perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Miskonsepsi yang terjadi pada siswa dengan kelompok gaya kognitif Field Dependence (FD) merata di setiap konsep yang ada pada materi pecahan dalam bentuk aljabar. Miskonsepsi siswa Field Dependence (FD) terjadi pada konsep memahami unsur-unsur bentuk aljabar dan syarat suatu pecahan disebut sebagai pecahan dalam bentuk aljabar, pada konsep penghapusan (cancelling), pada konsep operasi perpangkatan, serta pada konsep memahami sifat distributif. Selain itu siswa Field Dependence (FD) juga mengalami miskonsepsi pada konsep operasi perkalian dan penjumlahan, dan konsep penyederhanaan pecahan dalam bentuk aljabar. 2. Miskonsepsi siswa dengan kelompok gaya kognitif Field Independence (FI) terjadi di beberapa konsep pada materi pecahan dalam bentuk aljabar. Miskonsepsi siswa Field Independence (FI) terjadi pada konsep memahami sifat distributif, serta memahami unsur-unsur bentuk aljabar dan syarat suatu pecahan disebut sebagai pecahan dalam bentuk aljabar. Beberapa siswa Field Independence (FI) mengalami miskonsepsi pada konsep operasi perpangkatan dan konsep penyederhanaan pecahan dalam bentuk aljabar. 3. Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa dengan kelompok gaya kognitif Field Dependence (FD) lebih didominasi oleh penalaran (reasoning) yang tidak lengkap atau salah dan kemampuan siswa yang kurang dalam memahami dan mengingat materi yang pernah diterima. 147 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 148 Selain itu, juga disebabkan oleh prakonsepsi siswa yang tidak benar, dan intuisi yang salah. 4. Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi pada siswa dengan kelompok gaya kognitif Field Independence (FI) lebih didominasi oleh penalaran (reasoning) yang tidak lengkap atau salah. Selain itu, juga disebabkan oleh prakonsepsi yang tidak benar dan intuisi yang salah. B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dibuat suatu implikasi sebagai berikut. 1. Implikasi Teoritis Miskonsepsi atau salah konsep yang terjadi pada siswa dalam proses pembelajaran merupakan hal yang sering terlewati oleh para guru atau tenaga pendidik. Padahal miskonsepsi merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dan perlu dicarikan solusinya, karena jika miskonsepsi ini tidak segera ditanggulangi akan menyebabkan siswa mengalami miskonsepsi yang berkelanjutan dan berdampak buruk pada prestasi siswa di kelas. Hasil dari penelitian ini menemukan bahwa miskonsepsi yang terjadi pada materi pecahan dalam bentuk aljabar yang terjadi menyebabkan peserta didik kurang menyukai materi tersebut. Mereka menganggap materi tersebut membingungkan dan susah untuk dipahami. Miskonsepsi yang terjadi ini merusak pemahaman peserta didik dalam pembelajaran matematika. Mengetahui gaya kognitif para peserta didik, menjadi hal yang penting untuk diperhatikan oleh para guru dan tenaga pendidik dalam proses pembelajaran di kelas. Karena gaya kognitif merupakan karakteristik individu dalam penggunaan fungsi kognisinya. Gaya kognitif peserta didik yang berbeda juga membedakan cara menerima dan memproses informasi yang diberikan. Kebanyakan guru dan tenaga pendidik jarang memperhatikan perbedaan gaya kognitif para peserta didiknya hanya menerangkan materi yang harus diberikan kepada peserta commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 149 didik dengan cara menjelaskan di depan kelas, memberikan contoh soal dengan penyelesaiannya, dan memberikan tugas, sehingga pembelajaran yang diberikan tidak tepat pada sasaran. Hal ini juga menjadi penyebab peserta didik mengalami miskonsepsi. Guru dan tenaga pendidik perlu mengetahui perbedaan gaya kognitif para peserta didiknya, sehingga dapat mengurangi terjadinya miskonsepsi yang sering dialami oleh peserta didik. Siswa dengan gaya kognitif Field Dependence (FD) perlu perhatian khusus, dikarenakan dengan kemampuan siswa Field Dependence (FD) dalam mengolah dan mengingat informasi matematika yang cenderung lebih rendah dan minat belajar pada bidang matematika yang kurang, sehingga siswa Field Dependence (FD) lebih rentan mengalami miskonsepsi dibandingkan dengan siswa Field Independence (FI). Siswa dengan gaya kognitif Field Independence (FI) perlu dibimbing agar lebih berkonsentrasi dan lebih fokus dalam menyelesaikan masalah matematika dan mengemukakan pendapat di kelas. Hal ini dikarenakan dari hasil penelitian, penalaran (reasoning) yang tidak lengkap dalam mengaitkan dan menarik kesimpulan antar konsep menjadi penyebab tertinggi siswa Field Independence (FI) mengalami miskonsepsi. 