makalah seminar.

advertisement
SOLUSI GELOMBANG BERJALAN UNTUK PERSAMAAN SCHRÖDINGER DENGAN PENUNDAAN
TERDISTRIBUSI
Achmad Subeqan( 1206 100 062)
Matematika FMIPA-ITS
Dosen Pembimbing: 1. Dra.Sri Suprapti H, MSi
2. Drs.IGN Rai Usadha, MSi
ABSTRAK
Tugas akhir ini dikhususkan untuk mempelajari gelombang berjalan dari persamaan schrodinger nonlinier
dengan penundaan terdistribusi berdasarkan penggunaan teori pertubasi singular geometri, teori
diferensial manifold dan analisis pertubasi reguler untuk sistem hamiltonian. Berdasarkan asumsi bahwa
kernel penundaan terdistribusi adalah besar dan rata-rata penundaanya kecil, pertama diinvestigasi
eksistensi solusi gelombang soliter berdasarkan teori diferensial manifold.kemudian dengan
menggunakan analisis pertubasi reguler untuk sistem hamiltonian, kita mengeksplorasi solusi gelombang
berjalan secara periodik.
Visualisasi solusi gelombang berjalan yang telah diperoleh diwujudkan dalam simulasi dengan
menggunakan matlab. Berdasarkan simulasi terlihat bahwa solusi gelombang berjalan terjadi pada dua
kasus yaitu saat c=0 maka didapatkan solusi gelombang homoklinik. Kemudian saat( c>0 dan c<0) solusi
yang dihasilkan adalah gelombang berjalan secara periodik.
Kata kunci:
NLS dengan penundaan terdistribusi, gelombang berjalan, pertubasi reguler, pertubasi singular
geometri, diferensial manifold, sistem hamiltonian.
1. Pendahuluan
Penerapan persamaan Schrödinger pada
sistem fisis memungkinkan kita mempelajari
sistem tersebut dengan ketelitian yang tinggi.
Penerapan
ini
telah
memungkinkan
perkembangan teknologi saat ini yang telah
mencapai tingkatan nano. Penerapan ini juga
sering melahirkan ramalan-ramalan baru yang
selanjutnya diuji dengan eksperimen. Penemuan
positron yang merupakan anti materi dari
elektron
adalah salah satu ramalan yang
kemudian terbukti. Perkembangan teknologi
dengan kecenderungan alat yang semakin kecil
ukurannya pada gilirannya akan menempatkan
persamaan Schrödinger sebagai persamaan
sentral seperti halnya yang terjadi pada
persamaan Newton selama ini.
1.1. Latar Belakang Masalah
Persamaan Schrödinger diajukan pada
tahun 1925 oleh fisikawan Erwin Schrödinger
(1887-1961). Persamaan ini pada awalnya
merupakan jawaban dari dualitas partikelgelombang yang lahir dari gagasan de Broglie
yang menggunakan persamaan kuantisasi cahaya
Planck dan prinsip fotolistrik Einstein untuk
melakukan kuantisasi pada orbit elektron. Selain
Schrödinger dua orang fisikawan lainnya yang
mengajukan teorinya masing-masing adalah
Werner Heisenberg dengan Mekanika Matriks
dan Paul Dirac dengan Aljabar Kuantum. Ketiga
teori ini merupakan tiga teori kuantum lengkap
yang berbeda dan dikerjakan terpisah namun
ketiganya setara. Teori Schrödinger kemudian
lebih sering digunakan karena rumusan
matematisnya yang relatif lebih sederhana.
Meskipun banyak mendapat kritikan persamaan
Schrödinger telah diterima secara luas sebagai
persamaan yang menjadi postulat dasar
mekanika kuantum.
Persamaan Schrödinger telah diterapkan di
berbagai bidang fisika- matematika, seperti optik
nonlinier, sistem kuantum partikel banyak, fisika
plasma, superkonduktivitas dan mekanika
kuantum . Persamaan Solusi gelombang berjalan
ini dan berbagai generalisasi telah dipelajari
secara luas untuk waktu yang lama.
1
|| = 1, || ∈
Pada tugas akhir ini dikhususkan untuk
mempelajari gelombang berjalan persamaan
Schrödinger nonlinear dengan penundaan
terdistribusi dengan menerapkan teori perturbasi
ksingular geometri, teori diferensial manifold
dan analisis pertubasi reguler untuk sistem
Hamiltonian.
!
