Manfaat Obligasi

advertisement
Pengertian Obligasi
Obligasi berasal dari bahasa Belanda yaitu “Obligatie” yang dalam bahasa Indonesia disebut dengan
“obligasi” yang berarti kontrak. Dalam Keputusan Presiden RI Nomor 775/KMK 001/1982
disebutkan bahwa obligasi adalah jenis efek berupa surat pengakuan hutang atas pinjaman uang dari
masyarakat dalam bentuk tertentu, untuk jangka waktu sekurang-kurangnya tiga tahun dengan
menjanjikan imbalan bunga yang jumlah serta saat pembayarannya telah ditentukan terlebih dahulu
oleh emiten (Badan Pelaksana Pasar Modal).
Obligasi adalah surat berharga atau sertifikat yang berisi kontrak pengakuan hutang atas
pinjaman yang diterima oleh penerbit obligasi dari pemberi pinjaman (Pemodal).
Obligasi sendiri adalah bagian dari pada efak. Efek adalah suatu surat berharga, yang
dapat berupa surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda
bukti utang, unit penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan
setiap derivatif dari efek.
Bila di lihat secara luas maka penjelasan apa itu obligasi adalah sebagai berikut : Obligasi
adalah kontrak keuangan. Penerbit obligasi, seperti perusahaan, akan membayar bunga
kepada pembeli obigasi secara periodik. Kemudian, pada akhir waktu tertentu, penerbit
obligasi membayar pokok obligasi yang biasa disebut nilai par. Sebaliknya, pemegang
obligasi memberikan sejumlah uang kepada perusahaan saat ini. Obligasi biasanya dijual di
pasar obligasi dan memiliki harga pasar yang dapat berubah setiap saat.
Manfaat Obligasi
1.
2.
Setelah kita mengenal apa itu obligasi dan bagaimana karakteristiknya, kita kemudian perlu
mengetahui apa saja keuntungan dan risiko berinvestasi pada obligasi sebelum kita memutuskan
untuk berinvestasi pada obligasi. Sebagai sebuah instrumen investasi, obligasi menawarkan
beberapa keuntungan menarik antara lain:
Memberikan pendapatan tetap (fixed income) berupa kupon.
Hal ini merupakan ciri utama obligasi, dimana pemegang obligasi akan mendapatkan pendapatan
bunga secara rutin selama waktu berlakunya obligasi. Bunga yang ditawarkan obligasi,
umumnya lebih tinggi daripada bunga yang diberikan deposito atau SBI.
Keuntungan atas penjualan obligasi (capital gain).
Disampingpenghasilan berupa kupon, pemegang obligasi dapat memperjualbelikan obligasi yang
dimilikinya. Jika ia menjual lebih tinggi dibandingkan dengan harga belinya maka tentu saja
pemegang obligasi tersebut mendapatkan selisih yang disebut dengan capital gain. Jual beli
obligasi tersebut dapat dilakukan di pasar sekunder melalui para dealer atau pialang obligasi. Jual
beli obligasi berbeda dengan jual beli saham. Jika jual beli saham dinyatakan dengan nilai rupah,
misalnya saham A dijual seharga Rp 4.000 per lembar saham maka jual beli obligasi dinyatakan
dalam bentuk persentase atas harga pokok obligasi.
Harga Obligasi:
Berbeda dengan harga saham yang dinyatakan dalam bentuk mata uang, harga obligasi dinyatakan
dalam
persentase
(%),
yaitu
persentase
dari
nilai
nominal.
Ada 3 (tiga) kemungkinan harga pasar dari obligasi yang ditawarkan, yaitu:
1. Par (nilai Pari): Harga Obligasi sama dengan nilai nominal Misal: Obligasi dengan nilai nominal Rp
50 juta dijual pada harga 100%, maka nilai obligasi tersebut adalah 100% x Rp 50 juta = Rp 50 juta.
