bab 2 landasan teori

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Supply Chain Management (SCM)
2.1.1 Pengertian Supply Chain
Definisi supply chain menurut James (2012, hal. 195) adalah
suatu nilai yang dimasukan kedalam suatu produk dari mengirimkan
produk tersebut dari satu tempat menuju tempat lainnya, produk tersebut
dapat diubah selama pada tahap memproses. Rantai ini juga merupakan
jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang
mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan
pengadaan atau penyaluran barang tersebut.
Bridgefield Group (2006) mendefinisikan Supply Chain sebagai
sebuah seperangkat koneksi dari sumber-sumber dan proses-proses yang
dimulai dengan mencari bahan baku dan meluas hingga pengiriman
barang jadi kepada konsumen akhir.
Pienaar (2009, hal. 438) mendefinisikan Supply Chain sebagai
sebuah deskripsi umum dari integrasi proses yang mengevolusi
organisasi untuk merubah bahan baku menjadi barang jadi dan
mengirimkannya kepada konsumen akhir mereka.
Lu (2011, hal. 9) mendefinisikan Supply Chain adalah sebuah
kelompok dari paritsipasi perusahaan yang saling terkait yang
menambahkan nilai pada aliran dari perubahan input dari sumber asal
mereka ke produk akhir atau jasa yang dituntut dari konsumen akhir
yang dituju. Supply Chain di bentuk dan hanya dapat dibentuk apabila
adanya lebih dari satu perusahaan yang berpartisipasi.
Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Supply
Chain adalah suatu kelompok atau rantai pasokan yang saling
membentuk dari perubahan input dan mengirimkan produk hingga ke
konsumen akhir yang dituju.
Dr. Dawei Lu mengungkapkan adanya 4 dasar aliran dalam
Supply Chain, yaitu:
11
12
1) Material Flow
Yaitu semua pabrik memiliki rantai pasokan dari bahan baku
sebagai awal dari rantai pasokan untuk menjadi barang jadi
pada akhir dari rantai pasokan.
2) Information Flow
Yaitu semua rantai pasokan memiliki dan menggunakan
aliran informasi. Meskipun pada rantai pasokan terdapat
banyak
aliran
informasi seperti informasi mengenai
permintaan, informasi mengenai peramalan, informasi
mengenai produksi, dan penjadwalan serta design.
3) Finance Flow
Yaitu semua rantai pasokan memiliki aliran keuangan. Dan
sudah secara umum, bahwa aliran uang seperti aliran darah
dalam sebuah rantai pasokan. Tanpa aliran keuangan sudah
pasti rantai pasokan tidak akan berjalan.
4) Commercial Flow
Yaitu bahwa aliran material yang melewati rantai pasokan
dapat berupa kepemilikannya dari satu perusahaan ke
perusahaan lain, dari supplier kepada pembeli. Dimana,
transaksi aliran komersial ini hanya akan dapat diambil dari
rantai pasokan apabila terdapat lebih dari satu perusahaan.
2.1.2 Pengertian Supply Chain Management (SCM)
Supply Chain Management (SCM) menurut Mary Summer,
2005, hal. 132) adalah sebuah perencanaan dan pengendalian dari aliran
barang dan jasa, informasi, dan uang hingga pada rantai pasokan dari
perolehan bahan baku hingga produk akhir terdapat pada tangan
konsumen.
Supply Chain management adalah bertujuan dalam memeriksa
dan mengelola jaringan rantai pasokan. Secara rasional konsep ini
merupakan sebuah kesempatan / alternative untuk menghemat biaya dan
layanan konsumen yang lebih baik. Tujuan yang terpenting adalah untuk
meningkatkan daya kompetitif perusahaan dalam pasar global terlepas
dari persaingan yang ketat dan dengan cepat mengubah kebutuhan
13
konsumen (John J Coyle, C. John Langley Jr, Robert A. Novack, dan
Brian J. Gibson, 2008 hal. 20)
Menurut Ross (2015, hal. 5) Supply Chain Management adalah
menghasilkan sumber yang berbagai macam dari nilai pelanggan melalui
penciptaan kolaboratif partner yang memanfaatkan sumber daya,
kemampuan,
dan
kompetensi
anggota
yang
termasuk
dalam
meningkatkan keuntungan kompetitif dari semua sistem yang saling
berhubungan.
Hartmut, Christoph, & Herbert (2015, hal. 5) menjelaskan
Supply Chain Management sebagai suatu tugas dari unit organisasi yang
terintegrasi berhubungan dengan rantai pasokan dan koordinasi material,
informasi dan alur keuangan bertujuan untuk memenuhi permintaan
konsummen dengan maksud untuk meningkatkan nilai kompetitif dari
secara keseluruhan rantai pasokan.
Menurut Heizer & Render (2011, hal. 452) Supply Chain
Management, merupakan integrasi aktivitas untuk mendapatkan material
dan servis, mengubahnya menjadi barang setengah jadi dan barang jadi ,
dan mengirimkannya kepada konsumen. Aktivitas ini termasuk juga
aktivitas pembelian, aktivitas outsourching yang ditambah dengan fungsi
lain yang penting untuk hubungan antara supplier dan distributor.
Dari uraian-uraian diatas dapat dijelaskan bahwa Supply Chain
Management adalah sebuah kegiatan pengeloaan informasi pada barang
maupun jasa yang dimulai dari awal bahan baku masuk dari penyetok
lalu proses produksi menciptakan suatu produk hingga produk tersebut
didistribusikan ke berbagai kalangan konsumen akhir dengan adanya
kerjasama antar pihak yang saling berkontribusi untuk memperoleh
sebuah keunggulan kompetitif baik pada biaya maupun kualitas dari
barang yang akan diberikan pada konsumen akhir.
2.1.3 Elemen Supply Chain Management (SCM)
Menurut Bhatnagar (2009, hal. 17-19) Dalam supply chain ada
beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan yang mempunyai
kepentingan yang sama dan fungsi yang berbeda-beda, yaitu:
13
14
1. Supplier
Supplier adalah seseorang/perusahaan yang secara kontinu menjual
barang kepada kita. Biasanya barang tersebut bukanlah untuk dijual lagi,
tapi lebih kepada pendukung kegiatan usaha.
2. Manufactures
Manufactures adalah organisasi yang membuat produk. Meliputi
perusahaan yang memproduksi bahan baku dan perusahaan yang
memproduksi barang jadi.
3. Distribution
Distributor adalah perusahaan yang mengambil persediaan dalam jumlah
besar dari produsen dan mengirimkan pengabungan lini produk yang
berhubungan kepada konsumen. Distributor biasanya dikenal dengan
Wholesalers yang biasanya menjual produk yang diambil kepada
pebisnis lain dengan kuantitas yang bersar daripada konsumen individual
yang biasa membeli
4. Retail Outlet
Retailer adalah perusahaan yang menyimpan persediaan dalam jumlah
kecil untuk masyarakat umum. Perusahaan ini, juga melacak mengenai
keinginan dan permintaan dari konsumen sebelum akan menjual produkproduknya. retailer juga biasanya mengunakan kombinasi dari harga,
produk tertentu, jasa dan kepuasan sebagai alat utama untuk menarik
konsumen.
5. Customers
Konsumen adalah kelompok yang membeli dan menggunakan produk.
Konsumen terbagi atas 2 jenis yaitu yang membeli produk dengan tujuan
untuk menggabungkan produk tersebut dengan produk lain yang akan
mereka jual kembali kepada konsumen lain. atau konsumen yang
merupakan pengguna akhir dari produk yang membeli produk untuk
dikonsumsi.
2.1.3.1 Chain 1 : Supplier
Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang
menyediakan bahan pertama, dimana rantai penyaluran baru akan
mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan
15
mentah, bahan penolong, bahan dagangan, suku cadang dan lainlain.
2.1.3.2 Chain 1-2-3 : Supplier-Manufactures-Distribution
Barang yang sudah dihasilkan oleh manufactures sudah
mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun sudah
tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada
pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini
biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain.
2.1.3.3 Chain 1-2-3-4 : Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang
sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini
digunakan untuk menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke
pihak pengecer. Disini ada kesempatan untuk memperoleh
penghematan dalam bentuk jumlah inventoris dan biaya gudang
dengan cara melakukan desain kembali pola pengiriman barang
baik dari gudang manufacture maupun ke toko pengecer.
2.1.3.4 Chain 1-2-3-4-5 : Supplier-Manufactures-Distribution-Retail OutletCustomer
Para pengecer atau retailer menawarkan barang langsung
kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang
langsung. Yang termasuk retail outlet adalah toko kelontong,
supermarket, warung-warung, dan lain-lain.
2.1.4 Komponen Dasar Supply Chain Management (SCM)
Menurut Bhatnagar (2009, hal. 15) terdapat 5 komponen dasar
untuk mendukung jalannya Supply Chain Management yaitu:
1. Plan
Merupakan bagian strategi dari Supply Chain Management untuk
memonitor rantai pasokan sehingga menjadi efisien, pengurangan pada
biaya dan menyampaikan kualitas tinggi dan nilai kepada konsumen
dengan cara paling efisien
2. Source
15
16
Mengembangkan pengaturan pada harga, proses pembayaran pengiriman
dengan pemasok untuk memonitor dan meningkatkan hubungan
3. Make
meliputi pembuatan penjadwalan untuk aktifitas yang diperlukan dalam
produksi, pencobaan, pengepakan dan persipan untuk pengiriman
4. Deliver
meliputi koordinasi pemesanan dari konsumen, mengembangkan
jaringan penyimpanan, memilih operator untuk mendapatkan produk ke
konsumen dan sistem faktur untuk menerima pembayaran
5. Return / reverse Flow
Mengacu pada membalikkan aliran barang dari konsumen ke pabrik dan
meliputi pembuatan jaringan untuk menerima Kecacatan dan kelebihan
pengembalian produk dari konsumen dan mendukung konsumen yang
memiliki permaslahan dengan pengiriman barang.
