1 AGROFORESTRY DAN TANAMAN PAKAN LEBAH OLEH: Soemarno (1) , Arifin Arief (2) , dan M. Yunus (3) Dosen FP UNIBRAW (1), FAHUTAN IPM (2), dan FAPET UNIBRAW (3) ABSTRAK Agroforestry merupakan suatu sistem pengelolaan lahan dengan berasaskan kelestarian, yang meningkatkan hasil lahan secara keseluruhan, mengkombinasikan produksi tanaman pertanian (termasuk tanaman Pohon-Pohonan) dan tanaman hutan dan /atau hewan secara bersamaan atau berurutan pada unit lahan yang sama, dan menerapkan cara-cara pengelolaan yang sesuai dengan kebudayaan penduduk setempat. Sekurang-kurangnya satu komponen merupakan tanaman keras berkayu, sehingga siklusnya selalu lebih dari satu tahun. Fungsi utama pohon-pohonan dan tanaman keras lainnya dalam sistem agroforestry adalah untuk memberikan jasa dan juga untuk memberikan penghasilan langsung dalam bentuk daun, bunga, buahbuahan, biji-bijian, rebung, kulit dan bahkan akar. Salah satu jenis pohon yang dapat menjadi komponen penting sistem agroforestry adalah “tanaman pakan lebah”. -------------Kata kunci: Pakan lebah, agroforestry PENDAHULUAN Agroforestry atau WANATANI atau AGROHUTANI merupakan suatu istilah kolektif untuk beberapa praktek penggunaan lahan dimana tumbuhan perennial berkayu ditanam secara sengaja pada sebidang lahan ber-sama-sama dengan tanaman semusim dan/atau ternak, baik dalam bentuk tatanan spasial dalam waktu yang bersamaan ataupun secara sekuensial. Berbagai macam kombinasi pohon, tanaman semusim, pasture, dan ter-nak dapat tergolong dalam wanatani. Dalam kebanyakan sistem wanatani ini, pohon mempunyai peranan pro-tektif, rejuvenatif, dan produktif, tetapi kepentingan relatif dari perananperanan ini akan sangat beragam di antara sistem-sistem yang berbeda. Oleh karena itu wanatani tidak boleh dipandang sebagai suatu "obat mujarap" bagi kebanyakan problem penggunaan lahan, tetapi arahan dan praktek-praktek khusus harus dikembangkan untuk sistem-sistem wanatani secara terpisah. Apabila dapat dikelola dengan tepat, sistem wanatani secara biofisik, ekonomis dan budaya cocok untuk berbagai kondisi iklim, topografi, geologi, hidrologi, dan situasi tanah. Di daerahdaerah yang sumberdaya lahannya relatif langka, tumbuhan pohon dan perennial berkayu lainnya dapat dibudidayakan di lahan pertanian atau lahan gembalaan . Misalnya, tanaman pohon dapat dimasukkan ke dalam sistem pertanaman semusim pada lembah dataran rendah yang subur yang sangat cocok bagi pertanian intensif. Sistem penanaman pagar lapangan untuk menjadi pagar hidup AGRITEK VOL.8 NO.1 JANUARI 2000 2 guna menangkal angin dan menghasilkan kayubakar atau hijauan pakan (misalnya di India). Pohon telah ditanam dalam jalur-jalur lorong "(alley)" melintang lereng di antara padi gogo dan jagung pada lahan-lahan curam untuk menyediakan mulsa, kompos, kayubakar, dan timber kecil-kecil dan untuk mereduksi kehilangan tanah dengan jalan perkembangan terras secara bertahap dari hasil penangkapan sedimen pada barisan pepohonan. Sistem seperti ini yelah menjadi sistem yang sustainable di Cebu, Filipina. Teladan-teladan lain tentang kultivasi simultan pohon dan tanaman semusim adalah berbagai tipe sistem pekarangan multistory dimana berbagai perennial dan kadangkala sedikit tanaman semusim bersama dengan pohon. Di daerah-daerah dimana densitas populasi penduduk masih relatif rendah dan lahan relatif banyak, maka sistem wanatani temporer dengan suatu rotasi pohon dan tanaman semusim dapat dilakukan. Ada dua pendekatan utama yang sering diguna-kan bagi pengembangan wanatani. Pendekatan pertama terdiri atas introduksi pohon ke dalam sistem tanaman semusim atau sistem grazing. Tujuannya seringkali adalah untuk menstabilkan penggunaan lahan se-cara umum dan untuk mengendalikan erosi terutama untuk memelihara produksi pertanian pada lahan yang secara biofisik tidak sesuai. Pende-katan yang ke dua terdiri atas kegiatan konversi lahan berhutan menjadi sistem wanatani sebagai upaya untuk meningkatkan