Anatomi Fisiologi Sistem-sistem pada Anak

advertisement
1.
Anatomi dan Fisiologi Sistem-sistem pada Anak
A. Sistem Pernapasan
Kuncup paru – paru (Lung buds) janin mula – mula terbentuk pada minggu ke 4
kehamilan. Perkembangan kuncup ( budding ) dan pembentukan cabang
( Branching ) membentuk batang uatam lobulus bronkopulmonal. Pembentukan
cabang terus berlangsung sampai awal masa kanak – kanak, meskipun percabangan
tersebut kurang proliferatif. Dari bulan ke-6, lobulus berkembang menjadi duktus
alveolus. Dan duktus berkembang menjadi sakus alveolus, yang menjadi alveoli
sebenarnya pada bulan ke 2 kehidupan postnatal.
Karena sakus alveolus berkembang, epitel yang membatasi sakus tersebut
menipis. Kapiler – kapiler paru menekan dinding sakus karena paru – paru
dipersiapkan untuk pertukaran oksigen dan karbondioksida, menjelang akhir bulan ke
6 kehamilan. Selama minggu terakhir kehamilan, paru – paru mengeluarkan surfaktan
yang mencegah sakus alveolus kolaps selama ekspirasi, menyebabkan atelektasis
diantara gangguan – gangguan lain. Saat lahir, paru – paru berisi cairan. Cairan ini
dengan cepat dihalau dan di absorbsi karena paru – paru terisi udara.
Struktur tulang toraks ( Thoracic cage ) bayi yang baru lahir agak bundar. Secara
bertahap diameter transversal bertambah sampai menjadi bentuk elips seperti dada
orang dewasa, kira – kira umur 6 tahun. Struktur tulang toraks bayi juga agak lunak,
yang memungkinkan kerangka dada tertarik selama pernapasan yang memerlukan
usaha besar ( Labored breathing ). Bayi mempunyai sedikit jaringan dan kartilago
pada trakea dan bronkus yang memungkinkan struktur ini lebih mudah kolaps.
Jalan napas berkembang lebih cepat daripada kolumna vertebra. Pada bayi
bifurkasi trakea adalah setinggi vertebra torakal ke 4. Bayi hanya bernapas melalui
hidung, dan rongga hidung yang dilewati lebih sempit. Pernapasan kurang ritmik
dibandingkan anak. Pada bayi dan anak usia dibawah 6 atau 7 tahun, jenis pernapasan
adalah pernapasan diagfragma atau pernapasan abdomen.volume oksigen yang di
ekspirasi oleh bayi dan anak – anak lebih besar daripada yang di ekspirasikan oleh
orang dewasa.pada usia 12 tahun anak mempunyai 9x jumlah alveoli dibandingkan
ketika lahir.
B. Sistem Kardiovaskuler
Pada tahap awal perkembangannya, jantung merupakan tuba lurus. Antara
minggu ke 2 dan ke 10 kehamilan jantung mengalami serangkaian perubahan menjadi
organ yang mempunyai 4 ruangan. Jantung mulai berdenyut pada minggu ke 3
kehamilan. Selama kehidupan janin, jantung mendistribusikan oksigen dan nutrient
yang disuplai melalui plasenta. Paru – paru janin di pintas oleh pirau yang ada selama
kehidupan janin. Pada saat lahir pirau ini mulai menutup karena tahanan pembuluh
darah pulmonal turun. Tahanan pembuluh darah kira – kira sama dengan orang
dewasa pada umur 6 minggu. Tahanan pembuluh darah pulmonal relatif lebih tinggi
pada bulan pertama kehidupan bayi, dan kelainan jantung seperti defek sputum
ventrikel ( VSD ) mungkin tidak dapat di deteksi.
Jantung adalah besar dalam hubungan nya dengan ukuran tubuh pada bayi.
Jantung terletak agak horizontal dan menempati sebagian besar cavum thoraks.
Perkembangan paru – paru menyebabkan jantung terdesak ke posisi yang lebih
rendah dan pada umur 7 tahun jantung dianggap seperti posisi jantung orang dewasa
yang lebih oblik dan lebih rendah. Ukuran jantung meningkat pada remaja karena
pertumbuhan yang cepat.
Pada saat lahir dinding ventrikel mempunyai ketebalan yang sama, tetapi dengan
kebutuhan sirkulasi ventrikel kiri akan lebih tebal. Dinding ventrikel yang tipis
menghasilkan tekanan sistolik yang rendah pada bayi baru lahir. Tekanan sistolik
meningkat setelah lahir hingga sampai mendekati tekanan sistolik orang dewasa pada
saat pubertas. Pembuluh darah memanjang dan menebal dalam berespons terhadap
tekanan yang meningkat.
