BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan global begitu cepat dan sangat dinamis. Pendidikan menjadi alat untuk mengatasi keadaan tersebut dan hal itu dapat dilakukan apabila anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang bermutu. Mutu pendidikan dapat diukur baik dari segi kompetensi guru maupun dari segi kurikulum yang dijalankan. Kehadiran konsep kurikulum 2013 bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan kehidupan dan ilmu pengetahuan pada era abad 21. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi menjadi media dalam berbagai segi kehidupan termasuk bidang pendidikan sehingga mengakibatkan terjadinya pergeseran paradigma belajar di sekolah. Terjadinya pergeseran kekuatan ekonomi baru dan kekuatan globalisasi yang memaksa anak didik kita harus terampil. Indonesia menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi yang positif. Ciri utama pada era saat ini adalah persaingan terbuka yang sangat ketat. Kemampuan bersaing sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kreativitas. Sekolah sebagai organisasi jasa pendidikan berperan penting dalam menciptakan generasi bangsa yang tangguh dalam menghadapi era globalisasi. Kehidupan globalisasi menuntut agar organisasi sekolah dapat melakukan perubahan-perubahan yang sifatnya fundamental dengan menyesuaikan kondisi saat ini. Perubahan itu bisa berupa strukutur organisasi, strategi, pelayanan atau 1 proses pendidikan. Sumber daya utama di sekolah sebagai penggerak proses pendidikan adalah kepala sekolah dan guru. Guru sebagai tenaga kependidikan merupakan ujung tombak keberhasilan pendidikan. guru memainkan peran yang sangat penting, selain sebagai sumber daya manusia yang menjadi perencana, pelaku dan pengawas/evaluasi, juga berperan dalam keberhasilan peserta didik, yaitu melalui pembimbingan dan pembentukan karakter peserta didik, serta menciptakan sumber daya manusia yang berpendidikan agar mampu bersaing di era global. Kondisi guru saat ini lebih banyak menekankan pada aspek kemampuan menghafal bukan kemampuan memahami atau menalar, akibatnya siswa tidak kreatif dan sulit beradaptasi dalam kehidupan nyata apalagi dalam kehidupan dunia kerja. Kreativitas dan kemampuan diri setiap guru sangat diharapkan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran sebaiknya menyesuaikan keadaan saat ini dan guru hendaknya melakukan inovasi pembelajaran berdasarkan kebutuhan global sehingga lulusan yang dihasilkan dapat bersaing. Kreavititas guru tidak sepenuhnya lahir begitu saja akan tetapi perlu diasah dan dikembangkan melalui pembelajaran seperti bagaimana siswa mengamati atau menalar. Faktor keturunan atau gen bukan menjadi dasar pokok untuk menciptakan siswa-siswi yang cerdas, akan tetapi lebih dominan berasal dari proses pembelajaran kreatif yang dilakoni oleh guru-guru inovatif. Menurut Dyer, Gregersen, dan Christensen (2009) mengemukakan bahwa 2/3 dari kemampuan kreativitas seseorang diperoleh melalui pendidikan, 1/3 sisanya berasal dari 2 genetik. Kebalikannya berlaku untuk kemampuan inteligensia, yaitu 1/3 dari pendidikan, 2/3 sisanya dari genetik. Perubahan dan pengembangan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru merupakan salah satu jenis penerapan inovasi. Aspek perubahan kurikulum 2013 adalah merubah metode pembelajaran di kelas yang berbasis pada siswa (student-based learning). Jenis inovasi ini disebut sebagai inovasi metode. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Ancok (2012), inovasi bukan hanya menyangkut penciptaan suatu produk, akan tetapi juga termasuk dalam hal membuat inovasi metode. Peran inovasi menjadi sangat penting bagi organisasi dalam meningkatkan kinerja, meraih keunggulan kompetitif, dan sebagai upaya melakukan penyempurnaan yang mempunyai nilai tambah dan tanggap terhadap perubahan. Menurut Yuang dan Woodman (2010), salah satu alasan utama orang berinovasi di tempat kerja adalah untuk membawa keuntungan kinerja, perbaikan atau efisiensi untuk peran pekerjaan atau unit kerja. Inovasi sangat bergantung pada individu sebagai respon terhadap perubahan, yaitu melalui perilaku inovatifnya untuk selalu menciptakan ide-ide