundar telur terbalik; mengulit sampai sukulen, kedua permukaan berlapis lilin; berukuran 2,5-6,1 cm x 1,7-4 cm; panjang tangkai 15 mm. Perbungaan terletak di ujung ranting atau lebih kurang di ketiak daun; panjang gantilan (pedicel) 0-1 mm. Bunga harum, berwarna keabuan dengan kombinasi warna coklat, oranye atau merah muda kekuningan (salmon); tabung berbentuk menggenta (campanulate) atau mengerucut, panjang 4-7 mm; bakal buah tenggelam. Buah batu, berwarna ungu sampai hitam, seringkali berlapis lilin, panjang 912 mm. D. Santalum freycinetianum Gaud. S. freycinetianum termasuk tanaman endemik kepulauan Hawaii, umumnya banyak ditemukan di Kaua’I, O’ahu, Moloka’I, Lana’I, dan 25 Prosiding Gelar Teknologi Cendana Maui pada hutan basah. Jenis ini juga ditemukan pada hutan kering di Lana’I (Wagner et al, 1999 dalam Lau, 2003). Perawakan semak kecil sampai pohon, tinggi dapat mencapai 13 m. Daun berujung meruncing sampai membundar, berwarna ungu saat masih muda (immature) setelah tua warna hijau, agak berlapis lilin, berukuran 4-9 cm x 1,3-7,5 cm; panjang tangkai 5-25 mm. Perbungaan muncul di ujung ranting atau di ketiak daun; panjang gantilan 1-4 mm. Bunga tidak begitu harum; tabung berwarna putih kekuningan sampai putih saat mekar berwarna merah, berbentuk menggenta atau silindris; bagian dalam mahkota merah muda sampai merah gelap; bakal buah tenggelam sebagian. Buah batu, berwarna ungu kemerahan sampai mendekati hitam, panjang 8-24 mm. E. Santalum haleakalae Hillebr. S. haleakalae merupakan tumbuhan endemik di pulau Maui tepatnya di kepulauan Hawaii. Jenis ini tumbuh pada hutan pegunungan kering, hutan semak belukar, tanah bekas larva, tanah vulkanik, dan pada abu panas. Jenis ini juga ditemukan pada tanah miring, di daerah semak belukar di pegunungan bawah, bahkan hingga di kawasan sub-alpin yang berkabut pada ketinggian 1.800-2.700 m dpl. Jenis ini juga dapat ditemukan di Amerika dan Kanada. Perawakan pohon kecil, tinggi 2-4 m. Daun berbentuk membundar telur, membundar telur terbalik atau membundar, kaku sampai menjangat, berwarna hijau pudar (olive green) seringkali berwarna ungu dan berlapis lilin, berukuran 2,5-7,5 cm x 2-6 cm; panjang tangkai 2-7 mm. Perbungaan mengelompok di ujung ranting, jarang sekali mengelompok di ketiak daun; daun gagang (bract) persisten sampai bunga mekar; panjang gantilan 2-4 mm. Bunga tidak begitu harum; tabung berbentuk menggenta sampai silindris, putih berubah merah gelap saat mekar; panjang mahkota 8-17 mm, merah gelap, berlapis lilin; bakal buah setengah tenggelam. Buah batu, berwarna hitam atau hitam keunguan, panjang 10-15 mm. Jenis S. haleakalae tergolong terancam. Sejak tahun 1810 hingga 1830 banyak diekspor ke negeri China dalam jumlah yang besar. F. Santalum paniculatum Hook. & Arnott. Jenis ini ditemukan di hutan kering sampai lembab atau hutan Metrosideros sekunder, pada tanah bekas lava di ketinggian 4502.550 m dpl. Tumbuhan ini berperawakan semak atau pohon, tinggi dapat mencapai 20 m. Daun berbentuk membundar telur, menjorong atau membundar telur terbalik, berwarna oranye kekuningan sampai kebiruan atau hijau pudar; permukaan bagian atas mengkilat, permukaan bagian bawah kusam atau pucat, keduanya berlapis lilin, berukuran 2,5-8 cm x 2-4,5 cm; panjang tangkai 2-15 mm. Perbungaan terletak 26 Distribusi Geografis dan Karakteristik…(Mustaid Siregar, dkk.) di ujung ranting atau lebih kurang di ketiak daun; panjang gantilan sekitar 1 mm. Bunga harum, tabung