UJI MUTU FISIK GRANUL EFFERVESCENT DARI EKSTRAK RIMPANG KUNYIT( Curcuma domestica ) Karya Tulis Ilmiah Disusun Oleh : Nur Eka Cahya Zulyarna NIM 09.023 AKADEMI ANALIS FARMASI DAN MAKANAN PUTRA INDONESIA Agustus 2012 i ABSTRAK Zulyarna. Nur Eka Cahya. 2012. Uji mutu fisik granul efferfescent dari ekstrak rimpang kunyit ( Curcuma dometica ). Karya tulis ilmiah. Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. Pembimbing Ambar Fidyasari, S.Tp Kata Kunci : Ekstrak rimpang kunyit (Curcuma domestica ), granul effervescent, mutu fisik . Rimpang kunyit adalah salah satu tanaman obat yang tidak asing bagi masyarakat umum. Rimpang kunyit tidak hanya dikenal masyarakat sebagai salah satu bumbu dapur, namun sangat dikenal pula karena manfaatnya bagi kesehatan. Salah satu manfaat rimpang kunyit adalah dapat menurunkan rasa nyeri yang terkadang banyak dirasakan wanita umumnya pada saat haid. Disamping itu kunyit juga berfungsi sebagai penurun panas. Dalam penelitian ini, akan dilakukan pemanfaatan tanaman rimpang kunyit ini sebagai bahan aktif dari minuman kesehatan yang akan dibentuk dalam sediaan granul effervescent. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui mutu fisik granul effervescent yang dibuat. Uji mutu yang dilakukan untuk mengetahui kelayakan dari granul effervescent yang dibuat sebelum dipasarkan kepada masyarakat. Serta untuk membuat sediaan baru dari tanaman kunyit. Ekstrak kunyit diperoleh dari hasil ekstraksi dengan cara maserasi dengan menggunakan pelarut ethanol. Ekstrak kunyit yang sudah pekat kemudian ditambahkan bahan asam dan basa dan bahan pengikat. Bahan yang digunakan antara lain yaitu asam tartrat, asam sitrat, natrium bikarbonat dan manitol. Proses pembuatan granul dilakukan dengan cara granulasi kering. Jenis penelitian ini adalah eksperimen dimana penelitian ini meliputi uji organoleptis, uji kadar air, uji kelarutan, uji waktu larut dan uji waktu alir.Dari hasil penelitian yang diperoleh semua uji yang dilakukan memenuhi syarat sesuai dengan literatur. Persyaratan uji kadar air dalam granul tidak lebih dari 10%. hasil dr penelitian didapatkan kadar air rata2 0.96%.Uji waktu larut diperoleh hasil 34 dan 36 detik hal ini sesuai dgn syarat yaitu kurang dari 1 menit. Untuk uji waktu alir rata-rata waktu yang diperoleh yaitu 7.67 hasil ini juga sesuai standart yaitu tidak lebih dari 10 detik. Berdasarkan dari hasil uji dan kesimpulan yang didapat, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar formulasi yang digunakan dapat lebih sempurna. Sehingga dapat lebih meyakinkan konsumen apabila produk ini dipasarkan ke masyarakat serta efek yang diberikan dapat berdampak positif bagi konsumen. ii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telat melimpahkan rahmat serta hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ Uji Mutu Fisik Granul Effervescent dari Rimpang Kunyit (Curcuma domestica ) “ ini secara baik. Tujuan dari penulisan Karya Tulis Ilmiah ini juga sebagai persyaratan untuk menyelesaikan program D III di Akademi Analis Putra Indonesia Malang. Selain itu juga bermanfaat bagi para pembacnya. Dengan terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah yang dibuat, saya mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak terkait yang membantu selama proses pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini yaitu : 1. Bapak Sentot Joko Raharjo selaku Direktur Akademi Analis Farmasi dan Makanan “Putra Indonesia Malang “ 2. Ibu Ambar Fidyasari, S.TP selaku dosen pembimbing 3. Ibu Kartini, ST.,M.Biomed selaku dosen penguji 4. Ibu Puji Astutik, S.SI.,Apt, selaku dosen penguji 5. Bapak ibu dosen Akademi Analis Farmasi dan Makanan serta semua staf dan teman-teman mahasiswa 6. Kedua orang tua yang meberikan motivasi dan doa Penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran-saran sangat diharpkan. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat. Malang, 7 Agustus 2012 Penulis DAFTAR ISI ABSTRAK.................................................................................................... i KATA PENGANTAR.................... ............................................................ ii DAFTAR ISI ............................................................................................. iii DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. iv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ...................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ................................................................. 4 1.3 Tujuan Penelitian ................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelitian ................................................................. 4 1.5 Asumsi Penelitian .................................................................. 5 1.6 Ruang Lingkup dan Ketebatasan Penelitian ........................... 5 1.7 Definisi Istilah ....................................................................... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Granul Effervescent ............................................................... 7 2.2 Uraian Tanaman Rimpang Kunyit ......................................... 13 2.3 Kurkumin .............................................................................. 16 2.4 Simplisia ............................................................................... 17 2.5 Ekstraksi................................................................................ 18 2.6 Bahan Campuran Granul........................................................ 20 2.7 Evaluasi Granul .................................................................... 21 2.8 Kerangka Teori ..................................................................... 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian............................................................. iii 28 iv 3.2 Populasi dan Sampel .............................................................. 29 3.3 Definisi Operasional .............................................................. 29 3.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan .............................................. 31 3.5 Alat ....................................................................................... 31 3.6 Bahan ................................................................................... 31 3.7 Pengumpulan Data................................................................. 32 3.11 Analisis Data .......................................................................... 35 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Determinasi Tanaman Rimpang Kunyit ................................. 39 4.2 Ekstrak Rimpang Kunyit........................................................ 39 4.3 Formulasi Granul ................................................................... 40 4.4 Hasil Uji Organoleptis Granul................................................ 40 4.5 Hasil Uji Kadar Air.................................................................... 41 4.6 Uji Kelarutan ............................................................................ 42 4.7 Uji Waktu Larut........................................................................ 44 4.8 Uji Waktu Alir........................................................................... 45 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Hasil Penelitian ................................................ 46 BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan .......................................................................... 50 6.2 Saran .................................................................................... 51 DAFTAR RUJUKAN ................................................................................ 52 LAMPIRAN ............................................................................................. 