BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebijakan moneter dan kebijakan fiskal memiliki peran utama dalam
mempertahankan stabilitas makroekonomi di negara berkembang. Namun, dua
kebijakan tersebut menjadi perdebatan di antara kaum Keynesian dan Monetaris.
Monetaris berpendapat bahwa inflasi merupakan fenomena moneter. Artinya,
inflasi timbul sebagai akibat pertambahan jumlah uang beredar, sedangkan
menurut Keynesian, inflasi disebabkan oleh pengeluaran agregat yang melebihi
penerimaan agregat sehingga terjadi defisit anggaran dimana defisit anggaran
tersebut mendorong bank sentral untuk meningkatkan jumlah uang beredar
(Nopirin, 1987: 90-91). Menurut Ajisafe dan Folorunsho tahun 2002, kedua
kebijakan tersebut menunjukkan keberhasilan dengan memberikan pengaruh yang
besar terhadap kegiatan ekonomi di beberapa negara (lihat Abata dkk., 2012).
Kebijakan fiskal merupakan kebijakan pemerintah untuk mengatur semua
pengeluaran pemerintah dan penerimaan pajak (Mankiw, 2007: 787). Menurut
Hubbard dkk. (2012: 414), selain pengeluaran pemerintah atau belanja barang dan
jasa serta penerimaan pajak, kebijakan fiskal mencakup transfer payment untuk
mencapai tujuan kebijakan makroekonomi. Dalam jangka panjang, kebijakan
fiskal mempengaruhi tabungan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi sedangkan
dalam jangka pendek, kebijakan fiskal memiliki pengaruh besar
terhadap
permintaan agregat barang dan jasa (Mankiw, 2007: 787).
1
Menurut Bank Indonesia (2004: 62), kebijakan moneter merupakan
kebijakan bank sentral atau otoritas moneter dalam bentuk pengendalian besaran
moneter dan atau suku bunga untuk mencapai perkembangan kegiatan
perekonomian yang diinginkan. 1 Dalam praktek, perkembangan kegiatan
perekonomian yang diinginkan tersebut adalah terjaganya stabilitas ekonomi
makro yang antara lain dicerminkan oleh stabilitas harga (rendahnya laju inflasi),
membaiknya perkembangan output riil (pertumbuhan ekonomi), serta cukup
luasnya lapangan perkerjaan atau kesempatan kerja yang diinginkan.
Bank Indonesia mempunyai kekuasaan penuh di dalam menetapkan atau
mengatur jumlah uang beredar dalam perekonomian karena mempunyai tujuan
yang terpisah (inflation targeting) dengan asumsi perekonomian menerapkan fixed
exchange rate system. Di sisi lain, dalam floating exchange rate system, kebijakan
fiskal akan mempengaruhi kurs rupiah yang pada gilirannya akan mempengaruhi
jumlah uang beredar. Djojosubroto tahun 2004 mengemukakan bahwa koordinasi
antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter tetap diperlukan walaupun detail
koordinasi tersebut akan berubah tergantung perkembangan ekonomi dan pasar
uang atau pasar modal (lihat Subiyantoro dan Riphat, 2004).
Hubungan antara defisit anggaran dengan variabel ekonomi makro antara
lain jumlah uang beredar, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi sering menjadi
perdebatan dalam literatur ekonomi. Chimobi dan Igwe (2010) melakukan
penelitian tentang hubungan antara defisit anggaran, jumlah uang beredar, dan
inflasi. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa inflasi dan defisit anggaran
1
Dalam hal ini, besaran moneter (monetary aggregates) antara lain dapat berupa uang beredar,
uang primer, atau kredit perbankan.
2
memiliki hubungan kausalitas dua arah sedangkan hubungan kausalitas satu arah
terjadi dari jumlah uang beredar ke inflasi dan dari jumlah uang beredar ke defisit
anggaran. Tabi dan Ondoa (2011) menganalisis hubungan antara pertumbuhan
ekonomi, inflasi, dan jumlah beredar di Cameroon untuk periode 1960-2007.
Hasil VAR menunjukkan bahwa peningkatan jumlah uang beredar meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi menyebabkan inflasi, dimana
peningkatan pada jumlah uang beredar tanpa pertumbuhan ekonomi tidak selalu
menimbulkan inflasi.
Perkembangan pertumbuhan jumlah uang beredar riil, inflasi, keseimbangan
(defisit) anggaran 2, dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia ditunjukkan oleh
Gambar 1.1.
2
Setelah reformasi, kebijakan anggaran di Indonesia adalah kebijakan defisit anggaran.
Walaupun secara tahunan memang menunjukkan bahwa terjadi defisit anggaran, namun secara
kuartalan pernah mengalami beberapa kali surplus anggaran selama periode penelitian. Dalam
penelitian ini menggunakan istilah keseimbangan (defisit) anggaran karena penelitian ini lebih
memberatkan defisit anggaran, namun juga tidak bisa mengabaikan bahwa terdapat surplus
anggaran.
