BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS 3.1. Kajian Teori Pada bab ini akan membahas kajian teori dari masing-masing variabel. Selain pembahasan mengenai teori dari masing variabel, dibahas juga terkait penelitian terdahulu, rerangka pikir dan hipotesis dari penelitian ini. 3.1.1. Pasar Modal Sub bab ini akan menjelaskan beberapa hal terkait pasar modal. Dimulai dari pengertian pasar modal, fungsi dari pasar modal, macam-macam pasar modal dan faktor penentu keberhasilan pasar modal serta instrument pasar modal. 3.1.1.1. Pengertian Pasar Modal Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dana guna menunjang pembiayaan nasional. Menurut Tandelilin (2001), menyebutkan bahwa terdapat tiga definisi mengenai pasar modal, yaitu: a. Dalam arti luas adalah sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bankbank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat berharga. 24 25 b. Dalam arti menengah adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga lembaga yang memperdagangkan warkat kredit termasuk saham, obligasi, pinjaman, hipotek berjangka dan tabungan, serta deposito berjangka. c. Dalam arti sempit adalah tempat pasar terorganisir yang memperdagangkan saham dan obligasi dengan memakai jasa dari broker (makelar), komisioner, dan underwriter (penjamin). Secara formal, pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang memiliki harga sekuritas yang telah mencerminkan semua informasi yang relevan (Husnan, 2005). Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran instrumen keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun. (Samsul, 2006). 3.1.1.2. Fungsi Pasar Modal Secara makroekonomi, pasar modal mempunyai peranan yang lebih luas jangkaunnya. Peranan Pasar Modal dalam perekonomian suatu negara adalah (Sunariyah, 2006): a. Fungsi Tabungan ( saving function ) Para penabung perlu memikirkan alternatif menabung diluar perbankan yaitu pasar modal. Surat berharga yang diperjualbelikan dipasar modal memberi jalan yang murah tanpa resiko untuk menginvestasikan dananya. b. Fungsi Kekayaan ( wealth function ) 26 Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka panjang dan jangka pendek sampai kekayaan tersebut dapat dipergunaan kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan dalam surat berharga tidak mengalami penyusutan seperti aktiva berupa gedung atau mobil. c. Fungsi likuiditas (liquidity function) Kekayaan akan disimpan dalam surat surat berharga bisa dilikuidasi melalui pasar modal dengan resiko yang minimal dibandingkan dengan aktiva lain. Proses likuidasi dengan biaya yang murah dan proses yang lebih cepat. d. Fungsi Pinjaman (credit function) Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi dan investasi. Pasar modal bagi perekonomian sutau negara merupakan sumber pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun masyrakat. Pemerintah lebih mendorong pertumbuhan pasar modal untuk mendapatkan dana yang lebih murah dan lebih cepat. 3.1.1.3. Macam-macam Pasar Modal Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Jenis-jenis pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu (Sunariyah, 2004): a. Pasar Perdana (primary market) 27 Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum saham tersebut dicatatkan dibursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. b. Pasar Sekunder (secondary market) Pasar sekunder adalah dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual c. Pasar Ketiga (third market) Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa (over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek yang terorganisasi diluar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal. d. Pasar Keempat (fourth market) Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek. 28 3.1.1.4. Faktor Penentu dari keberhasilan Pasar Modal Faktor faktor yang mempengaruhi dari keberhasilan pasar modal antara lain (Husnan: 2009): a. Supply sekuritas, yaitu bahwa keberhasilan pasar modal ditentukan dari banyaknya perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal. b. Demand sekuritas, yaitu harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki jumlah dana cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas yang ditawarkan. c. Kondisi politik dan ekonomi, yaitu bahwa stabilitas ekonomi dan politik ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi permintaan dan penawaran d. Masalah hukum dan peraturan, yaitu bahwa hukum dan peraturan perlu disusun bersama-sama anatara berbagai pihak yang terkait dalam pasar modal. e. Peran dari lembaga lembaga pendukung pasar modal, yaitu lembaga lembaga tersebut perlu untuk bekerja dengan profesional dan bisa diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi dipasar modal bisa berlangsung secara cepat, efisien, dan bisa dipercaya. 3.1.1.5. Instrumen Pasar Modal Menurut Tandelilin (2001) terdapat beberapa sekuritas yang pada umumnya diperdagangkan di pasar modal, instrument-instrumen tersebut antara lain: 29 a. Saham Saham merupakan bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. b. Obligasi Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada saat jatuh tempo. c. Reksadana Reksadana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa pemilknya menitipkan sejumlah uang atau dan dana kepada perusahaan reksa dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik dipasar modal maupun dipasar uang. d. Instrumen derivatif Instrumen derivatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Ada beberapa jenis instrumen derivatif, antara lain: warrant, bukti right, opsi dan futures. 30 3.1.2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Menurut Samsul (2006), Indeks Harga Saham gabungan (Composite Stock Price Indeks (CSPI)) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang tercatat di bursa efek. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diterbitkan oleh bursa efek. IHSG mengalami perubahan setiap hari, hal ini dikarenakan adanya perubahan harga pasar yang terjadi setiap hari dan karena bertambahnya saham. Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai (Sunariyah, 2011): 1. Metode rata-rata (Average Method) Pada metode ini, harga pasar saham-saham yang dimaksudkan dalam perhitungan indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi tertentu. Rumus Indeks Harga Saham Gabungan dengan metode rata-rata adalah: ∑ Ps IHSG = Divisor Keterangan: IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan ∑Ps : Total harga saham Divisor : Harga dasar saham 31 2. Metode rata-rata Tertimbang (Weighted Average Method) Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham. Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah saham yang dikeluarkan. Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata tertimbang: a. Metode Paasche Membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh saham yang tergantung dalam suatu indeks. Jadi makin besar kapitalisasi suatu saham, maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan harga pada saham yang bersangkutan. Rumus Paasche: ∑ (Ps X Ss) IHSG = ∑ (Pbase X Ss) Keterangan: IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan Ps : Harga saham sekarang Ss : Jumlah saham yang beredar 32 Pbase : Harga dasar saham b. Metode Laspeyres Rumus Laspeyres: ∑ (Ps X So) IHSG = ∑ (Pbase X So) Keterangan: IHSG : Indeks harga saham gabungan Ps : Harga saham sekarang So : Jumlah saham awal Pbase : Harga dasar saham Pada metode Laspeyres jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar tidak bisa berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru. Sedangan Paasche menggunakan jumlah saham yang berubah jika ada pengeluaran saham baru. 3.1.3. Inflasi Laju inflasi merupakan tingkat perubahan tingkat harga umum dan diukur sebagai berikut (Samuelson dan Nordhaus, 2004): 33 Harga (th t) - harga (th t-1) Inflasi ( th t ) = x 100% Harga (th t-1) Secara konseptual kita mengukur tingkat harga diukur sebagai rata rata tertimbang dari barang barang dan jasa jasa perekonomian. Dalam prakteknya kita mengukur tingkat harga keseluruhan dengan