54 v BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hampir setiap daerah Indonesia mengenal ramuan obat yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang digunakan sebagai pengobatan tertentu secara tradisional. Penggunaan tumbuh-tumbuhan tertentu sebagai obat dipercaya oleh masyarakat dari nenek moyang mereka sebagai obat penyakit tertentu. Bahan obat yang digunakan dapat berasal dari daun, batang, akar, bunga dan biji-bijian. Salah satu jenis tanaman yang berpotensi untuk agen pengobatan adalah kunyit (Curcuma domestica). Kunyit adalah salah satu tanaman yang banyak memiliki manfaat bagi para manusia. Rimpang kunyit terutama digunakan oleh para ibu-ibu sebagai bahan bumbu dapur dalam masakan. Rimpang kunyit dipercaya juga sebagai penambah nafsu makan serta obat penurun panas pada balita. Pada wanita, kunyit biasanya di konsumsi untuk mengurangi nyeri dan pegal-pegal pada saat wanita sedang haid atau datang bulan. Kunyit memiliki banyak manfaat seperti yang disebutkan diatas. Kandungan senyawa kunyit yang berkhasiat sebagai bahan obat , yaitu senyawa yang disebut kurkuminoid yang terdiri dari kurkumin, desmetoksikumin, bisdesmetoksikumin dan banyak zat-zat yang bermanfaat lainnya, seperti halnya kunyit juga mengandung minyak atsiri yang terdiri dari keton sesquiterpen, turmeron, tumeon, zingiberen, feladren, sabinen, borneol dan sineil. Dalam kunyit juga mengandung lemak, 1 2 karbohidrat, protein, pati, vitamin c dan garam-garam mineral, yaitu zat besi, fosfor dan kalsium. (Itokawa H, Shi Q, Akiyama T, Morris-Natschke SL, Lee K. 2008) Bagian terpenting dari kunyit adalah bagian rimpangnya (Sudarsono dkk.,1996). Selama lebih dari 200 tahun rimpang kunyit dikenal memiliki kegunaan yang luas, manfaat yang banyak dan digunakan sebagai obat tradisional. Rimpang kunyit mengandung senyawa kurkumin yang bersifat non toksik pada dosis yang tinggi (Tonnesen,1986). Jadi apabila pengkonsumsiannya tidak berlebihan maka tidak akan menimbulkan efek negatif bagi pengkonsumsi. Selama ini rimpang kunyit dipercaya sebagai salah satu jenis rimpang yang mempunyai banyak khasiat dalam pengobatan tradisional. Umumnya produk olahan kunyit yang banyak dijual dipasaran adalah rajangan kering simplisia, kunyit segar, serbuk kunyit, dan kunyit cair. Salah satu usaha untuk melengkapi bentuk sediaan obat tradisional kunyit maka akan dibuat sediaan granul effervescent. Oleh karena itu diharapkan bentuk sediaan granul effervescent kunyit menjadi salah satu alternatif bentuk sediaan untuk menghasilkan larutan yang cepat dan langsung dapat dikonsumsi. Pembuatan sediaan granul ini ditujukan sebagai minuman kesehatan. Minuman kesehatan dapat digolongkan sebagai obat tradisional. Karena ditinjau dari pengertian obat tradisional adalah suatu obat yang dibuat dari bahan atau perpaduan bahan yang berasal dari tanaman, hewan atau mineral yang belum berupa zat murni. Obat tradisional meliputi obat herbal, jamu gendong, jamu bungkus dan obat kelompok fitoterapi. Tumbuhan obat tradisional biasanya mudah didapat karena 3 biasanya tumbuh di lingkungan sekitar, dikenal orang, proses penyimpanannya sederhana, mudah digunakan dan tidak berbahaya dalam penggunaan (Agoes dan Jacob, 1996). Dalam arti obat tradisional diatas maka penelitian ini akan membuat minuman kesehatan yaitu serbuk atau granul effervescent dari rimpang kunyit ini. Keuntungan pembuatan granul effervescent dengan sediaan yang lain misalkan tablet dan kapsul adalah granul dapat terlarut dengan sempurna dengan cara dilarutkan ke dalam air. Jadi proses penyerapan dari produk yang dihasilkan akan lebih cepat menyebar ke tubuh. Sehingga menimbukkan sifat atau efek cepat terhadap pengkonsumsi. Apabila digunakan sebagai sediaan sebagai tablet, maka proses hancurnya lama di dalam tubuh, sehingga zat aktif tidak bisa langsung mengadsorbsi obat yang sudah masuk ke dalam tubuh, selain itu juga harus mengalami proses pemecahan terlebih dahulu. Effervescent juga memberikan rasa yang menyenangkan akibat proses karbonasi yang terjadi. Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan granul effervescent adalah sumber basa dan asam. Sumber asam organik yang digunakan dalam penelitian ini adalah asam sitrat asam tatrat dan natrium karbonat. Asam sitrat digunakan karena mempunyai beberapa keunggulan salah satunya yaitu sangat mudah larut dalam air, serta akan memberikan efek rasa asam pada granul effervescent. Kekurangan asam sitrat dalam penggunaan di dalam produk ini yang berguna sebagai sumber asam adalah sifatnya yang sangat higroskopik, sehingga perlu berhati-hati dalam proses produksinya. ( Agatha , 2010 ) 4 Ansel (1989) menyatakan bahwa beberapa keuntungan sediaan effervescent adalah penyiapan larutan dalam waktu yang singkat yang mengandung dosis yang tepat , penggunaannya lebih mudah, dapat diberikan kepada orang yang mengalami kesulitan menelan tablet atau kapsul, selain itu larutan dengan karbonat yang dihasilkan dapat memberi efek segar pada minuman tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak rimpang kunyit ( Curcuma domestica ) dapat diformulasikan menjadi sediaan sebagai bahan dasar pembuatan granul effervescent yang memenuhi persyaratan kualitas. 1.2 Rumusan Masalah Setiap produk sediaan yang dibuat mempunyai berbagai macam persyaratan yang harus dipenuhi. Begitu juga dengan produk granul yang akan dibuat juga harus dilakukan pengujian untuk memenuhi syarat yang ditentukan. Maka masalah yang akan dihadapi dalam penelitian ini adalah : a) Bagaimana mutu fisik granulasi efeervescent ekstrak rimpang kunyit ( Curcuma domestica ) 1.3 Tujuan penelitian Pengujian mutu yang dilakukan ditujukan untuk memenuhi mutu fisik yang terdapat pada granul effervescent dari ekstrak rimpang kunyit ini meliputi uji organoleptis, uji kadar air, uji kelarutan, uji waktu alir, dan uji waktu larut sebelum produk ini dipasarkan ke masyarakat umum. 5 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan bagi peneliti tentang pembuatan granul effervescent dari rimpang kunyit ( Curcumin domestica) dan memberi informasi tentang cara pembuatan. 1.4.2 Bagi Institusi Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pengetahuan dan menambah wawasan dalam pembuatan obat tradisional. 1.4.3 Bagi Masyarakat Sebagai pengetahuan tambahan tentang manfaat tanaman-tanaman obat yang sudah banyak dikenal masyarakat luas. Memperkenalkan fungsi lain yang dapat dihasilkan dari tanaman rimpang kunyit ini. Dan memberikan suatu inovasi baru sediaan granul effervescent dari rimpang kunyit yang mudah dan praktis di kalangan masyarakat luas. 1.5 Asumsi Penelitian Asumsi penelitian yang dapat diambil dari : 1. Rimpang kunyit (Curcumin domestica) adalah sejenis akar yang sering dipakai sebagai bumbu masak, dan digunakan pula dalam pengobatan tradisional. 2. Metode maserasi dapat digunakan untuk mengambil ekstrak dari rimpang kunyit. 6 3. Ekstrak rimpang kunyit dapat dijadikan granul effervescent 1.6 Ruang Lingkup dan Keterbatasan Masalah Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah pembuatan granul effervescent dan evaluasi mutu fisik sediaan granul effervescent ekstrak rimpang kunyit. Keterbatasan yang ada pada penelitian ini adalah tidak dilakukan uji sudut diam, pengetapan granul dan densitas massa granul. 1.7 Definisi Istilah 1. Granul effervescent adalah granul yang menggunakan zat tambahan yang terdiri dari asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat, yang menghasilkan CO2 secara tepat setelah diberi penambahan zat aktif. 2. Uji mutu fisik adalah pengujian yang dilakukan untuk mengetahui fisik dari formulasi granul effervescent rimpang kunyit ( Curcumin domestica ) . 3. Metode ekstrak maserasi adalah penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara perendaman simplisia dengan pemilihan pelarut yang sesuai dengan sifat kelarutan pada simplisia tersebut. BAB II Tinjauan Pustaka 2.1Granul effervescent Serbuk effervescent adalah serbuk yang berupa granul kecil yang mengandung asam sitrat dan natrium bikarbonat. Cara penggunaannya dilarutkan terlebih dahulu dalam segelas air, maka akan terjadi reaksi antara asam dan natrium bikarbonat dengan mengeluarkan CO2. Garam effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran kering, biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat. Bila ditambahkan dalam segelas air dan biasanya bereaksi membebaskan karbon dioksida ( CO 2 ) sehingga menghasilkan buih. Granul merupakan gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil. Umumnya berbentuk tidak merata dan menjadi seperti partikel tunggal yang lebh besar. Ukurannya biasanya berkisar antara ayakan 4-12 mesh, walaupun demikian granul dari macam-macam ukuran lubang ayakan mungkin dapat dibuat tergantung pada tujuan pemakaiannya. Granul tidak memiliki bentuk geometris yang harmonis banyak hal bentuk luarnya berupa peluru, bola, batang silinder dan sebagainya. Permukaan umumnya tidak merata dan kasar bergerigi butiran granulat berpori. 