2. at premium (dengan Premi): Harga Obligasi lebih besar dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan
nilai nominal RP 50 juta dijual dengan harga 102%, maka nilai obligasi adalah 102% x Rp 50 juta =
Rp 51 juta.
3. at discount (dengan Discount): Harga Obligasi lebih kecil dari nilai nominal Misal: Obligasi dengan
nilai nominal Rp 50 juta dijual dengan harga 98%, maka nilai dari obligasi adalah 98% x Rp 50 juta =
Rp 49 juta.
Yield Obligasi:
Pendapatan atau imbal hasil atau returnyang akan diperoleh dari investasi obligasi dinyatakan
sebagai yield, yaitu hasil yang akan diperoleh investor apabila menempatkan dananya untuk
dibelikan obligasi. Sebelum memutuskan untuk berinvestasi obligasi, investor harus
mempertimbangkan besarnya yieldobligasi, sebagai faktor pengukur tingkat pengembalian tahunan
yang akan diterima.
Ada 2 (dua) istilah dalam penentuan yield yaitu current yield dan yield to maturity.
1. Currrent yield adalah yield yang dihitung berdasrkan jumlah kupon yang diterima selama satu tahun
terhadap harga obligasi tersebut.
Current yield = bunga tahunan
harga obligasi
Contoh:
Jika obligasi PT XYZ memberikan kupon kepada pemegangnya sebesar 17% per tahun sedangkan
harga obligasi tersebut adalah 98% untuk nilai nominal Rp 1.000.000.000, maka:
Current Yield
= Rp 170.000.000 atau 17%
Rp 980.000.000
= 17.34%
98%
2. Sementara itu yiled to maturity (YTM) adalah tingkat pengembalian atau pendapatan yang akan
diperoleh investor apabila memiliki obligasi sampai jatuh tempo. Formula YTM yang seringkali
digunakan oleh para pelaku adalah YTM approximation atau pendekatan nilai YTM, sebagai berikut:
YTM approximation =
C+ R–P
n
x 100%
R+P
2
Keterangan:
C = kupon
n = periode waktu yang tersisa (tahun)
R = redemption value
P = harga pemeblian (purchase value)
Contoh:
Obligasi XYZ dibeli pada 5 September 2003 dengan harga 94.25% memiliki kupon sebesar 16%
dibayar setiap 3 bulan sekali dan jatuh tempo pada 12 juli 2007. Berapakah besar YTM
approximationnya?
C = 16%
n = 3 tahun 10 bulan 7 hari = 3.853 tahun
R = 94.25%
P = 100%
YTM approximation
= 16 + 100 – 94.25
3.853
= 100 + 94.25
2
= 18.01 %
Tingkat pengembalian atau rate of return obligasi
ada 2 pendekatan :
1. Metode Singkat (Short Cut Formula )
Return adalah :
YTM 
I  ( N  P) / n
(P  N ) / 2
Dimana : YTM + Yield to Maturity = return obligasi sampai jatuh tempo
I = tingkat bunga per tahun dalam Rupiah
N = Nilai nominal obligasi
P = Harga pasar Obligasi yang terjadi
n = Umur obligasi
. Metode Nilai sekarang ( Present Value )
Yiel to maturity = modal yang dikeluarkan oleh emiten = kd ( cost of debt )
Nilai pasar obligasi menggunakan metode trial & error
Nilai obligasi =
Vb 
In
I1
I2
N

 ........ 

