PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI I. PERSIAPAN PENULISAN

advertisement
PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI
I. PERSIAPAN PENULISAN SKRIPSI
1. Pengertian
Skripsi di bidang Ilmu Hukum, adalah karya tulis akademik yang disusun oleh
mahasiswa berdasarkan penelitian hukum untuk memenuhi persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Hukum (S-I).
Skripsi diusahakan agar dapat memberikan sumbangan kepada khasanah ilmu
pengetahuan berupa pemecahan masalah, atau setidaknya dapat menyajikan
diskripsi ilmiah dan suatu objek penelitian, dan bukan merupakan duplikasi /
pengulangan dari penelitian-penelitian yang pernah dilakukan
2. Persyaratan dan waktu pengajuan skripsi
2.1. Persyaratan akademik :
a.Mahasiswa telah memperoleh 110 SKS atau lebih
b.Menyiapkan Foto Copy KHS dan atau Daftar Nilai Kumilatif
c.Membuat Kansep Proposal Penulisan Skripsi 1 ( satu ) set.
2.2. Pengajuan Dosen Pembimbing
Mahasiswa menghubungi dan menyerahkan konsep Proposal Penulisan Skripsi
kepada
calon dosen pembimbing yang dipilihnya sesuai dengan
kompetensi dosen yang bersangkutan yang berkaitan dengan bidang
penulisan yang akan diambil, untuk meminta pertimbangan / persetujuannya.
Apabila calon dosen pembimbing menyatakan kesediannya, maka mahasiswa
mengajukan permohonan mengikuti program skripsi yang ditujukan
kepada Dekan, dengan mengisi formulir yang disediakan di Tata Usaha
Fakultas Hukum, dan dilampiri dengan Proposal Penulisan Skripsi Foto
Copy KHS dan atau Daftar Nilai Kumilatif.
Apabila pengajuan tersebut disetujui, maka Dekan menerbitkan Surat
Pengantar / menetapkan dosen pembimbing sebagaimana pengajuan
mahasiswa, atau dengan pertimbangan bahwa dosen tersebut sedang
melakukan bimbingan kepada sejumlah mahasiswa tertentu, dan atau
dengan pertimbangan akademis, maka Dekan dapat menetapkan dosen
pembimbing lainnya
Surat Pengantar tersebut dilampiri dengan Formulir / Kartu Bimbingan
Skripsi, dan Proposal Penulisan Skripsi
II. BIMBINGAN SKRIPSI
1. Dosen Pembimbing
1.1.Syarat umum dosen pembimbing :
a.Dosen tetap;
b.Mengajar mata kuliah yang berkaitan, sesuai dengan SK Dekan
c.Di luar persyaratan umum tersebut Dekan dapat menyetujui /
menetapkan
dosen lain
melalui pertimbangan-pertimbangan
akademis.
1.2.Beban dan Tanggungjawab Pembimbing
a.Mengingat dalam melakukan bimbingan memerlukan penyediaan waktu,
tenaga dan perhatian yang cukup kepada mahasiswa, maka beban
1
bagi seorang dosen pembimbing ditetapkan sebanyak-banyaknya 5
( lima orang ) mahasiswa tiap semester.
b.Mengatur waktu bimbingan dengan mempertimbangkan kesempatan
masing-masing sehingga waktu penulisan skripsi yang tersedia dapat
dimanfaatkan secara efektif dan efisien.
c.Pembimbing tetap bertanggung jawab terhadap pembimbingan
sampai dengan mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan lulus dan atau
selesai memperbaiki skripsinya, serta tugas lain yang berkaitan dengan
pembuatan skripsi, misal: membuat resume skripsi dalam format Jurnal,
mengesahkan pemberkasan naskah Skripsi untuk di jilid dan di
dokumentasikan.
1.3.Penggantian dosen pembimbing
Dalam hal tertentu Pembimbing tidak dapat melanjutkan tugas
pembimbingan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain:
a. Kesehatan tidak memungkinkan.
b. Tugas
Fakultas
yang menyebabkan tidak ada waktu untuk
membimbing penyusunan skripsi.
c. Perbedaan pendapat yang cukup mendasar dengan mahasiswa selama
dibimbing.
Jika hal tersebut di atas terjadi, pembimbing wajib memberitahukan
secara tertulis kepada Dekan, untuk kemudian Dekan menetapkan
pembimbing baru secara langsung atau dengan mempertimbangkan usul
mahasiswa yang bersangkutan.
3. Pelaksanaan Bimbingan
3.1. Dekan menerbitkan Surat Pengantar ( I.2.2.c & d ) untuk diserahkan ke Dosen
Pembimbing, dan mahasiswa yang bersangkutan mendapatkan tembusannya.
3.2. Bimbingan dimulai setelah mahasiswa menghadap Dosen pembimbing yang
bersangkutan, untuk berkonsultasi mulai dari penelitian, perbaikan proposal ,
termasuk perubahan judul (kalau perlu), dan merencanakan jadwal
bimbingan, sampai dengan penulisan naskah skripsi selesai dikerjakan oleh
mahasiswa yang bersangkutan.
3.3. Dengan berpedoman kepada proposal tersebut mahasiswa mengikuti
bimbingan yang telah dijadwalkan dengan dosen pembimbing, kemudian
menjalani bimbingan maksimal sebanyak 14 (empat belas ) kali.
3.4. Setiap mengikuti bimbingan, mahasiswa harus menyerahkan Formulir /
Kartu Bimbingan ( I.2.2.d ) kepada dosen pembimbing untuk diisi dengan
arahan / kemajuan bimbingan dan ditanda tangani Dosen Pembimbing.
3.5. Garis Besar Pelaksanaan Bimbingan
a. Bimbingan ke I
(1) Dosen memastikan bahwa proposal dan penulisan skripsi tersebut ,
merupakan karya orisinil mahasiswa.
(2) Melakukan review proposal, dan apabila perlu mengganti judul
penulisan skripsi.