C. Sistem Integumen
Kulit, yang mualai berkembang selama minggu ke 11 kehamilan, terdiri dari 3
lapisan ( Epidermis, Dermis dan jaringan subkutan ). Kulit mempunyai 4 fungsi
utama : perlindungan terhadap cedera, termoregulasi, impermeabilitas, dan sensor
terhadap sentuhan, nyeri, panas, dan dingin.
Ph kulit yang normal adalah asam, berguna untuk melindungi kulit dari invasi
bakteri. Pada bayi Ph kulit bayi lebih tinggi, kulit lebih tipis, dan sekresi keringat dan
sebum sedikit. Akibatnya, bayi lebih rentan terhadap infeksi kulit daripada anak yang
lebih besar dan orang dewasa. Selanjutnya, karena pelekatan yang longgar antara
dermis dan epidermis, kulit bayi dan anak – anak cenderung mudah melepuh.
D. Sistem Pendengaran
Tiga bagian telinga berkembang pada masa embrio dalam waktu yang bersamaan
dengan perkembangan organ – organ vital lainnya, oleh karena itu deformitas pada
telinga dapat memberikan petunjuk terhadap penyimpangan organ lain dalam tubuh.
Perkembangan telinga luar dimulai kira – kira pada minggu ke lima kehamilan dan
perkembangan telinga tengah sekitar minggu ke 6. telinga terutama sekali rentan
terhadap penyimpangan pada minggu ke 9 kehamilan.
Neonatus mampu membedakan suara saat lahir dan lebih mudah berespon
terhadap suara dengan nada yang tinggi. Adanya mucus pada tuba eustachius dapat
membatasi pendengaran ketika bayi pertama kali dilahirkan tetapi segera jelas setelah
lahir. Verniks kaseosa pada saluran telinga luar dapat menyulitakan visualisasi
membrane timpani.
Bayi yang lebih muda berespon terhadap kebisingan yang keras dengan refleks
terkejut, berkedip, atau menghentikan gerakan. Bayi, yang berumur 6 bulan atau lebih
mencoba mencari sumber suara.
E. Sistem Penglihatan
Mata mulai terbentuk pada 22 hari kehamilan, dan pada 8 minggu kehamilan
dianggap dalam bentuk yang lazim. Struktur dan bentuk mata terus berkembang
sampai anak mencapai usia sekolah. Pada saat lahir Mielinisasi serat – serat saraf
sudah lengkap dan respon pupil dapat diperoleh. Bayi baru lahir, bagaimanapun juga
mempunyai penglihatan yang terbatas. Neonatus mampu mengenali bentuk ibunya
dan mengenali cahaya dan gerakan, ditandai dengan refleks berkedip. Nistagmus
yang tajam umum terjadi. Kemampuan untuk mengikuti objek tidak berkembang
sampai umur 4 minggu, ketika bayi mampu mengikuti cahaya dan objek kegaris
tengah. Pada umur 8 minggu bayi mampu mengikuti cahaya melewati garis tengah,
walaupun strabismus menjadi jelas.
Strabismus konvergen intermiten umum terjadi sampai umur 6 bulan, kemudian
menghilang. Otot – otot dianggap berfungsi dengan sempurna pada umur 1 tahun.
Macula dan fovea sentralis secara structural mengalami diferensiasi pada umur 4
bulan. Maturasi makula dicapai saat umur 6 tahun. Perbedaan warna ada antara umur
3 dan 5 bulan. Bayi normalnya berpenglihatan jauh. Seperti anak kecil, bayi melihat
dengan baik pada rentang yang sempit. Ketajaman penglihatan jauh. Seperti anak
kecil, bayi melihat dengan baik pada rentang yang sempit. Ketajaman penglihatan
pada bayi mempunyai rentang dari 20/300 sampai 20/50. iris biasanya dianggap
berwarna permanent saat umur 6 bulan, tetapi pada beberapa anak tidak sampai 1
tahun. Lakrimasi mulai ada saat berumur 6 – 12 minggu.
2.
