BAB III KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

advertisement
BAB III
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN, DAN
HIPOTESIS
3.1. Kajian Teori
Pada bab ini akan membahas kajian teori dari masing-masing variabel. Selain
pembahasan mengenai teori dari masing variabel, dibahas juga terkait penelitian
terdahulu, rerangka pikir dan hipotesis dari penelitian ini.
3.1.1. Pasar Modal
Sub bab ini akan menjelaskan beberapa hal terkait pasar modal. Dimulai dari
pengertian pasar modal, fungsi dari pasar modal, macam-macam pasar modal dan
faktor penentu keberhasilan pasar modal serta instrument pasar modal.
3.1.1.1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal merupakan sarana pembentukan modal dan akumulasi dana yang
diarahkan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengerahan dana guna
menunjang pembiayaan nasional. Menurut Tandelilin (2001), menyebutkan bahwa
terdapat tiga definisi mengenai pasar modal, yaitu:
a. Dalam arti luas adalah sistem keuangan yang terorganisir, termasuk bankbank komersial dan semua perantara di bidang keuangan, serta surat
berharga.
24
25
b. Dalam arti menengah adalah semua pasar yang terorganisir dan lembaga
lembaga yang memperdagangkan warkat kredit termasuk saham, obligasi,
pinjaman, hipotek berjangka dan tabungan, serta deposito berjangka.
c. Dalam
arti
sempit
adalah
tempat
pasar
terorganisir
yang
memperdagangkan saham dan obligasi dengan memakai jasa dari broker
(makelar), komisioner, dan underwriter (penjamin).
Secara formal, pasar modal yang efisien didefinisikan sebagai pasar yang
memiliki harga sekuritas yang telah mencerminkan semua informasi yang relevan
(Husnan, 2005). Secara umum, pasar modal adalah tempat atau sarana bertemunya
antara permintaan dan penawaran instrumen keuangan jangka panjang, umumnya
lebih dari satu tahun. (Samsul, 2006).
3.1.1.2. Fungsi Pasar Modal
Secara makroekonomi, pasar modal mempunyai peranan yang lebih luas
jangkaunnya. Peranan Pasar Modal dalam perekonomian suatu negara adalah
(Sunariyah, 2006):
a. Fungsi Tabungan ( saving function )
Para penabung perlu memikirkan alternatif menabung diluar perbankan
yaitu pasar modal. Surat berharga yang diperjualbelikan dipasar modal
memberi jalan yang murah tanpa resiko untuk menginvestasikan dananya.
b. Fungsi Kekayaan ( wealth function )
26
Pasar modal adalah suatu cara untuk menyimpan kekayaan dalam jangka
panjang dan jangka pendek sampai kekayaan tersebut dapat dipergunaan
kembali. Cara ini lebih baik karena kekayaan dalam surat berharga tidak
mengalami penyusutan seperti aktiva berupa gedung atau mobil.
c. Fungsi likuiditas (liquidity function)
Kekayaan akan disimpan dalam surat surat berharga bisa dilikuidasi
melalui pasar modal dengan resiko yang minimal dibandingkan dengan
aktiva lain. Proses likuidasi dengan biaya yang murah dan proses yang
lebih cepat.
d. Fungsi Pinjaman (credit function)
Pasar modal merupakan fungsi pinjaman untuk konsumsi dan investasi.
Pasar modal bagi perekonomian sutau negara merupakan sumber
pembiayaan pembangunan dari pinjaman yang dihimpun masyrakat.
Pemerintah
lebih
mendorong
pertumbuhan
pasar
modal
untuk
mendapatkan dana yang lebih murah dan lebih cepat.
