PENANGGULANGAN PENYAKIT TUBERCULOSIS DI INDONESIA Muh. Nasrum Massi Departemen Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar I . Pendahuluan II . Diagnosis penyakit TB P e n y a k i t t u b e rc u l o s i s a t a u d i s i n g k a t T B Diagnosis penyakit TB didasarkan pada gejala klinis adalah penyakit yang disebabkan oleh kuman dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan Mycobacteria khususnya Mycobacterium radiologik dan pemeriksaan laboratorium. Gejala tuberculosis (MTB). Penyakit ini paling sering klinik untuk tiap orang akan berbeda karena menyerang organ paru-paru manusia sehingga tergantung pada jumlah kuman yang menginfeksi, kadang disebut TB Paru. Penyakit ini sudah lama konsentrasi di udara, daya tahan tubuh seseorang, ada dan sulit untuk dibasmi karena disamping virulensi kuman dan lamanya keterpaparan kumannya memang sangat kuat struktur dinding serta faktor genetik juga sedikit menentukan. selnya, sehingga sulit dimatikan dengan satu Pemeriksaan radiologik diperlukan untuk macam antibiotik, juga karena kuman ini ditularkan membantu diagnosis karena gambaran radiologik lewat udara sehingga sangat mudah menyebar TB sangat khas dimana ada gambaran bercak, 1 atau berpindah ke orang lain di sekitar penderita . berawan dan kavitasi terutama di bagian apex Infeksi TB pada umumnya tak bergejala paru dalam bentuk perselubungan. Pemeriksaan atau asymptomatic namun keadaan ini dapat penunjang laboratorium sangat banyak; mulai bermanivestasi dan bergejala apabila orang yang dari mikrobiologi, patologi dan hematologi, terpapar kuman TB dari penderita TB aktif adalah namun mikrobiologi menjadi standar baku emas sedang menderita penyakit yang menurunkan karena dengan pemeriksaan mikrobiologi kuman daya tahan tubuhnya (seperti HIV, dll), atau karena MTB dapat ditumbuhkan dan dilihat secara kasat jumlah kuman yang masuk ke dalam tubuhnya mata dengan pemeriksaan mikroskopis di bawah di atas ambang batas infeksi dan mungkin pula mikroskop dan pemeriksaan kultur mikrobiologi, disebabkan oleh karena kuman yang menginfeksi dimana kuman TB diberi makanan, dalam media bersifat sangat tinggi virulensinya. partumbuhan dan diisolasi dalam temperatur Gejala khas dari penyakit TB ini adalah batuk yang yang kuman inginkan dan dengan kelembaban sudah berlangsung lebih dari 3 minggu, kadang yang sesuai sehingga kuman TB dapat tumbuh di ada darah di dalam dahaknya, terasa demam walau media tersebut dan dalam bentuk isolat yang dapat tidak terlalu tinggi, berkeringat pada malam hari dilihat koloninya, kemudian diidentifikasi dengan dan berat badan menurun disertai nafsu makan pemeriksaan tes-tes biokimia dimana sifat kuman juga menurun dan kadang disertai dengan diare. TB diuji terhadap proses metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Sedangkan pemeriksaan untuk PENANGGULANGAN PENYAKIT TUBERCULOSIS DI INDONESIA 1 pasien TB laten atau asymptomatik diperlukan tumbuh pada pasien dengan HIV dan AIDS; pemeriksaan tes tuberculin dan tes hematologi, penyakit paru-paru yang lama juga menjadi faktor serologi dan pemeriksaan biologi molekuler yaitu resiko penting terjadinya penyakit TB ini; Silikosis pemeriksaan PCR (polymerase Chain Reaction) 2 dapat meningkatkan resiko terjadinya TB demikian Kuman MTB dapat diidentifikasi dengan juga dengan orang yang sering merokok juga menggunakan teknik zat warna Zielh-Neelsen meningkatkan resiko menjadi TB dibanding orang (merah terang pada bakteri BTA/Basil Tahan Asam, yang tak merokok; orang dengan penyakit tertentu bila diletakkan pada latar biru) dan teknik auramin- seperti DM, kecanduan alcohol dan obat serta rhodamin lalu dilihat dengan mikroskop fluoresen. pemakai obat obat tertentu seperti kortikosteroid dan monoklonal antibodi juga sangat rentang III . Kuman Mycobacteria yang menginfeksi paru-paru Kuman MTB demikian juga Mycobacteria lainnya terhadap penyakit