1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penggunaan bahan tanaman obat dan produk-produk alam yang termasuk
dalam golongan obat tradisional telah banyak digunakan selama berabad-abad di
berbagai belahan dunia (Ying, 2002). Salah satu tanaman yang memberikan andil
cukup besar bagi masyarakat dalam pengobatan tradisional adalah tanaman pare
(Momordica charantia L.). Selain kandungan gizinya yang tinggi, tanaman pare
juga mengandung khasiat sebagai obat sehingga sering digunakan sebagai
tanaman obat (Subahar, 2004). Salah satu bagian tanaman pare yang telah diteliti
manfaat obatnya yaitu bagian buahnya.
Di India, seluruh bagian tanaman pare dipakai sebagai obat, mulai dari
akar, daun dan bijinya. Sedangkan di Indonesia secara turun temurun tanaman
pare banyak dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit seperti diabetes,
luka dan penyakit infeksi lainnya. Tanaman pare juga dimanfaatkan sebagai anti
virus, mengobati penyakit hepatitis, demam, dan campak (Subahar, 2004). Selain
itu juga berdasarkan penelitian mengenai buah pare yang menunjukkan bahwa
pemberian jus buah pare terhadap tikus Sprague Dawley mampu menurunkan
berat jaringan adoposa viseral tikus (Chen et al., 2003). Berdasarkan penelitian
tersebut diduga mampu mengatasi permasalahan yang marak terjadi pada masa ini
yaitu terjadinya penimbunan lemak.
1
2
Permasalahan penimbunan lemak pada perut (lemak viseral) akhir-akhir
ini banyak terjadi pada wanita dan pria, khususnya yang memiliki pola hidup yang
kurang baik. Masalah ini sudah banyak terjadi terutama di Indonesia. Penimbunan
lemak viseral dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yaitu umur, jenis
kelamin dan tingkat energi dalam makanan (Prawirokusumo, 1993). Selain faktor
tersebut, penimbunan lemak terjadi karena jarangnya membiasakan berolahraga.
Penimbunan lemak di perut menjadi salah satu masalah bagi kesehatan,
dikarenakan lemak pada perut bukanlah lemak biasa pada umumnya, melainkan,
selain lebih aktif secara metabolisme juga pada letaknya yang tersimpan jauh
lebih dalam daripada lemak pada bagian lain yang langsung tersimpan di bawah
kulit. Lemak viseral atau lemak yang disimpan dalam rongga perut dianggap lebih
berbahaya karena berhubungan erat dengan berbagai resiko penyakit/keadaan
terkait
metabolisme
seperti
resistensi
insulin,
diabetes
dan
penyakit
kardiovaskuler sesuai dengan banyak hasil penelitian epidemiologis (Aminuddin,
2010).
Lemak viseral merupakan sumber asam lemak bebas yang langsung
menuju hati melalui vena porta. Hati merupakan organ tubuh terbesar pada
manusia. Pada orang dewasa beratnya kira-kira mencapai 1,5 kg. Hati juga
memiliki peranan yang penting dalam proses pencernaan, berperan banyak dalam
reaksi kimiawi tubuh yang berbeda, berfungsi sebagai organ penyimpan, pusat
metabolisme lemak, pusat detoksifikasi zat-zat beracun, dan tempat memproduksi
cairan empedu (Kurnadi, 2002). Selain di hati, lemak dapat terakumulasi di
jaringan lain, seperti otot.
3
Otot merupakan salah satu tempat distribusi lemak. Apabila otot tidak
digunakan dengan semestinya, maka lemak akan bertumpuk di dalam jaringan
otot. Aktivitas gerak merupakan salah satu cara pembakaran lemak. Bila kita aktif
bergerak, maka diyakini dapat mengurangi lemak di perut ataupun di otot. Dengan
adanya gerak, akan menyebabkan otot bekerja, sehingga tidak akan terjadi
penumpukan lemak, dikarenakan rongga-rongga otot terpenuhi dan padat oleh
otot.
Penimbunan lemak, baik di perut, di hati maupun di otot dapat disebabkan
karena terjadinya proses penuaan. Penuaan adalah suatu proses menghilangnya
kemampuan
jaringan
untuk
memperbaiki
dan
mengganti
diri
serta
mempertahankan struktur dan fungsi normal. Jadi pada dasarnya, saat proses
penuaan akan terjadi perubahan-perubahan anatomis pada organ-organ tubuh,
termasuk perubahan anatomi pada sistem reproduksi (Tamtono dan PAK, 2009).
Salah satu ciri penuaan yaitu terjadinya penuaan pada sistem reproduksi.