2.1.5 Strategi-strategi dalam Supply Chain Management
Menurut Schroeder (2007, hal. 31) strategi supply chain
merupakan pengembangan dari strategi operasi yang tidak hanya
mempertimbangkan perusahaan tetapi juga strategi supply chain yang
dimiliki oleh partner itu sendiri. Strategi supply chain harus berfokus
pada keunggulan kompetitif yang berkelanjutan untuk keseluruhan
perusahaan.
Dalam strategi supply chain dikenal konsep-konsep untuk
menganalisa supply chain dari suatu strategi untuk menciptakan
keunggulan bersaing di antaranya:
1) Value Chain
Menurut Michael Porter Shapiro, 2007 (hal. 13-14) value chain
adalah proses di mana perusahaan menentukan biaya-biaya yang
terkait dengan aktifitas organisasional dari pembelian raw material,
manufaktur sampai pada marketing produk tersebut. Value Chain
bertujuan untuk mengidentifikasikan di mana keuntungan biaya yang
rendah atau kerugian yang timbul kapan pun sepanjang value chain
dari raw material sampai pada aktifitas customer service.
Pada bagian aktivitas pendukung terdiri dari 7 tipe aktivitas value
17
chain dan pada aktivitas utama terdiri dari 6 aktivitas value chain.
Aktivitas pendukung maupun aktivitas utama harus selalu berjalan
secara bersamaan karena keduanya sangat krusial untuk mencapai
value added atau bisa juga disebut margin. Aktivitas pendukung
menjadi lebih besar porsinya karena tanpa aktivitas pendukung
aktivitas utama (core) tidak akan berjalan dengan semestinya. Akan
tetapi, orang selalu lebih intensif pada aktivitas utama karena
berkaitan dengan internal perusahaan. Sehingga kedua aktivitas
tersebut penting untuk dikelola secara seimbang agar dapat mencapai
tujuan perusahaan.
2) CPFR Model (Collaborative Planning, Forecasting, and
Replenishment)
Menurut Turban & Volonino (2010, hal. 373) CPFR adalah model
pelaksanaan bisnis di mana supplier dan retailer berkolaborasi
dalam perencanaan dan ramalan permintaan yang bertujuan untuk
memastikan anggota-anggota supply chain mendapat jumlah yang
benar pada raw material, barang jadi pada saat mereka butuhkan.
Kolaboratif planning dibagikan dalam 4 area utama, yaitu:
a. Strategi dan untuk perencanaan kolaborasi pada supply dan
level persediaan.
b. Peramalan permintaan dan me-manage supplier dan
persediaan.
c. Pelaksanaan dan analisa hasil.
d. Penyesuaian pada strategi yang diinginkan.
Sebuah perusahaan dalam mencukupi dan membeli kebutuhan
akan produk-produk penjualannya harus memutuskan Strategi rantai
pasokannya. Menurut Heizer & Render (2011, hal. 471-473) terdapat 6
strategi pembelian di dalam Supply Chain Management, yaitu:
1. Many Suppliers (banyak pemasok)
Memainkan antara pemasok satu dengan yang lainnya dan
membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli.
Dalam strategi ini, meskipun banyak pendekatan negosiasi yang
digunakan, hubungan jangka panjang bukan merupakan tujuan.
17
18
Strategi ini lebih membebankan pada tanggung jawab para pemasok
agar mempertahankan teknologi, keahlian dan kemampuan ramalam
yang diperlukan ditambah dengan biaya, kualitas dan kemampuan
pengiriman.
2. Few Suppliers (beberapa pemasok)
Bertujuan untuk membentuk sebuah hubungan jangka panjang
dengan pemasok yang berkomitmen. Karena pemasok jangka
panjang pasti akan cenderung lebih memahami saran-saran luas dari
perusahaan dan konsumen akhir. Penggunaan hanya beberapa
pemasok dapat menciptakan nilai dengan memungkinkan pemasok
mempunyai skala ekonomis dan kurva yang menghasilkan biaya
transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah. Dalam strategi ini,
faktor yang terpenting adalah kepercayaan yang ditimbulkan dari
budaya perusahaan yang serasi.
3. Vertical Intergration (Integrasi Vertikal)
Stratrategi vertical integration diartikan bahwa pengembangan
kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli,
atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributornya
tersebut. Dalam integrasi vertikal ini juga terdapat 2
bentuk
intergrasinya yaitu:
• Integrasi ke belakang
Intergrasi ke belakang mengusulkan bahwa perusahaan membeli
para pemasoknya.
• Integrasi ke depan
Integrasi ke depan mengusulkan bahwa perusahaan membuat
barang jadi.
4. Keiretsu Network ( jaringan keiretsu)
Perusahaan membuat sebuah hubungan jangka panjang dengan
mendukung pemasok secara finansial melalui kepemilikan atau
pinjaman. Oleh sebab itu, pemasok yang dimiliki perusahaan
diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan kelahlian
teknis dan mutu produksi yang stabil kepada perusahaan.
5. Virtual Companies (perusahaan virtual)
19
Perusahaan mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk
memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Dan dalam perusahaan
maya ini batasan organisasinya tidak tetap dan bergerak sehingga
dengan adanya hubungan ini dapat memberikan berbagai pelayanan
jasa meliputi pembayaran gaji, pengangkatan pegawai, perancangan
produk atau pendistribusian produk.
6. Joint Ventures (Perusahaan Patungan)
Perusahaan
melakukan
penggabungan
untuk
menambahkan
kemampuan dan keterampilan dalam bidang teknologi ataupun
strategi perusahaan patungan dilakukan untuk menjaga persediaan
atau mengurangi biaya. Contohnya seperti perusahaan Daimler dan
BMW
yang
melakukan
strategi
ini
dengan
tujuan
untuk
meningkatkan dan mempuan standar dari komponan otomotif.
2.1.6 Hubungan Supply Chain dengan performa bisnis
Menurut Shah (2009, hal. 37) ada beberapa dampak yang
penerapan Supply Chain Management yang dapat berpengaruh pada
Biaya dan keuntungan perusahaan, antara lain:
•
Cost Reduction yang dicapai dengan:
Pengurangan persediaan
Pengurangan biaya logistik
Pengurangan biaya material langsung
Pengurangan biaya material tidak langsung
•
Meningkatkan pendapatan dan profitabilitas dengan:
Menjual produk dengan margin yang lebih tinggi
Mendapatkan pangsa pasar yang lebih tinggi
Mengurangi Back Order dan Lost Sales
Mengurangi waktu pengiriman ke pasar
•
Meningkatkan efisiensi operasional dengan:
Mengurangi biaya pembelian
Meningkatkan pemanfaatan asset
Menunda pengeluaran modal
Mengurangi piutang dagang
19
20
2.1.7 Penggerak Supply Chain Management
Menurut Bhatnagar (2009, hal. 10-14), setiap perusahaan
pastinya harus mengambil keputusan untuk penggerak penggerak Supply
Chain mereka berdasarkan pada 5 area, yaitu:
1. Production
Area ini merupakan aktifitas yang menyangkut kreasi untuk
membuat rencana produksi yang termasuk perhitungan kapasitas
pabrik, Keseimbangan pada beban pekerjaan, kontrol kualitas dan
pemeliharaan peralatan. Produksi mengacu pada kapasitas dari rantai
pasokan yang akan dibuat dan dijual. Fasilitas dari produksi adalah
Factories (pabrik) dan Warehouse (gudang). Dan Fasilitas dimana
sebagian atau hampir seluruh kapasitas yang digunakan tidak
mencukupi untuk merespon apabila adanya peningkatan pada
permintaan.
Pabrik dapat dibuat untuk mengakomodasi satu dari 2 pendekatan
untuk produksi, yaitu:
• Product Focus
Pabrik yang membuat produk yang berfokus pada operasi yang
berbeda uang diperlukan untuk membuat produk line yang biasa
dari Pembuatan bagian produk yang berbeda untuk pemasangan
produk tersebut
• Functional Focus
Pendekatan fungsional berkonsentrasi pada produksi hanya pada
beberapa operasi seperti hanya membuat beberapa bagian dari
produk atau hanya melakukan pemasangan. Fungsi tersebut dapat
digunakan untuk membuat banyak jenis yang berbeda dari
produk.
Dan seperti Pabrik, gudang dapat dibuat untuk mengakomodasi
pendekatan berbeda. Dan terdapat 3 pendekatan yang digunakan
dalam gudang, yaitu:
• Stock Keeping Unit (SKU) Storage
21
pada pendekatan tradisional ini, semua dari tipe produk yang
biasa tersimpan bersamaan. Ini merupakan cara penyimpanan
produk yang efisien dan mudah untuk dimengerti.
• Job Lot Storage
Pada pendekatan ini, semua produk berbeda yang berhubungan
pada kebutuhan dari tipe konsumen tertentu atau berhubungan
dengan kebutuhan dari pekerjaan tertentu disimpan secara
bersamaan. Sehingga membuat pemilihan dan pengepakan dapat
menjadi lebih efisien akan tetapi umumnya membutuhkan ruang
yang lebih besar dibandingkan dengan pendekatan menggunakan
SKU
• Cross Docking
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pada
rantai pasokan. Dengan pendekatan ini, produk tidak secara nyata
disimpan pada fasilitas perusahaan. melainkan fasilitas gudang
perusahaan digunakan dimana hanya untuk memproses truck dari
pemasok dan membongkar kuantitas yang besar dari produk
berbeda. Sehingga, dengan menggunakan pendekatan ini tidak
diperlukan tempat yang luas dan barang-barang hanya diletakkan
diatas palet.
2. Inventory
Tujuan utama dari area ini adalah untuk bertindak sebagai penyangga
terhadap
ketidakpastian
dalam
rantai
pasokan.
Meskipun,
menyimpan persediaan dapat menjadi mahal, jadi harus ditentukan
Level persediaan yang optimal dan jumlah pemesanan kembali.