7 8 Granul effervescent adalah sediaan yang berupa gumpalan-gumpalan dari partikel-partikel yang lebih kecil / serbuk yang berupa granul kecil yang mengandung asam sitrat dan natrium bikarbonat. Reaksi antara asam sitrat dan natrium bikarbonat serta asam tartrat dan natrium bikarbonat dapat dilihat sebagai berikut: H3C6H5O7.H2O + 3NaHCO3 --> Na3C6H5O7 + 4H2O + 3CO2 Asam sitrat Natrium bikarbonat Natrium sitrat Air Karbondioksida H2C4H4O6 + 2NaHCO3 --> Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2 Asam tartrat Natrium bikarbonat Natrium tartrat Air Karbondioksida Dari kedua reaksi di atas dapat disimpulkan bahwa dibutuhkan tiga molekul natrium bikarbonat untuk menetralkan satu molekul asam sitrat dan dua molekul natrium bikarbonat untuk menetralisasi satu asam tartrat. 2.1.1 Keuntungan Granul Effervescent a. Memberikan rasa yang enak karena adanya karbonat yang memperbaiki rasa, sehingga pada effervescent tidak menimbulkan rasa pahit b. Mudah digunakan dan nyaman c. Pada pemakaian sediaan effervescent menghasilkan produk yang stabil. 2.1.2 Kerugian Granul Effervescent a. Harganya yang relative mahal timbul kesukaran untuk 9 b. Effervescent harus dikemas secara khusus dalam wadah lembaran alumunium kedap udara c. Effervescent pemakaiaannya terbatas dikarenakan sulitnya mendapatkan produk effervescent yang stabil. Metode pembuatan granul effervescent a. Penyiapan alat yang digunakan b. Pengumpulan dan penyiapan bahan yang digunakan c. Pembuatan serbuk simplisia d. Ekstraksi e. Penentuan formula granul effervescent f. Pencampuran bahan-bahan g. Pembuatan granul effervescent h. Pemeriksaan sifat fisik granul effervescent 2.1.3 Metode pembuatan granul effervescent Garam effervescent diolah menjadi dua metode umum yaitu metode basa dan metode kering atau peleburan. Terlepas dari metode yang digunakan, langkah awal untuk menentukan formula yang tepat untuk sediaan yang akan menghasilkan pembuihan yang efektif dan penggunaan yang efisien dari asam dan basa yang tersedia, granul yang stabil dan produk yang nyaman rasanya serta manjur. Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat dan asam tartrat dari pada hanya satu macam saja, karena penggunaan 10 bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran. Apabila asam tartrat sebagai asam tunggal, granul yang dihasilkan akan mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal, dan jika asam sitrat saja akan menghasilkan campuran sukar menjadi granul. Terbentuknya granul disebabkan oleh adanya satu molekul air kristal pada setiap molekul asam sitrat. Keistimewaannnya yang diambil sebagai kelebihan dan digunakan dalam pengolahan granul dengan metode peleburan. Metode peleburan ialah penggunaan kombinasi asam-asam mungkin berbeda-beda mungkin selama akhir dari keasamannya dipelihara dan semua bikarbonatnya dinetralkan. ( Ansel. 1989 ) - Persyaratan bagi granulat dirumuskan sebagai berikut : Granulat sebaiknya : a. Dalam bentuk dan warna yang sedapat mungkin homogen. b. Sedapat mungkin memiliki distribusi butiran yang sempit dan > 10% mengandung komponen berbentuk serbuk. c. Memiliki daya luncur yang baik. d. Menunjukkan kekompakan mekanis yang memuaskan. e. Tidak terlampau kering ( sisa lembab 3-5% ). f. Mudah hancur di dalam air. 2.1.4 Metode granulasi Menurut Ansel (1989), garnul effervescent dibuat dengan dua metode umum yaitu, granulasi kering atau peleburan dan metode granulasi basah. 11 a. Metode granulasi kering atau peleburan Dalam metode ini, molekul air yang ada apada setiap molekul asam sitrat bertindak sebagai unsur penentu dalam pencampuran serbuk. Sebelum melakukan pencampuran serbuk. Sebelum melakukan pencampuran atau pengadukan, kristal asam sitrat dijadikan serbuk. Campuran serbuk kemudian diayak melalui ayakan no.60 untuk meratanya campuran. Ayakan dan alat pengaduk harus terbuat dari steinless steel atau bahan lain yang harus tahan terhadap pengaruh asam. Pencampuran atau pengadukan serbuk dilakukan cepat dan pada lingkungan yang kadar kelembabannya rendah untuk mencegah terhisapnya uap-uap air dari udara oleh bahan-bahan kimia dan oleh reaksi kimia dan oleh reaksi kimia yang terjadi lebih dini. ( Ansel, 1989 ). Setelah pengadukkan selesai, serbuk diletakkan dalam sebuah oven atau pemanas lainnya yang sesuai dan sebelumnya sudah dipanaskkan pada suhu 33,8 o – 40oC. Selama proses pemanasan serbuk dibolak-balik dengan memakai spatel tahan panas. Panas menyebabkan lepasnya air kristal dari asam sitrat, dimana yang pada gilirannya melarutkan sebagian dari campuran serbuk, memacu reaksi kimia dan berakibat lepasnya beberapa karbondioksida. Ini menyebabkan bahan serbuk yang dihaluskan menjadi agak seperti spon. Setelah mencapai kepadatan yang tepat 12 ( seperti pada adonan roti ), serbuk ini dikeluarkan dari oven dan dialirkan melalui sebuah ayakan tahan asam untuk membuat granul-granul sesuai yang diinginkan. Ayakan no 4 dapat dipakai untuk membuat granul yang lebih besar, ayakan no 8 untuk membuat granul ukuran sedang, dan ayakan no 10 mengayak granul yang lebih kecil. Ketika semua adonan telah melewati ayakan, granul-granul ini segera mengering pada suhu tidak lebih dari 54 oC dan segera dipindahkan ke wadah lalu disimpan secara tepat dan rapat. ( Ansel, 1989 ). - Keuntungan metode granulasi kering 1. Peralatan lebih sedikit karena tidak menggunakan larutan pengikat, mesin pengaduk berat dan pengeringan yang memakan waktu. 2. Baik untuk zat aktif yang sensitif terhadap panas dan lembab 3. Mempercepat waktu hancur karena tidak terikat oleh pengikat - Kekurangan metode granulasi kering 1. Memerlukan mesin tablet khusus untuk membuat slug 2. Tidak dapat mendistribusikan zat warna seragam 13 3. Proses banyak menghasilkan debu sehingga memungkinkan terjadinya kontaminasi b. Granulasi basah Metode granulasi basah tidak memerlukkan air kristal asam sitrat akan tetapi digunakan air yang telah ditambahkan ke dalam pelarut ( seperti alkohol ) yang digunakan sebagai unsur pelembab untuk membuat untuk membuat adonan bahan lunak dan larut untuk pembuatan granul. Dalam metode ini semua bahan yang tidak mengandung air, tergantung dari air yang ditambahkan ke dalam campuran bahan lembab. Begitu cairan yang cukup ditambahkan ( sebagian ) untuk mengolah adonan bahan yang tepat, baru granul diolah dan dikeringkan dengan cara yang diuraikan ( Ansel, 1989 ). - Keuntungan metode granulasi basah 1. Memperoleh aliran yang baik 2. Meningkatkan kompresibilitas 3. Mengontrol pelepasan 4. Mencegah pemisahan komponen campuran selama proses 5. Distribusi keseragaman kandungan 6. Meningkatkan kecepatan disolusi - Kekurangan metode granulasi basah 1. Banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi 14 2. Biaya cukup tinggi 3. Zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat dikerjakan dengan cara ini. Untuk zat termolabil dilakukan dengan pelarut non air. Kelembaban udara di sekitar granul setelah wadahnya dibuka juga dapat menyebabkan penurunan kualitas yang cepat dari produk, setelah sampai di tangan konsumen. Karena itu granul effervescent dikemas secara khusus dalam kantong lembaran alumunium kedap udara atau kemasan padat dalam tabung silindris dengan ruang udara yang minimum. Alasan lain untuk kemasan adalah kenyataan bahwa granul effervescent mengandung natrium bikarbonat sebagai fase basa dan penghasil CO2 dan mudah higroskopik sehingga mempercepatdan cukup mudah untuk menghasilkan reaksi effervescent dalam waktu yang cepat (Banker dan Anderson, 1994). 