1
2
n
(1  Kd ) (1  Kd )
(1  Kd )
(1  Kd ) n
Atau
Nilai Obligasi =
I
N
n
Vb  t 1

t
(1  Kd ) (1  Kd ) n
Atau Vb = I ( PVIFA kd,n) + N(PVIF kd,n)
Dimana :
Vb = Nilai Obligasi
I = Tingkat bunga obligasi dalam RP
Kd = Rate of return obligasi ( Yield to maturity )
n = umur obligasi dalam tahun
t = Jumlah tahun sampai t
N = Nilai nominal obligasi
PVIF = Present Value Interest factor for annuity(Nilai sekarang faktor bunga
PVIF= Present Value Interest factor = nilai sekarang faktor bunga
anuitas
Risiko Obligsi
Meskipun termasuk surat berharga dengan tingkat risiko yang relative rendah, namun obligasi
tetap mangandung beberapa risiko diantaranya sebagai berikut :
1.
Interest-Rate Risk
Harga dari sebuah obligasi akan berubah pada arah yang berlawanan dari perubahan tingkat
bunga. Jika tingkat suku bunga naik, maka harga obligasi akan turun. Begitu pula sebaliknya,
jika suku bunga turun maka harga obligasi akan naik. Jika seorang investor harus menjual
obligasi sebelum jatuh tempo, peningkatan tingkat suku bunga bermakna bahwa investor akan
mengalami capital loss (missal investor menjual obligasi dibawah harga beli). Risiko jenis ini
dikenal dengan interest-rate risk atau market risk. Risiko ini merupakan risiko yang pada
umumnya dialami oleh investor pada pasar obligasi.
2.
Reinvestment Risk
Variabilitas pada tingkat reinvestment akibat adanya perubahan pada tingkat bunga pasar
dinamakan reinvestment risk.
3.
Call Risk
Sebagian perusahaan menetapkan untuk menarik atau membeli obligasi yang diterbitkannya pada
harga dan waktu tertentu. Hal ini menyebabkan investor akan mengalami call risk dimana pada
tanggal tertentu perusahaan penerbit obligasi akan menarik kembali obligasinya.
4.
Default Risk
Default Risk juga berkaitan dengan risiko gagal bayar, artinya risiko penerbit obligasi yang
mengalami kebangkrutan. Akibat adanya risiko ini, obligasi yang memiliki Default Risk dalam
perdagangan di pasar obligasi mempunyai harga yang rendah dibandingkan dengan U.S
Treaasury securities. Dilain pihak, obligasi ini dalam perdagangan di pasar obligasi memiliki
yield yang lebih besar dari treasury bond.
5.
Inflation Risk
Peningkatan Inflation risk atau purchasing power risk disebabkan oleh bervariasinya nilai aliran
kas yang diterima oleh investor akibat dampak adanya security due inflasi. Contohnya jika
investor membeli obligasi pada coupon rate sebesar 7%, tetapi tingkat inflasi adalah 8%, maka
purchasing power aliran kas secara nyata akan dikurangi.
6.
Exchange-Rate Risk
Obigasi yang diperdagangkan denominasi valuta asing, memiliki nilai yang tidak dapat diketahui
dengan pasti. Nilai obligasi dalam mata uang acto baru dapat diketahui ketika pembayaran kupon
atau nilai pokok pinjaman terjadi.
7. Liquidity Risk Liquidity atau marketable risk
bergantung pada kemudahan suatu obligasi untuk dijual kembali sebesar nilai obligasinya.
8. Volatility Risk
Harga suatu jenis obligasi tertentu bergantung pada tingkat suku bunga dan actor-faktor lainnya
yang mempengaruhi nilai obligasi tersebut. Perubahan pada actor-faktor tersebut berpengaruh
pada harga obligasi. Risiko jenis ini dikenal dengan volatility risk
PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) menerbitkan pernyataan gagal bayar (notice of default) terhadap PT
Tuban Petrochemial Industries (Tuban Petro) karena tidak dapat membayar multi years bond seri VII
senilai Rp 734 miliar. Sekretaris Perusahaan Renny O. Rorong menjelaskan multiyears bond tersebut
sebenarnya telah mendapat perpanjangan waktu jatuh tempo selama 30 hari menjadi 27 September
2012 dari sebelumnya 27 Agustus 2012. Namun, hingga waktu yang disepakati, utang tersebut belum
juga dapat dibayar.