"0, ∞, #$....(2.4)
Penundaan terdistribusi dengan besar
dan rata-rata untuk kernel keterlambatan f (t)
didefinisikan sebagai berikut:
% = & ||.
2. Tinjauan Pustaka
2.1 Persamaan schrodinger nonlinier dengan
penundaan terdistribusi
Biasanya kita menggunakan kernel
penundaan terdistribusi Gamma sebagai berikut:
|| =
Persamaan Schrödinger nonlinear (NLS)
+ + || = 0...........(2.1)
keterangan : = √−1.
() )! * +
, − 1!
dimana k> 0 dan konstanta n adalah
bilangan bulat, dengan tundaanya= n / k> 0.
Kemudian, besar || harus memiliki nilai
mendekati nol. Untuk contoh yaitu dua kasus
berikut:
U: fungsi bernilai kompleks dari
ruang koordinat x
1 = * . , = 1/,
%
1 = * . , = 2
%
t : waktu
α : koefisien dispersi
β: koefisien Landau,.
|| = ∗.
Diasumsikan
bahwa
kernel
keterlambatan f (t) terdistribusi dari sistem
memiliki bentuk sebagai berikut:
∗ : konjugasi kompleks U.
= .1 * 42563 ...............................(2.5)
Untuk
mengatasi
adanya
solusi
gelombang berjalan dengan tundaan secara
teoritis menggunakan persamaan Schrödinger
nonlinear sebagai berikut:
23
dimana parameter w> 0.
+ + ∗ || − || = 0,....(2.2)
2.2 Gelombang berjalan
−∞ < < +∞, −∞ < < +∞
Gelombang adalah suatu gangguan dari
keadaan setimbang yang bergerak dari satu
tempat ke tempat lain (Young & Freedman,
1996:593). Sistem gelombang mempunyai
fungsi gelombang yang menggambarkan
perpindahan satu partikel dalam medium.
Gelombang merambat dengan membawa energi.
Sebagai contoh, cahaya membawa energi dari
benda ke mata kita agar bisa diamati, atau
gelombang radio pada telepon seluler membawa
energi dari BTS ke terminal kita supaya suatu
pesan bisa disampaikan. Gelombang yang
berjalan juga memiliki kecepatan (yang
terbatas). Untuk merambat dari satu titik ke titik
dimana: || : respon jangka penundaan
nonlinier dan pengaruh parameter τ > 0,
f *U konvolusi didefinisikan sebagai
berikut:
∗ , = − , .......(2.3)
Karena U adalah fungsi bernilai
kompleks, kernel f dapat didefinisikan sebagai
fungsi bernilai kompleks, yaitu kernel f yang
memenuhi asumsi normalisasi sebagai berikut:
2
yang lain, cahaya merambat dengan kecepatan
8
Kecepatan gerak P diperoleh dari
turunan persamaan (2.6) , dengan demikian bisa
dituliskan
3×10 m/detik. Gelombang juga memiliki sifat
linieritas, artinya gelombang dengan frekuensi
berlainan bisa saling melewati tanpa terjadi
interferensi.
<
=
−
< B
+ B
= 0.................................(2.7)
yang selanjutnya akan memberikan kecepatan
fasa terhadap fungsi y sebagai berikut:
CD =
B
B
=
+
=
E/*9.......................(2.8)
Sedangkan frekuensi f diperoleh dari
nilai resiprokal dari perioda temporal T
= = GH....................................(2.9)
!
Gambar 2.1 Perubahan sinusoidal dalam ruang dan waktu
dari suatu gelombang monokromatis
Disamping frekuensi, dikenal pula
frekuensi radian ω dan konstanta frase .
I = 2A
Suatu gelombang sinusoidal yang
bergerak ke arah +x (sumbu-x positif)
dinyatakan secara matematis sebagai:
7, =
<
89: ; = −
<
+
JKB
…………………………………2.10a
LMN
= + Q//E.................................(2.10b)
Sehingga kecepatan fasa terhadap p dapat
dinyatakan sebagai berikut:
<
+ >? @............(2.6)
CR = ( =
Dimana: A: amplitudo gelombang
T: perioda temporal gelombang
λ: panjang gelombang
φ : fasa awal/acuan.
