Sumarlin

advertisement
1
PENENTUAN HARGA JUAL BELI JAMBU METE DALAM MENINGKATKAN
PENDAPATAN PENGUSAHA JAMBU METE DI KECAMATAN
MAWASANGKA KABUPATEN BUTON TENGAH
SUMARLIN
C1A1 12 131
Dr. Syamsul Alam, M. Si
Hj. Ninik E. Purwati, SE, M.Si
(pembimbing I)
(pembimbing II)
Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas IlmuAdministrasi
Universitas Halu Oleo
(c )
ABSTRAK
Sumarlin (C1A1 12131), Penentuan Harga Jual Beli Jambu Mete Dalam
Meningkatkan Pendapatan Pengusaha Jambu Mete di Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah, dibimbing oleh bapak Syamsul
Alam selaku pembimbing I dan ibuNiniek Endang Purwati selaku
pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penentuan harga jual beli jambu mete
dan mendeskripsikan peningkatan pendapatan pengusaha jambu mete di Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pihak yang terlibat di dala kegiatan
usaha jambu mete di Kecamatan Mawasangka.Penarikan sampel menggunakan teknik
purposive sampling.Dimana ditetapkan jumlah sampel yaitu 37 responden dengan
ditetapkan juga informan penelitian yaitu 4 orang pengusaha jambu mete di Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.
Sesuai dengan hasil dan pembahasan, penentuan harga jual beli jambu mete di
Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah telah dilakukan dengan cukup baik.
Hal ini terlihat dari peningkatan harga pokok produksi diikuti dengan peningkatan harga
jual produk olahan jambu mete, jarak dan kemudahan akses daerah pemasaran
disesuaikan dengan harga jual. Tetapi untuk daya beli masyarakat yang lemah, serta
perbedaan harga produk saingan maka pengusaha jambu mete perlu menentukan harga
jual yang memadai.
Pendapatan pengusaha jambu mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten
Bution Tengah dapat dikatakan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan
yang meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan jumlah produksi, peningkatan jumlah
karyawan, serta peningkatan kualitas pelayanan serta sarana dan prasarana kerja.
Kata Kunci; Penentuan Harga Jual Beli Jambu Mete
ABSTRACT
Sumarlin (C1A1 12131), Selling Price Buy Cashew In Revenue Increases Cashew
Employers in the District of Buton Mawasangka Central, guided by Mr.
Syamsul Alam as a mentor I and ibuNiniek Endang Purwati as a mentor II.
This study aims to determine the purchase price determination and describe
cashew cashew increased income entrepreneurs in Sub Mawasangka Central Buton
regency.
The population in this study are all involved in the cashew dala business
activities in the District Mawasangka.Penarikan sample using purposive
sampling.Dimana set number of samples is 37 respondents to the informant set of
2
research that four businessmen cashew in the Middle District of Buton Mawasangka ,
In accordance with the results and discussion, determining the selling price of cashew in
the Central District of Buton Mawasangka has done fairly well.
This is evident from the increase in the cost of production is followed by an
increase in selling prices of processed cashew, distance and ease of access to customized
marketing area with the selling price. But for the weak purchasing power, as well as
differences in competing crops cashew employer needs to determine an adequate selling
price.
Revenue cashew entrepreneurs in Sub District Mawasangka Middle bution can
be said to increase. It can be seen from the number of sales increased from year to year,
increasing the number of production, increase in number of employees, as well as
improving
the
quality
of
services
and
infrastructure
work.
Keywords: Selling Price Buy Cashew
PENDAHULUAN
Pertumbuhan ekonomi sekarang ini memasuki era globalisasi. Banyak persaingan
di dunia usaha untuk merebut dan menguasai pangsa pasar. Untuk dapat bertahan serta
dapat berkompetisi dalam persaingan tersebut, suatu perusahaan harus memperhatikan
efektifitas serta efisiensi dalam pendayagunaan sumber daya yang dimiliki untuk
mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan. Strategi yang penting dalam suatu
perusahaan adalah strategi pemasaran.Pemasaran didefinisikan oleh Lamb Jr dkk (2001 :
50), bahwa pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep
harga, promosi, dandistribusi, sejumlah ide, barang dan jasa, untuk menciptakan
pertukaran yang mampumemuaskan tujuan individu dan organisasi.
Harga adalah salah satu variabel bauran pemasaran yang penting bagi perusahaan. Dalam
penetapan harga jual perlu dipertimbangkan yang mendalam dan teliti guna memperoleh
harga jual yang benar-benar sesuai dengan keinginan dan tujuan perusahaan. Keputusan
harga jual merupakan keputusan yang sulit, karena faktor-faktor yang mempengaruhi,
baik faktor intern maupun ekstern. Penetapan harga jual yang berorientasi biaya adalah
penetapan harga jual dengan menjadikan biaya masa datang sebagai dasar perhitungan,
dan dalam jangka panjang harga jual harus cukup untuk menutup biaya produksi dan non
produksi. Biaya masa datang merupakan biaya yang diprediksi akan terjadi jika suatu
keputusan diambil.