2.2 Uraian Tanaman rimpang kunyit 2.2.1 Klasifikasi Tumbuhan Klasifikasi dari Kunyit (Curcumin domestica) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Division : Spermathophyta Subdivision : Angiospermae Classis : Monocotyledonae Ordo : Zingiberales Familia : Zingiberaceae Genus : Curcuma Spesies : Curcuma domestica Vahl. 15 (Syamsuhidayat, 1991) 2.2.2 Kandungan Kimia Rimpang kunyit mengandung 28% glukosa, 12% fruktosa, 8% protein, vitamin C dan mineral kandungan kalium dalam rimpang kunyit cukup tinggi (Rismunandar, 1998), 1,3-5,5% minyak atsiri yang terdiri 60% keton seskuiterpen, 25% zingiberina dan 25% kurkumin berserta turunannya. Keton Seskuiterpen yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah tumeron dan antumeron,sedangkan kurkumin dalam rimpang kunyit meliputi kurkumin (diferuloilmetana), dimetoksikurkumin (hidroksisinamoil feruloilmetan), dan bisdemetoksi-kurkumin (hidroksisinamoil metana) (Stahl, 1985). 2.2.3 Morfologi Kunyit Kunyit dapat tumbuh di berbagai tempat, tumbuh liar di ladang, di hutan (misalnya hutan jati), ataupun ditanam di pekarangan rumah, di dataran rendah hingga dataran tinggi dengan ketinggian 200 m diatas permukaan laut. Selain itu, kunyit dapat tumbuh dengan baik di tanah yang baik tata pengairannya, curah hujannya cukuo banyak (2000-4000 mm), atau di tempat dengan sedikit kenaungan. Namun, untuk mendapatkan rimpang kunyit yang besar, sebaiknya ditanam di tanah lempung berpasir. Selain untuk rempah, kunyit juga ditanam secara monokultur, dan diekspor untuk bahan obat-obatan. Struktur morfologi kunyit terdiri atas akar, rimpang, daun, tangkai bunga dan kuntum bunga. Sistem perakarannya termasuk akar serabut ( radix adventicia ) berbentuk benang ( 16 fibrisus ) yang menempel pada rimpang. Batang merupakan batang semu dari pelepah-pelepah daun yang saling menutup satu sama lain, tegak, bulat dan relatif pendek dengan warna hijau kekuningan. Rimpang kunyit tumbuh dari umbi utama yang mempunyai bentuk bervariasi antara bulat-panjang, pendek dan tebal, lurus ataupun melengkung. Kunyit memiliki daun yang tunggal, bentuk bulat telur ( lanset ) memanjang hingga 10-40 cm, lebar 8-12,5 cm dan pertulangan menyirip dengan warna hijau pucat. Berbunga majemuk yang berambut dan bersisik dari pucuk batang semu, panjang 10-15 cm dengan mahkota sekitar 3 cm dan lebar 1,5 cm, berwarna putih kekuningan. Ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata. Kulit luar rimpang berwarna jingga kecoklatan, daging buah merah jingga kekuningan. 2.2.4 Manfaat Kunyit Senyawa kimia yang terkandung dalam kunyit adalah kurkumin (sejenis senyawa polifenol) dan minyak atsiri. Kurkumin adalah senyawa aktif pada kunyit, yang terdapat dalam dua bentuk tautomer, yakni bentuk keton pada fase padat dan bentuk fenol pada fase larutan. 17 Penelitian pada tahun 2004 di University of California menunjukkan bahwa kurkumin dapat menghambat penumpukan senyawa beta amiloid yang merusak pada otak penderita penyakit Alzheimer's dan juga menguraikan plakplak yang telah ada sebelumnya. Sebuah penelitian terbaru pada tikus percobaan di laboratorium menunjukkan bahwa kunyit mampu memperlambat penyebaran kanker payudara ke paru-paru dan bagian tubuh lain. Kurkumin juga memiliki khasiat meredakan nyeri. Sebuah penelitian yang dimuat pada bulan November 2006 dalam jurnal Arthritis & Rheumatism menunjukkan efektivitas kurkumin sebagai pereda inflamasi pada sendi. Senyawa ini merupakan penghambat alami enzim COX-2. Sebuah penelitian pada tahun 2008 lalu menyimpulkan bahwa kunyit juga mampu mengurangi resistensi insulin dan mencegah diabetes tipe 2 pada tikus percobaan di laboratorium. Selain bermanfaat untuk kesehatan, kunyit juga berguna untuk perawatan kulit dan kecantikan. Beberapa formulasi tabir surya (sunscreen) mengandung kunyit. Pasta kunyit digunakan oleh wanita di India untuk menghilangkan rambut yang berlebih di kulit. Senyawa THCs (tetrahydrocurcuminoids) pada kunyit bermanfaat sebagai antioksidan dan mencerahkan kulit, sehingga memiliki prospek dalam pembuatan formula kosmetik. 2.3 Kurkumin Curcumin domestica dicirikan oleh senyawa fenol turunan diarilheptanoid atau kurkuminoid dan senyawa sesquiterpen. Oshiro (1990) dan Park (2002) melaporkan bahwa dalam Curcumin domestica ditemukan tiga zat warna fenol 18 turunan kurkuminoid. Ketiga senyawa fenol tersebut, yang merupakan senyawa fenol utama masing masing adalah bisferoloimetan atau kurkumin, 4-hidroksi sinamoil feruloil metan atau demetoksikurkumin dan bis(4-hisroksisinamoil)-metan atau bisdemetoksikurkumin (gambar 1). Kandungan utama dari kurkuminoid adalah kurkumin yang berwarna kuning jingga. Kandungan kurkumin di dalam kunyit berkisar 3-4% (Joe dkk., 2004; Eigner dan Schulz, 1999). Tiga varietas unggul kunyit menurut Balitro memiliki kadar kurkumin cukup tinggi yaitu 8,7%. Kurkumin mempunyai rumus molekul C21H20O6 (BM = 368). Sifat kimia kurkumin yang menarik adalah sifat perubahan warna akibat perubahan Ph lingkungan. Kurkumin berwarna kuning atau kuning jingga pada suasana asam, sedangkan dalam suasana basa berwarna merah. Kurkumin dalam suasana basa atau pada lingkungan pH 8,5-10,0 dalam waktu yang relatif lama dapat mengalami proses disosiasi, kurkumin mengalami degradasi membentuk asam ferulat dan feruloilmetan (Gambar 2). Warna kuning coklat feruloilmetan akan mempengaruhi warna merah dari kurkumin yang seharusnya terjadi. Sifat kurkumin lain yang penting adalah kestabilannya terhadap cahaya (Tonnesen,1985; Van der Good, 1997). Adanya cahaya dapat menyebabkan terjadinya degradasi fotokimia senyawa tersebut. Hal ini karena adanya gugus metilen aktif (-CH2-) diantara dua gugus keton pada senyawa tersebut. Kurkumin mempunyai aroma yang khas dan tidak bersifat toksik bila dikonsumsi oleh 19 manusia. Jumlah kurkumin yang aman dikonsumsi oleh manusia adalah 100 mg/hari. 2.3.1 Kelarutan Kurkumin Kurkumin atau diferuloimetana pertama kali diisolasi pada tahun 1815. Kemudian tahun 1910, kurkumin didapatkan berbentuk kristal dan bisa dilarutkan tahun 1913. Kurkumin tidak dapat larut dalam air, tetapi larut dalam etanol dan aseton (Joe dkk., 2004; Chattopadhyay dkk., 2004; Araujo dan Leon, 2001). Sedangkan menurut Kiso (1985) kurkumin merupakan senyawa yang sedikit pahit, larut dalam aseton, alkohol, asam asetat glasial dan alkali hidroksida, serta tidak larut dalam air dan dietileter. 2.4 Simplisia Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral (Anonim, 1985). Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia murni. Simplisia nabati harus bebas serangga, fragmen hewan atau kotoran hewan, tidak boleh menyimpang bau dan warnanya, tidak boleh mengandung lendir, 20 cendawan atau menunjukkan adanya zat pengotor lainnya, tidak boleh mengandung racun atau zat berbahaya (Anonim, 1979). Simplisia hewani ialah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia pelikan atau mineral adalah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni. Pada umumnya pembuatan simplisia melalui beberapa tahap yaitu: pengumpulan bahan baku, sortasi basah, pencucian, perajangan, pengeringan, sortasi kering, pengepakan, penyimpanan dan pemeriksaan mutu (Anonim, 1985). 2.5 Ektraksi Ekstraksi atau penyarian merupakan peristiwa perpindahan masa zat aktif yang semula berada didalam sel tanaman ditarik oleh cairan hayati. Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa faktor, seperti sifat dari bahan mentah tanaman dan daya penyesuaian dengan tiap macam metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak dari tanaman. Sifat dari bahan mentah tanaman merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memperoleh metode ekstraksi (Harbone J.B., 1999). Pada umumnya penyarian akan bertambah baik bila permukaan serbuk simplisia yang bersentuhan dengan cairan penyari semakin luas. Metode dasar penyarian adalah maserasi, perkolasi, soxhletasi. Pemilihan terhadap ketiga metode tersebut disesuaikan dengan kepentingan dalam memperoleh sari yang baik (Anonim, 1986) 21 Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi dilakukan dengan cara merendam bubuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel yang mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan yang terpekat didesak keluar. Peristiwa tersebut berulang sehingga terjadi keseimbangan konsentrasi antara larutan di luar dan di dalam sel (Ansel, 1981).Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan sederhana dan mudah diusahakan. Kerugiannya adalah pengerjaannya lama dan kurang sempurna (Anonim, 1986). Dalam pemilihan pelarut atau pemilihan cairan penyari harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki, tidak mempengaruhi zat berkhasiat dan diperbolehkan oleh peraturan ( Anonim, 1986 ). Berikut syarat-syarat pelarut menurut FI IV yaitu : a. Tidak larut dalam substansi yang diekstraksi b. Menggunakan substansi yang mempunyai distribusi besar dan faktor pemisahan yang besar c. Mudah dipisahkan dari substansi yang diekstrak d. Tidak bereaksi dengan substansi e. Harganya murah f. Tidak mempunyai sifat toxic Perkolasi merupakan prose penyarian serbuk simplisia dengan pelarut yang cocok dengan cara melewatkan perlahan-lahan melewati suatu kolom. 22 Serbuk simplisia dimampatkan dalam alat ekstraksi yang disebut perkolator. Mengalirnya cairan penyari dalam perkolasi ini melalui kolom dari atas ke bawah melalui celah untuk ditarik keluar oleh gaya berat seberat cairan dalam kolom (Ansel, 1995). Soxhlet merupakan penyempurnaan alat ekstraksi. Uap cairan penyari naik ke atas melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendingin tegak. Cairan turun ke labu melalui tabung berisi serbuk simplisia. Adanya sifon, mengakibatkan seluruh cairan akan kembali ke labu. Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk simplisia tetapi melalui pipa samping (Anonim, 1986). 2.6 Bahan campuran pembuatan granul 2.6.1 Asam tartrat Nama lain : Acidum Tartaricum Rumus kimia : C4H6O6 BM : 150.09 Pemerian : Hablur, tidak berwarna / bening / serbus halus sampai granul, Warna putih, tidak berbau, rasa asam dan stabil di udara. Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol Fungsi : Menetralkan basa 23 2.6.2 Natrium bikarbonat Nama lain : Natrium Subcarbonas Rumus kimia : NaHCO3 BM : 84,01 Pemerian : Serbuk hablur putih, stabil diudara kering, tetapi dalam udara lembab secara perlahan-lahan terurai, Larutan segar dalam air dingin ,tanpa dikocok, bersifat basa pada lakmus. Kebasaan bertambah bila larutan dibiarkan, digoyang atau dipanskan Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol Fungsi : Sebagai bahan tambahan dan sebagai pembentuk zat CO2 2.6.3 Asam sitrat Nama lain : Acidum Sitrat Rumus kimia : C6H8O7 Pemerian : Hablur tidak berwarna / serbuk putih tidak berbau, rasa asam. Agak higroskopis , merapuh dalam udara kering dan panas Kelarutan : Larut kurang dari 1 bagian air dan dalam 1,5 etanol ( 95 %)P Sukar larut dalam air Fungsi : Digunakan untuk memberi rasa dalam minuman 24 2.7 Evaluasi Granul Sediaan granul effervescent kunyit yang telah dibuat dievaluasi dengan beberapa uji yaitu : 2.7.1 Uji organoleptis Pengamatan organoleptis, dilakukan dengan mengamati perubahan bentuk secara fisik, perubahan warna, perubahan rasa dan perubahan bau. 2.7.2 Uji kadar air Kadar air suatu bahan sangat berpengaruh terhadap mutu atau kualitas suatu hasil granul. Air yang terkandung dalam bahan dapat mempengaruhi tekstur, cita rasa dan masa simpanannya. Air dalam bahan terdapat dalam tiga bentuk yaitu air, yang ada dalam bentuk terikat secara kimia dan fisik serta air yang terdapat dalam bentuk bebas. Dengan adanya uji kadar air diharapkan sediaan granul effervescent memenuhi syarat yag telah ditentukan yaitu antara 0,4 – 0,7 %. Uji kadar air yang dilakukkan yaitu dengan cara gravimetri. Kadar air bisa ditentukan dengan cara gravimetri evolusi langsung ataupun tidak langsung. Bila yang diukur ialah fase padatan dan kemudian fase gas dihitung berdasarkan padatan tersebut maka disebut gravimetri evolusi tidak langsung. Untuk penentuan kadar air suatu kristal dalam senyawa hidrat, dapat dilakukan dengan memanaskan senyawa dimaksud pada suhu 110o-130oC. 25 Berkurangnya berat sebelum pemanasan menjadi berat sesudah pemanasan merupakan berat air kristalnya. 2.7.3 Uji Kelarutan Pengujian kelarutan didasarkan pada prinsip mengukur jumlah sampel yang tidak melarut dalam waktu dan kondisi yang telah ditentukan dengan prosedur pengujian. 2.7.4 Uji Waktu Larut Sediaan effervescent reaksinya berjalan cepat dan selesai dalam waktu kurang dari satu menit. 2.7.5 Uji waktu alir Penentuan daya alir ini untuk mengetahui daya alir serbuk atau granul memasuki kemasan. Alat yang digunakan adalah corong gelas. Prosedur kerja daya alir adalah menimbang 100 g serbuk kemudian masukkan serbuk ke dalam corong dengan lubang bawah kemudian ditutup. Lalu mengukur waktu alir dimulai pada saat lubang corong. Persyaratan : aliran serbuk baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100 g granul kurang dari 10 detik. 2.8 Kerangka Teori Rimpang kunyit sudah banyak dikenal masyarakat sebagai bahan baku bumbu dapur. Disamping itu rimpang kunyit juga digunakan sebagai pengobatan tradisional. Rimpang kunyit mengandung senyawa kurkuminoid yang bermanfaat sebagai pereda nyeri dan penurun panas. Bagian yang terpenting mengandung kurkuminoid adalah bagian akarnya. 26 Dari bahan baku kunyit tersebut akan dijadikan bahan dasar dari pembuatan obat sediaan granul effervescent. Dipilih sebagai granul effervescent bertujuan untuk memudahkan konsumen yang sulit untuk menelan obat padat seperti kapsul dan tablet, sehingga dibuat sediaan baru. Effervescent dibuat dengan penggunaan natrium bikarbonat yang berfungsi sebagai sumber basa dan sebagai rasa segar terhadap granul yang dibuat. Pengambilan ekstrak rimpang kunyit dilakukan dengan cara maserasi. Cara ekstrak maserasi dipilih karena dari prosesnya yang mudah dan sederhana. Cara maserasi dilakukan dengan cara merendam simplisia dengan waktu kurang lebih 5 hari untuk memperoleh hasil yang maksimal. Pemilihan pelarut yang digunakan juga harus tepat dan bertujuan agar zat aktif dapat terlarut sempurna. Kerugian melakukan metode ini adalah pengerjaannya yang membutuhkan waktu yang cukup lama dan terkadang zat aktif juga tidak terlarut sempurna. Pemilihan pelarut atau cairan penyari harus memenuhi persyaratan. Persyaratan tersebut adalah murah dan mudah diperoleh, stabil secara fisika dan kimia, bereaksi netral, tidak mudah menguap dan terbakar, selektif yaitu hanya menarik zat berkhasiat yang dikehendaki dan tidak mempengaruhi zat yang lainnya dan diperbolehkan serta tidak bersifat toksik. Pelarut yang digunakan dalam maserasi ini menggunakan pelarut etanol atau alkohol dengan perbandingan 1:3. Etanol digunakan berdasarkan sifatnya yang polar dan dipercaya mampu menarik senyawa yang ada pada rimpang kunyit. 27 Metode pembuatan granul digunakan dengan menggunakan granulasi kering. Granulasi kering dipilih supaya campuran lain yang bersifat basa yaitu natrium bikarbonat tidak bereaksi dahulu dengan air. Apabila menggunakan granulasi basah maka gas CO2 yang dihasilkan Na bikarbonat akan bereaksi dengan air dan akhirnya hilang. Sehingga akan mempengaruhi hasil akhir dari sediaan granul ini. Setelah sediaan granul selesai dibuat maka akan dilanjutkan dengan pengujian uji mutu granul. Uji mutu granul meliputi uji organoleptis, uji kadar air, uji kelarutan, uji waktu larut. Setelah data penelitian diperoleh kemudian dibandingkan dengan standart yang telah ditentukan. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan suatu proses dalam perencanaaan penelitian dan pelaksanaan penelitian. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dalam melaksanakan penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui uji mutu fisik dari granul effervescent ekstrak rimpang kunyit ( Curcuma domestica ). 3.1.1 Persiapan Tahap persiapan dalam penelitian ini adalah adalah penentuan sampel,persiapan alat dan bahan yang diperlukan,penyusunan prosedur kerja dan penentuan laboratorium penelitian. 