EFEKTIFITAS HASIL PEREKAMAN EKG DENGAN MENGGUNAKAN KONDUKTOR JELI DAN AIR PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) DI RUANG INTENSIVE CARDIO VASCULAR CARE UNIT (ICVCU) RSUD DR. MOEWARDI Idris Yani, Basuki, Siti Fatonah Email : [email protected] Latar Belakang: Penyakit jantung merupakan salah satu penyebab kematian nomor satu di dunia. Penyakit ini bukan hanya menjadi masalah di negara maju, tetapi juga di negara berkembang seperti di Indonesia. Pada kegiatan perekaman EKG, konduktor yang sering digunakan adalah jeli khusus yang diletakkan diantara permukaan kulit dan elektrode. Fungsi jeli sebagai konduktor untuk meningkatkan konduksi listrik antara kulit dan elektrode. Pemberian jeli juga dapat menurunkan resistensi antara elektrode dan kulit sehingga diperoleh gambaran EKG yang jelas. Air murni dalam keadaan normal merupakan konduktor yang buruk. Akan tetapi bila air ditambahkan elektrolit, maka akan menjadi konduktor yang baik. Dengan demikian penggunaan air ledeng sebagai konduktor yang lebih murah dan praktis dibandingkan jeli dapat dicoba untuk digunakan, namun efektifitas penggunaan air ledeng menggantikan jeli sebagai konduktor masih memerlukan suatu penelitian. Tujuan: Mengetahui efektifitas hasil perekaman EKG dengan menggunakan konduktor jeli dan air pada pasien Penyakit Jantung Koroner (PJK) di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD dr. Moewardi. Metode: Desain penelitian pada penelitian ini menggunakan pra eksperimen (pra-experiment design) dengan pendekatan perbandingan kelompok statis (static group comparison). Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien penyakit jantung koroner yang menjalani perawatan di Ruang ICVCU RSUD dr.Moewardi selama rentang waktu penelitian pada bulan Maret – Mei 2013. Penetapan jumlah sample pada penelitian ini diambil secara Quota Sampling dengan jumlah sampel yang ditetapkan sebanyak 60 orang, dimana 30 orang mendapat perlakuan dengan menggunakan konduktor air, dan 30 orang yang lain mendapatkan perlakuan dengan konduktor jeli. Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square. Hasil: Dari 30 responden dengan penyadapan EKG menggunakan konduktor jeli, sejumlah 6 orang responden (20%) terdapat artifak pada hasil sadapannya, dimana dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil responden yang terdapat artifak (rentang 1 – 25%). Dari 30 responden dengan penyadapan EKG menggunakan air, sejumlah 7 orang responden (23,3%) terdapat artifak pada hasil sadapannya, dimana dapat diartikan bahwa hanya sebagian kecil responden yang terdapat artifak (rentang 1 – 25%). Dari total 60 responden, dapat diketahui bahwa output nilai Chi Square hitung kedua variabel adalah sebesar 0,098 lebih kecil dari nilai Chi Square tabel sebesar 79,08 (0,098 < 79,08 dengan df = 60), dimana P hitung sebesar 0,754 lebih besar dari signifikansi sebesar 0,05 (0,754 > 0,05). Dengan demikian Ha ditolak. Simpulan: hasil perekaman EKG dengan menggunakan konduktor jeli cenderung tidak lebih efektif dibandingkan dengan penggunaan konduktor air dilihat dari ada dan tidak adanya artifak pada pasien penyakit jantung koroner (PJK) di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD dr. Moewardi. Kata Kunci: EKG, konduktor jeli, konduktor air, artifak Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 41 PENDAHULUAN maju peningkatannya lebih rendah yaitu Latar Belakang 48% pada laki-laki dan 29% pada wanita. Penyakit jantung merupakan salah Di tahun 2020 diperkirakan penyakit satu penyebab kematian nomor satu di kardiovaskuler dunia. Penyakit ini bukan hanya menjadi kematian 25 orang setiap tahunnya. Oleh masalah di negara maju, tetapi juga di karena itu, penyakit jantung koroner negara berkembang seperti di Indonesia. menjadi penyebab