Motif laba menghendaki adanya balas jasa atas pengorbanan-pengorbanan yang
telah dikeluarkan. Perusahaan perlu mengetahui seberapa besar harga jual yang
ditentukan dapat memberiakan imbalan jasa atas usahanya, oleh karena itu semua biaya
yang telah digunakan untuk memproduksi barang dan jasa harus diketahui agar dapat
ditentukan tingkat 3 harga minimalnya atau batas bawah suatu harga jual harus
ditentukan. Suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya-biaya akan
mengakibatkan kerugian. Kerugian yang timbul akibat penetapan harga jual dibawah
produk atau jasa dalam jangka waktu tertentu akan mengakibatkan perusahaan akan
berhenti going concern serta mengganggu pertumbuhan perusahaan. Penentuan harga jual
beli merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan pihak-pihak pelaku usaha, agar
usaha yang dikelolanya dapat bertahan diantara persaingan, dan dapat terus berkembang.
Tetapi yang menjadi permasalahan yaitu masih banyak pelaku-pelaku usaha yang tidak
merencanakan dengan baik dalam penentuan harga jual dan beli, sehingga keuntungan
yang diperoleh menjadi kurang maksimal. Hal ini yang menjadi permasalah yang dialami
oleh pengusaha-pengusaha jambu mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah. Sebagian pengusaha jambu mete di Kecamatan Mawasangka belum mempunyai
strategi yang paten dalam penentuan harga jual beli jambu mete di Kecamatan
Mawasangka.
3
Berdasarkan pengamatan awal di Kecamatan Masangka, ditemukan Kecamatan
Mawasangka merupakan kecamatan di Kabupaten Buton Tengah yang sebagian
masyarakatnya mempunyai profesi sebagai petani jambu mete. Oleh karena itu, tidak
jarang ditemukan juga masyarakat di Kecamatan Mawasangka yang berprofesi sebagai
pengusaha jambu mete. Oleh karena itu, pembelian dan penjualan jambu mete di
Kecamatan Mawasangka merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan antara
pengusaha jambu mete dan petani jambu mete sebagai sumber produksi. Tetapi hal ini
tidak diikuti dengan penentuan harga jual beli yang baik dan efisien sehingga keuntungan
yang diperoleh menjadi kurang maksimal.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penentuan Harga Jual Beli
Harga adalah nilai barang atau jasa yang diungkapkan dalam satuan
rupiah atau satuan uang lainnya. Sedangkan harga jual adalah nilai yang dibebankan
kedapa pembeli atau pemakai barang dan jasa. Dalam hal ini harga jual merupakan
suatu yang digunakan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi dari barang dan jasa
serta pelayanannya. Menurut Kotler (1998:24):
Titik berat daripada proses penetapan harga adalah harga pada berbagai
pasar. Untuk ini, harga suatu barang mungkin merupakan struktur yang kompleks
dari pada syarat-syarat penjualan yang saling berhubungan. Setiap perubahan dari
pada struktur tersebut merupakan keputusan harga dan akan mengubah pendapatan
yang diperoleh. Peranan perusahaan dalam proses penetapan harga jual barangnya
sangat berbeda-beda, tergantung dari pada bentuk pasar yang dihadapinya menurut
Soemarso, (1999:182) ada tiga bentuk penetapan harga jual, yakni:
1. Penetapan harga jual oleh pasar (Market Pricing).
2. Penetapan harga jual oleh pemerintah (Government Controlled Pricing).
3. Penetapan harga jual yang dapat dikontrol oleh perusahaan (Administered or
Business controlled pricing).
Menurut Sudarsono (2001:84), penentuan harga jual beli dilakukan dengan
dasar: Harga pokok barang, Daya beli masyarakat, Kondisi pasar, Harga produk
saingan.
Pendekatan dalam penetapan harga jual di bagi menjadi dua, yaitu :
Pendekatan informal dan pendekatan biaya. Menurut Kotler (1998 : 27}
a. Pendekatan informal
Dalam pendekatan ini mengabaikan biaya yang disediakan untuk membuat
suatu produk. Pendekatan informal tersebut, yaitu : Pendekatan berdasarkan
keadaan persaingan, Pendekatan intuisi, Pendekatan psikologi
b. Pendekatan biaya
Jika suatu penetapan harga menggunakan pendekatan biaya, ada empat faktor
perubah yang harus diperhatikan, yaitu harga historis, hubungan harga/nilai,
persaingan dan pembulatan harga. Keempat faktor ini berhubungan dengan
hamper semua produk atau jasa, yaitu : Harga historis, Hubungan harga/nilai,
Persaingan, Pembulatan harga.
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penentuan Harga Jual Beli
Basuki(1996), menyatakan harga adalah suatu tingkat kemampuan sesuatu
barang untuk ditukar dengan barang, harga merupakan ukuran nilai dari barang dan
jasa. Harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah
kombinasi dari barang beserta pelayanannya.Harga keseimbangan atau harga pasar
(Equilibrium Price) adalah tinggi rendahnya tingkatharga yang terjadi atas
kesepakatan antara produsen/penawaran dengan konsumen atau permintaan.
4
Terbentuknya harga pasar dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan dan penawaran. Dengan bergesernya permintaan dan
penawaran akan mengakibatkan bergesernya tingkat harga keseimbangan (Purwanta,
2012). Hukum penawaran menghubungkanberbagai titik kombinasi antara jumlah
barang dan tingkat harga yang ditawarkan.Semakin tinggi harga, akan semakin tinggi
kuantitas yang ditawarkan - atau sebaliknya jika harga turun dengan asumsi ceteris
paribus, sehingga terdapat hubungan yang positif antara harga dan penawaran
(Sugeng, 2010).