TB; faktor genetik juga dapat berpengaruh walau perannya masih perlu diteliti lagi lebih jauh 4,5,6. seperti M. africanum, M. canetti, M. microti dan M. bovis juga menjadi penyebab penyakit TB, namun V . Patomekanisme penyakit TB yang paling pathogen adalah MTB sedangkan Kuman TB masuk kedalam tubuh secara aerosol yang lainnya biasanya ditemukan di daerah local ke dalam system pernapasan seseorang hingga seperti di Afrika. Selain Mycobacteria di atas ada mencapai alveoli paru. Kuman ini dapat menginvasi Mycobacteria lain yang bersifat pathogen namun ke dalam mucosa alveoli dan berkembang biak tak menyebabkan penyakit TB yaitu M leprae, namun system pertahanan tubuh kita dapat M. avium dan M. kansasii. Kedua Mycobacteria mengisolir infeksi ini dengan bantuan makrofag, dll yang terakhir ini disebut juga “non tuberculosis sehingga terjadi local primer infeksi yang dikenal mycobacteria” (NTM), tidak menyebabkan lepra dengan Ghon focus. Kuman TB ini kemudian dapat dan TB namun menyebabkan penyakit pada paru- menyebar melalui system limfatik (lymfogen) dan 3 paru yang mirip gejalanya dengan TB paru . system pembuluh darah (hematogen) kita sehingga dapat menyebar ke bagian tubuh yang lainnya IV . Faktor resiko penyakit TB seperti nodus limfa perifer, ginjal, hati, tulang dan Beberapa faktor resiko dimana seseorang dapat otak serta beberapa organ lain dalam tubuh kita 7,8. dengan mudah terinfeksi kuman MTB adalah Infeksi pada jaringan paru ini dapat terus tinggal di daeah dengan jumlah penduduk yang berlangsung namun kerusakan dan nekrosis ini padat sehingga proses penyebaran kuman dapat juga disertai dengan kecepatan penyembuhan dan dengan mudah terjadi antara penderita TB aktif fibrosis. Jaringan yang rusak berubah jadi jaringan dengan orang sehat di sekitarnya; faktor gizi juga parut dan berlubang yang kemudian dapat terisi sangat menentukan karena gizi yang jelek akan oleh bahan nekrotik kaseosa. Bahan ini dapat menurunkan daya tahan tubuh seseorang sehingga masuk ke bronchus dan dapat dikeluarkan waktu apabila terpapar kuman TB maka akan sangat dibatukkan. Bahan ini mengandung bakteri hidup riskan terjadi perkembangbiakan kuman dalam yang dapat menyebarkan infeksi ke orang lain di tubuhnya sehingga bermanivestasi jadi penderita sekitarnya 9,10. TB; menderita HIV sehingga system pertahanan tubuhnya terganggu yang memungkinkan kuman VI . Prinsip penanggulangan TB lain dapat tumbuh dengan cepat dan menyebabkan Penanganan penyakit TB perlu kerja sama penyakit, kuman TB sepertinya sangat mudah lintas sektoral karena kuman MTB sangat mudah 2 PENANGGULANGAN PENYAKIT TUBERCULOSIS DI INDONESIA ditularkan ke orang banyak. Oleh karena itu RIF dan INH untuk 4 bulan selanjutnya. Apabila prinsip penanggulangan adalah mencari sumber resistensi terhadap INH tinggi, ethambutol dapat infeksi yaitu penderita TB aktif kemudian diberi ditambahkan untuk 4 bulan terakhir sebagai pengobatan yang adekuat sesuai rekomendasi alternatif. WHO. Penderita diisolasi dalam ruangan Pada kasus kambuh atau berulang penyakit bertekanan negative sehingga tak menularkan TB maka harus dilakukan uji resistensi untuk ke orang lain. Lakukan tindakan pencegahan menentukan jenis obat anti tuberculosis yang masih keterpaparan dengan memberikan penyuluhan sensitive dan pemberian obat ditingkatkan mejadi kepada masyarakat tentang penyakit TB serta pengobatan selama 8-24 bulan. Sedangkan bila penyuluhan kebersihan lingkungan terutama sudah resisten terhadap satu atau lebih obat anti rumah-rumah dengan ventilasi yang baik serta tuberculosis terutama RIF maka pengobatannya penyuluhan tentang gizi yng sehat sehingga daya akan semakin lama dan mahal serta berefek tahan tubuh baik terhadap penyakit TB. Melakukan samping serta tingkat kesembuhannya semakin skrining terhadap orang-orang yang kontak sulit. dengan penderita TB aktif dan lakukan penegakan Proses infeksi TB