3.1.1.3. Macam-macam Pasar Modal
Penjualan saham (termasuk jenis sekuritas lain) kepada masyarakat dapat
dilakukan dengan beberapa cara. Umumnya penjualan dilakukan sesuai dengan jenis
ataupun bentuk pasar modal dimana sekuritas tersebut diperjual-belikan. Jenis-jenis
pasar modal tersebut ada beberapa macam, yaitu (Sunariyah, 2004):
a. Pasar Perdana (primary market)
27
Pasar perdana merupakan pasar modal yang memperdagangkan saham-saham
atau sekuritas lainnya yang dijual untuk pertama kalinya (penawaran umum) sebelum
saham tersebut dicatatkan dibursa. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh
penjamin emisi dan perusahaan yang akan go public (emiten), berdasarkan analisis
fundamental perusahaan yang bersangkutan.
b. Pasar Sekunder (secondary market)
Pasar sekunder adalah dimana saham dan sekuritas lain diperjual-belikan
secara luas, setelah melalui masa penjualan di pasar perdana. Harga saham di pasar
sekunder ditentukan oleh permintaan dan penawaran antara pembeli dan penjual
c. Pasar Ketiga (third market)
Pasar ketiga adalah tempat perdagangan saham atau sekuritas lain diluar bursa
(over the counter market). Bursa paralel merupakan suatu sistem perdagangan efek
yang terorganisasi diluar bursa efek resmi, dalam bentuk pasar sekunder yang diatur
dan dilaksanakan oleh Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek dengan diawasi dan
dibina oleh Badan Pengawas Pasar Modal.
d. Pasar Keempat (fourth market)
Pasar keempat merupakan bentuk perdagangan efek antar pemodal atau
dengan kata lain pengalihan saham dari satu pemegang saham ke pemegang saham
lainnya tanpa melalui perantara pedagang efek.
28
3.1.1.4. Faktor Penentu dari keberhasilan Pasar Modal
Faktor faktor yang mempengaruhi dari keberhasilan pasar modal antara lain
(Husnan: 2009):
a. Supply sekuritas, yaitu bahwa keberhasilan pasar modal ditentukan dari
banyaknya perusahaan yang bersedia menerbitkan sekuritas di pasar modal.
b. Demand sekuritas, yaitu harus terdapat anggota masyarakat yang memiliki
jumlah dana cukup besar untuk dipergunakan membeli sekuritas-sekuritas
yang ditawarkan.
c. Kondisi politik dan ekonomi, yaitu bahwa stabilitas ekonomi dan politik
ikut membantu pertumbuhan ekonomi yang pada akhirnya mempengaruhi
permintaan dan penawaran
d. Masalah hukum dan peraturan, yaitu bahwa hukum dan peraturan perlu
disusun bersama-sama anatara berbagai pihak yang terkait dalam pasar
modal.
e. Peran dari lembaga lembaga pendukung pasar modal, yaitu lembaga
lembaga tersebut perlu untuk bekerja dengan profesional dan bisa
diandalkan sehingga kegiatan emisi dan transaksi dipasar modal bisa
berlangsung secara cepat, efisien, dan bisa dipercaya.
3.1.1.5. Instrumen Pasar Modal
Menurut Tandelilin (2001) terdapat beberapa sekuritas yang pada umumnya
diperdagangkan di pasar modal, instrument-instrumen tersebut antara lain:
29
a. Saham
Saham merupakan bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang
menerbitkan saham.
b. Obligasi
Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah
tetap kepada pemiliknya. Pada saat membeli obligasi, investor sudah dapat
mengetahui dengan pasti berapa pembayaran bunga yang akan diperolehnya
secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par (par value) pada
saat jatuh tempo.
c. Reksadana
Reksadana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan bahwa
pemilknya menitipkan sejumlah uang atau dan dana kepada perusahaan reksa
dana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik dipasar modal
maupun dipasar uang.
d. Instrumen derivatif
Instrumen derivatif merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan
dari sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derivatif sangat tergantung dari
harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Ada beberapa jenis
instrumen derivatif, antara lain: warrant, bukti right, opsi dan futures.
30
3.1.2. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Menurut Samsul (2006), Indeks Harga Saham gabungan (Composite Stock
Price Indeks (CSPI)) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis saham yang
tercatat di bursa efek. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diterbitkan oleh bursa
efek. IHSG mengalami perubahan setiap hari, hal ini dikarenakan adanya perubahan
harga pasar yang terjadi setiap hari dan karena bertambahnya saham.
Ada dua metode penghitungan IHSG yang umum dipakai (Sunariyah, 2011):
1.