Menurut Lutfi (2012), Biaya produksi yang tidak terkendali akan
menyebabkan harga pokok terlalu tinggi, yang selanjutnya akan menurunkan daya
saing produk dan akhirnya dapat menurunkan laba. Maka dari itu biaya produksi harus
dicatat dengan baik dan dihitung dengan benar sehingga dapat menghasilkan harga
pokok produk yang tepat. Biaya sumber produksi adalah sama dengan nilai dari
sumber-sumber produksi tersebut dalam pemggunaan alternatifnya yang terbaik. Dalil
ini terkenal dengan nama doktrin biaya alternatif (doctrine of alternative costs) atau
doktrin biaya oportunitas (doctrine of opportunity costs). Doktrin inilah yang di
pergunakan oleh ahli ekonomi apabila ia mengatakan biaya produksi. (Jadi laba
investasi atau return of investment adalah biaya produksi, sebab dana investasi pasti
mempunyai penggunaan alternative yang terbaik). Laba investasi normal (normal
return on investment) merupakan suatu biaya bagi perusahaan. Modal investasi akan
member laba tertentu apabila dipergunakan untuk alternative yang terbaik (Bilas,
1984).
Ada beberapa metode penentuan harga jual produk menurut Swastha
(1993), yaitu : Penetapan Harga Biaya Plus (Cost Push Pricing Method), Penetapan
Harga Mark-Up, Penetapan harga Break–Even.
C. Konsep Pendapatan
Pendapatan merupakan jumlah yang dibebankan kepada langganan atas
barang dan jasa yang dijual, dan merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah
perusahaan, karena pendapatan akan dapat menentukan maju-mundurnya suatu
perusahaan. Theodurus (2000;152) menyatakan bahwa pendapatan (Revenue) dapat
didefinisikan secara umum sebagai hasil dari suatu perusahaan. Pengertian
pendapatan adalah salah satu aktiva lancar yang penting, karena menyangkut kegiatan
operasi perusahaan. Pendapatan merupakan bagian yang penting baik untuk
perusahaan jasa maupun perusahaan perdagangan. Pengertian pendapatan menurut
Ikatan Akuntansi Indonesia (2002;23.2) pendapatan adalah arus masuk bruto dari
manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode
bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari
kontribusi penanaman modal.
Jenis-jenis pendapatan menurut Kusnadi (2000;19) adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan Operasi
Pendapatan operasi dapat diperoleh dari dua sumber yaitu :
a. Penjualan kotor
Penjualan kotor adalah penjualan sebagaimana tercantum dalam faktur atau
jumlah awal pembebanan sebelum dikurangi penjualan return dan potongan
penjualan.
b. Penjualan bersih
Penjualan bersih adalah penjualan yang diperoleh dari penjualan kotor
dikurangi return penjualan ditambah dengan potongan penjualan lain-lain.
2. Pendapatan non operasi
Pendapatan non operasi dapat diperoleh dari dua sumber yaitu :
5
a. Pendapatan bunga
Pendapatan bunga adalah pendapatan yang diterima perusahaan karena telah
meminjamkan uangnya kepada pihak lain.
b. Pendapatan sewa
Pendapatan sewa adalah pendapatan yang diterima perusahaan karena telah
menyewakan aktivanya untuk perusahaan lain.
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa konsep pendapatan
harus dipusatkan perhatiannya kepada arus masuk daripada asset yang ditimbulkan,
dan harus dipusatkan kepada pencapaian barang dan jasa oleh perusahaan
D. Kerangka Pikir
Penentuan harga jual beli dalam penelitian ini diukur dengan 4 indikator yaitu
harga pokok barang, daya beli masyarakat, kondisi pasar, dan harga produk saingan
(Sudarsono, 2001:84). Sedangkan pendapatan diukur dengan 4 indikator sesuai
dengan pendapat Riyanto (2003:29) yaitu volume penjualan, jumlah produksi, jumlah
tenaga kerja, dan perbaikan kualitas usaha. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut:
Bagan Kerangka Pikir
E.
1.
2.
3.
4.
Penentuan Harga
Jual Beli
Harga pokok barang
Daya beli masyarakat
Kondisi pasar
Harga produk saingan
(Sodarsono, 2001:84)
Peningkatan Pendapatan
1.
2.
3.
4.
Volume penjualan
Jumlah produksi
Jumlah tenaga kerja
Perbaikan kualitas usaha
(Riyanto, 2003:29)
METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilakukan di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi sasaran adalah pengusaha jambu
mete di Kecamatan Mawasangka, serta petani jambu mete di Kecamatan
Mawasangka. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive random
sampling, yaitu dengan menentukan sampel penelitian sesuai dengan kriteria yang
telah ditentukan peneliti sehingga jumlah sampel penelitian berjumlah 30 responden.
Adapun kriteria sampel penelitian yang telah ditentukan yaitu masyarakat yang
terlibat dalam penjualan dan pembelian jambu mete di Kecamatan Mawasangka.
Untuk mendukung data yang diperoleh dari responden, maka ditetapkan 6 orang
sebagai informan penelitian yang terdiri dari Camat Mawasangka, Sekretaris Camat
Mawasangka, dan 4 orang masyarakat di Kecamatan Mawasangka. Data dalam
penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Baik data primer maupun
data sekunderdiperoleh melalui teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Penelitian kepustakaan (Library research)
2. Penelitian lapangan (field research).
Untuk memperoleh datalapangan dalam penelitian ini, digunakan teknik
kuesioner,wawancara, dan penelusuran dokumen. Teknik analisis data pada penelitian
ini dilakukan secara deskriptif kualitatif yaitu dengan cara menjelaskan secara
sistematis variabel penelitian dan mengungkapkan fakta yang terjadi dan kemudian
ditarik kesimpulan. Sebelum dideskripsikan, maka dilakukan tabulasi data dalam
bentuk tabel distribusi frekuensi.