kematian dan kecaca- Menurut estimasi para ahli di World tan nomor satu di dunia (Soeharto, 2004). Health Organization (WHO), setiap tahun Di menjadi penyebab Indonesia penyakit sekitar 50% penduduk dunia meninggal kardiovaskuler akibat penyakit jantung dan pembuluh pertama sebagai penyebab kematian di darah (cardiovascular). Salah satu Indonesia. menempati Survei urutan kesehatan rumah penyakit pada sistem cardiovascular yang tangga yang dilakukan secara berkala sering terjadi dikenal sebagai Penyakit oleh Jantung Koroner (PJK). PJK adalah salah menunjukkan satu yang kardiovaskuler memberikan kontribusi disebabkan oleh kelainan pada arteri sebesar 19,8% dari seluruh penyebab koronaria. Sebagian kematian pada tahun 1998 (Perki, 2004). jenis penyakit jantung besar (± 98%) Depertemen Kesehatan bahwa penyakit disebabkan oleh arterosklerosis pada Indonesia saat ini menghadapi arteria koronaria, sedangkan penyebab masalah kesehatan yang kompleks dan lain hanya sekitar 2% (Adipranoto, 2006). beragam. Tentu saja mulai dari infeksi World klasik dan modern, penyakit degeneratif Berdasarkan laporan Health Statistic 2008, tercatat 17,1 juta serta orang meninggal di dunia akibat penyakit menjadikan Indonesia saat ini yang jantung koroner dan diperkirakan angka menghadapi ini akan meningkat terus hingga 2030 Namun menjadi 23,4 juta kematian di dunia kematian terbesar adalah akibat penyakit (Soeharto, 2004). Di negara berkembang jantung dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian kematian akibat penyakit jantung koroner mencapai 26%. Berdasarkan hasil Survei akan meningkat 137 % pada laki-laki dan Kesehatan 120% pada wanita, sedangkan di negara (SKRTN) angka kematian akibat PJK 42 penyakit psikososial yang tripple burden diseases. tetap saja koroner. di penyebab Tingginya Indonesia Rumah angka akibat Tangga angka PJK Nasional Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 cenderung mengalami peningkatan. Pada elektrode-elektrode yang diletakkan pada tahun 1996, angka kematian akibat PJK berbagai posisi di permukaan tubuh. adalah 16 %. kemudian di tahun 2006 Grafik yang tercatat melalui rekaman ini angka tersebut melonjak menjadi 26,4 %. disebut elektrokardiogram, biasa disingkat Angka kematian akibat PJK diperkirakan EKG. Pada penyakit jantung koroner mencapai 53,5 per 100.000 penduduk di secara rutin dilakukan perekaman EKG negara kita. Di Provinsi Jawa Tengah yaitu minimal satu kali perhari atau berdasarkan laporan dari Rumah Sakit, sewaktu-waktu bila didapatkan keluhan kasus tertinggi Penyakit Jantung Koroner atau adalah di Kota Semarang yaitu sebesar misalnya bila pasien tiba-tiba mengeluh 4.784 kasus (26,00%) dibanding dengan nyeri dada, maka harus segera dilakukan jumlah perekaman EKG ulang. (Karim, 2006). keseluruhan kasus Penyakit perubahan Jantung Koroner di kabupaten/ kota lain di Jawa Tengah (Melly, 2007). klinis Gelombang, pada pasien, segmen, dan komplek pada EKG dihasilkan oleh Jantung merupakan sebuah organ aktivitas listrik jantung, akan tetapi jika unik yang mampu memproduksi muatan terdapat gangguan defleksi yang lain listrik. Hal ini telah dibuktikan oleh Von maka disebut artifak. Penyebab artifak Kolliker (1855) melalui preparat yang adalah konduktor antara elektrode dan dikenal sebagai rheoscopic frog, yaitu kulit kurang baik, elektrode kering, kotor, bila saraf dari otot gastrocnemius katak ataupun lepas, pasien bergerak, tremor, direntangkan pada permukaan jantung mesin EKG rusak, kabel sadapan putus, yang ground listrik jelek (James, 2008). sedang berdenyut, maka otot tersebut itu akan ikut terkontraksi sesuai EKG merupakan diagnostik 2006). mengetahui kelainan seperti hipertropi merupakan sebuah penting bantu dengan irama denyut jantung (Karim, Tubuh yang alat untuk