Metode Assesment untuk Pasien Trauma Pediatrik
1) Initial Assessment
Initial assessment adalah proses evaluasi secara cepat padapenderita
gawat darurat yang langsung diikuti dengan tindakan resusitasi. Informasi
digunakan untuk membuat keputusan tentang intervensi kritis dan waktu yang
dicapai. Ketika melakukan pengkajian, pasien harus aman dan dilakukan
secara cepat dan tepat dengan mengkaji tingkat kesadaran (level of
consciousness) dan pengkajian ABC (Airway, Breathing, Circulation),
pengkajian ini dilakukan pada pasien memerlukan tindakan penanganan
segera dan pada pasien yang terancam nyawanya.
a. Primary Survey
1. Airway  Mempertahankan jalan napas, hal ini dapat dikerjakan dengan
teknik manual ataupun menggunakan alat bantu (pipa orofaring, pipa
endotrakeal, dll). Tindakan ini mungkin akan banyak memanipulasi leher
sehingga harus diperhatikan untuk menjaga menjaga stabilitas tulang leher
2. Breathing  Menjaga pernapasan atau ventilasi dapat berlangsung dengan
baik. Setiap penderita trauma berat memerlukan tambahan oksigen yang
harus diberikan kepada penderita dengan cara efektif. Bayi mempunyai
frekuensi 40 sampai 60 kali per menit sedangkan pada anak yang lebih
besar sekitar 20 kali per menit. Volume tidal bervariasi dari 7- 10mL/kg
untuk bayi dan anak.
Hipoventilasi adalah penyebab tersering dari "cardiac arrest" pada anak.
Walaupun demikian sebelum terjadi "cardiac arrest", hypoventilasi
menyebabkan respirasi asidosis yang merupakan kelainan keseimbangan
asam-basa tersering yang terjadi selama resusitasi pada penderita trauma
anak. Dengan ventilasi dan perfusi yang adekuat, penderita anak akan
mempunyai kemampuan untuk mempertahankan PH yang relatif normal.
Perhatian : Ventilasi dan perfusi yang tidak adekuat pada saat pemberian
sodium bicarbonat sebagai usaha untuk koreksi asidosis, malahan berakibat
hypercarbia serta memperburuk asidosis.
3. Circulation  Mempertahankan sirkulasi bersama dengan tindakan untuk
mengehntikan perdarahan. Pengenalan dini tanda-tanda syok perdarahan
dan pemahaman tentang prinsip-prinsip pemberian cairan sangat penting
untuk dilakukan sehingga menghindari pasien dari keterlambatan
penanganan
4. Disability  Pemeriksaan untuk mendapatkan kemungkinan adanya
gangguan neurologis
 Penialaian GCS pada Anak/Bayi
Eye (Respon membuka Mata)
(4) : spontan
(3) : Patuh pada perintah/suara
(2) : dengan rangsangan nyeri
(1) : tidak ada respon
Verbal (bicara)
(5) : mengoceh
(4) : menangis lemah
(3) : menangis (karena diberi rangsangan nyeri)
(2) : merintih (karena diberi rangsangan nyeri)
(1) : tidak ada respon
Motorik (gerakan)
(6) : spontan
(5) : menarik (karena sentuhan)
(4) : menarik (karena rangsangan nyeri)
(3) : fleksi abnormal
(2) : ekstensi abnormal
(1) : tidak ada respon
5. Expossure  Pemeriksaan pada seluruh tubuh penderita untuk melihat jejasjejas atau tanda-tanda kegawatan yang mungkin tidak terlihat dengan menjaga
supaya tidak terjadi hipotermi
b. Secondary Survey
Secondary survey adalah pemeriksaan teliti yang dilakukan dari ujung
rambut sampai ujung kaki (head to toe), termasuk penilaian nyeri.
 Lakukan pengkajian secara umum dari ujung kepala ke ujung kaki sementara
mengumpulkan riwayat kesehatan dan tanda-tanda vital. Pengkajian secara
umum membantu dalam menetapkan prioritas.perhatikan bagian-bagian yang
sakit terlebih dulu .contohnya,jika seorang anak mengalami masalah pernapasan,
pengkajian pada bidang ini adalah prioritas.
 Pengkajian fisik merupakan komponen esensial dari asuhan keperawatan. Anakanak sering kali tidak dapat mengatakan kepada pemberi perawatan apa yang
salah.pemberi perawatan harus mampu mengkaji dan mengkomunikasikan
keluhan anak yang timbul dari pengkajian.
 Beberapa aspek pemeriksaan fisik yang lengkap dapat diabaikan selama
pengkajian harian, tergantung pada umur anak, status kesehatan, dan alasan
untuk kontak dengan perawatan kesehatan. Contoh pengkajian yang tidak selalu
perlu di masukkan adalah tinggi badan, lingkar kepala, berat badan, refleks
tendon dalam, dan uji neurologi.
