PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI I. PERSIAPAN PENULISAN SKRIPSI 1. Pengertian Skripsi di bidang Ilmu Hukum, adalah karya tulis akademik yang disusun oleh mahasiswa berdasarkan penelitian hukum untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Hukum (S-I). Skripsi diusahakan agar dapat memberikan sumbangan kepada khasanah ilmu pengetahuan berupa pemecahan masalah, atau setidaknya dapat menyajikan diskripsi ilmiah dan suatu objek penelitian, dan bukan merupakan duplikasi / pengulangan dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan 2. Persyaratan dan waktu pengajuan skripsi 2.1. Persyaratan akademik : a.Mahasiswa telah memperoleh 110 SKS atau lebih b.Menyiapkan Foto Copy KHS dan atau Daftar Nilai Kumilatif c.Membuat Kansep Proposal Penulisan Skripsi 1 ( satu ) set. 2.2. Pengajuan Dosen Pembimbing Mahasiswa menghubungi dan menyerahkan konsep Proposal Penulisan Skripsi kepada calon dosen pembimbing yang dipilihnya sesuai dengan kompetensi dosen yang bersangkutan yang berkaitan dengan bidang penulisan yang akan diambil, untuk meminta pertimbangan / persetujuannya. Apabila calon dosen pembimbing menyatakan kesediannya, maka mahasiswa mengajukan permohonan mengikuti program skripsi yang ditujukan kepada Dekan, dengan mengisi formulir yang disediakan di Tata Usaha Fakultas Hukum, dan dilampiri dengan Proposal Penulisan Skripsi Foto Copy KHS dan atau Daftar Nilai Kumilatif. Apabila pengajuan tersebut disetujui, maka Dekan menerbitkan Surat Pengantar / menetapkan dosen pembimbing sebagaimana pengajuan mahasiswa, atau dengan pertimbangan bahwa dosen tersebut sedang melakukan bimbingan kepada sejumlah mahasiswa tertentu, dan atau dengan pertimbangan akademis, maka Dekan dapat menetapkan dosen pembimbing lainnya Surat Pengantar tersebut dilampiri dengan Formulir / Kartu Bimbingan Skripsi, dan Proposal Penulisan Skripsi II. BIMBINGAN SKRIPSI 1. Dosen Pembimbing 1.1.Syarat umum dosen pembimbing : a.Dosen tetap; b.Mengajar mata kuliah yang berkaitan, sesuai dengan SK Dekan c.Di luar persyaratan umum tersebut Dekan dapat menyetujui / menetapkan dosen lain melalui pertimbangan-pertimbangan akademis. 1.2.Beban dan Tanggungjawab Pembimbing a.Mengingat dalam melakukan bimbingan memerlukan penyediaan waktu, tenaga dan perhatian yang cukup kepada mahasiswa, maka beban 1 bagi seorang dosen pembimbing ditetapkan sebanyak-banyaknya 5 ( lima orang ) mahasiswa tiap semester. b.Mengatur waktu bimbingan dengan mempertimbangkan kesempatan masing-masing sehingga waktu penulisan skripsi yang tersedia dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. c.Pembimbing tetap bertanggung jawab terhadap pembimbingan sampai dengan mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan lulus dan atau selesai memperbaiki skripsinya, serta tugas lain yang berkaitan dengan pembuatan skripsi, misal: membuat resume skripsi dalam format Jurnal, mengesahkan pemberkasan naskah Skripsi untuk di jilid dan di dokumentasikan. 1.3.Penggantian dosen pembimbing Dalam hal tertentu Pembimbing tidak dapat melanjutkan tugas pembimbingan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: a. Kesehatan tidak memungkinkan. b. Tugas Fakultas yang menyebabkan tidak ada waktu untuk membimbing penyusunan skripsi. c. Perbedaan pendapat yang cukup mendasar dengan mahasiswa selama dibimbing. Jika hal tersebut di atas terjadi, pembimbing wajib memberitahukan secara tertulis kepada Dekan, untuk kemudian Dekan menetapkan pembimbing baru secara langsung atau dengan mempertimbangkan usul mahasiswa yang bersangkutan. 3. Pelaksanaan Bimbingan 3.1. Dekan menerbitkan Surat Pengantar ( I.2.2.c & d ) untuk diserahkan ke Dosen Pembimbing, dan mahasiswa yang bersangkutan mendapatkan tembusannya. 3.2. Bimbingan dimulai setelah mahasiswa menghadap Dosen pembimbing yang bersangkutan, untuk berkonsultasi mulai dari penelitian, perbaikan proposal , termasuk perubahan judul (kalau perlu), dan merencanakan jadwal bimbingan, sampai dengan penulisan naskah skripsi selesai dikerjakan oleh mahasiswa yang bersangkutan. 3.3. Dengan berpedoman kepada proposal tersebut mahasiswa mengikuti bimbingan yang telah dijadwalkan dengan dosen pembimbing, kemudian menjalani bimbingan maksimal sebanyak 14 (empat belas ) kali. 3.4. Setiap mengikuti bimbingan, mahasiswa harus menyerahkan Formulir / Kartu Bimbingan ( I.2.2.d ) kepada dosen pembimbing untuk diisi dengan arahan / kemajuan bimbingan dan ditanda tangani Dosen Pembimbing. 