Tahun 2009, obligasi gagal bayar (default risk) terjadi pada perusahaan yang cukup populer bagi
masyarakat. PT. Mobile-8 Telecom Tbk. yang menerbitkan Bond I Year 2007, telah gagal bayar 2 kali
untuk kupon 15 Maret 2009 dan 15 Juni 2009 dengan obligasi senilai Rp 675 Miliar yang jatuh
tempo Maret 2012
Davomas International Finance Company Pte. Ltd., anak usahaPT. Davomas Abadi
Tbk. produsen kakao dan bubuk coklat terbesar di Indonesia, gagal membayar kupon
obligasi bernama Guaranteed Senior Secured Notes periode 8 Mei 2009 sebesar 13,09 juta dolar
yang jatuh tempo 2011 sebear 238 juta dolar. Ada lagi obligasi Blue Ocean Resources
Pte. Ltd., anak usaha PT. Central Proteinprima Tbk.-produsen dan pengolah udang
terbesar di Indonesia, gagal membayar kupon bunga periode 28 Desember 2009 sebesar
17,9 juta dolar yang jatuh tempo tanggal 28 Juni 2012 senilai 325 juta dolar. Pemeringkat
Fitch Rating menurunkan obligasinya dari CC menjadi C, akibat anjloknya keuangan tahun
2009.
Alasannya
ditengarai
karena serangan
virus, krisis
finansial
global,
tuduhantranshipmen, dan alasan lain. Kisruh di PT. Central Proteinprima Tbk. juga
menyangkut gagal bayar obligasi tukar berjaminan (secure convertible) Red Dragon, salah satu
pemegang saham PT. Central Proteinprima Tbk., senilai 200 juta dolar yang terbit pada
Juni 2007 dengan wali amanat The Bank of New York Mellon. Beberapa emiten obligasi
gagal bayar diatas dikabarkan telah mendapat persetujuan restrukturisasi dari para
pemegangnya.
Penerbitan Obligasi
Penerbit obligasi sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi,
namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali.
Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas :
Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa (European Investment Bank)
atau Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank).
Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang negaranya maupun
Obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi
internasionalsovereign bond). (
Sub-sovereign, propinsi, negara atau otoritas daerah . Di Amerika dikenal sebagai Obligasi
daerahIndonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN)[1] (municipal bond). Di
Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bonds, atau agencies.
Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.
Special purpose vehicles adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna
menguasai aset tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebt Efek
Beragun Aset.
Tahap membeli obligasi
A.
B.
C.
D.
Untuk melakukan investasi obligasi terdapat beberapa tahap yang perlu dilalui supaya tujuan
investasi dalam obligasi memberikan hasil yang maksimal dan sesuai dengan rencana. Tahap
tersebut dapat dilihat dalam diagram dalam tulisan ini.
Membuka Rekening
Tahap awal yang harus dilakukan dalam proses transaksi obligasi adalah memilih perusahaan
sekuriats yang memiliki divisi fixed income yang menangani pembelian dan penjualan obligasi.
Pilih perusahaan dengan pengalaman, tim yang solid baik trader/ dealer ataupun riset serta fee
yang kompetitif.
Dengan membuka rekening, Anda bisa mendapatkan informasi perkembangan dan perdagangan
obligasi setiap saat, sehingga Anda mendapatkan pengetahuan pergerakan pasar obligasi secara
akurat dan up to date.
Pahami Produk Obligasi
Pada tahap ini, investor dianjurkan untuk mempelajari seluk beluk informasi yang dibutuhkan
mengenai obligasi, baik mengenai investasinya sendiri, potensi risiko yang terkandung maupun
potensi keuntungannya. Hal ini dapat diperoleh dengan mempelajarinya secara mandiri, bertanya
kepada bagian riset perusahaan sekuritas, di mana Anda membuka rekening atau melalui
internet.