6
A. Defenisi Operasional
Dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel yang terdiri daribeberapa dimensi.
Adapun definisi variabelnya yaitu sebagai berikut:
1. Penentuan harga jual beli adalah penentuan nilai barang atau jasa yang dimiliki
sebelum melakukan kegiatan menjual ataupun membeli. Adapunindikator yang
digunakan untukmengukur penentuan harga jual beli yaitu:
a. Harga pokok barang adalah seluruh biaya yang digunakan oleh pengusaha
dalam produks biasanya disebut biaya produksi.
b. Daya beli masyarakat adalahkemampuan masyarakat dalam melakukan jual
beli untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya.
c. Kondisi pasar adalah keadaan daerah-daerah pemasaran produk, apakah
memiliki potensi yang bagus atau tidak.
d. Harga produk sainganadalah harga jual yang ditawarkan oleh orang lain
terkait produk yang sejenis.
2. Pendapatan adalah suatu jumlah yang diperoleh dari hasil penjualan barang atau
jasa yang dilakukan oleh suatu perusahaan. Adapun dimensinya yaitu:
a. Volume penjualan adalah banyaknya produk yang telah dibeli konsumen
dalam satu satuan waktu.
b. Jumlah produksi adalah banyaknya produk yang mampu dibuat oleh
produsen.
c. Jumlah tenaga kerja adalah menyatakan jumlah dari pekerja usaha yang
terlibat langsung dalam proses produksi, distribusi dan penjualan.
d. Perbaikan kualitas usaha adalah kemampuan dari pengusaha untuk
meningkatkan berbagai aspek usaha yang dijalankan agar menunju lebih
baik.
B. Operasional Variabel
Secara operasional kedua variabel penelitian ini diukur dengan menggunakan
beberapa dimensi dan indikator sebagai berikut:
No
Variabel
Dimensi
Indikator
1
2
Penentuan Harga
Jual Beli
Pendapatan
1. Harga pokok
produk
- Peningkatan harga bahan
pokok
2. Daya beli
masyarakat
- Kemampuan beli
masyarakat di berbagai
daerah pemasaran
3. Kondisi pasar
- Daerah daerah pemasaran
produk
4. Harga produk
saingan
- Perbedaan harga dengan
perusahaan lain
1. Volume penjualan
- Meningkatnya jumlah
produk yang dijual
2. Jumlah produksi
- Peningkatan jumlah
produk yang diproduksi
3. Jumlah tenaga
kerja
- Peningkatan jumlah
karyawan
7
4. Perbaikan kualitas
usaha
- Perbaikan kualitas
pelayanan dan saranaprasarana kerja
PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kecamatan Mawasangka merupakan salah satu wilayah administratif dari
Kabupaten Buton Tengah. Hal ini artinya Kecamatan Mawasangka merupakan
kecamatan yang cukup strategis dan dekat dari pusat pemerintahan Kabupaten
Buton Tengah dan dibandingkan dengan wilayah yang lainnya
1. Kondisi Geografis
Kecamatan Mawasangka terletak antara 59,20-5,590 LS dan antara 122,140122,380 LS yang berada di sebagian kecil daratan Pulau Buton. Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah memiliki luas wilayah 290,67 km2yang
terdiri atas beberapa lingkungan dengan distribusi penggunaan lahan yaitu rawa,
padang rumput, wilayah pemukiman, perkebunan, hutan negara, lahan kosong
dan sebagainya.
Secara geografis, wilayah Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut:
Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah Laut Flores
Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Muna
Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah Selat Kabaena (Spelman)
Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kecamatan Mawasangka Timur
2. Keadaan Demografi
Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan KelompokUmur di
Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah
Jenis Kelamin
No.
Umur (Tahun)
Jumlah
Laki-laki
Perempuan
1.
0-9
4154
3919
8074
2.
10-19
3345
3231
6576
3.
20-29
2229
2201
4429
4.
30-39
1613
1702
3315
5.
40-49
1,224
1204
2428
6.
50-59
777
807
1584
7
60-69
453
542
995
8
70 keatas
259
293
552
14,056
13,941
27997
Jumlah
Sumber: Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah 2015
8
Tabel 2. Mata Pencaharian Keluarga Kecamatan Mawasangka Kabupaten
Buton Tengah
No
Jenis mata pencaharian
Jumlah
(KK)
Persentane
(%)
1
Buruh
500
7,34
2
Wiraswasta
1300
19,10
3
Pertukangan
305
4,48
4
Lain-lain
188
2,76
5
PNS, TNI, POLRI dan pensiun
901
13,24
6
Perkebunan
3,610
53,05
6.804
100
Jumlah
Sumber : Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015
B. Kondisi Sosial Budaya
Tabel 3. Jumlah Penduduk Menurut Pemeluk Agama di Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah
No.
Agama
Jumlah(Orang)
Persentase(%)
1.
Kristen Katolik
279
1,01
2.
Kristen Protestan
301
1,07
3.
Islam
27417
97,92
27997
100
Jumlah
Sumber : Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015
Tabel 4. Jumlah Penduduk Menurut Latar Belakang Pendidikan di
Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah
No.