produksi komoditi ko-mersial atau produk-produk subsisten. Pengadopsian sistem wanatani sebagai suatu tipe penggunaan lahan biasanya akan diputuskan oleh individu pemilik lahan atau pengguna lahan, berdasarkan atas kelayakan sosial dan strategi minimisasi resiko atau perkiraan manfaat ekonomis. Dengan demikian sistem wanatani harus dirancang secara khusus berdasarkan kondisi daerah setempat, dengan memperhatikan praktek penggunaan lahan yang berlaku secara lokal, kebutuhan masyarakat akan pa- ngan, kayu bakar, timber, dan produk lainnya; serta preferensi masyarakat setempat. Di masa lalu, pemerintah jarang yang berminat pada wanatani, kecuali dalam sistem taungya yang dihubungkan dengan awal fase perkembangan pekebunan-perkebunan besar. Disamping faktor-faktor ekonomi, sosial, dan politik ini, ternyata kendala biofisik yang berhubungan dengan kapabilitas lahan dan dampak fisik seperti perubahan rejim air, erosi, sedimentasi, dan polusi agrokimia sangat penting bagi perencana land-use. Secara ideal, faktor terakhir ini harus dipertimbangkan secara seksama dalam setiap sistem wanatani. Introduksi atau retensi pohon dalam sistem pertanian semusim tidak boleh dipandang sebagai suatu "safety net" yang general untuk melawan degradasi sumberdaya lahan. Individu pohon atau kelompok pohon tidak dapat diharapkan memberikan pengaruh yang sama terhadap lahan seperti ekosistem hutan yang masih utuh, terutama pengendalian erosi (Wiersum, 1984). Kunci bagi kebaikan kualitas air dan konservasi tanah tidak terletak pada pohon itu sendiri, melainkan pada praktek pengelolan yang dilakukan dengan baik. PEMILIHAN DAN PENATAAN POHON DAN TANAMAN SEMUSIM Salah satu faktor yang sangat penting dalam disain sistem wanatani AGRITEK VOL.8 NO.1 JANUARI 2000 3 adalah pemilihan spesies pohon dan tanaman semusim. Wiersum (1981) mengemukakan lima faktor utama yang harus diperhatikan dalam disain sistem wanatani, dan Mercer (1985) mengemukakan 23 kriteria yang harus diperhatikan dalam pemilihan spesies pohon. Preferensi tanaman pangan lokal dan kondisi agroklimat umumnya akan menentukan jenis tanaman pangan yang ditanam, sedang kan pemilihan jenis tanaman pohon lebih banyak ditentukan oleh permintaan pasar. Dalam semua kasus ternyata kompatibilitas antara tanaman pohon dan jenis tanaman lainnya juga sangat penting. Tatanan spasial komponen-komponen dari sistem agroforestry merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi produktivitas, sustainabilitas, efektivitas konservasi tanah, dan daya menejerial. TANAMAN PAKAN LEBAH Tanaman pakan merupakan syarat utama dan pokok dalam peternakan lebah madu. Tanaman pakan lebah yaitu semua tanaman yang bunganya dan organ tanaman yang lainnya dapat digunakan oleh lebah madu sebagai pakannya karena dapat menghasilkan nektar dan tepungsari. Bunga adalah organ tanaman yang merupakan sumber pakan utama bagi lebah. Tanaman pakan lebah dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan menurut jenis pakan yang dihasilkannya, yaitu: (1). Tanaman yang menghasilkan nektar atau tepungsari atau keduanya, misalnya jagung, mentimun, kelapa, kaliandra, dan lainnya; (2). Tanaman yang batangnya mengeluarkan cairan manis/getah, misalnya tebu; (3). Tanaman yang pohonnya terdapat serangga yang dapat menghasilkan cairan manis, misalnya kutu pada pohon waru; (4). Tanaman yang daunnya menghasilkan cairan manis (nektar), misalnya pinus. Klasifikasi tanaman pakan lebah menurut jenis tanamannya, adalah: (1). Tanaman hutan alam/hutan lindung: sengon laut, sonokeling, salamander, waru gading, asem, aren, dadap, salam.; (2). Tanaman buah-buahan: jeruk, belimbing, rambutan, jambu air, pisang, apel, mangga, anggur, alpokad; (3). Tanaman perkebunan: kemiri, kelapa, jarak, bunga matahari, kopi, the, tebu, kapas, rosela; (4). Tanaman pangan dan sayuran: jagung, kedelai, kacang tanah, sorghum, padi, lombok, mentimun; (5). Tanaman hias: lamtoro, bungur, kemuning, asem; (6). Tanaman