 Pendekatan dari ujung kepala ke ujung kaki, sistemik dan berurutan untuk
pemeriksaan dapat menjadi tidak mungkin: urutan pemeriksaan seringkali perlu
di ubah untuk menyesuaikan dengan anak. fleksibilitas adalah esensial :
bagaimanapun : semua aspek pemeriksaan yang diperlukan harus dilakukan.
 Seringkali bberapa observasi dapat dilakukan dalam sekali waktu, karena ukuran
daerah yang di periksa. Contohnya, ketika menghitung frekuensi napas juga
dapat juga mengamati jenis dan kualitas pernapasan, ada tidaknya retrasi, warna
tubuh, dan apakah terdapat gangguan pernapasan.
 Lakukan aspek-aspek pemeriksaan yang kurang menimbulkan stres terlebih
dulu. Apa yang menimbulkan stres bagi satu kelompok umur belum tentu
menimbulkan stres bagi kelompok umur yang lain.
 Gunakan pendekatan yang ramah dan tenang.katakan pada anak apa yang harus
dilakukan daripada meminta untuk bekerja sama.demonstrasi membantu anak
untuk mengikuti prosedur.
 Biarkan anak-anak memegang peralatan.
 Gunakan kedua tangan bila mungkin.satu tangan atau pemeriksaan dengan jari
bisa ditafsirkan sebagai tindakan yang bersifat menganggu.
 Jangan meninggalkan bayi dan anak-anak tanpa diawasi diatas meja pemeriksaan
PENGUKURAN TTV
Suhu tubuh,Nadi, Tekanan darah dan Pernapasan
1.
Pengukuran suhu tubuh
Suhu
tubuh
harus
diukur
pada
saat
masuk
kfasilitas
pelayanan
keperawatan,sebelum atau sesudah pembedahan atau prosedur diagnostik invasif,
selama dalam masa infeksi yang tidak teridentifikasi, setelah tindakan
menurunkan demam, dan kadang-kadang pada bayi atau anak yang tampak merah
mukanya, merasa hangat atau letargi.
2.
Pengukuran nadi
Pengukuran nadi merupakan bagian rutin dari prosedur rumah sakit tapi tidak
harus diremehkan sebagai indikator keadaan sistem kardiovaskular yang
diperoleh dengan mudah.gangguan sistem kardiovaskular;efek demam;dan efek
terapi pengobatan dapat di pantau melalui pengkajian nadi.nadi harus dipantau
dengan rutin selama proses penyakit, sebelum dan sesudah pembedahan, dan bila
keadaan anak memburuk.
3.
Pengukuran pernafasan
Anak yang lebih muda menghirup udara jumlah udara yang relative lebih
kecil dan menghembuskan udara yang lebih besar bayi dan anak mempunyai lebih
sedikit alveoli dan oleh karena itu permukaan alveolus sedikit dimana pertukaran
udara dapat terjadi.
4.
Pengukuran tekanan darah
Tekanan darah merupakan hasil dari curah jantung dan tahanan perifer yang
meningkat,sampai saaat ini anak-anak yang usianya dibawah 3 tahun tidak diukur
tekanan darahnya,karena diperlukan kesabaran dan keterampilan yang
lebih.Mayoritas anak-anak yang hipertensi mempunyai ginjal.
5.
Pengukuran Atropometri
Pengukuran atropometri ini dimaksudkan untuk mengetahui ukuran-ukran
fisik pada anak dengan menggunakan alat-alat tertentu.
Ukuran atropometri dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :
Tergantung umur yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan umur,misalnya BB
terhadap usia atau TB terhadap usia.
1. Tidak tergantung umur,yaitu hasil pengukuran dibandingkan dengan
pengukuran lainnya tanpa memperhatikan berapa umur anak yang diukur
Pengukuran atropometri yang biasanya digunakan:
1. Berat badan
Berat badan merupakan salah satu ukuran atropometri yang terpenting
karena dipakai untuk memeriksa kesehatan anak pada semua kelompok
umur.
Dapat diketahui bahwa pada usia 6 bulan pertama berat badan akan
bertambah sekitar 1kg/bulan,sementara pada 6 bulan berikutnya hanya
0,5kg/bulan
,namun
pada
tahun
kedua
kenaikan
hanya
0,25kg/bulan.setelah 2 tahun,kenaikan berat badan tidak tentu,yaitu
sekitar 2,3 kg/tahun,pada saat remaja terjadi penambahan berat badan
secara cepat.