Terdapat 3 keputusan pokok untuk dibuat mengenai penciptaan dan
penyimpanan persediaan, yaitu:
• Cycle Inventory
Merupakan jumlah persediaan yang dibutuhkan untuk mencukupi
permintaan produk pada periode pembelian dari produk.
Perusahaan cenderung untuk memproduksi dan membeli dalam
jumlah yang banyak dengan tujuan untuk mencapai keuntungan
pada
biaya
yang
dikeluarkan.
21
Karena
manager
harus
22
memperhitungkan Carrying Cost dan Ordering Cost yang
dikeluarkan berdasarkan jumlah pemesanannya
• Safety Inventory
Persediaan ini dibuat untuk menyangga terhadap ketidakpastian.
Apabila peramalam permintaan dapat dilakukan dengan akurat
maka persediaan yang dibutuhkan hanyalah Cycle Inventory.
akan
tetapi
karena
peramalan
memiliki
presentase
dari
ketidakpastian maka Pendekatan ini digunakan untuk menutupi
ketidakpastian tersebut agar dapat mencukupi permintaan yang
terjadi. Dengan pendekatan ini lebih memberikan biaya lebih
pada persediaan daripada kerugian dari penjualan karena
ketidakcukupan persediaan.
• Seasonal Inventory
Persediaan ini dibuat untuk mengantisipasi peningkatan dari
permintaan yang dapat diprediksi yang terjadi beberapa kali
dalam setahun.Dan dalam pendekatan ini perusahaan harus
mengorbankan antara biaya untuk menyimpan persediaan
musiman dan biaya untuk memilki kemampuan untuk produksi
yang flexibel. Contohnya: seperti pada saat hari raya pastinya
permintaan akan produk minuman akan meningkat. Sehingga,
biasanya perusahaan harus mengambil keputusan antara membuat
produksi dan persediaan sebelum terjadinya lonjakan pada
permintaan atau membuat perluasan pada pabrik agar dapat
memenuhi lonjakan permintaan tersebut.
3. Location
Pada area ini, harus ditentukan dimana tempat untuk produksi dan
penyimpanan persediaan harus diletakkan dan juga dimana lokasi
untuk produksi dan penyimpanan persediaan yang dapat membuat
biaya yang paling effisien. Dan pada area ini lebih mengacu pada
pengaturan geografi dari fasilitas rantai pasokan. Dan dalam
pengambilan keputusan manager harus mengambil pilihan antara
menjadi responsif atau melakukan pengorbanan (Trade-off), dimana
keputusan yang dibuat apakah memusatkan aktifitas pada sedikit
23
lokasi untuk mencapai skala ekonomi dan efisiensi, atau untuk
mendesentralisasikan aktifitas ke beberapa lokasi untuk konsumen
dan pemasok dengan tujuan agar operasi menjadi lebih responsif.
4. Transportation
Pada area ini, perusahaan melakukan pertimbangan untuk pergerakan
rantai pasokan. Karena mengacu pada semua pergerakan dari bahan
baku hingga barang jadi. Model transportasi yang cepat seperti
pesawat sangat responsive tetapi biayanya lebih besar. Mode yang
lambat seperti kapal dan kereta api lebih efisien pada biaya tapi tidak
responsive. sehinggan pengambilan keputusan pada area ini
sangatlah penting.
Dan terdapat 6 cara umum dalam transportasi yang dapat dipilih oleh
perusahaan, yaitu:
• Ship
Kapal memilik efisiensi pada biaya yang besar. tetapi juga
merupakan cara yang paling lambat dalam pengiriman. Dan juga
adanya keterbatasan pada pada penggunaan antara lokasi dan
fasilitas seperti pelabuhan
• Rail
Kereta api juga memiliki efisien pada biaya. akan tetapi juga
lambat. Dan juga cara ini juga dibatasi pada lokasi yang
menyediakan rel kereta api
• Pipeline
Pipa saluran dapat menjadi efisien tapi hanya terbatas pada
komoditas yang cair seperti air, minyak dan gas alam
• Truck
Truk pada umumnya relatif lebih cepat dan cara transportasi yang
flexibel. Karena dapat pergi hampir kemana saja. Akan tetapi
biayanya berubah-ubah tergantung pada harga dari Bahan bakar
dan juga variasi dari kondisi jalan
• Airplanes
Pesawat merupakan model transportasi yang cepat dan juga
sangat responsif. Dan juga merupakan cara yang paling mahal
23
24
dalam pengiriman barang dan juga dibatasi pada ketersediaan
fasilitas bandara
• Elcectronic Transport
Merupakan model transportasi yang paling cepat, fleksibel dan
sangat efisiens pada biaya. akan tetapi hanya dapat digunakan
pada pergerakan pada tipe produk tertentuseperti Energi Listrik,
data.
5. Information
pada area ini, waktu dan akurasi informasi memegang jaminan untuk
koordinasi yang baik dan pengambilan keputusan yang baik. Karena
dengan informasi yang baik, maka dapat membuat keputusan yang
efektif mengenai apa yang akan diproduksi dan berapa banyak,
mengenai dimana tempat untuk meletakkan persediaan dan seberapa
baik untuk mengirimkan produk tersebut.
Dan informasi digunakan untuk 2 tujuan dalam rantai pasokan yaitu:
• Coordinating Daily Activities
Berhubungan dengan fungsinya pada Produksi,persediaan,lokasi
dan transportasi.
Perusahaan di rantai pasokan menggunakan
data yang tersedia pada persediaan dan permintaan produk untuk
memutuskan penjadwalan produksi mingguan, level persediaan,
rute transportasi dan lokasi penyimpanan
• Forecasting and planning
Dibuat untuk mengantisipasi permintaan masa depan. Informasi
yang tersedia digunakan untuk membuat peramalam taktis untuk
mengarahkan
pada
pengaturan
produksi
bulanan
dan
penjadwalan. Dan informasi juga digunakan untuk permalan
strategi untuk mengarahkan keputusan mengenai kapan untuk
membangun fasilitas baru, memasuki pasar baru, atau keluar dari
pasar yang telah ada.
2.1.8 Tujuan Utama SCM
Menurut O'Brien & Marakas (2008, hal. 305) tujuan dari
Supply Chain Management adalah untuk menciptakan jaringan yang
25
cepat, efisien, dan berbiaya rendah, yang biasa disebut rantai pasokan
untuk membuat produk perusahaan tumbuh pada konsep pasar.
Menurut Turban, Sharda, Aroson, & King (2008, hal. 308)
Supply Chain Management bertujuan untuk
persediaan,
mengoptimalkan
produksi
meminimalkan
tingkat
dan meningkatkan output,
mengurangi waktu produksi, mengoptimalkan logistik dan distribusi,
merampingkan
order
yang
berlebihan,
dan
secara
keseluruhan
mengurangi biaya yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut.
Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan
utama Supply Chain Management adalah meningkatkan keuntungan
perusahaan dengan mengoptimalisasi pada jaringan rantai pasokan,
produksi yang cepat, logistik dan distribusi, serta mengurangi biaya.
2.1.9 Tantangan Dalam Supply Chain Management
Menurut Pujawan (2005, hal. 17-18) ada beberapa tantangan
yang harus dihadapi dalam mengelola supply chain :
1. Kompleksitas struktur supply chain
Suatu supply chain biasanya sangat kompleks, melibatkan banyak
pihak di dalam maupun di luar perusahaan. Pihak-pihak tersebut
sering kali memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan tidak
jarang bertentangan (conflicting) antara yang satu dengan yang
lainnya. Di dalam perusahaan sendiripun perbedaan kepentingan ini
sering muncul. Konflik antar bagian ini merupakan satu tantangan
besar dalam mengelola sebuah supply chain. Kompleksitas suatu
supply chain juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zone waktu,
dan budaya antara satu perusahaan bahkan dengan perusahaan lain.
2. Ketidakpastian
Ketidakpastiaan merupakan sumber utama kesulitan pengelolaan
suatu supply chain. Ketidakpastiaan menimbulkan ketidakpercayaan
diri terhadap rencana yang sudah dibuat. Sebagai akibatnya,
perusahaan sering menciptakan pengaman di sepanjang supply chain.
Pengaman ini bisa berupa persediaan (Safety stock), waktu (safety
time), ataupun kapasitas produksi maupun transportasi. Di sisi lain
ketidakpastiaan sering menyebabkan janji tidak bisa terpenuhi.
25
26
Dengan kata lain, customer service level akan lebih rendah pada
situasi dimana ketidakpastian cukup tinggi. Berdasarkan sumbernya
ada tiga klasifikasi utama ketidakpastian pada supply chain. Pertama
adalah Ketidakpastian permintaan. Ketidakpastian permintaan dari
konsumen akan menyebabkan ketidakpastian distributor, semakin ke
hulu, maka tingkat ketidakpastian permintaan akan semakin
meningkat. Ketidakpastian kedua berasal dari arah pemasok. Hal ini
bisa berupa ketidakpastian pada leadtime pengiriman, harga bahan
baku, atau komponen, ketidakpastian kualitas, serta kuantitas
material yang dikirim. Sedangkan sumber yang ketiga adalah
ketidakpastian internal yang bisa diakibatkan oleh kerusakan mesin,
kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakhadiran tenaga kerja,
serta ketidakpastian waktu maupun kualitas produksi. Besarnya
ketidakpastian yang dihadapi berbeda-beda.
2.1.10
Membangun SCM
Menurut Pujawan (2005, hal. 8-9), untuk membangun suatu
sistem manajemen rantai pasokan yang optimal apabila mengacu pada
perusahaan manufaktur, kegiatan utama pada supply chain adalah
kegiatan merancang produk baru, kegiatan mendapat bahan baku,
kegiatan merencanakan produksi dan persediaan, kegiatan melakukan
produksi, kegiatan melakukan distribusi/pengiriman.
Bagian
Cakupan kegiatan antara lain
Pengembangan Produk
Melakukan riset pasar, merancang produk
baru,
melibatkan
pemasok
dalam
perancangan produk baru.