Dengan mempelajari instrumen obligasi secra lengkap, diharapkan investor mengenal investasi
tersebut dengan baik, sehingga mempermudah pengambilan keputusan investasi. Mempelajari
instrumen, di mana Anda ingin menempatkan investasi, akan memberikan manfaat maksimal
dalam mencapai rencana yang diinginkan.
Lakukan Analisis
Analisis dilakukan, agar keputusan yang diambil sesuai dengan apa yang diinginkan, yaitu
kestabilan pendapatan. Aspek-aspek yang dibutuhkan seperti kupon, jangka waktu, nilai
penerbitan dan peringkat. Latar belankang serta profil penerbit juga menjadi pertimbangan
sendiri. Dengan informasi yang lengkap, diharapkan keputusan yang diambil tidak menimbulkan
kerugian yang cukup besar. Dianjurkan untuk membanding antara obligasi sejenis.
Memberikan Amanat Beli
Setelah melalui analisis, Anda memperoleh jenis obligasi yang ingin dibeli. Tahap selanjutnya
adalah memberikan amanat pembelian kepada trader atau broker obligasi yang telah kita pilih.
Pihak trader akan melakukan pembelian obligasi sesuai dengan jenis serta harga yang
diinginkan. Misalkan, pembeli akan melakukan pembelian obligasi ASII (Astra International)
tahun 2002 dengan harga 105 atau harga premium. Biasanya nilai pari atau nominal adalah
sebesar Rp 100.
E. Siapkan Dana
Membeli obligasai membutuhkan dana yang tidak sedikit. Satuan pembelian obligasi biasanya
bernilai Rp 1 miliar, sehingga sulit bagi investor individu untuk dapat ikut berinvestasi dalam
obligasi. Namum, ada juga yang menawarkan satuan bernilai Rp 50 juta atau Rp 100 juta.
Setelah amanat pembelian di ajukan, sebaiknya dana tersebut sudah dialokasikan. Jangan sampai
Anda dikenakan penalty, karena keterlambatan dalam pembayaran. Selain itu, penempatan dana
tunai yang serba mendadak mungkin bisa mengganggu kelancaran aliran arus kas keuangan
Anda dan keluarga.
F. Penyelesaian Pembayaran Obligasi
Pembayaran dana pembelian obligasi dilakukan melalui transfer ke rekening perusahaan
sekuritas tersebut. Setelah pembayaran selesai, maka Anda sebagai pembeli tinggal menunggu
proses settlement atas transaksi tersebut. Obligasi yang telah Anda beli akan tercantum di dalam
rekening perusahaan sekuritas yang tercatat di KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia).
Pemindahtanganan hak atas obliasi akan sangat mudah dilakukan secara elektronik, karena saat
ini fisik obligasi tidak lagi berupa sertifikat, namun sudah scriptless (tahap warkat).
Administrasi pembukuan akan dilakukan oleh bank custodian perusahaan sekuritas. Untuk hal
ini, tentunya bank bersangkutan akan memungut biaya tertentu
Pasar obligasi
Sebagai suatu efek, obligasi bersifat dapat diperdagangkan.
Ada dua jenis pasar obligasi yaitu:
1. Pasar Primer Merupakan tempat diperdagangkannya obligasi saat mulai diterbitkan. Salah satu
persyaratan ketentuan Pasar Modal, obligasi harus dicatatkan di bursa efek untuk dapat ditawarkan
kepada masyarakat, dalam hal ini lazimnya adalah di Bursa Efek Surabaya (BES) sekarang Bursa Efek
Indonesia (BEI).
2. Pasar Sekunder Merupakan tempat diperdagangkannya obligasi setelah diterbitkan dan tercarat di
BES, perdagangan obligasi akan dilakukan di Pasar Sekunder. Pada saat ini, perdagangan akan
dilakukan secara Over the Counter (OTC). Artinya, tidak ada tempat perdagangan secara fisik.