2. Pengukuran tiggi badan
Tinggi badan pada anak kurang dari 2 tahun sering disebut dengan
panjang badan.Pada bayi yang baru lahir,panjang badan rata-rata adalah
sebesar 50 cm,pada tahun pertama pertambahan panjang badan adalah
1,5x panjang badan lahir,pertambahan tersebut akan berangsur-angsur
sampai usia 9 tahun,yaitu sekitar 5 cm/tahun.pertambahan tinggi badan
akan berhenti pada usia 18-29 tahun.
3.
Pengukuran lingkar kepala
Secara normal pertambahan ukuran lingkaran kepala setiap tahap
relatif
konstan dan tidak dipengaruhi oleh factor ras,bangsa dan letak
geografis.Saat lahir ukuran kepala normal 34-35 cm,kemudian akan
bertambah sebesar 0,5 cm/bulan pada bulan pertama menjadi 44
cm,pada
6
bulan
pertama
pertumbuhan
kepala
paling
cepat
dibandingkan dengan tahap berikutnya,kemudian pada tahun pertama
lingkar kepal bertambah tidak lebih dari 5 cm/tahun,setelah itu sampai
18 tahun lingkar kepala hanya bertambah 10 cm.
Pertambahan yang konstan juga dapat diketahui dari proporsi besar
kepal dengan panjang badan,saat lahir kepala berukuran seperemapt dari
panjang badan,namun setelah dewasa besar kepala hanya seperdelapan
dari panjang badan.
4. Pengukuran lingkar lengan atas
Pertambahan lingkar lengan atas ini relatif lambat,saat lahir lingkar
lengan atas sekitar 11 cm dan pada tahun pertama lingkar lengan atas
menjadi 16 cm,setelah itu ukuran tersebut tidak banyak berubah sampai
usia 3 tahun.
Keuntungan pengukuran lingkar lengan atas adalah mudah,murah
alatnya
bisa
dibuat
sendiri
dan
bisa
siapa
saja
yang
melakukannya.Pengukuran lingkar lengan atas efektif pada usia dibawah
3 tahun.
5.
Lipatan kulit
Tebalnya lipatan kulit pada daerah triceps dan subkapular refleksi
pertumbuhan jaringan lemak dibawah kulit yang mencerminkan
kecukupan energy,apabila anak mengalami defisiensi kalori,maka lipatan
kulit menipis,lipatan tersebut akan menebal bila anak kelebihan energy.
2) Penilaian CUPS Pediatric
Kategori
Critical (Kritis)
Penaksiran
Tindakan
Jalan Napas, Pernapasan Lakukan
atau sirkulasi tidak ada
awal
Contoh
intervensi Luka trauma
yang cepat dan parah
transportasi serentak
yang
dengan
pernapasan atau gagal
jantung
Unstable (Tidak Jalan napas, atau sirkulasi Lakukan
Stabil)
dengan perubahan status awal
mental
intervensi Cedera
yang
yang cepat dan signifikan
transportasi serentak
dengan
gangguan pernapasan,
perdarahan
aktif,
syok, tenggelam, tidak
Potentially
ada respon
Jalan napas, pernapasan, Lakukan penilaian awal Patah tulang
Unstable
sirkulasi dan status mental dengan
intervensi, pejalan kaki disambar
(Potensial tidak normal tapi mekanisme transportasi
stabil)
signifikan dari cedera
kecil,
mobil
tapi
dengan
segera,lakukan riwayat pengkajian awal yang
dan pemeriksaan fisik baik dan normal, bayi
terfokus
selama usia kurang dari tiga
transportasi jika waktu bulan dengan demam
Stable (Stabil)
memungkinkan
Jalan napas, pernapasan, Lakukan penilaian awal Laserasi kecil, lecet,
sirkulasi,
dan
status dengan
intervensi, atau ekimosis, bayi
mental normal, tidak ada transportasi
mekanisme signifikan dari lakukan
cedera
segera, usia lebih dari 3 bulan
riwayat
dan dengan demam
pemeriksaan
secara
fisik
detail,
transportasi rutin
3) Pedoman ALS
 Asistol atau PEA
 Menilai jalan dan mulai CPR
 Intubasi dan ventilasi dengan oksigen
 Pertimbangkan kemungkinan hipoksia,
hyperkalemia,
hypokalemia,
tamponade,
hipovolemia,
tension
toksin/racun/obat atau tromboemboli dan obati jika ada
 Bradikardi
 Menilai jalan napas dan berikan oksigen
 Intubasi jika kesadaran menurun
 Mulai CPR jika HR <60 x/menit
hipotermia,
pneumothoraks,


 VF or pulseless VT
Defribilasi hingga 3 kali yang diperlukan
2j/kg 4j/kg 4j/kg
Mulai CPR, intubasi, ventilasi dengan O2
4) Skor APGAR
TANDA
0
1
2
Appearance
Biru,pucat
Badan pucat,tungkai biru Semuanya merah muda
Pulse
Tidak teraba
< 100
 100
Grimace
Tidak ada
Lambat/meringis
Menangis kuat/batuk bersin
Activity
Lemas/lumpuh
Gerakan
Respiratory
Tidak ada
sedikit/fleksi Aktif/fleksi
tungkai
baik/reaksi melawan
Lambat, tidak teratur
Baik, menangis kuat
Penilaian APGAR
Setiap variabel dinilai : 0, 1 dan 2
Nilai tertinggi adalah 10
1. Nilai 7-10 menunjukkan bahwa bayi dalam keadaan baik
2. Nilai 4 - 6 menunjukkan bayi mengalami depresi sedang & membutuhkan
tindakan resusitasi
3. Nilai 0 – 3 menunjukkan bayi mengalami depresi serius & membutuhkan
resusitasi segera sampai ventilasi.