3.5. Garis Besar Pelaksanaan Bimbingan a. Bimbingan ke I (1) Dosen memastikan bahwa proposal dan penulisan skripsi tersebut , merupakan karya orisinil mahasiswa. (2) Melakukan review proposal, dan apabila perlu mengganti judul penulisan skripsi. (3) Mememberikan penjelasan cara penulisan skripsi, mulai dari kerangka sampai dengan penyelesaian skripsi. b. Bimbingan ke II Pembahasan Bab I Pendahuluan c. Bimbingan ke III (1) Review hasil penulisan Bab I *) 2 (2) Pembahasan Bab II d. Bimbingan ke IV (1) Review hasil penulisan Bab II*) (2) Pembahasan Bab III e. Bimbingan ke V (1) Review hasil penulisan Bab III*) (2) Pembahasan / Review Bab-bab terdahulu serta penyempurnaannya g. Bimbingan ke VI dan seterusnya *) (1) Menyelesaikan bimbingan dan (2) Sampai dengan Dosen menyatakan Skripsi layak untuk di uji. Catatan : *) Apabila Dosen Pembimbing berpendapat bahwa tahapan penulisan skripsi tersebut belum sesuai dengan hasil / kualitas penulisan yang diinginkan, maka Dosen pembimbing berhak untuk menambah jumlah tatap muka / bimbingan III. UJIAN 1.Jadwal dan persyaratan mengikuti Ujian 1.1.Jadwal ujian : a.Semester gasal : Bulan Maret – April b.Semester genap ; Bulan September – Oktober c.Bulan bulan lain yang disesuaikan dengan Jadwal Wisuda Universitas 1.2.Persiapan Ujian Apabila mahasiswa telah siap untuk menempuh ujian skripsi, maka wajib memenuhi persyaratan sbb: a.Persyaratan Akademik (1)Telah selesai bimbingan (2)Memasukkan program “Skripsi” dalam KRS pada semester yang dipilihnya. (3)Telah menyelesaikan seluruh Mata Kuliah yang di persyaratkan , minimal 140 SKS / atau apabila kurang, maka kekurangannya telah diprogram dalam KRS pada Semester yang sama dengan saat pelaksanaan ujian skripsi. (4)Mengajukan / mengisi blanko permohonan untuk mengikuti ujian skripsi pada Semester yang bersangkutan, untuk diserahkan ke Tata Usaha Fakultas , dengan menyertakan : - 1 (satu) set Proposal Skripsi yang telah di sahkan / ditanda tangani dosen pembimbing, - 3 (tiga) set naskah skripsi yang telah disahkan oleh Dosen Pembimbing. - Foto Copy pelunasan SPP dan Biaya Skripsi (5) Membuat / menyiapkan bahan presentasi untuk ditayangkan pada waktu ujian skripsi ( PPt , dsb) b. Persyaratan keuangan (1)Melunasi SPP (2)Melunasi Biaya Skripsi 2.Tata administrasi 2.1.Berdasarkan jadwal ujian skripsi yang telah ditetapkan serta kesiapan 3 mahasiswa untuk mengikuti ujian sebagaimana dipersyaratakan dalam amar ( III.1.2.), maka disusun Jadwal Pelaksanaan Ujian Skripsi (JPUS) yang memuat : Nama mahasiswa, waktu dan tempat ujian, serta susunan team penguji. yang disahkan oleh Dekan. 2.2.JPUS tersebut disampaikan kepada mahasiswa dan kepada Team Penguji yang dilengkapi dengan naskah skripsi yang akan diujikan , paling lambat 7 ( tujuh hari ) kerja sebelum waktu ujian tersebut. 2.3.Tata Usaha Fakultas menyiapkan berita acara pelaksanaan ujian skripsi untuk diisi dan disyahkan oleh team penguji. 2.4.Berita Acara Ujian setelah diisi dan ditandatangani oleh Panitia Penguji diserahkan ke Tata Usaha Fakultas, untuk proses pencatatan dan dokumentasi. 2.5. Bagi mahasiswa yang telah selesai mengikuti ujian diwajibkan untuk mengisi formulir berkaitan dengan tanggal kesanggupan yang diajukan mahasiswa dan telah disetujui Dosen Pembimbing untuk : a.Menyelesaikan revisi ( bila diwajibkan) b.Mencetak naskah skripsi-lengkap rangkap 2 (dua) c.Mengesahkan naskah skripsi tersebut dengan meminta tanda tangan Dosen Pembimbing, dan Dosen-dosen Penguji d.Membuat resume skripsi dalam bentuk naskah jurnal. e.Mencetak resume skripsi rangkap 2 (dua) f.Mengesahkan resume skripsi dengan meminta tanda tangan Dosen Pembimbing g.Membuat soft ware naskah skripsi dan resume skripsi dalam CD yang terpisah. h.Menyerahkan ke Tata Usaha Fakultas : naskah skripsi dan resume skripsi yang telah disahkan dan software nya, pada tanggal yang telah ditetapkan tersebut di atas. 3.Pelaksanaan ujian 3.1. Waktu ujian ditetapkan selama 60 menit. 3.2. Ujian bersifat open book. 3.3. Mahasiswa mempunyai hak untuk menempuh ujian skripsi selambatlambatnya selama 2 (dua) semester terhitung mulai tanggal penyelesaian penulisan skripsi selama masa studinya masih memungkinkan. Apabila masa studinya kurang dari waktu tersebut, maka sisa masa studinya menjadi batas waktu dalam menggunakan hak untuk menempuh ujian. 3.4. Kecurangan dalam ujian pada hakekatnya merupakan kecurangan dalam penulisan skripsi itu sendiri, yang bentuknya antara lain: a. Dinyatakan merupakan kutipan dari sumber tertentu tetapi tidak benar b. Plagiat sebagian atau seluruhnya. 3.5. Jika kecurangan tersebut ditemukan pada saat ujian berlangsung, maka ujian dibatalkan dan mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan tidak lulus serta diwajibkan menempuh ujian ulang. Kecurangan tersebut dicantumkan dalam berita acara ujian. Namun, jika kecurangan tersebut diketahui oleh siapapun setelah mahasiswa dinyatakan lulus, maka sanksinya ditetapkan oleh Rektor berdasarkan laporan Dekan. 4.Dosen penguji 4.1.Syarat dosen penguji sama dengan syarat dosen pembimbing, dengan perkecualian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akademis Dekan dapat menetapkan selain dari ketentuan tersebut. 4.2.Untuk pelaksanaan ujian skripsi, dibentuk panitia penguji yang terdiri atas 1 (satu ) orang ketua dan 2 (dua) orang anggota. Dosen pembimbing tidak 4 diperbolehkan menjadi ketua penguji. 4.3.Penetapan penguji didasarkan pada: a.Bidang keahlian yang sesuai dengan skripsi b.Pemerataan kesempatan menguji. 