Tingkat Pendidikan
Jumlah(Orang)
Persentase(%)
1.
Magister (S2)
80
0,28
2.
Doktor (S3)
30
0,14
3.
Akademi (D2 dan D3)
401
1,43
4.
Sarjana (S1)
581
2,07
5.
SMU
3189
11,39
9
6.
SMP
4001
14,29
7.
SD
5672
20,25
8.
Tidak/Belum Sekolah
14043
50,15
27997
100,00
Jumlah
Sumber: Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah Tahun 2015
C. Keadaan Responden Penelitian
a. Keadaan Responden Menurut Jenis Kelamin
Tabel 5. Keadaan Responden di Kecamatan Mawasangka Kabupaten
Buton Tengah Menurut Jenis Kelamin, 2016
No
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase (%)
1
Laki-laki
30
81,08
2
Perempuan
7
18,92
37
100,00
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2016
b. Keadaan Responden Menurut Tingkat Pendidikan
Tabel 6. Keadaan Responden diKecamatan Mawasangka Kabupaten
Buton TengahMenurut Tingkat Pendidikan, 2016
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
Tidak Sekolah
7
18,91
2
SD/SMP/SMA
14
37,83
3
Sarjana/Diploma
16
43,26
37
100,00
Jumlah
Sumber: Data Primer, 2016
c. Keadaan Responden Menurut Tingkat Usia
Tabel 7. Keadaan RespondenKecamatan Mawasangka Kabupaten
Buton Tengah Menurut Usia, 2016
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
Persentase (%)
1
21 – 30 tahun
5
13,52
2
31 – 40 tahun
20
54,05
3
41 – 50 tahun
12
32,43
37
100,00
Jumlah
10
Sumber data : Data Primer, 2016
d. Jenis Produk Jambu Mete Yang Diproduksi di Kecamatan Mawasangka
Tabel 8. Jenis Produk Yang Digunakan Responden Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah, 2016
No
Jenis Produk
Harga (Rp)
1
Mete 1 Kg
Rp. 115.000,-
2
Mete 1/2 Kg
Rp. 65.000,-
3
Mete 1 Kg Gula Merah
Rp. 150.000,-
4
Mete 1/2 Kg Gula Merah
Rp. 75.000,-
5
Mete Asin 1 Kg
Rp. 130.000,-
6
Mete Asin 1/2 Kg
Rp. 75.000,-
Sumber data : Data Sekunder, 2016
B. Deskripsi Penentuan Harga Jual Beli Jambu Mete di Kecamatan Mawasangka
Kabupaten Buton Tengah
Penentuan harga jual beli adalah penentuan nilai barang atau jasa yang
dimiliki sebelum melakukan kegiatan menjual ataupun membeli.
1. Harga Pokok Produk
Tabel 9. Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Harga Beli BahanBahan Pembuatan Produk Jambu Mete
di Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah
No.
1.
2.
3.
Tanggapan Responden
Jumlah
Persentase (%)
Meningkat
30
81,08
Cukup meningkat
7
18,92
Kurang meningkat
Jumlah
37
100,00
Sumber: Hasil Olahan Kuisioner, 2016
Hal ini sesuai dengan pendapat dari salah satu pengusaha jambu mete di
Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah yang mengatakan bahwa,
“harga jual sebuah produk tentu dipengaruhi dengan harga beli bahanbahan dalam produksi. Dalam produksi produk jambu mete di Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah, dipengaruhi oleh harga bahanbahan pendukung dalam produksi. Bahan-bahan itu adalah gula merah,
garam, kemasan plastik, harga distribusi, harga jambu mentah, dan
sebagainya. Dalam setiap tahun hampir selalu mengalami kenaikan harga.
Terutama harga jambu mete ketika musim hujan yang cenderung mahal.
Nanti setelah musim kemarau, harga jambu mete bisa stabil kembail”.
(wawancara, 20Mei 2016)
Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penentuan
harga jual beli jambu mete di Kecamatan Mawasangka terjadi karena harga
pokok produk. Dalam artian harga bahan-bahan pendukung dalam proses
produksi produk naik, maka harga jual jambu mete yang sudah diolah pengusaha
11
jambu mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Selatan juga
meningkat.
2. Daya Beli Masyarakat
Tabel 10.Tanggapan Responden Tentang Kemampuan Beli Masyarakat
Terhadap Produk Jambu Mete di Kecamatan Mawasangka
Kabupaten Buton Tengah
No.
Tanggapan Responden
Jumlah
Persentase (%)
1.
2.
3.
Tinggi
12
32,43
Sedang
20
54,05
Rendah
5
13,52
Jumlah
37
100,00
Sumber: Hasil Olahan Kuisioner, 2016
“mayoritas masyarakat di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah memiliki daya beli yang rendah terhadap produk jambu mete yang
telah diolah. Hal ini disebabkan karena mayoritas masyarakat di
Kecamatan Mawasangka memiliki jambu mete sendiri, sehingga antusias
masyarakat terhadap jambu mente menjadi berkurang. Oleh karena itu,
sebagian besar jambu mete yangtelah diolah, kami salurkan keluar daerah
seperti di Kota Kendari, Kabupaten Konawe, Kabupaten Kabaena, dan
sebagainya”. (wawancara, 20Mei 2016)
3. Kondisi Pasar
Pemilihan daerah pemasaran berpengaruh terhadap penentuan harga jual beli
sebab jarak dan kemudahan akses menjadi pertimbangan tersendiri dalam
menentukan harga jual jambu mete yang baik.