3.1.2 Pelaksanaan Tahap ini meliputi proses ekstraksi untuk memperoleh sari dari rimpang kunyit ( Curcuma domestica ), kemudiaan diolah dalam sediaan granul dengan penambahan bahan lain. Pembuatan granul dan pengujian granul effervescent. 3.1.3 Tahap akhir Tahap ini adalah tahap menganalisa data yang diperoleh dan menyimpulkan mutu fisik sediaan granul effervecent. 28 29 3.2 Populasi dan sampel Populasi dalam penelitian ini adalah ekstrak rimpang kunyit ( Curcuma domestica ) yang dibuat menjadi sediaan granul effervescent. Sampel dalam penelitian ini adalah granul effervescent yang dibuat. 3.3 Definisi operasional variabel Dalam penelitian ini terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah granul effervescent ekstrak rimpang kunyit dan variabel terikat adalah uji mutu granul effervescent. Variabel Definisi Organoleptik Hal Alat ukur yang menunjukkan fisik Visual serbuk yaitu bentuk, warna, bau dan rasa (Keputusan Hasil ukur Tekstur, Warna, Rasa dan Bau Menteri Kesehatan No.661/Menkes/SK/VII/1994.) Waktu alir Menetapkan jumlah serbuk yang Corong Aliran granul baik mengalir jika melalui alat selama waktu yang waktu tertentu. (Carstensen dan diperlukan untuk Chan, 1977). mengalirkan 100 g serbuk < 10 detik 30 Waktu larut Mengamati berapa lama sediaan Gelas ukur Serbuk yang baik jamu larut dalam air dalam bentuk larut < 1 menit granul sampai granul larut dan tidak ada butiran partikel yang tampak atau tidak terlihat. (Banker and Anderson, 1986). Kadar air Untuk mengetahui kandungan air Oven <10% pada sediaan granul effervescent dengan membandingkan sebelum di oven dengan bobot sesudah di oven. ( FI edisi IV, hal 1038 ) 3.4 Lokasi dan waktu pelaksanaan 3.4.1 Lokasi Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium farmakologi dan mikrobiologi Akademi Analis Farmasi dan Makanan Putra Indonesia Malang. 3.4.2 Waktu Penelitian ini akan dilakukan pada bulan juni - juli tahun 2012. 3.5 Alat 1. Timbangan analitik 2. Anak timbangan dan timbangan kasar 3. Beaccer glass volume 4ml, 100 ml dan 1 L 4. Gelas ukur volume 10 ml dan 100 ml 5. Batang pengaduk 31 6. Stamper dan mortir 7. Corong glass 8. Botol semprot 9. Cawan penguap 10. Cawan porselin 3.6 Bahan 1. Rimpang kunyit 2. Asam sitrat 3. Asam tartrat 4. Na bikarbonat 5. Aluminium foil 6. Air aquadest 3.7 Pengumpulan data 3.7.2 Formula Standart dari Ansel ( hal 215 ) Dinatrium fosfat yang dikeringkan , Dikeringkan dan dibuat serbuk ............................... 200 g Natrium bikarbonat, serbuk kering............................ 477 g Asam tartrat, serbuk kering......................................... 252 g Asam sitrat monohidrat...............................................162 g Untuk membuat .........................................................1000 g 32 3.8 Pembuatan ekstrak rimpang kunyit Pembuatan ekstrak rimpang kunyit dilakukan dengan menggunakan cara maserasi. Langkah pembuatan ekstrak : 1. Simplisia yang telah dihaluskan dan menjadi serbuk ditimbang sebanyak 1000 g 2. Simplisia dimasukkan ke dalam botol coklat atau corong pisah yang di tutup dengan aluminium foil 3. Ditambahkan dengan penambahan cairan penyari atau pelarut menggunakan ethanol 70 % ke dalam botol coklat atau corong pisah 4. Kemudian didiamkan selama kurang lebih 5 hari. 5. Setelah 5 hari, sari yang diperoleh kemudian disaring, dan filtratnya kembali ditambahkan cairan penyari atau pelarut untuk melarutkan kembali 6. Ekstrak yang di peroleh kemudian di evaporator untuk dipekatkan. 3.9 Pembuatan granul effervescent Pembuatan granul effervescent digunakan dengan metode peleburan atau metode granulasi kering. 1. Kristal asam sitrat di haluskan menjadi serbuk terlebih dahulu untuk memudahkan proses homogen pada saat pencampuran 2. Ditambahkan bahan pengisi dan bahan pembawa serta ekstrak rimpang kunyit yang telah dipekatkan 3. Diaduk sampai homogen. Pengadukan dilakukan dengan cepat untuk mengurangi proses reaksi kimia yang terjadi di awal. 4. Setelah homogen, kemudian diayak menggunakan mesh No.12 33 5. Diletakkan pada tray dan dioven dengan suhu 20 menit sampai kering 6. Diayak kembali menggunakan mesh No.16 7. Granul siap diuji mutu 3.10 Evaluasi granul 3.10.1 Tujuan Tujuan dalam evalusi granul ini adalah untuk mengetahui atau untuk memeriksa apakah granul yang dibuat dan sudah terbentuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan atau tidak. 3.10.2 Uji Organoleptis Granul diuji dengan mengamati bentuk, rasa, warna dan bau 3.10.3 Uji Kadar Air Untuk uji kadar air pada granul ini, uji kadar air, granul ditimbang seksama sebanyak 10 g kemudian dimasukkan dalam oven pada suhu 105 oC selama 30 menit. Uji kadar air pada granul effervescent dapat dihitung dengan rumus Bobot sebelum – bobot sesudah X 100% Bobot sebelum 3.10.4 Uji Kelarutan Kertas saring dioven pada suhu 105oC selama 10 menit, kemudian dinginkan dan ditimbang Timbang sampel sebanyak 3 g dari berat awal Masukkan sampel dalam 100 ml air pada suhu 25oC Saring dengan kertas sarig yang telah ditimbang Kertas saring kemudian di oven kembali pada suhu 105oC selama 3 jam 34 Dinginkan kemudian timbang kembali sampai dapat berat konstan dengan perhitungan : - Berat akhir = berat konstan – berat awal berat awal – berat akhir - Kelarutan = X 100 % berat awal 3.10.5 Uji Waktu Larut 1. Menyiapkan 100 ml air dengan suhu 25oC 2. Masukkan satu sachet ke dalam 100 ml air tersebut 3. Hitung waktu yang dibutuhkan untuk melarutkan seluruh granul effervescent dengan menggunakan stopwatch 4. Penentuan kecepatan larut, dihitung dengan rumus : Berat granul ( gram ) Kecepatan Larut = Waktu larut ( detik ) 3.10.6 Uji Waktu Alir 1. Menimbang 100 g serbuk kemudian 2. Masukkan serbuk ke dalam corong dengan lubang bawah kemudian ditutup. 3. Lalu mengukur waktu alir dimulai pada saat lubang corong. 35 3.11 Analisis Data Data hasil dari penelitian ini akan dibandingkan dengan standart yang telah ditetapkan. Pada uji waktu alir yang ditetapkan pada persyaratan yang < 10 detik, pada waktu larut yang ditetapkan < 1 menit dan uji kadar air yang < 10 %. 36 Proses ekstraksi rimpang kunyit Pemilihan rimpang kunyit yang bagus Dilakukan pencucian dan perajangan Dihaluskan, Ditimbang dan Dimasukkan ke dalam botol coklat dan dimaserasi selama 5 hari Disaring, ekstrak ditampung dalam botol gelap. Filtrat di maserasi kembali Disaring kembali. Dipekatkan dengan evaporator hingga 1/3 bagian, dioven. Ekstrak siap digunakan dan dapat diproses selanjutnya 37 Proses pembuatan granul effervescent Kristal asam sitrat dihaluskan menjadi serbuk terlebih dahulu Dicampur dengan serbuk lain yaitu asam tartrat dan manitol dan ekstrak rimpang kunyit Diaduk hingga homogen , pengadukan dilakukan dengan cepat untuk menghindari reaksi kimia Di mesh menggunakan ayakan No.16, dioven dengan suhu 35 oC Dicampur dengan Na bicarbonat, Di mesh No.16, dioven suhu 35 Di mesh dengan ayakan No.14 Granul siap untuk diuji mutu fisik 38 Evaluasi granul efferfescent Granul effervescent rimpang kunyit Uji organoleptis Uji waktu alir Uji kadar air Uji kelarutan Uji waktu terlarut 39 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Determinasi Rimpang Kunyit Rimpang kunyit didapatkan dari UPT Materia Medika Batu, dengan bahan rimpang kunyit segar. Determinasi rimpang kunyit dilakukan di UPT Materia Medika Batu. Berdasarkan hasil yang diperoleh dari hasil determinan dari Materia Medika Batu, diperoleh data tentang rimpang kunyit tersebut merupakan spesies Curcuma domestica Vahl dan memiliki sinonim Curcuma longa Linn,C. domestica Rumph. C. longa Auct. Amomum curcuma Murs yang mana telah dilampirkan pada lampiran 1. 