rumput-rumputan; (7). Semak-semak Tanaman pakan lebah yang ideal adalah yang memenuhi persyaratan sbb: (1). Menghasilkan pollen dan nektar yang disukai oleh lebah; (2). Pollen hendaknya bernilai gizi tinggi; (3). Nektar tersedia dalam jumlah yang cukup dan dapat diambil oleh lebah; (4). Tanaman dapat menyediakan pollen dan nektar secara terus menerus. Tanaman pakan lebah yang disarankan sebagai sumber pollen hendaknya kandungan proteinnya tidak kurang dari 20%. Kombinasi tanaman pakan lebah yang direkomendasikan adalah kaliandra dengan kelapa, atau kaliandra dengan tumbuhan semak-semak. Komposisi jenis tanaman pakan lebah penghasil nektar dan pollen agar selalu tersedia sepanjang tahun dan dalam keadaan seimbang, yaitu 60% nektar dan 40% pollen. Nektar adalah suatu zat kompleks yang dihasilkan oleh kelenjar nektarifer dalam bentuk larutan gula dengan konsentrasi yang bervariasi. Komponen utamanya adalah sakarose (sukrose), glukose dan AGRITEK VOL.8 NO.1 JANUARI 2000 4 fruktose. Selain itu juga terdapat sedikit-sedikit maltose, melbiose, rafinosa, protein, garam mineral, vitamin, fermen dan zat-zat ragi. Konsentrasi nektar sangat beragam antara 5-70% tergantung pada kelembaban udara, tanah, kondisi tanaman dan faktor lingkungan lainnya. Nektar yang paling disukai oleh lebah adalah yang konsentrasinya sekitar 50%. Tepungsari (pollen) merupakan pakan alami yang didapat dari anther bunga dalam bentuk butir-butir/serbuk halus. Tepungsari merupakan zat yang sangat kompleks yang mengnadung air 3-4%, gula reduksi 7.5 - 40%, gula nonreduksi 1-19%, kanji 0.22%, protein 735%, asam amino bebas 10%, dan abu 1-7%. Biasanya pollen berwarna kuning emas, namun variasi tergantung pada jenis tanaman. Tabel 1. Musim berbunga dari Jenis-jenis Tanaman Pakan Lebah No Nama 1. Paraserianthes falcataria Leucaena glauca Dalbergia latifolia Lantana camara Syzygium polyantum Callyandra callothyrsus Leucaena leucocephala Swietenia mahagoni Nephilium lappaceum Syzygium aqauaeum Durio zibenthinus Averhoa carambola Ephoria Longan Musa paradeciata Mangifera indica Persea americana Carica papaya Arenga pinata Cocos nucifera Coffea arabica 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18 19. 20. Musim berbunga bulan: J F M A Dalam pelaksanaan penggembalaan lebah diperlukan informasi mengenai: (1). tempat dan jarak tanaman; (2). luas areal; (3). waktu musim bunga; (4). jenis tanaman yang berbunga; dan (5). mengetahui jadwal penyemprotan pestisida (kalau ada). M J J A S O TERGANTUNG MASA TANAM 5-6 bulan setelah tanam Biasanya lebah sulit dipindahkan / dibiasakan pada jenis bunga yang baru. Untuk mengatasi hal ini maka dapat dilakukan pencampuran mahkota bunga yang dikehendaki untuk di-kunjungi dengan sirup. AGRITEK VOL.8 NO.1 JANUARI 2000 N D 4 Pada dasarnya perhatian lebah untuk mengunjungi tanaman berbunga ditentukan oleh bentuk dan warna bunga. Jenis tumbuhan yang disukai lebah madu pada umumnya mempunyai bunga yang pollennya tampak jelas atau mempunyai filamen yan panjang seperti pada kaliandra, lam-toro jagung, padi, pisang, kopi, kelapa dan lainnya. Tumbuhan yang memiliki bunga warna kuning, merah, putih, oranye-kehijauan, hingga hitam merupakan sumber tepungsari. DAFTAR PUSTAKA Andru Nofianto. 1997. Inventarisasi Tanaman Pakan Lebah di Unit Produksi Lebah Madu Joho Petak 113 dan sekitarnya BKPH Kediri, KPH Kediri. Skripsi, Fakultas Kehutanan IPM Kartasubrata. 1991. Agroforestry. Pusat Studi Pembangunan, Lembaga Penelitian Institut Pertanian Bogor. Nair, P.K.R. 1993. An Introduction to Agroforestry. Kluwer Academic Publisher, Dordrecht, The Netherlands. Perhutani. 1996. Tanaman Pakan Lebah. Perum PERHUTANI Unit II Jawa Timur, Surabaya. Sabarnurdin, S. 1988. Perhutanan Sosial dan Konsekwensinya bagi Rimbawan. Silva Indonesia, No 1 Tahun 1988, Jakarta. Wiwin, S. 1997. Inventarisasi Tanaman Pakan Lebah di UPPP Tretes Petak 49. Skripsi , Fakultas Kehutanan IPM AGRITEK VOL.8 NO.1 JANUARI 2000