membuat indeks harga yang merupakan rata-rata harga konsumen atau produsen. Ada tiga macam jenis indeks harga, yaitu (slideshare.net, 2014): 1. Indeks harga konsumen (IHK) IHK adalah angka yang menggambarkan perbandingan perubahan harga barang dan jasa yang dihitung dianggap mewakili belanja konsumen, termasuk hargaharga makanan, pakaian, pemukiman, bahan bakar, transportasi, perawatan kesehatan, pendidikan, dan komoditi lain yang dibeli untuk menunjang kehidupan sehari-hari. 2. Indeks harga produsen (IHP) IHP adalah perbandingan perubahan barang dan jasa yang dibeli oleh produsen pada waktu tertentu. IHP mengukur tingkat harga pada tingkat produsen atau pedagang besar, yang didasaran pada kira-kira harga komoditi, termasuk hargaharga makanan, produk manufaktur, dan produk pertambangan. Timbangan tetap 34 yang digunakan untuk menghitung IHP adalah penjualan bersih komoditi, karena begitu rincinya indeks ini banyak digunakan oleh dunia usaha. 3. Indeks harga yang harus dibayar dan diterima oleh petani. Indeks harga barang-barang yang dibayar oleh petani baik untuk biaya hidup maupun untuk biaya proses produksi. Seperti halnya wabah penyakit, inflasi memiliki beberapa tingkat kejadian yang berbeda. Sehingga inflasi dikategorikan menurut tiga kategori: a. Inflasi Moderat (moderat Inflation ) Inflasi moderat ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat. Mungkin kita dapat menyebutnya sebagai laju inflasi satu digit per tahun. b. Inflasi Ganas (galloping Inflation) Inflasi dalam 2 digit atau tiga digit seperti 20, 100, atau 200 persen per tahun disebut inflasi ganas. c. Hyperinflasi Hyperinflasi merupakan inflasi yang sangat mematikan karena mempunyai dampak yang dahsyat. Indeks-indeks harga dihitung dengan menggunakan metode perhitungan indeks harga sebagai berikut (slideshare.net, 2014): 1. Metode penghitungan indeks harga tidak tertimbang Rumus indeks harga tidak tertimbang sederhana: 35 ∑Pn ∑Po Keterangan: ∑Pn = Jumlah harga pada tahun tertentu ∑Po = Jumlah harga pada tahun dasar 2. Metode penghitungan indeks harga tertimbang a. Metode Laspeyres adalah metode penghitungan angka indeks yang ditimbang dengan menggunakan faktor penimbang kuantitas atau jumlah barang pada tahun dasar (Qo). Rumus = ∑Pn.Qo ∑Po.Qo b. Metode Paasche atau GNP Deflator GNP Deflator merupakan metode penghitungan angka indeks yang ditimbang dengan menggunakan faktor penimbang kuantitas pada tahun tertentu (Qn) Rumus = ∑Pn.Qn ∑Po.Qn 36 3.1.4. Kurs atau Nilai Tukar Nilai tukar rupiah atau disebut juga kurs rupiah adalah perbandingan nilai atau harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antarnegara di mana masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008). Kebijakan nilai tukar dilakukan untuk mengendalikan transaksi neraca pembayaran. Nilai tukar yang rendah relatif terhadap mata uang negara lain akan mendorong peningkatan eskpor dan dapat mengurangi laju pertumbuhan impor. Transaksi ekspor dan impor yang dilakukan di Indonesia menggunakan berbagai mata uang asing. US dollar merupakan mata uang yang paling sering digunakan dalam transaksi ekspor dan impor di Indonesia (Megawati, 2009). Pengaruh perubahan kurs setiap perusahaan tentunya tidak sama, tergantung dari strategi dan kebijakan yang diambil perusahaan. Penelitian Dewi (2006) faktor kurs USD menghasilkan koefisien korelasi yang negatif antara excess return semua saham sampel dengan risk premium kurs, yang berarti depresiasi rupiah akan menurunkan return saham demikian juga apresiasi rupiah akan menaikan return saham, ternyata tidak demikian halnya jika faktor kurs tersebut digunakan secara bersama-sama dengan faktor lainnya (IHSG) untuk memprediksi return saham. Terdapat empat jenis nilai tukar dalam berbagai jenis transaksi ataupun jual beli valuta asing, yakni: 37 1. Kurs jual (selling rate), yakni kurs yang ditetapkan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada waktu tertentu. 2. Kurs tengah (middle rate), yakni kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh bank sentral pada suatu saat tertentu. 