BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Supply Chain Management (SCM) 2.1.1 Pengertian Supply Chain Definisi supply chain menurut James (2012, hal. 195) adalah suatu nilai yang dimasukan kedalam suatu produk dari mengirimkan produk tersebut dari satu tempat menuju tempat lainnya, produk tersebut dapat diubah selama pada tahap memproses. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Bridgefield Group (2006) mendefinisikan Supply Chain sebagai sebuah seperangkat koneksi dari sumber-sumber dan proses-proses yang dimulai dengan mencari bahan baku dan meluas hingga pengiriman barang jadi kepada konsumen akhir. Pienaar (2009, hal. 438) mendefinisikan Supply Chain sebagai sebuah deskripsi umum dari integrasi proses yang mengevolusi organisasi untuk merubah bahan baku menjadi barang jadi dan mengirimkannya kepada konsumen akhir mereka. Lu (2011, hal. 9) mendefinisikan Supply Chain adalah sebuah kelompok dari paritsipasi perusahaan yang saling terkait yang menambahkan nilai pada aliran dari perubahan input dari sumber asal mereka ke produk akhir atau jasa yang dituntut dari konsumen akhir yang dituju. Supply Chain di bentuk dan hanya dapat dibentuk apabila adanya lebih dari satu perusahaan yang berpartisipasi. Dari definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Supply Chain adalah suatu kelompok atau rantai pasokan yang saling membentuk dari perubahan input dan mengirimkan produk hingga ke konsumen akhir yang dituju. Dr. Dawei Lu mengungkapkan adanya 4 dasar aliran dalam Supply Chain, yaitu: 11 12 1) Material Flow Yaitu semua pabrik memiliki rantai pasokan dari bahan baku sebagai awal dari rantai pasokan untuk menjadi barang jadi pada akhir dari rantai pasokan. 2) Information Flow Yaitu semua rantai pasokan memiliki dan menggunakan aliran informasi. Meskipun pada rantai pasokan terdapat banyak aliran informasi seperti informasi mengenai permintaan, informasi mengenai peramalan, informasi mengenai produksi, dan penjadwalan serta design. 3) Finance Flow Yaitu semua rantai pasokan memiliki aliran keuangan. Dan sudah secara umum, bahwa aliran uang seperti aliran darah dalam sebuah rantai pasokan. Tanpa aliran keuangan sudah pasti rantai pasokan tidak akan berjalan. 4) Commercial Flow Yaitu bahwa aliran material yang melewati rantai pasokan dapat berupa kepemilikannya dari satu perusahaan ke perusahaan lain, dari supplier kepada pembeli. Dimana, transaksi aliran komersial ini hanya akan dapat diambil dari rantai pasokan apabila terdapat lebih dari satu perusahaan. 2.1.2 Pengertian Supply Chain Management (SCM) Supply Chain Management (SCM) menurut Mary Summer, 2005, hal. 132) adalah sebuah perencanaan dan pengendalian dari aliran barang dan jasa, informasi, dan uang hingga pada rantai pasokan dari perolehan bahan baku hingga produk akhir terdapat pada tangan konsumen. Supply Chain management adalah bertujuan dalam memeriksa dan mengelola jaringan rantai pasokan. Secara rasional konsep ini merupakan sebuah kesempatan / alternative untuk menghemat biaya dan layanan konsumen yang lebih baik. Tujuan yang terpenting adalah untuk meningkatkan daya kompetitif perusahaan dalam pasar global terlepas dari persaingan yang ketat dan dengan cepat mengubah kebutuhan 13 konsumen (John J Coyle, C. John Langley Jr, Robert A. Novack, dan Brian J. Gibson, 2008 hal. 20) Menurut Ross (2015, hal. 5) Supply Chain Management adalah menghasilkan sumber yang berbagai macam dari nilai pelanggan melalui penciptaan kolaboratif partner yang memanfaatkan sumber daya, kemampuan, dan kompetensi anggota yang termasuk dalam meningkatkan keuntungan kompetitif dari semua sistem yang saling berhubungan. Hartmut, Christoph, & Herbert (2015, hal. 5) menjelaskan Supply Chain Management sebagai suatu tugas dari unit organisasi yang terintegrasi berhubungan dengan rantai pasokan dan koordinasi material, informasi dan alur keuangan bertujuan untuk memenuhi permintaan konsummen dengan maksud untuk meningkatkan nilai kompetitif dari secara keseluruhan rantai pasokan. Menurut Heizer & Render (2011, hal. 452) Supply Chain Management, merupakan integrasi aktivitas untuk mendapatkan material dan servis, mengubahnya menjadi barang setengah jadi dan barang jadi , dan mengirimkannya kepada konsumen. Aktivitas ini termasuk juga aktivitas pembelian, aktivitas outsourching yang ditambah dengan fungsi lain yang penting untuk hubungan antara supplier dan distributor. Dari uraian-uraian diatas dapat dijelaskan bahwa Supply Chain Management adalah sebuah kegiatan pengeloaan informasi pada barang maupun jasa yang dimulai dari awal bahan baku masuk dari penyetok lalu proses produksi menciptakan suatu produk hingga produk tersebut didistribusikan ke berbagai kalangan konsumen akhir dengan adanya kerjasama antar pihak yang saling berkontribusi untuk memperoleh sebuah keunggulan kompetitif baik pada biaya maupun kualitas dari barang yang akan diberikan pada konsumen akhir. 2.1.3 Elemen Supply Chain Management (SCM) Menurut Bhatnagar (2009, hal. 17-19) Dalam supply chain ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama dan fungsi yang berbeda-beda, yaitu: 13 14 1. Supplier Supplier adalah seseorang/perusahaan yang secara kontinu menjual barang kepada kita. Biasanya barang tersebut bukanlah untuk dijual lagi, tapi lebih kepada pendukung kegiatan usaha. 2. Manufactures Manufactures adalah organisasi yang membuat produk. Meliputi perusahaan yang memproduksi bahan baku dan perusahaan yang memproduksi barang jadi. 3. Distribution Distributor adalah perusahaan yang mengambil persediaan dalam jumlah besar dari produsen dan mengirimkan pengabungan lini produk yang berhubungan kepada konsumen. Distributor biasanya dikenal dengan Wholesalers yang biasanya menjual produk yang diambil kepada pebisnis lain dengan kuantitas yang bersar daripada konsumen individual yang biasa membeli 4. Retail Outlet Retailer adalah perusahaan yang menyimpan persediaan dalam jumlah kecil untuk masyarakat umum. Perusahaan ini, juga melacak mengenai keinginan dan permintaan dari konsumen sebelum akan menjual produkproduknya. retailer juga biasanya mengunakan kombinasi dari harga, produk tertentu, jasa dan kepuasan sebagai alat utama untuk menarik konsumen. 5. Customers Konsumen adalah kelompok yang membeli dan menggunakan produk. Konsumen terbagi atas 2 jenis yaitu yang membeli produk dengan tujuan untuk menggabungkan produk tersebut dengan produk lain yang akan mereka jual kembali kepada konsumen lain. atau konsumen yang merupakan pengguna akhir dari produk yang membeli produk untuk dikonsumsi. 2.1.3.1 Chain 1 : Supplier Jaringan bermula dari sini, yang merupakan sumber yang menyediakan bahan pertama, dimana rantai penyaluran baru akan mulai. Bahan pertama ini bisa dalam bentuk bahan baku, bahan 15 mentah, bahan penolong, bahan dagangan, suku cadang dan lainlain. 2.1.3.2 Chain 1-2-3 : Supplier-Manufactures-Distribution Barang yang sudah dihasilkan oleh manufactures sudah mulai harus disalurkan kepada pelanggan. Walaupun sudah tersedia banyak cara untuk menyalurkan barang kepada pelanggan, yang umum adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar supply chain. 2.1.3.3 Chain 1-2-3-4 : Supplier-Manufactures-Distribution-Retail Outlet Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau dapat juga menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menyimpan barang sebelum disalurkan lagi ke pihak pengecer. Disini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam bentuk jumlah inventoris dan biaya gudang dengan cara melakukan desain kembali pola pengiriman barang baik dari gudang manufacture maupun ke toko pengecer. 2.1.3.4 Chain 1-2-3-4-5 : Supplier-Manufactures-Distribution-Retail OutletCustomer Para pengecer atau retailer menawarkan barang langsung kepada para pelanggan atau pembeli atau pengguna barang langsung. Yang termasuk retail outlet adalah toko kelontong, supermarket, warung-warung, dan lain-lain. 2.1.4 Komponen Dasar Supply Chain Management (SCM) Menurut Bhatnagar (2009, hal. 15) terdapat 5 komponen dasar untuk mendukung jalannya Supply Chain Management yaitu: 1. Plan Merupakan bagian strategi dari Supply Chain Management untuk memonitor rantai pasokan sehingga menjadi efisien, pengurangan pada biaya dan menyampaikan kualitas tinggi dan nilai kepada konsumen dengan cara paling efisien 2. Source 15 16 Mengembangkan pengaturan pada harga, proses pembayaran pengiriman dengan pemasok untuk memonitor dan meningkatkan hubungan 3. Make meliputi pembuatan penjadwalan untuk aktifitas yang diperlukan dalam produksi, pencobaan, pengepakan dan persipan untuk pengiriman 4. Deliver meliputi koordinasi pemesanan dari konsumen, mengembangkan jaringan penyimpanan, memilih operator untuk mendapatkan produk ke konsumen dan sistem faktur untuk menerima pembayaran 5. Return / reverse Flow Mengacu pada membalikkan aliran barang dari konsumen ke pabrik dan meliputi pembuatan jaringan untuk menerima Kecacatan dan kelebihan pengembalian produk dari konsumen dan mendukung konsumen yang memiliki permaslahan dengan pengiriman barang. 