Pengadaan
Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja
pemasok, melakukan pembelian bahan baku
dan komponen, membina dan memelihara
hubungan dengan pemasok.
Perencanaan & Pengendalian
Perencanaan
persediaan.
Operasi/Produksi
Eksekusi produksi dan pengendalian kualitas.
produksi
dan
perencanaan
27
Pengiriman/Distribusi
Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan
pengiriman, mencari dan memelihara
hubungan
dengan
perusahaan
jasa
pengiriman
Gambar 0.1 Cakupan kegiatan SCM
2.1.11
Peluang Dalam Melaksanakan Supply Chain
Management
Menurut Heizer & Render (2011, hal. 476) terdapat beberapa
peluang dalam Management Supply Chain yang efektif, yaitu:
1. Accurate "Pull" Data
Dalam menarik data yang akurat dapat dihasilkan dengan berbagi (1)
informasi point-of-sales (POS) sehingga setiap anggota dalam rantai
pasokan dapat merencanakan dengan lebih efektif (2) Computer
Assisted ordering (CAO). Ini berarti dengan menggunakan sistem
POS yang mengumpulkan data penjualan dan menyesuaikan data
untuk faktor pasar, persediaan di tangan dan pemesanan yang belum
terselesaikan. Sehingga, permintaan bersih terkirim secara langsung
kepada supplier yang bertanggung jawab untuk mempertahankan
persediaan akhir. Dan pada sistem ini menggunakan data penjualan
yang melakukan transaksi untuk menarik produk ke dalam rantai
pasokan
2. Lot Size Reduction
Pengurangan jumlah penyimpanan berkurang melalui management
yang agresif. Hal ini termasuk (1) Mengembangkan pengiriman yang
ekonomis lebih sedikit daripada muatan truk (2) Menyediakan basis
diskon pada volume total tahunan daripada ukuran dari pengiriman
individual (3) mengurangi biaya pengiriman menggunakan teknik
seperti pesanan tetap dan bermacam-macam bentuk pembelian secara
elektronik
3. Single Stage Control Of replenishment
Adalah menunjuk anggota dalam rantai pasokan untuk bertangung
jawab pada monitoring dan mengontrol inventory dalam rantai
pasokan berdasarkan Penarikan dari pengguna akhir. Pendekatan ini
menghapus perubahan informai dan banyak bagian peramalan yang
27
28
membuat terjadinya "Bullwhip Effects" Bullwhip Effects adalah suatu
fenomena dimana satu lonjakan kecil di level konsumen akan
mengakibatkan lonjakan yang sangat tajam di level yang jauh dari
konsumen.
4. Vendor-Managed Inventory
Adalah penggunaan supplier lokal untuk mengatur persediaan pada
manufaktur dan retail. Apabila pemasok dapat mepertahankan stok
persediaan untuk keberagaman konsumen yang menggunakan produk
yang sama atau yang memiliki perbedaan yang kecil seperti pada
tahap pengemasan, maka harus adanya penyimpanan bersih. Dan
sistem VIM adalah dimana supplier mempertahankan material untuk
pembeli, Dan dikirim secara langsung klepada pembeli melalui
departemen.
5. Collaborative Planning, Forecasting and Replenishment (CPFR)
Dengan CPFR, anggota dalam rantai pasokan membagi perencanaan,
permintaan, peramalan dan informasi persediaan. Mitra dalam CPFR
ini
dimulai
dengan
kolaborasi
pada
definisi
produk
dan
menggabungkan rencana penjualan. Promosi, iklan, peramalan,
menggabungkan komitmen pemesanan dan waktu untuk pengiriman
termasuk dalam rencana untuk mendorong terjadinya pengurangan
pada persediaan dan biaya terkait.
6. Blanket Orders
Adalah pemesanan yang tidak terpenuhi dengan vendor yang biasa
disebut "Pembukaan pemesanan" atau "Pemesanan yang tidak
terselesaikan". Dan merupakan kontrak untuk pembelian barang
tertentu melalui vendor. Pengiriman hanya dibuat pada tanda terima
pada dokumen persetujuan, pada daftar permintaan pengiriman atau
pelepasan pengiriman
7. Standarization
Adalah Departemen pembelian harus membuat pengusahaan khusus
untuk meningkatkan level standarisasi. daripada mendapatkan
variasi
dari
komponen
yang
sama
dengan
pelabelan,pewarnaan,pengepakan atau mungkin sedikit perbedaan
29
pada teknik spesifikasi, agen pembelian harus mencoba untuk
memiliki komponen tersebut terstandarisasi.
8. Postponement
Adalah Menghambat modifikasi apapun atau kostumisasi pada
produk selama mungkin dalam proses produksi. Konsepnya adalah
untuk meminimalkan variasi internal saat memaksimalkan varietas
eksternal.
9. Electronic Ordering and Funds Transfer
Pemesanan elektronik dan pengiriman uang merupakan pendekatan
tradisional untuk mempercepat transaksi dan mengurangi pekerjaan
tulis menulis. Transaksi diantara perusahaan sering menggunakan
Electronic Data Interchange (EDI).
penggunaan
Advenced
Shipping
EDI juga memberikan
Noticed
(ASN),
yang
memberitahukan kepada pembeli bahwa vendor bersedia untuk
mengirim. Karena dengan mengunakan teknik ini mudah untuk
digunakan dan dapat mengurangi biaya.
10. Drop Shipping and Special Packaging
Adalah pemasok akan mengiurimkan secara langsung kepada
konsumen akhir, daripada kepada penjual karena dapat menghemat
waktu dan biaya pengiriman ulang. Penghematan biaya lainnya
termasuk penggunaan pengemasan khusus,label dan pengoptimalan
peletakan label dan barcode di kontainer.
2.2
Persediaan
2.2.1 Pengertian Persediaan
Menurut pendapat Sundjaja, Barlian, & Sundjaja (2007, hal.
379), persediaan meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan
dalam proses produksi dan distribusi yang digunakan untuk proses lebih
lanjut atuu dijual.
Menurut pendapat Zulfikarijah (2005, hal. 4) persediaan adalah
stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau
memuaskan permintaan konsumen, jenis persediaan meliputi : bahan
baku, barang dalam proses dan barang jadi.
29
30
Menurut Heizer & Render (2011, hal. 512) persediaan
merupakan suatu bagian dari asset yang paling berharga dari perusahaan
yang mewakili sebesar 50% dari total modal yang diinvestasikan yang
dibagi dalam 4 tipe yaitu bahan baku, persediaan dalam proses,
maintenance / perbaikan / operating supply (MRO) dan persediaan
barang jadi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bagian dari
asset perusahaan yang mempunyai tingkat mobilitas cukup tinggi,
diadakan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan yang dapat
diramalkan dan mengantisipasi fluktuasi permintaan yang tidak dapat
diramalkan. Persediaan sebagai faktor pendukung perusahaan yang
sangat penting seharusnya dikelola secara efektif dan efisien sehingga
menghasilkan persediaan yang optimal. Manajer operasi telah lama
menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah
penting, karena melalui manajemen persediaan yang baik dapat
mengurangi biaya produksi dan operasi.
2.2.2 Fungsi Persediaan
Fungsi produksi suatu perusahaan tidak dapat berjalan lancar
tanpa adanya persediaan yang mencukupi. Persediaan timbul karena
penawaran dan permintaan berada dalam tingkat yang berbeda sehingga
material yang disediakan berbeda. Secara umum inventory berfungsi
untuk mengelola persediaan barang dagangan yang selalu mengalami
perubahan jumlah dan nilai melalui transaksi-transaksi pembelian dan
penjualan. Menurut Heizer & Render (2011, hal. 512) persediaan dapat
memberikan beberapa fungsi yang memberikan fleksibilitas dalam
operasi perusahaan. Fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari
operasi suatu perusahaan, antara lain:
1. Menyediakan pilihan barang untuk mengantisipasi permintaan dan
memisahkan perusahaan dari fluktuasi pada permintaan tersebut.
2. Untuk memisahkan beragam bagian dari proses produksi. Sebagai
contoh apabila persediaan perusahaan berfluktuasi, persediaan ekstra
diperlukan untuk memisahkan proses produksi dari pemasok.
31
3. Untuk
mengambil
pengambilan.karena
keuntungan
membeli
dalam
dari
jumlah
diskon
jumlah
banyak
dapat
mengurangi biaya dari produk yang mereka kirim
4. Untuk mengatasi inflasi dan perubahan pada peningkatan harga
Menurut Muller (2011, hal. 3) persediaan memainkan peranan
yang sangat penting dalam perusahaan. Sehingga, terdapat beberapa
alasan penting untuk mendapatkan dan menyimpan persediaan, yaitu:
1. Predictability
Persediaan berfungsi untuk ikut serta dalam perencanaan kapasitas
dan penjadwalan produksi. Karena sangat penting untuk mengontrol
seberapa banyak bahan baku dan seberapa banyak bagian dan subperakitan yang diproses dalam waktu tertentu. Dan persediaan
menjadi penyangga dalam apa yang diperlukan dalam semua proses
tersebut
2. Fluctuations In Demand
persiapan pada persediaan di tangan adalah untuk perlindungan.
Karena perusahaan
tidak selalu tau seberapa besar yang akan
dibutuhkan pada waktu tertentu, akan tetapi tetap perlu untuk
memuaskan konsumen atau permintaan produksi secara tepat waktu.
Dan apabila dapat melihat bagaimana konsumen berekasi terhadap
rantai pasokan, kejutan dalam fluktuasi permintaan akan menjadi
lebih minimum
3. Unreliability of supply
Persediaan melindungi perusahaan dari pemasok yang tidak dapat
diandalkan atau ketika suatu barang menjadi langka dan pasokan
yang tersedia sulit untuk dipastikan. kapan saja dimungkinkan,
ketidak andalan pemasok harus diperbaiki melalui diskusi atau
ditukar. Rehabilitasi dapat diselesaikan melalui penalti pada harga
atau waktu tertentu untuk kesalahan, menggunakan komunikasi
secara langsung dan elektronik diantara kedua belah pihak.
