KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT SINK DENGAN MENGGUNAKAN JET SINTETIK ALIRAN SILANG DENGAN VARIASI GELOMBANG SINUSOIDAL DAN SEGIEMPAT Penulis Pembimbing : Aldy Andika ([email protected]) : Harinaldi ([email protected]) Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Kampus UI-Depok, Jawa Barat, 16424, Indonesia ABSTRAK Seiring dengan cepatnya kemajuan teknologi dalam industri elektronik, muncul banyak produk baru yang semakin kecil. Kondisi ini menimbulkan tantangan baru, yaitu kebutuhan akan sistem pendinginan berdimensi kecil dan hemat energi namun memiliki efisiensi termal yang tinggi, dimana jet sintetik dengan input massa nol dan output momentum tidak nol hadir sebagai sistem pendingin yang menjanjikan. Penelitian ini membahas karakteristik perpindahan panas oleh jet sintetik bertipe aliran silang dan dilakukan dalam dua tahap, yaitu tahap komputasi dan eksperimental. Tahap eksperimental dilakukan menggunakan function generator untuk menggerakkan membran dua buah membran dengan mengirimkan variasi fungsi sinusoidal dan segiempat dengan frekuensi osilasi sin 80 Hz – square 80 Hz, sin 80 Hz – square 120 Hz, sin 80 Hz – square 160 Hz, sin 120 Hz – square 80 Hz, sin 120 Hz – square 120 Hz, sin 120 Hz – square 160 Hz, sin 160 Hz – square 80 Hz, sin 160 Hz – square 120 Hz, sin 160 Hz – square 160 Hz untuk melihat karakteristik perpindahan panas konvektif pada heat sink. Tahap komputasi dilakukan menggunakan software CFD Fluent dengan model turbulensi k-ω SST dengan tipe meshing Tet/Hybrid Tgrid untuk melihat distribusi aliran dari jet sintetik aliran silang. Hasil penelitian menunjukkan pengaruh gelombang dan frekuensi getaran membran terhadap laju perpindahan panas yang didapat pada jet sinjetik bertipe aliran silang, dengan penurunan terbesar dicapai oleh variasi gelombang sin 120 Hz – square 80 Hz. Kata kunci Cross-Flow Synthetic Jet, CFD Fluent, Convective Heat Transfer Rate, Function Generator, k-ω SST turbulence model sistem pendinginan konvensional yang masih PENDAHULUAN Pada zaman modern ini, perkembangan menggunakan fan/blower yang memanfaatkan teknologi mengalami kemajuan yang semakin konveksi pakasa dengan udara sebagai fluida pesat, khususnya dalam industri elektronik. kerjanya. Sampai saat ini perangkat elektronik Seiring waktu, perkembangan dalam industri skala menengah sampai besar kebanyakan elektronik menuntut efisiensi bentuk dan kinerja masih menggunakan metode ini pada aplikasi produk sistem pendinginannya baik untuk sirkulasi yang semakin tinggi. Kecanggihan teknologi yang terus berkembang harus tentunya udara menyeluruh harus didukung oleh perangkat hardware di pendinginan lokal. atau peningkatan laju dalamnya. Pemasok daya yang ada seperti Synthetic jet merupakan suatu karakter baterai masih berkapasitas terbatas. Seiring aliran fluida dimana rangkaian cincin vortex dengan terbentuk tantangan efisiensi energi, maka oleh getaran membran/diafragma diperlukan suatu sistem baru yang mampu pada suatu cavity sehingga mengakibatkan menunjang hal tersebut. Salah satu yang gerakan keluar-masuknya fluida melalui celah dikembangkan sistem sempit/orifis (Smith & Glezer, 1998). Jet sintetik pendinginan elektronik. Metode pendinginan secara visual dapat digambarkan seperti pada yang masih umum digunakan saat ini adalah gambar 1. adalah dalam hal Karakteristik Perpindahan ..., Aldy Andika, FT UI, 2013 Tingkat kebisingan yang jauh lebih rendah Efisiensi (termodinamik) yang lebih baik, kebutuhan daya hanya setengahnya atau kurang Memiliki form factor yang jauh lebih baik sehingga bersifat “design-friendly” Reliability (tahan uji) intrinsik yang lebih tinggi Problem fouling yang lebih rendah, Gambar 1 Prinsip Kerja Jet Sintetik komponen Prinsip dasar kerja dari synthetic jet adalah Miniaturisasi terdiri diafragma, atas bisa rongga/cavity berupa piston, berisi dilindungi dari produk lebih mudah dibanding fan Memiliki output momentum tidak nol. Suatu aktuator jet sintetik dapat ambient memanfaatkan input massa netto nol dari fluida yang ada di sekitarnya namun menghasilkan bergerak kemungkinan peredaman kebisingan yang lebih simple membran piezoelektrik, maupun elektromagnetik, yang Namun jet sintetik juga tak lepas dari menggerakkan udara di dalamnya, di mana kekurangan, terutama pada model impinging. fluida udara keluar melalui cavity dalam bentuk Kelemahan utamanya terletak pada mudahnya rangkaian vortex dengan intensitas turbulensi fluida udara yang mengandung kalor dari fase yang laju discharge/blowing terhisap kembali pada fase perpindahan kalor dan akan menghasilkan efek suction. Hal ini akan mengakibatkan efek sekam pendinginan pada media yang dituju. yakni efek dimana panas akan terakumulasi tinggi sehingga mempercepat Synthetic jet terus dikembangkan karena memiliki keuntungan dibanding sistem dalam cavity jet sintetik (Tesar, 2005). Hal inilah yang mendorong penelitian jet sintetik diarahkan pendinginan konvensional seperti fan. Pada kepada model sistem fan kebutuhan suplai udara dipenuhi mengurangi dampak dari efek sekam tersebut. cross-flow dengan harapan dengan mengalirkan fluida udara dari satu tempat ke tempat lainnya. Sistem synthetic jet METODE menawarkan keuntungan utama yaitu hanya Pada penelitian ini dibutuhkan aktuator jet menggunakan udara yang sama yang terus sintetik untuk melakukan percobaan sehingga diputar oleh sistemnya (Sharma, 2007). Selain dirancanglah itu mengacu pada besarnya panas yang dibuang dimana diharapkan rancangan prototype jet terhadap besarnya volume aliran maka fan sintetik dinilai kurang efisien (Mahalingam dkk, 2006). menghasilkan aliran jet sintetik yang memiliki Keuntungan pendinginan heat transfer coefficient yang baik. Rancangan menggunakan synthetic jet dibanding fan untuk prototype jet sintetik yang dibuat & dipakai performa heat transfer yang sama, antara lain dalam eksperimen digambarkan dalam gambar (Lasance & Aarts, 2008): 2 lain dari sistem sebuah yang prototype telah Karakteristik Perpindahan ..., Aldy Andika, FT UI, 2013 jet dirancang sintetik mampu dipertahankan pada suhu isothermal 60 o C. Dinding batas di kedua sisi aktuator diasumsikan memiliki tekanan statik konstan dengan tekanan 1 atm. Detail lain dari kondisi komputasi dituliskan pada tabel 1. Gambar 2 Model synthetic jet dengan titik pengambilan data Penelitian ini telah dilakukan dengan melakukan tahapan komputasional dan tahapan Tabel Kondisi komputasi eksperimental untuk mendapatkan karakteristik pendinginan pada sink menggunakan heat sintetik jet. Setelah itu gerakan diafragma dimodelkan dengan user defined function (UDF). Pada permodelan ini akan terlihat beberapa daerah A. Tahap komputasional Tahap komputasional pada penelitian ini dilakukan agar mendapatkan gambaran aliran dan pola bidang termal pada aliran impinging jet sintetik. Hal ini dilakukan dengan menggunakan software CFD. Model komputasional ini di