(3) Mememberikan penjelasan cara penulisan skripsi, mulai dari kerangka
sampai dengan penyelesaian skripsi.
b. Bimbingan ke II
Pembahasan Bab I Pendahuluan
c. Bimbingan ke III
(1) Review hasil penulisan Bab I *)
2
(2) Pembahasan Bab II
d. Bimbingan ke IV
(1) Review hasil penulisan Bab II*)
(2) Pembahasan Bab III
e. Bimbingan ke V
(1) Review hasil penulisan Bab III*)
(2) Pembahasan / Review Bab-bab terdahulu serta penyempurnaannya
g. Bimbingan ke VI dan seterusnya *)
(1) Menyelesaikan bimbingan dan
(2) Sampai dengan Dosen menyatakan Skripsi layak untuk di uji.
Catatan :
*) Apabila Dosen Pembimbing berpendapat bahwa tahapan penulisan
skripsi tersebut belum sesuai dengan hasil / kualitas penulisan yang
diinginkan, maka Dosen pembimbing berhak untuk menambah jumlah
tatap muka / bimbingan
III. UJIAN
1.Jadwal dan persyaratan mengikuti Ujian
1.1.Jadwal ujian :
a.Semester gasal : Bulan Maret – April
b.Semester genap ; Bulan September – Oktober
c.Bulan bulan lain yang disesuaikan dengan Jadwal Wisuda Universitas
1.2.Persiapan Ujian
Apabila mahasiswa telah siap untuk menempuh ujian skripsi, maka wajib
memenuhi persyaratan sbb:
a.Persyaratan Akademik
(1)Telah selesai bimbingan
(2)Memasukkan program “Skripsi” dalam KRS pada semester yang
dipilihnya.
(3)Telah menyelesaikan seluruh Mata Kuliah yang di persyaratkan ,
minimal 140 SKS / atau apabila kurang, maka kekurangannya telah
diprogram dalam KRS pada Semester yang sama dengan saat
pelaksanaan ujian skripsi.
(4)Mengajukan / mengisi blanko permohonan untuk mengikuti ujian
skripsi pada Semester yang bersangkutan, untuk diserahkan ke Tata
Usaha Fakultas , dengan menyertakan :
- 1 (satu) set Proposal Skripsi yang telah di sahkan / ditanda
tangani dosen pembimbing,
- 3 (tiga) set naskah skripsi yang telah disahkan oleh Dosen
Pembimbing.
- Foto Copy pelunasan SPP dan Biaya Skripsi
(5) Membuat / menyiapkan bahan presentasi untuk ditayangkan pada
waktu ujian skripsi ( PPt , dsb)
b. Persyaratan keuangan
(1)Melunasi SPP
(2)Melunasi Biaya Skripsi
2.Tata administrasi
2.1.Berdasarkan jadwal ujian skripsi yang telah ditetapkan serta kesiapan
3
mahasiswa untuk mengikuti ujian sebagaimana dipersyaratakan dalam
amar ( III.1.2.), maka disusun Jadwal Pelaksanaan Ujian Skripsi (JPUS)
yang memuat : Nama mahasiswa, waktu dan tempat ujian, serta susunan
team penguji. yang disahkan oleh Dekan.
2.2.JPUS tersebut disampaikan kepada mahasiswa dan kepada Team Penguji
yang dilengkapi dengan naskah skripsi yang akan diujikan , paling lambat
7 ( tujuh hari ) kerja sebelum waktu ujian tersebut.
2.3.Tata Usaha Fakultas menyiapkan berita acara pelaksanaan ujian skripsi
untuk diisi dan disyahkan oleh team penguji.
2.4.Berita Acara Ujian setelah diisi dan ditandatangani oleh Panitia Penguji
diserahkan ke Tata Usaha Fakultas, untuk proses pencatatan dan
dokumentasi.
2.5. Bagi mahasiswa yang telah selesai mengikuti ujian diwajibkan untuk
mengisi formulir berkaitan dengan tanggal kesanggupan yang diajukan
mahasiswa dan telah disetujui Dosen Pembimbing untuk :
a.Menyelesaikan revisi ( bila diwajibkan)
b.Mencetak naskah skripsi-lengkap rangkap 2 (dua)
c.Mengesahkan naskah skripsi tersebut dengan meminta tanda tangan
Dosen Pembimbing, dan Dosen-dosen Penguji
d.Membuat resume skripsi dalam bentuk naskah jurnal.
e.Mencetak resume skripsi rangkap 2 (dua)
f.Mengesahkan resume skripsi dengan meminta tanda tangan Dosen
Pembimbing
g.Membuat soft ware naskah skripsi dan resume skripsi dalam CD yang
terpisah.
h.Menyerahkan ke Tata Usaha Fakultas : naskah skripsi dan resume
skripsi yang telah disahkan dan software nya, pada tanggal yang telah
ditetapkan tersebut di atas.
3.Pelaksanaan ujian
3.1. Waktu ujian ditetapkan selama 60 menit.
3.2. Ujian bersifat open book.
3.3. Mahasiswa mempunyai hak untuk menempuh ujian skripsi selambatlambatnya selama 2 (dua) semester terhitung mulai tanggal penyelesaian
penulisan skripsi selama masa studinya masih memungkinkan. Apabila
masa studinya kurang dari waktu tersebut, maka sisa masa studinya
menjadi batas waktu dalam menggunakan hak untuk menempuh ujian.
3.4. Kecurangan dalam ujian pada hakekatnya merupakan kecurangan dalam
penulisan skripsi itu sendiri, yang bentuknya antara lain:
a. Dinyatakan merupakan kutipan dari sumber tertentu tetapi tidak benar
b. Plagiat sebagian atau seluruhnya.
3.5. Jika kecurangan tersebut ditemukan pada saat ujian berlangsung,
maka ujian dibatalkan dan mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan
tidak lulus serta diwajibkan menempuh ujian ulang. Kecurangan tersebut
dicantumkan dalam berita acara ujian. Namun, jika kecurangan tersebut
diketahui oleh siapapun setelah mahasiswa dinyatakan lulus, maka
sanksinya ditetapkan oleh Rektor berdasarkan laporan Dekan.
