PENDIDIKAN DALAM PEBANGUNAN BERWAWASAN KEPENDUDUKAN Siti Noordjannah Djohantini Bonus Demografi • Bonus demografis: kelebihan jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) yang dialami Indonesia pada rentang tahun 2020-2035. • Diproyeksikan tahun 2020 penduduk usia produktif mencapai dua pertiga dari total penduduk di negeri ini yang jumlahnya 254,2 juta jiwa. • Bonus demografis tersebut dapat menjadi "berkah" sekaligus "masalah" bagi Indonesia. Disebut berkah jika membawa kebaikan dan kemanfaatan bagi masa depan bangsa, sebaliknya merupkan masalah jika menjadi beban dan melahirkan generasi yang bermasalah seperti terpengaruh narkoba dan perbuatan-perbuatan menyimpang. • Generasi Indonesia ke depan jangan menjadi generasi yang lemah "Dhurriyatan Dhi'afa" (Qs An-Nisa: 9), sebaliknya harus menjadi "Khaira Ummah" atau bangsa yang unggul (Qs Ali Imran: 110). • Sabda Nabi: orang yang terbaik ialah yang bermanfaat bagi sesma (HR Thabrani). Sebaliknya manusia bermasalah jika perilakuknya merusak di muka bumi atau fasad fi al-ardl (QS Ar-Rum: 41; Al-'Araf: 56; Al-Baqarah: 11). Pembangunan Berwawasan Kependudukan • Pembangunan berwawasan kependudukan memasukkan dimiensi kependudukan ke dalam pembangunan secara integratif, tidak parsial. • Dimiensi kependudukan sangat kompleks: kelahiran, kematian, kesehatan, kesejahteraan, pendidikan, dan sebagainya. • Penduduk Indonesia secara kualitas harus makin unggul dengan menaikkan Human Development Index (HDI) dan aspek-aspek kualitatif lainnya guna mengejar ketertinggalan dari bangsa-bangsa lain yang telah maju. • Faktor mentalitas atau kepribadian sangat penting dalam meningkatkan kualitas kependudukan dan di situlah pentingnya pendidikan. • Pengintegrasian kependudukan ke dalam pembangunan menuntut kualitas pendidikan sebagai strategi kebudayaan menuju Indonesia berkemajuan. Masalah Mentalitas • Para ahli seperti Koentjaraningrat dan Mochtar Lubis menemukan kecenderungan mentalitas orang Indonesia yang tidak sejalan dengan etos pembangunan dan alam pikiran modern. • Mentalitas yang tidak sejalan dengan pebangunan: sifat malas, meremehkan mutu, suka menerabas (jalan pintas), tidak percaya pada diri sendiri; tidak berdisiplin murni; suka mengabaikan tanggungjawab, berjiwa feodal, suka pada hal-hal beraroma mistik, mudah meniru gaya hidup luar dengan kurang selektif, gaya hidup mewah, dan lain-lain. Faktor Mentalitas Manusia Indonesia yang berkarakter kuat dan melekat dengan kepribadian bangsa yaitu manusia yang memiliki sifat-sifat: (1) Relijius; yang dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian taat beribadah, jujur, terpercaya, dermawan, saling tolong menolong, dan toleran; (2) Moderat; yang dicirikan oleh sikap hidup yang tidak radikal dan tercermin dalam kepribadian yang tengahan antara individu dan sosial, berorientasi materi dan ruhani, serta mampu hidup dan kerjasama dalam kemajemukan; (3) Cerdas; yang dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian yang rasional, cinta ilmu, terbuka, dan berpikiran maju; dan (4) Mandiri; yang dicirikan oleh sikap hidup dan kepribadian merdeka, disiplin tinggi, hemat, menghargai waktu, ulet, wirausaha, kerja keras, dan memiliki cinta kebangsaan yang tinggi tanpa kehilangan orientasi nilai-nilai kemanusiaan universal dan hubungan antarperadaban bangsa-bangsa (Muhammadiyah: Revitalisasi Visi dan Karekter Bangsa, 2009). Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU Sisdiknas 2003) Pendidikan dalam Pandangan Muhammadiyah •Pendidikan merupakan upaya sadar penyiapan peluang bagi manusia untuk menguasai ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni) berbasis wahyu tekstual (qauliyah) dan wahyu natural (qauniyah: alam semesta), mengembangkan kemampuan pemanfaatan alam semesta, menyerap seluruh prinsip perubahan peradaban bagi kesejahteraan seluruh umat manusia dalam bentangan masa depan sejarah. •Pendidikan Muhammadiyah- Aisyiyah adalah pendidikan pencerahan kesadaran ketuhanan (makrifat iman/tauhid) yang menghidupkan, mencerdaskan dan membebaskan manusia dari kebodohan dan kemiskinan bagi kesejahteraan dan kemakmuran manusia dalam kerangka kehidupan bangsa dan tata pergaulan dunia yang terus berubah dan berkembang (Tanfidz Muktamar Ke-46 Th 2010). Pendidikan Holistik • Memberikan bagi peserta didik untuk berkembang secara utuh • Keterpaduan keluarga proses formal, nonformal, dan • Keterpaduan antara teori, praktik, dan apa yang berkembang dalam masyarakat • Menekankan pengembangan secara optimal dalam diri individu dan kelompok • Bersifat partisipatif (Zamroni) Nilai-Nilai Keutamaan Di antara nilai-nilai keutamaan atau karakter yang perlu dimiliki bangsa Indonesia, baik secara individual maupun kolektif adalah sebagai berikut: 1.Spiritualitas: Etika atau akhlak, dan penyeimbangan antara kesalehan individual dan kesalehan sosial. 