3. Strategi Untuk Resusitasi Cairan pada Pasien Trauma Anak
Resusitasi optimal dari pasien trauma pediatrik menyajikan tantangan unik
tungkai
dan masalah spesifik usia yang tidak ada pada populasi dewasa. penyedia layanan
harus menggunakan yang sama, namun dalam beberapa kasus strategi yang sangat
berbeda untuk tepat resusitasi pasien trauma pediatrik. Secara khusus, pendekatan
unik untuk akses vaskular, manajemen cairan, dan transfusi darah harus
dipertimbangkan.
Tujuan dari resusitasi di pasien trauma adalah untuk menyediakan pengiriman
oksigen yang cukup ke organ vital dan mencegah shock. Ketidakadekuatan volume
resusitasi (bila dikombinasikan dengan akses IV tidak memadai) telah terbukti
menjadi penyebab utama kematian terkait trauma dicegah pada anak-anak di sebuah
penelitian terbaru. Menyadari syok pada pasien trauma anak dapat lebih sulit karena
tanda-tanda syok dapat lebih halus dari pada pasien dewasa.
Secara klinis, hal ini berguna untuk memisahkan shock menjadi tiga kategori
klinis: kompensasi shock, kaget dekompensasi, dan kegagalan cardiopulmonary
untuk memprioritaskan strategi resusitasi. Pemeriksaan fisik yang cepat dapat
memberikan informasi penting yang mengarah pada pengobatan yang tepat setelah
itu. Kunci utama dari pemeriksaan ini akan mencakup penilaian denyut jantung,
kehadiran dan kekuatan pulsa, tekanan darah, laju pernapasan, status mental, warna
dan suhu ekstremitas, dan pengisian kapiler. Pemeriksaan output urin dan pH darah
dapat membantu memberikan panduan dengan upaya resusitasi lebih lanjut, meskipun
variabel-variabel ini tidak selalu tersedia pada penilaian langsung.
Sementara pada setiap anak berbeda dan menyajikan dengan masalah unik
nya sendiri, sebagian besar pusat trauma menerapkan algoritma sederhana untuk
mengobati pasien trauma pediatrik. Seorang dokter harus terus menilai kembali
tanda-tanda vital dan parameter laboratorium yang bertujuan untuk panduan
penggantian volume dan menyimpang dari standar yang diterbitkan jika tuntutan
situasi. ATLS, program yang dibuat dan dikembangkan oleh American College of
Surgeons, telah mengembangkan pedoman tersebut dalam merawat pasien trauma
pediatrik. Menurut praktek ATLS, ketika seorang anak menyajikan shock, alses IV
memadai /IO didirikan, jika ada tanda-tanda perfusi jaringan yang tidak memadai,
berikan (<20 menit) bolus cepat 20 cc / kg laktat Ringer atau 0,9% larutan garam.