S
E/sec......................(2.11)
T
Secara umum, gelombang yang
merambat pada sumbu-x dapat dinyatakan
sebagai
o
7, = 89:I − (arah sumbu x positif)
Secara spasial dan temporal, suatu
gelombang monokromatis akan berubah
menurut pola sinusoid, seperti dilukiskan apda
Gb.2.1.Untuk pengamatan pertama, ambil
titik tertentu pada gelombang, misalnya
titik P pada Gb.2.2. Pada titik ini sudut
fasanya bernilai 2π (dengan asumsi φ =
7, = 89:I + (arah
sumbu x negatif)
2.3 Teori perturbasi singular geometri
Lemma
geometri).
o
0°). Selanjutnya kita amati pergerakan
titik pada sudut fasa 2π ini. Maka untuk
sudut fasa tetap ini akan berlaku
<
<
− + = 2A konstan
=
(Teorema
Perturbasi
Singular
U = , 7, €.
7 U = W, 7, €.........................(2.12)
Dimana : X# ) , 7X# dan € adalah parameter
nyata. f,g adalahY . di set Z[ dimana ZX# )\!
I interval terbuka yang bernilai 0.
Diasumsikan untuk € = 0 , sistem
normal, manifold ]? hiperbolik kompak dimana
set ^, 7, 0 = 0_.
manifold ]? dikatakan
normal hiperbolik jika linierisasi dari lemma
diatas pada setiap titik di ]? memiliki nilai
Gambar 2.2 Pergeseran posisi fasa konstan
3
eigen l tepatnya pada sumbu imajiner #( = 0.
kemudian untuk setiap 0 < Q < +∞ jika X > 0
tapi cukup kecil, ada ]M manifold.
G, Z =
, = 8l* mn = 8 − 9* mKS
2.4 Teori Diferensial Manifold
Geometri diferensial merupakan studi
terhadap persoalan-persoalan geometri yang
dibahas dengan menggunakan konsep analisis .
Secara
lebih
mendalam,
Klein
mendefinisikannya sebagai studi sifat-sifat
invarian dari manifold diferensiabel terhadap
transformasi difeomorfisme. Obyek utama dalam
riset geometri diferensial adalah manifold
diferensiabel dan berbagai medan tensor di
dalamnya. Maka untuk memahami geometri
diferensial dan aplikasinya dalam fisika, kita
mutlak harus memahami dahulu apa itu
manifold diferensiabel.
2.4.1 Persamaan Manifold diferensial
Persamaan Diferensial Manifold(J. Carr,
1981:35) sebagai berikut:
BN
B.
j Z −
−
2
4
2
Bagian pertama adalah solusi terintegrasi
sepanjang H, ZH pada dimensi manifold
cp
stabil salah satu sistem asal o = ^r
p q crr s
dengan ZH > 0 untuk −∞ < H < 0 dan
t 9, % dan
Z0 = 0, yang terakhir ini sama. Ψ
t 9 didefinisikan sebagai berikut:
Ψ
q
t 9, % = uN,..
Ψ
.
t 9 = lim→ Ψ
t 9, %................(2.15)
Ψ
3.Diagram alur kerja
= BL B...................................(2.13)
BN BL
dengan persamaannya sebagai berikut :
9 = a 7 b c
7 9
=a
b
c
9 1
= d e1 − a 7 b f − 1 − a 7 b g
% b
c
c
= − e1 − a 7 b f + 1 − a 7 b %
c
4.Hasil dan Pembahasan
c
Pada pembahasan ini , akan dibuktikan proposisi
yang akan dijadikan objek pembuktian utama
2.5 Analisis pertubasi reguler untuk sistem
Hamiltonian
Analisis pertubasi reguler untuk sistem
Hamiltonian dapat digunakan untuk menetapkan
adanya
solusi homoclinic.
Kita perlu
mendefinisikan fungsi yang sama sebagai
berikut:
dari eksistensi solusi gelombang berjalan dan
merupakan bagian dari tujuan utama untuk
pembahasan ini.
4.1 Teori perturbasi singular geometri
Ψ9, % = G, Z i + G, Z i …..(2.14)
Lemma 4.1
dimana:
4
U = , 7, €
7 U = €W, 7, €
Dimana : X# ) , 7X# dan € adalah parameter
nyata.
9, & 9 > 0,dimana A adalah fungsi real dan
I interval terbuka yang bernilai 0.
 > 0 . bagian real dan imajiner dari persamaan
dengan nomer gelombang / > 0 dan frekuensi
representasi amplitudo dari gelombang berjalan
f,g adalahY . di set Z[ dimana ZX# )\!
non delay (yaitu (2.2) dengan = ‚, % =
0,. Persamaan NLS (2.1) dengan = = 1
Diasumsikan untuk € = 0 , sistem normal,
manifold ]? hiperbolik kompak dimana set
^, 7, 0 = 0_.