Metode rata-rata (Average Method)
Pada metode ini, harga pasar saham-saham yang dimaksudkan dalam
perhitungan indeks tersebut dijumlah kemudian dibagi dengan suatu faktor pembagi
tertentu. Rumus Indeks Harga Saham Gabungan dengan metode rata-rata adalah:
∑ Ps
IHSG =
Divisor
Keterangan:
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
∑Ps
: Total harga saham
Divisor : Harga dasar saham
31
2. Metode rata-rata Tertimbang (Weighted Average Method)
Merupakan suatu metode yang menambahkan bobot dalam perhitungan
indeks disamping harga pasar saham-saham yang tercatat dan harga dasar saham.
Pembobotan yang dilakukan dalam perhitungan indeks pada umumnya adalah jumlah
saham yang dikeluarkan. Ada dua metode untuk menghitung metode rata-rata
tertimbang:
a.
Metode Paasche
Membandingkan kapitalisasi pasar seluruh saham dengan nilai dasar seluruh
saham yang tergantung dalam suatu indeks. Jadi makin besar kapitalisasi suatu
saham, maka akan memberikan pengaruh yang sangat besar jika terjadi perubahan
harga pada saham yang bersangkutan.
Rumus Paasche:
∑ (Ps X Ss)
IHSG =
∑ (Pbase X Ss)
Keterangan:
IHSG : Indeks Harga Saham Gabungan
Ps
: Harga saham sekarang
Ss
: Jumlah saham yang beredar
32
Pbase : Harga dasar saham
b. Metode Laspeyres
Rumus Laspeyres:
∑ (Ps X So)
IHSG =
∑ (Pbase X So)
Keterangan:
IHSG : Indeks harga saham gabungan
Ps
: Harga saham sekarang
So
: Jumlah saham awal
Pbase : Harga dasar saham
Pada metode Laspeyres jumlah saham yang dikeluarkan pada hari dasar tidak
bisa berubah selamanya walaupun ada pengeluaran saham baru. Sedangan Paasche
menggunakan jumlah saham yang berubah jika ada pengeluaran saham baru.
3.1.3. Inflasi
Laju inflasi merupakan tingkat perubahan tingkat harga umum dan diukur
sebagai berikut (Samuelson dan Nordhaus, 2004):
33
Harga (th t) - harga (th t-1)
Inflasi ( th t ) =
x 100%
Harga (th t-1)
Secara konseptual kita mengukur tingkat harga diukur sebagai rata rata
tertimbang dari barang barang dan jasa jasa perekonomian. Dalam prakteknya kita
mengukur tingkat harga keseluruhan dengan membuat indeks harga yang merupakan
rata-rata harga konsumen atau produsen.
Ada tiga macam jenis indeks harga, yaitu (slideshare.net, 2014):
1. Indeks harga konsumen (IHK)
IHK adalah angka yang menggambarkan perbandingan perubahan harga
barang dan jasa yang dihitung dianggap mewakili belanja konsumen, termasuk hargaharga makanan, pakaian, pemukiman, bahan bakar, transportasi, perawatan
kesehatan, pendidikan, dan komoditi lain yang dibeli untuk menunjang kehidupan
sehari-hari.
2. Indeks harga produsen (IHP)
IHP adalah perbandingan perubahan barang dan jasa yang dibeli oleh
produsen pada waktu tertentu. IHP mengukur tingkat harga pada tingkat produsen
atau pedagang besar, yang didasaran pada kira-kira harga komoditi, termasuk hargaharga makanan, produk manufaktur, dan produk pertambangan. Timbangan tetap
34
yang digunakan untuk menghitung IHP adalah penjualan bersih komoditi, karena
begitu rincinya indeks ini banyak digunakan oleh dunia usaha.
3. Indeks harga yang harus dibayar dan diterima oleh petani.
Indeks harga barang-barang yang dibayar oleh petani baik untuk biaya hidup
maupun untuk biaya proses produksi.
Seperti halnya wabah penyakit, inflasi memiliki beberapa tingkat kejadian
yang berbeda. Sehingga inflasi dikategorikan menurut tiga kategori:
a. Inflasi Moderat (moderat Inflation )
Inflasi moderat ditandai dengan harga-harga yang meningkat secara lambat.
Mungkin kita dapat menyebutnya sebagai laju inflasi satu digit per tahun.
b. Inflasi Ganas (galloping Inflation)
Inflasi dalam 2 digit atau tiga digit seperti 20, 100, atau 200 persen per tahun
disebut inflasi ganas.
c. Hyperinflasi
Hyperinflasi merupakan inflasi yang sangat mematikan karena mempunyai
dampak yang dahsyat.