4. Price Protection
Membeli sejumlah persedian pada waktu yang tepat dapat menolong
untuk menghindari dampak dari inflasi pada biaya. Ingatlah pada saat
bekerja sama untuk memastikan bahwa harga harga tidak bergantung
31
32
pada waktu yang dibiuhkan untuk pengambilan pesanan pada saat
membeli. Kebanyakan pemasok lebih menyukai untuk mengirim
secara berkala.
5. Buffer / Safety Inventory
Tipe dari persediaan ini dapat memberikan beberapa tujuan seperti:
• kompensasi pada ketidakpastian permintaan dan pemasok
• membagi dan memisahkan
bagian yang berbeda dari operasi
perusahaan sehingga dapat berfungsi secara independent dari
yang satu sama lain
6. Anticipation Stock
Persediaan ini dilakukan untuk mengantisipasi pada musim
mendatang. Seperti Coklat pada saat hari ibu atau valentine. Karena
kegagalan untuk menjual pada periode tertentu dapat membawa
bencana.
7. Transit Inventory
Merupakan perjalanan persediaan dari satu tempat ke tempat lain.
Dapat dikatakan bahwa produk bergerak dalam fasilitas merupakan
"Transit Inventory", tapi pengertian umunya mengarah pada barang
berpindah dalam saluran distribusi hingga ke pabrik, barang diluar
dari fasilitas atau barang dalam perjalanan dari pabrik ke konsumen.
Menurut Saxena (2009, hal. 7), terdapat 3 alasan mendasar
perusahaan untuk menjaga persediaan, yaitu:
1. Time
Jeda Waktu terdapat dalam rantai pasokan dari pemasok kepada
pengguna di setiap tahapannya sehingga membutuhkan perusahaan
untuk mempertahankan jumlah dari persediaan yang digunakan pada
jeda waktu tersebut.
2. Uncertainty
Persediaan dipertahankan sebagai penyangga terhadap ketidakpastian
pada permintaan, pasokan dan perindahan dari barang.
3. Economies Of Scale
Kondisi ideal dari "Satu unit pada waktu dan tempat dimana
pengguna membutuhkannya, ketika mereka membutuhkannya"
33
prinsip ini cenderung untuk membuat banyak biaya pada logistik.
Sehingga
pembelian
dalam
jumlah
besar,
perpindahan
dan
penyimpanan berdampak pada skala ekonomi, termasuk persediaan
2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Persediaan
Menurut Narain & Subramanian (2008, hal. 1-2) terdapat
beberapa keuntungan dan kerugian bagi perusahaan yang menyimpan
persdiaan
dalam jumlah
yang cukup
besar.
Berikut beberapa
keuntungannya yaitu:
1. Membuat kemungkinan operasi yang efisien dan lembut dalam
perhatian pabrik dengan
memisahkan segmen individual dari
keseluruhan operasi. Sehingga departemen pembelian dapat membuat
perencanaan pembelian secara independent berdasarkan kondisi
pasar tanpa ketergantungan yang terlalu banyak pada bagian operasi
perakitan
2. Departemen produksi dapat merencanakan produksi harian dengan
jumlah persediaan yang fleksibel. permasalahan yang tidak terduga
dalam memproduksi komponen tertentu sebagian besar dapat
dikurangi dan komponen yang berbeda dapat diproduksi melalui
pemberitahuan apabila bahan baku tersedia di tangan
3. manager pemasaran lebih menyukai persediaan dalam jumlah besar
apabila dapat menolongnya untuk menjual produk yang berbeda
bergantung pada situasi penawaran dan permintaan. Perusahaan
dapat bergerak dengan cepat pada permintaan di pasar dan
memasarkan barang di pasar di depan kompetitior
4. Manager pembelian dapat menempatkan pemesanan yang lebih
sedikit dan besar, sekaligus mengurangi biaya pemesanan. Pembelian
dalam jumlah besar juga dapat memberikan pemanfaatan yang lebuh
efektif pada konsumen dan perencanaan yang lebih efektif pada
aktifitas utama seperti mempelajari pasar.
5. persediaan bagian dan komponen yang diproduksi sendiri dapat
mengurangi ketergantungan yang berlebihan pada beragam aktivitas
perakitan dan sub-perakitan. Yang membuat management dapat
untuk memanfaatkan tenaga manusia dan mesian secara efektif.
33
34
6. persediaan juga membuat pemasok dapat membuat fleksibilitas
rencana, produksi dan mengirimkan pesanan pada bagian tertentu.
7. Persediaan menolong untuk memisahkan aktifitas dalam perakitan.
Sebagai contoh, Apabila satu proses dalam perakitan rusak atau
diperbaiki, maka tidak perlu menghentikan semua jalur perakitan.
dan aktifitas selanjutnya dapat dilanjutkan dengan persediaan yang
ada.
Namun juga terdapat beberapa kerugian dalam menyimpan
persediaan dalam jumlah besar, yaitu:
1. persediaan menggambarkan masalah kualitas. Karena kualitas dari
produk akhir bergantung pada perluasan yang sangat besar pada
kualitas dari bahan baku. Pemasok sering memasok material yang
berkualitas buruk. Dan apabila ini tidak diketahui pada saat barang
diterima, merupakan kerugian perusahaan apabila barang tersebut
telah dibayar, dan pada saat yang sama barang tersebut hanya akan
disimpan sebagai persediaan. Dengan kata lain, ini merupakan
kerugiankarena pemasok dapat memasukkan material yang tidak
berkualitas apabila perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah
besar
2. persediaan menghilangkan ketidakefisienan produksi. pada waktu
tertentu, apabila rencana produksi harian tidak dapat terpenuhi, maka
akan menyebabkan tersimpannya persediaan di gudang. dan apabila
hal ini sering terjadi dan perusahaan melakukan pemesanan pasokan
secara rutin maka menyebabkan terjadinya kepenuhan pada gudang.
dan mengakibatkan ketidakefisiensi produktifitas perusahaan tertutup
persediaan yang banyak
3. persediaan menambahkan biaya yang tidak diperlukan dalam
operasional produksi perusahaan, seperti biaya penyimpanan
persediaan, biaya asuransi, biaya kerusakan.
2.2.4 Tipe Persediaan
Menurut Saxena (2009, hal. 9) terdapat 5 tipe dari persediaan,
yaitu:
35
1. Raw Material
Material dan componen yang dijadwalkan untuk digunakan dalam
membuat produk
2. Work In Process (WIP)
Material dan komponan yang telah memulai perubahan untuk
menjadi barang jadi
3. Finished goods
Barang yang siap untuk dijual kepada konsumen
4. Goods For Resale
Barang yang dikembalikan yang dapat dijual kembali
5. Spare Parts
Seperti: Manufacturing (Pabrik)
Menurut
Heizer
&
Render
(2011,
hal.
512)
untuk
mengakomodasi fungsi dari persediaan, perusahaan mempunyai 4 tipe
dari persediaan, yaitu:
1. Raw Material
Barang yang telah dibeli akan tetapi belum diproduksi. Dan
persediaan ini dapat digunakan untuk memisahkan pemasok dari
proses produksi. akan tetapi, pendekatan ini biasanya untuk
menghapuskan keberagaman pemasok pada kualitas, kuantitas dan
waktu pengiriman sehingga pemisahan tersebut tidak diperlukan.
2. Work-In-Process (WIP) Inventory
komponen dari bahan baku yang telah mengalami beberapa
perubahan akan tetapi masih belum selesai. WIP ada karena waktu
yang diperlukan untuk membuat sebuah produk ( biasa disebut
"Cycle Time")
3. Maintenance/Repair/Operating Supply(MROs) Inventory
persediaan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan,perbaikan
dan operasi yang dibutuhkan untuk menjaga mesin-mesin dan proses
yang produktif
35
36
4. Finished Good inventory
Barang jadi yang menunggu untuk dikirimkan. Dan Barang jadi
dapat menjadi persediaan karenan permintaan konsumen kedepan
yang tidak diketahui.
2.2.5 Sistem Persediaan
Sistem persediaan / inventori memberikan struktur organisasi
dan kebijakan operasi untuk menjaga dan mengendalikan barang-barang
yang disimpan. Sistem bertanggung jawab atas pemesanan dan
penenrimaan barang: timing pemesanan dan pencatatan apa yang telah
dipesan, berapa banyak, dan dari siapa.
Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional
dapat diklasifikasikan ke dalam variable kuantitatif dan kualitatif. Secara
kuantitatif, variabel keputusan pada pengendalian sistem persediaan
adalah sebagai berikut:
1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan?
2. Kapan pemesanan harus dilakukan?
3. Berapa jumlah persediaan pengaman?
4. Bagaimana mengendalikan persediaan?
Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem
pengoperasian persediaan yang akan menjamin, kelancaran pengolahan
persediaan adalah sebagai berikut:
1. Jenis barang yang akan dimiliki
2. Dimana barang tersebut berada
3. Berapa jumlah barang yang sedang dipesan
4. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item
Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan
solusi optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan
optimalisasi pengendalian persediaan biasanya diukur dengan total biaya
minimal pada suatu periode tertentu.
2.2.6 Biaya dalam Sistem Persediaan
Menurut
Sanders
(2012,
hal.
438),
Dalam
kebijakan
management, persediaan memiliki keterlibatan terhadap biaya dimana
semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan.
37
Keputusan mengenai seberapa banyak persediaan akan disimpan
mempengaruhi pada biaya barang, biaya penyimpanan, biaya pemesanan
dan biaya Stockout (Short-age).
1. Item Cost (Biaya Barang)
Biaya barang adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang,
dan biaya langsung lainnya untuk membawa barang ke pabrik,
seperti transportation Inbound, asuransi, bea cukai atau pajak. Dan
untuk barang yang dibuat sebuah perusahaan manufaktur, biaya
barang termasuk pekerja, material dan overhead pabrik.