Manifold
]?
dibaca:
8UU − / 8 + 8ƒ = 0,.
dikatakan
−98′ + 2/8U = 0,…...………………….(4.2)
pada setiap titik di ]? memiliki nilai eigen l
normal hiperbolik jika linierisasi dari lemma 4.1,
tepatnya pada sumbu imajiner #( = 0.Untuk
setiap 0 < Q < +∞ jika X > 0 tapi cukup kecil,
ada ]M manifold.
(I)
Invarian
secara
N
lokal
, 7 dan € pada ruang Y
(III)
=^, 7: = ℎ€ 7_
]M
menjadi:
N1
j
turunan
> 0,
pertama
persamaan(2.2)
8′′ = b8 − 8ƒ , …………………………….(4.3)
untuk
sembarang Y fungsi ℎ€ 7 dan y
Selebihnya,
C=
kompak untuk sembarang K;
(IV)
melambangkan
/ = & b = − +
berdasarkan(lemma 4.1)
(II)
′
tehadap 8i. Sehingga
dimana
…
,o
à
jika
kita
memasukkan
skala
= √bi ke dalam persamaan (2.3),
Ada eksistensi invarian lokal pada
maka menjadi seperti berikut:
| L ]M dan
dan
Dimana ′ melambangkan turunan oleh z.
antara
sehingga ekuivalen dengan bentuk sebagai
| } ]M C′′ = C − Cƒ ,………………………….(4.4)
manifold stabil dan non stabil
jika
tanpa
~€
darinya,
| L ]M dan | } ]M .
berbeda
bahwa salah
morfologinya
berikut:
CU = ˆ ‰
…………………………….(4.5)
ˆ U = C − Cƒ
bahan acuan untuk mengetahui apakah hasilnya
‡
berkorespondensi pada kasus non penundaan.
Berdasarkan sistem (4.5), didapatkan eksistensi
Karena pernyataan poin I sampai dengan Poin
dari solusi
IV
gelombang
Selanjutnya lemma 4.1 digunakan sebagai
bertujuan untuk mencari persistensi dari
dengan
8i* mn = 8 − 9* mK ,
secara
periodik
dari
Lemma 4.6
, =
Untuk persamaan NLS penundaan (2.2) bentuk
berjalan
berjalan
dan solusi
persamaan NLS(2.1).
gelombang berjalan ketika penundaannya kecil.
gelombang
gelombang soliter
Pada ruang fase C, ˆ, system (4.5) mempunyai
i=−
orbit homoklinik pada titik pusat (0,0) dan orbit
5
Menurut lemma 4.2, 0 ≤ “ < & 0 ≤ Ž < .
j
!
periodik didalamnya. Jadi solusi gelombang
soliter dan gelombang periodik lebih besar
Sesuai yang telah dijelaskan oleh P dan Q, orbit
^CH, ˆH_
daripada 0.
Bagian
real
dan
bagian
imajiner
•
–,
dari
persamaan(2.2) dengan (2.5) dapat dinyatakan
sebagai berikut:
U
−98′ + 2/8′ = 0……………………….(4.7)
W ∗ 8i = ∞ L
*
.1
Misalkan
/=
N
N1
,
j
kita
B}
.
B—
B C
B
− Cƒ C
, ‘ = & ˜CC
˜C
™
=&
›
0 < “ < , maka:
!
7
lim š“ = , lim š“ = 2,
•→
5 •→!
dapat
Untuk
seperti :
didefinisikan kembali
C′′ = C − W ∗ CC + %"√bC C′ $,………(4.9)
membuktikan
sebagai berikut:
B
™
+ 9...(4.10)
4.12,
, = 0,1,2,
C) C
= −2 Ÿ) ′“,
&
™ ˜C
B
untuk sembarang % ∗ > 0, masing-masing semua
Sehingga  & ‘ diwujudkan sebagai berikut:
solusi pada system (4.9) dan (4.10).