Indeks-indeks harga dihitung dengan menggunakan metode perhitungan
indeks harga sebagai berikut (slideshare.net, 2014):
1. Metode penghitungan indeks harga tidak tertimbang
Rumus indeks harga tidak tertimbang sederhana:
35
∑Pn
∑Po
Keterangan:
∑Pn = Jumlah harga pada tahun tertentu
∑Po = Jumlah harga pada tahun dasar
2. Metode penghitungan indeks harga tertimbang
a. Metode Laspeyres
adalah metode penghitungan angka indeks yang ditimbang dengan
menggunakan faktor penimbang kuantitas atau jumlah barang pada tahun dasar (Qo).
Rumus = ∑Pn.Qo
∑Po.Qo
b. Metode Paasche atau GNP Deflator
GNP Deflator merupakan metode penghitungan angka indeks yang ditimbang
dengan menggunakan faktor penimbang kuantitas pada tahun tertentu (Qn)
Rumus = ∑Pn.Qn
∑Po.Qn
36
3.1.4. Kurs atau Nilai Tukar
Nilai tukar rupiah atau disebut juga kurs rupiah adalah perbandingan nilai atau
harga mata uang rupiah dengan mata uang lain. Perdagangan antarnegara di mana
masing-masing negara mempunyai alat tukarnya sendiri mengharuskan adanya angka
perbandingan nilai suatu mata uang dengan mata uang lainnya, yang disebut kurs
valuta asing atau kurs (Salvatore, 2008). Kebijakan nilai tukar dilakukan untuk
mengendalikan transaksi neraca pembayaran. Nilai tukar yang rendah relatif terhadap
mata uang negara lain akan mendorong peningkatan eskpor dan dapat mengurangi
laju pertumbuhan impor.
Transaksi ekspor dan impor yang dilakukan di Indonesia menggunakan
berbagai mata uang asing. US dollar merupakan mata uang yang paling sering
digunakan dalam transaksi ekspor dan impor di Indonesia (Megawati, 2009).
Pengaruh perubahan kurs setiap perusahaan tentunya tidak sama, tergantung dari
strategi dan kebijakan yang diambil perusahaan. Penelitian Dewi (2006) faktor kurs
USD menghasilkan koefisien korelasi yang negatif antara excess return semua saham
sampel dengan risk premium kurs, yang berarti depresiasi rupiah akan menurunkan
return saham demikian juga apresiasi rupiah akan menaikan return saham, ternyata
tidak demikian halnya jika faktor kurs tersebut digunakan secara bersama-sama
dengan faktor lainnya (IHSG) untuk memprediksi return saham.
Terdapat empat jenis nilai tukar dalam berbagai jenis transaksi ataupun jual
beli valuta asing, yakni:
37
1. Kurs jual (selling rate), yakni kurs yang ditetapkan oleh suatu bank untuk
penjualan valuta asing tertentu pada waktu tertentu.
2. Kurs tengah (middle rate), yakni kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli
terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh bank sentral pada suatu saat
tertentu.
3. Kurs beli (buyying rate), yakni kurs yang ditetapkan oleh suatu bank untuk
pembelian valuta asing tertentu pada waktu tertentu.
4. Kurs flat (flat rate), yakni kurs yang berlaku dalam transaksi kual beli bank notes
dan traveller cheque, dimana dalam kurs tersebut sudah diperhitungkan promosi
dan biaya-biaya lain.
Faktor faktor yang mempengaruhi kurs menurut Mamduh (2003) antara lain:
1. Tingkat inflasi
Pada umumnya negara yang mempunyai tingkat inflasi yang tinggi
mempunyai kecenderungan nilai mata uang yang semakin melemah (depresiasi).
2. Perbedaan tingkat bunga antar negara
Kenaikan tingkat bunga di Amerika Serikat relatif terhadap tingkat bunga di
Indonesia akan menyebabkan banyak investor yang mengalihkan investasi dari
instrumen keuangan dengan denominasi dollar. Investor berusaha memanfaatkan
tingkat bunga yang lebih tinggi sehingga akibatnya dollar akan menguat (appresiasi)
terhadap rupiah, atau rupiah mengalami depresiasi terhadap dollar.