4.2 Ekstrak Rimpang Kunyit Ekstrak rimpang kunyit diperoleh dari tahapan proses ekstraksi dengan cara maserasi, penyaringan, evaporator dan pemekatan ekstrak yang dilakukan dengan cara dioven dengan suhu 50oC. Dari hasil ekstraksi tersebut diperoleh data sebagai berikut : Berat cawan + ekstrak pekat = 103.8110 gram Berat gelas cawan kosong = 83.8106 gram Berat ekstrak yang diperoleh = 20.0004 gram 40 4.3 Formulasi granul Formulasi granul yang digunakan dihitung dari tiap sachet di isi dengan berat 5 gram. Maka perhitungan nya sebagai berikut : Untuk membuat 100 gram : Ekstrak rimpang kunyit = 20 gram Asam sitrat = 16.2 gram Asam tartrat = 25 gram Natrium Bicarbonat = 47.7 gram 4.4 Hasil Uji Organoleptis Granul Bentuk : granul bundar kasar Rasa : manis sedikit asam Bau : manis tidak menyengat Warna : kuning keorangean 41 4.5 Hasil Uji Kadar Air Uji kadar air ini dilakukan dengan 3 kali replikasi. Hasil uji kadar air granul sebagai berikut : Uji kadar air Granul I Granul II Granul III Bobot porselin + granul 42.4508 42.4511 42.4509 gram gram gram 32.5525 42.1011 42.0954 gram gram gram 42.0953 42.0956 42.0624 gram gram gram 42.0625 42.0628 42.0417 gram gram gram 42.0418 42.0418 42.0398 gram gram gram 42.0399 42.0398 42.0377 gram gram gram 0.967 % 0.968 % 0.973 % Bobot porselin kosong Bobot setelah oven 30 menit Bobot setelah oven 10 menit Bobot setelah oven 10 menit Bobot setelah oven 10 menit Kadar air granul Rata-Rata Kadar Air 0.969 % 42 4.6 Uji Kelarutan Uji kelarutan pada granul ini dilakukan dengan melakukan replikasi 3 kali. Hasil pengujian sebagai berikut : Granul I : Berat kertas saring setelah di oven = 1.2340 gram Berat granul = 3.1313 gram Kertas saring + zat sesudah di oven = 1.3071 gram Perhitungan kelarutan granul I : Berat akhir = berat konstan – berat awal = 1.3071 gram – 1.2340 gram = 0.0731 gram Kelarutan = berat awal – berat akhir x 100% Berat awal = 1.2340 gram – 0.0731 gram x 100% 1.2340 gram = 94.076% Granul II : Berat kertas saring setelah di oven = 1.2338 gram Berat granul = 3.2041 gram Kertas saring + zat sesudah di oven = 1.3169 gram 43 Perhitungan kelarutan granul II : Berat akhir = berat konstan – berat awal = 1.3169 gram – 1.2338 gram = 0.0831 gram Kelarutan = berat awal – berat akhir x 100% Berat awal = 1.2338 gram – 0.0831gram x 100% 1.2338 gram = 93.624% Granul III : Berat kertas saring setelah di oven = 1.2344 gram Berat granul = 3.0032 gram Kertas saring + zat sesudah di oven = 1.2970 gram Perhitungan kelarutan granul I : Berat akhir = berat konstan – berat awal = 1.2970 gram – 1.2344 gram = 0.0626 gram 44 Kelarutan = berat awal – berat akhir x 100% Berat awal = 1.2344 gram – 0.0626 gram x 100% 1.2344 gram = 94.928% 4.7 Uji Waktu Larut Uji waktu larut dilakukan dengan 3 kali replikasi. Hasil yang diperoleh sebagai berikut : Uji granul Berat Granul Waktu Terlarut Kecepatan Larut = berat granul ( gram ) Sampel waktu larut ( detik ) Granul I 4.9784 gram 34 detik 0.1464 gram/detik Granul II 5.1764 gram 36 detik 0.1437 gram/detik Granul III 5.0820 gram 36 detik 0.1412 gram/detik Rata-rata 0.1438 gram/detik 45 4.8 Uji Waktu Alir Uji waktu alir dalam pengujian ini dilakukan dengan 3 kali replikasi. Berat granul yang disarankan dalam prosedur adalah 100 gram.Hasil dari uji ini adalah sebagai berikut : Granul I Granul II Granul III Berat granul+kertas 101.2308 gram 101.1044 gram 101.0991 gram Berat kertas 1.2218 gram 1.2301 gram 1.2232 gram Berat granul 100.0090 gram 99.8743 gram 99.8759 gram Waktu alir 8 detik 7 detik 8 detik Rata-rata waktu alir 7.67 detik BAB V PEMBAHASAN Obat tradisional merupakan suatu obat yang dibuat dari bahan atau perpaduan bahan yang berasal dari tanaman, hewan , atau mineral yang bellum berupa zat murni. Obat tradisional meliputi jamu,obat herbal berstandart dan kelompok obat fitoterapi.Tanaman Obat tradisional saat ini sangat mudah ditemukan keberadaannya, karena biasanya banyak tumbuh di lingkungan sekitar dan banyak dikenal orang. Cara penyimpanan obat tradisional juga sangat mudah, mudah digunakan dan tidak berbahaya dalam penggunaan. Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah rimpang kunyit. Rimpang kunyit digunakan karena memiliki banyak manfaat dan memiliki banyak kandungan dalam rimpangnya. Rimpang kunyit mengandung glukosa, fruktosa, protein, vitamin C dan mineral. Rimpang kunyit juga memiliki kandungan minyak atsiri. Salah satu kandungan rimpang kunyit yang sangat utama adalah kurkumin. Manfaat kurkumin yang terkandung dalam kunyit ini dapat bermanfaat sebagai pereda nyeri, sebagai penurun panas dan dapat juga digunakan sebagai perawatan kulit dan kecantikan. Pengambilan ekstrak rimpang kunyit ini dilakukan dengan cara ekstraksi maserasi. Digunakan ekstraksi maserasi karena ekstraksi ini sangat sederhana dan sangat mudah dilakukan. Maserasi dilakukan dengan cara merendam bubuk simplisia yang sudah ditimbang menurut kebutuhan yang dipakai kemudian di rendam dengan penambahan pelarut yang sesuai dengan simplisia dan senyawa yang akan diambil. Dalam pengambilan ekstrak ini, cairan pelarut yang digunakan menggunakan pelarut etanol 70%. Digunakan etanol 70% karena pelarut ini sangat mudah menarik senyawa yang akan diambil. Maserasi dilakukan selama 5 hari. Setelah 5 hari kemudian disaring untuk mengambil ekstrak cair yang didapatkan. Cairan ekstrak yang disaring kemudian dilakukan pemisahan antara pelarut yang digunakan untuk memperoleh ekstrak pekatnya. Pemisahannya menggunakan evaporator. Proses evaporasi dilakukan dengan menggunakan suhu 46 47 70oC. Digunakan suhu tersebut, karena disesuaikan dengan titik didih pelarut etanol yang digunakan. Setelah pelarut terpisah kemudian ekstrak dipekatkan dengan dioven dalam suhu 50oC. Digunakan suhu tersebut supaya zat aktifyang berada dalam ekstrak tersebut tidak rusak. Ekstrak yang sudah pekat kemudian ditimbang dan didapatkan ekstrak sebanyak 6.7168 gram. Ekstrak yang didapat kemudian dijadikan bahan untuk pembuatan granul effervescent yang diinginkan. Ekstrak yang didapat kemudian ditimbang sesuai perhitungan kebutuhan untuk pembuatan granul. Pembuatan granul terdiri dari beberapa bahan yaitu asam sitrat yang digunakan untuk menambah rasa dalam granul. Asam tartrat yang digunakan sebagai fase asam dalam pembuatan granul, Natrium bikarbonat yang digunakan sebagai fase basa dan sebagai penambah rasa segar dalam minuman.dan penambahan glukosa sebagai perasa manis dalam minuman. Pembuatan granul dilakukan menggunakan metode granulasi kering dengan cara menghaluskan dahulu asam sitrat dengan ekstrak yang digunakan sampai homogen, kemudian ditambahkan dengan asam tartrat dan manitol, diaduk sampai homogen kemudian di ayak dengan menggunakan mesh 16 dan dioven dengan suhu 35oC. Setelah dioven kemudian ditambahkan fase basanya yaitu Natrium bikarbonat. Natrium bikarbonat ditambahkan akhir bertujuan agar Co2 yang terkandung tidak bereaksi. Alasan tersebut yang dijadikan acuan bahwa granul effervescent ini dilakukan dengan metode granulasi kering. Setelah menjadi granul effervescent, kemudian diuji mutu fisik granul meliputi uji organoleptis, uji kadar air, uji waktu alir, uji kelarutan dan uji waktu larut. Uji organoleptis dilakukan bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik dari granul effervescent yang dibuat. Uji organoleptis tersebut meliputi warna, bau, bentuk dan rasa.Dari uji organoleptis warna yang dihasilkan berwarna kuning keorangean. Bentuk yang dihasilkan berupa butiran kasar, baunya manis, dan rasa yang dihasilkan manis dan asam. 48 Uji kadar air dilakukan untuk mengetahui berapa banyak kandungan air yang terkandung dari granul yang dibuat. Uji kadar air untuk granul ini menggunakan metode gravimetri. Digunakan metode gravimetri karena granul termasuk dalam jenis fase padatan, sehingga dapat dilakukan dengan suhu 110oC130oC. Uji kadar air ini dilakukan dengan 3 kali perlakuan atau replikasi. Dilakukan 3 kali replikasi dengan alasan untuk memperkuat hasil kadar air dari granul yang di uji. Persyaratan uji kadar air dalam granul ini tidak lebih dari 10%. Dari hasil kadar air yang dilakukan semua memenuhi syarat dengan hasil rata-rata yang diperoleh yaitu 0.969%. Uji kelarutan yang dilakukan bertujuan untuk mengukur jumlah sampel yang tidak terlarut dalam waktu dan kondisi yang telah ditentukan dengan memicu pada prosedur pengujian yang ditetapkan. Uji kelarutan dilakukan dengan cara menyaring larutan dengan kertas saring yang telah dioven terlebih dahulu kemudian ditimbang. Kertas saring tersebut kemudian digunakan untuk menyaring granul yang telah dilarutkan dengan air. Sisa sampel yang menempel di kertas saring kemudian dioven dan ditimbang beratnya. Dari uji kelarutan