3. Kurs beli (buyying rate), yakni kurs yang ditetapkan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada waktu tertentu. 4. Kurs flat (flat rate), yakni kurs yang berlaku dalam transaksi kual beli bank notes dan traveller cheque, dimana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi dan biaya-biaya lain. Faktor faktor yang mempengaruhi kurs menurut Mamduh (2003) antara lain: 1. Tingkat inflasi Pada umumnya negara yang mempunyai tingkat inflasi yang tinggi mempunyai kecenderungan nilai mata uang yang semakin melemah (depresiasi). 2. Perbedaan tingkat bunga antar negara Kenaikan tingkat bunga di Amerika Serikat relatif terhadap tingkat bunga di Indonesia akan menyebabkan banyak investor yang mengalihkan investasi dari instrumen keuangan dengan denominasi dollar. Investor berusaha memanfaatkan tingkat bunga yang lebih tinggi sehingga akibatnya dollar akan menguat (appresiasi) terhadap rupiah, atau rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar. 3. Stabilitas Politik dan resiko Ekonomi 38 Negara yang mempunyai stabilitas politik yang tinggi mempunyai nilai mata uang semakin kuat. 3.1.5. Produk Domestik Bruto (PDB) Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi (BPS, 2014). PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. 3.1.6. Suku Bunga Pada perekonomian terdapat dua tingkat bunga yaitu tingkat bunga riil dan tingkat bunga nominal. Tingkat bunga nominal adalah bunga yang dibayar bank, sedangkat tingkat bunga riil adalah kenaikan dalam daya beli masyarakat (Mankiv, 39 2003). Sedangkan tingkat bunga riil sendiri dibagi dua, tingkat bunga riil ex ante yaitu tingkat bunga riil yang diharapkan pemberi pinjaman dan peminjam, dan tingkat bunga riil ex post yaitu tingkat bunga yang terealisasi secara nyata (Mankiw, 2003) Tingkat bunga nominal tidak dapat menyesuaikan inflasi aktual karena tingkat inflasi aktual tidak diketahui ketika tingkat bunga nominal ditetapkan, tingkat bunga nominal hanya bisa menyesuaikan inflasi yang diharapkan. Irving Fisher menggungkapkan bahwa (dalam Mankiw, 2003) tingkat bunga nominal adalah jumlah dari tingkat tingkat bunga riil dan tingkat inflasi, dapat ditulis dengan persamaan: i=r+π Keterangan: i = tingkat bunga nominal r = tingkat bunga riil π = tingkat inflasi Tingkat bunga merupakan salah satu dari beberapa indikator ekonomi moneter Indonesia. 40 3.2.Penelitian Terdahulu Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh indikator makroekonomi terhadapa harga saham. Beberapa penelitian tersebut adalah: 1) Adib (2009), berdasarkan penelitiannya dalam kurun waktu 2005-2007 tentang pengaruh inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghasilkan inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Artinya tingkat inflasi dapat menjelaskan variasi IHSG dengan arah yang berlawanan. Jika tingkat inflasi naik, maka kenaikan tersebut akan menyebabkan IHSG turun. Sebaliknya jika tingkat inflasi turun, maka penurunan tersebut akan menyebabkan IHSG naik. 2) Sedangkan menurut Pasaribu (2009) yang menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh secara parsial terhadap IHSG, hal ini berdasarkan penelitiannya tahun 2006-2009. Secara konsep inflasi adalah signal negatif bagi investor di pasar modal, karena inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan. 3) Paramithasari (2009) meneliti tentang Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Return Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari variabel inflasi terhadap return saham perusahaan Manufaktur, sedangkan Fama dan French (1989) yang meneliti kaitan antara return saham dengan tingkat suku bunga, inflasi dan pertumbuhan ekonomi, hanya menemukan pengaruh negatif 41 inflasi terhadap harga saham dan tidak menemukan pengaruh suku bunga dan pertumbuhan ekonomi terhadap harga saham. 