Pemegang obligasi serta pihak yang ingin membelinya akan berinteraksi dengan bantuan perangkat
elektronik seperti email, online trading, atau telepon.
Mekanisme Penjualan Obligasi di pasar Perdana
Pasar Perdana atau Primary Market adalah pasar yang memperdagangkan obligasi yang baru
dikeluarkan emitmen. Pemesanan atau pembeli obligasi pada dasarnya tidak dibatasi, yaitu baik
warga negara Indonesia atau warga negara asing, baik badan hukum Indonesia maupun badan
hukum negara asing dimanapun tempat kedudukan atau domisili hukum mereka. Karena luasnya
jangkauan pembeli obligasi ini, penjualan obligasi merupakan instrumen yang paling mudah
menarik dana. Pasar Perdana berlangsungdalam waktu tertentu sesuai dengan ketentuan dalam
prospektus.Harga obligasi yang ditawarkan di Pasar Perdana adalah harga nominal sesuai dengan
yang tertulis dalam surat obligasi.
Selanjutnya mengenai mekanisme transaksi jual beli oblogasi di Pasar Perdana dapat dijelaskan
sebagai berikut :
a. Di Pasar Perdana ini,penawaran obligasi dilakukan oleh underwriter yang dibantu oleh agen
penjual.Mereka menyebarkan prospektus, melayani pemesanan, membagikan formulir pemesanan,
melakukan penjatahan dan pengembalian uang pesanan kepada para pemesanan atau calon pembeli,
apabila obligasi yang dipesan tidak cukup atau sesuai dengan dana yang sudah diserahkan.
b. Para pemesan atau calon pembeli menyerahkan formulir pesanan yang telah diisi kepada
underwriter atau agen penjual. Penyerahan itu dilakukan langsung ditempat dimana pertama kali
formulir itu diperoleh. Tahap berikutnya adalah underwriter atau agen penjual yang menerima
pesanan menyerahkan kembali kepada pemesan, salinan (copy) formulir pesanan yang telah
ditandatangani sebagai bukti atau tanda terima pesanan obligasi bersangkutan. Namun demikian,
bukti atau tanda terima pesanan tersebut bukan merupakan jaminan bahwa pesanan akan dipenuhi.
c. Emitmen bersama-sama dengan underwriter melakukan penjatahan obligasi. Dalam hal terjadi
kelebihan pesanan, maka biasanya diputuskan untuk melakukan pemerataan, yaitu dengan cara
pengurangan porsi pesanan pihak-pihak yang mengajukan lebih dari satu pesanan. Pihak-pihak yang
melakukan lebih dari satu pesanan akan diberlakukan satu pesanan. Agar tujuan pemerataan tercapai,
maka pihak-pihak yang memesan dalam jumlah bukan merupakan jaminan bahwa pesanan akan
dipenuhi.
d. Setelah menerima pemberitahuan tentang penjatahan obligasi, maka pihak-pihak yang melakukan
pesanan obligasi bersangkutan harus segera melakukan pembayaran dengan menyerahkan uang tunai,
cek, atau giro, baik dalam mata uang rupiah ataupun mata uang asing sesuai dengan ketentuan yang
tercantum dalam protektus. Pembayaran tersebut dilakukan melalui underwriter atau agen penjual,
dengan menyerahkan bukti tanda terima pesanan obligasi. Pada saat pembayaran, para pemesan juga
langsung menerima surat obligasi sesuai dengan jumlah yang dibeli beserta kupon bunga. Jika uang
obligasi sudah diserahkan pada saat pemesanan sementara terjadi kelebihan pesanan dan penjatahan
tidak memenuhi pesanan, maka pengembalian uang harus dilakukan bersamaan dengan obligasi.
Mekanisme Penjualan Obligasi di Pasar Sekunder
Pengertian Pasar Sekunder (Secondary Market) adalah penjualan obligasi yang dilakukan oleh
emitmen (issuer) setelah selesainya periode penjualan saham melalui pasar perdana. Dengan
berakhirnya periode pemasaran obligasi melalui pasar perdana, maka tugas underwriter adalah
menyampaikan laporan kepada Bapepam tentang jumlah obligasi yang terjual dan belum
terjual.Laporan tersebut dilakukan bersamaan dengan dilakukannya pencatatan (listing) obligasi
tersebut di bursa efek,dan membayar biaya listing.
Sistem transaksi di dalam pasar sekunder pada awalnya dikenal ada dua macam, yaitu (i) sistem kol
(call system), dan (ii) sitem terus menerus (continuous trading system). Call system tidak
diberlakukan lagi di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1980, karena sistem ini tidak efisien. Dalam
sistem ini, para perantara jual-beli(broker) berlomba-lomba mengangkat tangan sambil menyebut
kurs (harga) yang ditawarkan. Petugas bursa memperhatikan dan mencatat kode dari masingmasing broker. Transaksi terjadi apabila terjadi kesepakatan mengenai kurs yang ditawarkan dan
yang dibeli. Sejak tahun 1980 hingga 1995, Bursa Efek Indonesia sudah memberlakukan sistem terus
menerus (continuous trading system). Dalam sistem terus menerus, para broker menuliskan kurs
untuk amanat-amanat yang mereka terima dalam setiap slip order yang tersedia, lalu menyerahkan
kepada petugas bursa. Petugas tersebut lalu menuliskan pada kurs yang diminta dan kode
keanggotaan broker di papan tulis. Apabila terjadi transaksi, maka perdagangan dilanjutkan lagi dan
berlangsung seperti itu secara terus-menerus.
Sejak awal tahun 1995,Bursa Efek Jakarta sudah memperkenalkan sistem perdagangan efek
(saham,obligasi,surat berharga lainnya) melalui mekanisme operasional komputer, yang disebut
dengan Jakarta Automated Trading System (JATS). Dalm system ini sudah tercakup sistem
penyelesaian transaksi, sistem depositori terpusat, dan sistem akuntansi pialang. Ketiganya
didukung oleh sistem pengawasan, sistem keanggotaan, sistem pencatatan, dan sistem pengolahan
data statistik yang semuanya diolah melalui komputerisasi.
Para investor yang tidak dapat membeli obligasi di pasar perdana mendapat kesempatan untuk
membeli obligasi di pasar sekunder. Pembelian obligasi di pasar sekunder melibatkan peran broker
(profesi penunjang perdagangan efek), yang mengatur mekanisme transaksi, baik penjualan untuk
kepentingan pemodal tangan pertama maupun pembeli, untuk kepentingan pemodal yang tidak
mendapat kesempatan membeli obligasi dalam pasar perdana. Transaksi jual beli di pasar sekunder
adalah transaksi yang bersifat investasi dan spekulasi, karena selain pemodal bermaksud melakukan
investasi juga ada pihak-pihak tertentu yang justru memakai pasar modal sebagai sarana mencari
keuntungan secara spekulatif atau sarana berusaha yang bersifat untung-untungan. Pihak broker
mengetahui benar, pada saat kapan harga obligasi akan turun dan dalam keadaan atau kondisi
bagaimana harga obligasi akan naik. Dengan mengetahui keadaan yang mempengaruhi turunnaiknya harga obligasi di pasar modal, maka broker dapat melakukan transaksi jual beli yang
memberi keuntungan berdasarkan margin harga.
Pembelian dan Penjualan
Pada dasarnya pembelian dan penjualan dapat dilakukan melalui agen yang ditunjuk yaitu :
1. Agen penjualan melalui perbankan: Bank Mandiri, Bank BRI, Panin Bank,Bank BII, Citibank NA, Bank
NISP,Bank BNI, Bank BCA,Bank Danamon, Bank Permata, Bank Lippo, Bank Bukopin, HSBC, Bank Niaga,
dan Bank Mega.