didapatkan persentase kelarutan 94.076%. Hasil yang diperoleh sudah mendekati 100% zat dapat terlarut. Sehingga bisa dikatakan bahwa zat masih memenuhi standart yang diinginkan. Uji waktu larut dilakukan untuk mengetahui berapa lama proses terlarutnya sampel apabila sudah direaksikan menggunakan air. Seharusnya sediaan effervescent reaksinya berjalan cepat dan selesai dalam waktu kurang dari 1 menit. Pengujian dilakukan dengan 3 kali replikasi. Dari hasil pengujian yang dilakukan mendapatkan hasil 34 detik, 36 detik dan 36 detik. Kemudian dihitung dengan rumus kecepatan larut didapatkan 0.1464 g/detik, 0.1437 g/detik, 0.1412 g/detik dan diperoleh rata-rata yaitu 0.1438 g/detik. Hasil yang didapatkan dari kecepatan larut yaitu berat granul dibagi dengan waktu terlarut menunjukkan bahwa setiap 1 detiknya ada berapa gram zat terlarut. Hasil uji waktu larut juga memenuhi syarat yaitu tidak lebih dari 1 menit. Uji waktu alir dilakukan untuk mengetahui daya alir serbuk atau granul apabila memasuki kemasan. Alat yang digunakan adalah corong gelas. Pengujian 49 ini dilakukan dengan cara mengalirkan granul dengan menggunakan corong yang telah ditentukan. Uji waktu alir dilakukan dengan 3 kali replikasi. Hasil yang didapatkan dari masing-masing pengujian yaitu 8 detik, 7 detik dan 8 detik. Hasil yang diperoleh tersebut juga memenuhi syarat granul yaitu tidak lebih dari 10 detik. Dari hasil uji yang dilakukan dalam uji mutu granul efferfescent ini dapat disimpulkan bahwa semua uji memenuhi syarat sesuai standart yang ditetapkan. Hasil uji tidak ada penyimpangan dari syarat standart yang ditentukan. Sehingga granul efferfescent ini dapat dipasarkan dan layak dikonsumsi bagi masyarakat. BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian uji mutu fisik granul effervescent dari ekstrak rimpang kunyit ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Uji organoleptik yang dilakukan selama proses pengujian dapat dikatakan bahwa karakteristik yang dibuat dari granul tersebut bagus. 2. Uji kadar air yang dilakukan juga memenuhi persyaratan yang tercantum yaitu tidak lebih dari 10% dengan hasil rata-rata yang diperoleh yaitu 0.969%. 3. Uji kelarutan yang dilakukan juga dapat dikatakan bahwa kelarutan zat pada granul tersebut dapat terlarut dengan baik dan sisa dari granul hanya sedikit. Dapat dilihat dari hasil yang diperoleh yaitu 94.076%. dan hasil tersebut mendekati hasil kelarutan 100%. 4. Uji waktu larut yang dilakukan dan dengan prosedur yang ada, kadar air yang terkandung dalam granul memenuhi persyaratan yaitu 34 detik, 36 detik dan 36 detik. Hasil tersebut menyatakan pula bahwa granul yang diuji waktu terlarutnya tidak lebih dari 1 menit sesuai dengan ditentukan. 5. Uji waktu alir yang dilakukan mendapatkan hasil yaitu dengan rata-rata waktu 7.67 detik. Dan hasil yang diperoleh dari pengujian tersebut juga dikatakan memenuhi syarat karena hasil yang diperoleh tidak lebih dari 10 detik sesuai persyaratan yang ada. 50 51 6.2 Saran Dari hasil pembuatan dan pengujian yang dilakukan mungkin masih jauh dari pembenaran yang ada pada persyaratan. Sehingga perlu adanya saran untuk pembuatan granul effervescent ini dengan baik dan hasil yang maksimal. Yang perlu diperhatikan adalah hal-hal berikut ini : 1. Dari hasil penelitian ini yang harus dilakukan peninjauan lebih jauh adalah tingkat pembuatan formulasi dari bahan-bahan untuk granul efferevescent ini, sehingga dapat diperoleh hasil formulasi yang maksimal. 2. Harus diperhatikan pula hasil granul effervescent yang diperoleh perlu digunakan ayakan dengan nomor mesh yang tepat. Sehingga granul yang diinginkan dapat terbentuk dengan bagus. 52 DAFTAR RUJUKAN Ansel, Howard C, et al. 1989. Pengantar bentuk sediaan farmasi. Edisi 4 Jakarta: Universitas Indonesia Indonesia, Departemen Kesehatan. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Lestari, Susiana Budi Agatha dan Maria Yuli Trisusilawati. 2010. Pengaruh asam fumarat-natrium bikarbonat terhadap kualitas granul effervescent teh hijau secara granulasi kering, (Online), (http://mfi.farmasi.ugm.ac.id diakses 24 Desember 2011) Malasari, Yenita Hady Anshory dan Yandi Syukri. Formulasi Tablet Effervescent Dari Ekstrak Gingseng Jawa (Talinum paniculatum) Dengan Variasi Kadar Pemanis Aspartam, ( Online ), ( http.//journal.uii.ac.id diakses 2 Desember 2011) Novianti, Masita Maya. 2008. Kualitas Mikrobiologis Granul Effervescent Whey Bubuk Yang Diperkaya Sinbiotik Dengan Penambahan Effervescent Mix Yang Berbeda Selama Penyimpanan, ( Online ), ( http://repository.ipb.ac.id diakses 2 Desember 2011) Puspitasari, Melyani Irma. 2007. Formulasi Sediaan Granul Effervescent sari Buah Mengkudu ( Morinda citrifolia) Rasa Gula Asam Sebagai Food Suplement. Karya Ilmiah yang tidak dipublikasikan. Pandjajaran: Universitas Negeri Padjajaran. 53 Voight, Rudolf. 1984. Terjemahan Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Edisi V. Gajah Mada University Press. Wilisa, Yulianta Oni. 2009. Pengaruh Variasi Konsentrasi Bahan Pengikat Polivinilpirolidon Terhadap Sifat Fisik Tablet Effervescent Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm f.) Ness.) Dan Daun Dewandaru ( Eugenia uniflora Linn) Dengan Bahan Pengisi Xylitol, ( Online ), ( http://etd.eprints.ums.ac.id diakses 2 Desember 2011 ) Winarto, dan Tim Lentera. Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: Agromedia Pustaka. DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN I Hasil uji kadar air Uji kadar air Granul I Granul II Granul III Bobot porselin + granul 42.4508 42.4511 42.4509 gram gram gram 32.5525 42.1011 42.0954 gram gram gram Bobot setelah oven 30 42.0953 42.0956 42.0624 menit gram gram gram Bobot setelah oven 10 42.0625 42.0628 42.0417 menit gram gram gram Bobot setelah oven 10 42.0418 42.0418 42.0398 menit gram gram gram Bobot setelah oven 10 42.0399 42.0398 42.0377 menit gram gram gram Kadar air granul 0.967 % 0.968 % 0.973 % Bobot porselin kosong Rata-Rata Kadar Air 0.969 % 54 55 LAMPIRAN II Hasil uji waktu larut Uji granul Berat Granul Waktu Terlarut Kecepatan Larut = berat granul ( gram ) Sampel waktu larut ( detik ) Granul I 4.9784 gram 34 detik 0.1464 gram/detik Granul II 5.1764 gram 36 detik 0.1437 gram/detik Granul III 5.0820 gram 36 detik 0.1412 gram/detik Rata-rata 0.1438 gram/detik 56 LAMPIRAN III Uji waktu alir Granul I Granul II Granul III Berat granul+kertas 101.2308 gram 101.1044 gram 101.0991 gram Berat kertas 1.2218 gram 1.2301 gram 1.2232 gram Berat granul 100.0090 gram 99.8743 gram 99.8759 gram Waktu alir 8 detik 7 detik 8 detik Rata-rata waktu alir 7.67 detik 57 LAMPIRAN IV.Hasil Determinasi Tanaman Rimpang Kunyit 58 LAMPIRAN V Proses ekstraksi rimpang kunyit Pemilihan rimpang kunyit yang bagus Dilakukan pencucian dan perajangan Dihaluskan, Ditimbang dan Dimasukkan ke dalam botol coklat dan dimaserasi selama 5 hari Disaring, ekstrak ditampung dalam botol gelap. Filtrat di maserasi kembali Disaring kembali. Dipekatkan dengan evaporator hingga 1/3 bagian, dioven. Ekstrak siap digunakan dan dapat diproses selanjutnya 59 LAMPIRAN VI Proses pembuatan granul effervescent Kristal asam sitrat dihaluskan menjadi serbuk terlebih dahulu Dicampur dengan serbuk lain yaitu asam tartrat dan manitol dan ekstrak rimpang kunyit Diaduk hingga homogen , pengadukan dilakukan dengan cepat untuk menghindari reaksi kimia Di mesh menggunakan ayakan No.16, dioven dengan suhu 35 oC Dicampur dengan Na bicarbonat, Di mesh No.16, dioven suhu 35 Di mesh dengan ayakan No.14 Granul siap untuk diuji mutu fisik 59 LAMPIRAN VII R/ Ekstrak kunyit 20 Natrium bikarbonat 47.7 gram Asam tartrat 25.2 gram Asam sitrat 16.2 gram Ekstrak kunyit gram = 200 gram x 100 = 20 gram x 100 = 47.7 gram x 100 = 25.2 gram x 100 = 16.2 gram 1000 Natrium bicarbonat = 477 gram 1000 Asam tartrat = 252 gram 1000 Asam sitrat = 162 gram 1000 Perhitungan Bahan : Ekstrak kunyit = 103.8110 gram – 83,8106 gram = 20.0004 gram Natrium bicarbonat = 48.6875 gram – 0.9717 gram = 47.7158 gram Asam tartrat = 25.4645 gram – 0.9644 gram = 24.5001 gram Asam sitrat = 17.1752 gram – 0.9641 gram = 16.2111 gram