3. Stabilitas Politik dan resiko Ekonomi
38
Negara yang mempunyai stabilitas politik yang tinggi mempunyai nilai mata
uang semakin kuat.
3.1.5. Produk Domestik Bruto (PDB)
Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu
negara dalam suatu periode tertentu adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), baik
atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDB pada dasarnya
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu
negara tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi (BPS, 2014).
PDB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahun, sedangkan PDB
atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar.
PDB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur
ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi
dari tahun ke tahun.
3.1.6. Suku Bunga
Pada perekonomian terdapat dua tingkat bunga yaitu tingkat bunga riil dan
tingkat bunga nominal. Tingkat bunga nominal adalah bunga yang dibayar bank,
sedangkat tingkat bunga riil adalah kenaikan dalam daya beli masyarakat (Mankiv,
39
2003). Sedangkan tingkat bunga riil sendiri dibagi dua, tingkat bunga riil ex ante
yaitu tingkat bunga riil yang diharapkan pemberi pinjaman dan peminjam, dan tingkat
bunga riil ex post yaitu tingkat bunga yang terealisasi secara nyata (Mankiw, 2003)
Tingkat bunga nominal tidak dapat menyesuaikan inflasi aktual karena tingkat
inflasi aktual tidak diketahui ketika tingkat bunga nominal ditetapkan, tingkat bunga
nominal hanya bisa menyesuaikan inflasi yang diharapkan. Irving Fisher
menggungkapkan bahwa (dalam Mankiw, 2003) tingkat bunga nominal adalah
jumlah dari tingkat tingkat bunga riil dan tingkat inflasi, dapat ditulis dengan
persamaan:
i=r+π
Keterangan:
i
= tingkat bunga nominal
r
= tingkat bunga riil
π
= tingkat inflasi
Tingkat bunga merupakan salah satu dari beberapa indikator ekonomi moneter
Indonesia.
40
3.2.Penelitian Terdahulu
Beberapa peneliti telah melakukan penelitian tentang pengaruh indikator
makroekonomi terhadapa harga saham. Beberapa penelitian tersebut adalah:
1) Adib (2009), berdasarkan penelitiannya dalam kurun waktu 2005-2007 tentang
pengaruh inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menghasilkan
inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). Artinya tingkat inflasi dapat menjelaskan variasi IHSG
dengan arah yang berlawanan. Jika tingkat inflasi naik, maka kenaikan tersebut
akan menyebabkan IHSG turun. Sebaliknya jika tingkat inflasi turun, maka
penurunan tersebut akan menyebabkan IHSG naik.
2) Sedangkan menurut Pasaribu (2009) yang menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak
berpengaruh secara parsial terhadap IHSG, hal ini berdasarkan penelitiannya
tahun 2006-2009. Secara konsep inflasi adalah signal negatif bagi investor di
pasar modal, karena inflasi meningkatkan pendapatan dan biaya perusahaan.
3) Paramithasari (2009) meneliti tentang Pengaruh Tingkat Inflasi terhadap Return
Saham Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan dari variabel
inflasi terhadap return saham perusahaan Manufaktur, sedangkan Fama dan
French (1989) yang meneliti kaitan antara return saham dengan tingkat suku
bunga, inflasi dan pertumbuhan ekonomi, hanya menemukan pengaruh negatif
41
inflasi terhadap harga saham dan tidak menemukan pengaruh suku bunga dan
pertumbuhan ekonomi terhadap harga saham.
4) Kewal (2012), dalam penelitiannya dengan menggunakan variabel inflasi, suku
bunga, kurs, dan pertumbuhan PDB dengan periode penelitian 2000-2009,
menyatakan bahwa pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap IHSG.
5) Sangkyun (1997) meneliti pengaruh antara variabel makro berupa harga
konsumen, PDB, tingkat inflasi dan tingkat bunga terhadap return saham
menemukan hasil bahwa hanya PDB yang berpengaruh secara positif dan
signifikan terhadap return saham, sedangkan variabel lain tidak berpengaruh.
Hooker (2004) juga mendukung hasil penelitian tersebut dimana return pasar
dipengaruhi secara positif signifikan oleh pertumbuhan PDB.