4) Kewal (2012), dalam penelitiannya dengan menggunakan variabel inflasi, suku bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB dengan periode penelitian 2000-2009, menyatakan bahwa pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG. 5) Sangkyun (1997) meneliti pengaruh antara variabel makro berupa harga konsumen, PDB, tingkat inflasi dan tingkat bunga terhadap return saham menemukan hasil bahwa hanya PDB yang berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel lain tidak berpengaruh. Hooker (2004) juga mendukung hasil penelitian tersebut dimana return pasar dipengaruhi secara positif signifikan oleh pertumbuhan PDB. 6) Sinaga (2013), dalam penelitian pengaruh inflasi, suku bunga SBI, dan pertumbuhan PDB terhadap IHSG tahun 2008-2012 membuktikan bahwa pertumbuhan Produk Domestik Bruto secara parsial tidak berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 7) Amin (2012), pada penelitiannya yang meneliti terkait pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, nilai kurs dollar(USD/IDR), dan Indeks Dow Jones (DJIA) terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2011 menyatakan bahwa nilai kurs dollar AS terhadap rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Hal yang sama juga diungkapkan oleh (Madura, 2000) Perubahan nilai tukar mempunyai pengaruh negatif terhadap 42 harga saham. Artinya apabila nilai mata uang asing naik maka harga saham akan turun, hal disebabkan harga mata uang asing yang tinggi perdagangan di BEJ akan semakin lesu, karena tingginya nilai mata uang mendorong investor berinvestasi di pasar uang. 8) Albeta (2006) meneliti tentang pengaruh kurs, inflasi, dan suku bunga deposito terhadap IHSG di BEJ. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa kurs tidak berpengaruh terhadap IHSG. 9) Pasaribu et al (2009) menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukan bahwa suku bunga SBI tidak berpengaruh pada IHSG, penelitian tersebut dilakukan dalam kurun waktu 2006 hingga 2008 dengan menggunakan variabel makro ekonomi yang diteliti adalah inflasi, rata-rata jumlah uang beredar, tingkat suku bunga, nilai tukar (kurs), produk domestik bruto (PDB). 10) Berbeda dengan Pasaribu et al, Tobing (2009) menyatakan bahwa hasil regresi jangka pendek kurs rupiah berpengaruh negatif, inflasi berpengaruh positif, tingkat suku bunga SBI dan Inflasi berpengaruh positif tapi tidak signifikan. Penelitian Tobing ini dilakukan dengan menggunakan variabel makro ekonomi nilai tukar, inflasi dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam kurun waktu 2004-2008. 3.3.Rerangka Pikir Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari inflasi, nilai tukar atau kurs, PDB dan suku bunga terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan. 43 Inflasi (-) H1 Nilai Tukar/Kurs (-) Produk Domestik Bruto (PDB) (+) H2 H3 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) H4 Suku Bunga (-) H5 Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran IHSG berfluktuasi menurut kondisi pasar saham. Apabila IHSG meningkat menunjukkan harga sebagian besar harga saham di BEI mengalami kenaikan. Hargaharga saham meningkat apabila permintaan akan saham naik. Permintaan meningkat karena persepsi investor yang menganggap bahwa investasi pada saham lebih profitable dari pada investasi pada aktiva-aktiva lain. Secara teknis kenaikan IHSG ditandai dengan banyaknya aksi beli saham oleh para investor. Sebaliknya penurunan menunjukkan harga-harga sebagian besar saham di BEI mengalami penurunan. Harga saham turun terjadi excess supply pada saham. Kondisi excess supply ini terjadi karena persepsi investor menganggap bahwa investasi pada saham kurang menguntungkan dibandingkan investasi pada aktiva-aktiva lain. Hal ini menunjukkan bahwa minat investor untuk menanamkan modalnya menjadi menurun yang ditandai dengan banyak aksi jual saham. Investasi pada saham dipasar modal dipengaruhi berbagai faktor ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi kegiatan investasi di pasar modal adalah kondisi makro ekonomi dimana kondisi tersebut 44 tercermin dari indikator ekonomi moneter seperti inflasi, kurs atau nilai tukar, PDB dan suku bunga. Hubungan antara variabel