5.Penilaian 5.1. Batas penilaian di antara angka 0 sampai dengan 100 5.2. Penilaian meliputi: a. Teknis Penulisan Penilaian teknis adalah penilaian terhadap cara/teknik penyusunan skripsi dalam arti kesesuaian dengan Buku Pedoman. Bobot penilaian teknis sebesar 20%. b. Materi Penilaian materi meliputi isi atau kandungan skripsi secara keseluruhan. Cara penilaian dilakukan berdasarkan hasil pembahasan menyeluruh skripsi tersebut. Bobot penilaian materi sebesar 30%. c. Argumentasi Penilaian argumentasi adalah penilaian kemampuan mahasiswa dalam menjawab, memberikan alasan, mempertahankan pendapat dengan menunjuk bukti yang diajukan, sikap/etika ilmiah dalam menjawab pertanyaan secara sistematis dan logis, serta kelancaran maupun pencerminan penguasaan materi skripsi. Bobot penilaian argumentasi sebesar 50%. 5.3. Setiap penguji melakukan penilaian tersendiri pada formulir yang disediakan. Selanjutnya dipindahkan setelah dilakukan perhitungan (rekapitulasi) dengan mencari rata-rata nilai dari seluruh penguji ke formulir rekapitulasi. 5.4. Ujian dinyatakan lulus jika diperoleh nilai sekurang-kurangnya 56 (lima puluh enam). Jika nilai yang diperoleh kurang dari 56 (lima puluh enam) mahasiswa dinyatakan tidak lulus dan diharuskan mengulang. 5.3. Perhitungan nilai skripsi didasarkan pada kriteria sebagai berikut: No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Nilai Angka > 80 >72 s/d 80 > 65 s/d 72 > 56 s/d 65 > 48 s/d 56 > 40 s/d 48 0 s/d 40 Nilai Huruf A AB B BC C D E Bobot /Nilai Absulut 4 3,5 3 2,5 2 1 0 IV. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI 1. Kerangka Skripsi Contoh kerangka skripsi dengan judul : TINJAUAN YURIDIS PEMAKAIAN AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DI BAWAH TANGAN SEBAGAI JAMINAN HUTANG. Kerangka skripsi dibagi dalam tiga bagian : (a) Bagian awal, (b) Bagian Isi, (c) Bagian akhir, serta Daftar bahan penulisan dan Lampiran, dengan susunan sebagai berikut : ( susunan ini juga merupakan ”Daftar Isi” , yang dilengkapi dengan nomor halaman ) HALAMAN JUDUL 5 HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN 1. Permasalahan : Latar Belakang dan Rumusan 2. Penjelasan Judul 3. Alasan Pemilihan Judul 4. Tujuan penelitian 5. Manfaat Penelitian 6. Metode Penelitian 7. Pertanggungjawaban Sistematika BAB II: KEKUATAN HUKUM AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DIBAWAH TANGAN 1.Pengertian Fidusia 2.Pembebanan Barang Sebagai Jaminan 3.Pembebanan Jaminan Fidusia 4.Akta Otentik dan Akta Dibawah Tangan BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG FIDUSIA YANG DIBUAT DIBAWAH TANGAN JIKA DEBITUR WANPRESTASI 1.Wanprestasi Dalam Perjanjian Jaminan Fidusia 2.Akibat Hukum Adanya Wanprestasi Terhadap Pemegang Jaminan Fidusia Yang Dibuat Dengan Akta Dibawah Tangan BAB IV : PENUTUP 1.Kesimpulan 2.Saran PENJELASAN : Bagian Awal (1) Halaman judul (bagian luar dan bagian dalam) Judul adalah rumusan dari inti penulisan, dinyatakan dalam kalimat yang terdiri tidak lebih dari 20 kata, tidak diperkenankan ada kata sambung “dan” Contoh : TINJAUAN YURIDIS PEMAKAIAN AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DI BAWAH TANGAN SEBAGAI JAMINAN HUTANG TANPA HAK PREFENEN. (2) . Halaman pengesahan Halaman ini berisi nama nama para dosen yang mengesahkan naskah skripsi dan tempat untuk tanda tangan yang bersangkutan (3)Kata Pengantar Merupakan pernyataan penulis skripsi / suasana batin sebelum dan sesudah selesainya penulisan skripsi Misal , tujuan penulisan skripsi, pernyataan syukur, ucapan terima kasih ke berbagai pihak, harapan harapan berkaitan dengan tulisan skripsi tersebut. 6 (4) Daftar Isi Menuliskan bab-bab, sub bab dalam suatu daftar dengan menunjuk nomor halaman dari naskah skripsi, sebagai contoh - II.1. Isi Bab I. Pendahuluan 1. Latar Belakang dan rumusan Berisi uraian tentang : (b)Latar belakang - Masalah yang ”menarik” untuk ditulis, diusahkan masalah yang aktual terjadi dan penting. - Masalah tersebut harus dapat di bahas dari segi peraturan perundang-undangan yang berlaku. (c)Rumusan - Rumusan yang konkrit berkaitan dengan masalah yang diuraikan dalam ”latar belakang” tersebut , dalam bentuk pertanyaan - Dapat diawali dengan : Apakah , Bagaimana - Dikemukakan minimal 2 masalah, misalnya 1. Bagaiamana kekuatan hukum akta fidusia yang dibuat di bawah tangan ? 