6) Sinaga (2013), dalam penelitian pengaruh inflasi, suku bunga SBI, dan
pertumbuhan PDB terhadap IHSG tahun 2008-2012 membuktikan bahwa
pertumbuhan Produk Domestik Bruto secara parsial tidak berpengaruh terhadap
Indeks Harga Saham Gabungan.
7) Amin (2012), pada penelitiannya yang meneliti terkait pengaruh tingkat inflasi,
suku bunga SBI, nilai kurs dollar(USD/IDR), dan Indeks Dow Jones (DJIA)
terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia
(BEI) periode 2008-2011 menyatakan bahwa nilai kurs dollar AS terhadap rupiah
berpengaruh negatif terhadap IHSG. Hal yang sama juga diungkapkan oleh
(Madura, 2000) Perubahan nilai tukar mempunyai pengaruh negatif terhadap
42
harga saham. Artinya apabila nilai mata uang asing naik maka harga saham akan
turun, hal disebabkan harga mata uang asing yang tinggi perdagangan di BEJ
akan semakin lesu, karena tingginya nilai mata uang mendorong investor
berinvestasi di pasar uang.
8) Albeta (2006) meneliti tentang pengaruh kurs, inflasi, dan suku bunga deposito
terhadap IHSG di BEJ. Berdasarkan hasil penelitiannya diketahui bahwa kurs
tidak berpengaruh terhadap IHSG.
9) Pasaribu et al (2009) menyatakan bahwa hasil penelitiannya menunjukan bahwa
suku bunga SBI tidak berpengaruh pada IHSG, penelitian tersebut dilakukan
dalam kurun waktu 2006 hingga 2008 dengan menggunakan variabel makro
ekonomi yang diteliti adalah inflasi, rata-rata jumlah uang beredar, tingkat suku
bunga, nilai tukar (kurs), produk domestik bruto (PDB).
10) Berbeda dengan Pasaribu et al, Tobing (2009) menyatakan bahwa hasil regresi
jangka pendek kurs rupiah berpengaruh negatif, inflasi berpengaruh positif,
tingkat suku bunga SBI dan Inflasi berpengaruh positif tapi tidak signifikan.
Penelitian Tobing ini dilakukan dengan menggunakan variabel makro ekonomi
nilai tukar, inflasi dan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dalam kurun
waktu 2004-2008.
3.3.Rerangka Pikir
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari inflasi, nilai tukar
atau kurs, PDB dan suku bunga terhadap pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan.
43
Inflasi (-)
H1
Nilai Tukar/Kurs (-)
Produk Domestik Bruto
(PDB) (+)
H2
H3
Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG)
H4
Suku Bunga (-)
H5
Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran
IHSG berfluktuasi menurut kondisi pasar saham. Apabila IHSG meningkat
menunjukkan harga sebagian besar harga saham di BEI mengalami kenaikan. Hargaharga saham meningkat apabila permintaan akan saham naik. Permintaan meningkat
karena persepsi investor yang menganggap bahwa investasi pada saham lebih
profitable dari pada investasi pada aktiva-aktiva lain. Secara teknis kenaikan IHSG
ditandai dengan banyaknya aksi beli saham oleh para investor.
Sebaliknya penurunan menunjukkan harga-harga sebagian besar saham di BEI
mengalami penurunan. Harga saham turun terjadi excess supply pada saham. Kondisi
excess supply ini terjadi karena persepsi investor menganggap bahwa investasi pada
saham kurang menguntungkan dibandingkan investasi pada aktiva-aktiva lain. Hal ini
menunjukkan bahwa minat investor untuk menanamkan modalnya menjadi menurun
yang ditandai dengan banyak aksi jual saham. Investasi pada saham dipasar modal
dipengaruhi berbagai faktor ekonomi. Faktor ekonomi yang mempengaruhi kegiatan
investasi di pasar modal adalah kondisi makro ekonomi dimana kondisi tersebut
44
tercermin dari indikator ekonomi moneter seperti inflasi, kurs atau nilai tukar, PDB
dan suku bunga.
