Sri Mulyani, Jokowi dan Resep IMF

advertisement
Sri Mulyani, Jokowi dan Resep IMF
8 Desember 2016
http://koransulindo.com/sri-mulyani-jokowi-dan-resep-imf/
Presiden Joko Widodo berdialog dengan Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF)
Christine Lagarde [Foto: istimewa]
Koran Sulindo – Takjub. Demikian Menteri Keuangan Sri Mulyani memuji paket kebijakan
ekonomi yang dikeluarkan pemerintah Joko Widodo dalam setahun terakhir. Paket
kebijakan ekonomi yang disebut meniru resep Dana Moneter Internasional (IMF).
Rasa takjub Sri itu antara lain karena Jokowi menirunya tanpa tekanan. Dan paket
kebijakan Jokowi itu nyaris sama dengan resep pemulihan krisis ekonomi yang
disodorkan IMF kepada Presiden Soeharto pada 1997/1998. Celakanya, setelah
mengikuti resep itu, ekonomi Indonesia justru kian terpuruk hingga hari ini.
Kendati demikian, Sri tetap takjub dan memujinya. Hanya karena Jokowi
melakukannya tanpa tekanan dari lembaga pemberi kredit baik IMF maupun lembaga
keuangan internasional lainnya. Benarkah?
Selain pembangunan “Poros Maritim Dunia”, Jokowi juga menetapkan infrastruktur
sebagai sebagai salah satu program unggulan. Tidak heran, pada 2017 total alokasi
anggaran infrastruktur di Anggaran Pendapatan Belanja Negara mencapai Rp 387,3
triliun.
Di luar itu, pemerintah telah menetapkan kebutuhan dana pembangunan infrastruktur
mencapai sekitar Rp 4.800 triliun hingga 2019. Sedangkan pemerintah hanya memiliki
1
kemampuan sekitar Rp 1.131 triliun. Dengan demikian, ada kekurangan dana yang cukup
besar.
Amerika Serikat (AS) yang menjadi salah satu pemenang Perang Dunia II, banyak
menjerat berbagai negara dengan utang untuk memulihkan negerinya yang hancur akibat
perang. Hingga 2014, dana yang tersedia untuk pembangunan infrastruktur secara global
meningkat tajam mencapai US$ 24,2 miliar atau naik 45 persen dari tahun sebelumnya.
Untuk itu, Bank Dunia lantas membentuk skema Publik Private Partnership (PPP) dengan
mengumpulkan pemerintah, lembaga pembangunan dan investor swasta untuk mendanai
proyek infrastruktur global. Lalu, lembaga itu kemudian dikenal dengan Global
Infrastructure Facilities (GIF) yang berada di bawah Bank Dunia. Lembaga ini menjadi
“persekutuan” negara-negara pemberi kredit, bank pembangunan multilateral dan swasta
seperti Citibank, HSBC, DBS Bank, Bank Pembangunan Asia (ADB) dan lain sebagainya
untuk bersama-sama membiayai pembangunan infrastruktur lewat skema PPP ke
berbagai negara.
Tujuan utamanya adalah pasar yang sedang berkembang (emerging market) dan negara
yang dianggap sedang tumbuh (emerging country) seperti kawasan Asia-Pasifik maupun
negara-negara seperti Tiongkok, India, Bangladesh, Brasil, Afrika Utara maupun
Indonesia yang diperkirakan membutuhkan dana sebesar sekitar US$ 1 triliun untuk lima
tahun. Asia-Pasifik menjadi salah satu pusat proyek pembangunan infrastruktur dunia
dan hampir 50 persen dana infrastruktur dunia berada di kawasan ini.
Bank Dunia melalui International Finance Coorporation (IFC) pernah menyebutkan, jika
Indonesia ingin terus bersaing sebagai negara yang tumbuh secara ekonomi, maka proyek
infrastrukur sangat penting sebagai jawaban untuk membuka sumbatan kran investasi
yang selama ini menghambat akibat jeleknya infrastruktur di Indonesia. Bersama Bank
Dunia, IFC menyalurkan utang sebesar US$ 12 miliar untuk empat tahun. Di luar itu
tiap-tiap lembaga tersebut telah menggelontorkan US$ 1 miliar pada tahun ini. IFC pula
yang kemudian memberi modal kepada Jokowi untuk menghimpun dana ke dalam
perusahaan pembiayaan infrastruktur bernama PT Sarana Multi Infrastruktur
(perusahaan yang juga memperoleh pembiayaan dari dana yang terkumpul dalam BPJS),
yang juga akan dikelola Pusat Investasi Pemerintah.
Dengan demikian, bisa dipastikan sumber pembiayaan untuk proyek infrastruktur
Indonesia akan terus bertambah. Antara lain, berasal dari Indonesia Infrastructure
Fund, Japan Bank For International Cooperation, ADB, Bank Dunia hingga yang terbaru
AIIB siap membiayai proyek infrastruktur yang tersebar di Indonesia.