desain terlebih dahulu dilakukan sebelumnya dan dengan meshing kemudian menggunakan software Gambit seperti pada gambar 3 aliran turbulen, sementara aliran lain tetap pada kondisi laminar yang diindikasikan dengan nilai Reynolds yang rendah. Parameter yang digunakan pada simulasi ini adalah pengaturan model, sifat fluida dan nilai kondisi batas. Pada saat awal (t=0), posisi diafragma berada pada bagian bawah cavity. Gerakan diafragma diasumsikan sama dengan gerakan piston di dalam diekspresikan sebuah sebagai silinder, fungsi dimana gelombang sinusoidal di bawah ini. dimana A merupakan kecepatan maksimum Gambar 3 Gambaran daerah komputasi jet yang terbentuk akibat gerakan diafragma di dalam cavity dan t adalah waktu eksperimen. sintetik Serta fungsi gelombang square Model komputasi ini digunakan untuk menganalisis daerah aliran termal pada jet sintetik dengan menggunakan model matematika k-ω SST (Shear Stress Transport). B. Tahap Eksperimental Pada Tahap daerah kerja, udara diasumsikan eksperimen ini dilakukan untuk Suhu mendapatkan data temperatur sebuah heatsink lingkungan diasumsikan 30 oC dan suhu bagian yang didinginkan menggunakan jet sintetik. isothermal dan juga incompressible. bawah dari dinding yang dipanaskan, Karakteristik Perpindahan ..., Aldy Andika, FT UI, 2013 Sistem eksperimen yang dibuat pada penelitian ANALISA Pada tahap eksperimen, pengambilan data ini dapat dijabarkan pada gambar 4 dilakukan dengan mencatat nilai berubahan temperatur yang terjadi di keempat buah titik uji pada heat sink akibat proses pendinginan oleh cross-flow synthetic jet actuator. Eksperimen dilakukan pada ruang tertutup dengan temperatur ambience diupayakan sekitar 27 hingga 30 derajat celcius. Titik uji terdiri atas 4 daerah yang ditempelkan termokopel, yakni titik 1 dan 2 dibagian dasar heat sink, dan titik 3 dan 4 di bagian siripnya. Kedua titik termokopel yang berada pada level sama pun dibedakan jarak Gambar 4 Experimental Set-up peletakannya terhadap lubang orifis, yakni titik 1 Pengambilan data dengan dan 3 berada paling jauh dari orifis sedangkan mengukur suhu pada heat sink di enam titik titik 2 dan 4 berada tepat di depan celah dengan menggunakan digital multimeter dengan tersebut. Hal ini dianggap cukup mewakili untuk akurasi pengukuran dilakukan 0.1 o C. Sebelum dapat menggambarkan karakteristik dilakukan eksperimen, dilakukan pengaturan perpindahan panas pada heat sink suhu pada heat sink. Sumber panas pada heat sintetik aliran silang (cross-flow synthetic jet). sink didapatkan dengan menempatkan heater Sebanyak 9 jenis variasi akibat jet gelombang mat pada bagian bawah heat sink dengan suhu diberikan pada membran piezoelektrik pada 60 oC yang diatur menggunakan thermostat dan aktuator pengukuran dilakukan pada suhu lingkungan 27 didapatkanlah o Kemudian dilakukan pengaturan bentuk dibedakan pada letak termokopel dan jenis gelombang sinusoidal untuk membran atas dan variasi gelombangnya. Pada bagian ini analisis square untuk membran bawah yang dipakai data akan dikelompokkan menjadi 4, yakni pada eksperimen ini, serta pengaturan frekuensi analisis grafik berdasarkan pada titik termokopel, gelombang dengan variasi gelombang 80 Hz, titik 1, titik 2, titik 3 dan titik 4. C. 120 Hz dan 160 Hz jet sintetik 36 tersebut, kumpulan sehingga data, yang menggunakan function generator. Setelah semua pengaturan dilakukan, maka dilakukan pengambilan data dengan meletakkan thermocouple di satu