Untuk lebih jelasnya, berikut disediakan tabel tanggapan responden
penelitian yang diperoleh dari hasil kuisioner. Dari kuisioner tersebut, data yang
dihasilkan yaitu sebagai berikut:
Tabe l 11. Tanggapan Responden Tentang Pengaruh Daerah Pemasaran
Terhadap Harga Jual Produk Jambu Mete di Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah
No.
1.
2.
3.
Tanggapan Responden
Jumlah
Persentase (%)
Berpengaruh
34
91,89
Cukup berpengaruh
3
8,11
Kurang berpengaruh
Jumlah
37
100,00
Sumber: Hasil Olahan Kuisioner, 2016
Hal ini sesuai dengan pendapat dari salah satu pengusaha jambu mete di
Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah yang mengatakan bahwa,
“daerah pemasaran menjadi patokan bagi pengusaha-pengusaha jambu
mete yang ada di Kecamatan Mawasangka dalam menentukan harga jual
beli jambu mete yang telah di olah. Selama ini, khusus saya pribadi,
produk jambu mete disalurkan di Kabaena, Kabupaten Konawe Selatan,
Kabupaten Kolaka dan Kota Kendari. Harga jual jambu mete di Kota
Kendari dan di Kabupaten Kolaka tentu berbeda, mengingat jarak serta
kemudahan dalam akses masuk ke daerah tersebut”. (wawancara, 20Mei
2016)
12
Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penentuan
harga jual beli jambu mete di Kecamatan Mawasangka terjadi karena daerah
pemasaran. Dalam artian bahwa pemilihan daerah pemasaran produk jambu mete
menyebabkan harga jual jambu mete menjadi berubah tergantung jarak dan
kemudahan dalam mengakses daerah tersebut.
1. Harga Produk Saingan
Harga produk saingan adalah harga jual yang ditawarkan oleh orang lain
terkait produk yang sejenis
Untuk lebih jelasnya, berikut disediakan tabel tanggapan responden
penelitian yang diperoleh dari hasil kuisioner. Dari kuisioner tersebut, data yang
dihasilkan yaitu sebagai berikut:
Tabel 12. Tanggapan Responden Tentang Perbedaan Harga Jual Produk
Jambu Mete diantara Pengusaha Jambu Mete di Kecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah
No.
1.
2.
3.
Tanggapan Responden
Jumlah
Persentase (%)
Sama
15
40,54
Cukup sama
18
48,64
Berbeda
4
10,82
Jumlah
37
100,00
Sumber: Hasil Olahan Kuisioner, 2016
Berdasarkan hasil wawancara :
“perbedaan harga jual jambu mete di Kecamatan Mawasangka disebabkan
karena perbedaan harga bahan-bahan produksi yang dibeli ditempat yang
berbeda pula. Walaupun begitu, harga yang disajikan oelh pengusaha
jambu mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah tidak
terlampau jauh”. (wawancara, 20Mei 2016)
Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penentuan
harga jual beli jambu mete di Kecamatan Mawasangka terjadi karena perbedaan
harga produk diantara pengusaha jambu mete di Kecamatan Mawasangka. Dalam
artian bahwa harga bahan-bahan pendukung dalam proses produksi produk naik,
berbeda-beda diantara para pengusaha. Sehingga biaya produksi yang digunakan
oleh setiap pengusaha juga berbeda-beda.
C. Deskripsi Pendapatan Pengusaha Jambu Mete di Kecamatan Mawasangka
Kabupaten Buton Tengah
Pendapatan adalah suatu jumlah yang diperoleh dari hasil penjualan barang atau
jasa yang dilakukan oleh suatu perusahaan.Dalam artian bahwa pendapatan
merupakan hasil dari kegiatan penjualan yang dilakukan. Kecamatan Mawasangka
merupakan kecamatan yang sebagian besar penduduknya bekerja sebagai perkebun
jambu mete. Tidak heran jika jambu mete merupakan komoditas yang terbesar yang
mampu diproduksi di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah. Selain itu,
masyarakat di Kabupaten Mawasangka Kabupaten Buton Utara mampu mengolah
jambu mete menjadi sebuah produk yang memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Salah
satu tujuannya yaitu untuk meningkatkan pendapatan pengusaha jambu mete di
Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Utara. :
1. Volume Penjualan
Volume penjualan adalah banyaknya produk yang telah dibeli konsumen
dalam satu satuan waktu.Dalam dunia bisnis, pendapatan merupakan ujung
tombak perusahaan untuk mempertahankan konsistensi perusahaan serta sebagai
penggerak utama perusahaan. Segala macam kegiatan yang dilakukan perusahaan
13
bisnis bertujuan untuk mendapatkan pendapatan yang memadai guna mendukung
kelancaran perusahaan. Dalam penelitian ini, yang akan diukur volume penjualan
produk jambu mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.
Tabel 13. Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Volume Penjualan
Jambu Mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah
No. Tanggapan Responden
Jumlah
Persentase (%)
1.
2.
3.
Meningkat
22
59,45
Cukup meningkat
13
35,13
Kurang meningkat
2
5,40
Jumlah
37
100,00
Sumber: Hasil Olahan Kuisioner, 2016
Peningkatan volume penjualan jambu mete di Kecamatan Mawasangka
tidak lepas pengaruhnya dari bertambah luasnya daerah pemasaran. Hingga saat
ini daerah pemasaran jambu mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah sudah mencapai di Kabupaten Kolaka yang sebelumnya di Kabupaten
Konawe Selatan dan Kabupaten Konawe.