Hubungan antara variabel makroekonomi yaitu inflasi, kurs atau nilai tukar,
PDB dan suku bunga, dikarenakan Bank Indonesia menurunkan tingkat suku bunga
maka hal ini akan memicu masyarakat mengambil dana mereka yang tersimpan di
bank karena mengangap investasinya kurang menguntungkan, dengan penarikan dana
oleh masyarakat akan memicu uang beredar yang ada semakin meningkat sehingga
ini menimbulkan kenaikan harga-harga barang atau terjadi kenaikan inflasi di
Indonesia, dengan kenaikan inflasi maka akan menyebabkan harga barang domestik
relatif lebih mahal dari pada harga barang impor sehingga masyarakat terdorong
untuk membeli barang impor yang harganya relatif lebih murah, transaksi harga
barang impor membutuhkan konversi mata uang domestik terhadap mata uang asing
sehingga terjadi peningkatan permintaan mata uang asing yang berakibat menurunnya
kurs domestik terhadap mata uang asing dan dengan kenaikan tingkat inflasi maka
peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari pengingkatan harga yang dapat
dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun (Harianto, 1998
dalam Thobarry, 2009), menyebabkan efek ekuitas menjadi kurang kompetitif
sehingga berdampak pada penurunan harga saham di pasar modal. Pertumbuhan
ekonomi memiliki hubungan
positif terhadap harga saham, karena dengan
menigkatnya pertumbuhan ekonomi akan mengakibatkan meningkatnya permintaan
saham dan pada akhirnya akan mengakibatkan menigkatnya harga saham.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan merubah pola investasi suatu negara.
45
Salah satu indikator meningkatnya pertumbuhan ekonomi adalah meningkatnya PDB
yang merupakan suatu kenaikkan output perkapita jangka panjang.
3.4.
Hipotesis
Perumusan hipotesis pada penelitian ini adalah:
1. Diduga ada pengaruh negatif antara tingkat inflasi terhadap IHSG.
Tingkat inflasi yang tinggi menyebabkkan daya beli saham menurun. Jika
peningkatan biaya faktor produksi lebih tinggi dari pengingkatan harga yang dapat
dinikmati oleh perusahaan, profitabilitas perusahaan akan menurun, menyebabkan
efek ekuitas menjadi kurang kompetitif sehingga berdampak pada penurunan harga
saham di pasar modal.
H1 : Ada pengaruh negatif signifikan antara tingkat inflasi terhadap Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG).
2. Diduga ada pengaruh negatif dan signifikan antara nilai tukar terhadap IHSG.
Apabila nilai kurs rupiah terhadap dollar melemah atau nilai tukar rupiah
terhadap dollar dari 1 dollar adalah 9.000 rupiah
menjadi 10.000 rupiah maka
investor akan beramai ramai membeli saham di Indonesia karena investor mengangap
harga saham di Indonesia terlalu murah, sehingga terjadi kenaikan permintaan saham,
sehingga IHSG ikut terdorong naik.
H2 : Ada pengaruh negatif signifikan antara nilai tukar terhadap US Dollar pada
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
46
3. Diduga ada pengaruh positif dan signifikan antara PDB terhadap IHSG.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan mengubah pola investasi suatu
negara.
Salah
satu
indikator
meningkatnya
pertumbuhan
ekonomi
adalah
meningkatnya PDB yang merupakan suatu kenaikkan output perkapita jangka
panjang.
H3 : Ada pengaruh positif signifikan antara PDB terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG).
4. Diduga ada pengaruh negatif dan signifikan antara suku bunga terhadap IHSG.
Apabila pasar uang naik maka investor akan akan menjual seluruh atau
sebagian sahamnya dan mengalihkan dananya untuk diinvestasikan ke pasar uang
karena lebih menguntungkan dan dengan resiko kecil sehingga IHSG akan turun
karena terlalu banyak penawaran saham. Sebaliknya apabila pasar uang turun maka
investor akan mengalihkan investasinya dalam bentuk saham karena menganggap
investasi pada saham akan lebih menguntungkan, hal ini menyebabkan IHSG akan
naik.
H4 : Ada pengaruh negatif signifikan antara tingkat suku bunga terhadap Indeks
Harga Saham Gabungan.
5. Diduga secara bersama-sama inflasi, nilai tukar, PDB, dan suku bunga
berpengaruh signifikan terhadap IHSG.
H5 : Secara bersama-sama inflasi, nilai tukar, PDB, dan suku bunga berpengaruh
signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.
Download