4.Dosen penguji
4.1.Syarat dosen penguji sama dengan syarat dosen pembimbing, dengan
perkecualian berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akademis Dekan
dapat menetapkan selain dari ketentuan tersebut.
4.2.Untuk pelaksanaan ujian skripsi, dibentuk panitia penguji yang terdiri atas
1 (satu ) orang ketua dan 2 (dua) orang anggota. Dosen pembimbing tidak
4
diperbolehkan menjadi ketua penguji.
4.3.Penetapan penguji didasarkan pada:
a.Bidang keahlian yang sesuai dengan skripsi
b.Pemerataan kesempatan menguji.
5.Penilaian
5.1. Batas penilaian di antara angka 0 sampai dengan 100
5.2. Penilaian meliputi:
a. Teknis Penulisan
Penilaian teknis adalah penilaian terhadap cara/teknik penyusunan
skripsi dalam arti kesesuaian dengan Buku Pedoman. Bobot penilaian
teknis sebesar 20%.
b. Materi
Penilaian materi meliputi isi atau kandungan skripsi secara
keseluruhan. Cara penilaian dilakukan berdasarkan hasil pembahasan
menyeluruh skripsi tersebut. Bobot penilaian materi sebesar 30%.
c. Argumentasi
Penilaian argumentasi adalah penilaian kemampuan mahasiswa
dalam menjawab, memberikan alasan, mempertahankan pendapat
dengan menunjuk bukti yang diajukan, sikap/etika ilmiah dalam
menjawab pertanyaan secara sistematis dan logis, serta kelancaran
maupun pencerminan penguasaan materi skripsi. Bobot penilaian
argumentasi sebesar 50%.
5.3. Setiap penguji melakukan penilaian tersendiri pada formulir yang
disediakan. Selanjutnya dipindahkan setelah dilakukan perhitungan
(rekapitulasi) dengan mencari rata-rata nilai dari seluruh penguji ke
formulir rekapitulasi.
5.4. Ujian dinyatakan lulus jika diperoleh nilai sekurang-kurangnya 56 (lima
puluh enam). Jika nilai yang diperoleh kurang dari 56 (lima puluh enam)
mahasiswa dinyatakan tidak lulus dan diharuskan mengulang.
5.3. Perhitungan nilai skripsi didasarkan pada kriteria sebagai berikut:
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Nilai Angka
> 80
>72 s/d 80
> 65 s/d 72
> 56 s/d 65
> 48 s/d 56
> 40 s/d 48
0 s/d 40
Nilai Huruf
A
AB
B
BC
C
D
E
Bobot /Nilai Absulut
4
3,5
3
2,5
2
1
0
IV. SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
1. Kerangka Skripsi
Contoh kerangka skripsi dengan judul :
TINJAUAN YURIDIS PEMAKAIAN AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DI
BAWAH TANGAN SEBAGAI JAMINAN HUTANG.
Kerangka skripsi dibagi dalam tiga bagian : (a) Bagian awal, (b) Bagian Isi, (c)
Bagian akhir, serta Daftar bahan penulisan dan Lampiran, dengan susunan sebagai
berikut : ( susunan ini juga merupakan ”Daftar Isi” , yang dilengkapi dengan nomor
halaman )
HALAMAN JUDUL
5
HALAMAN PERSETUJUAN
HALAMAN PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
1. Permasalahan : Latar Belakang dan Rumusan
2. Penjelasan Judul
3. Alasan Pemilihan Judul
4. Tujuan penelitian
5. Manfaat Penelitian
6. Metode Penelitian
7. Pertanggungjawaban Sistematika
BAB II: KEKUATAN HUKUM AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DIBAWAH
TANGAN
1.Pengertian Fidusia
2.Pembebanan Barang Sebagai Jaminan
3.Pembebanan Jaminan Fidusia
4.Akta Otentik dan Akta Dibawah Tangan
BAB III : PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG FIDUSIA YANG
DIBUAT DIBAWAH TANGAN JIKA DEBITUR WANPRESTASI
1.Wanprestasi Dalam Perjanjian Jaminan Fidusia
2.Akibat Hukum Adanya Wanprestasi Terhadap Pemegang Jaminan
Fidusia Yang Dibuat Dengan Akta Dibawah Tangan
BAB IV : PENUTUP
1.Kesimpulan
2.Saran
PENJELASAN :
Bagian Awal
(1) Halaman judul (bagian luar dan bagian dalam)
Judul adalah rumusan dari inti penulisan, dinyatakan dalam kalimat yang
terdiri tidak lebih dari 20 kata, tidak diperkenankan ada kata sambung
“dan”
Contoh :
TINJAUAN YURIDIS PEMAKAIAN AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DI
BAWAH TANGAN SEBAGAI JAMINAN HUTANG TANPA HAK
PREFENEN.
(2) . Halaman pengesahan
Halaman ini berisi nama nama para dosen yang mengesahkan naskah skripsi dan
tempat untuk tanda tangan yang bersangkutan
(3)Kata Pengantar
Merupakan pernyataan penulis skripsi / suasana batin sebelum dan sesudah
selesainya penulisan skripsi
Misal , tujuan penulisan skripsi, pernyataan syukur, ucapan terima kasih ke
berbagai pihak, harapan harapan berkaitan dengan tulisan skripsi tersebut.
6
(4) Daftar Isi
Menuliskan bab-bab, sub bab dalam suatu daftar dengan menunjuk nomor halaman
dari naskah skripsi, sebagai contoh - II.1.
Isi
Bab I. Pendahuluan
1. Latar Belakang dan rumusan
Berisi uraian tentang :
(b)Latar belakang
- Masalah yang ”menarik” untuk ditulis, diusahkan masalah yang
aktual terjadi dan penting.
- Masalah tersebut harus dapat di bahas dari segi peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
(c)Rumusan
- Rumusan yang konkrit berkaitan dengan masalah yang diuraikan
dalam ”latar belakang” tersebut , dalam bentuk pertanyaan
- Dapat diawali dengan : Apakah , Bagaimana
- Dikemukakan minimal 2 masalah, misalnya
1. Bagaiamana kekuatan hukum akta fidusia yang dibuat di bawah
tangan ?