yang kreatif, menyarankan dan menggunakan metode kerja baru yang lebih efektif dan mengupayakan tindakan yang memberi nilai tambah dan berguna bagi kelangsungan organisasi. Guru dituntut untuk mampu menjadi individu yang inovatif, agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien, sehingga menghasilkan lulusan yang berkualitas. Guru yang mempunyai inisiatif untuk berinovasi memberikan kontribusi bagi organisasi seperti siswa dapat meraih prestasi, siswa 3 dapat mengembangkan daya berfikirnya, sehingga suasana kehidupan sekolah akan berjalan dinamis, dengan metode dan teknik pembelajaran yang selalu diperbarui. Perilaku inovatif guru di sekolah perlu diciptakan, diberi motivasi, diberi dukungan dan diberdayakan. Peran seorang kepala sekolah menjadi hal yang penting dalam memberdayakan guru-guru serta memberi dukungan agar mereka dapat melakukan inovasi metode pembelajaran. Ki Hadjar Dewantara berpendapat bahwa pemimpin yang baik adalah pemimpin yang melakukan tiga hal, yakni ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Seorang pemimpin menjadi pelatih yang mengajari pengikutnya agar menghasilkan produk inovatif, kalau pengikut sudah memiliki kompetensi dan dia tahu bagaimana melakukan suatu pekerjaan, tetapi tidak mempunyai rasa percaya diri, maka pemimpin harus memotivasi dengan cara memberikan konseling, dan kalau pengikut sudah memiliki kompetensi, motivasi dan rasa percaya diri bahwa dia mampu mengerjakan pekerjaan, maka tugas pemimpin adalah mendelegasikan tugas dan memberdayakan pengikutnya. Pentingnya inovasi bagi suatu organisasi membuat pemimpin berusaha untuk menciptakan karakteristik organisasi dan kondisi-kondisi yang bisa mendukung dan mempengaruhi perilaku inovatif bawahan. Hal yang penting diperhatikan dalam pengelolaan organisasi khususnya sekolah adalah bagaimana meningkatkan efisiensi dan keefektifan kerja para guru melalui perilaku inovatif, sehingga perlu untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhinya. 4 Beberapa penelitian tentang perilaku inovatif yang telah dilakukan menunjukkan bahwa, perilaku inovatif karyawan dipengaruhi oleh sejumlah faktor organisasional dan faktor individual. Faktor-faktor organisasional antara lain mencakup budaya dan iklim organisasi (Scott & Bruce, 1994), hubungan dengan atasan mereka, karakteristik pekerjaan dan konteks sosial/grup (Yuan & Woodman, 2010). Faktor lain dipengaruhi oleh perilaku kepemimpinan transformasional dan leader-member exchange, sedangkan faktor individual antara lain perbedaan karakteristik individu, motivasi intrinsik, dan orientasi penguasaan (Dorner, 2012). Keterlibatan kepala sekolah sebagai pemimpin akan memberi dampak terhadap terciptanya daya kreativitas seorang guru. Menurut hasil penelitian bahwa kepala sekolah sebagai pemimpin yang selalu memberdayakan guru-guru di sekolah akan berpengaruh positif terhadap perilaku inovatif guru (Sagnak, 2012). Penelitian lain tentang perilaku inovatif yang telah dilakukan menunjukkan bahwa perilaku inovatif guru dipengaruhi oleh faktor efikasi diri seorang guru. Efikasi diri guru memiliki hubungan yang kuat dan signifikan terhadap perilaku inovatif (Hsiao et al., 2011). Hal ini terjadi karena kepemimpinan pemberdaya berorientasi pada pengurangan hambatan birokrasi, mengubah peran dan tanggung jawab pemimpin, adanya pemberian autonomi dalam pengambilan keputusan, serta mendukung dan menfasilitasi pekerjaan mereka. Sedangkan efikasi diri berpengaruh positif terhadap perilaku inovatif guru karena disebabkan oleh keyakinan akan kemampuan diri seorang guru membimbing kelompok dalam 5 proses pembelajaran, keyakinan akan kemampuan guru melaksanakan tugas dalam proses pembelajaran, serta keyakinan akan kemampuan guru dalam melakukan inovasi metode pembelajaran di sekolah. Dari penelitian yang dilakukan tersebut, penulis akan melakukan penelitian yang menggabungkan aspek efikasi diri dan aspek kepemimpinan pemberdaya kepala sekolah terhadap perilaku inovatif guru. Kedua aspek inilah yang menarik perhatian penulis untuk diteliti, karena keduanya memiliki peran yang penting bagi organisasi sekolah. Menurut Bandura (1997) mendefinisikan efikasi diri