1
‹C.,Œ,N.,Œ H, 0 < % < % ∗ , 0 ≤ Ž < 
4
B C
=&
™
4.2 Analisis dengan integral abelian
Perhatikan  & ‘sebagai berikut:
− Cƒ C
U•
= −2Ÿ ′“ + 4Ÿj
˜C
− 2Ÿ U• ,
B
‘ = & ˜CC = Ÿ “,
™
1
 = &C′′ i , ‘ = & C′ i,
2
dasar dari Ÿ & Ÿ! oleh empat lemma sebagai
Selanjutnya dibentuk menjadi integral abelian
kemudian perhatikan dua akar negatif dari
}’
proposisi
Kemudian dibangun:
Teorema 4.11
C −
 & ‘ oleh integral
Ÿ) “ = & C) ˜CC ,
dengan
∞ L Š
* 4 CH/√b
.1
‡G = Ž =
didapatkan sebagai berikut:
menuliskan kembali sistem (4.7) dengan (4.8)
W ∗ CH = kurva
Diberikan š“ = œ, dan š U “ > 0, untuk
8i + 9,………(4.8)
& b = − +
dimana ˆ =
level
Proposisi 4.12
dengan
Š
4
pada
™
|8 + 8 − / 8 + W ∗ 88 − %8 8 = 0,.
′′
!
= 2Ž = “, ”“, “ & ”“ < “.
berikut:
6
Selebihnya bentuk lemma 4.13 dan 4.14,
Lemma 4.13
2
8
lim Ÿ = , lim Ÿ =
,
•→
•→
3
15
Lemma 4.14
didapatkan :
lim•→
Ÿ
lim = lim C = 1,
!
}→!
•→ Ÿ
2
−
3
4.3 Pembuktian teorema 4.3
§
4
2
£“ − ¤
5
3
Karena :
W ∗ CH = &
!
! −“
© !
⊿
− “
²H = W ∗ CH.
!
j
Ÿ ′
! ª £Ÿ ′¤.
“
Jika kita mendiferensialkan terhadap H maka kita
mendapatkan:
8
2
2 16
8
Ÿ − “Ÿ & Ÿ = £ − “¤ Ÿ − “Ÿ
7 7 3 7
21
dimana :
!
2“
j⊿
− 4“o + o > 0
didapatkan:
!
0 < “ < , kemudian š¬ U ′“ < 0.
< š¬ “ < 1.
³
1
³ − C,
=
H %9 √b
Jika dinotasikan kembali CU = ˆ , maka sistem
Lemma 4.20.
j
­
1 L
* . C"H/±b + 9$.
%
dengan mendeferensialkan terhadap z, maka
Lemma 4.19 jika š¬ U “ = 0 untuk semua
jika š¬ U “ = 0 untuk
1
²
² − ³,
=
H %9 √b
³H = &
Lemma 4.18
!
L
* . C"H/±b + 9$
%
Maka didapatkan definisi ² sebagai berikut:
Lemma 4.17
0 < “ < , oU = −
¯
dari X dibuktikan proposisi 4.12
⊿“ = “2“ − 1,
Ÿj =
1
Tanpa menggunakan relasi 4.1, kemonotanan
Lemma 4.16
=
•→
®
!
2
4
4“ U
Ÿ = £2“ − ¤ ŸU −
Ÿ
5
3
25 ŸUU
£ UU ¤
Ÿ
j
untuk 0 < “ < , š¬ U “ > 0.
Lemma 4.15
4
“
=¦3
4
“
15
= ­ , lim° ®1 = 1,………………(4.21)
Lemma 4.22
Ÿ ′
Ÿ
£ ¤ = ⋀“ £ ¤ , ⋀“
Ÿ
Ÿ ′
®1
®¯
0 < “ < ,maka
!
(4.9) dengan (4.10) dapat diganti oleh sistem :
7
CU = ˆ
¶ˆ U = C − C ² + % bC ˆ
√
‰
....................(4.23)
U
%9 √b² = ² − ³
µ́
%9 √b³ U = ³ − C.
Jadi, pendekatan order pertama dai manifold
invariant ]. adalah
]. = ^C, ˆ, ², ³ ∈ # j : ² = C + 9ˆ √b +
¾% ,.
Perlu dicatat bahwa jika % = 0 maka sistem
³ = C + 9ˆ√b + ¾% _.........................(4.28)
(4.23) dapat direduksi menjadi:
C =C−C
UU
akan dipelajari alur dari (4.1) yang membatasi
]. dan menunjukkan bahwa mempunyai solusi
gelombang berjalan. Sistem lambat(4.1) dibatasi
]. (4.6) dinyatakan sebagai berikut:
ƒ
Solusi gelombang berjalan dari (2.8) tanpa
C′ = ˆ
‰......(4.29)
‹ ′
ƒ
ˆ = C − C − %√b29ˆ − C ˆ + ¾% .
penundaan.