2. Bagaimana perlindungan hukum pemegang fidusia yang dibuat dalam bentuk akta di bawah tangan ? - Rumusan masalah tersebut harus terjawab dalam uraian dalam BabBab uraian ( dalam contoh ini , pada Bab II dan Bab III ) 2. Penjelasan judul Memberikan penjelasan terhadap setiap kata dari judul tersebut, sehingga dapat disajikan suatu pengertian kalimat yang utuh. Contoh : ”Kekuatan hukum” diartikan sebagai kekuasaan dari segi hukum atau norma hukum baik tertulis maupun tidak tertulis ”Akta” , surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa- peristiwa yang menjadi dasar daripada suatu hak atau perikatan yang dibuat sejak semula dengan sengaja untuk pembuktian ( Sudikno Mertokusumo).dst 3.Alasan Pemilihan judul Memberikan penjelasan tentang pentingnya permasalahan ini ditulis dengan dilatar belakangi adanya permasalahan yang perlu di selesaikan: 4.Tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Contoh : a. Untuk mengetahui dan melakukan analisis kekuatan hukum akta fidusia yang dibuat di bawah tangan b. Untuk mengetahui dan melakukan analisis perlindungan hukum pemegang fidusia dalam bentuk akta di bawah tangan apabila debitur melakukan wanprestasi 5. Manfaat Penelitian Memberi penjelasan tentang manfaat teoritis(dibidng ilmu hukum) maupun manfaat praktis (pelaksanaannya dilingkungan masyarakat), berkaitan dengan pembahasan dalam penulisan skripsi tersebut. 7 6. Metode penelitian. 6.1. Tipe Penelitian (normatif & empiris ) Note : empiris hukum bukan berarti sosiologis Contoh : Asas praduga tak Bersalah Dalam Budaya Hukum Indonesia (empiris hukum) 6.2. Pendekatan (approach) Misal : Statute approach, case approach, historical approach, conceptual approach, comparative approach 6.3. Sumber bahan hukum (legal sources) Bahan hukum primer (misal: Undang-Undang, PERDA, Putusan Pengadilan) Bahan hukum sekunder (misal: jurnal hukum, buku hukum) 7. Pertanggungjawaban Sistematika / Sisitematika penulisan Menjelasan cara naskah skripsi ini disajikan / disusun, dalam bagian bagian Bab , dan Sub Bab, serta diuraikan secara singkat isi dari bagian bagian tersebut mulai dari Bab Pendahuluan, sampai Bab Kesimpulan dan saran Uraian Dalam uraian Bab-Bab berikut harus dapat menjawab pertanyaan yang dikemukakan dalam Bab I.1(b). Rumusan Masalah Penulisan dalam Bab-Bab tergantung pendekatan (approach) Contoh: Dalam penulisan tentang TINJAUAN YURIDIS PEMAKAIAN AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DI BAWAH TANGAN SEBAGAI JAMINAN HUTANG TANPA HAK PREFENEN. dapat dilakukan konsep pendekatan yang berkaitan dengan unsur (1) adanya hubungan kontraktual , (2) adanya suatu bentuk jaminan (3) adanya ”kemungkinan” cacat prestasi. Sehingga dapat di susun dalam Bab-Bab misalnya sbb : Bab II. KEKUATAN HUKUM AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DIBAWAH TANGAN Diuraikan secara lengkap, tentang keadaan senyatanya serta analisis hukumnya Ditulis dengan sistematika yang baik ( membaginya dalam sub babsub bab ), sehingga menjadi uraian yang runtut dan mudah dipahami. Bab III. PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG FIDUSIA YANG DIBUAT DIBAWAH TANGAN JIKA DEBITUR WANPRESTASI Diuraikan secara lengkap, tentang keadaan senyatanya serta analisis hukumnya Ditulis dengan sistematika yang baik ( membaginya dalam sub bab8 sub bab ), sehingga menjadi uraian yang runtut dan mudah dipahami Bab IV KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan -Kesimpulan harus merupkan jawaban atas permasalahan, sebagaimana dituliskan dalam rumusan ”Permasalahan” [Bab I.1.(b) ], dinyatakan dalam uraian yang ”padat” -Apabila ada 2 (dua) rumusan permasalahan, maka juga dituliskan 2 (dua) macam kesimpulan. 2. Saran - Apabila terdapat 2 (dua) kesimpulan, maka saran yang ajukan juga 2 (dua) macam saran. d. Daftar bahan penulisan dan lampiran -Daftar buku -Daftar Peraturan Perundang-undangan -Daftar Putusan Pengadilan (kalau ada) -Daftar Singkatan (kalau ada) -Lampiran : Misal SK Menkumham No…….. V. PENGETIKAN NASKAH SKRIPSI 1.Ukuran-ukuran dan cara pengetikan 1.1.Ukuran dan Jenis kertas : A4 ; HVS 70 – 80 gram 1.2. Jenis atau bentuk huruf “Time New Roman” ukuran 12. 1.3. Jarak antara baris satu dengan baris lainnya 2 (dua) spasi 1.4. Batas tepi Diukur dari tepi kertas a. Batas atas b. Batas bawah c. Batas kiri d. Batas kanan : 3 cm : 3 cm : 4 cm : 3 cm 1.5. Pengisian ruang ketikan pada setiap halaman Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh mulai dari batas tepi kiri sampai batas kanan, jangan ada ruangan yang terbuang, kecuali kalau akan mulai dengan alinea baru, sub judul atau hal-hal khusus. 1.6. Alinea baru Dimulai dengan jarak 1,1 cm atau pada pengetikan karakter yang kesepuluh dari batas tepi kiri. 1.7. Judul, sub judul, sub sub judul, dan Iain-lain (a) Judul harus ditulis dengan huruf besar (kapital) semua diatur simetris dengan jarak 4 cm dari tepi atas, tanpa diakhiri titik. (b) Sub judul diketik mulai dari batas kiri, semua kata dimulai dengan 9 huruf besar (kapital), kecuali kata penghubung atau kata depan, tanpa diberi garis bawah, dan tidak diakhiri dengan titik. (c) Kalimat pertama sesudah Sub Judul dimulai dengan alinea baru. (d) Sub sub judul diketik mulai dari batas tepi kiri, hanya huruf pertama saja menggunakan huruf besar (kapital), tanpa diakhiri titik. (e) Kalimat pertama sesudah sub sub judul dimulai dengan alinea baru. 1.8. Perincian ke bawah Jika ada perincian yang harus disusun ke bawah, dipakai nomor urut dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat perincian. Penggunaan tanda selain angka dan huruf tidak dibenarkan. 