2.1.5 Strategi-strategi dalam Supply Chain Management Menurut Schroeder (2007, hal. 31) strategi supply chain merupakan pengembangan dari strategi operasi yang tidak hanya mempertimbangkan perusahaan tetapi juga strategi supply chain yang dimiliki oleh partner itu sendiri. Strategi supply chain harus berfokus pada keunggulan kompetitif yang berkelanjutan untuk keseluruhan perusahaan. Dalam strategi supply chain dikenal konsep-konsep untuk menganalisa supply chain dari suatu strategi untuk menciptakan keunggulan bersaing di antaranya: 1) Value Chain Menurut Michael Porter Shapiro, 2007 (hal. 13-14) value chain adalah proses di mana perusahaan menentukan biaya-biaya yang terkait dengan aktifitas organisasional dari pembelian raw material, manufaktur sampai pada marketing produk tersebut. Value Chain bertujuan untuk mengidentifikasikan di mana keuntungan biaya yang rendah atau kerugian yang timbul kapan pun sepanjang value chain dari raw material sampai pada aktifitas customer service. Pada bagian aktivitas pendukung terdiri dari 7 tipe aktivitas value 17 chain dan pada aktivitas utama terdiri dari 6 aktivitas value chain. Aktivitas pendukung maupun aktivitas utama harus selalu berjalan secara bersamaan karena keduanya sangat krusial untuk mencapai value added atau bisa juga disebut margin. Aktivitas pendukung menjadi lebih besar porsinya karena tanpa aktivitas pendukung aktivitas utama (core) tidak akan berjalan dengan semestinya. Akan tetapi, orang selalu lebih intensif pada aktivitas utama karena berkaitan dengan internal perusahaan. Sehingga kedua aktivitas tersebut penting untuk dikelola secara seimbang agar dapat mencapai tujuan perusahaan. 2) CPFR Model (Collaborative Planning, Forecasting, and Replenishment) Menurut Turban & Volonino (2010, hal. 373) CPFR adalah model pelaksanaan bisnis di mana supplier dan retailer berkolaborasi dalam perencanaan dan ramalan permintaan yang bertujuan untuk memastikan anggota-anggota supply chain mendapat jumlah yang benar pada raw material, barang jadi pada saat mereka butuhkan. Kolaboratif planning dibagikan dalam 4 area utama, yaitu: a. Strategi dan untuk perencanaan kolaborasi pada supply dan level persediaan. b. Peramalan permintaan dan me-manage supplier dan persediaan. c. Pelaksanaan dan analisa hasil. d. Penyesuaian pada strategi yang diinginkan. Sebuah perusahaan dalam mencukupi dan membeli kebutuhan akan produk-produk penjualannya harus memutuskan Strategi rantai pasokannya. Menurut Heizer & Render (2011, hal. 471-473) terdapat 6 strategi pembelian di dalam Supply Chain Management, yaitu: 1. Many Suppliers (banyak pemasok) Memainkan antara pemasok satu dengan yang lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Dalam strategi ini, meskipun banyak pendekatan negosiasi yang digunakan, hubungan jangka panjang bukan merupakan tujuan. 17 18 Strategi ini lebih membebankan pada tanggung jawab para pemasok agar mempertahankan teknologi, keahlian dan kemampuan ramalam yang diperlukan ditambah dengan biaya, kualitas dan kemampuan pengiriman. 2. Few Suppliers (beberapa pemasok) Bertujuan untuk membentuk sebuah hubungan jangka panjang dengan pemasok yang berkomitmen. Karena pemasok jangka panjang pasti akan cenderung lebih memahami saran-saran luas dari perusahaan dan konsumen akhir. Penggunaan hanya beberapa pemasok dapat menciptakan nilai dengan memungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan kurva yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah. Dalam strategi ini, faktor yang terpenting adalah kepercayaan yang ditimbulkan dari budaya perusahaan yang serasi. 3. Vertical Intergration (Integrasi Vertikal) Stratrategi vertical integration diartikan bahwa pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributornya tersebut. Dalam integrasi vertikal ini juga terdapat 2 bentuk intergrasinya yaitu: • Integrasi ke belakang Intergrasi ke belakang mengusulkan bahwa perusahaan membeli para pemasoknya. • Integrasi ke depan Integrasi ke depan mengusulkan bahwa perusahaan membuat barang jadi. 4. Keiretsu Network ( jaringan keiretsu) Perusahaan membuat sebuah hubungan jangka panjang dengan mendukung pemasok secara finansial melalui kepemilikan atau pinjaman. Oleh sebab itu, pemasok yang dimiliki perusahaan diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan kelahlian teknis dan mutu produksi yang stabil kepada perusahaan. 5. Virtual Companies (perusahaan virtual) 19 Perusahaan mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Dan dalam perusahaan maya ini batasan organisasinya tidak tetap dan bergerak sehingga dengan adanya hubungan ini dapat memberikan berbagai pelayanan jasa meliputi pembayaran gaji, pengangkatan pegawai, perancangan produk atau pendistribusian produk. 6. Joint Ventures (Perusahaan Patungan) Perusahaan melakukan penggabungan untuk menambahkan kemampuan dan keterampilan dalam bidang teknologi ataupun strategi perusahaan patungan dilakukan untuk menjaga persediaan atau mengurangi biaya. Contohnya seperti perusahaan Daimler dan BMW yang melakukan strategi ini dengan tujuan untuk meningkatkan dan mempuan standar dari komponan otomotif. 2.1.6 Hubungan Supply Chain dengan performa bisnis Menurut Shah (2009, hal. 37) ada beberapa dampak yang penerapan Supply Chain Management yang dapat berpengaruh pada Biaya dan keuntungan perusahaan, antara lain: • Cost Reduction yang dicapai dengan: Pengurangan persediaan Pengurangan biaya logistik Pengurangan biaya material langsung Pengurangan biaya material tidak langsung • Meningkatkan pendapatan dan profitabilitas dengan: Menjual produk dengan margin yang lebih tinggi Mendapatkan pangsa pasar yang lebih tinggi Mengurangi Back Order dan Lost Sales Mengurangi waktu pengiriman ke pasar • Meningkatkan efisiensi operasional dengan: Mengurangi biaya pembelian Meningkatkan pemanfaatan asset Menunda pengeluaran modal Mengurangi piutang dagang 19 20 2.1.7 Penggerak Supply Chain Management Menurut Bhatnagar (2009, hal. 10-14), setiap perusahaan pastinya harus mengambil keputusan untuk penggerak penggerak Supply Chain mereka berdasarkan pada 5 area, yaitu: 1. Production Area ini merupakan aktifitas yang menyangkut kreasi untuk membuat rencana produksi yang termasuk perhitungan kapasitas pabrik, Keseimbangan pada beban pekerjaan, kontrol kualitas dan pemeliharaan peralatan. Produksi mengacu pada kapasitas dari rantai pasokan yang akan dibuat dan dijual. Fasilitas dari produksi adalah Factories (pabrik) dan Warehouse (gudang). Dan Fasilitas dimana sebagian atau hampir seluruh kapasitas yang digunakan tidak mencukupi untuk merespon apabila adanya peningkatan pada permintaan. Pabrik dapat dibuat untuk mengakomodasi satu dari 2 pendekatan untuk produksi, yaitu: • Product Focus Pabrik yang membuat produk yang berfokus pada operasi yang berbeda uang diperlukan untuk membuat produk line yang biasa dari Pembuatan bagian produk yang berbeda untuk pemasangan produk tersebut • Functional Focus Pendekatan fungsional berkonsentrasi pada produksi hanya pada beberapa operasi seperti hanya membuat beberapa bagian dari produk atau hanya melakukan pemasangan. Fungsi tersebut dapat digunakan untuk membuat banyak jenis yang berbeda dari produk. Dan seperti Pabrik, gudang dapat dibuat untuk mengakomodasi pendekatan berbeda. Dan terdapat 3 pendekatan yang digunakan dalam gudang, yaitu: • Stock Keeping Unit (SKU) Storage 21 pada pendekatan tradisional ini, semua dari tipe produk yang biasa tersimpan bersamaan. Ini merupakan cara penyimpanan produk yang efisien dan mudah untuk dimengerti. • Job Lot Storage Pada pendekatan ini, semua produk berbeda yang berhubungan pada kebutuhan dari tipe konsumen tertentu atau berhubungan dengan kebutuhan dari pekerjaan tertentu disimpan secara bersamaan. Sehingga membuat pemilihan dan pengepakan dapat menjadi lebih efisien akan tetapi umumnya membutuhkan ruang yang lebih besar dibandingkan dengan pendekatan menggunakan SKU • Cross Docking Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pada rantai pasokan. Dengan pendekatan ini, produk tidak secara nyata disimpan pada fasilitas perusahaan. melainkan fasilitas gudang perusahaan digunakan dimana hanya untuk memproses truck dari pemasok dan membongkar kuantitas yang besar dari produk berbeda. Sehingga, dengan menggunakan pendekatan ini tidak diperlukan tempat yang luas dan barang-barang hanya diletakkan diatas palet. 