Jika terus ada tanda-tanda perfusi yang tidak memadai setelah bolus selesai, ATLS
menyarankan infus cepat kedua sekitar 20 cc / kg Ringer laktat atau larutan garam
0,9%. Jika masih ada tanda-tanda perfusi jaringan yang tidak memadai setelah bolus
kedua,yang ketiga disarankan, tapi pada saat ini, kita juga harus mulai
mempertimbangkan untuk menggunakan produk darah untuk resusitasi, terutama jika
kehilangan darah diduga menjadi berkelanjutan. Terutama pada anak-anak yang lebih
muda dari bobot yang lebih kecil, buretrol sangat dianjurkan untuk mencegah overresusitasi anak. Pengelolaan kadar glukosa pada pasien ini adalah topik yang belum
diteliti dengan seksama dalam literatur, tapi satu studi menunjukkan bahwa kadar
glukosa yang normal 77% dari waktu. Untuk alasan ini, glukosa darah harus dipantau
ketat di pasien anak untuk mencegah hipoglikemia, terutama mereka yang di bawah
usia 6 bulan. Glukosa harus dijauhkan dari cairan resusitasi untuk mencegah
hiperglikemia, tetapi secara rutin dipantau, dan hiperglikemia harus dirawat di
kelompok berisiko tinggi seperti pasien cedera otak traumatis. Hiperglikemia juga
telah dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi dan meningkatkan panjang tinggal
pada pasien trauma pediatrik menunjukkan bahwa pengendalian hiperglikemia dapat
menyebabkan hasil pasien yang lebih baik.
Pada pasien trauma anak yang dicurigai atau diketahui cedera otak traumatis,
tambahan pusat tujuan pengobatan dapat mencegah cedera otak sekunder, menjaga
tekanan perfusi serebral yang memadai, dan menjaga tekanan rendah intrakranial.
Selain mempertahankan volume sirkulasi yang memadai, manajemen cairan yang
tepat juga termasuk tepat menggunakan terapi hiperosmolar (mannitol, hipertonik
saline) bila diindikasikan. Karena mempertahankan tekanan intrakranial yang normal
adalah tujuan utama dalam mengelola pasien ini, hipovolemia dan hipervolemia harus
dihindari.
Ketika mempertimbangkan pilihan cairan resusitasi (seperti kristaloid
dibandingkan administrasi koloid), masih kurangnya bukti yang kuat dalam literatur
untuk membenarkan penggunaan koloid produk non-darah yang lebih mahal
(misalnya albumin, pati) bila dibandingkan dengan yang lebih murah dan lebih umum
solusi yang didigunakan kristaloid. Dalam populasi pasien tertentu, seperti pasien
cedera otak traumatis, penggunaan albumin telah dikaitkan dengan hasil yang lebih
buruk bila dibandingkan dengan larutan kristaloid.
Dalam resusitasi bayi, balita, dan anak-anak kecil <20 kg, pompa paling
efisien mungkin jarum suntik 10 cc, yang dioperasikan oleh seorang dokter, tabung
pompa IV tradisional dilekatkan, disediakan katup satu arah di tempat. Menggunakan
sistem infus mungkin berbahaya karena darah dapat diresapi terlalu cepat
menyebabkan komplikasi seperti edema paru atau hiperkalemia.
Ketika perawatan trauma tidak berhenti setelah resusitasi awal, perhatian perlu
diterapkan pada manajemen cairan pasien setelah resusitasi awal, untuk membantu
mencegah cedera iatrogenik sekunder lebih lanjut dan mempertahankan perfusi yang
memadai di seluruh fase akut pemulihan. Pada "aturan 4-2-1" adalah yang paling
sering digunakan dan dipraktekkan saat memperkirakan kebutuhan perawatan untuk
pasien anak (dan beberapa orang dewasa). Aturan merekomendasikan


4 cc / kg / jam untuk pasien hingga 10 kg.
Untuk pasien antara 10 dan 20 kg, aturan menetapkan 40 cc / hr + 2 cc
/ kg / jam (untuk setiap kg di atas 10 kg), dan 60 cc / jam + 1 cc / kg /
jam (untuk setiap kg di atas 20 kg ) pada pasien yang lebih besar dari
20 kg.
Aturan ini adalah untuk pedoman dan tidak boleh digunakan pada semua pasien,
melainkan sebagai titik awal untuk menjaga manajemen cairan pada pasien trauma.
Menurut Kleinman et al, 2010, Strategi untuk Resusitasi Cairan pada Pasien
Trauma Anak, yaitu:
1). Prioritas pertama dari sirkulasi adalah untuk mengkonfirmasi keberadaan nadi
dengan meraba nadi pusat. Jika tidak ada denyut nadi teraba, mulai resusitasi
cardiopulmonary (CPR) segera dengan kompresi dada.
2). Perdarahan eksternal adalah prioritas pengobatan berikutnya, yang dapat diobati
dengan menerapkan tekanan langsung menggunakan pembalut tekanan steril, berhatihati untuk tidak menutup jalan nadi distal. Kecuali kontraindikasi, ekstremitas
perdarahan kemudian harus ditinggikan.