2.Solidaritas. solidaritas kebangsaan yang harmonis dan dinamis. Ditanamkan kebiasaan untuk hidup berdampingan secara damai atas dasar saling memahami, saling menghormati, dan saling tolong menolong untuk kepentingan dan kemajuan bersama. 3.Kedisiplinan. Menghargai waktu sehingga mendorong produktifitas dan daya saing, serta mematuhi norma-norma hukum untuk terwujudnya ketertiban sosial serta menghindari tindak kekerasan dan kecenderungan main hakim sendiri. 4.Kemandirian. Dikembangkan karakter bangsa yang menghilangkan rasa rendah diri untuk menjadi bangsa yang memiliki kepercayaan diri untuk berdiri sama tinggi dengan bangsa-bangsa lain. 5.Kemajuan dan keunggulan. Bangsa Indonesia sebagai bangsa besar dan kaya dengan sumber daya alam memiliki peluang untuk bangsa maju dan unggul. Karena itu diperlukan karakter yang berorientasi kepada prestasi dengan semangat kerja keras. Indonesia Berkemajuan • Indonesia ke depan harus menjadi Indonesia berkemajuan yang setara atau bahkan unggul dibandingkan bangsa dan negara lain. • Indonesia berkemajuan adalah kondisi kehidupan yang maju, adil, makmur, bermartabat, dan berdaulat sejalan cita-cita luhur kemerdekaan. • Indonesia berkemajuan memerlukan rekonstruksi atau pembangunan kembali perikehidupan kebangsaan di segala bidang kehidupan yang bermakna, bukan sekadar maju secara fisik-ekonomi. • Indonesia berkemajuan memerlukan agama sebagai sumber nilai kemajuan, pendidikan yang mencerahkan, kepemimpinan profetik, institusi publik yang progresif, dan keadaban publik. Pendidikan Keseteraan Untuk Indonesia Berkemajuan • Indonesia berkemajuan merupakan kondisi kehidupan yang serbamaju dalam segala aspek kehidupan sehingga bangsa menjadi unggul. • Pendidikan melahirkan kesetaraan dan keadilan gender antara laki-laki dan perempuan. • Islam mengajarkan kepada pemeluknya bahwa perempuan dan laki-laki setara di hadapan Allah. Relasi laki-laki dan perempuan dalam posisi setara, tidak ada superioritas dan subordinasi (diunggulkan dan direndahkan), masingmasing memiliki potensi, fungsi, peran dan kemungkinan pengembangan diri. Perbedaan fitrah laki-laki dan perempuan menampakkan adanya kekhususan yang dimiliki laki-laki dan perempuan agar keduanya saling melengkapi dalam melaksanakan fungsi dan perannya baik di ranah domestik (rumah tangga) maupun publik (masyarakat). Perempuan Berkemajuan • Pendidikan dan pembangna berwawasan kependudukan harus mampu meningkatkan kualitas hidup dan martabat perempuan Indonesi menjadi Perempuan Berkemajuan. • Perempuan berkemajuan adalah kondisi perikehidupan perempuan yang berkualitas dalam segala aspek tanpa mengalami hambatan dan diskriminasi baik secara struktural maupun kultural. • Perempuan berkemajuan dalam pandangan Islam adalah kehidupan perempuan yang memiliki derajat dan perlakuan yang sama mulia dengan laki-laki tanpa diskriminasi, yang ukuran kemuliaannya terletak pada ketaqwaan, iman, dan amal shaleh (QS Al-Hujarat: 13; Al-Nahl: 97; Al-Isra: 70). Pendidikan berbasis Keluarga • Keluarga sebagai basis pendidikan dini dalam menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan yang membentuk kepribadian ataunkarakter diri yang serba utama. • Keluarga sebagai basis pendidikan dini untuk penyemaian kecerdasan, minat, bakat, dan pengetahuan yang menjadi modal intelektual dan kemampuan dasar sehingga memiliki life-skill yang tinggi. • Menyemai keteladanan yang menjadi role-model dalam berperilaku. • Tempat sosialisasi dalam berinteraksi sosial dengan sesama dan lingkungan sekitar. Permasalahan Perempuan, Anak, dan Lansia • Kemiskinan • Kualitas Kesehatan Perempuan dan anak masih rendah. • Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak • Pendidikan yang rendah • Produk hukum yg bias jender • Perlindungan sosial yang rentan • Tenaga kerja perempuan, buruh migran yang belum memperoleh perlindungan hak-hak dasarnya • Dll Agenda Aisyiyah 1. Pengembangan keilmuan 2. Memperkokoh institusi keluarga "Keluarga Sakinah" 3. Menggerakkan Kepemimpinan Perempuan "Perempuan Berkemajuan" 4. Memperkuat Praksis sosial dan Al Ma'un (Pendidikan, Kesehatan,Kesejahteraan sosialEkonomi,hukum, kewarganegaraan dan politik, Peduli Bencana, lansia, Defabel,dll) 5.dll