2. Inventory Tujuan utama dari area ini adalah untuk bertindak sebagai penyangga terhadap ketidakpastian dalam rantai pasokan. Meskipun, menyimpan persediaan dapat menjadi mahal, jadi harus ditentukan Level persediaan yang optimal dan jumlah pemesanan kembali. Terdapat 3 keputusan pokok untuk dibuat mengenai penciptaan dan penyimpanan persediaan, yaitu: • Cycle Inventory Merupakan jumlah persediaan yang dibutuhkan untuk mencukupi permintaan produk pada periode pembelian dari produk. Perusahaan cenderung untuk memproduksi dan membeli dalam jumlah yang banyak dengan tujuan untuk mencapai keuntungan pada biaya yang dikeluarkan. 21 Karena manager harus 22 memperhitungkan Carrying Cost dan Ordering Cost yang dikeluarkan berdasarkan jumlah pemesanannya • Safety Inventory Persediaan ini dibuat untuk menyangga terhadap ketidakpastian. Apabila peramalam permintaan dapat dilakukan dengan akurat maka persediaan yang dibutuhkan hanyalah Cycle Inventory. akan tetapi karena peramalan memiliki presentase dari ketidakpastian maka Pendekatan ini digunakan untuk menutupi ketidakpastian tersebut agar dapat mencukupi permintaan yang terjadi. Dengan pendekatan ini lebih memberikan biaya lebih pada persediaan daripada kerugian dari penjualan karena ketidakcukupan persediaan. • Seasonal Inventory Persediaan ini dibuat untuk mengantisipasi peningkatan dari permintaan yang dapat diprediksi yang terjadi beberapa kali dalam setahun.Dan dalam pendekatan ini perusahaan harus mengorbankan antara biaya untuk menyimpan persediaan musiman dan biaya untuk memilki kemampuan untuk produksi yang flexibel. Contohnya: seperti pada saat hari raya pastinya permintaan akan produk minuman akan meningkat. Sehingga, biasanya perusahaan harus mengambil keputusan antara membuat produksi dan persediaan sebelum terjadinya lonjakan pada permintaan atau membuat perluasan pada pabrik agar dapat memenuhi lonjakan permintaan tersebut. 3. Location Pada area ini, harus ditentukan dimana tempat untuk produksi dan penyimpanan persediaan harus diletakkan dan juga dimana lokasi untuk produksi dan penyimpanan persediaan yang dapat membuat biaya yang paling effisien. Dan pada area ini lebih mengacu pada pengaturan geografi dari fasilitas rantai pasokan. Dan dalam pengambilan keputusan manager harus mengambil pilihan antara menjadi responsif atau melakukan pengorbanan (Trade-off), dimana keputusan yang dibuat apakah memusatkan aktifitas pada sedikit 23 lokasi untuk mencapai skala ekonomi dan efisiensi, atau untuk mendesentralisasikan aktifitas ke beberapa lokasi untuk konsumen dan pemasok dengan tujuan agar operasi menjadi lebih responsif. 4. Transportation Pada area ini, perusahaan melakukan pertimbangan untuk pergerakan rantai pasokan. Karena mengacu pada semua pergerakan dari bahan baku hingga barang jadi. Model transportasi yang cepat seperti pesawat sangat responsive tetapi biayanya lebih besar. Mode yang lambat seperti kapal dan kereta api lebih efisien pada biaya tapi tidak responsive. sehinggan pengambilan keputusan pada area ini sangatlah penting. Dan terdapat 6 cara umum dalam transportasi yang dapat dipilih oleh perusahaan, yaitu: • Ship Kapal memilik efisiensi pada biaya yang besar. tetapi juga merupakan cara yang paling lambat dalam pengiriman. Dan juga adanya keterbatasan pada pada penggunaan antara lokasi dan fasilitas seperti pelabuhan • Rail Kereta api juga memiliki efisien pada biaya. akan tetapi juga lambat. Dan juga cara ini juga dibatasi pada lokasi yang menyediakan rel kereta api • Pipeline Pipa saluran dapat menjadi efisien tapi hanya terbatas pada komoditas yang cair seperti air, minyak dan gas alam • Truck Truk pada umumnya relatif lebih cepat dan cara transportasi yang flexibel. Karena dapat pergi hampir kemana saja. Akan tetapi biayanya berubah-ubah tergantung pada harga dari Bahan bakar dan juga variasi dari kondisi jalan • Airplanes Pesawat merupakan model transportasi yang cepat dan juga sangat responsif. Dan juga merupakan cara yang paling mahal 23 24 dalam pengiriman barang dan juga dibatasi pada ketersediaan fasilitas bandara • Elcectronic Transport Merupakan model transportasi yang paling cepat, fleksibel dan sangat efisiens pada biaya. akan tetapi hanya dapat digunakan pada pergerakan pada tipe produk tertentuseperti Energi Listrik, data. 5. Information pada area ini, waktu dan akurasi informasi memegang jaminan untuk koordinasi yang baik dan pengambilan keputusan yang baik. Karena dengan informasi yang baik, maka dapat membuat keputusan yang efektif mengenai apa yang akan diproduksi dan berapa banyak, mengenai dimana tempat untuk meletakkan persediaan dan seberapa baik untuk mengirimkan produk tersebut. Dan informasi digunakan untuk 2 tujuan dalam rantai pasokan yaitu: • Coordinating Daily Activities Berhubungan dengan fungsinya pada Produksi,persediaan,lokasi dan transportasi. Perusahaan di rantai pasokan menggunakan data yang tersedia pada persediaan dan permintaan produk untuk memutuskan penjadwalan produksi mingguan, level persediaan, rute transportasi dan lokasi penyimpanan • Forecasting and planning Dibuat untuk mengantisipasi permintaan masa depan. Informasi yang tersedia digunakan untuk membuat peramalam taktis untuk mengarahkan pada pengaturan produksi bulanan dan penjadwalan. Dan informasi juga digunakan untuk permalan strategi untuk mengarahkan keputusan mengenai kapan untuk membangun fasilitas baru, memasuki pasar baru, atau keluar dari pasar yang telah ada. 2.1.8 Tujuan Utama SCM Menurut O'Brien & Marakas (2008, hal. 305) tujuan dari Supply Chain Management adalah untuk menciptakan jaringan yang 25 cepat, efisien, dan berbiaya rendah, yang biasa disebut rantai pasokan untuk membuat produk perusahaan tumbuh pada konsep pasar. Menurut Turban, Sharda, Aroson, & King (2008, hal. 308) Supply Chain Management bertujuan untuk persediaan, mengoptimalkan produksi meminimalkan tingkat dan meningkatkan output, mengurangi waktu produksi, mengoptimalkan logistik dan distribusi, merampingkan order yang berlebihan, dan secara keseluruhan mengurangi biaya yang berhubungan dengan aktivitas-aktivitas tersebut. Berdasarkan kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan utama Supply Chain Management adalah meningkatkan keuntungan perusahaan dengan mengoptimalisasi pada jaringan rantai pasokan, produksi yang cepat, logistik dan distribusi, serta mengurangi biaya. 2.1.9 Tantangan Dalam Supply Chain Management Menurut Pujawan (2005, hal. 17-18) ada beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam mengelola supply chain : 1. Kompleksitas struktur supply chain Suatu supply chain biasanya sangat kompleks, melibatkan banyak pihak di dalam maupun di luar perusahaan. Pihak-pihak tersebut sering kali memiliki kepentingan yang berbeda-beda, bahkan tidak jarang bertentangan (conflicting) antara yang satu dengan yang lainnya. Di dalam perusahaan sendiripun perbedaan kepentingan ini sering muncul. Konflik antar bagian ini merupakan satu tantangan besar dalam mengelola sebuah supply chain. Kompleksitas suatu supply chain juga dipengaruhi oleh perbedaan bahasa, zone waktu, dan budaya antara satu perusahaan bahkan dengan perusahaan lain. 2. Ketidakpastian Ketidakpastiaan merupakan sumber utama kesulitan pengelolaan suatu supply chain. Ketidakpastiaan menimbulkan ketidakpercayaan diri terhadap rencana yang sudah dibuat. Sebagai akibatnya, perusahaan sering menciptakan pengaman di sepanjang supply chain. Pengaman ini bisa berupa persediaan (Safety stock), waktu (safety time), ataupun kapasitas produksi maupun transportasi. Di sisi lain ketidakpastiaan sering menyebabkan janji tidak bisa terpenuhi. 