Tabel 14. Perkembangan Volume Penjualan Produk Jambu Mete Di
Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton TengahTahun20112015
Tahun
2011
Jenis Produk
Volume Penjualan
(Kemasan)
Kemasan 1 kg
19.600
Kemasan 1/2 kg
14.300
2012
Kemasan 1 kg
23.300
Kemasan 1/2 kg
18.100
2013
Kemasan 1 kg
28.700
Kemasan 1/2 kg
24.250
2014
Kemasan 1 kg
33.990
Kemasan 1/2 kg
25.200
2015
Kemasan 1 kg
44.300
Kemasan 1/2 kg
31.160
Sumber: Data Sekunder, 2016.
Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa volume
penjualan jambu mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah
sudah mengalami peningkatan dikarenakan bertambahnya jumlah daerah
pemasaran.
2. Jumlah Produksi
Jumlah produksi adalah banyaknya produk yang mampu dibuat oleh
produsen.Dalam menilai peningkatan pendapatan, dapat digunakan jumlah
produksi sebagai tolak ukur peningkatan pendapatan pengusaha jambu mete.
Tabel 15. Tanggapan Responden Tentang Perkembangan Jumlah
Produksi Jambu Mete diKecamatan Mawasangka Kabupaten
Buton Tengah
14
No
Tanggapan Responden
Jumlah
Persentase (%)
1
Meningkat
26
70,27
2
Cukup Meningkat
11
29,73
Jumlah
37
100,00
Sumber: Hasil Olahan Kuesioner, 2016
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, perkembangan jumlah
produksi jambu mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah dapat
dikatakan sudah mengalami perkembangan dengan pesat. Hal ini dapat dilihat
pada tabel perkembangan produksi pada Kecamatan Mawasangka Kabupaten
Buton Tengah sebagai berikut:
Tabel 16. Perkembangan Produksi KueBaruasaTahun2011-2015
Tahun
JumlahProduksi (Kemasan)
1kg
JumlahProduksi/Tahun
1/2 kg
2011
20.400
15.400
48.500
2012
25.700
20.100
63.400
2013
32.100
25.250
77.400
2014
37.800
25.200
88.200
2015
46.800
38.160
120.240
Sumber: Data Sekunder, 2016.
”Perkembangan jumlah produksi dilakukan untuk mengimbangi jumlah
pelanggan dan daerah pemasaran yang semakin meningkat. Hal ini ini
ditandai dengan adanya perkembangan dalam hal pendapatan maupun
produksi. Kalau produksi produk, Kecamatan Mawasangka Kabupaten
Buton Tengah telah mengalami perkembangan dari tahun 2011 hingga
tahun 2015”. (wawancara, 20Mei 2016).
Berdasarkan tabel tanggapan responden dan hasil wawancara kepada
informan pada Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah, maka dapat
disimpulkan bahwa Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah sudah
mengalami perkembangan dalam aspek jumlah pendapatan pengusaha jambu
mete. Dimana hal ini terlihat dari bertambahnya jumlah produksi produk olahan
jambu mete serta bertambahnya varian rasa olahan jambu mete diKecamatan
Mawasangka Kabupaten Buton Tengah.
3. Jumlah Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja adalah menyatakan jumlah dari pekerja usaha yang
terlibat langsung dalam proses produksi, distribusi dan penjualan. Tenaga kerja
merupakan salah satu ujung tombak bagi sebuah usaha dalam menjalankan
kegiatan bisnis
Tabel 17. Tanggapan Responden Tentang Perkembangan Jumlah
Pelanggan Pada Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah
No
1
Tanggapan Responden
Meningkat
Jumlah
Persentase (%)
24
64,86
15
2
Cukup Meningkat
13
35,14
Jumlah
37
100,00
Sumber: Hasil Olahan Kuesioner, 2016
”banyak sekarang pengusaha jambu mete yang memerlukan tenaga kerja
dalam hal ini menambah jumlah anggota tenaga kerja. Hal ini
dimaksudkan untuk menambah jumlah produksi sebab permintaan
produk jambu mete yang terus meningkat. Dengan bertambahnya jumlah
tenaga kerja, upah yang diberikan tentu akan meningkat, tetapi akan
tertutup oleh jumlah pendapatan yang diterima pengusaha”. (wawancara,
20Mei 2016).
Berdasarkan tabel tanggapan responden dan hasil wawancara kepada
informan diKecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah, maka dapat
disimpulkan bahwa Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengahsudah
mengalami perkembangan dalam aspek jumlah tenaga kerja. Dimana hal ini
terlihat dari bertambahnya daerah pemasaran sehingga permintaan jambu mete
terus meningkat, sehingga salah satu cara pengusaha untuk memenuhi permintaan
konsumen dengn menambah jumlah tenaga kerja agar jumlah produksi juga
meningkat.
4. Perbaikan Kualitas Usaha
Perbaikan kualitas usaha adalah kemampuan dari pengusaha untuk
meningkatkan berbagai aspek usaha yang dijalankan agar menunju lebih baik.