1.9. Huruf miring Huruf miring biasanya digunakan untuk: a. Penekanan sebuah kata atau kalimat b. Menyatakan judul buku atau majalah. c. Menyatakan kata atau frasa asing. 1.10 Penulisan angka Perlu diperhatikan ketentuan penulisan sebagai berikut: a.Bilangan di bawah seratus, seratus dan kelipatannya, seribu dan kelipatannya ditulis dengan huruf. b.Bilangan terdiri dari tiga angka atau lebih ditulis dengan angka. 2. Penomoran 2.1. Halaman-halaman bagian awal skripsi (sampai Daftar Isi) diberi nomor urut angka Romawi kecil (i, ii, iii dan seterusnya) ditulis di bagian bawah di tengah halaman, dua spasi di bawah teks; dua halaman judul dihitung, tetapi tidak diberi nomor. 2.2. Halaman-halaman berikutnya (mulai Pendahuluan) diberi nomor urut angka (1, 2, 3, dan seterusnya) ditulis di sudut atas kanan, dua spasi di atas teks, kecuali pada halaman bab. Catatan: Diperhatikan perimbangan jumlah halaman dalam tiap-tiap bab (kecuali Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran ) 2.3. Nomor halaman tiap-tiap bab ditulis dengan angka Arab di bagian bawah tengah halaman, dua spasi di bawah teks. 2.4. Tiap-tiap bab diberi nomor urut angka Romawi besar (I, II, III, dan seterusnya) di atas judul bab. Pendahuluan dijadikan Bab I. 3 . Kutipan 3.1. Kutipan langsung a. Harus sama dengan aslinya baik mengenai susunan kata-katanya, ejaannya, maupun tanda-tanda bacanya. b. Jika panjangnya kurang dari lima baris, pengetikannya diintegrasikan dalam teks/naskah dengan dua spasi dan diberi tanda kutip pada awal dan akhir kutipan 10 Contoh : Actio Pauliana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1341 KUHPerdata diatur pula dalam Undang-Undang Kepailitan : "Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara. Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan nama 'claw back provision' , didalam UndangUndang Kepailitan sangat perlu."1 c. Jika panjangnya lima baris atau lebih diketik berspasi satu tanpa tanda kutip pada awal dan akhir kutipan, dimulai setelah 1,02 cm dari margin kiri. Jarak antara kutipan yang panjangnya lima baris atau lebih dan teks adalah dua spasi. Contoh : Berdasarkan ajaran perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) jika ternyata terbukti Direksi tidak menjalankan kewajibannya secara pantas (kennelijk onbehoorlijk taakvervulling) dan akibat dari kekalalainya itu menimbulkan kerugian bagi sesuatu pihak, maka berhak pihak yang dirugikan menuntut anggota Direksi secara pribadi sebagai telah melakukan perbuatan melawan hukum, yang menurut hukum kita berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata (di Negara Belanda Pasal 1639 r B.W.17 d. Apabila dalam kutipan perlu dihilangkan beberapa bagian kalimat, maka pada bagian yang dihilangkan diganti dengan 3 titik I "... program restrukturisasi kredit perbankan yang dilaksanakan selama ini berkaitan dengan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank." e.Kalau dari suatu kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai pada akhir kalimat, maka diganti dengan 4 ( e,pat) titik Contoh: "Permohonan pengesahan dana pensiun diajukan oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa ...." f. Titik 4 juga digunakan jika yang dihilangkan bagian awal kalimat berikutnya atau lebih. Contoh:. ".... yang diperlukan untuk bertindak sebagai pengurus" ' g. Kalau perlu disisipkan sesuatu ke dalam kutipan, dipergunakan tanda kurung besar [ ...]. Contoh: Bentuk utang pajak tagihan yang lahir dari Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 [sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999]. (Pertimbangan Putusan No. 015K/N/1999 tanggal 4 Juli 1999) h. Kalau dalam kutipan yang panjangnya kurang dari lima bans terdapat tanda kutip (dua koma), maka tanda kutip itu diubah menjadi tanda kutip satu koma. Contoh: Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara. 11 Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan nama "claw back provision" ,didalam Undang-Undang Kepailitan sangat perlu. Jika dikutip maka pengetikannya seperti berikut ini: "Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara. Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan nama 'claw back provision' ,didalam Undang-Undang Kepailitan sangat perlu." i.Kata-kata yang tidak bergaris dalam aslinya, tetapi oleh pengutip dianggap perlu diberi bergaris, dibubuhi catatan langsung di belakang bagian yang diberi bergaris di antara tanda kurung besar. Contoh : "Dalam hal seperti itu, ternyata Presiden sama sekali tidak [garis miring dari penulis] mempunyai pengaruh apa-apa". Cara ini berlaku bagi setiap perubahan dan tambahan terhadap bentuk asli bahan yang dikutip j. Tiap-tiap kutipan diberi nomor kutipan pada akhir kutipan. Nomor diketik setengah spasi di atas baris kalimat, langsung sesudah akhir kutipan. Nomor kutipan berurut sampai bab terakhir, tidak dibubuhi titik, tanda kurung, dan Iain-lain. 3.2. Kutipan tidak langsung a. "Paraphrase" (parafrase) adalah "a restatement of the sense of a text or passage in other words, as for clearness; afree rendering or translation, as of a passafe ...."