2. Implikasi Praktis Implikasi praktis dalam penelitian ini juga dapat berlaku bagi para pendidik luar sekolah formal yaitu dengan terlebih dahulu melihat kemampuan awal peserta didiknya guna mengetahui prakonsepsi yang mereka bawa, supaya dapat menyamakan konsep yang benar. Hal tersebut dilakukan guna menghindari terjadinya miskonsepsi, karena input peserta didik berasal dari berbagai sekolah yang memiliki kualitas pengajaran yang berbeda-beda. Para pendidik juga perlu memahami bahwa karakteristik peserta didik berbeda-beda sehingga perlu mengetahui tipe gaya kognitif mereka. Berdasarkan hasil penelitian, miskonsepsi pada materi pecahan dalam bentuk aljabar yang terjadi pada commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 150 peserta didik yang berbeda gaya kognitifnya juga berbeda-beda, sehingga perlu pendekatan pengajaran yang berbeda untuk masing-masing peserta didik. Hal ini dilakukan untuk mengurangi terjadinya miskonsepsi. C. Saran Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan mengenai miskonsepsi yang terjadi dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, peneliti menyarankan beberapa hal sebagai berikut. 1. Bagi guru matematika Guru sebaiknya sebelum memulai suatu materi baru memberikan tes awal mengenai pemahaman dari peserta didiknya guna melihat prakonsepsi dan kemampuan masing-masing dari peserta didiknya tersebut. Sehingga jika diketahui ada gejala terjadinya miskonsepsi, para guru dapat segera mencari solusi yang tepat, guna menanggulangi terjadinya miskonsepsi yang berkelanjutan. Selain itu, gaya kognitif para peserta didik juga menjadi hal yang perlu diperhatikan oleh para guru. Karena dengan perbedaan gaya kognitif peserta didik, maka karakteristik peserta didik dalam menyelesaikan suatu masalah serta cara menerima dan memproses suatu informasi akan berbeda. Dengan mengetahui perbedaan gaya kognitif perserta didik yang termasuk dalam kelompok gaya kognitif Field Dependence (FD) dan Field Independence (FI) dapat mempermudah para guru dalam memberikan pembelajaran di dalam kelas. Beberapa strategi pembelajaran yang dapat dilakukan guru dalam membantu siswa dengan perbedaan gaya kognitif yang dapat membantu menanggulangi terjadinya miskonsepsi yaitu dengan cara memantau siswa di kelas untuk mengetahui mana anak-anak yang memiliki gaya kognitif FI dan FD, mendekatkan diri dengan para siswa terutama siswa dengan gaya kognitif FD, berikan penjelasan suatu konsep dengan terperinci bagi siswa FD, sehingga siswa lebih mudah menangkap dan mengolah informasi baru. Bagi siswa FI, guru perlu membimbing mereka ketika mengungkapkan pendapat dan berikan pembenaran saat penalaran siswa FI dalam menarik kesimpulan salah. Guru juga perlu paham lebih dalam dengan konsep dari materi yang akan diajarkannya sehingga siswa mendapat informasi yang benar, serta menjelaskan materi dengan memberi contoh-contoh soal beserta langkah penyelesaiannya commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 151 dan memberikan tugas untuk menyelesaikan soal yang serupa, kemudian mengoreksi hasil pekerjaan siswa bersama-sama sambil memberikan pembetulan untuk penyelesaian yang salah, dan memberikan penghargaan bagi siswa yang mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Guru juga dapat membentuk kelompok-kelompok kecil di kelas dengan pembagian pada setiap kelompok ada siswa FI dan sebagian siswa FD, kemudian diberi tugas untuk mengerjakan soal-soal dan bagi siswa yang mampu menyelesaiakan tugasnya terlebih dahulu dapat membantu siswa yang kesulitan dalam kelompoknya sehingga poin dalam kelompok dapat sempurna. Hal ini dilakukan agar siswa FD yang senang belajar bersama dapat bertukar pikiran dengan siswa FI yang cara berpikirnya lebih tinggi. 2. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian mengenai miskonsepsi siswa pada matematika sebaiknya dikembangkan. Tidak hanya menganalisis pada materi pecahan dalam bentuk aljabar saja, tetapi pada materi-materi lain yang kemungkinan banyak ditemukan terjadinya miskonsepsi. Hal ini juga perlu didukung dengan penelitian penggunaan strategi atau metode mengajar yang tepat, yang dapat menghilangkan terjadinya miskonsepsi pada matematika, sehingga membantu meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat menghasilkan sumber daya manusia yang lebih baik. commit to user