menjadi penyakit TB dapat diagnosis yang tepat dengan fasilitas laboratorium terjadi bila kuman basil tahan asam yang ada dapat yang dapat dipercaya dengan standar international mengalahkan system pertahanan tubuh seseorang terakreditasi. dan mulai memperbanyak diri. Kuman yang Tindakan pencegahan dapat dilakukan dengan dorman ini menghasilkan tuberkulosis aktif pada pemberian vaksinasi BCG, masih efektif namun 5–10% dari kasus laten ini, dan pada umumnya menyebabkan tes tuberkulin kadang menjadi baru akan muncul bertahun-tahun setelah positif palsu sehingga sulit dalam penyaringan infeksi13,14,15. penyakit TB. Juga sangat penting sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya penyakit TB sehingga mereka dapat mempersiapkan diri seperti berobat sedini mungkin bila ada tanda dan gejala penyakit TB 11,12 . VIII . Referensi 1. Niemann S et al. Mycobacterium africanum subtype II is associated with two distinct genotypes and is a major cause of human tuberculosis in Kampala, Uganda. J VII . Pananganan penyakit TB Clin Microbiol 2002;40 (9): 3398-3405. Penanganan penyakit TB perlu perhatian khusus 2. Diagnostics for tuberculosis:global demand and karena bila tak ditangani secara komprehensif market potential. Geneva:World Health Organization/ maka kemungkinan terjadi peningkatan kasus UNDP/World Bank Special Programme for Research resistensi obat anti tuberculosis akan sangat tinggi. in Tropical Diseases (TDR) and the Foundation for Untuk kasus baru penyakit TB, maka kombinasi Innovative New Diagnostics(FIND);2006, 36. pemberian antibiotik selama 6 bulan perlu 3. Niobe-Eyangoh SN et al. Genetic biodiversity of mendapat perhatian khusus terutama keteraturan Mycobacterium tuberculosis complex strains from dalam meminumnya. Diperlukan orang lain patients with pulmonary tuberculosis in Cameroon. J yang dekat dengan penderita TB untuk selalu Clin Microbiol;2003, 41 (6): 2547-2553. mengingatkan dan mengontrol pasien TB untuk 4. World Health Organization. Global tuberculosis selalu minum obatnya. Obat anti tuberculosis control–surveillance, planning, financing WHO Report Rifampicin (RIF), Isoniasid (INH), pyrazinamide, dan 2006;2006. ethambutol untuk 2 bulan awal terapi, dan hanya 5. Restrepo BI. Convergence of the tuberculosis and PENANGGULANGAN PENYAKIT TUBERCULOSIS DI INDONESIA 3 diabetes epidemics: renewal of old acquaintances. Clinical infectious diseases:an official publication of the Infectious Diseases Society of America;2007, 45 (4): 436-438. 6. Möller M et al. Current findings, challenges and 10. Harries A. TB/HIV a Clinical Manual. (ed. 2nd). Geneva: World Health Organization; 2005, 75. 11. Menzies D et al. Recent developments in treatment of latent tuberculosis infection. The Indian Journal of Medical Research 2011;133: 257-266. novel approaches in human genetic susceptibility to 12. Arch G III Mainous. Management of Antimicrobials tuberculosis. Tuberculosis (Edinburgh, Scotland) ;2010, in Infectious Diseases: Impact of Antibiotic Resistance. 90 (2): 71-83. Louisville, Kentucky;Humana Pr. ; 2010, 69. 7. Houben E et al. Interaction of pathogenic 13. Herrmann J et al. Dendritic cells and Mycobacterium mycobacteria with the host immune system. Curr Opin tuberculosis: which is the Trojan horse? Pathol Biol Microbiol;2006, 9 (1): 76-85. (Paris) 2005;53 (1): 35-40. 8. Herrmann J et al. Dendritic cells and Mycobacterium 14. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). tuberculosis: which is the Trojan horse? Pathol Biol Emergence of Mycobacterium tuberculosis with (Paris) ;2005, 53 (1): 35-40. extensive resistance to second-line drugs—worldwide, 9. Grosset J. Mycobacterium tuberculosis in the extracellular compartment: an underestimated adversary. Antimicrob Agents Chemother;2003, 47 (3): 833-836. 4 PENANGGULANGAN PENYAKIT TUBERCULOSIS DI INDONESIA 2000–2004. MMWR Morb Mortal Wkly Rep2006;55 (11): 301-305.