( tulis dalam catatan kaki : lihat The New Grolier Webster International Dictionary. Vol II, 1976, h. 668). Yang diutamakan dalam kutipan tidak langsung adalah semata-mata isi, maksud, atau jiwa kutipan bukan cara dan bentuk kutipan. b. Pada kutipan tidak langsung harus dicantumkan nomor kutipan dan sumber kutipan yang dimuat dalam footnote dengan nomor yang sama. 4. Foot note (Catatan Kaki) 4.1. Arti foot note Footnote adalah catatan di kaki halaman untuk menyatakan sumber, pendapat, fakta, atau ikhtisar atau suatu kutipan dan dapat juga berisi komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks. Sesuai dengan namanya, footnote ditempatkan di kaki halaman, yaitu : a. Tiap-tiap footnote ditempatkan pada halaman yang sama dengan bagian yang dikutip atau diberi komentar; b. Pada jarak dua spasi di bawah teks bans kalimat terakhir ditarik garis pemisah mulai dari batas margin kiri sampai margin kanan; c. Footnote pertama pada halaman yang bersangkutan juga ditempatkan pada jarak dua spasi dibawah garis pemisah; 12 ' d. Nomor-nomor footnote disusun berurutan mulai nomor satu sampai nomor terakhir (nomor footnote pertama dalam bab berikutnya adalah lanjutan nomor footnote terakhir bab sebelumnya), tanpa titik, tanpa kurung, dan Iain-lain. 4.2.Tiap-tiap nomor footnote ditempatkan setengah spasi di atas baris pertama tanpa dibubuhi titik, tanda kurung, dan Iain-lain, tetapi langsung diikuti huruf pertama dalam footnote (tanpa diselingi satu pukulan ketik). 4.3.Tiap-tiap footnote diketik berspasi satu dan dimulai sesudah 1,78 cm dari margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari suatu footnote dimulai dari margin kiri. 4.4.Kalau suatu footnote terdiri atas dua alinea atau lebih, maka tiap-tiap alinea disusun seperti petunjuk di atas ini. 4.5.Jarak antara tiap-tiap footnote adalah dua spasi. 5. Bentuk / Contoh foot note Berikut ini diuraikan bentuk-bentuk dan contoh-contoh footnote untuk sumber kutipan dari buku, makalah, surat kabar, karya yang tidak diterbitkan, wawancara, ensiklopedi, dan lain-lain. 5.1. B u k u Yang dicantumkan berturut-turut adalah nomor footnote nama pengarang (nama kecil atau nama depan, nama tengah/initial untuk orang barat umumnya, dan nama akhir atau nama keluarga), judul buku, jilid, cetakan, penerbit, tempat diterbitkan, tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip. Judul buku diberi bergaris atau dicetak miring jilid dan cetakan tidakselalu ada. a.Satu orang pengarang : . 'Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hal. 299 2 Lon L. Fuller, Jurisprudence, The Foundation Press, Mineloa, New York, 1949, h. 14. . b.Dua atau tiga orang pengarang:. 3 J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastronoto, Pelajaran Hukum Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1973, h. 49. 4 Leon Boim, Glenn G. Morgan, dan Aleksander W. Rudzinski^Lega/ Controles in the Soviet Union, A.W. Sijthoff, Leiden, 1966, h. 302. c. Lebih dan tiga orang pengarang, hanya nama pengarang, pertama yang dicantumkan diikuti et al., 5 Elliot E. Cheatham et al., Conflict of Law, The Foundation Press, Mineola, New York, 1959, h. 104. 6 Padmo Wahyono et al., Kerangka Landasan Pembangunan Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, h. 37 13 d. Editor/penyunting/penghimpun. 7 Soerjono Soekamto, ed., Identifikasi Hukum Positif Tidak Tertulis Melalui Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Ind.Hill-Co, Jakarta, 1988, h. 105. e. Lembaga atau Badan : 8 Sekretariat Negara, Konferensi Tingkat Tinggi Asean, Bali 23 - 25 Pebruari 1976, h. 85. 9 Badan Pembinaan Hukum Nasional, Lokakarya Sistem Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan, Binacipta, Bandung, 1977, h. 51. f.Terjemahan: 10 F.J.H.M. van der Ven, Pengantar Hukum Kerja, Cet. II., (terjemahan Sridadi), Kanisius, Yogyakarta, 1969, h. 61. g. Mengutip dan bahan yang dikutip: penulis yang langsung dikutip dicantumkan lebih dahulu, kemudian penulis asli: 11 William, H. Burton, The Guidance of Learning Activities, D. Appleton-Century Company, Inc., New York, 1952, h. 186, dikutip dan Ernest Hilgard, Theories of Learning, Appleton, New York, 1948, h. 37. h. Kumpulan karangan : 12 John Stanner, "Family Relationships in Malaysia", dalam David C. Buxbaum (ed), Family Law and Customary Law in Asia A Contemporary Legal Perspective, Martinus Nijhoff, The Haque, 1968, h. 202. 5.2. Majalah Yang dicantumkan berturut-turut: nama penulis (seperti pada buku), judul tulisan di antara kutip, nama majalah (diberi bergaris), nomor, tahun majalah dalam angka Romawi (kalau ada), bulan dan tahun penerbitan, dan nomor halaman yang dikutip. 13 Oemar Seno Adji, "Perkembangan Delik Khusus dalam Masyarakat yang Mengalami Modernisasi", Hukum dan Pembangunan, No. 2 Th. X, Maret 1980, h. 113. Kalau tidak diketahui nama pengarang suatu artikel dalam majalah, maka nama pengarang ditiadakan, jadi footnote dimulai dengan judul karangan. 