atrium dan ventrikel, iskemia/ infark konduktor yang baik, maka impuls listrik miokard, yang dibentuk oleh jantung dapat menjalar pengobatan terutama digitalis dan anti ke seluruh tubuh sehingga potensial arus aritmia, kelainan bioelektrik yang dipancarkan oleh jantung menilai fungsi dapat perawat diukur electrocardiograf dengan (ECG) mesin melalui pericarditis, dalam efek EKG pacu hal beberapa serta untuk jantung. Peran ini adalah melaksanakan tindakan perekaman EKG Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 43 dan menginterpretasikan hasil EKG yang 17 selanjutnya kita kolaborasikan dengan tim pada air paling sedikit 1000 kali lebih medis untuk mendapatkan advis dalam besar daripada cairan non metalik pada pemberian terapi pasien. suhu ruangan (Gabriel, 2002). Jeli jeli Data pasien yang dirawat di ruang khusus yang biasa digunakan untuk Intensive Cardio Vascular Care Unit perekaman EKG. Jeli elektrode berisi (ICVCU) RSUD Dr. Moewardi pada hydroxyethylcellulose, keseimbangan pH periode Januari - Desember 2012, dari dan tidak menyebabkan iritasi pada kulit. total kasus didapatkan prosestase Penyakit Hydroxyethylcellulose adalah jeli yang Jantung Koroner (PJK) sebesar 46,8%, Hydroxyethyl- pasien aritmia 46%, pasien hipertensi cellulose dapat menyebabkan retensi air 12,6%, pasien cardiomyopati 10%, pasien dan adhesi.Selain itu jeli elektrode juga edema mengandung salin untuk meningkatkan decompensasi cordis 5,7%, dan pasien konduktivitas listrik. Namun penggunaan penyakit jantung reumatik sebesar 3,9% konduktor EKG yg berupa jeli ini juga dari total kasus (Data Rekam Medis mempunyai ICVCU RSDM, 2012). berasal elektrode dari selulosa. beberapa merupakan /ohm — cm dan konduktivitas listrik kekurangan, paru akut 6,7%, pasien diantaranya adalah jeli bersifat lengket, Berdasarkan studi pendahuluan sehingga elektroda menjadi kotor dan yang dilakukan terhadap 3 orang pasien pasien merasa kurang nyaman. Selain itu PJK jeli elektroda harganya juga relatif mahal Moewardi, (James, 2008). perekaman EKG dengan menggunakan di ruang ICVCU didapatkan RSUD bahwa Dr. pada Air murni dalam keadaan normal konduktor air 2 orang tidak dijumpai merupakan konduktor yang buruk. Akan adanya artifak, sedangkan 1 orang yang tetapi bila air ditambahakan elektrolit, lain dijumpai adanya artifak. maka akan menjadi konduktor yang baik. demikian penggunaan air ledeng sebagai Oleh karena itu, larutan salin (natrium konduktor yang lebih murah dan praktis klorida dalam air) atau air ledeng yang dibandingkan jeli dapat dicoba untuk mengandung berbagai elektrolit adalah digunakan, namun efektifitas penggunaan konduktor yang baik (James, 2008). Sifat- air ledeng menggantikan jeli sebagai sifat air diantaranya adalah air memiliki konduktor konduktivitas listrik spesifik (25° C) 1x10- penelitian. 44 masih memerlukan Dengan suatu Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 Analisa bivariat untuk mengetahui METODE PENELITIAN efektifitas konduktor air dan jeli dalam Desain Penelitian Desain penelitian ini menggunakan penelitian (pra-experiment eksperimen dengan pendekatan pada mereduksi artifak pada hasil perekaman pra EKG pasien penyakit jantung koroner design) dilakukan menggunakan uji statistik chi perbandingan square (X2) dimana perhitungan kelompok statis (static group comparison) dilakukan dengan menggunakan bantuan yaitu kelompok eksperimen menerima komputer Program SPSS for Windows perlakuan yang diikuti dengan observasi. versi 16.0. Hasil observasi ini kemudian dikontrol atau dibandingkan dengan hasil observasi HASIL PENELITIAN pada Analisa Univariat kelompok menerima kontrol intervensi yang tidak (Notoatmodjo, 2010). Penyadapan EKG dengan Menggunakan Konduktor Jeli Populasi, Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah pasien penyakit jantung koroner yang menjalani perawatan di Ruang ICVCU RSUD Dr.Moewardi pada bulan Maret 2013. Besar sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah 60 orang, Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Hasil Penyadapan EKG dengan Konduktor Jeli Dilihat dari Ada dan Tidak Adanya Artifak Konduktor Frekuensi Prosentase Jeli (orang) (%) Tidak Ada 24 80 Artifak Ada 6 20 Artifak 30 100 Jumlah Sumber : Data Primer (Diolah SPSS, 2013) dimana 30 orang mendapat perlakuan dengan menggunakan konduktor air, dan Penyadapan EKG dengan Menggunakan 30 Konduktor Air orang yang lain mendapatkan perlakuan dengan konduktor jeli. Analisa Data Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan bantuan komputer Program SPSS dengan sajian data berbentuk tabel distribusi frekuensi. Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Hasil Penyadapan EKG dengan Konduktor Air Dilihat dari Ada dan Tidak Adanya Artifak Konduktor Frekuensi Prosentase Air (orang) (%) Tidak Ada 23 76.7 Artifak Ada Artifak 7 23.3 30 100 Jumlah Sumber : Data Primer (Diolah SPSS, 2013) Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 45 Analisis Bivariat keterkaitan antara penggunaan konduktor Berikut ini adalah perbandingan jeli maupun penggunaan konduktor air data distribusi frekuensi antara Hasil terhadap munculnya artifak terhadap hasil Sadapan EKG dengan Menggunakan sadapan EKG pada pasien Penyakit Konduktor Jeli dan Konduktor Air : Jantung Koroner (PJK). Tabel 4.7. Cross Tabulation Hasil Sadapan EKG dengan Menggunakan Konduktor Jeli dan Konduktor Air Dilihat dari Ada dan Tidak Adanya Artifak Hasil Sadapan EKG Tidak Ada Ada Artifak Artifak 6 24 20 80 7 23 23,3 76,7 13 47 21,7 78,3 Jenis Konduktor Jumlah Jeli Prosentase Jumlah Air Prosentase Jumlah Total Prosentase Jumlah 30 100 30 100 60 100 Sumber : Data Primer (Diolah SPSS, 2013) Berdasarkan tabel 4.7. tersebut di atas, dapat diketahui bahwa tidak terdapat kecenderungan yang berarti dalam mereduksi artifak antara hasil sadapan EKG yang menggunakan konduktor jeli maupun hasil sadapan EKG yang menggunakan konduktor air. Pada hasil sadapan dengan menggunakan konduktor jeli hanya terdapat 6 orang responden (20%) yang terdapat artifak pada hasil sadapannya, sedangkan pada hasil sadapan dengan menggunakan konduktor air hanya terdapat 7 orang responden (23,3%) yang terdapat artifak pada hasil sadapannya, selisih 1 dimana orang hanya terdapat responden diantara keduanya. Dengan kata lain tidak terdapat 46 Tabel 4.8. Hasil Uji Statistik Chi Square Hasil Sadapan EKG dengan Menggunakan Konduktor Jeli dan Konduktor Air Dilihat dari Ada dan Tidak Adanya Artifak d f Asy mp. Sig. (2side d) a 1 .754 .000 1 1.00 0 .098 1 .754 Valu e Pearson ChiSquare Continuity Correctionb Likelihood Ratio Fisher's Exact Test Linear-byLinear Association N of Valid Casesb .098 .097 1 Exact Sig. (2sided) Exact Sig. (1sided) 1.000 .500 .756 60 Sumber : Data Primer (Diolah SPSS for Windows versi 16.00, 2013) Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil perekaman EKG dengan menggunakan konduktor jeli cenderung lebih dibandingkan tidak dengan efektif penggunaan konduktor air dilihat dari ada dan tidak adanya artifak. dengan kata lain sama, tidak ada perbedaan yang signifikan antara konduktor jeli dan air pada pasien penyakit jantung koroner (PJK) di ruang Intensive Cardio Vascular Care Unit Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 (ICVCU) RSUD Dr. Moewardi. Dengan elektroda dapat mengakibatkan hambatan demikian Ha ditolak dan Ho diterima impuls listrik sehingga terjadi gangguan pada hasil sadapan (James, 2008) PEMBAHASAN Penyadapan EKG dengan Menggunakan Analisa Univariat Konduktor Jeli Penyadapan EKG dengan Menggunakan Konduktor Jeli Dari penyadapan 30 