2. Holding Cost (Biaya Penyimpanan)
Biaya penyimpanan termasuk beban variabel yang terjadi di
perusahaan tergantung pada jumlah persediaan yang disimpan.
Ketika
persediaan
meningkat,
begitu
juga
dengan
biaya
penyimpanan. Dan kita dapat menentukan biaya penyimpanan
dengan memeriksa tiga komponen biaya, yaitu:
• Capital Cost
Adalah salah satu biaya tertinggi dari biaya modal atau biaya
peluang dari perusahaan. Biaya modal adalah bunga yang
dibayarkan perusahaan untuk meminjam sejumlah uang yang
diinvestasikan ke persediaan. Dan biaya peluang adalah jumlah
pengembalian yang didapatkan perusahaan pada uang yang
dipinjam apabula digunakan untuk sesuatu selain berinvestasi
pada persediaan.
• Storage Cost
Didalamnya termasuk biaya tempat, pekerja dan peralatan.
• Risk Cost
Didalamnya termasuk barang kadaluaras, rusak atau Gagal,
Dicuri, asuransi dan pajak. Biaya ini bervari tergantung pada
industri, apabila perusahaan tersebut berteknologi tinggi, maka
kemungkinan rusak dan dicuri semakin tinggi. Perusahaan yang
memproduksi prodok konsumsi kemungkinan besar terjadi risiko
pencurian.
37
38
3. Ordering Cost (Biaya Pemesanan)
Biaya tetap yang terjadi antara melakukan pemesanan kepada
pemasok untuk pembelian komponen atau bahan baku atau
melakukan pemesanan kepada perusahaan manufaktur untuk produk
yang diproduksi langsung. Dan ketika membeli sebuah barang, biaya
pemesanan termasuk adalah biaya untuk persiapan administrasi dan
penempatan order, biaya pengangkutan dan bongkar muat barang,
biaya pemilihan vendor, menerima pesanan dan penanganan fisik
untuk barang.
4. Set Up Cost (Biaya Penyiapan)
Biaya penyiapan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam
mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi bila item sediaan
diproduksi sendiri dan tidak membeli dari pemasok. Biaya ini
meliputi biaya persiapan, produksi, biaya mempersiapkan (set up)
mesin, biaya mempersiapkan gambar kerja, biaya mempersiapkan
tenaga kerja langsung, biaya perencanaan dan penjadwalan produksi,
dan biaya lain yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item yang
diproduksi.
5. Shortage Cost (Biaya Kekurangan Persediaan)
Perusahaan
konsumen
mendatangkan
melebihi
Shortage
ketersediaan
Cost
ketika
persediaan
permintaan
untuk
barang.
Contohnya apabila seseorang ingin melakukan pemesanan akan
barang dan perusahaan tidak memiliki barang tersebut. Maka akan
ada 2 kemungkinan. yaitu konsumen akan menunggu dan akan
memesan kembali untuk barang tersebut atau konsumen membeli
barang tersebut dari perusahaan lain. Shortage Cost yang dimaksud
adalah seperti biaya lembur untuk mengirimkan pesanan ke
perusahaan karena akan lebih mahal daripada biasanya, biaya
kerugian lainnya apabila konsemen tidak jadi membeli dan barang
telah sampai ke perusahaan serta biaya adminitrasi tambahan.
39
2.2.7 Tujuan Persediaan
Menurut Sanders (2012, hal. 434), Tujuan dari management
pada persediaan adalah sebagai berikut:
-
Costumer Service (Pelayanan Pelanggan) untuk memberikan layanan
terbaik pada pelanggan dimana keberhasilannya dapat diukur
dengan:
• Presentase pemesanan yang dikirimkan pada jadwal
• Presentase dari barang yang dikirimkan pada jadwal
• Presentase dari jumlah uang yang dikirimkan pada jadwal
• Waktu diam pada komponen dan kekurangan material
-
Cost Efficient Operations (Operasi dengan biaya yang efisien) untuk
memperlancar proses produksi dan mencapai efisiensi pada operasi
dengan menggunakan persediaan penyangga untuk memastikan alur
produksi berjalan mulus dan Mempertahankan level tenaga kerja
dengan seefektif mungkin
-
Minimum Inventory Investment untuk menciptakan level Investasi
pada persediaan yang minumum dimana dapat diukur dengan caracara seperti inventory turnover, pasokan mingguan, pasokan harian.
2.3
Forecasting
2.3.1 Definisi Forecasting
Menurut Schroeder (2007, hal. 214), “Forecasting adalah ilmu dan
seni dalam memprediksikan keadaan dimasa akan datang”.
Forecasts menyediakan informasi untuk permintaan dimasa depan,
demikian ramalan ini menjadi sebuah dasar masukan dalam pengambilan
keputusan dari operasi manajemen. Dua aspek dari peramalan sangatlah
penting, pertama adalah tingkat harapan dari permintaan dan satunya lagi
adalah sebuah ukuran dari ketepatan yang dapat dipakai dari sebuah ramalan.
2.3.2 Tipe-Tipe Forecasting
Menurut Heizer & Render (2011, hal. 214), dalam suatu perusahaan
biasanya menggunakan tiga tipe forecasting yang umum, yaitu:
1. Economic forecast
39
40
Menjelaskan siklus bisnis dengan memperkirakan tingkat inflasi,
ketersediaan uang, biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah
rumah, dan indikator perencanaan lainnya.
2. Technological forecast
Memantau tingkat kemajuan teknologi yang akan memunculkan
produk baru yang menarik bahwa perusahaan membutuhkan pabrik
dan mesin-mesin baru.
3. Demand forecast
Demand forecast adalah projeksi permintaan dari sebuah produk atau
servis dalam sebuah perusahaan. Ramalan ini dikatakan sebagai
peramalan penjualan, yang akan mengatur produksi, kapasitas, dan
sistem penjadwalan dan menjadi sebuah masukan untuk perencanaan
keuangan, penjualan, dan sumber daya manusia.
2.3.3 Forecasting Model
Menurut Render, JR, & Hanna (2012, hal. 174), forecasting models
dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:
1. Time – Series Models
Model time series mencoba untuk memprediksi masa depan dengan
menggunakan data historis. Model ini membuat asumsi bahwa apa
yang terjadi di masa depan adalah fungsi dari apa yang terjadi di masa
lalu. Dengan kata lain, model time series melihat apa yang terjadi
selama periode waktu tertentu dan menggunakan serangkaian data
masa lalu untuk membuat peramalan.
2. Causal Models
Causal models menggabungkan dengan variabel atau faktor-faktor
yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang diramalkan menjadi
model peramalan. Dengan demikian, causal model akan berusaha
untuk memasukkan faktor suhu, kelembaban, musim, hari dalam
seminggu, dan sebagainya. Causal models juga dapat mencakup data
penjualan masa lalu seperti yang dilakukan model time series, tetapi
mereka termasuk faktor lain juga
3. Qualitative Models
41
Model kualitatif mencoba untuk menggabungkan faktor subjektif ke
dalam model peramalan. Model kualitatif sangat berguna ketika
faktor-faktor subjektif diharapkan menjadi sangat penting atau ketika
data kuantitatif yang akurat sulit diperoleh.
2.3.4 Time Series Models
Render, JR, & Hanna (2012, hal. 180) menganalisa bahwa time series
berarti membagi data sebelumnya secara proposional ke dalam komponen,
dan kemudian memproyeksikannya ke masa depan. Time series didasarkan
pada urutan yang berjarak (mingguan, bulanan, kuartal, dan seterusnya).
Time series memiliki empat komponen:
1. Trend (T) adalah gerakan suatu data ke atas atau ke bawah secara
bertahap dari waktu ke waktu.
2. Seasonality (S) adalah pola fluktuasi permintaan di atas atau di bawah
garis tren yang berulang secara teratur.
3. Cycles (C) pola dalam data tahunan yang terjadi setiap beberapa tahun.
Mereka biasanya terikat ke dalam siklus bisnis.
4. Random variations (R) adalah data yang disebabkan oleh kebetulan
dan situasi yang tidak biasa; mereka mengikuti pola yang tidak jelas.
Model time-series ini memiliki tingkat, tren, faktor musiman, dan istilah
random error. Masing-masing istilah ini akan diperkirakan dari data masa lalu
untuk mengembangkan persamaan yang kemudian digunakan untuk meramalkan
permintaan di masa mendatang.
2.3.4.1 Naive Methods
Metode naive merupakan pendekatan yang sederhana dan banyak
digunakan. Dengan menggunakan satu nilai sebelumnya dari rangkaian waktu
sebagai dasar untuk perhitungan peramalan. Pendekatan naïve dapat
digunakan dengan rangkaian waktu yang stabil, dengan varian musiman, atau
dengan tren. Dengan rangkaian waktu yang stabil, data terakhir menjadi
peramalan untuk periode selanjutnya. Jadi apabila permintaan untuk produk
minggu lalu sebesar 20, maka peramalan untuk minggu depan sebanyak 20.