2. Bagaimana perlindungan hukum pemegang fidusia yang dibuat
dalam bentuk akta di bawah tangan ?
- Rumusan masalah tersebut harus terjawab dalam uraian dalam BabBab uraian ( dalam contoh ini , pada Bab II dan Bab III )
2. Penjelasan judul
Memberikan penjelasan terhadap setiap kata dari judul tersebut,
sehingga dapat disajikan suatu pengertian kalimat yang utuh.
Contoh :
”Kekuatan hukum” diartikan sebagai kekuasaan dari segi hukum atau
norma hukum baik tertulis maupun tidak tertulis
”Akta” , surat yang diberi tanda tangan, yang memuat peristiwa- peristiwa
yang menjadi dasar daripada suatu hak atau perikatan yang dibuat sejak
semula dengan sengaja untuk pembuktian ( Sudikno Mertokusumo).dst
3.Alasan Pemilihan judul
Memberikan penjelasan tentang pentingnya permasalahan ini ditulis
dengan dilatar belakangi adanya permasalahan yang perlu di selesaikan:
4.Tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Contoh :
a. Untuk mengetahui dan melakukan analisis kekuatan hukum akta fidusia
yang dibuat di bawah tangan
b. Untuk mengetahui dan melakukan analisis perlindungan hukum
pemegang fidusia dalam bentuk akta di bawah tangan apabila debitur
melakukan wanprestasi
5. Manfaat Penelitian
Memberi penjelasan tentang manfaat teoritis(dibidng ilmu hukum)
maupun manfaat praktis (pelaksanaannya dilingkungan masyarakat),
berkaitan dengan pembahasan dalam penulisan skripsi tersebut.
7
6. Metode penelitian.
6.1. Tipe Penelitian (normatif & empiris )
Note
: empiris hukum bukan berarti sosiologis
Contoh : Asas praduga tak Bersalah Dalam Budaya
Hukum Indonesia (empiris hukum)
6.2. Pendekatan (approach)
Misal
: Statute approach, case approach, historical
approach, conceptual approach, comparative approach
6.3. Sumber bahan hukum (legal sources)
Bahan hukum primer (misal: Undang-Undang, PERDA,
Putusan Pengadilan)
Bahan hukum sekunder (misal: jurnal hukum, buku hukum)
7. Pertanggungjawaban Sistematika / Sisitematika penulisan
Menjelasan cara naskah skripsi ini disajikan / disusun, dalam bagian
bagian Bab , dan Sub Bab, serta diuraikan secara singkat isi dari bagian
bagian tersebut mulai dari Bab Pendahuluan, sampai Bab Kesimpulan
dan saran
Uraian
Dalam uraian Bab-Bab berikut harus dapat menjawab pertanyaan yang dikemukakan
dalam Bab I.1(b). Rumusan Masalah
Penulisan dalam Bab-Bab tergantung pendekatan (approach)
Contoh:
Dalam penulisan tentang TINJAUAN YURIDIS PEMAKAIAN AKTA FIDUSIA
YANG DIBUAT DI BAWAH TANGAN SEBAGAI JAMINAN HUTANG
TANPA HAK PREFENEN.
dapat dilakukan konsep pendekatan yang berkaitan dengan unsur
(1) adanya hubungan kontraktual , (2) adanya suatu bentuk jaminan (3)
adanya ”kemungkinan” cacat prestasi.
Sehingga dapat di susun dalam Bab-Bab misalnya sbb :
Bab II.
KEKUATAN HUKUM AKTA FIDUSIA YANG DIBUAT DIBAWAH
TANGAN
Diuraikan secara lengkap, tentang keadaan senyatanya serta analisis
hukumnya
Ditulis dengan sistematika yang baik ( membaginya dalam sub babsub bab ), sehingga menjadi uraian yang runtut dan mudah dipahami.
Bab III.
PERLINDUNGAN HUKUM PEMEGANG FIDUSIA YANG DIBUAT
DIBAWAH TANGAN JIKA DEBITUR WANPRESTASI
Diuraikan secara lengkap, tentang keadaan senyatanya serta analisis
hukumnya
Ditulis dengan sistematika yang baik ( membaginya dalam sub bab8
sub bab ), sehingga menjadi uraian yang runtut dan mudah dipahami
Bab IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
-Kesimpulan harus merupkan jawaban atas permasalahan,
sebagaimana
dituliskan
dalam
rumusan
”Permasalahan”
[Bab I.1.(b) ], dinyatakan dalam uraian yang ”padat”
-Apabila ada 2 (dua) rumusan permasalahan, maka juga dituliskan 2
(dua) macam kesimpulan.
2. Saran
- Apabila terdapat 2 (dua) kesimpulan, maka saran yang ajukan juga
2 (dua) macam saran.
d. Daftar bahan penulisan dan lampiran
-Daftar buku
-Daftar Peraturan Perundang-undangan
-Daftar Putusan Pengadilan (kalau ada)
-Daftar Singkatan (kalau ada)
-Lampiran : Misal SK Menkumham No……..
V. PENGETIKAN NASKAH SKRIPSI
1.Ukuran-ukuran dan cara pengetikan
1.1.Ukuran dan Jenis kertas : A4 ; HVS 70 – 80 gram
1.2. Jenis atau bentuk huruf “Time New Roman” ukuran 12.
1.3. Jarak antara baris satu dengan baris lainnya 2 (dua) spasi
1.4. Batas tepi
Diukur dari tepi
kertas
a. Batas atas
b. Batas bawah
c. Batas kiri
d. Batas kanan
: 3 cm
: 3 cm
: 4 cm
: 3 cm
1.5. Pengisian ruang ketikan pada setiap halaman
Ruangan yang terdapat pada halaman naskah harus diisi penuh mulai
dari batas tepi kiri sampai batas kanan, jangan ada ruangan yang
terbuang, kecuali kalau akan mulai dengan alinea baru, sub judul atau
hal-hal khusus.
1.6. Alinea baru
Dimulai dengan jarak 1,1 cm atau pada pengetikan karakter yang
kesepuluh dari batas tepi kiri.