3). Akses intravena merupakan prioritas. Dua kateter besar-menanggung, lebih baik
dalam ekstremitas atas, harus dicobakan. Intraosseous atau pusat kanulasi vena
mungkin diperlukan jika upaya akses perifer tidak berhasil. Ekspander volume,
seperti Lactated Ringer atau normal saline, diberikan seperti yang ditunjukkan. Jika
anak menunjukkan tanda-tanda hipovolemia berat atau syok, bolus cairan ekspander
volume pada 20ml / kg diberikan dan diulang sampai tiga kali. O-negatif dikemas sel
darah merah atau darah juga dapat digunakan, diresapi pada 10 mL / kg. Bolus
diulang sampai perfusi dan denyut perifer meningkatkan. penilaian bedah dan
intervensi mungkin diperlukan untuk mengontrol perdarahan.
Pada pasien yang pre-op, Persiapan pra bedah penderita yang tidak mengalami
deficit sebelumnya atau dengan deficit yang telah diperbaiki terutama terdiri dari
meberikan karbohidrat yang cukup untuk makanan dan mencegah pemecahan protein.
Kebutuhan air dan elektrolit rumatan biasa sudah cukup. Bayi kecil yang tidak
muntah harus mendapatkan campuran karbohidrat dan natrium klorida lewat mulut
sampai 3 hari sebelum operasi. Cairan tersebut dapat dengan mudah di absorbs dari
traktus gastrointestinal.
Selama pembedahan, darah, plasma, salin atau pengembang volume lain dapat
diberikan bila terjadi kehilangan darah, trauma jaringan, perpindahan cairan ke ruang
ketiga atau penguapan yang berlebihan. Besarnya kekurangn ini ditentukan oleh ahli
bedah selama proses operasi. Kesalahan terbanyak dalam pemberian cairan parenteral
selama dan setelah operasi adalah kelebihan pemberian, terutama dextrose dalam air.
Pada kebanyakan situasi kalium hanya sedikit perlu diberikan dengan jumlah yang
sedikit bahkan mungkin tidak perlu sama sekali. Hal ini karena trauma jaringan luas
atau anoksia dapat mengakibatkan pelepasan sejulah kalium intraseluler yang
berpotensi mengkibatkan hiperkalemia. Bila terjadi syok, dapat terjadi gagal ginjal
akut yang menghalangi kemampuan pembuangan kalium yang dilepas melalui ginjal.
Pasca bedah, intake harus dibatasi selama 24 jam. Setelah itu,terapi rumatan bisa
secara bertahap dipulihkan. Intake cairan tidak boleh lebih dari 85 mL/ 100 kkal yang
dimetabolisme karena antidiuresis akibat trauma, penyesuaian sirkulasi atau anastesi,
kecuali bila kemampuan ginjal mengkonsentrasi urine terbatas, seperti pada penderita
anemia sel sabit, pielonefritis kronis atau uropati obstruktif. Bila masukan air tidak
terbatas, baik diberikan secara oral ataupun renteral, dapat terjadi intoksikasi air.
Masuknya natrium rumatan juga dapat rendah karena rendahnya keluaran kalori
selama anastesi dan pasca bedah. Terapi cairan pada masa pasca bedah terutama
tergantung pada kompleks meskipun begitu respon tubuh diantisipasi terhadap trauma
melalui modifikasi
ekskresi dan natrium, serta kejadian komplikasi bedah yang
sering menyertai atau tidak diantisipasi. Kondisi klinis penderita menentukan
kebutuhan akhir cairan dan elektrolit yang merupakan kebutuhan akhir percerminan
dari proses-proses tersebut.
Beberapa anak pasca bedah mengalami peningkatan kadar hormone antidiuretik
darah akibat SIADH atau akibat respon sesuai terhadap restriksi cairan dan
kekurangan volume yang diakibatkannya. Bila penurunan output urine pasca bedah
merupakan akibat dari SIADH, maka penderita dalam keadaan euvolemik,
mempunyai status sirkulasi normal, berat badan stabil atau sedikit meningkat, dan
mempunyai peningkatan ekskeresi natrium urine. Bila anak mengalami oliguria
akibat pergeseran cairan dan kehilangan sejati volume intravaskuler, maka ada
penurunan eksresi natrium urine yang disertai gejala klinis hipovolemia, seperti
penurunan berat badan, takiakardi, perubahan turgor kulit dan pefusi perifer serta
hipotensi.
Download