C· = %ˆ
¶ˆ· = %C − C ² + % bC ˆ
√
‰................(4.24)
9
b²·
=
²
−
³
√
µ́
9√b³· = ³ − C.
Untuk konvensi, akan dibuktikan parameter
penundaan % dan kecepatan gelombang 9
sebagai variabel, lalu sistem (4.29) ekuivalen
dengan:
Sistem lambat (4.23) untuk % = 0 , kemudian
C′ = ˆ ,
‰
¿ˆ = C − C − %√b29ˆ − C ˆ + ¾% ,....(4.30)
%′ = 0,
9′ = 0.
alur sistem itu menjadi sebagai berikut:
^C, ˆ, ², ³ ∈ # j : ² = ³, ³ = C_.............(4.25)
Oleh substitusi ke dalam sistem lambat (4.23) ,
maka ℎ! , ℎ harus dinyatakan sebagai berikut:
%9 √b ¸ˆ +
¹º°
ˆ
¹}
+
¹º1
ˆ
¹}
+
¹º
; ¹»°
+
Selanjutnya dapat didefinisikan:
9, τ = h c, τ − h\ c, τ
¹º1
@¼.
¹»
C − C C + ℎ! + ℎ + %√bC ˆ = ℎ! .
%9 √b ¸ˆ +
¹º1
ˆ
¹}
+ ; ¹»1 @¼.
¹º
Dan menurut pengamatan bahwa nulitas dari
orbit homoklinik yang tak bergantung pada 9
orbit homoklinik berdasarkan lemma 4.2, ada
C − C C + ℎ! + ℎ + %√bC ˆ = ℎ ........(4.26)
ƒ
′
% = 0,
̅9, 0 = 0,
dinyatakan 9, τ = τ̅9, τ.
ketika
Ketika % adalah kecil, solusi dari bentuk
persamaan diferensial parsial diperoleh dari
pertubasi reguler series pada %, karena ℎ! , ℎ
adalah nol ketika % = 0, maka ℎ! , ℎ menjadi
sebagai berikut:
dengan
dan
Sehingga
diperoleh:
ÄÅ
ÄÅ
̅9, 0 = Mc: = ‰; Äτ − Äτ @Ç
2
Æ
τc
..........(4.31)
Berdasarkan lemma yang telah disebutkan oleh
proposisi dari ]9 yang telah didefinisikan
diatas.
ℎ! C, ˆ, % = %ℎ!! C, ˆ + % ℎ! C, ˆ + ⋯,.
ℎ C, ˆ, % = %ℎ! C, ˆ + % ℎ C, ˆ + ⋯,........(4.27)
Lemma 4.32
untuk sebarang % > 0 yang terlalu kecil, ada
eksistensi kecepataan 9 = 9 bahwa ]9
didefinisikan pada (4.31) dinyatakan:
Berdasrkan substitusi (4.5) kedalam (4.4) dan
gabungan kekuatan dari, seperti beberapa aljabar
sebagai berikut:
ℎ!! C, ˆ = 9ˆ±b , ℎ! C, ˆ = 9ˆ ±b.
8
]9 = 0, ]′9 ≠ 0,
dengan
diberikan
²± H = C ∧ ˆ ∧
9Ë! . H, Ë . H, ˃ . H, maka:
Untuk ruang tangensial dari A ± 0 manifold
invariant |.} Ê dan |.L Ê ,ada tiga vektor
tangensial | } dan | L pada saat H = 0 bahwa
dengan mudah kita temukan (ketika % =
0, ˆ0 = 0)
Ë! = Ì
²± = √b29 − C ˆ ..............................(4.34)
′
Untuk lebih memudahkannya mengecek
²± → 0 , H → ±∞. Sistem (4.34) dapat dicari
solusinya dengan mudah pula yaitu:
∂h\
, 0,1,0Î,
∂τ
²± = ±∞ √b29 − C ˆ i...................(4.35)
—
Dimana C berasal dari khayal, setelah diketahui
orbit homoklinik dari lemma 4.2 dan γ ≠ 0
sebagai berikut:
Ë = 0, u − uƒ , 0,0 = 0, Ð, 0,0,
˃ = 0,0,0,1,
]9 =
dimana C pada Ë sesuai C > 1, dst, Ð < 0,
dapat dicek bahwa:
C ∧ ˆ ∧ 9Ë! , Ë , ˃ = ∑<−1Lℊ)< C"Ë<! $ˆ"Ë< $9"Ë<ƒ $ =
Ô¹º ±
¹.