14 "Sekolah-sekolah di Yogyakarta", Suara Guru II, September 1957, h. 18, 19,21. 5.3. SuratKabar 15 Lim, "Sudah Tiba Waktunya Hukum Intergentil Ditinggalkan sebagai Mata Kuliah", Kompas, 28 Agustus, 1979, h. III. 5.4. Skripsi/Tesis/Disertasi Heru Supraptomo, "Masalah-masalah Peraturan-peraturan Cek Serta Bilyet Giro di Indonesia, dalam Rangka Mengembangkan Sistem Giralisasi Pembayaran", Disertasi Fakultas Hukum Universitas Airlangga, 14 1977, h. 263. 5.5. Pidato Pengukuhan Guru Besar 17 Rudhi Prasetya, Perseroan Terbatas Sebagai Wahana Membahagiakan dan Menestapakan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga. 5.6. Wawancara 17 Wawancara dengan Ketua Pengadilan Negeri Surabaya, 16 Juni 1980 5.7.Tulisan dalam ensiklopedi Nama penulis diketahui atau tidak diketahui 18 Erwin N. Griswold, "Legal Educatioan", Encyclopedia Americana XVII, 1977, h. 164. ''"Interpellation", Encyclopedia Britannica XII, 1955, h. 534. 5.8. Peraturan Perundang-undangan 20 Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, , LN tahun 1995 No. 13, TLN No. 3587, ps. 4. 21 Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, LN Tahun 1998 No. 40, TLN 3741, ps. 7. 6. Mempersingkat Footnote (pengulangan) Apabila suatu sumber sudah pernah dicantumkan lengkap dalam footnote, maka footnote itu selanjutnya dapat dipersingkat dengan menggunakan ibid., op.cit., dan loc.cit. 6.1. Ibid Ibid, kependekan dari ibidem, artinya "pada tempat yang sama" Dipakai apabila kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang langsung mendahului (tidak disela oleh sumber lain), rneskipun antara kedua kutipan itu terdapat beberapa halaman. Ibid, tanpa nomor halaman dipakai jika bahan yang dikutip diambil dari nomor halaman yang sama. Jika bahan yang dikutip diambil dari nomor halaman yang berbeda, maka digunakan ibid, dengan nomor halaman yang berbeda. Contoh: li Dedi Soemardi, Sumber-Sumber Hukum Positif, Alumni, Bandung, 1980, h. 10. 2 Ibid.. 34 Ibid, tidak boleh dipakai, jika diantara dua sumber terdapat sumber lain. Dalam hal ini dipakai op.cit. atau loc.cit. 15 6.2. Op.cit. Op.cit. kependekan dari dari opera citato, artinya "dalam karya yang telah disebut" Dipakai untuk menunjuk kepada sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah diselingi oleh sumber lain. Pemakaian op.cit. harus diikuti nomor halaman yang berbeda. Kalau dari seorang penulis telah disebut dua macam buku atau lebih, maka untuk menghindarkan kekeliruan harus dijelaskan buku mana yang dimaksud dengan mencantumkan nama penulis diikuti angka Romawi besar I, II, dan seterusnya pada footnote sesudah tahun penerbitan di antara dua tanda kurung. Contoh: 17 Sudargo Gautama, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni, Bandung, 1973 (selanjutnya disingkat Sudargo Gautama I), h. 131. 18 Sudargo Gautama, Masalah Agraria, berikut Peraturanperaturan dan Contoh-contoh, Get. II, Alumni, Bandung, 1973 (selanjutnya disingkat Sudargo Gautama II), h. 98. Sudigdo Hardjosudarmo, Masalah Tanah di Indonesia Suatu Studi di Sekitar Pelaksanaan Landreform di Jawa dan Madura, Bharata, Jakarta, 1970, h. 54. 20 Sudargo Gautama I, op.cit,,, h. 139. ' Yang dikutip adalah dari karya Sudargo Gautama dalam footnote nomor 17 (bukan 18). 6.3. Loccit. Loc.cit. kependekan dari loco citato, artinya "pada tempat yang telah disebut", Digunakan kalau menunjuk kepada halaman yang sama dari suatu sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah diselingi oleh sumber lain. Contoh: l Komar Kantaatmadja, Hukum Perusahaan Bagi Perusahaanperusahaan Asing, Tarsito, Bandung, 1984, h.45 2 R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung, 1982, h.59 3 Kantaatmadja, loc.cit. 4 Suryodiningrat, loc. Cit 6.4. Contoh pemakaian ibid, op.cit., dan loc.cit. dalam rangkaian footnote 21 Kuntjoro Poerbopranoto, Beberapa Catalan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Cet. II, Alumni, Bandung, 1978, h. 86. 22 lbid (berarti: juga dari h. 86) 23 Ibid, h. 90 (halamannya berbeda) ^Michael P. Barber, Public Administration, Macdonald & Evans Ltd., London, 1972, h. 212. 25 E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Cet. IV, Ichtiar, Jakarta, 1960, h. 178. 26 Michael P. Barber, op.cit., h. 215 (halamannya 27 berbeda) Utrecht, loc.cit. (berarti: juga dari h. 178) 7. Daftar Bacaan 16 Pada bagian akhir skripsi dicantumkan Daftar Bacaan. Jangan menggunakan Daftar Buku, Kepustakaan, Daftar Pustaka, dan Iain-lain, karena Daftar Bacaan mencakup semua bahan yang dibaca dalam kegiatan penyusunan skripsi. Di dalamnya sudah termasuk buku, surat kabar, brosur, kamus, dan sebagainya. 7.1. Bentuk daftar bacaan hampir sama dengan bentuk footnote, tetapi ada perbedaan pengetikan sebagai berikut: a. Nama pengarang mulai diketik pada garis margin, sedangkan baris kedua dan seterusnya dimulai setelah 1,02 cm dari garis margin, dengan spasi satu. b. Antara dua sumber dikosongkan dua spasi; c. Nomor halaman tidak ada; d. Nama pengarang atau penulis disusun menurut abjad tanpa nomor unit dengan mendahulukan nama keluarga (kalau memiliki nama keluarga). Suatu kesulitan ialah menentukan nama keluarga pada nama-nama Indonesia karena tidak semua suku bangsa kita memakai nama keluarga. Dalam hal demikian yang dijadikan patokan adalah huruf pertama dari nama yang paling dikenal, mis. : Mochtar Kusumaatmadja lebih dikenal dengan nama Mochtar, jadi masuk kelompok huruf abjad M. Contoh (perhatikan urutan abjadnya). Fuller, Lon L., Jurisprudence, The Foundation Press, Mineola, New York, 1949. Gautama, Sudargo, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni, Bandung, 1973. Kuntjoro Poerbopranoto, Beberapa Catalan Hukum Tata Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Cet. II, Alumni, Bandung, 1978. 7.2 Kalau sebuah karya ditulis oleh dua atau tiga orang, maka hanya nama pengarang yang pertama yang disusun seperti uraian di atas. Nama penulis kedua dan ketiga ditulis biasa seperti pada footnote. Kalau penulis berjumlah lebih dari tiga orang, maka hanya penulis pertama yang disusun seperti di atas ditambah et.al., seperti pada footnote. 7.3. Apabila dalam daftar bacaan terdapat dua karya atau lebih yang ditulis oleh seorang ahli, maka untuk karya kedua dan seterusnya sebagai pengganti nama penulis dicantumkan garis sepanjang 1,78 (jadi nama penulis tidak perlu diulang); 7.4. Jika sumber dalam daftar bacaan banyak dan bermacam-macam (buku, majalah, surat kabar, brosur, dan Iain-lain), maka sumber-sumber tersebut dikelompokkan dan tiap-tiap kelompok juga disusun menurut abjad. 8.Bahasa 8.1. Bentuk kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang kedua (saya, kami, kita, engkau dan Iain-lain). Dalam penyajian ucapan terima kasih pada pengantar, saya dapat diganti dengan penulis. 8.2. Isi (Kata) Pengantar mengenai substansi skripsi tidak perlu merendah secara berlebihan supaya tidak timbul kesan pada pembaca 17 bahwa skripsi Anda "tidak ada apa-apanya". 8.3. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan : a. Kalimat-kalimat yang panjang. b. Kata-kata ".... yang mana ....", "....sejauh mana...."....oleh karena mana..." dan kata-kata lain semacam itu. 8.4. Istilah yang dipakai istilah Indonesia atau yang sudah di Indonesiakan, jika terpaksa harus memakai istilah asing digunakan huruf italic atau dicetak miring. 8.5. Penggunaan kata penghubung, kata depan, awalan, akhiran dan tanda baca secara tepat, antara lain : a. Tidak membutuhkan koma untuk kata "bahwa", "karena", "sebab", "supaya." b. Membutuhkan koma sebelum kata "akan tetapi", "tetapi", melainkan", "maka". c. Membutuhkan koma sebelum dan setelah kata "misalnya", "contohnya", "yaitu", "ialah" 8.6. Singkatan atau akronim tidak boleh digunakan pada awal kalimat. 9. Hal-hal lain Gelar, pangkat, dan sebagainya seperti Prof., Mr., S.H., Dr., dan atributatribut lain semacam itu terutama dalam footnote dan daftar bacaan tidak perlu dicantumkan. Perkecualian hanya dalam Kata Pengantar yang berisi pernyataan terima kasih (acknowledgments), dan dengan alasan-alasan tertentu, dalam teks. 9.1. Daftar Singkatan Dalam daftar singkatan berikut ini dimasukkan juga singkatan-singkatan yang belum biasa digunakan oleh para penulis Indonesia, tetapi yang perlu diketahui untuk memahami tulisan-tulisan dalam bahasa asing, khususnya bahasa Inggris. Anon a.o. a quo art(s) c. atau ca cf. chap(s) col(s) cont c.q. c.s. def. diss. ed(s). e-g-etal. ets. et seq. f. atau ff. fig(s) h. i.a. ibid id. i.e. infra di atas, di muka, supra among others, antara lain (a.l.); inter alia (i.a) dalam hal ini (dhi.) article(s); aya(-ayat) circa, kira-kira, sekitar (ttg. Tahun) confer, bandingkan (bdk) chapter(s), bab (-bab) colum(s), kolom (-kolom); lajur (-lajur) continued, bersambung casu quo, dalam perkara/kejadian ybs cum suis, dan kawan-kawan (dkk.); et alii (et al) def. definition, definisi, batasan diss dissertation, disertasi ed(s)editor'(s), penyunting, editor e-g-etal.exempli gratia, umpama (ump.), misal (mis.) ets.et et alii, dan kawan-kawan (dkk.); cum suis (c.s.) etcetera, dan Iain-lain (dll.) et sequentia, dan selanjutnya dan seterusnya (dst.); lihat f. following (page, halaman berikutnya; following (pages)), halaman-halaman berikutnya figure(s), gambar (-gambar) halaman inter alia, antara lain (a.l.); among others (a.o). ibidem, pada tempat yang sama idem, sama (tentang orang) id est, yaitu, yakni, ialah; that is, namely, viz dibawah; post 18 p.(pp.) passi m post P.S. q.q. quod non resp. sec(s) ser. sic supra t.n. t.p. t.t trans v. (vs) vide vol (s page(s), halaman (h.), halaman-halaman tersebar dalam suatu karya di bawah; infra Post. Scriptum, catatan akhir qualitate qua, dalam kedudukan (kualitas) sebagai wakil pada hal tidak respectively, berturut-turut section(s), pasal (-pasal) series, jilid, volume(s), vol(s) memang begitu dalam naskah asli di atas, ante tanpa nama tanpa penulis tanpa tanggal/tahun translation, terjemahan versus, lawan lihat volume 19