1.7. Judul, sub judul, sub sub judul, dan Iain-lain
(a) Judul harus ditulis dengan huruf besar (kapital) semua diatur
simetris dengan jarak 4 cm dari tepi atas, tanpa diakhiri titik.
(b) Sub judul diketik mulai dari batas kiri, semua kata dimulai dengan
9
huruf besar (kapital), kecuali kata penghubung atau kata depan,
tanpa diberi garis bawah, dan tidak diakhiri dengan titik.
(c) Kalimat pertama sesudah Sub Judul dimulai dengan alinea baru.
(d) Sub sub judul diketik mulai dari batas tepi kiri, hanya huruf
pertama saja menggunakan huruf besar (kapital), tanpa diakhiri
titik.
(e) Kalimat pertama sesudah sub sub judul dimulai dengan alinea baru.
1.8. Perincian ke bawah
Jika ada perincian yang harus disusun ke bawah, dipakai nomor urut
dengan angka atau huruf sesuai dengan derajat perincian.
Penggunaan tanda selain angka dan huruf tidak dibenarkan.
1.9. Huruf miring
Huruf miring biasanya digunakan untuk:
a. Penekanan sebuah kata atau kalimat
b. Menyatakan judul buku atau majalah.
c. Menyatakan kata atau frasa asing.
1.10 Penulisan angka
Perlu diperhatikan ketentuan penulisan sebagai berikut:
a.Bilangan di bawah seratus, seratus dan kelipatannya, seribu dan
kelipatannya ditulis dengan huruf.
b.Bilangan terdiri dari tiga angka atau lebih ditulis dengan angka.
2. Penomoran
2.1. Halaman-halaman bagian awal skripsi (sampai Daftar Isi) diberi nomor urut
angka Romawi kecil (i, ii, iii dan seterusnya) ditulis di bagian bawah di
tengah halaman, dua spasi di bawah teks; dua halaman judul dihitung, tetapi
tidak diberi nomor.
2.2. Halaman-halaman berikutnya (mulai Pendahuluan) diberi nomor urut angka
(1, 2, 3, dan seterusnya) ditulis di sudut atas kanan, dua spasi di atas
teks, kecuali pada halaman bab.
Catatan:
Diperhatikan perimbangan jumlah halaman dalam tiap-tiap bab
(kecuali Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran )
2.3. Nomor halaman tiap-tiap bab ditulis dengan angka Arab di bagian bawah
tengah halaman, dua spasi di bawah teks.
2.4. Tiap-tiap bab diberi nomor urut angka Romawi besar (I, II, III, dan
seterusnya) di atas judul bab. Pendahuluan dijadikan Bab I.
3 . Kutipan
3.1. Kutipan langsung
a. Harus sama dengan aslinya baik mengenai susunan kata-katanya,
ejaannya, maupun tanda-tanda bacanya.
b. Jika panjangnya kurang dari lima baris, pengetikannya diintegrasikan
dalam teks/naskah dengan dua spasi dan diberi tanda kutip pada
awal dan akhir kutipan
10
Contoh :
Actio Pauliana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1341 KUHPerdata
diatur pula dalam Undang-Undang Kepailitan : "Ketentuan mengenai
actio pauliana di dalam UUK merupakan ketentuan yang lazim ada pada
bankruptcy law dari banyak negara. Pencantuman ketentuan ini, yang
dikenal pula dengan nama 'claw back provision' , didalam UndangUndang Kepailitan sangat perlu."1
c. Jika panjangnya lima baris atau lebih diketik berspasi satu tanpa tanda
kutip pada awal dan akhir kutipan, dimulai setelah 1,02 cm dari
margin kiri. Jarak antara kutipan yang panjangnya lima baris atau lebih
dan teks adalah dua spasi.
Contoh :
Berdasarkan ajaran perbuatan melawan hukum (onrechtmatigedaad) jika
ternyata terbukti Direksi tidak menjalankan kewajibannya secara pantas
(kennelijk onbehoorlijk taakvervulling) dan akibat dari kekalalainya itu
menimbulkan kerugian bagi sesuatu pihak, maka berhak pihak yang
dirugikan menuntut anggota Direksi secara pribadi sebagai telah
melakukan perbuatan melawan hukum, yang menurut hukum kita
berdasarkan pasal 1365 KUH Perdata (di Negara Belanda Pasal 1639 r
B.W.17
d. Apabila dalam kutipan perlu dihilangkan beberapa bagian kalimat, maka
pada bagian yang dihilangkan diganti dengan 3 titik I
"... program restrukturisasi kredit perbankan yang dilaksanakan
selama ini berkaitan dengan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan
bank."
e.Kalau dari suatu kutipan yang dihilangkan itu langsung sampai
pada akhir kalimat, maka diganti dengan 4 ( e,pat) titik
Contoh:
"Permohonan pengesahan dana pensiun diajukan oleh bank atau
perusahaan asuransi jiwa ...."
f. Titik 4 juga digunakan jika yang dihilangkan bagian awal kalimat
berikutnya atau lebih.
Contoh:.
".... yang diperlukan untuk bertindak sebagai pengurus"
'
g. Kalau perlu disisipkan sesuatu ke dalam kutipan, dipergunakan tanda
kurung besar [ ...].
Contoh:
Bentuk utang pajak tagihan yang lahir dari Undang-Undang No. 6
Tahun 1983
[sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No. 9 Tahun 1999].
(Pertimbangan Putusan No. 015K/N/1999 tanggal 4 Juli 1999)
h. Kalau dalam kutipan yang panjangnya kurang dari lima bans
terdapat tanda kutip (dua koma), maka tanda kutip itu diubah menjadi
tanda kutip satu koma.
Contoh:
Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan
ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara.
11
Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan nama "claw
back provision" ,didalam Undang-Undang Kepailitan sangat perlu.
Jika dikutip maka pengetikannya seperti berikut ini:
"Ketentuan mengenai actio pauliana di dalam UUK merupakan
ketentuan yang lazim ada pada bankruptcy law dari banyak negara.