25 26 Dengan kata lain, customer service level akan lebih rendah pada situasi dimana ketidakpastian cukup tinggi. Berdasarkan sumbernya ada tiga klasifikasi utama ketidakpastian pada supply chain. Pertama adalah Ketidakpastian permintaan. Ketidakpastian permintaan dari konsumen akan menyebabkan ketidakpastian distributor, semakin ke hulu, maka tingkat ketidakpastian permintaan akan semakin meningkat. Ketidakpastian kedua berasal dari arah pemasok. Hal ini bisa berupa ketidakpastian pada leadtime pengiriman, harga bahan baku, atau komponen, ketidakpastian kualitas, serta kuantitas material yang dikirim. Sedangkan sumber yang ketiga adalah ketidakpastian internal yang bisa diakibatkan oleh kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak sempurna, ketidakhadiran tenaga kerja, serta ketidakpastian waktu maupun kualitas produksi. Besarnya ketidakpastian yang dihadapi berbeda-beda. 2.1.10 Membangun SCM Menurut Pujawan (2005, hal. 8-9), untuk membangun suatu sistem manajemen rantai pasokan yang optimal apabila mengacu pada perusahaan manufaktur, kegiatan utama pada supply chain adalah kegiatan merancang produk baru, kegiatan mendapat bahan baku, kegiatan merencanakan produksi dan persediaan, kegiatan melakukan produksi, kegiatan melakukan distribusi/pengiriman. Bagian Cakupan kegiatan antara lain Pengembangan Produk Melakukan riset pasar, merancang produk baru, melibatkan pemasok dalam perancangan produk baru. Pengadaan Memilih pemasok, mengevaluasi kinerja pemasok, melakukan pembelian bahan baku dan komponen, membina dan memelihara hubungan dengan pemasok. Perencanaan & Pengendalian Perencanaan persediaan. Operasi/Produksi Eksekusi produksi dan pengendalian kualitas. produksi dan perencanaan 27 Pengiriman/Distribusi Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan pengiriman, mencari dan memelihara hubungan dengan perusahaan jasa pengiriman Gambar 0.1 Cakupan kegiatan SCM 2.1.11 Peluang Dalam Melaksanakan Supply Chain Management Menurut Heizer & Render (2011, hal. 476) terdapat beberapa peluang dalam Management Supply Chain yang efektif, yaitu: 1. Accurate "Pull" Data Dalam menarik data yang akurat dapat dihasilkan dengan berbagi (1) informasi point-of-sales (POS) sehingga setiap anggota dalam rantai pasokan dapat merencanakan dengan lebih efektif (2) Computer Assisted ordering (CAO). Ini berarti dengan menggunakan sistem POS yang mengumpulkan data penjualan dan menyesuaikan data untuk faktor pasar, persediaan di tangan dan pemesanan yang belum terselesaikan. Sehingga, permintaan bersih terkirim secara langsung kepada supplier yang bertanggung jawab untuk mempertahankan persediaan akhir. Dan pada sistem ini menggunakan data penjualan yang melakukan transaksi untuk menarik produk ke dalam rantai pasokan 2. Lot Size Reduction Pengurangan jumlah penyimpanan berkurang melalui management yang agresif. Hal ini termasuk (1) Mengembangkan pengiriman yang ekonomis lebih sedikit daripada muatan truk (2) Menyediakan basis diskon pada volume total tahunan daripada ukuran dari pengiriman individual (3) mengurangi biaya pengiriman menggunakan teknik seperti pesanan tetap dan bermacam-macam bentuk pembelian secara elektronik 3. Single Stage Control Of replenishment Adalah menunjuk anggota dalam rantai pasokan untuk bertangung jawab pada monitoring dan mengontrol inventory dalam rantai pasokan berdasarkan Penarikan dari pengguna akhir. Pendekatan ini menghapus perubahan informai dan banyak bagian peramalan yang 27 28 membuat terjadinya "Bullwhip Effects" Bullwhip Effects adalah suatu fenomena dimana satu lonjakan kecil di level konsumen akan mengakibatkan lonjakan yang sangat tajam di level yang jauh dari konsumen. 4. Vendor-Managed Inventory Adalah penggunaan supplier lokal untuk mengatur persediaan pada manufaktur dan retail. Apabila pemasok dapat mepertahankan stok persediaan untuk keberagaman konsumen yang menggunakan produk yang sama atau yang memiliki perbedaan yang kecil seperti pada tahap pengemasan, maka harus adanya penyimpanan bersih. Dan sistem VIM adalah dimana supplier mempertahankan material untuk pembeli, Dan dikirim secara langsung klepada pembeli melalui departemen. 5. Collaborative Planning, Forecasting and Replenishment (CPFR) Dengan CPFR, anggota dalam rantai pasokan membagi perencanaan, permintaan, peramalan dan informasi persediaan. Mitra dalam CPFR ini dimulai dengan kolaborasi pada definisi produk dan menggabungkan rencana penjualan. Promosi, iklan, peramalan, menggabungkan komitmen pemesanan dan waktu untuk pengiriman termasuk dalam rencana untuk mendorong terjadinya pengurangan pada persediaan dan biaya terkait. 6. Blanket Orders Adalah pemesanan yang tidak terpenuhi dengan vendor yang biasa disebut "Pembukaan pemesanan" atau "Pemesanan yang tidak terselesaikan". Dan merupakan kontrak untuk pembelian barang tertentu melalui vendor. Pengiriman hanya dibuat pada tanda terima pada dokumen persetujuan, pada daftar permintaan pengiriman atau pelepasan pengiriman 7. Standarization Adalah Departemen pembelian harus membuat pengusahaan khusus untuk meningkatkan level standarisasi. daripada mendapatkan variasi dari komponen yang sama dengan pelabelan,pewarnaan,pengepakan atau mungkin sedikit perbedaan 29 pada teknik spesifikasi, agen pembelian harus mencoba untuk memiliki komponen tersebut terstandarisasi. 8. Postponement Adalah Menghambat modifikasi apapun atau kostumisasi pada produk selama mungkin dalam proses produksi. Konsepnya adalah untuk meminimalkan variasi internal saat memaksimalkan varietas eksternal. 9. Electronic Ordering and Funds Transfer Pemesanan elektronik dan pengiriman uang merupakan pendekatan tradisional untuk mempercepat transaksi dan mengurangi pekerjaan tulis menulis. Transaksi diantara perusahaan sering menggunakan Electronic Data Interchange (EDI). penggunaan Advenced Shipping EDI juga memberikan Noticed (ASN), yang memberitahukan kepada pembeli bahwa vendor bersedia untuk mengirim. Karena dengan mengunakan teknik ini mudah untuk digunakan dan dapat mengurangi biaya. 10. Drop Shipping and Special Packaging Adalah pemasok akan mengiurimkan secara langsung kepada konsumen akhir, daripada kepada penjual karena dapat menghemat waktu dan biaya pengiriman ulang. Penghematan biaya lainnya termasuk penggunaan pengemasan khusus,label dan pengoptimalan peletakan label dan barcode di kontainer. 2.2 Persediaan 2.2.1 Pengertian Persediaan Menurut pendapat Sundjaja, Barlian, & Sundjaja (2007, hal. 379), persediaan meliputi semua barang atau bahan yang diperlukan dalam proses produksi dan distribusi yang digunakan untuk proses lebih lanjut atuu dijual. Menurut pendapat Zulfikarijah (2005, hal. 4) persediaan adalah stock bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau memuaskan permintaan konsumen, jenis persediaan meliputi : bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi. 29 30 Menurut Heizer & Render (2011, hal. 512) persediaan merupakan suatu bagian dari asset yang paling berharga dari perusahaan yang mewakili sebesar 50% dari total modal yang diinvestasikan yang dibagi dalam 4 tipe yaitu bahan baku, persediaan dalam proses, maintenance / perbaikan / operating supply (MRO) dan persediaan barang jadi. Jadi dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah bagian dari asset perusahaan yang mempunyai tingkat mobilitas cukup tinggi, diadakan untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan dan mengantisipasi fluktuasi permintaan yang tidak dapat diramalkan. Persediaan sebagai faktor pendukung perusahaan yang sangat penting seharusnya dikelola secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan persediaan yang optimal. Manajer operasi telah lama menyadari bahwa manajemen persediaan yang baik itu sangatlah penting, karena melalui manajemen persediaan yang baik dapat mengurangi biaya produksi dan operasi. 2.2.2 Fungsi Persediaan Fungsi produksi suatu perusahaan tidak dapat berjalan lancar tanpa adanya persediaan yang mencukupi. Persediaan timbul karena penawaran dan permintaan berada dalam tingkat yang berbeda sehingga material yang disediakan berbeda. Secara umum inventory berfungsi untuk mengelola persediaan barang dagangan yang selalu mengalami perubahan jumlah dan nilai melalui transaksi-transaksi pembelian dan penjualan. Menurut Heizer & Render (2011, hal. 512) persediaan dapat memberikan beberapa fungsi yang memberikan fleksibilitas dalam operasi perusahaan. Fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan, antara lain: 1. Menyediakan pilihan barang untuk mengantisipasi permintaan dan memisahkan perusahaan dari fluktuasi pada permintaan tersebut. 2. Untuk memisahkan beragam bagian dari proses produksi. Sebagai contoh apabila persediaan perusahaan berfluktuasi, persediaan ekstra diperlukan untuk memisahkan proses produksi dari pemasok. 31 3. Untuk mengambil pengambilan.karena keuntungan membeli dalam dari jumlah diskon jumlah banyak dapat mengurangi biaya dari produk yang mereka kirim 4. Untuk mengatasi inflasi dan perubahan pada peningkatan harga Menurut Muller (2011, hal. 3) persediaan memainkan peranan yang sangat penting dalam perusahaan. Sehingga, terdapat beberapa alasan penting untuk mendapatkan dan menyimpan persediaan, yaitu: 1. Predictability Persediaan berfungsi untuk ikut serta dalam perencanaan kapasitas dan penjadwalan produksi. Karena sangat penting untuk mengontrol seberapa banyak bahan baku dan seberapa banyak bagian dan subperakitan yang diproses dalam waktu tertentu. Dan persediaan menjadi penyangga dalam apa yang diperlukan dalam semua proses tersebut 2. Fluctuations In Demand persiapan pada persediaan di tangan adalah untuk perlindungan. Karena perusahaan tidak selalu tau seberapa besar yang akan dibutuhkan pada waktu tertentu, akan tetapi tetap perlu untuk memuaskan konsumen atau permintaan produksi secara tepat waktu. Dan apabila dapat melihat bagaimana konsumen berekasi terhadap rantai pasokan, kejutan dalam fluktuasi permintaan akan menjadi lebih minimum 3. Unreliability of supply Persediaan melindungi perusahaan dari pemasok yang tidak dapat diandalkan atau ketika suatu barang menjadi langka dan pasokan yang tersedia sulit untuk dipastikan. kapan saja dimungkinkan, ketidak andalan pemasok harus diperbaiki melalui diskusi atau ditukar. Rehabilitasi dapat diselesaikan melalui penalti pada harga atau waktu tertentu untuk kesalahan, menggunakan komunikasi secara langsung dan elektronik diantara kedua belah pihak. 4. Price Protection Membeli sejumlah persedian pada waktu yang tepat dapat menolong untuk menghindari dampak dari inflasi pada biaya. Ingatlah pada saat bekerja sama untuk memastikan bahwa harga harga tidak bergantung 31 32 pada waktu yang dibiuhkan untuk pengambilan pesanan pada saat membeli. Kebanyakan pemasok lebih menyukai untuk mengirim secara berkala. 5. Buffer / Safety Inventory Tipe dari persediaan ini dapat memberikan beberapa tujuan seperti: • kompensasi pada ketidakpastian permintaan dan pemasok • membagi dan memisahkan bagian yang berbeda dari operasi perusahaan sehingga dapat berfungsi secara independent dari yang satu sama lain 6. Anticipation Stock Persediaan ini dilakukan untuk mengantisipasi pada musim mendatang. Seperti Coklat pada saat hari ibu atau valentine. Karena kegagalan untuk menjual pada periode tertentu dapat membawa bencana. 7. Transit Inventory Merupakan perjalanan persediaan dari satu tempat ke tempat lain. Dapat dikatakan bahwa produk bergerak dalam fasilitas merupakan "Transit Inventory", tapi pengertian umunya mengarah pada barang berpindah dalam saluran distribusi hingga ke pabrik, barang diluar dari fasilitas atau barang dalam perjalanan dari pabrik ke konsumen. Menurut Saxena (2009, hal. 7), terdapat 3 alasan mendasar perusahaan untuk menjaga persediaan, yaitu: 1. Time Jeda Waktu terdapat dalam rantai pasokan dari pemasok kepada pengguna di setiap tahapannya sehingga membutuhkan perusahaan untuk mempertahankan jumlah dari persediaan yang digunakan pada jeda waktu tersebut. 2. Uncertainty Persediaan dipertahankan sebagai penyangga terhadap ketidakpastian pada permintaan, pasokan dan perindahan dari barang. 3. Economies Of Scale Kondisi ideal dari "Satu unit pada waktu dan tempat dimana pengguna membutuhkannya, ketika mereka membutuhkannya" 33 prinsip ini cenderung untuk membuat banyak biaya pada logistik. Sehingga pembelian dalam jumlah besar, perpindahan dan penyimpanan berdampak pada skala ekonomi, termasuk persediaan 2.2.3 Keuntungan dan Kerugian Persediaan Menurut Narain & Subramanian (2008, hal. 1-2) terdapat beberapa keuntungan dan kerugian bagi perusahaan yang menyimpan persdiaan dalam jumlah yang cukup besar. Berikut beberapa keuntungannya yaitu: 1. Membuat kemungkinan operasi yang efisien dan lembut dalam perhatian pabrik dengan memisahkan segmen individual dari keseluruhan operasi. Sehingga departemen pembelian dapat membuat perencanaan pembelian secara independent berdasarkan kondisi pasar tanpa ketergantungan yang terlalu banyak pada bagian operasi perakitan 2. Departemen produksi dapat merencanakan produksi harian dengan jumlah persediaan yang fleksibel. permasalahan yang tidak terduga dalam memproduksi komponen tertentu sebagian besar dapat dikurangi dan komponen yang berbeda dapat diproduksi melalui pemberitahuan apabila bahan baku tersedia di tangan 3. manager pemasaran lebih menyukai persediaan dalam jumlah besar apabila dapat menolongnya untuk menjual produk yang berbeda bergantung pada situasi penawaran dan permintaan. Perusahaan dapat bergerak dengan cepat pada permintaan di pasar dan memasarkan barang di pasar di depan kompetitior 4. Manager pembelian dapat menempatkan pemesanan yang lebih sedikit dan besar, sekaligus mengurangi biaya pemesanan. Pembelian dalam jumlah besar juga dapat memberikan pemanfaatan yang lebuh efektif pada konsumen dan perencanaan yang lebih efektif pada aktifitas utama seperti mempelajari pasar. 5. persediaan bagian dan komponen yang diproduksi sendiri dapat mengurangi ketergantungan yang berlebihan pada beragam aktivitas perakitan dan sub-perakitan. Yang membuat management dapat untuk memanfaatkan tenaga manusia dan mesian secara efektif. 33 34 6. persediaan juga membuat pemasok dapat membuat fleksibilitas rencana, produksi dan mengirimkan pesanan pada bagian tertentu. 7. Persediaan menolong untuk memisahkan aktifitas dalam perakitan. Sebagai contoh, Apabila satu proses dalam perakitan rusak atau diperbaiki, maka tidak perlu menghentikan semua jalur perakitan. dan aktifitas selanjutnya dapat dilanjutkan dengan persediaan yang ada. Namun juga terdapat beberapa kerugian dalam menyimpan persediaan dalam jumlah besar, yaitu: 1. persediaan menggambarkan masalah kualitas. Karena kualitas dari produk akhir bergantung pada perluasan yang sangat besar pada kualitas dari bahan baku. Pemasok sering memasok material yang berkualitas buruk. Dan apabila ini tidak diketahui pada saat barang diterima, merupakan kerugian perusahaan apabila barang tersebut telah dibayar, dan pada saat yang sama barang tersebut hanya akan disimpan sebagai persediaan. Dengan kata lain, ini merupakan kerugiankarena pemasok dapat memasukkan material yang tidak berkualitas apabila perusahaan melakukan pemesanan dalam jumlah besar 2. persediaan menghilangkan ketidakefisienan produksi. pada waktu tertentu, apabila rencana produksi harian tidak dapat terpenuhi, maka akan menyebabkan tersimpannya persediaan di gudang. dan apabila hal ini sering terjadi dan perusahaan melakukan pemesanan pasokan secara rutin maka menyebabkan terjadinya kepenuhan pada gudang. dan mengakibatkan ketidakefisiensi produktifitas perusahaan tertutup persediaan yang banyak 3. persediaan menambahkan biaya yang tidak diperlukan dalam operasional produksi perusahaan, seperti biaya penyimpanan persediaan, biaya asuransi, biaya kerusakan. 2.2.4 Tipe Persediaan Menurut Saxena (2009, hal. 9) terdapat 5 tipe dari persediaan, yaitu: 35 1. Raw Material Material dan componen yang dijadwalkan untuk digunakan dalam membuat produk 2. Work In Process (WIP) Material dan komponan yang telah memulai perubahan untuk menjadi barang jadi 3. Finished goods Barang yang siap untuk dijual kepada konsumen 4. Goods For Resale Barang yang dikembalikan yang dapat dijual kembali 5. Spare Parts Seperti: Manufacturing (Pabrik) Menurut Heizer & Render (2011, hal. 512) untuk mengakomodasi fungsi dari persediaan, perusahaan mempunyai 4 tipe dari persediaan, yaitu: 1. Raw Material Barang yang telah dibeli akan tetapi belum diproduksi. Dan persediaan ini dapat digunakan untuk memisahkan pemasok dari proses produksi. akan tetapi, pendekatan ini biasanya untuk menghapuskan keberagaman pemasok pada kualitas, kuantitas dan waktu pengiriman sehingga pemisahan tersebut tidak diperlukan. 2. Work-In-Process (WIP) Inventory komponen dari bahan baku yang telah mengalami beberapa perubahan akan tetapi masih belum selesai. WIP ada karena waktu yang diperlukan untuk membuat sebuah produk ( biasa disebut "Cycle Time") 3. Maintenance/Repair/Operating Supply(MROs) Inventory persediaan yang digunakan untuk kegiatan pemeliharaan,perbaikan dan operasi yang dibutuhkan untuk menjaga mesin-mesin dan proses yang produktif 35 36 4. Finished Good inventory Barang jadi yang menunggu untuk dikirimkan. Dan Barang jadi dapat menjadi persediaan karenan permintaan konsumen kedepan yang tidak diketahui. 2.2.5 Sistem Persediaan Sistem persediaan / inventori memberikan struktur organisasi dan kebijakan operasi untuk menjaga dan mengendalikan barang-barang yang disimpan. Sistem bertanggung jawab atas pemesanan dan penenrimaan barang: timing pemesanan dan pencatatan apa yang telah dipesan, berapa banyak, dan dari siapa. Variabel keputusan dalam pengendalian persediaan tradisional dapat diklasifikasikan ke dalam variable kuantitatif dan kualitatif. Secara kuantitatif, variabel keputusan pada pengendalian sistem persediaan adalah sebagai berikut: 1. Berapa banyak jumlah barang yang akan dipesan? 2. Kapan pemesanan harus dilakukan? 3. Berapa jumlah persediaan pengaman? 4. Bagaimana mengendalikan persediaan? Secara kualitatif, masalah persediaan berkaitan dengan sistem pengoperasian persediaan yang akan menjamin, kelancaran pengolahan persediaan adalah sebagai berikut: 1. Jenis barang yang akan dimiliki 2. Dimana barang tersebut berada 3. Berapa jumlah barang yang sedang dipesan 4. Siapa saja yang menjadi pemasok masing-masing item Secara luas, tujuan dari sistem persediaan adalah menemukan solusi optimal terhadap seluruh masalah yang terkait dengan persediaan optimalisasi pengendalian persediaan biasanya diukur dengan total biaya minimal pada suatu periode tertentu. 2.2.6 Biaya dalam Sistem Persediaan Menurut Sanders (2012, hal. 438), Dalam kebijakan management, persediaan memiliki keterlibatan terhadap biaya dimana semua pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat persediaan. 37 Keputusan mengenai seberapa banyak persediaan akan disimpan mempengaruhi pada biaya barang, biaya penyimpanan, biaya pemesanan dan biaya Stockout (Short-age). 1. Item Cost (Biaya Barang) Biaya barang adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, dan biaya langsung lainnya untuk membawa barang ke pabrik, seperti transportation Inbound, asuransi, bea cukai atau pajak. Dan untuk barang yang dibuat sebuah perusahaan manufaktur, biaya barang termasuk pekerja, material dan overhead pabrik. 2. Holding Cost (Biaya Penyimpanan) Biaya penyimpanan termasuk beban variabel yang terjadi di perusahaan tergantung pada jumlah persediaan yang disimpan. Ketika persediaan meningkat, begitu juga dengan biaya penyimpanan. Dan kita dapat menentukan biaya penyimpanan dengan memeriksa tiga komponen biaya, yaitu: • Capital Cost Adalah salah satu biaya tertinggi dari biaya modal atau biaya peluang dari perusahaan. Biaya modal adalah bunga yang dibayarkan perusahaan untuk meminjam sejumlah uang yang diinvestasikan ke persediaan. Dan biaya peluang adalah jumlah pengembalian yang didapatkan perusahaan pada uang yang dipinjam apabula digunakan untuk sesuatu selain berinvestasi pada persediaan. • Storage Cost Didalamnya termasuk biaya tempat, pekerja dan peralatan. • Risk Cost Didalamnya termasuk barang kadaluaras, rusak atau Gagal, Dicuri, asuransi dan pajak. Biaya ini bervari tergantung pada industri, apabila perusahaan tersebut berteknologi tinggi, maka kemungkinan rusak dan dicuri semakin tinggi. Perusahaan yang memproduksi prodok konsumsi kemungkinan besar terjadi risiko pencurian. 37 38 3. Ordering Cost (Biaya Pemesanan) Biaya tetap yang terjadi antara melakukan pemesanan kepada pemasok untuk pembelian komponen atau bahan baku atau melakukan pemesanan kepada perusahaan manufaktur untuk produk yang diproduksi langsung. Dan ketika membeli sebuah barang, biaya pemesanan termasuk adalah biaya untuk persiapan administrasi dan penempatan order, biaya pengangkutan dan bongkar muat barang, biaya pemilihan vendor, menerima pesanan dan penanganan fisik untuk barang. 4. Set Up Cost (Biaya Penyiapan) Biaya penyiapan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi. Biaya ini terjadi bila item sediaan diproduksi sendiri dan tidak membeli dari pemasok. Biaya ini meliputi biaya persiapan, produksi, biaya mempersiapkan (set up) mesin, biaya mempersiapkan gambar kerja, biaya mempersiapkan tenaga kerja langsung, biaya perencanaan dan penjadwalan produksi, dan biaya lain yang besarnya tidak tergantung pada jumlah item yang diproduksi. 5. Shortage Cost (Biaya Kekurangan Persediaan) Perusahaan konsumen mendatangkan melebihi Shortage ketersediaan Cost ketika persediaan permintaan untuk barang. Contohnya apabila seseorang ingin melakukan pemesanan akan barang dan perusahaan tidak memiliki barang tersebut. Maka akan ada 2 kemungkinan. yaitu konsumen akan menunggu dan akan memesan kembali untuk barang tersebut atau konsumen membeli barang tersebut dari perusahaan lain. Shortage Cost yang dimaksud adalah seperti biaya lembur untuk mengirimkan pesanan ke perusahaan karena akan lebih mahal daripada biasanya, biaya kerugian lainnya apabila konsemen tidak jadi membeli dan barang telah sampai ke perusahaan serta biaya adminitrasi tambahan. 39 2.2.7 Tujuan Persediaan Menurut Sanders (2012, hal. 434), Tujuan dari management pada persediaan adalah sebagai berikut: - Costumer Service (Pelayanan Pelanggan) untuk memberikan layanan terbaik pada pelanggan dimana keberhasilannya dapat diukur dengan: • Presentase pemesanan yang dikirimkan pada jadwal • Presentase dari barang yang dikirimkan pada jadwal • Presentase dari jumlah uang yang dikirimkan pada jadwal • Waktu diam pada komponen dan kekurangan material - Cost Efficient Operations (Operasi dengan biaya yang efisien) untuk memperlancar proses produksi dan mencapai efisiensi pada operasi dengan menggunakan persediaan penyangga untuk memastikan alur produksi berjalan mulus dan Mempertahankan level tenaga kerja dengan seefektif mungkin - Minimum Inventory Investment untuk menciptakan level Investasi pada persediaan yang minumum dimana dapat diukur dengan caracara seperti inventory turnover, pasokan mingguan, pasokan harian. 2.3 Forecasting 2.3.1 Definisi Forecasting Menurut Schroeder (2007, hal. 214), “Forecasting adalah ilmu dan seni dalam memprediksikan keadaan dimasa akan datang”. Forecasts menyediakan informasi untuk permintaan dimasa depan, demikian ramalan ini menjadi sebuah dasar masukan dalam pengambilan keputusan dari operasi manajemen. Dua aspek dari peramalan sangatlah penting, pertama adalah tingkat harapan dari permintaan dan satunya lagi adalah sebuah ukuran dari ketepatan yang dapat dipakai dari sebuah ramalan. 2.3.2 Tipe-Tipe Forecasting Menurut Heizer & Render (2011, hal. 214), dalam suatu perusahaan biasanya menggunakan tiga tipe forecasting yang umum, yaitu: 1. Economic forecast 39 40 Menjelaskan siklus bisnis dengan memperkirakan tingkat inflasi, ketersediaan uang, biaya yang dibutuhkan untuk membangun sebuah rumah, dan indikator perencanaan lainnya. 2. Technological forecast Memantau tingkat kemajuan teknologi yang akan memunculkan produk baru yang menarik bahwa perusahaan membutuhkan pabrik dan mesin-mesin baru. 3. Demand forecast Demand forecast adalah projeksi permintaan dari sebuah produk atau servis dalam sebuah perusahaan. Ramalan ini dikatakan sebagai peramalan penjualan, yang akan mengatur produksi, kapasitas, dan sistem penjadwalan dan menjadi sebuah masukan untuk perencanaan keuangan, penjualan, dan sumber daya manusia. 2.3.3 Forecasting Model Menurut Render, JR, & Hanna (2012, hal. 174), forecasting models dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu: 1. Time – Series Models Model time series mencoba untuk memprediksi masa depan dengan menggunakan data historis. Model ini membuat asumsi bahwa apa yang terjadi di masa depan adalah fungsi dari apa yang terjadi di masa lalu. Dengan kata lain, model time series melihat apa yang terjadi selama periode waktu tertentu dan menggunakan serangkaian data masa lalu untuk membuat peramalan. 2. Causal Models Causal models menggabungkan dengan variabel atau faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi kuantitas yang diramalkan menjadi model peramalan. Dengan demikian, causal model akan berusaha untuk memasukkan faktor suhu, kelembaban, musim, hari dalam seminggu, dan sebagainya. Causal models juga dapat mencakup data penjualan masa lalu seperti yang dilakukan model time series, tetapi mereka termasuk faktor lain juga 3. Qualitative Models 41 Model kualitatif mencoba untuk menggabungkan faktor subjektif ke dalam model peramalan. Model kualitatif sangat berguna ketika faktor-faktor subjektif diharapkan menjadi sangat penting atau ketika data kuantitatif yang akurat sulit diperoleh. 2.3.4 Time Series Models Render, JR, & Hanna (2012, hal. 180) menganalisa bahwa time series berarti membagi data sebelumnya secara proposional ke dalam komponen, dan kemudian memproyeksikannya ke masa depan. Time series didasarkan pada urutan yang berjarak (mingguan, bulanan, kuartal, dan seterusnya). Time series memiliki empat komponen: 1. Trend (T) adalah gerakan suatu data ke atas atau ke bawah secara bertahap dari waktu ke waktu. 2. Seasonality (S) adalah pola fluktuasi permintaan di atas atau di bawah garis tren yang berulang secara teratur. 3. Cycles (C) pola dalam data tahunan yang terjadi setiap beberapa tahun. Mereka biasanya terikat ke dalam siklus bisnis. 4. Random variations (R) adalah data yang disebabkan oleh kebetulan dan situasi yang tidak biasa; mereka mengikuti pola yang tidak jelas. Model time-series ini memiliki tingkat, tren, faktor musiman, dan istilah random error. Masing-masing istilah ini akan diperkirakan dari data masa lalu untuk mengembangkan persamaan yang kemudian digunakan untuk meramalkan permintaan di masa mendatang. 2.3.4.1 Naive Methods Metode naive merupakan pendekatan yang sederhana dan banyak digunakan. Dengan menggunakan satu nilai sebelumnya dari rangkaian waktu sebagai dasar untuk perhitungan peramalan. Pendekatan naïve dapat digunakan dengan rangkaian waktu yang stabil, dengan varian musiman, atau dengan tren. Dengan rangkaian waktu yang stabil, data terakhir menjadi peramalan untuk periode selanjutnya. Jadi apabila permintaan untuk produk minggu lalu sebesar 20, maka peramalan untuk minggu depan sebanyak 20. Dengan variasi musiman, peramalan pada musin ini sama dengan nilai dari musim lalu. Untuk data dengan tren, peramalan sama dengan nilai terakir dari 41 42 rangakaian waktu ditambah atau dikurang dengan perbedaan antara dua nilai terakhir dari rangkaian waktu tersebut. (Stevenson, 2009, hal. 79) 2.3.4.2 Single Exponential Smoothing Exponential smoothing adalah metode peramalan yang mudah untuk digunakan dan dapat diatur secara efisien dengan komputer. Ini merupakan pengembangan dari metode moving averages. Dalam metode ini peramalan dilakukan dengan mengulang perhitungan secara terus menerus dengan menggunakan data terbaru. Setiap data diberi bobot, data yang lebih baru diberi bobot yang lebih besar Heizer & Render (2011, hal. 184). Formula umum exponential smoothing formula dapat dilihat sebagai berikut: - Forecast Baru = forecast periode akhir + (permintaan aktual periode akhir – forecast periode akhir) - dimana adalah bobot (atau smoothing constant) yang memiliki nilai antara 0 dan 1 dimana 0 dan 1 termasuk. Semakin mendekati 1 berarti data terbaru lebih diperhatikan Persamaan diatas dapat ditulis secara aritmatik seperti: dimana = smoothing constant 2.3.4.3 Exponential Smoothing with Trend Dalam exponential smoothing with trend, dua smoothing constants, dan . Tingkat peramalan disesuaikan dengan mengalikan smoothing constant pertama, , dengan forecast error yang paling sering terjadi dan ditambahkan ke peramalan sebelumnya. Trend disesuaikan dengan mengalikan smoothing constant kedua, , dengan error yang paling seringan atau kelebihan jumlah dalam trend. Semakin tinggi nilai maka semakin berat untuk observasi baru dan sehingga bereaksi lebih cepat terhadap perubahan dalam pola. Menurut Heizer & Render (2011, hal. 187), exponential smoothing with trend (FITt) dihasilkan menggunakan tiga langkah: Langkah 1. Hitung the smoothed forecast (Ft+1) untuk permintaan periode t + 1 menggunakan persamaan: 43 Smoothed forecast = forecast sebelumnya termasuk trend + (error terakhir) Ft+1 = FITt + (Yt – FITt) Langkah 2. Update the trend (Tt+1) gunakan persamaannya. Smoothed trend = Trend sebelumnya + (Error atau kelebihan in trend) Tt+1 = Tt + (Ft+1 – FITt) Langkah 3. Hitung the trend-adjusted exponential smoothing forecast (FITt+1) Gunakan persamaan Forecast termasuk trend (FITt+1) = Smoothed forecast (Ft+1) + Smoothed Trend (Tt+1) FITt+1 = Ft+1 + Tt+1 where Tt = smoothed trend untuk periode waktu t Ft = smoothed forecast untuk periode waktu t FITt = forecast including trend untuk periode waktu t = smoothing constant for forecast = smoothing constant for demand 2.3.4.4 Multiplicative Seasonal Method Menurut Heizer & Render (2011, hal. 153) memahami variasi musiman penting untuk perencanaan kapasitas dalam organisasi yang menangani beban puncak. Musiman yang dinyatakan dalam jumlah yang nilai yang sebenarnya berbeda dari nilai rata-rata dalam kurun waktu tertentu. Menganalisis data dalam hal bulanan atau kuartalan biasanya membuat mudah bagi seorang ahli statistik untuk menemukan pola musiman, indeks musiman dapat dikembangkan dengan menggunakan model musiman perkalian. Faktor musiman atau indeks musiman yang digunakan untuk membuat penyesuaian musiman permintaan rata-rata. Ini menunjukkan gerakan naik dan turun dalam ramalan. 43 44 Berikut merupakan langkah-langkah dari metode multiplicative seasonal (Heizer & Render, 2011, hal. 153-155): 1. Cari historis permintaan rata-rata setiap bulan dengan menjumlahkan permintaan untuk bulan tersebut setiap tahunnya dan membaginya dengan jumlah tahun dari data yang tersedia. 2. Hitunglah permintaan rata-rata semua bulan dengan membagi total rata-rata tahunan permintaan dengan jumlah musim. 3. Hitunglah indeks musiman untuk setiap musim dengan membagi permintaan historis aktual bulan itu (dari langkah 1) dengan permintaan rata-rata semua bulan (dari langkah 2). 4. Perkiraan total permintaan tahun depan. 5. Bagilah perkiraan permintaan tahunan sebesar dengan jumlah bulan, kemudian kalikan dengan indeks musiman untuk bulan itu. Ini memberikan seasonal forecast. 2.3.4.5 Trend Projections Menurut (Heizer & Render, 2011, hal. 152) metode Trend projections digunakan dengan cara mencocokkan trend line ke sebuah series point-point data historis dan kemudian memproyeksikannya ke garis peramalan jangka semi-panjang sampai perkiraan jangka panjang. Secara matematis, dapat dinyatakan di bawah ini: Keterangan: ȳ = menghitung jumlah variabel yang mau diprediksi (variable pembantu) a = titik potong y b = kemiringan garis regresi x = variabel bebas Ahli statistik mengembangkan persamaan yang bisa digunakan untuk mendapatkan nilai dari a dan b dari garis regresi. Kedataran dari b didapatkan dari: 45 Keterangan: b = kemiringan garis regresi x = nilai dari variabel bebas y = nilai dari variabel pembantu ȳ = rata-rata dari nilai y X̄ = rata-rata dari nilai x n = angka dari point data atau observasi 2.3.5 Forecast Errors Menurut Heizer & Render (2011, hal. 184), satu cara untuk memantau peramalan untuk memastikan bahwa peramalan tersebut berjalan dengan baik adalah dengan menggunakan sinyal pelacak. Sebuah sinyal pelacakan adalah pengukuran seberapa baik ramalan memprediksi nilai yang sebenarnya. Sebagai perkiraan diperbarui setiap minggu, bulan, atau kuartal, data permintaan baru tersedia dibandingkan dengan nilai-nilai perkiraan. Sinyal pelacakan positif menunjukkan bahwa permintaan lebih besar dari peramalan. Sinyal negatif berarti bahwa permintaan kurang dari peramalan. Sebuah sinyal pelacak yang baik, yaitu rendahnya kesalahan kumulatif, memiliki error positif karena memiliki kesalahan negatif. Dengan kata lain, penyimpanan kecil baik-baik saja, tapi kesalahan positif dan negatif harus seimbang satu sama lain sehingga pusat sinyal pelacak erat di sekitar nol. Forecast error adalah perbedaan antara data aktual atau nyata dan data prediksi. Ketika perbedaan dari setiap metode ramalan telah diketahui, salah satu metode yang memiliki hasil lebih dekat dengan data yang sebenarnya akan dipilih. Schroeder (2007, hal. 225) menyatakan bahwa estimasi error dapat digunakan untuk beberapa tujuan: 1. Untuk memantau pengamatan permintaan tidak menentu atau outlier, yang harus dievaluasi secara cermat dan mungkin ditolak dari data. 2. Untuk menentukan kapan metode peramalan tidak lagi melacak permintaan yang sebenarnya dan perlu untuk diatur ulang. 3. Untuk menentukan nilai parameter yang menyediakan ramalan dengan sedikit error. 45 46 4. Untuk mengatur safety stocks atau safety capacity dan dengan demikian memastikan tingkat perlindungan yang diinginkan terhadap kehabisan stock (stockout). The tracking signal dihitung dengan penjumlahan forecast error (RSFE) dibagi dengan mean absolute deviation: MAD dapat digunakan untuk menentukan standar deviasi dari komponen acak dengan asumsi bahwa komponen acak tersebut berdistribusi normal. MSE dapat dikatakan sebagai ukuran dari keseluruhan forecast error. MSE baik digunakan untuk membandingkan metode peramalan – peramalan jika biaya dari error yang besar lebih besar dari penerimaan dari peramalan yang sangat akurat. MAPE adalah pengukurang yang baik untuk forecasts error ketika peramalan yang pokok memiliki permintaan musiman yang signifikan dan permintaan yang banyak bervariasi dari suatu period ke periode selanjutnya. Akurasi model forecasting dapat ditentukan dengan mengambil rata-rata kesalahan mutlak sebagai presentasi dari nilai-nilai yang diamati 2.4 Safety Stock Safety stock adalah sebuah backup persediaan yang dapat disimpan untuk mengantisipasi jumlah permintaan yang tidak stabil. Menurut Taylor, 2005 (hal. 364), safety stock adalah sebuah stok yang disimpan untuk mengantisipasi permintaan konsumen yang tidak dapat diperkirakan. Safety stock ini disimpan untuk memenuhi permintaan yang musiman. Sedangkan menurut Thomopoulos (2006, hal. 1), safety stock adalah sebuah stok untuk memenuhi yang tidak 47 dapat diperkirakan, dimana berhubungan dengan estimasi permintaan. Yang tidak dapat diprediksi adalah sebuah pengukuran dari kendala ramalan. Safety stock dihitung berdasarkan Mean Absolute Deviations (MAD) dengan melihat pada tingkat servis yang yang diinginkan. Jika konsumen selalu menerima order mereka, maka tingkat servisnya adalah 100%, dimana semakin besar tingkat servis, semakin besar juga safety stocknya. Berikut ini persamaan yang digunakan dalam perhitungan safety stock dengan tingkat servis tabel dan pengali k sebagai faktor penyesuaian. Tabel 0.1 k Factors Multipliers Conversion Tingkat Servis k (MAD) k (sigma) 50.00 0.00 0.00 75.00 0.84 0.67 80.00 1.05 0.84 85.00 1.30 1.04 90.00 1.60 1.28 95.00 2.06 1.65 96.00 2.19 1.75 97.00 2.35 1.88 98.00 2.56 2.05 99.00 2.91 2.33 99.50 3.20 2.57 99.90 3.85 3.09 99.99 5.00 4.00 100.00 Infinite Infinite 2.4.1 Material Requirements Planning (MRP) Sebuah teknik permintaan terkait yang menggunakan bill of material, persedian, permintaan yang diperkirakan, dan master production schedulue untuk menentukan kebutuhan material (Heizer & Render, 2011, hal. 578). Untuk dapat menggunakan MRP secara efektif, perlu mengetahui beberapa hal sebagai berikut: 47 48 1. Master production schedule (apa yang harus dibuat dan kapan) 2. Spesifikasi atau bill of material (material dan bagian-bagian yang dibutuhkan untuk membuar suatu produk) 3. Tersedianya persediaan (apa yang ada dipersediaan) 4. Pembelian pemesanan (apa yang dipesan, juga disebut penerimaan yang diharapkan) 5. Lead times (berapa lama dibutuhkan untuk mendapat berbagai komponen) Tujuan dari MRP adalah untuk mengendalikan tingkat persediaan, menempatkan prioritas persediaan untuk item dan rencana kapasitas untuk memuat sistem produksi. Tujuannya untuk meningkatkan customer service, meminimalisir penggunaan persediaan, dan memaksimalkan efesiensi operasi produksi (Heizer & Render, 2011, hal. 578). Struktur MRP: 1. Permintaan Produk 2. Master production schedule 3. Bill of Materials 4. Melakukan perhitungan MRP Hasil dari MRP adalah pemesanan atau perencanaan produksi yang dibuat berdasarkan lead time. Hasil MRP dapat didefinisikan sebagai pengendalian persediaan dan jadwal produksi. Tabel 0.2 MRP Format Part No: BOM UOM: Lead Time: Safety Stock: Period Gross Requirement Scheduled Receipts PAB 1 Net Requirement Planned Order Receipts Past Due 1 Description: On Hand: Order Policy: Lot Size: 2 3 4 49 Planned Order Release PAB 2 Penjelasan untuk tabel MRP di atas: 1. Part No: menjelaskan kode komponen atau material yang nantinya dikembangkan 2. BOM UOM: menjelaskan komponen atau pengukuran material 3. Lead time: menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk keluar atau menciptakan komponen 4. Safety stock: menjelaskan material cadangan yang harus digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan di masa akan datang 5. Description: mejelaskan deskripsi material secara umum 6. On hand: menjelaskan jumlah material yang ada pada periode terakhir 7. Gross Requirements: total permintaan yang diharapkan untuk item atau bahan baku selama setiap periodenya tanpa memperhitungkan jumlah material yang ada pad akhir periode. 8. Scheduled Receipts: Pemesanan yang telah ditetapkan dan dijadwalkan untuk sampai pada vendor atau mana saja dalam pendistribusian dari awal periode. 9. Net Requirements: Jumlah aktual yang dibutuhkan untuk setiap periodenya. Net Requirements = Gross Requirements – Available inventory Available inventory = Projected Available Balance – Safety stock – Alokasi Inventry untuk item lainnya. 10. Planned Order Release: menjelaskan kapan pemesanan harus di jalankan, demikian komponen akan tersedia ketika dibutuhkan 11. Projected Available Balance (PAB 2): menjelaskan kuantitas dari material uang ada pada akhir periode PAB 2 = (PAB 2)t-1 + (Scheduled Receipt)t – (Gross Requirement)t + (Planned Order Receipt)t 49 50 2.4.1.1 Master Production Schedule (MPS) Heizer & Render (2011, hal. 578) menjelaskan Master Production Schedule (MPS) merupakan spesifikasi apa yang harus dibuat dan kapan. Master production schedule menjelaskan apa yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan dan memenuhi perencanaan produksi. Tabel 0.3 Format MPS Item No: Description: Lead Time: Safety Stock: On Hand: Demand Time Fences: Lot Size: Planning Time Fences: Period Past Due 1 2 3 4 Forecast Customer Order Project Available Balance Master Scheduled Available To Promise Penjelasan untuk tabel MPS di atas: 1. Lead Time Waktu dimana pertama kali memesan yang dibutuhkan dan menerimanya. 2. On Hand Posisi dari persediaan awal yang secara fisik tersedia di stok yang merupakan kuantitas item yang terdapat di persediaan stok. 3. Lot Size Jumlah item yang biasa dipesan oleh pabrik/distributor. 4. Safety Stock Stok tambahan untuk item yang direncanakan untuk persediaan stok jaga-jaga untuk menanggulangi fluktuasi peramalan penjualan, 51 pemesanan konsumen dalam waktu singkat, kebijakan manajemen berhubungan dengan stabilisasi sistem perusahaan. 5. Demand Time (DTF) Periode berikutnya dari penjadwalan produksi dimana pada periode ini, tidak diperbolehkan untuk mengubah MPS karena itu akan membuat biaya yang besar sebagai hasil dari ketidaksesuaian jadwal. 6. Planning Time Fences (PTF) Periode selanjutnya dari MPS dimana terdapat evaluasi MPS untuk mengatasi ketidaksesuaian jadwal yang dapat menyebabkan biaya tambahan. 7. Time Periods for Display Jumlah periode waktu yang ditunjukkan dalam format MPS 8. Sales Plan (Sales Forecast) Perencanaan penjualan dan peramalan penjualan untuk item yang terjadwal 9. Customer Order Pesanan yang telah di setujui dan pasti 10. Projected Available Balances (PAB) Projeksi persediaan awal dari waktu ke waktu dalam lingkup MPS yang menunjukkan status persediaan yang memprojeksikan pada akhir setiap periode MPS. Untuk periode pertama: PABt≤DTF = PABt-1 + MSt - COt Untuk periode kedua: PABt>DTF = PABt-1 + MSt – Max (COt ,Ft) 11. Available To Promise (ATP) Informasi yang digunakan bagian penjualan untuk memberikan jawaban pasti untuk pertanyaan tentang “kapan akan kamu kirim item yang dipesan?”. Nilai ATP memberikan informasi kepada bagian penjualan mengenai item atau produk yang telah dijadwalkan agar bisa di kirim. ATP = ATPt-1 +MSt - CO 12. Master Schedule 51 52 Mengantisipasi penjadwalan produksi untuk item tertentu. Untuk periode awal: MS = │PABt-1 - COt│ + SS Untuk periode kedua: MS = │PABt-1 – (Max COt ,Ft)│+ SS 2.4.1.2 Bill of Materials (BOM) Menurut Heizer & Render (2011, hal. 580), Bill of Material (BOM) adalah sebuah daftar dari komponen, deskripsinya, dan kuantitas untuk setiap bahan baku untuk membuat suatu unit produk. BOM dibagi menjadi 3 komponen: 1. Modular Bills Bill Of Material dapat diatur di seputar modul produk. Modul bukan merupakan produk akhir yang akan dijual, tapi merupakan komponen yang dapat diproduksi dan dirakit menjadi satu unit produk. Modulmodul ini mungkin merupakan komponen inti dari suatu produk akhir atau pilihan produk. Bill Of Material untuk modul-modul tersebut disebut modular bill. 2. Planning Bills and Phantom Bills Planning bills diciptakan agar dapat menugaskan induk buatan kepada bill of materialnya. Planngin bills mungking juga dikenal sebagai pseudo bills atau angka peralatan. Phantoms bills of material adalah bill of material untuk komponen, biasanya sub-sub perakitan yang hanya ada sementara waktu. Bill ini langsung bergerak ke perakitan lainnya. Sehinnga bill ini diberi kode agar diperlukan secara khusus, lead timenya nol dan ditangani sebagai bahan integral dari bahan induknya. Phantom bill tidak pernah dimasukan kedalam persediaan. 3. Low-level Coding Sebuah angka yang menjelaskan item – item pada tingkatan yang terendah yang seharusnya terjadi jika terdapat suatu item dari bermacam tingkatan. A B(2) C(3) 53 Gambar 0.2 Bill of Materials (Pohon Struktur Produk) (Sumber: Jacobs dan Chase, 2006) 53 54 2.5 Kerangka Pemikiran Berikut merupakan kerangka pemikiran proses penyusunan penelitian ini: 55 Gambar 0.3 Kerangka Pemikiran Penjelasan kerangka pemikiran: PT. Warnaprima Kimiatama terdapat 3 produk unggulan yaitu Thinner HG WP 500, Thinner HG WPS 650, dan Thinner SZ-04. Dari ketiga produk tersebut dilakukan peramalan permintaan untuk masing – masing produk dengan tiga metode yaitu metode Naive, metode Single Exponential Smoothing, dan metode Multiplicative Seasonal. Setelah melakukan peramalan tiap produk dengan 3 metode peramalan tersebut maka dapat dibandingkan hasil peramalan tersebut dari 3 metode peramalan dengan melihat nilai MSE yang terkecil dari masing – masing metode peramalan tersebut sehingga dapat diketahui metode peramalan yang paling efektif untuk dipakai pada perhitungan selanjutnya. Setelah menentukan peramalan permintaan yang efektif selanjutnya dilakukan perhitungan safety stock dengan metode tingkat servis sehingga diketahui safety stock usulan lalu dibandingkan dengan safety stock perusahaan manakah yang lebih rendah maka dapat dilakukan penghematan safety stock untuk mengurangi biaya – biaya yang mungkin muncul. Untuk menyusun sistem Material Requirement Planning (MRP) pada PT. Warnaprima Kimiatama dibutuhkan sejumlah data atau daftar kebutuhan bahan baku (Bill of Material) yang didapatkan dari data perusahaan, safety stock dan ramalan penerimaan dari hasil perhitungan sebelumnya serta melakukan perhitungan terhadap data sebelumnya seperti gross requirement, safety stock, peramalan permintaan untuk mendapatkan jadwal produksi induk (Master Production Schedule). Setelah itu baru dapat dilakukan perhitungan MRP masin – masing bahan baku untuk menentukan persediaan kebutuhan dan pemesanan bahan baku yang optimal. Setelah diketahui hasil perhitungan metode MRP, barulah hasilnya perhitungan MRP dapat disarankan kepada PT. Warnaprima Kimiatama agar memiliki perhitungan persediaan kebutuhan bahan baku dan pemesan bahan baku yang benar. 55 56 57 57