Penuaan sistem reproduksi (ovarian aging) telah diteliti pada beberapa
spesies vertebrata. Seiring dengan penuaan sistem reproduksi, juga terjadi proses
penuaan yang disebabkan penurunan fungsi Hipotalamus Pituitari Gonad-axis
(Wu et al., 2005) yang menimbulkan ketidakteraturan siklus estrus. Tikus
percobaan mengalami penurunan fungsi ovari pada usia antara 6-18 bulan yang
ditandai dengan kadar estrogen yang rendah. Penurunan fungsi sistem reproduksi
berhubungan dengan peningkatan jumlah lemak (obesitas) dan sejumlah penyakitpenyakit metabolik (Aleshire et al., 2009).
4
Sebagaimana diketahui bahwa masalah yang terjadi menjelang dan saat
usia paruh baya seperti penyakit degeneratif menjadi perhatian yang khusus bagi
yang mengalaminya. Oleh karena itu harus ada tindakan untuk menangani hal
tersebut. Seperti pencegahan bahkan pengobatan dengan asupan/suplemen yang
memiliki khasiat serta efek samping yang sangat kecil dibandingkan dengan obat
kimiawi.
Dengan adanya informasi mengenai berbagai manfaat dan pengaruh
pemberian pare dan juga berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan
kajian lebih lanjut mengenai peranan bahan alami dari buah pare sebagai fitosterol
dalam peranannya mengatasi kelebihan lemak viseral, berat hati dan pengaruhnya
terhadap berat otot femur pada mencit betina usia middle-aged (10 bulan).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah “bagaimanakah pengaruh
pemberian ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) terhadap berat lemak
viseral, berat otot femur dan berat hati mencit betina middle-aged galur Swiss
Webster?
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas dapat diuraikan mengenai pertanyan
penelitian, sebagai berikut:
a. Pada konsentrasi berapakah ekstrak buah pare dapat mempengaruhi berat
badan mencit?
5
b. Pada konsentrasi berapakah ekstrak buah pare dapat mempengaruhi berat
lemak viseral mencit?
c. Pada konsentrasi berapakah ekstrak buah pare dapat mempengaruhi berat otot
femur dan berat hati mencit?
D. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Ekstrak yang digunakan yaitu bagian buah dari tanaman pare (Momordica
charantia L.) yaitu jenis pare gajih yang biasa dikonsumsi di pasaran.
b. Mencit yang digunakan adalah Mus musculus betina galur Swiss Webster
berumur 10 bulan.
c. Pakan yang diberikan selama masa pemeliharaan yaitu pakan dasar (pakan
no.CP551) yang dicampur dengan lemak sapi dengan perbandingan 7:3.
Penentuan perbandingan pakan tersebut mengacu pada literatur (Mulyadi,
2008)
d. Perlakuan yang diberikan yaitu dengan pemberian ekstrak buah pare pada dosis
0 %, 95 mg/BB, 190 mg/BB, 375 mg/BB, 750 mg/BB. Penentuan besarnya
dosis EBP tersebut mengacu pada beberapa literatur (Christian, 2007; Dixit,
1978 dan Sutyarso, 1995). Pemberian ekstrak buah pare pada mencit dilakukan
dengan cara oral atau gavage.
e. Parameter pada penelitian ini yaitu berat badan, berat lemak viseral, berat otot
femur dan berat hati mencit.
6
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang akan dilakukan yaitu mengetahui kadar berat
lemak viseral, otot femur dan berat hati mencit (Mus musculus) betina middleaged galur Swiss Webster, dengan pemberian ekstrak buah pare (Momordica
charantia L.).
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang dilakukan diharapkan dapat mengetahui pengaruh
buah pare, khususnya sebagai obat alternatif/obat tradisional dan sebagai makanan
preventif yang baik untuk kesehatan.
G. Asumsi Penelitian
1. Tikus percobaan mengalami penurunan fungsi ovari pada usia antara 6-18
bulan yang ditandai dengan kadar estrogen yang rendah (Aleshire et al.,
2009).
2. Ekstrak buah pare dapat mengurangi kadar trigliserida hati hamster
(Senanayake et al., 2004), kadar lemak di hati dan otot tikus (Chan et al., 2005
dan Chen & Li, 2005).
3. Jus buah pare dapat menurunkan berat jaringan adiposa viseral tikus (Chen et
al., 2003).
4. Ekstrak buah pare dapat digunakan untuk mengontrol berat badan (Chen,
2005 dan Huang, 2008).
7
H. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang diajukan adalah ektrak buah pare dapat mempengaruhi
berat lemak viseral, berat otot femur dan berat hati mencit betina usia 10 bulan.
Download