titik pada heat sink yang kemudian dibaca menggunakan digital multimeter. Setelah itu digital multimeter dihubungkan dengan komputer dan kemudian pengambilan data dimulai. Pengambilan data pada eksperimen ini dilakukan selama 1 jam dengan interval data per 1 detik. Penurunan temperatur terbesar pada titik 1 tercatat mencapai 15,6 derajat celcius yakni Karakteristik Perpindahan ..., Aldy Andika, FT UI, 2013 terjadi pada variasi frekuensi gelombang sin 120 Hz – square 80 Hz, namun hingga waktu 60 menit variasi frekuensi ini mengalami kenaikan kembali sehingga nilai penurunan temperatur totalnya hanya sebesar 12,7 derajat, lebih kecil dari variasi frekuensi gelombang sin 80 Hz square 120 Hz yang mencapai nilai penurunan temperatur total sebesar 14,2 derajat celsius. Hasil data pengukuran temperatur yang didapatkan pada titik 3 dituliskan ke dalam bentuk grafik. Pada titik 3 ini nilai penurunan temperatur tertinggi juga dicapai pada variasi frekuensi sin 120 Hz – square 80 Hz dengan nilai penurunan temperatur sebesar 12,9 derajat celsius. Sedangkan nilai penurunan temperatur Pada titik 2 nilai penurunan temperatur terbesar ternyata juga dicapai oleh variasi frekuensi sin 120 Hz – square 80 Hz dengan terbesar dalam 60 menit dicapai pada varias frekuensi sin 80 Hz – square 120 Hz yaitu sebesar 12, 5 derajat. nilai penurunan temperatur sebesar 16,3 derajat celsius dari 57,4 derajat hingga ke 41,1 derajat, namun mengalami sedikit kenaikan temperatur kembali setelah 20 menit hingga kembali ke nilai 43,8 derajat celsius pada menit ke 60 atau naik sekitar 2,7 derajat. Titik 2 mengalami penurunan temperatur yang relatif lebih besar dari titik 1, padahal letak keduanya sama-sama berada langsung pada dasar heat sink. Hal ini kiranya diakibatkan oleh letak titik 2 yang lebih dekat terhadap orifis dibanding titik 1, sehingga dapat dikatakan juga bahwa titik 2 beada di daerah dengan intensitas turbulensi lebih tinggi dari pada titik 1, sehingga mengakibatkan timbulnya nilai koefisien perpindahan panas yang lebih tinggi dibanding titik 1. Titik 4 mengalami penurunan temperatur akibat jet sintetik aliran silang seperti yang tercatat dalam bentuk grafik pada gambar 4.4. Nilai penurunan temperatur terbesar pada titik 4 ternyata juga dicapai pada variasi frekuensi sin 120 Hz – square 80 Hz yaitu mengalami penurunan sebesar 19,3 derajat celsius, dan nilai penurunan terbesar selama 60 menit dicapai pada variasi frekuensi sin 80 Hz – square 120 Hz dengan nilai temperatur sebesar 17,3 derajat. Karakteristik Perpindahan ..., Aldy Andika, FT UI, 2013 penurunan tersebut semua ujung gelombang bertemu di satu titik. Pada tahap komputasional awal penelitian ini dilakukan komputasional simulasi 3 dengan dimensi. Namun model hal ini dilakukan sebatas untuk membuktikan bahwa tidak adanya perbedaan pola aliran yang berarti pada model 3 dimensi sehingga aliran dapat dianalisa Dari grafik heat transfer coefficient terlihat bahwa nilai koefisien perpindahan panas naik secara ekstrem di rentang waktu awal sebagai meringankan aliran beban 2 iterasi dimensi komputer untuk dan mempersingkat waktu simulasi. Hal ini seperti yang ditunjukkan gambar pengoperasian jet sintetik, kemudian setelah mencapai suatu nilai tertentu pada sekitar menit ke 15-25, nilai koefisien perpindahan panasnya menunjukan karakter stabil pada sekitar nilai tersebut. Hal ini terjadi pada hampir seluruh variasi frekuensi Square, kecuali gelombang pada Sinusoidal