2. Agen penjualan melalui perusahaan sekuritas: Trimegah Securities, Danareksa Securities, dan Reliance
securities
Dari agen tersebut akan mendistrbusikan penjualannya melalui cabang-cabang yang dimiliki yang
tersebar di wilayah Indonesia. Dengan penyebaran cabang agen penjualan seperti tersebut maka
semestinya tidak mengalami kesulitan untuk membeli di pasar perdana. Sekiranya berminat maka
sebaiknya dihubungi cabang terdekat untuk mencari informasi awal tata cara pembeliannya.
Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas
semua obligasi yang diterbitkan perusahaan. Semua obligasi yang diterbitkan wajib diberi peringkat
sedemikian agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang akan
dihadapi dengan membeli obligasi tertentu (Darmadji dan Fakhruddin).
Untuk pasar modal inonesia sendiri banyak perusahaan yang bergerak dalam pemebrian peringkat suatu
obligasi, diantaranya adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan Moody's Investors Service
dan lainnya. Peringkat obligasi hanya menjadi acuan bagi investor dalam menilai suatu obligasi tetapi
tidak menjamin ketika suatu obligasi dengan peringkat AAA akan berjalan lancar.
Kategori dan definisi peringkat obligasi adalah sebagai berikut :
1.
AAA adalah Efek hutang yang berisiko investasi paling rendah dan berkemampuan
paling baik untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai
dengan yang diperjanjikan.
2.
AA adalah Efek hutang yang berisiko investasi sangat rendah dan berkemampuan
sangat baik untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai
dengan yang diperjanjikan dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan yang
merugikan.
3.
A adalah Efek hutang yang berisiko investasi rendah dan berkemampuan baik untuk
membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang
diperjanjikan, dan hanya sedikit dipengaruhi oleh perubahan keadaan yang merugikan.
4.
BBB adalah Efek hutang yang berisiko investasi cukup rendah dan berkemampuan
cukup baik dalam membayar bunga dan pokok utang dart seluruh kewajiban finansialnya sesuai
dengan yang diperjanjikan, meskipun kemampuannya tersebut cukup peka terhadap perubahan
keadaan yang merugikan.
5.
BB adalah Efek hutang yang masih berkemampuan untuk membayar bunga dan pokok
utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun berisiko
investasi cukup tinggi, dan sangat peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan.
6.
B adalah Efek hutang yang berisiko investasi sangat tinggi dan berkemampuan sangat
terbatas untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai
dengan yang dijanjikan.
7.
CCC adalah Efek hutang yang tidak berkemampuan lagi untuk memenuhi segala
kewajiban finansialnya.
8.
D adalah Efek hutang yang macet atau perusahaan yang sudah berhenti berusaha.
Peringkat obligasi dikeluarkan di Indonesia oleh lembaga pemeringkat yang salah satunya adalah PT
PEFINDO.
Selain itu, belakangan ini juga terdapat perusahaan baru yang memiliki bidang usaha serupa yaitu
Fitch Rating Indonesia dan ICRA (Indonesia Credit Rating Agency).
Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham dan Houston (2006) dalam
Adrian (2011) adalah sebagai berikut:
1. Berbagai macam risiko rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio, profitability dan
fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio keuangan tersebut semakin tinggi rating
tersebut.
2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila obligasi dijamin dengan
aset yang bernilai tinggi, maka rating pun akan membaik.
3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi lebih rendah dari utang
lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari yang seharusnya.
4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang kuat maka emiten
diberi rating yang kuat.
5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok pinjaman sedikit demi sedikit
setiap bulan).
6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek mempunyai risiko yang
lebih kecil.
7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.
9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggung jawab produk.
10. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif mengindikasikan laporan
keuangan yang lebih berkualitas.
Download