sebagai kepercayaan atas kemampuan diri yang tinggi, yang akan berakibat pada tingkat kinerja dan komitmen yang lebih tinggi, untuk mengatasi permasalahan dan mampu fokus pada tugas bila menghadapi ringtangan. Berdasarkan teori kognitif sosial (Skaalvik, 2010), efikasi diri guru dikonsepkan sebagai kepercayaan individu guru terhadap kemampuannnya merencanakan dan mengorganisasikan kemudian melaksanakan aktivitas yang dipersyaratkan untuk memcapai tujuan pendidikan. Seseorang dengan rasa efikasi diri yang kuat ada kemungkinan akan menghasilkan perilaku kreativitas yang lebih (Hsiao et al., 2011). Sedangkan Ahearne et al. (2005) mendefenisikan kepemimpinan pemberdaya sebagai kepemimpinan yang memberdayakan bawahan dengan menitikberatkan pada peningkatan kebermaknaan pekerjaan, memberi kesempatan partisipasi dalam pengambilan keputusan, mendorong rasa percaya diri karyawan agar kinerja lebih tinggi, dan menghilangkan terjadinya hambatan birokrasi. Menurut Bolin (1989), dalam Sagnak (2012), kepemimpinan pemberdaya 6 merupakan sebagai model kepemimpinan alternatif dalam rangka untuk meningkatkan autonomi dan profesionalisme guru. Sagnak (2012) berpendapat bahwa dimensi kepemimpinan yang memberdayakan termasuk pendelegasian wewenang, pertanggungjawaban, dorongan secara mandiri dalam pengambilan keputusan, berbagi informasi, pengembangan keterampilan, dan pembinaan untuk kinerja inovatif. Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh efikasi diri dan kepemimpinan pemberdaya terhadap perilaku inovatif guru Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Bulukumba. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang, maka pertanyaan penelitian yang menjadi fokus penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah efikasi diri berpengaruh positif pada perilaku inovatif guru ? 2. Apakah kepemimpinan pemberdaya berpengaruh positif pada perilaku inovatif guru ? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh positif efikasi diri terhadap perilaku inovatif guru. 2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh positif kepemimpinan pemberdaya terhadap perilaku inovatif guru. 7 D. Manfaat Penelitian Dengan melakukan penelitian tentang Pengaruh efikasi diri dan Kepemimpinan pemberdaya terhadap Perilaku Inovatif Guru di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bulukumba, diharapkan terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil, baik dari dimensi teoritis maupun dimensi praktis, diantaranya adalah : 1. Sebagai bahan kajian ilmiah bagi para peneliti lain mengenai Pengaruh Efikasi Diri dan Kepemimpinan Pemberdaya terhadap Perilaku Inovatif di dalam suatu organisasi dan dapat menjadi wacana bagi organisasi sekolah, terutama dalam upaya pengembangan perilaku inovatif guru di sekolah dengan mempertimbangkan aspek efikasi diri dan kepemimpinan pemberdaya. 2. Sebagai bahan masukan bagi para kepala sekolah tingkat SMA khususnya di lingkungan Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Bulukumba. 3. Untuk meningkatkan kemampuan perilaku inovatif guru, maka dapat dilakukan dengan cara menerapkan kepemimpinan pemberdaya di sekolah. 4. Untuk meningkatkan kemampuan perilaku inovatif guru, maka keyakinan akan kemampuan diri mereka terus dikembangkan dan diimplementasikan dalam proses belajar mengajar. 8 E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian terdiri dari lima bab sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Pada bab I memuat latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II Tinjauan Pustaka Bab II memuat tentang teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari teori kepemimpinan pemberdaya, efikasi diri, perilaku inovatif guru dan pengembangan hipotesis. 3. Bab III Metode Penelitian Pada bab III memuat desain studi penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional dan pengukuran, uji validitas dan reliabilitas, dan metode analisis data. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada bab IV memuat diskripsi data, pengujian hipotesis dan pembahasan. 5. Bab V Simpulan dan Saran Pada bab V memuat simpulan dari hasil penelitian, keterbatasan penelitian, implikasi dan saran-saran. 9