Pencantuman ketentuan ini, yang dikenal pula dengan nama 'claw back
provision' ,didalam Undang-Undang Kepailitan sangat perlu."
i.Kata-kata yang tidak bergaris dalam aslinya, tetapi oleh pengutip dianggap
perlu diberi bergaris, dibubuhi catatan langsung di belakang
bagian yang diberi bergaris di antara tanda kurung besar.
Contoh :
"Dalam hal seperti itu, ternyata Presiden sama sekali tidak [garis
miring dari penulis] mempunyai pengaruh apa-apa".
Cara ini berlaku bagi setiap perubahan dan tambahan terhadap bentuk
asli bahan yang dikutip
j. Tiap-tiap kutipan diberi nomor kutipan pada akhir kutipan. Nomor
diketik setengah spasi di atas baris kalimat, langsung sesudah akhir
kutipan. Nomor kutipan berurut sampai bab terakhir, tidak dibubuhi
titik, tanda kurung, dan Iain-lain.
3.2. Kutipan tidak langsung
a. "Paraphrase" (parafrase) adalah "a restatement of the sense of a text or
passage in other words, as for clearness; afree rendering or
translation, as of a passafe
...."( tulis dalam catatan kaki : lihat The New Grolier Webster
International Dictionary. Vol II, 1976, h. 668). Yang diutamakan
dalam kutipan tidak langsung adalah semata-mata isi, maksud, atau
jiwa kutipan bukan cara dan bentuk kutipan.
b. Pada kutipan tidak langsung harus dicantumkan nomor kutipan dan
sumber kutipan yang dimuat dalam footnote dengan nomor yang sama.
4. Foot note (Catatan Kaki)
4.1. Arti foot note
Footnote adalah catatan di kaki halaman untuk menyatakan sumber,
pendapat, fakta, atau ikhtisar atau suatu kutipan dan dapat juga berisi
komentar mengenai suatu hal yang dikemukakan di dalam teks.
Sesuai dengan namanya, footnote ditempatkan di kaki halaman, yaitu :
a. Tiap-tiap footnote ditempatkan pada halaman yang sama dengan bagian
yang dikutip atau diberi komentar;
b. Pada jarak dua spasi di bawah teks bans kalimat terakhir ditarik garis
pemisah mulai dari batas margin kiri sampai margin kanan;
c. Footnote pertama pada halaman yang bersangkutan juga ditempatkan pada
jarak dua spasi dibawah garis pemisah;
12
'
d. Nomor-nomor footnote disusun berurutan mulai nomor satu sampai
nomor terakhir (nomor footnote pertama dalam bab berikutnya adalah
lanjutan nomor footnote terakhir bab sebelumnya), tanpa titik, tanpa
kurung, dan Iain-lain.
4.2.Tiap-tiap nomor footnote ditempatkan setengah spasi di atas baris
pertama tanpa dibubuhi titik, tanda kurung, dan Iain-lain, tetapi
langsung diikuti huruf pertama dalam footnote (tanpa diselingi satu
pukulan ketik).
4.3.Tiap-tiap footnote diketik berspasi satu dan dimulai sesudah 1,78 cm dari
margin kiri. Baris kedua dan seterusnya dari suatu footnote dimulai dari
margin kiri.
4.4.Kalau suatu footnote terdiri atas dua alinea atau lebih, maka tiap-tiap alinea
disusun seperti petunjuk di atas ini.
4.5.Jarak antara tiap-tiap footnote adalah dua spasi.
5. Bentuk / Contoh foot note
Berikut ini diuraikan bentuk-bentuk dan contoh-contoh footnote untuk sumber
kutipan dari buku, makalah, surat kabar, karya yang tidak diterbitkan,
wawancara, ensiklopedi, dan lain-lain.
5.1. B u k u
Yang dicantumkan berturut-turut adalah nomor footnote nama pengarang
(nama kecil atau nama depan, nama tengah/initial untuk orang barat
umumnya, dan nama akhir atau nama keluarga), judul buku, jilid, cetakan,
penerbit, tempat diterbitkan, tahun penerbitan, dan nomor halaman yang
dikutip. Judul buku diberi bergaris atau dicetak miring jilid dan cetakan
tidakselalu ada.
a.Satu orang pengarang : .
'Sutan Remy Sjahdeini, Hukum Kepailitan, Pustaka Utama
Grafiti, Jakarta, hal. 299
2
Lon L. Fuller, Jurisprudence, The Foundation Press, Mineloa,
New York, 1949, h. 14.
.
b.Dua atau tiga orang pengarang:.
3
J.C.T. Simorangkir dan Woerjono Sastronoto, Pelajaran
Hukum Indonesia, Gunung Agung, Jakarta, 1973, h. 49.
4
Leon Boim, Glenn G. Morgan, dan Aleksander W.
Rudzinski^Lega/ Controles in the Soviet Union, A.W. Sijthoff, Leiden,
1966, h. 302.
c. Lebih dan tiga orang pengarang, hanya nama pengarang,
pertama yang dicantumkan diikuti et al.,
5
Elliot E. Cheatham et al., Conflict of Law, The Foundation
Press, Mineola, New York, 1959, h. 104.
6
Padmo Wahyono et al., Kerangka Landasan Pembangunan
Hukum, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1989, h. 37
13
d. Editor/penyunting/penghimpun.
7
Soerjono Soekamto, ed., Identifikasi Hukum Positif Tidak
Tertulis Melalui Penelitian Hukum Normatif dan Empiris, Ind.Hill-Co,
Jakarta, 1988, h. 105.
e. Lembaga atau Badan :
8
Sekretariat Negara, Konferensi Tingkat Tinggi Asean, Bali 23
- 25 Pebruari 1976, h. 85.
9
Badan Pembinaan Hukum Nasional, Lokakarya Sistem
Penyebarluasan Peraturan Perundang-undangan, Binacipta, Bandung,
1977, h. 51.
f.Terjemahan:
10
F.J.H.M. van der Ven, Pengantar Hukum Kerja, Cet. II.,
(terjemahan Sridadi), Kanisius, Yogyakarta, 1969, h. 61.
g. Mengutip dan bahan yang dikutip: penulis yang langsung dikutip
dicantumkan lebih dahulu, kemudian penulis asli:
11
William, H. Burton, The Guidance of Learning Activities, D.