2
Kembali kepada Sri Mulayani yang takjub akan reformasi kebijakan ekonomi Jokowi.
Ia menilai reformasi kebijakan Jokowi dalam berbagai bidang sukses dan sangat
disiplin kendati merupakan resep IMF pada 1997/1998. Ia menyebutnya sebagai warisan
yang bagus.
“Saya tidak pernah melihat di negara manapun yang lepas dari program IMF, bisa sangat
sukses melakukan reformasi kebijakan dengan sangat disiplin. Biasanya banyak negara
yang melakukan reformasi kebijakan karena tekanan IMF, karena keuangan negara itu
tengah berdarah-darah dan mereka butuh bantuan IMF,” kata Sri seperti
dikutip cnnindonesia.com dalam acara International Forum on Economic Development
and Public Policy di Nusa Dua, Bali, Kamis (8/12).
IMF melalui penelitinya yang melawat ke Indonesia pada November lalu, juga memuji
kinerja ekonomi Indonesia di bawah Jokowi. Dalam laporan yang dimuat di laman
resminya, IMF mencatat keberhasilan kebijakan ekonomi Jokowi antara lain pencabutan
subsidi BBM pada 2015, program infastruktur, deregulasi, membuka kran investasi
swasta asing maupun dalam negeri dan aturan baru soal penetapan upah minimum. IMF
juga mencatat perlunya melanjutkan reformasi struktural untuk mendukung
pertumbuhan dan investasi swasta.
Pemerintah Jokowi kenyataannya sangat mendukung skema yang telah ditetapkan itu.
Makanya, ia membentuk Komite Percepatan Pembangunan Infrastruktur Prioritas yang
bertugas sebagai Project Manajemen Office dalam proyek prioritas infrastruktur. Ia
juga menjamin ketersediaan tanah bagi investasi infrastruktur sekaligus jaminan atas
berbagai investasi berbagai sektor.
Tidak perlu heran juga, mengapa berbagai paket kebijakan ekonomi Jokowi lalu berisi
skema-skema untuk mempermudah investasi dan menjaminnya untuk bisa segera
beroperasi di Indonesia. Atas fakta itu, pernyataan Sri Mulyani soal reformasi
kebijakan ekonomi Jokowi dikeluarkan tanpa tekanan IMF maupun lembaga keuangan
internasional menjadi tidak tepat. Sri akan tetapi benar untuk satu hal, Jokowi memang
tidak didikte, namun, memilih mengabdi kepada kepentingan para investor terutama
pemodal asing. [KRG]
Sri Mulyani Kagum
Jokowi Susun Paket Ekonomi Secara Mandiri
3
Elisa Valenta Sari, CNN Indonesia
Kamis, 08/12/2016 12:06 WIB
Menkeu Sri Mulyani Indrawati mengaku tidak pernah melihat ada negara yang lepas dari program IMF,
bisa sangat sukses melakukan reformasi kebijakan ekonomi. (CNN Indonesia/Safir Makki)
Bali, CNN Indonesia -- Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut Paket
Kebijakan Ekonomi yang digulirkan rezim pemerintahan Joko Widodo (Jokowi), meniru
resep pemulihan krisis ekonomi ala lembaga donor International Monetary Fund (IMF).
Pada kurun 1997-1998, Indonesia diketahui pernah menjalankan reformasi kebijakan
yang disarankan oleh IMF sebagai prasyarat sebelum mendapatkan bantuan pendanaan
untuk memulihkan krisis keuangan. Namun kini ia mengaku takjub, reformasi yang
dilakukan oleh Jokowi berjalan tanpa tekanan dari lembaga pemberi utang manapun.
"Saya tidak pernah melihat di negara manapun yang lepas dari program IMF, bisa sangat
sukses melakukan reformasi kebijakan dengan sangat disiplin. Biasanya banyak negara
yang melakukan reformasi kebijakan karena tekanan IMF, karena keuangan negara itu
tengah berdarah-darah dan mereka butuh bantuan IMF," ujar Sri Mulyani dalam acara
International Forum on Economic Development and Public Policy di Nusa Dua, Bali, Kamis
(8/12).
"Ini sangat menakjubkan, mungkin paket kebijakan ini merupakan warisan dari IMF pada
1998 lalu. Banyak birokrat yang bilang waktu kita melakukan reformasi kebijakan itu
ketika kita di bawah program IMF, tapi ini warisan yang bagus," lanjutnya.
Ia mengatakan, biasanya suatu negara melakukan reformasi kebijakan yang sangat
struktural pada saat negara tersebut tengah dilanda krisis. Ia menyinggung Indonesia
pernah melakukan reformasi atas saran IMF.
4
Download