berbentuk menggenta sampai mengerucut; panjang mahkota 4-8 mm, berwarna kehijauan dengan kombinasi warna coklat, oranye atau merah muda kekuningan saat mekar; bakal buah tenggelam. Buah batu, berwarna ungu sampai hitam, panjang 10-12 mm. S. freycinetianum, S. haleakalae, dan S. paniculatum dikenal dengan nama lokal yang sama di Hawaii yaitu ‘iliahi, ‘a’ahhi, ‘aoa, lā’au’ala, wahie’ala. G. Santalum acuminatum (R. Br.) A. DC Semak, tinggi 5-6 m, percabangan seringkali menjuntai, kulit batang coklat terang, agak beralur (furrowed). Daun berhadapan, tangkai pendek, bentuk memata tombak, seringkali terlekuk, warna hijau terang-hijau pudar, pertulangan terlihat jelas, ukuran daun 5-19 cm x 4-15 mm. Perbungaan bentuk malai, terletak di ujung ranting. Bunga kecil, panjang 2-4 mm, sebagian berwarna hijau krem (creamy green) atau keputihan dan sebagian keoranye-oranyean. Buah berbentuk bulat lonjong, diameter 1,5-2,6 cm, berwarna hijau atau hijau kekuningan pada saat masih muda, setelah masak menjadi merah terang, kulit luar berlapis lilin, agak sedikit beralur. Musim berbunga antara OktoberMei dan musim berbuah Agustus-Oktober (Weber, 1997). Jenis ini diketahui berasal dari benua Australia. Umumnya tersebar luas di bagian selatan dan barat Australia yang memiliki kisaran suhu antara 3°C - 38°C. Akan tetapi populasi terbesar diketahui tidak sampai 10 individu. S. acuminatum dikenal memiliki potensi ekonomi yang cukup besar. Tidak hanya daging buahnya yang dapat dimanfaatkan sebagai selai manis, kue pastel, tetapi juga sebagai bahan dasar vitamin C dan diyakini memiliki kandungan mineral yang sangat berharga. Selain itu, buahnya dapat dikeringkan dan disimpan. Pada inti buah terdapat kandungan protein yang sangat berkhasiat dan kaya akan minyak. Jenis ini dapat dikatakan tidak membutuhkan kondisi iklim yang khusus. Jenis ini juga mampu tumbuh pada kondisi lahan yang berbeda-beda, selain itu kebutuhan air juga tidak menjadi suatu masalah (Weber, 1997). H. Santalum spicatum (R. Br.) A. DC. Jenis ini memiliki sinonim Eucarya spicata (R. Br.) Sprague & Summerh., S. cygnorum Miquel, S. diversifolium (Miquel) A. DC, dikenal dengan nama West Australian sandalwood. Tersebar di wilayah Australia bagian barat dan selatan (Jansen, 1999; Yusuf, 1999). Perawakannya semak, semiparasit pada akar, tinggi mencapai 4 m. Batang berwarna abu-abu, keras dan percabangan kaku. Daun berhadapan; tangkai 3-5 mm; bentuk melanset hingga menjorong 27 Prosiding Gelar Teknologi Cendana menyempit, ukuran 2-7 cm x 3-15 mm, abu-abu - hijau. Perbungaan bentuk tandan; gagang 3-5 mm, tangkai 1 mm; dasar bunga (receptacle) 1-1,5 mm; daun tenda (tepals) 4 bentuk bersudut 3-membundar telur, panjang 1,5-2 mm, merah-hijau, di bagian dasar terdapat rambut seperti jambul kecil (small tufts) yang persisten sampai tumbuh buah; cakram bercuping (lobed) pendek; panjang tangkai putik 0,5 mm, kepala putik berlekuk dua. Buah batu, bentuk bola, diameter 1,5-2 cm, hijau-coklat; mesokarp tebal/kuat/kokoh (firm), melekat pada endokarp (Jansen, 1999). Secara umum kayu S. spicatum merupakan komoditi ekspor dalam bentuk kayu ukiran, dupa ataupun untuk parfum. Minyak wangi yang dihasilkan diperoleh melalui destilasi uap dari kayu. Hasilnya berupa cairan berwarna kuning pucat dan sedikit mengandung damar, kandungan utamanya adalah santalol. Masyarakat di India selalu menggunakan minyak tersebut dan sangat bernilai. Minyak tersebut juga dapat digunakan sebagai obat, terutama sebagai desinfektan pada urine (Jansen, 1999). I. Santalum murrayanum (T.Mitch.) C. A .Gardner Nama lokal jenis ini adalah Bitter quandong, native sandalwood, Venezuelan sandalwood (Inggris). Sinonim Fusanus persicarius (F. Muell.) F. Muell. ex Benth., Santalum persicarium F. Muell. (Kress, 2006; Wiecek, 2006; Wrigley, 2006). Terdapat di Australia Barat, Australia Selatan, dan Victoria Barat Daya (Wrigley, 2006). Perawakan semak atau pohon kecil, tinggi 1-5 m, bersifat semiparasit pada akar, kulit batang halus, batang bulat silindris, percabangan tersebar. Daun berhadapan atau berdaun tiga atau berseling, berbentuk melanset, ujung meruncing hingga melancip, berkait; kedua permukaan berwarna seragam (concolorous) yaitu hijau pucat kekuningan atau abu-abu; ukuran 1,5-3,5(-5) cm x 1,5-4 mm. Perbungaan terletak mengelompok di ujung ranting atau ketiak daun, bentuk malai, panjang gagang bunga 7-20 mm. Bunga banyak, kecil, berwarna kuning, putih, hijau, krem; panjang gantilan 1-2 mm; dasar bunga 1 mm; daun tenda lebih kurang berbentuk membundar telur, panjang 1,5-2 mm, warna kekuningan; cakram agak/hampir bercuping; kepala putik berlekuk 3. Buah bulat bola sampai bulat lonjong, diameter sekitar 2 cm, panjang 15-25 mm, saat muda hijau, setelah masak berwarna merah kecoklatan, masam; endocarp keriput atau agak berbintik-bintik (pitted). Biji besar, permukaan kasar. Musim berbunga antara Oktober-Januari (Wiecek, 2006; Wrigley, 2006; Paczkowska, 1995b). Jenis ini ditemukan pada tanah lempung berbatu dan berpasir (gravelly and sandy), pasir coklat atau merah dan kadangkala terdapat di bukit atau tanah berpasir (dunes), di hutan terbuka, dan semak belukar (Wrigley, 2006; Paczkowska, 1995b). Biji dan kulit akar dijadikan sebagai makanan oleh suku Aborigin. Biji dibuat menjadi biji sempoa (Wrigley, 2006). 28 Distribusi Geografis dan Karakteristik…(Mustaid Siregar, dkk.) J. Santalum lanceolatum R. Br. Pada tahun 1800 S. lanceolatum pernah ditemukan di Victoria dan kepulauan Wales Selatan. Pembukaan lahan, kebakaran hutan, dan penggembalaan menyebabkan jenis tersebut berkurang (Paczkowska, 1995a). Perawakan berupa semak belukar, tinggi 1-7 m, hemiparasitik. Bunga hijau, putih, coklat. Buah hijau, merah. Mampu tumbuh pada tanah liat berpasir, bukit atau dekat sungai. Bagi masyarakat tradisional di Kepulauan Pasific, kayu S. lanceolatum biasa digunakan sebagai bahan kerajinan ukir, upacara keagamaan, obat anti rematik, pencuci perut, aromatherapy, dan dibakar sebagai pengusir serangga. Oleh karena harga yang sangat mahal dan makin langkanya jenis ini, kini masyarakat makin jarang menggunakannya. Seperti halnya jenis Santalum lainnya, kayu S. lanceolatum juga mengahasilkan minyak yang harum dengan nilai jual yang cukup tinggi. Minyak tersebut biasanya digunakan pada rambut dan badan sebagai aromatherapy. Awal abad 18 hingga 19 jenis endemik yang terdapat di Hawaii dipanen dalam skala besar kemudian dikirim ke China untuk berbagai keperluan seperti dupa dan furniture. K. Santalum yasi Seeman Dikenal nama lokal ahi (Tonga), merupakan salah satu tanaman upacara yang penting di Tonga. Selain itu juga digunakan sebagai fumigasi serangga, obat antiketombe dan kutu rambut. Perawakannya semak atau pohon kecil, tinggi mencapai 10 m, percabangan banyak, diameter batang mencapai 40 cm, kulit batang berwarna abu-abu, rekahan berwarna coklat; getah putih. Daun berhadapan, berwarna hijau mengkilat. Bunga kecil, berwarna keunguan. Buah batu, kecil, ungu gelap (Jiko, 2000; Kaufusi et al., 2000). Banyak ditemukan pada tempat terbuka, di pesisir, hutan, padang rumput, tepi sungai yang curam; tumbuh pada tanah vulkanik yang subur, tanah sedikit berbatu, dengan curah hujan 1.650-3.800 mm/ tahun (Jiko, 2000; Kaufusi et al., 2000). Ditemukan di Kepulauan Fiji (Bua, Vanua Leyu, Lau Utara, Kadayu, dan Viti Leyu) dan Pulau ‘Eua di Kepulauan Tonga (Doran, 2005; Kaufusi et al., 2000). L. Santalum insulare Bertero ex A. DC. Jenis ini ditemukan di kawasan Polynesia Timur atau kepulauan paling timur di kawasan Pasifik. Di French Polynesia, Pulau Cook, dan Pulau Pitcairn, keberadaannya sudah terancam. Juga dilaporkan pernah ditemukan di Ua Huka, Kepulauan Marquess pada abad 19, namun saat ini sudah tidak ditemukan lagi (Doran, 2005; Butaud, 2004). Hidup pada tanah berbatu, berpasir, batu kapur, tanah miring atau punggung bukit bekas batuan vulkanik, pada beberapa tipe tanah 29 Prosiding Gelar Teknologi Cendana ferralitik. Jenis ini mampu beradaptasi dengan baik pada kondisi tanah kering dan miskin hara. Ditemukan pada rentang ketinggian 12.234 m dpl dengan curah hujan antara 900-6.000 mm/tahun (Butaud, 2004). M. Jenis Lainnya Jenis lainnya yang pernah ditemukan tetapi sudah dianggap punah atau terancam punah adalah Santalaum austrocaledonicum Veillard. dan Santalum fernandezianum F. Philippi. Jenis S. austrocaledonicum merupakan perdu atau pohon kecil dengan tinggi 5-12 m. Distribusinya meliputi wilayah Vanuatu dan New Caledonia, kawasan Pasifik (Doran, 2005). Jenis S. fernandezianum terdapat di Pulau Juan Fernandez, Chili, tapi kini telah dinyatakan punah (Skottsberg, 1922 dalam Butaud, 2004). Demikian pula berdasarkan IUCN, status kelangkaan jenis S. fernandezianum masuk dalam kategori extinct (EX). Populasi terakhir masih ditemukan tahun 1908, tetapi banyak ditebang untuk keperluan kayu aromatik. DAFTAR PUSTAKA Anonymous. 2006a. Santalum. Available at: http://www.answers.com/ topic/santalum-1 diakses tanggal 8 Desember 2006. Anonymous. 2006b. Sandalwood. Available at : http://www.answers. com/topic/sandalwood diakses tanggal 8 Desember 2006. Backer and van Steenis. 1965. Flora of Java. Vol. II. Leyden: The Rijksherbarium. Pp. 78. Butaud, J. F. 2004. Santalum insulare (Bertero ex A. DC.): Distribution and Ecology. Sandalwood Research Newsletter. July 2004. Issued 19. Pp. 1-4. http://www.jcu.edu.au/school/tropbiol/srn/ Issues/SRN%20019.pdf Diakses tanggal 13 Desember 2006. Doran, J. et al. 2005. Variation in Heartwood Oil Composition of Young Sandalwood Trees in The South Pacific (Santalum yasi, S. album and F1 hybrids in Fiji, and S. yasi in Tonga and Niue). Sandalwood Research Newsletter. April 2005. Issued 20. Pp. 37. http://www.jcu.edu.au/school/tropbiol/srn/Issues/SRN% 20020.pdf. Harbaugh, D. T. and B. G. Baldwin. 2006. Unraveling the Complex History of Sandalwoods (Santalum, Santalaceae). http://www. 2006.botanyconference.org/engine/search/ index.php?func=detail&aid= 114 diakses tanggal 8 Desember 2006. Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia. Terjemahan Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Departemen Kehutanan RI. Yayasan Sarana Warna Jaya. Jakarta. Holmes, S. 1983. Outline of Plant Classification. Longman, New York. 30 Distribusi Geografis dan Karakteristik…(Mustaid Siregar, dkk.) Jansen, P. C. M. 1999. Santalum spicatum (R. Br.) A. DC. In: L. P. A. Oyen and Nguyan Xuan Dung (Eds.). Plant Resources of South Asia No. 19 Essential-Oil Plants. Pp. 182. Jiko, L. R. 2000. Status and Current Interest in Sandalwood in Fiji. Sandalwood Research Newsletter. Mei 2000. Issued 20. Pp. 13. http://www.jcu.edu.au/school/tropbiol/srn/Issues/SRN%20010.pdf Diakses tanggal 13 Desember 2006. Kaufusi S., S. Harmani and L. Thomson. 2000. Sandalwood Work on ‘Eua, Kingdom of Tonga. Sandalwood Research Newsletter. January 2000. Issued 9. Diakses tanggal 13 Desember 2006. Kress, H. 2006. Henriette's Plant Info: Santalum murrayanum (G. L. Mitch.) C. A. Gardner, Santalaceae. Available at: http://www. henriettesherbal.com/php/get.php?id=16317 diakses tanggal 13 Desember 2006. Lau, J., 2003. Santalum freycinetianum. Available at : http://www. natureserve.org/explorer/servlet/NatureServe?searchName= Santalum+freycinetianum diakses tanggal 7 Desember 2006. Monk, K.A., Y. Fretes, dan R.L. Gayatri. 2000. Ekologi Nusa Tenggara dan Maluku. Seri Ekologi Indonesia. Buku V. S.N. Kartikasari (Editor). Prehalindo. Jakarta. Pp. 650-651. Merlin, M. D., L. A. J. Thompson, and C. R. Elevitch. 2006. Santalum ellipticum, S. freycinetianum, S. haleakalae, and S. paniculatum (Hawaiian sandalwood). Santalaceae (sandalwood family). Species Profile for Pasific Island Agroforestry. www.traditionaltree. org. April 2006. Pp. 2-10. Paczkowska, G. 1995a. Santalum lanceolatum R.Br. Northern Sandalwood Prod. 356 (1810) Available at: http://florabase.calm.wa. gov.au/browse/flora?f=092&level=s&id=2357&PHPSESSID=e9 61d063a61322beedf12d65e3788260 diakses tanggal 13 Desember 2006. Paczkowska, G. 1995b. Santalum murrayanum (T.Mitch.) C.A.Gardner Bitter Quandong Enum.Pl.Austral.Occ. 35 (1930). Available at: http://florabase.calm.wa.gov.au/ browse/flora?f=092&level= s&id=2358&PHPSESSID=961d063a61322beedf12d65e3788260 diakses tanggal 13 Desember 2006. Soekotjo. 2001. Konservasi Ex-situ Cendana (Santalum album L.) Aplikasi dan Tantangannya. Berita Biologi 5(5). Edisi Khusus Cendana (Santalum album L.) Sumber Daya Daerah Otonomi Nusa Tenggara Timur. Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Pp. 515-519. Srivastava, R. K. 2000. Forest Fire Causing Poor Stocking of Santalum album and Terminalia chebula in Southern India. IFFN No. 22.http://www.fire.uni-freiburg.de/iffn/country/in/in_4.htm diakses tanggal 8 Desember 2006. Vernes, T. 2001. Preliminary Results from Santalum macgregorii exsitu Conservation Planting. Sandalwood Research Newsletter. May 2001 Issued 13. Pp. 6-8. http://www.jcu.edu.au/school/ 31 Prosiding Gelar Teknologi Cendana tropbiol/srn/Issues/SRN%20013.pdf Diakses tanggal 13 Desember 2006. Weber, 1997. Santalum aquminatum. Available at: http://farrer.riv.csu. edu.au/ASGAP/APOL7/sep97-1.html diakses tanggal 7 Desember 2006. Whitmore, T. C. 1972. Santalaceae. In T. C. Whitmore. Tree Flora of Malaya. A Manual for Foresters. Volume Two. Kuala Lumpur: Longman Malaysia SDN. BERHAD. Pp. 341. Wiecek, B. 2006. New South Wales Flora Online Santalum murrayanum. http://plantnet.rbgsyd.nsw.gov.au/cgibin/NSWfl. pl?page=nswfl&lvl=sp&name=Santalum~murrayanum diakses tanggal 13 Desember 2006. Wrigley, J. 2006. Australian Plants Online. Santalum A Fascinating Genus. http://farrer.csu.edu.au/ASGAP/APOL31/sep03-3.html diakses tanggal 13 Desember 2006. Yusuf, R. 1999. Santalum album L. In: L. P. A. Oyen and Nguyan Xuan Dung (Eds.). Plant Resources of South Asia No. 19 Essential-Oil Plants. Backhyus Publishers, Leiden. Pp. 161-165. 32