3
Gambar 1.1 Jumlah Uang Beredar Riil, Keseimbangan (Defisit) Anggaran,
Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2000:1-2012:4
20
15
Jumlah Uang Beredar
Riil (%PDB Riil)
5
Inflasi (%)
0
Pertumbuhan Ekonomi
(%)
-5
2000 Q1
2001 Q1
2002 Q1
2003 Q1
2004 Q1
2005 Q1
2006 Q1
2007 Q1
2008 Q1
2009 Q1
2010 Q1
2011 Q1
2012 Q1
Persen (%)
10
-10
-15
Keseimbangan (Defisit)
Anggaran (%PDB)
Periode
Sumber: International Finacial Statistics (2013), diolah
Inflasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami fluktuasi selama
periode penelitian, sedangkan persentase jumlah uang beredar riil terhadap PDB
riil memiliki tren yang cenderung tidak banyak mengalami perubahan. Kebijakan
anggaran defisit yang dibiayai dengan pinjaman dalam dan luar negeri sejak tahun
2000, dalam kenyataannya dalam beberapa periode selama periode penelitian
tercatat adanya anggaran surplus.
Tren antara persentase jumlah uang beredar terhadap PDB dengan
persentase jumlah uang beredar riil terhadap PDB riil ditunjukkan oleh Gambar
1.2. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat bahwa persentase jumlah uang beredar,
baik nominal maupun riil, terhadap PDB memiliki tren yang sejalan.
4
0.9
45
0.8
40
0.7
35
0.6
30
0.5
25
0.4
20
0.3
15
10
0.2
5
0.1
0
0
Jumlah Uang Beredar Riil (%PDB Riil)
50
2000 Q1
2001 Q1
2002 Q1
2003 Q1
2004 Q1
2005 Q1
2006 Q1
2007 Q1
2008 Q1
2009 Q1
2010 Q1
2011 Q1
2012 Q1
Jumlah Uang Beredar (%PDB)
Gambar 1.2 Jumlah Uang Beredar Indonesia, 2000:1-2012:4
Jumlah Uang Beredar (%PDB)
Jumlah Uang Beredar Riil (%PDB Riil)
Sumber: International Finacial Statistics (2013), diolah
Hingga saat ini, penelitian empiris mengenai defisit anggaran pemerintah
dan dampaknya terhadap variabel makroekonomi banyak dilakukan di negaranegara maju terutama di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat (Nelson
dan Singh, 1994). Selain itu, belum banyak penelitian yang menggunakan variabel
jumlah uang beredar riil untuk mengetahui kondisi perekonomian suatu negara.
Penelitian yang dilakukan oleh Arintoko (2011) telah menunjukkan bahwa untuk
kasus Indonesia, netralitas uang, yaitu jumlah uang beredar nominal terhadap
output riil tidak terbukti. Berdasarkan hal tersebut, hubungan antara keseimbangan
(defisit) anggaran dan inflasi, jumlah uang beredar riil serta dan pertumbuhan
ekonomi di Indonesia menjadi menarik untuk diamati.
5
1.2 Rumusan Masalah
Melihat bahwa defisit anggaran merupakan komponen pembiayaan yang
masih sulit dihilangkan, maka kausalitas antara defisit anggaran dan indikator
perekonomian Indonesia, yaitu jumlah uang beredar, inflasi, dan pertumbuhan
ekonomi, menjadi penting untuk diteliti. Karena belum banyak literatur yang
menggunakan variabel jumlah uang beredar riil, maka penelitian ini mencoba
memasukkan variabel tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini menjadikan
keseimbangan (defisit) anggaran, inflasi, jumlah uang beredar riil, dan
pertumbuhan ekonomi sebagai masalah yang akan dikaji.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan latar belakang yang telah diuaraikan
sebelumnya, pertanyaan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut.
1. Apakah terdapat kausalitas antara keseimbangan (defisit) anggaran dan
inflasi, jumlah uang beredar riil serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia
berdasarkan alat analisis structural vector autoregression (SVAR)?
2. Bagaimana respon suatu variabel jika terdapat kejutan pada variabel
penelitian lain, meliputi keseimbangan (defisit) anggaran dan inflasi,
jumlah uang beredar riil serta pertumbuhan ekonomi berdasarkan analisis
impulse response function (IRF)?
3. Bagaimana kontribusi suatu variabel, baik terhadap variabel itu sendiri
maupun variabel lain, meliputi keseimbangan (defisit) anggaran, inflasi,
6
jumlah uang beredar riil, dan pertumbuhan ekonomi berdasarkan analisis
variance decomposition?
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengkaji kausalitas antara keseimbangan (defisit) anggaran dan inflasi,
jumlah uang beredar riil serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia
menggunakan alat anlaisis structural vector autoregression (SVAR).
2. Menganalisis respon variabel penelitian atas kejutan variabel penelitian
lain, meliputi keseimbangan (defisit) anggaran dan inflasi, jumlah uang
beredar riil serta pertumbuhan ekonomi menggunakan analisis impulse
response function (IRF).
3. Menganalisis kontribusi variabel penelitian, baik terhadap variabel itu
sendiri maupun variabel penelitian lain, meliputi keseimbangan (defisit)
anggaran, inflasi, jumlah uang beredar riil, dan pertumbuhan ekonomi
menggunakan analisis variance decomposition.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan pemerintah dalam upaya menjaga
kestabilan perekonomian dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
otoritas fiskal dan moneter.
7
Download