penyadapan konduktor Dari responden EKG jeli, 30 responden EKG dengan menggunakan air, dengan sejumlah 7 orang responden (23,3%) menggunakan terdapat artifak pada hasil sadapannya, sejumlah orang dimana dapat diartikan bahwa hanya responden (20%) terdapat artifak pada sebagian kecil responden yang terdapat hasil sadapannya, dimana dapat diartikan artifak (rentang 1 – 25%). bahwa hanya sebagian kecil responden Sifat-sifat air diantaranya adalah air yang terdapat artifak (rentang 1 – 25%). memiliki konduktivitas listrik spesifik Pada (25° kegiatan 6 perekaman EKG, C) 1x10-17 /ohm/cm dan konduktor yang sering digunakan adalah konduktivitas listrik pada air paling jeli khusus yang diletakkan diantara sedikit 1000x lebih besar daripada cairan permukaan kulit dan elektrode. Fungsi non metalik pada suhu ruangan. Air dapat jeli terurai oleh pengaruh arus listrik dengan sebagai konduktor untuk meningkatkan konduksi listrik antara reaksi : H20 t; H++ OH (Gabriel, 2002). kulit dan elektrode. Pemberian jeli juga Analisa Bivariat dapat menurunkan resistensi antara Hasil perekaman EKG dengan elektrode dan kulit sehingga diperoleh menggunakan gambaran EKG yang jelas. dibandingkan Kelemahan dari penggunaan jeli adalah bersifat dengan jeli penggunaan konduktor air dilihat dari ada dan tidak sehingga adanya artifak pada pasien penyakit menimbulkan rasa ketidaknyamanan pada jantung koroner (PJK) di ruang Intensive pasien. Selain itu penyadapan EKG Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) dengan menggunakan jeli harus diikuti RSUD Dr. Moewardi dengan dibersihkannya elektroda dari Dari hasil pengolahan data, output nilai sisa-sisa jeli karena sisa jeli yang Chi Square hitung kedua variabel adalah mengering sebesar 0,098 lebih kecil dari nilai Chi dan lengket konduktor mengendap pada Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 47 Square tabel sebesar 79,08 (0,098 < 79,08 responden dengan df = 60), dimana P hitung sebesar (rentang 1 – 25%). 0,754 lebih besar dari signifikansi sebesar 3. Dari yang total 60 terdapat artifak responden, dapat diketahui bahwa output nilai Chi 0,05 (0,754 > 0,05). Dari data tersebut dapat Square hitung kedua variabel adalah disimpulkan hasil perekaman EKG sebesar 0,098 lebih kecil dari nilai dengan menggunakan konduktor jeli Chi Square tabel sebesar 79,08 cenderung lebih efektif (0,098 < 79,08 dengan df = 60), penggunaan dimana P hitung sebesar 0,754 lebih konduktor air dilihat dari ada dan tidak besar dari signifikansi sebesar 0,05 adanya artifak pada pasien penyakit (0,754 > 0,05). Dari data tersebut jantung koroner (PJK) di ruang Intensive dapat Cardio Vascular Care Unit (ICVCU) perekaman RSUD Dr. Moewardi. konduktor jeli cenderung tidak lebih efektif tidak dibandingkan dengan disimpulkan EKG bahwa dengan hasil menggunakan dibandingkan dengan penggunaan konduktor air SIMPULAN DAN SARAN artifak pada pasien penyakit jantung Simpulan 1. Dari dilihat dari ada dan tidak adanya koroner (PJK) di ruang Intensive Cardio 30 penyadapan responden EKG dengan menggunakan Vascular Care Unit (ICVCU) RSUD Dr. Moewardi. Dengan demikian Ha konduktor jeli, sejumlah 6 orang ditolak dan Ho diterima. Dengan kata responden (20%) terdapat artifak lain pada hasil sadapannya, dimana dapat signifikan diantara keduanya. tidak ada perbedaan yang diartikan bahwa hanya sebagian kecil responden yang terdapat artifak (rentang 1 – 25%). 2. Dari 30 Saran 1. Untuk Rumah Sakit responden dengan Hasil penyadapan EKG penyadapan EKG menggunakan air, dengan menggunakan elektroda jeli sejumlah 7 orang responden (23,3%) dan elektroda air hampir tidak ada terdapat kecenderungan artifak pada hasil perbedaan yang sadapannya, dimana dapat diartikan signifikan. bahwa elektroda air akan menambah efisiensi hanya sebagian kecil Bahkan penggunaan penggunaan anggaran, terutama pada 48 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 penyediaan jeli elektroda, sehingga unit cost rumah sakit dapat ditekan, dan pembebanan biaya ke pasien akan berkurang. 