makroekonomi yaitu inflasi, kurs atau nilai tukar, PDB dan suku bunga, dikarenakan Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga maka hal ini akan memicu masyarakat mengambil dana mereka yang tersimpan di bank karena mengangap investasinya kurang menguntungkan, dengan penarikan dana oleh masyarakat akan memicu uang beredar yang ada semakin meningkat sehingga ini menimbulkan kenaikan harga-harga barang atau terjadi kenaikan inflasi di Indonesia, dengan kenaikan inflasi maka akan menyebabkan harga barang domestik relatif lebih mahal dari pada harga barang impor sehingga masyarakat terdorong untuk membeli barang impor yang harganya relatif lebih murah, transaksi harga barang impor membutuhkan konversi mata uang domestik terhadap mata uang asing sehingga terjadi peningkatan permintaan mata uang asing yang berakibat menurunnya kurs domestik terhadap mata uang asing dan dengan kenaikan tingkat inflasi maka peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari pengingkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun (Harianto, 1998 dalam Thobarry, 2009), menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal. Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan positif terhadap harga saham, karena dengan menigkatnya pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan meningkatnya permintaan saham dan pada akhirnya akan mengakibatkan menigkatnya harga saham. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan merubah pola investasi suatu negara. 45 Salah satu indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya PDB yang merupakan suatu kenaikkan output perkapita jangka panjang. 3.4. Hipotesis Perumusan hipotesis pada penelitian ini adalah: 1. Diduga ada pengaruh negatif antara tingkat inflasi terhadap IHSG. Tingkat inflasi yang tinggi menyebabkkan daya beli saham menurun. Jika peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari pengingkatan harga yang dapat dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun, menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal. H1 : Ada pengaruh negatif signifikan antara tingkat inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 2. Diduga ada pengaruh negatif dan signifikan antara nilai tukar terhadap IHSG. Apabila nilai kurs rupiah terhadap dollar melemah atau nilai tukar rupiah terhadap dollar dari 1 dollar adalah 9.000 rupiah menjadi 10.000 rupiah maka investor akan beramai ramai membeli saham di Indonesia karena investor mengangap harga saham di Indonesia terlalu murah, sehingga terjadi kenaikan permintaan saham, sehingga IHSG ikut terdorong naik. H2 : Ada pengaruh negatif signifikan antara nilai tukar terhadap US Dollar pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 46 3. Diduga ada pengaruh positif dan signifikan antara PDB terhadap IHSG. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan mengubah pola investasi suatu negara. Salah satu indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya PDB yang merupakan suatu kenaikkan output perkapita jangka panjang. H3 : Ada pengaruh positif signifikan antara PDB terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). 4. Diduga ada pengaruh negatif dan signifikan antara suku bunga terhadap IHSG. Apabila pasar uang naik maka investor akan akan menjual seluruh atau sebagian sahamnya dan mengalihkan dananya untuk diinvestasikan ke pasar uang karena lebih menguntungkan dan dengan resiko kecil sehingga IHSG akan turun karena terlalu banyak penawaran saham. Sebaliknya apabila pasar uang turun maka investor akan mengalihkan investasinya dalam bentuk saham karena menganggap investasi pada saham akan lebih menguntungkan, hal ini menyebabkan IHSG akan naik. H4 : Ada pengaruh negatif signifikan antara tingkat suku bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. 5. Diduga secara bersama-sama inflasi, nilai tukar, PDB, dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap IHSG. H5 : Secara bersama-sama inflasi, nilai tukar, PDB, dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.