Appleton-Century Company, Inc., New York, 1952, h. 186, dikutip
dan Ernest Hilgard, Theories of Learning, Appleton, New York, 1948,
h. 37.
h. Kumpulan karangan :
12
John Stanner, "Family Relationships in Malaysia", dalam David
C. Buxbaum (ed), Family Law and Customary Law in Asia A
Contemporary Legal Perspective, Martinus Nijhoff, The Haque, 1968,
h. 202.
5.2. Majalah
Yang dicantumkan berturut-turut: nama penulis (seperti pada buku), judul
tulisan di antara kutip, nama majalah (diberi bergaris), nomor, tahun
majalah dalam angka Romawi (kalau ada), bulan dan tahun penerbitan,
dan nomor halaman yang dikutip.
13
Oemar Seno Adji, "Perkembangan Delik Khusus dalam
Masyarakat yang Mengalami Modernisasi", Hukum dan Pembangunan,
No. 2 Th. X, Maret 1980, h. 113.
Kalau tidak diketahui nama pengarang suatu artikel dalam majalah, maka
nama pengarang ditiadakan, jadi footnote dimulai dengan judul karangan.
14
"Sekolah-sekolah di Yogyakarta", Suara Guru II, September
1957, h. 18, 19,21.
5.3. SuratKabar
15
Lim, "Sudah Tiba Waktunya Hukum Intergentil Ditinggalkan
sebagai Mata Kuliah", Kompas, 28 Agustus, 1979, h. III.
5.4. Skripsi/Tesis/Disertasi
Heru Supraptomo, "Masalah-masalah Peraturan-peraturan Cek
Serta Bilyet Giro di Indonesia, dalam Rangka Mengembangkan Sistem
Giralisasi Pembayaran", Disertasi Fakultas Hukum Universitas Airlangga,
14
1977, h. 263.
5.5. Pidato Pengukuhan Guru Besar
17
Rudhi Prasetya, Perseroan Terbatas Sebagai Wahana
Membahagiakan dan Menestapakan, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru
Besar dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
5.6. Wawancara
17
Wawancara dengan Ketua Pengadilan Negeri Surabaya, 16 Juni
1980
5.7.Tulisan dalam ensiklopedi
Nama penulis diketahui atau tidak diketahui
18 Erwin N. Griswold, "Legal Educatioan", Encyclopedia
Americana XVII, 1977, h. 164.
''"Interpellation", Encyclopedia Britannica XII, 1955, h. 534.
5.8. Peraturan Perundang-undangan
20
Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, ,
LN tahun 1995 No. 13, TLN No. 3587, ps. 4.
21
Peraturan Pemerintah No. 27 tahun 1998 tentang Penggabungan,
Peleburan dan Pengambilalihan Perseroan Terbatas, LN Tahun 1998 No.
40, TLN 3741, ps. 7.
6. Mempersingkat Footnote (pengulangan)
Apabila suatu sumber sudah pernah dicantumkan lengkap dalam footnote,
maka footnote itu selanjutnya dapat dipersingkat dengan menggunakan ibid.,
op.cit., dan loc.cit.
6.1. Ibid
Ibid, kependekan dari ibidem, artinya "pada tempat yang sama"
Dipakai apabila kutipan diambil dari sumber yang sama dengan yang
langsung mendahului (tidak disela oleh sumber lain), rneskipun antara
kedua kutipan itu terdapat beberapa halaman.
Ibid, tanpa nomor halaman dipakai jika bahan yang dikutip diambil
dari nomor halaman yang sama. Jika bahan yang dikutip diambil dari
nomor halaman yang berbeda, maka digunakan ibid, dengan nomor
halaman yang berbeda.
Contoh:
li
Dedi Soemardi, Sumber-Sumber Hukum Positif, Alumni,
Bandung, 1980, h. 10.
2
Ibid.. 34
Ibid, tidak boleh dipakai, jika diantara dua sumber terdapat sumber lain.
Dalam hal ini dipakai op.cit. atau loc.cit.
15
6.2. Op.cit.
Op.cit. kependekan dari dari opera citato, artinya "dalam karya yang telah
disebut"
Dipakai untuk menunjuk kepada sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah diselingi oleh sumber lain.
Pemakaian op.cit. harus diikuti nomor halaman yang berbeda.
Kalau dari seorang penulis telah disebut dua macam buku atau lebih,
maka untuk menghindarkan kekeliruan harus dijelaskan buku mana
yang dimaksud dengan mencantumkan nama penulis diikuti angka
Romawi besar I, II, dan seterusnya pada footnote sesudah tahun
penerbitan di antara dua tanda kurung.
Contoh:
17
Sudargo Gautama, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni,
Bandung, 1973 (selanjutnya disingkat Sudargo Gautama I), h. 131.
18
Sudargo Gautama, Masalah Agraria, berikut Peraturanperaturan dan Contoh-contoh, Get. II, Alumni, Bandung, 1973
(selanjutnya disingkat Sudargo Gautama II), h. 98.
Sudigdo Hardjosudarmo, Masalah Tanah di Indonesia Suatu
Studi di Sekitar Pelaksanaan Landreform di Jawa dan Madura, Bharata,
Jakarta, 1970, h. 54.
20
Sudargo Gautama I, op.cit,,, h. 139. '
Yang dikutip adalah dari karya Sudargo Gautama dalam footnote nomor
17 (bukan 18).
6.3. Loccit.
Loc.cit. kependekan dari loco citato, artinya "pada tempat yang telah
disebut", Digunakan kalau menunjuk kepada halaman yang sama dari
suatu sumber yang telah disebut sebelumnya dengan lengkap, tetapi telah
diselingi oleh sumber lain. Contoh:
l
Komar Kantaatmadja, Hukum Perusahaan Bagi Perusahaanperusahaan Asing, Tarsito, Bandung, 1984, h.45
2
R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum Perikatan, Tarsito,
Bandung, 1982, h.59
3
Kantaatmadja, loc.cit.