ƒγ
;39 − @ ∞ C′ i − ∞ C′′ i ...(4.36)
!
\∞
!
\∞
Berdasarkan lemma 4.2 , solusi secara periodik
dari sistem(4.5) dapat diketahui oleh level kurva
dari G = Ž. Untuk sistem (4.30), data inisial fix
”, 0 dengan 0 < ” < 1. Diberikan CH, ˆH
jadi solusi dari (4.16) dengan C, ˆ0 = ”, 0,
maka ada eksistensi H\ = H\ 9, % > 0 dan
H = H 9, % < 0 sebagai berikut:
.....(4.33)
dimana A adalah sebuah permutasi dari1,2,3.
kemudian dengan melihat bahwa persamaan
untuk bentuk C ∧ ˆ ∧ 9 dapat dihitung
sebagai berikut:
ˆH > 0, H ∈ 0, H\ , ˆH\ = 0;.
ˆH < 0, H ∈ H , 0, ˆH = 0..............(4.37)
C ∧ ˆ ∧ 9′
saat % = 0, CH = CH\ ,
H\ 9, 0, H = H 9, 0.
= C ∧ "C − 3C C − ±b29ˆ − C ˆ%$ ∧ 9
= −±b29ˆ − C ˆC ∧ % ∧ 9.
dimana
H\ =
didefinisikan sebuah fungsi Φ sebagai berikut:
Dengan cara yang sama C ∧ % ∧ 9, ketika
mengaplikasikan ruang tangensial A ± H pada
Ëm . H, = 1,2,3,
dapat
dihitung
kembali.
Sehingga menjadi:
—Æ
Φ”, 9, % = & G· C, ˆH,
—2
′ melambangkan turunan pertama terhadap H,
G=
Ë! . H = ∗,∗ ,1,0,
Ë = v, u − uƒ , 0,0,
}1
untuk
−
}’
−
sistem
»1
adalah fungsi hamiltonian
(4.5),
dan
integral
untuk
menunjukkan orbit dari(4.30), jadi
˃ = ∗,∗ ,0,1,
Ini
dapat
dilihat
C ∧ ˆ ∧ 9Ë! . H, Ë . H, ˃ . H = −ˆ.
berikut:
à
G· = %±bˆ 29 − C ˆ + ¾% Sehingga Φ”, 9, % dinotasikan berbeda dari
level diantara dua titik pada u-axis:
bahwa
Sebagai
C ∧ ˆ ∧ 9′ = ±b29 − C ˆ 9
Φ”, 9, % = GC"H\ , ˆH\ $
− G"CH , ˆH $.
Ø
ÙΦ
”“, 9, 0 = 2±b & C′ H > 0,
Ù9
Jadi Φ”, 9, % = 0 jika dan hanya jika solusi
periodik
untuk
sistem
(4.30)
untuk
menyelesaikan Φ = 0.
Ø =0
Kita dapatkan solusi persamaan Φ
berdasarkan implikasi teorema fungsi .untuk
lebih jelasnya, ada eksistensi sebuah fungsi
halus yang unik 9%: = 9Ž, % untuk masingmasing Ž seperti dibawah ini:
Ø ”, 9, % = Φ”, 9, %/% ,
Φ
kemudian
Ø ”, 9, %mempunyai limit ketika % mendekati
Φ
nol:
Ø ”, 9 = lim Φ
Ø ”, 9, %
Φ
.→
1
Ø Ž, 9Ž, %, % = 0, 0 < Ž < , 0 < % < % ∗ .
Φ
4
= ±b & 29 − C ˆ H.
Dimana C, ˆ adalah sebuah solusi dari (4.5)
dan integral ini ditunjukkan pada level kurva
Ø dan ]9
^G = G”, 0_ . hubungan antara Φ
adalah sebagai berikut:
Berdasarkan (4.37) C , ˆ adalah solusi dari
(4.5) dan integral ini ditunjukkan pada level
kurva ^G = G”, 0_, dimana G”, 0 = Ž ∈
;0, @.sehingga
j
!
1
Ø ”, 9 = ±b £29 − ¤ & C ′ H
Φ
3
−
catatan 4.41
√b
& C ′′ H = 0.