Dengan variasi musiman, peramalan pada musin ini sama dengan nilai dari
musim lalu. Untuk data dengan tren, peramalan sama dengan nilai terakir dari
41
42
rangakaian waktu ditambah atau dikurang dengan perbedaan antara dua nilai
terakhir dari rangkaian waktu tersebut. (Stevenson, 2009, hal. 79)
2.3.4.2 Single Exponential Smoothing
Exponential smoothing adalah metode peramalan yang mudah untuk
digunakan dan dapat diatur secara efisien dengan komputer. Ini merupakan
pengembangan dari metode moving averages. Dalam metode ini peramalan
dilakukan dengan mengulang perhitungan secara terus menerus dengan
menggunakan data terbaru. Setiap data diberi bobot, data yang lebih baru
diberi bobot yang lebih besar Heizer & Render (2011, hal. 184). Formula
umum exponential smoothing formula dapat dilihat sebagai berikut:
- Forecast Baru = forecast periode akhir +
(permintaan aktual periode
akhir – forecast periode akhir)
- dimana
adalah bobot (atau smoothing constant) yang memiliki nilai
antara 0 dan 1 dimana 0 dan 1 termasuk. Semakin mendekati 1 berarti
data terbaru lebih diperhatikan
Persamaan diatas dapat ditulis secara aritmatik seperti:
dimana
= smoothing constant
2.3.4.3 Exponential Smoothing with Trend
Dalam exponential smoothing with trend, dua smoothing constants,
dan
. Tingkat peramalan disesuaikan dengan mengalikan smoothing constant
pertama, , dengan forecast error yang paling sering terjadi dan ditambahkan ke
peramalan sebelumnya. Trend disesuaikan dengan mengalikan smoothing
constant kedua,
, dengan error yang paling seringan atau kelebihan jumlah
dalam trend. Semakin tinggi nilai maka semakin berat untuk observasi baru dan
sehingga bereaksi lebih cepat terhadap perubahan dalam pola.
Menurut Heizer & Render (2011, hal. 187), exponential smoothing with
trend (FITt) dihasilkan menggunakan tiga langkah:
Langkah 1. Hitung the smoothed forecast (Ft+1) untuk permintaan periode t
+ 1 menggunakan persamaan:
43
Smoothed forecast = forecast sebelumnya termasuk trend +
(error
terakhir)
Ft+1 = FITt +
(Yt – FITt)
Langkah 2. Update the trend (Tt+1) gunakan persamaannya.
Smoothed trend = Trend sebelumnya +
(Error atau kelebihan in
trend)
Tt+1 = Tt +
(Ft+1 – FITt)
Langkah 3. Hitung the trend-adjusted exponential smoothing forecast
(FITt+1)
Gunakan persamaan
Forecast termasuk trend (FITt+1) = Smoothed forecast (Ft+1) +
Smoothed
Trend (Tt+1)
FITt+1 = Ft+1 + Tt+1
where
Tt
=
smoothed trend untuk periode waktu t
Ft
=
smoothed forecast untuk periode waktu t
FITt
=
forecast including trend untuk periode waktu t
=
smoothing constant for forecast
=
smoothing constant for demand
2.3.4.4 Multiplicative Seasonal Method
Menurut Heizer & Render (2011, hal. 153) memahami variasi musiman
penting untuk perencanaan kapasitas dalam organisasi yang menangani beban
puncak. Musiman yang dinyatakan dalam jumlah yang nilai yang sebenarnya
berbeda dari nilai rata-rata dalam kurun waktu tertentu. Menganalisis data
dalam hal bulanan atau kuartalan biasanya membuat mudah bagi seorang ahli
statistik
untuk
menemukan
pola
musiman,
indeks
musiman
dapat
dikembangkan dengan menggunakan model musiman perkalian.
Faktor musiman atau indeks musiman yang digunakan untuk membuat
penyesuaian musiman permintaan rata-rata. Ini menunjukkan gerakan naik dan
turun dalam ramalan.
43
44
Berikut merupakan langkah-langkah dari metode multiplicative seasonal
(Heizer & Render, 2011, hal. 153-155):
1. Cari historis permintaan rata-rata setiap bulan dengan menjumlahkan
permintaan untuk bulan tersebut setiap tahunnya dan membaginya
dengan jumlah tahun dari data yang tersedia.
2. Hitunglah permintaan rata-rata semua bulan dengan membagi total
rata-rata tahunan permintaan dengan jumlah musim.
3. Hitunglah indeks musiman untuk setiap musim dengan membagi
permintaan historis aktual bulan itu (dari langkah 1) dengan
permintaan rata-rata semua bulan (dari langkah 2).
4. Perkiraan total permintaan tahun depan.
5. Bagilah perkiraan permintaan tahunan sebesar dengan jumlah bulan,
kemudian kalikan dengan indeks musiman untuk bulan itu. Ini
memberikan seasonal forecast.
2.3.4.5 Trend Projections
Menurut (Heizer & Render, 2011, hal. 152) metode Trend projections
digunakan dengan cara mencocokkan trend line ke sebuah series point-point
data historis dan kemudian memproyeksikannya ke garis peramalan jangka
semi-panjang sampai perkiraan jangka panjang. Secara matematis, dapat
dinyatakan di bawah ini:
Keterangan:
ȳ = menghitung jumlah variabel yang mau diprediksi (variable pembantu)
a = titik potong y
b = kemiringan garis regresi
x = variabel bebas
Ahli statistik mengembangkan persamaan yang bisa digunakan untuk
mendapatkan nilai dari a dan b dari garis regresi. Kedataran dari b didapatkan
dari:
45
Keterangan:
b = kemiringan garis regresi
x = nilai dari variabel bebas
y = nilai dari variabel pembantu
ȳ = rata-rata dari nilai y
X̄ = rata-rata dari nilai x
n = angka dari point data atau observasi
2.3.5 Forecast Errors
Menurut Heizer & Render (2011, hal. 184), satu cara untuk memantau
peramalan untuk memastikan bahwa peramalan tersebut berjalan dengan baik
adalah dengan menggunakan sinyal pelacak. Sebuah sinyal pelacakan adalah
pengukuran seberapa baik ramalan memprediksi nilai yang sebenarnya. Sebagai
perkiraan diperbarui setiap minggu, bulan, atau kuartal, data permintaan baru
tersedia dibandingkan dengan nilai-nilai perkiraan. Sinyal pelacakan positif
menunjukkan bahwa permintaan lebih besar dari peramalan. Sinyal negatif
berarti bahwa permintaan kurang dari peramalan. Sebuah sinyal pelacak yang
baik, yaitu rendahnya kesalahan kumulatif, memiliki error positif karena
memiliki kesalahan negatif. Dengan kata lain, penyimpanan kecil baik-baik
saja, tapi kesalahan positif dan negatif harus seimbang satu sama lain sehingga
pusat sinyal pelacak erat di sekitar nol.
Forecast error adalah perbedaan antara data aktual atau nyata dan data
prediksi. Ketika perbedaan dari setiap metode ramalan telah diketahui, salah
satu metode yang memiliki hasil lebih dekat dengan data yang sebenarnya akan
dipilih. Schroeder (2007, hal. 225) menyatakan bahwa estimasi error dapat
digunakan untuk beberapa tujuan:
1. Untuk memantau pengamatan permintaan tidak menentu atau outlier,
yang harus dievaluasi secara cermat dan mungkin ditolak dari data.
2. Untuk menentukan kapan metode peramalan tidak lagi melacak
permintaan yang sebenarnya dan perlu untuk diatur ulang.
3. Untuk menentukan nilai parameter yang menyediakan ramalan dengan
sedikit error.
45
46
4. Untuk mengatur safety stocks atau safety capacity dan dengan
demikian memastikan tingkat perlindungan yang diinginkan terhadap
kehabisan stock (stockout).
The tracking signal dihitung dengan penjumlahan forecast error (RSFE)
dibagi dengan mean absolute deviation:
MAD dapat digunakan untuk menentukan standar deviasi dari komponen
acak dengan asumsi bahwa komponen acak tersebut berdistribusi normal.
MSE dapat dikatakan sebagai ukuran dari keseluruhan forecast error. MSE
baik digunakan untuk membandingkan metode peramalan – peramalan jika
biaya dari error yang besar lebih besar dari penerimaan dari peramalan yang
sangat akurat.
MAPE adalah pengukurang yang baik untuk forecasts error ketika
peramalan yang pokok memiliki permintaan musiman yang signifikan dan
permintaan yang banyak bervariasi dari suatu period ke periode selanjutnya.
Akurasi model forecasting dapat ditentukan dengan mengambil rata-rata
kesalahan mutlak sebagai presentasi dari nilai-nilai yang diamati
2.4
Safety Stock
Safety stock adalah sebuah backup persediaan yang dapat disimpan untuk
mengantisipasi jumlah permintaan yang tidak stabil. Menurut Taylor, 2005 (hal.
364), safety stock adalah sebuah stok yang disimpan untuk mengantisipasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan. Safety stock ini disimpan
untuk memenuhi permintaan yang musiman. Sedangkan menurut Thomopoulos
(2006, hal. 1), safety stock adalah sebuah stok untuk memenuhi yang tidak
47
dapat diperkirakan, dimana berhubungan dengan estimasi permintaan. Yang
tidak dapat diprediksi adalah sebuah pengukuran dari kendala ramalan.
Safety stock dihitung berdasarkan Mean Absolute Deviations (MAD)
dengan melihat pada tingkat servis yang yang diinginkan. Jika konsumen selalu
menerima order mereka, maka tingkat servisnya adalah 100%, dimana semakin
besar tingkat servis, semakin besar juga safety stocknya. Berikut ini persamaan
yang digunakan dalam perhitungan safety stock dengan tingkat servis tabel dan
pengali k sebagai faktor penyesuaian.
Tabel 0.1 k Factors Multipliers Conversion
Tingkat Servis
k (MAD)
k (sigma)
50.00
0.00
0.00
75.00
0.84
0.67
80.00
1.05
0.84
85.00
1.30
1.04
90.00
1.60
1.28
95.00
2.06
1.65
96.00
2.19
1.75
97.00
2.35
1.88
98.00
2.56
2.05
99.00
2.91
2.33
99.50
3.20
2.57
99.90
3.85
3.09
99.99
5.00
4.00
100.00
Infinite
Infinite
2.4.1 Material Requirements Planning (MRP)
Sebuah teknik permintaan terkait yang menggunakan bill of material,
persedian, permintaan yang diperkirakan, dan master production schedulue untuk
menentukan kebutuhan material (Heizer & Render, 2011, hal. 578). Untuk dapat
menggunakan MRP secara efektif, perlu mengetahui beberapa hal sebagai
berikut:
47
48
1. Master production schedule (apa yang harus dibuat dan kapan)
2. Spesifikasi atau bill of material (material dan bagian-bagian yang dibutuhkan
untuk membuar suatu produk)
3. Tersedianya persediaan (apa yang ada dipersediaan)
4. Pembelian pemesanan (apa yang dipesan, juga disebut penerimaan yang
diharapkan)
5. Lead times (berapa lama dibutuhkan untuk mendapat berbagai komponen)
Tujuan dari MRP adalah untuk mengendalikan tingkat persediaan,
menempatkan prioritas persediaan untuk item dan rencana kapasitas untuk
memuat sistem produksi. Tujuannya untuk meningkatkan customer service,
meminimalisir penggunaan persediaan, dan memaksimalkan efesiensi operasi
produksi (Heizer & Render, 2011, hal. 578).