Tabel 18. Tanggapan Responden Tentang Peningkatan Kualitas Saran dan
Prasaran Kerja diKecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah
No
Tanggapan Responden
Jumlah
Persentase (%)
1
Meningkat
32
86,48
2
Cukup Meningkat
5
13,51
Jumlah
37
100,00
Sumber: Hasil Olahan Kuesioner, 2016
”perbaikan kualitas pelayanan dan sarana prasaran kerja perlu
ditingkatkan. Hal ini menyangkut kenyamanan dan kelancaran tenaga
kerja dalam memproduksi produk sesuai dengan target kerja. Hal hal
yang perlu dibenahi adalah dapur pemanggang. Harus lebih dari 2 dapur
pemanggang sebab jumlah produk akan lebih cepat jika memiliki jumlah
dapur yang banyak”. (wawancara, 20Mei 2016).
Berdasarkan tabel tanggapan responden dan hasil wawancara kepada
informan pada Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah, maka dapat
disimpulkan bahwa pendapatan yang diterima pengusaha jambu mete di
Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton Tengah
sudah mengalami
peningkatan yang ditandai dengan peningkatan sarana dan prasarana kerja.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada
bab sebelumnya, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
16
1. Penentuan harga jual beli jambu mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten
Buton Tengah telah dilakukan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari
peningkatan harga pokok produksi diikuti dengan peningkatan harga jual produk
olahan jambu mete, jarak dan kemudahan akses daerah pemasaran disesuaikan
dengan harga jual. Tetapi untuk daya beli masyarakat yang lemah, serta
perbedaan harga produk saingan maka pengusaha jambu mete perlu menentukan
harga jual yang memadai.
2. Pendapatan pengusaha jambu mete di Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton
Tengah dapat dikatakan meningkat. Hal ini dapat dilihat dari jumlah penjualan
yang meningkat dari tahun ke tahun, peningkatan jumlah produksi, peningkatan
jumlah karyawan, serta peningkatan kualitas pelayanan serta sarana dan
prasarana kerja.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengoptimalkan harga jual beli jambu mete, perlunya penyesuaian dengan
daya beli masyarakat dan harga produk saingan.
2. Untuk meningkatkan pendapatan pengusaha jambu mete, maka perlunya
meningkatkan beberapa aspek dalam kegiatan usaha, diantaranya adalah jumlah
produksi, jumlah penjualan, dan srana kerja.
17
DAFTAR PUSTAKA
S. 2000. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. PT.
RinekaCipta.Jakarta
Basu Swasta. 1990. Harga Jual Beli Dalam Bisnis. Liberty,.Yogyakarta
__________. 1993. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty,.Yogyakarta
__________. 2005. Manajemen Pemasaran Modern. Liberty,.Yogyakarta
Basuki, N. 1996.Tingkat Penawaran Ternak Kambing Rakyat Pada Tingkat PetaniPeternak di Kecamatan Bontomatene Kabupaten Wajo.Skripsi Fakultas
Peternakan Universitas Hasanuddin.
Bilas, 1984.Teori Ekonomi Mikro. Erlangga.Jakarta
Gie, T. Liang. 1998. Ensiklopedia Administrasi. Gunung Agung. Jakarta.
Hansen, 2001.Pengertian Harga Jual. Malang: Institut Teknologi Sepuluh November
Surabaya
Kotler.P. 1992.Manajemen Pemasaran. Cetakan Ke V. Erlangga, Jakarta.
Lamb, Jr. dkk. 2001. Evaluasi Penentuan Harga Jual Produk Bakpia (Studi Kasus pada
Bakpia Yogja). Jakarta: Universitas Atma Jaya.
Lutfi, 2012.Hubungan Biaya Produksi dan Harga Jual.(Kasus Pada PD Balong Indah
Mebel).Yogyakarta: UPP AMP YKPN
Mangkunegara, AP. 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Mas’ud,
Machfoed
2007.Akuntansi
Manajemen.
Buku
pertama,
edisi
pertama.Yogyakarta: BPFE, Gadjah Mada
Permana, 2009.Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Harga Jual.Jakarta: Salemba Empat.
Purwanta.2012. Efektivitas Organisasi. Erlangga.Jakarta
Siagian, S. 2002. Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi.Jakarta: Bumi
Aksara.
Soemarso.1999. Akuntansi Manajemen: Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Manajemen. Jakarta: Grasind
Sugeng, 2010.Pengaruh Dinamika Penawaran dan Permintaan Valas terhadap Nilai
Tukar Rupiah dan Kinerja Perekonomian Indonesia.Gramedia.Jakarta.
Sugiarto, dkk 2002.Ekonomi Mikro : Sebuah Kajian Komprehensif. PT Gramedia Pustaka
Utama.Jakarta.
Tjiptono.F. 2000. Strategi Pemasaran. CV. Andi Offset. Yogyakarta
Triyaswati, 2009.Skripsi: Penentuan Harga Jual Produk Dengan Mempertimbangkan
Biaya Kualitas Pada PT. Lambang Indah Rotan Sukoharjo.
https://docs. google.Com/viewer?A=v&q=cache:Bz4QDz8ZlpUJ:etd. Eprints.ums. ac. id.
diakses pada tanggal 28 september 2012.
Westra, P. 2002. Ensiklopedia Administrasi. Gunung Agung. Jakarta.
Widjaja.2003.
Perilaku
Organisasi
dan
Penerapannya.Rajawali.
Jakarta.
Yogyakarta:BPFE, Yogyakarta.
Arikunto,
Wira, Desmond. 2012. Analisa Teknikal Untuk Profit Maksimal.Salemba Empat
Jakarta.
Download