1. Korelasi merupakan suatu kegiatan dalam menghubungkan suatu titik dengan titik lain pada sebuah penampang, dengan asumsi bahwa titik-titik tersebut terletak pada suatu bidang perlapisan yang sama, dengan asumsi bidang perlapisan merupakan bidang kesamaan umur/waktu dan bidang ini dijadikan dasar penarikan garis korelasi. Kegiatan korelasi ini merupakan tahapan analisis setelah analisis log, baik kualitatif dan kuantitatif, kemudian berdasarkan hasil analisis log , dilakukan korelasi terhadap tiap sumur untuk mengetahui sebaran litologi serta struktur yang terdapat pada penampang tersebut. Korelasi merupakan tahapan analisis setelah analisa log, dengan mengetahui data beberapa sumur secara kualitatif saja, dapat dilakukan korelasi untuk mengetahui sebaran litologi dan atau stratigrafi serta struktur yang terdapat pada penampang (data log) tersebut. Korelasi adalah sebuah bagian fundamental dari stratigrafi, dan lebih lagi merupakan usaha dari stratigraphers dalam membuat unit stratigrafi yang formal yang mengarah pada penemuan praktis dan metode yang dapat dipercaya untuk korelasi unit ini dari suatu area dengan lainnya. Korelasi dapat dipandang sebagai suatu yang langsung (direct)(formal) ataupun tidak langsung (indirect) (informal). Korelasi langsung adalah korelasi yang tidak dapat dipungkiri secara fisik dan tegas. Pelacakan secara fisik dari kemenerusan unit stratigrafi adalah hanya metode yang tepat untuk menunjukkan persesuaian dari sebuah unit dalam suatu lokal dengan unit itu di lokal lain. Korelasi tidak langsung dapat menjadi tidak dipungkiri oleh metode numerik seperti contoh pembandingan secara visual dari instrumen well logs, rekaman pembalikan polaritas,atau kumpulan fosil; meskipun demikian, seperti pembandingan mempunyai perbedaan derajat reabilitas dan tidak pernah secara keseluruhan tegas (tidak meragukan). Syarat untuk dapat dilakukannya korelasi well logs antara lain adalah : 1. Deepest 2. Thickest 3. Sedikit gangguan struktur (unfaulted) Minimal ada 2 data well log pada daerah pengamatan 2. Fungsi korelasi silang menunjukan ketergantungan harga simpangan satu sinyal dengan harga simpangan sinyal lainnya pada kondisi pengukuran yang sama. Secara matematis korelasi silang dapat dituliskan sebagai berikut, Secara matematis Cross-Korelasi dituliskan sebagai: Dimana a dan b memiliki panjang N dengan (N>1). Jika panjang salah satu data tidak sama maka bagian yang kosong dari data yang pendek di-nol kan sampai panjangnya sama. m=1, ..., 2N-1. dan b* adalah conjugate dari b. 3. Auto correlation adalah korelasi sebuah vector terhadap diri sendiri.Korelasi sendiri adalah menghubungkan titik dengan titik lain pada penampang (data log), dimana titik tersebut terletak pada bidang perlapisan yang sama. Fungsi korelasi diri menunjukan seberapa cepat suatu sinyal acak berubah dalam waktu. Jika korelasi diri meluruh dengan cepat ke nol maka sinyal tersebut berubah-ubah dengan cepat dalam waktu. Dan suatu sinyal yang berubah-ubah dengan lambat akan mempunyai fungsi korelasi diri yang meluruh dengan lambat. Fungsi korelasi diri dihitung sebagai berikut 4. Secara umum konvolusi didefinisikan sebagai cara untuk mengkombinasikan dua buah deret angka yang menghasilkan deret angka yang ketiga. Didalam dunia seismik deret-deret angka tersebut adalah wavelet sumber gelombang, reflektivitas bumi dan rekaman seismik. Konvolusi dikawasan waktu (time domain) ekuivalen dengan perkalian dikawasan frekuensi dan sebaliknya konvolusi dikawasan frekuensi ekuivalen dengan perkalian dikawasan waktu. Secara matematis, konvolusi adalah integral yang mencerminkan jumlah lingkupan dari sebuah fungsi a yang digeser atas fungsi b sehingga menghasilkan fungsi c. Konvolusi dilambangkan dengan asterisk ( *). Sehingga, a*b = c berarti fungsi a dikonvolusikan dengan fungsi b menghasilkan fungsi c. Konvolusi dari dua fungsi a dan fungsi b dalan rentang terbatas [0, t] diberikan oleh: 5. Deconvolusi adalah proses pengolahan data seismik yang bertujuan untuk meningkatkan resolusi temporal (baca: vertikal) dengan cara mengkompres wavelet seismik. Deconvolusi umumnya dilakukan sebelum stacking akan tetapi dapat juga diterapkan setelah stacking. Selain meningkatkan resolusi vertikal, deconvolusi dapat mengurangi efek 'ringing' atau multiple yang mengganggu interpretasi data seismik. Deconvolusi dilakukan dengan melakukan konvolusi antara data seismik dengan sebuah filter yang dikenal dengan Wiener Filter . Filter Wiener diperoleh melalui permasaan matriks berikut: axb=c a adalah hasil autokorelasi wavelet input (wavelet input diperoleh dengan mengekstrak dari data seismik), b Filter Wiener dan c adalah kros korelasi antara wavelet input dengan output yang dikehendaki. Output yang dikehendaki terbagi menjadi beberapa jenis: 1. Zero lag spike (spiking deconvolution) 2. Spike pada lag tertentu. 3. time advanced form of input series (predictive deconvolution) 4. Zero phase wavelet 5. Wavelet dengan bentuk tertentu (Wiener Shaping Filters) Zero lag spike memiliki bentuk [1 , 0, 0, 0, ..., 0] yakni amplitudo bukan nol terletak para urutan pertama. Jika Output yang dikehendaki memiliki bentuk [0 , 0, 1, 0, ..., 0] maka disebut spike pada lag 2 (amplitudo bukan nol terletak para urutan ketiga) dan seterusnya. Dalam bentuk matrix, Persamaan Filter Wiener dituliskan sbb: dimana n adalah jumlah elemen. Matriks a diatas merupakan matriks dengan bentuk spesial yakni matriks Toeplitz, dimana solusi persamaan diatas secara efisien dapat dipecahkan dengan solusi Levinson. Dengan demikian operasi Deconvolusi jenis ini seringkali dikenal dengan Metoda Wiener-Levinson. Untuk memberikan kestabilan dalan komputasi numerik diperkenalkan sebuah Prewhitening (e) yakni dengan memberikan pembobotan dengan rentang 0 s.d 1 pada zero lag matriks a (sehingga elemen a0 matrix diatas menjadi a0(1+e). Sumber: Boggs, S. Jr. 1987. Principles of Sedimentary and Stratigraphy. Merril Publishing Company, Columbus. http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/317/jbptunikompp-gdl-sulaemanni-15816-3-09_babi-..pdf http://wingmanarrows.wordpress.com/2012/05/15/korelasi-stratigrafi-disarikan-dari-samboggs-jr-1995-principles-of-sedimentology-and-stratigraphy-edisi-2-englewood-cliffsprentice-hall-hlm-519-529-561-580-581-613-625-650-666/