3
Jika (2.2) tidak mempunyai respon penundaan
nonlinier pada bentuk || , maka
persamaan korespondensinya pada(4.9) akan
menjadi:
Jadi, batasan kecepatan 9 > 0 adalah hasil
determinan oleh:
;29 − @ C ′ H − C H = 0........(4.38)
ƒ
ƒ
!
!
Menjadi
′′ dengan
∞
ekuivalen dengan
untuk 0 < “ < , mencari C , 9 sesuai yang
!
diharapkan berdasarkan batasan kondisi
kecepatan (4.38) untuk solusi secara periodik
dengan ” = ”“, dimana ”“didefinisikan
dan
Karena
2
1
lim 9 = , lim 9 = .
!
•→
5 •→
2
BN¯
B•
L
* . C"H/±b + 9$
%
C′ = ˆ
¶
′
Ú ˆ = C − C ²,
‰...................................(4.42)
′
=
²
−
³
%9
b²
√
µ
Ú́%9 b³ ′ = ³ − C.
√
Jadi dari proposisi 4.1 kita dapatkannya.
pada pembahasan bab 4.2 , selanjutnya
C′′ = C − W ∗ CC
W ∗ CH = &
1
9 = š“ + 1.
6
Lemma 4.39
Ø 9 = γMc
Φ
Sistem (4.42) terbatas pada]. (4.29) yang
berdasarkan:
> 0,
C′ = ˆ
‰
‹ ′
.....(4.43)
ƒ
ˆ = C − C − %√b29ˆ − C ˆ + ¾% .
]9 fungsi menjadi:
]9 =
10
29√b \∞ & C′ i ≥ 0.
γ
∞
Dan diantara orbit dari (4.43) turunan dari
hamiltonian sebagai berikut:
Yaitu:
pada kasus(c=0) terlihat bahwa
gelombang berjalan adalah homoklinik
G· = 2%±bˆ 9 + ¾% solusi
4.Kesimpulan dan Saran
Dari hasil pembahasan dan simulasi
diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Ø ”, 9 = 29±b & C ′ H ≥ 0.
Φ
1. Dengan metode analitik dengan berbagai
kasus kita dapatkan solusi gelombang
berjalan baik homoklinik maupun periodik.
2. Dengan visualisasi berupa simulasi I(c=0)
bahwa terlihat terjadi solusi gelombang
homoklinik seperti yang telah dijelaskan oleh
analitik .
3. Dengan visualisasi berupa kasus II(c>0 dan
c<0) bahwa terlihat Solusi gelombang soliter
berjalan secara peiodik
Dengan demikian ,ketidak eksistensi dari solusi
gelombang berjalan dengan 9 ≠ 0 pada kasus
ini.
Simulai I c=0,5(tidak sama dengan nol)
DAFTAR PUSTAKA
Baker , R. E et al , 2008.Partial differential
equations for self-organization in cellular and
developmental biology, Oxford OX1 3QU, UK.
Carr,J, 1981. Application of Center Manifold
Theory, Applied Mathematical Sciences, vol.
35, Springer, New York.
Gambar 4.1 solusi gelombang untuk U saat c=0.5
Simulasi II(c=0)
Cushman ,R.dan J. Sanders, A codimension two
bifurcations with a third order Picard–Fuchs
equation, J. Different. Equat. 59 (1985) 243–
256.
Djohan
,Warsoma
,1997.
Dinamika
Gelombang Cnoidal di Atas Dasar Tak Rata
Menggunakan Persamaan Gelombang Dua
Arah Boussinesq , Institut Teknologi Bandung
Gambar 4.2 Solusi gelombang untuk U saat c=0.
Simulasi III(saat c= -0,5)
Fenichel,N, Geometric singluar perturbation
theory for ordinary diffenertial equations, J.
Different. Equat. 31 (1979) 53–98.
Gourley,S.A,2000. Travelling fronts in the
diffusive nicholson’s blowflies equation with
distributed delays, Math Comput. Model. 32
(2000) 843–853.
Gambar 4.3 solusi gelombang berjalan untuk U saat c= -0,5
Jones, C.K.R.T. Geometrical singluar
perturbation theory, in: R. Johnson (Ed.),
Dari simulasi diatas juga terlihat bahwa
untuk kasus (c tidak sama dengan 0) terjadi
gelombang berjalan secara periodik. Sedangkan
11
Download