variasi – frekuensi gelombang Sinusoidal 160 Hz – Square 80 Hz yang mengalami sedikit kenaikan, serta pada variasi frekuensi gelombang Sinusoidal 120 Hz – Square 80 Hz yang Gambar 5 Simulasi 3D menunjukkan kecenderungan menurun. Dari hasil simulasi 3D ini diputuskan untuk Nilai heat transfer coefficient terbesar pada selanjutnya melakukan simulasi 2D karena penelitian ini dicapai oleh variasi frekuensi dianggap sudah cukup untuk menggambarkan gelombang Sinusoidal 120 Hz – Square 80 Hz aliran karakteristik perpindahan panas pada heat 2 pada menit ke 15 yakni sebesar 396,7 W/m K. Pada simulasi tahap atas komputasional desain prototype sink. dilakukan cross-flow synthetic jet actuator menggunakan software CFD Fluent. Bagian ini membahas tentang analisa kontur temperatur dan intensitas turbulensi, serta vektor temperatur dari prototype tersebut. Synthetic jet disimulasikan dalam periode time-step sebesar 0,025 sekon yang merupakan kelipatan perkalian terkecil dari kombinasi variasi sinyal sinusoidal dan square Gambar 5 Kontur Temperatur 80 Hz, 120 Hz, dan 160 Hz, dimana pada waktu Karakteristik Perpindahan ..., Aldy Andika, FT UI, 2013 Pada variasi sinyal Sinusoidal 80 Hz – DAFTAR REFERENSI Square 120 Hz serta Sinusoidal 120 Hz – Lasance, C.J.M., & Aarts, R.M. (2008). Synthetic Square 80 Hz di tabel 4.4, berdasarkan hasil jet cooling partI: Overview of heat transfer simulasi dapat dilihat untuk kontur temperatur, and acoustics. Paper presented at the 24th pendinginan secara ekstrim ke bagian atas heat IEEE SEMI-THERM Symposium. sink mulai terjadi pada periode 0,25 T. Tampak Mahalingam, R., Heffington, S., Lee, J., & juga bahwa temperatur dari mulai periode ini Schwickert, hingga processor periode 0,75 T memperlihatkan pergerakan pendinginan dari actuator sythetic jet M. (2006). cooling Newisys server augmentation using synthetic jet ejectors. IEEE, pp. 705-709. kepada heat sink. Pada 1 periode penuh terlihat Sharma, R.N. (2007, December). Some insights penurunan temperatur pada heat sink mulai into synthetic jet actuation from analytical menyebar ke seluruh bagian heat sink secara modelling. Paper presented at the 16th signifikan. Auatralasian Fluid Mechanics Conference. Tesar, V., Chuan, H.H., & Zimmerman, W.B. (2005). No-moving-part hybrid-synthetic jet KESIMPULAN Penelitian mengenai efek pendinginan serta karakteristik aliran dengan menggunakan cross- actuator. SNA-4850, pp. 1-11. Tuakia, Firman. (2008). Dasar - Dasar CFD flow synthetic jet actuator yang telah dilakukan menggunakan dan Informatika. berhasil menunjukkan karakteristik FLUENT. perpindahan panas pada heat sink terhadap variasi gelombang sinusoidal dan square pada frekuensi 80Hz, 120Hz dan 160 Hz. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek pendinginan dari gerakan suction dan discharge membran jet sintetik aliran silang dapat mencapai nilai yang memuaskan dan dapat mengurangi dampak negatif dari efek sekam. Pada hasil eksperimental terlihat bahwa pendinginan pada saat membran jet sintetik digerakan dengan menggunakan fungsi sinusoidal 120 Hz – square 80 Hz mempunyai efek pendinginan yang lebih baik dibandingkan pada variasi gelombang seta frekuensi lainnya. Hal ini ditandai dengan penurunan temperatur yang lebih baik pada fungsi sinusoidal 120 Hz – square 80 Hz dimana variasi gelombang tersebut dapat menurunkan suhu hingga 19,3 derajat celsius. Karakteristik Perpindahan ..., Aldy Andika, FT UI, 2013 Bandung: