PENGAJARAN BAHASA INGGRIS DI SD/MI: WHY NOT? Alek Universitas Islm Negeri (UIN)Syarif Hidayatullah Jakarta [email protected] Abstrak Bahasa Inggris sebagai bahasa ilmu pengetahuan juga sebagai alat berkomunikasi antarnegara (linguafranca). Banyak di antara pakar pendidikan bahasa berpendapat bahwa pembelajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing dimulai pada usia dini sebelum anak mencapai masa usia 12—13 tahun, akan memberikan hasil yang lebih baik, meskipun sampai sekarang belum ada bukti empiris yang memperkuat pendapat tersebut (Nunan, 1999). Tingkat kemahiran berbahasa seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh faktor usia tapi juga faktor-faktor lainnya, seperti tipe program dan kurikulum, lamanya pembelajaran, teknik, dan aktivitas yang digunakan (Rixon, 2000). Bahasa Inggris merupakan satu di antara bahasa asing yang memiliki peran sentral di dunia internasional terutama di era global dan teknologi dewasa ini. Dengan memiliki kompetensi dan keterampilan menggunakan bahasa Inggris, sesorang akan lebih memiliki peluang untuk mengakses dunia informasi dan teknologi. Melalui pengenalan dan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar dan sederajat, maka siswa akan mengenal dan mengetahui bahasa Inggris lebih awal walaupun dalam konteks yang serba terbatas, tentunya sesuai dengan tingkat dan level serta kematangan dirinya. Di samping itu, siswa juga akan memiliki pengetahuan awal (schemata) sebagai bekal untuk meneruskan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dalam konteks pengajaran bahasa Inggris, seorang pengajar atau guru memerlukan pengetahuan dan pemahaman yang baik dan benar mengenai metode dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi siswa atau pembelajar muda agar tujuan dan pengajaran bahasa Inggris tercapai. Manfaat lain melalui pengenalan dan pengajaran bahasa Inggrsi bagi pembelajar pemula adalah siswa lebih memiliki kesiapan diri secara sikologis yang lebih baik daripada siswa yang belum belajar bahasa Inggris di tingkat SD-nya. Hal yang sangat baik diperoleh melalui pemahaman bahasa Inggris bagi siswa SD/MI adalah mereka diajar untuk belajar terbuka, realistis, dan objektif, maksudnya siswa diperkenalkan tentang kondisi kekinian yang sungguh berbeda dengan era-era sebelumnya, yang mana di era global dan teknologi saat ini orang berlomba-lomba mengejar ilmu dan pengetahuan, bahasa Inggris di antaranya sebagai modal menghadapi kondisi riil dan kemajuan ilmu pengetahuan dewasa ini. Rasional Banyak pro dan kontra mengenai pengajaran bahasa Inggris di sekolah, terutama sekolah dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI). masing-masing pihak memiliki alasan dan argumentasi tersendiri dalam mendukung sikap dan pendapatnya. Mencermati kegiatan penelitian ilmiah berkaitan dengan topik ini tidaklah sedikit bermunculan. Ada sebagian pihak melakukan penelitian tentang impelemntasi kebijakan dan dasar pemikiran tentang pengajaran bahasa Inggris kepada tingkat sekolah dasar, ada juga pihak meneliti dan mengkaji dari aspek teori, sementara pihak yang lainnya meneliti dari aspek kenyataan di lapangan, di lain pihak ada yang meneliti dan meninjau dari aspek kualitas guru yang mengajarnya, dan yang terakhir ada yang meneliti tentang penggunaan metode/strategi serta perangkat yang digunakan dalam mengajarkannya. Sebagai puncak dari polemik tentang penghapusan pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris di sekolah tingkat dasar disepakati hanya sebagai kegiatan ekskul atau sebagian yang lain menyebutnya sebagai program muatan lokal. Alasan penghapusan bahasa Inggris dari kurikulum SD didasari kekhawatiran akan membebani siswa dan memprioritaskan daripada penguasaan bahasa Indonesia atau bahkan dapat mengancam penguasaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, termasuk dapat menghilangkan rasa nasionalisme calon generasi penerus bangsa atau putra-putri tunas negeri tercinta ini. Sebelum pro dan kontra begitu mengemuka tentang bisa tidaknya pengajaran bahasa Inggrisi di SD/MI, matapelajaran bahasa Inggris di SD/MI sebenarnya telah diajarkan selama kurang lebih satu dasawarsa. Pada awal mula rujukan tentang pelaksanaan pengajaran bahasa Inggris di SD/MI adalah Kepmen Depdikbud RI No. 0487/4/1992, Bab VIII, menyatakan bahwa sekolah dasar dapat menambah matapelajaran dalam kurikulumnya, asalkan pelajaran itu tidak bertentangan dengan tujuan pendidikan nasional. Di samping itu, kebijakan tersebut di atas, diperkuat oleh dikeluarkannya SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 060/U/1993 tanggal 25 Februari 1993 tentang dimungkinkannya program bahasa Inggris di sebagai mata pelajaran muatan lokal SD, dan dapat dimulai pada kelas 4 SD (Kasihani, dalam pidato pengukuhan profesor di UM). Membaca dan mencermati kedua keputusan sebagai landasan operasional kebijakan diajarkannya bahasa Inggris di SD/MI direspon positif oleh masyarakat luas di Indonesia, yaitu oleh sekolah-sekolah dasar baik negeri maupun swasta yang merasa penting dan perlu untuk diajarkan bahasa Inggris. Dalam praktik dan perkembangnannya seiring kemajuan dan tuntutan zaman hingga di era teknologi dan terlebih lagi dalam menyongsopng era masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) dewasa ini. Pengajaran bahasa Inggris telah menjadi sebuah ikon dan menu khusus bagi sekolah-sekolah yang berkategori maju dan karena telah menjadi sesuatu yang sangat umum, maka tidak heran lembaga-lembaga kursus bahkan dalam bentuk pengajaran secara pribadi (private course) menjamur di mana-mana. Khusus di lembaga pendidikan baik di tingkat sekolah dasar bahkan di tingkat taman bermain (pre-school/play group) atau dalam bahasa Inggris sendiri menyebutnya p engajaran bahasa Inggris untuk ―Pembelajar Bahasa Inggris Pemula (English for Young Learners). Di satu sisi animo dan hasrat masyarakat untuk mengajarkan bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional di SD/MI sejatinya tidak melanggar-melanggar amat baik ketentuan dan undang-undang yang berlaku di negara Reepublik tercinta ini atau bahkan ditinjau dari aspek religius tidak bertentangan dengan kondrat kemanusiaan, sebab konsep belajar dalam agama, terutama dalam agama Islam dianjurkan sejak di dalam kandungan sang Ibu, lalu buaian dan bahkan berlanjut hingga akhir hayat (lifelong learning/education). Hal selanjutnya mengenai pengajaran bahasa inggris di tingkat sekolah dasar adalah ditinjau dari kesiapan materi ajar. Kesiapan bahan atau materi ajar yang sesuai dan cocok dengan tingkat dan kematangan pembelajar atau murid seringkali menjadi satu domain yang masih memerlukan pengkajian dan peninjauan kembali secara lebih kritis, mendalam, komprehensif, dan berkelanjutan. Sebagai sebuah misal, buku pelajaran bahasa Inggris yang digunakan untuk mengajar bahasa Inggris di MP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta kelas 4, kebtulan anak saya sedang belajar di kelas tersebut, khususnya materi bacaan dalam buku bahasa Inggrisnya sangat panjang (kurang lebih tiga halaman). Jika dikaitkan dengan tingkat dan level tersebut sangat todak sesuai dan cocok. Di samping itu, masih banyak lagi aspek-aspek lain yang menjadi problematika dalam pengajaran bahasa Inggris di sekolah tingkat dasar (SD/MI), keterbacaan, tingkat kesulitan kosakata, struktur bahasa, dan tingkat kekritisan serta kreativitasnya. Mencermati lebih dalam, seksama, dan kritis mengenai kurikulum bahasa Inggris sebagai muatan lokal yang teranyar masih menyisakan banyak unsur kelemahannya, di antaranya: terdapat ketidaksesuaian materi ajar dengan perkembangan usia murid, pemilihan topik, pemilihan metode dan pendekatan, dan penyusunan tujuan pembelajaran yang terlalu utopis dan mengawang. Secara teoretis, pengajaran dan pembelajaran bahasa asing (baca: bahasa Inggris) di SD sebenarnya bertujuan memperkenalkan kepada murid/siswa secara lebih dini bahwa terdapat bahasa lain selain bahasa ibu (mother tongue) dan bahasa Indonesia (national language) yang perlu dipelajari untuk mengembangkan wawasan dan keilmuan di masa mendatang (future time). Kemudian, apa yang perlu dan seharusnya dilakukan berkaitan dengan bolehnya pengajaran bahasa Inggris di tingkat SD/MI? menjawab pertanyaan ini perlu memahami dan mendalami berbagai konsep yang dikemukakan oleh banyak pakar pendidikan dan lebih khusus pakar pendidikan bahasa agar kita tidak salah arah dan langkah dalam mengajarkan bahasa atau tujuan pengajaran bahasa benar-benar sesuai dengan tujuan pengajaran dan pembelajarannya. Kondisi pengajaran bahasa Inggris sebagai bahasa asing di Indonesia, masih ditemui banyak kekekliruan, yang seharusnya siswa diajarkan kosakata dan kalimat yang sangat sederhana sesuai dunia, konteks, dan kebutuhannya melalui pola mengajar dan belajar yang menyenangkan, sambil bermain, menggambar, menyanyi, dan berceritera atau ekspresi diri. Akan tetapi, yang terjadi di banyak sekolah masih sangat banyak dijumpai pengajaran bahasa Inggris di SD/MI diberi tugas yang banyak dan tidak sesuai, seperti meminta untuk menerjemahkan kalimatkalimat yang sulit, menulis pola dan tata bahasa yang rumit dan kompleks yang justeru membuat semangat dan animo belajar siswa menurun dan menjadi kuang bahkan menghilang. Ada lagi hal yang sungguh menghambat pelaksanaan dan ketercapaian tujuan pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris di tingkat SD/MI adalah penunjukkan guru/pengajar bahasa Inggris oleh kepala sekolah padahal yang bersangkutan tidak memiliki latar belakang pendidikan bahasa Inggris (tidak memenuhi syarat). Hal ini terjadi karena sekolah terpaksa harus mengajarkan bahasa Inggris pada siswanya karena permintaan masyarakat atau perintah atasan. Walaupun sebenarnya sekolah yang bersangkutan tidak/belum mampu melaksanakan karena tidak ada tenaga pengajar yang tersedia dan termasuk ketersediaan kurikulum yang terencana secara sistematis dan dievaluasi secara berkelanjutan. Para pengajar sekaligus pendidik memiliki peran yang sangat besar dalam pengajaran dan pembelajaran bahasa Inggris pada anak usia muda/SD/MI. Di samping memahami metode dan pendekatan, guru perlu memiliki pemahaman yang mendasar tentang perkembangan diri anak, terutama dalam hubungannya dengan proses pembelajaran bahasa Inggris agar tujuan pembelajarannya tercapai sesuai yang diprogramkan. Adapun aspek-aspek yang perlu diperhatikan, meliputi: karakteristik anak, tujuan pembelajaran bahasa, lingkungan belajar, ruang lingkup pembelajaran, psikolgis anak, sosiologis, dan psiko-motor. Sementara aspek ruang lingkup pembelajaran bahasa Inggris untuk anak usia keterampilan mendengar, berbicara, membaca, dan menulis serta komponen kosa kata, pelafalan dan struktur bahasa. Semuanya ini harus senanatiasa disesuaikan dengan kemampuan anak yang diajar. Sementara berkenaan dengan konsep-konsep yang perlu dikuasai anak-anak dalam berbahasa menurut Ashworth dan Wakefield, 2005 adalah: (1) identifikasi (mengenal orang/benda yang ada di sekitar anak-anak); (2) klasifikasi (pengelompokan, misalnya warna, bentuk, ukuran, jumlah, fungsi, jenis, dsb.); (3) spasial (ruang atau posisi orang/benda); (4) temporal (waktu); (5) emosional (perasaan); (6) familial (keluarga); (7) ordering (menyusun): (8) ekuivalensi (perbandingan. Selanjtnya mengenai prosedur pembelajaran bahasa asin (Inggris) untuk pembelajar muda, adalah sebagai berikut: (1) secara alami, sama dengan cara mereka belajar bahasa ibu; (2) dimotivasi; (3) dengan mendengar dan mengulang-ulang; (4) dengan menirukan guru: (5) dengan berinteraksi dengan orang lain; (6) dengan menerjemahkan (Moon, 2000). Senada dengan Ashworth dan Wakefield di atas, (Moeslichatoen, 1999) berkenaan dengan metode-metode pembelajaran bahasa Inggris untuk pembelajar muda, di antaranya adalah: (1) Bermain (dan bernyanyi); (2) bercakap-cakap; (3) bercerita; (4) demonstrasi; (5) karya wisata; (7) projek; dan (7) pemberian tugas. Selanjutnya (Shin, 2006) beberapa hal yang diperhatikan diperhatikan dalam melakukan kegiatan pembelajaran bahasa Inggris untuk pembelajar pemula (SD/MI) agar tujuan pembelajaran tercapai sesuai harapan, di antarana adalah: 1. Melengkapi aktivitas pembelajaran dengan media visual, realia dan gerakangerakan serta kombinasi bahasa lisan dengan ‘bahasa tubuh’ atau ‘demonstrasi’. 2. Melibatkan siswa di dalam pembuatan media visual atau realia. 3. Berpindah dari aktivitas yang satu ke aktivitas lainnya dengan cepat 4. Membangun rutinitas di dalam kelas dengan menggunakan bahasa Inggris 5. Gunakan bahasa ibu/pertama jika diperlukan 6. Mengajar berdasarkan tema dan menstimulasi imajinasi dan kreativitas siswa. 7. Menggunakan cerita dan konteks yang sudah dikenal oleh siswa 8. Mengundang masyarakat sekitar (orangtua, mahasiswa, dsb.) yang bisa berbahasa Inggris untuk berceita di dalam kelas 9. Berkolaborasi dengan guru lainnya di sekolah Anda 10. Berkomunikasi dengan guru atau pengajar di luar sekolah/lembaga Anda. Dari uraian singkat di atas, bisa kita simpulkan bahwa: (1) Semakin dini anak belajar bahasa asing, semakin mudah anak menguasai bahasa itu. McLaughlin dan Genesee menyatakan bahwa anak-anak lebih cepat memperoleh bahasa tanpa banyak kesukaran dibandingkan dengan orang dewasa; (2) sebelum masa pubertas, daya pikir (otak) anak lebih lentur. sehingga, ia lebih mudah belajar bahasa. Sedangkan sesudahnya akan makin berkurang dan pencapaiannya pun tidak maksimal; (3) Pangajaran Bahasa Inggris di SD merupakan masa emas atau paling ideal untuk belajar bahasa selain bahasa ibu (bahasa pertama). Alasannya, otak anak masih elastis dan lentur, sehingga proses penyerapan bahasa lebih mulus serta daya penyerapan bahasa pada anak berfungsi secara otomatis; (4) Pembelajaran bahasa Inggris pada usia SD/MI bersifat dinamis dan senantisa mengalami kemajuan yang lebih cepat. Namun demikian, perlu didukung oleh pengajar/pendidik yang memahami kebutuhan anak (kompeten) melalui perencanaan, pembimbingan, dan penyediaan sarana penunjang yang memadai; dan terakhir (5) Keberhasilan seseorang dalam belajar bahasa asing, tidak tergantung pada kemampuan intelektual atau kecakapan bawaan berbahasa, tetapi sangat ditentukan oleh motif atau kebutuhan dan tujuan yang didukung oleh lingkungannya. DAFTAR PUSTAKA Behroozi, Mohammad and Azadeh Amoozegar. (2014). Challenges to English language teachers of secondary schools in Iran. Procedia-Social and Behavioral Sciences 136 (2014) 84—88. Retrieved from www.sciencedirect.com. Behroozi, Mohammad and Azadeh Amoozegar. (2014). Challenges to English language teachers of secondary schools in Iran. Procedia-Social and Behavioral Sciences 136 (2014).84—88. Retrieved from www.sciencedirect.com. Brumfit, Christopher; Jayne Moon, & Ray Tongue (eds). 1991). Teaching English to Children: From Practice to Principle. London: Harper Collins Publishers. Cameron, Lynne. (2001). Teaching Language to Young Learners. Cambridge: Cambridge University Press. E., Suyanto, Kasihani. Pengajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar: kebijakan, implementasi, dan kenyataan.retrieved from www.scribd.com/doc/56032770/Pidato-Guru-Besar-Prof-Kasihani-E-Suyanto-Ma-Ph#scribd. Ghane, Azam. (2013) Are Young Learner’s Better Learners Of Foreign Language Learning Or Adults? Procedia-Social and Behavioral Sciences 136 ( 2014 ) 84 – 88. Retrieved from www.sciencedirect.com. Moon, Jayne. (2000). Children Learning English. Oxford: Macmillan Publishers Limited Hashemi, Masoud. (2008.) Techniques in Teaching English to Children, Oral presentation, Islamic Azad University. Toyserkan Branch, Iran Kang. Larsen, Diane and Freeman. 2000. Technique and Principles in Language Teaching Second Edition. New York: Oxford University Press. Moon, Jayne. (2000). Children Learning English. Oxford: Macmillan Publishers Limited. Nissani, Helen. 1993. Early Childhood Programs for Language Minority Students. Richards, J.C. ( 2001). Curriculum Development in Language Teaching. London: Cambridge University Press. Rixon, Shelagh (ed.). ( 1999). Young Learners of English: Some Research Perspectives. Harlow: Pearson Education Ltd. Saricoban, Arif and Albina Kuç. (2010). Teaching problematic consonants in English to young learners. Procedia Social and Behavioral Sciences 2 (2010) 943–947. Retrieved from www.sciencedirect.com. Scoot, Wendi A. and Lisbeth H. Ytreberg, (1992). Teaching English to Children. New York: Longman. Shin, Joan Kang. (2006). Ten Helpful Ideas for Teaching English to Young Learners. English Teaching Forum, Volume 44, Number 2: 2—7. Superfine, Wendy and Viv Lambert. (2007). Mighty Movers Pupil's Book: An Activitybased Course for Young Learners (Delta Young Learners English). USA: Cambridge University Press. Superfine, Wendy and Judy West. (2006). Super Starters Activity Book: An Activitybased Course for Young Learners (Delta Young Learners English). USA: Cambridge University Press. Taghi, Seyyed Yaghoub. (2013). Motivational Patterns in Iranian EFL learners: The Orientation and Age Difference. Procedia - Social and Behavioral Sciences, Volume 83, 4 July 2013, Pages 678-682. Retrieved from www.sciencedirect.com.