Struktur MRP:
1. Permintaan Produk
2. Master production schedule
3. Bill of Materials
4. Melakukan perhitungan MRP
Hasil dari MRP adalah pemesanan atau perencanaan produksi yang dibuat
berdasarkan lead time. Hasil MRP dapat didefinisikan sebagai pengendalian
persediaan dan jadwal produksi.
Tabel 0.2 MRP Format
Part No:
BOM UOM:
Lead Time:
Safety Stock:
Period
Gross
Requirement
Scheduled
Receipts
PAB 1
Net
Requirement
Planned Order
Receipts
Past Due
1
Description:
On Hand:
Order Policy:
Lot Size:
2
3
4
49
Planned Order
Release
PAB 2
Penjelasan untuk tabel MRP di atas:
1. Part No: menjelaskan kode komponen atau material yang nantinya
dikembangkan
2. BOM UOM: menjelaskan komponen atau pengukuran material
3. Lead time: menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk keluar atau
menciptakan komponen
4. Safety stock: menjelaskan material cadangan yang harus digunakan
untuk mengantisipasi kebutuhan di masa akan datang
5. Description: mejelaskan deskripsi material secara umum
6. On hand: menjelaskan jumlah material yang ada pada periode terakhir
7. Gross Requirements: total permintaan yang diharapkan untuk item
atau bahan baku selama setiap periodenya tanpa memperhitungkan
jumlah material yang ada pad akhir periode.
8. Scheduled Receipts: Pemesanan yang telah ditetapkan dan dijadwalkan
untuk sampai pada vendor atau mana saja dalam pendistribusian dari
awal periode.
9. Net Requirements: Jumlah aktual yang dibutuhkan untuk setiap
periodenya.
Net Requirements = Gross Requirements – Available inventory
Available inventory = Projected Available Balance – Safety stock –
Alokasi Inventry untuk item lainnya.
10. Planned Order Release: menjelaskan kapan pemesanan harus di
jalankan, demikian komponen akan tersedia ketika dibutuhkan
11. Projected Available Balance (PAB 2): menjelaskan kuantitas dari
material uang ada pada akhir periode
PAB 2 = (PAB 2)t-1 + (Scheduled Receipt)t – (Gross Requirement)t +
(Planned Order Receipt)t
49
50
2.4.1.1 Master Production Schedule (MPS)
Heizer & Render (2011, hal. 578) menjelaskan Master Production
Schedule (MPS) merupakan spesifikasi apa yang harus dibuat dan kapan.
Master production schedule menjelaskan apa yang dibutuhkan untuk memenuhi
permintaan dan memenuhi perencanaan produksi.
Tabel 0.3 Format MPS
Item No:
Description:
Lead Time:
Safety Stock:
On Hand:
Demand Time Fences:
Lot Size:
Planning Time Fences:
Period
Past
Due
1
2
3
4
Forecast
Customer Order
Project Available
Balance
Master Scheduled
Available To Promise
Penjelasan untuk tabel MPS di atas:
1. Lead Time
Waktu dimana pertama kali memesan yang dibutuhkan dan
menerimanya.
2. On Hand
Posisi dari persediaan awal yang secara fisik tersedia di stok yang
merupakan kuantitas item yang terdapat di persediaan stok.
3. Lot Size
Jumlah item yang biasa dipesan oleh pabrik/distributor.
4. Safety Stock
Stok tambahan untuk item yang direncanakan untuk persediaan stok
jaga-jaga untuk menanggulangi fluktuasi peramalan penjualan,
51
pemesanan konsumen dalam waktu singkat, kebijakan manajemen
berhubungan dengan stabilisasi sistem perusahaan.
5. Demand Time (DTF)
Periode berikutnya dari penjadwalan produksi dimana pada periode
ini, tidak diperbolehkan untuk mengubah MPS karena itu akan
membuat biaya yang besar sebagai hasil dari ketidaksesuaian jadwal.
6. Planning Time Fences (PTF)
Periode selanjutnya dari MPS dimana terdapat evaluasi MPS untuk
mengatasi ketidaksesuaian jadwal yang dapat menyebabkan biaya
tambahan.
7. Time Periods for Display
Jumlah periode waktu yang ditunjukkan dalam format MPS
8. Sales Plan (Sales Forecast)
Perencanaan penjualan dan peramalan penjualan untuk item yang
terjadwal
9. Customer Order
Pesanan yang telah di setujui dan pasti
10. Projected Available Balances (PAB)
Projeksi persediaan awal dari waktu ke waktu dalam lingkup MPS
yang menunjukkan status persediaan yang memprojeksikan pada akhir
setiap periode MPS.
Untuk periode pertama:
PABt≤DTF = PABt-1 + MSt - COt
Untuk periode kedua:
PABt>DTF = PABt-1 + MSt – Max (COt ,Ft)
11. Available To Promise (ATP)
Informasi yang digunakan bagian penjualan untuk memberikan
jawaban pasti untuk pertanyaan tentang “kapan akan kamu kirim item
yang dipesan?”. Nilai ATP memberikan informasi kepada bagian
penjualan mengenai item atau produk yang telah dijadwalkan agar bisa
di kirim.
ATP = ATPt-1 +MSt - CO
12. Master Schedule
51
52
Mengantisipasi penjadwalan produksi untuk item tertentu.
Untuk periode awal:
MS = │PABt-1 - COt│ + SS
Untuk periode kedua:
MS = │PABt-1 – (Max COt ,Ft)│+ SS
2.4.1.2 Bill of Materials (BOM)
Menurut Heizer & Render (2011, hal. 580), Bill of Material (BOM) adalah
sebuah daftar dari komponen, deskripsinya, dan kuantitas untuk setiap bahan
baku untuk membuat suatu unit produk. BOM dibagi menjadi 3 komponen:
1. Modular Bills
Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan
merupakan produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen
yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk. Modulmodul ini mungkin merupakan komponen inti dari suatu produk akhir
atau pilihan produk. Bill Of Material untuk modul-modul tersebut
disebut modular bill.
2. Planning Bills and Phantom Bills
Planning bills diciptakan agar dapat menugaskan induk buatan kepada
bill of materialnya. Planngin bills mungking juga dikenal sebagai
pseudo bills atau angka peralatan. Phantoms bills of material adalah
bill of material untuk komponen, biasanya sub-sub perakitan yang
hanya ada sementara waktu. Bill ini langsung bergerak ke perakitan
lainnya. Sehinnga bill ini diberi kode agar diperlukan secara khusus,
lead timenya nol dan ditangani sebagai bahan integral dari bahan
induknya. Phantom bill tidak pernah dimasukan kedalam persediaan.
3. Low-level Coding
Sebuah angka yang menjelaskan item – item pada tingkatan yang
terendah yang seharusnya terjadi jika terdapat suatu item dari
bermacam tingkatan.
A
B(2)
C(3)
53
Gambar 0.2 Bill of Materials (Pohon Struktur Produk)
(Sumber: Jacobs dan Chase, 2006)
53
54
2.5
Kerangka Pemikiran
Berikut merupakan kerangka pemikiran proses penyusunan penelitian
ini:
55
Gambar 0.3 Kerangka Pemikiran
Penjelasan kerangka pemikiran:
PT. Warnaprima Kimiatama terdapat 3 produk unggulan yaitu Thinner
HG WP 500, Thinner HG WPS 650, dan Thinner SZ-04. Dari ketiga produk
tersebut dilakukan peramalan permintaan untuk masing – masing produk dengan
tiga metode yaitu metode Naive, metode Single Exponential Smoothing, dan
metode Multiplicative Seasonal. Setelah melakukan peramalan tiap produk
dengan 3 metode peramalan tersebut maka dapat dibandingkan hasil peramalan
tersebut dari 3 metode peramalan dengan melihat nilai MSE yang terkecil dari
masing – masing metode peramalan tersebut sehingga dapat diketahui metode
peramalan yang paling efektif untuk dipakai pada perhitungan selanjutnya.
Setelah menentukan peramalan permintaan yang efektif selanjutnya dilakukan
perhitungan safety stock dengan metode tingkat servis sehingga diketahui safety
stock usulan lalu dibandingkan dengan safety stock perusahaan manakah yang
lebih rendah maka dapat dilakukan penghematan safety stock untuk mengurangi
biaya – biaya yang mungkin muncul. Untuk menyusun sistem Material
Requirement Planning (MRP) pada PT. Warnaprima Kimiatama dibutuhkan
sejumlah data atau daftar kebutuhan bahan baku (Bill of Material) yang
didapatkan dari data perusahaan, safety stock dan ramalan penerimaan dari hasil
perhitungan sebelumnya serta melakukan perhitungan terhadap data sebelumnya
seperti gross requirement, safety stock, peramalan permintaan untuk
mendapatkan jadwal produksi induk (Master Production Schedule). Setelah itu
baru dapat dilakukan perhitungan MRP masin – masing bahan baku untuk
menentukan persediaan kebutuhan dan pemesanan bahan baku yang optimal.
Setelah diketahui hasil perhitungan metode MRP, barulah hasilnya perhitungan
MRP dapat disarankan kepada PT. Warnaprima Kimiatama agar memiliki
perhitungan persediaan kebutuhan bahan baku dan pemesan bahan baku yang
benar.
55
56
57
57
Download