2. Untuk Tenaga Kesehatan Khususnya diharapkan perawat, dapat memberikan masukan untuk menentukan langkahlangkah dalam peningkatan pemberian asuhan keperawatan, terutama untuk merencanakan asuhan keperawatan terhadap pasien penyakit jantung koroner. 3. Untuk Peneliti Selanjutnya Diharapkan sumber data dapat untuk menjadi dapat Arikunto, S. 2007. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Dharma, S. 2010. Sistematika Interpretasi EKG : Pedoman Praktis. Jakarta : EGC. Gabriel, J.F. 2001. Fisika Lingkungan. Jakarta : Hipokrates. Guyton, A. 2006. Textbook of Medical Physhiology. 11th edition. Philadelphia : Elsevier inc. Hampton, J.R. 2006. Dasar-dasar EKG edisi 6. Alih bahasa A. Samik Wahab. Jakarta : EGC. Hidayat, U. 2006. Pengantar Statistika. Jakarta : Bumi Aksara. ditindaklanjuti pada penelitian yang Indrawati, E. 2006. Skripsi : Hubungan lebih dalam, selanjutnya Untuk dapat Antara Penyakit Jantung Koroner dengan Angka Mortalitas Gagal Jantung Akut di Lima Rumah Sakit di Indonesia pada Bulan Desember 2005 – 2006. Jakarta : FKUI. Unpublished. digeneralisasikan, maka peneliti disarankan untuk menambah jumlah objek penelitian, menambah variabel yang akan diteliti serta memperluas setting penelitian. DAFTAR PUSTAKA 2006. Buku Ajar Kardiovaskuler. Jakarta : FKUI. Adipranoto, W. Faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner. Medan Anwar, T.B. 2004. : Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. James, J. 2008. Prinsip-prinsip Sains untuk Keperawatan. Jakarta : Erlangga. Jones, S.A. 2005. ECG Note : and Management Intepretation Guide. Philadelphia : F.A. Davis Company. Karim, M. 2006. Goldberger : Clinical Electrocardiography : A th simplified Approach, 7 edition. Philadelphia : Mosby Elsevier inc. Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014 49 Lip, Atherosclerosis and Coronary Artery Disease Risk Factors. Risk Penderita Kelainan Jantung Di Jabar Mencapai 7000 Orang Pertahun. Tersedia di : Factor Management in Coronary Artery Disease. http://www.compas.com. Diakses tanggal 12 Januari 2013. G dan Nadar, S. 2003. Lusilawati. 2012. Skripsi : Pengaruh Pelatihan EKG terhadap Keterampilan Perawat dalam Menilai Hasil EKG pasien Acute Corronary Syndrome (ACS) di Klinik Utama Jantung Cinere Depok. Jakarta : PSIK FIK Universitas Veteran. Unpublished. Melly, F. 2007. Tingginya Angka Kematian Jantung. Akibat Penyakit Tersedia di http://wwwberita bali.Com, Diakses tanggal 12 Januari 2013. Munawar, M dan Sutandar, H. 2002. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : EGC. Muttaqin, A. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta : Salemba Merdeka. Notoatmodjo, Perki, E. 2004. 2004. Kursus Elektrokardiografi. Surabaya : Karya Pembina Swajaya. Pratanu, S. Kursus Elektrokardiografi Edisi Revisi. Pratanu, S. Surabaya Swajaya. 2006. : Karya Pembina Soeharto, I. 2004. Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama. Yusnidar. 2007. Tesis : Faktor-faktor Risiko Penyakit Jantung Koroner pada Wanita Usia > 45 Tahun (Study Kasus di RSUP Dokter Karyadi Semarang). Semarang : Program Universitas Pasca Sarjana Diponegoro. Unpublished. Zahrawardani. 2006. Skripsi : Analisis S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Edisi II. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Faktor Risiko Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSUP dr.Kariyadi Semarang. Semarang : FK Undip. Unpublished. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medeka. 50 Jurnal Ilmu Keperawatan Indonesia Vol. 7, No. 2, Juli 2014