4
Suryodiningrat, loc. Cit
6.4. Contoh pemakaian ibid, op.cit., dan loc.cit. dalam rangkaian footnote
21
Kuntjoro Poerbopranoto, Beberapa Catalan Hukum Tata
Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Cet. II, Alumni,
Bandung, 1978, h. 86.
22
lbid (berarti: juga dari h. 86)
23
Ibid, h. 90 (halamannya berbeda)
^Michael P. Barber, Public Administration, Macdonald &
Evans Ltd., London, 1972, h. 212.
25
E. Utrecht, Pengantar Hukum Administrasi Negara
Indonesia, Cet. IV, Ichtiar, Jakarta, 1960, h. 178.
26
Michael P. Barber, op.cit., h. 215 (halamannya
27
berbeda) Utrecht, loc.cit. (berarti: juga dari h. 178)
7. Daftar Bacaan
16
Pada bagian akhir skripsi dicantumkan Daftar Bacaan. Jangan menggunakan
Daftar Buku, Kepustakaan, Daftar Pustaka, dan Iain-lain, karena Daftar Bacaan
mencakup semua bahan yang dibaca dalam kegiatan penyusunan skripsi. Di
dalamnya sudah termasuk buku, surat kabar, brosur, kamus, dan sebagainya.
7.1. Bentuk daftar bacaan hampir sama dengan bentuk footnote, tetapi ada
perbedaan pengetikan sebagai berikut:
a. Nama pengarang mulai diketik pada garis margin, sedangkan baris
kedua dan seterusnya dimulai setelah 1,02 cm dari garis margin,
dengan spasi satu.
b. Antara dua sumber dikosongkan dua spasi;
c. Nomor halaman tidak ada;
d. Nama pengarang atau penulis disusun menurut abjad tanpa nomor unit
dengan mendahulukan nama keluarga (kalau memiliki nama keluarga).
Suatu kesulitan ialah menentukan nama keluarga pada nama-nama
Indonesia karena tidak semua suku bangsa kita memakai nama
keluarga. Dalam hal demikian yang dijadikan patokan adalah huruf
pertama dari nama yang paling dikenal, mis. : Mochtar Kusumaatmadja
lebih dikenal dengan nama Mochtar, jadi masuk kelompok huruf abjad
M. Contoh (perhatikan urutan abjadnya).
Fuller, Lon L., Jurisprudence, The Foundation Press, Mineola,
New York, 1949.
Gautama, Sudargo, Hukum Agraria Antar Golongan, Alumni,
Bandung, 1973.
Kuntjoro Poerbopranoto, Beberapa Catalan Hukum Tata
Pemerintahan dan Peradilan Administrasi Negara, Cet. II, Alumni,
Bandung, 1978.
7.2 Kalau sebuah karya ditulis oleh dua atau tiga orang, maka hanya
nama pengarang yang pertama yang disusun seperti uraian di atas. Nama
penulis kedua dan ketiga ditulis biasa seperti pada footnote. Kalau
penulis berjumlah lebih dari tiga orang, maka hanya penulis pertama
yang disusun seperti di atas ditambah et.al., seperti pada footnote.
7.3. Apabila dalam daftar bacaan terdapat dua karya atau lebih yang ditulis oleh
seorang ahli, maka untuk karya kedua dan seterusnya sebagai pengganti
nama penulis dicantumkan garis sepanjang 1,78 (jadi nama penulis tidak
perlu diulang);
7.4. Jika sumber dalam daftar bacaan banyak dan bermacam-macam (buku,
majalah, surat kabar, brosur, dan Iain-lain), maka sumber-sumber tersebut
dikelompokkan dan tiap-tiap kelompok juga disusun menurut abjad.
8.Bahasa
8.1. Bentuk kalimat tidak boleh menampilkan orang pertama atau orang
kedua (saya, kami, kita, engkau dan Iain-lain). Dalam penyajian
ucapan terima kasih pada pengantar, saya dapat diganti dengan penulis.
8.2. Isi
(Kata) Pengantar mengenai substansi skripsi tidak perlu
merendah secara berlebihan supaya tidak timbul kesan pada pembaca
17
bahwa skripsi Anda "tidak ada apa-apanya".
8.3. Hindarkan sejauh mungkin penggunaan :
a. Kalimat-kalimat yang panjang.
b. Kata-kata ".... yang mana ....", "....sejauh mana...."....oleh karena mana..."
dan kata-kata lain semacam itu.
8.4. Istilah yang dipakai istilah Indonesia atau yang sudah di Indonesiakan, jika terpaksa harus memakai istilah asing digunakan huruf italic atau
dicetak miring.
8.5. Penggunaan kata penghubung, kata depan, awalan, akhiran dan tanda baca
secara tepat, antara lain :
a. Tidak membutuhkan koma untuk kata "bahwa", "karena", "sebab",
"supaya."
b. Membutuhkan koma sebelum kata "akan tetapi", "tetapi", melainkan",
"maka".
c. Membutuhkan koma sebelum dan setelah kata "misalnya",
"contohnya", "yaitu", "ialah"
8.6. Singkatan atau akronim tidak boleh digunakan pada awal kalimat.
9. Hal-hal lain
Gelar, pangkat, dan sebagainya seperti Prof., Mr., S.H., Dr., dan atributatribut lain semacam itu terutama dalam footnote dan daftar bacaan tidak
perlu dicantumkan.
Perkecualian hanya dalam Kata Pengantar yang berisi pernyataan
terima kasih (acknowledgments), dan dengan alasan-alasan tertentu,
dalam teks.
9.1. Daftar Singkatan
Dalam daftar singkatan berikut ini dimasukkan juga singkatan-singkatan
yang belum biasa digunakan oleh para penulis Indonesia, tetapi yang
perlu diketahui untuk memahami tulisan-tulisan dalam bahasa asing,
khususnya bahasa Inggris.
Anon
a.o.
a quo
art(s)
c. atau
ca
cf.
chap(s)
col(s)
cont
c.q.
c.s.
def.
diss.
ed(s).
e-g-etal.
ets. et
seq. f.
atau ff.
fig(s)
h.
i.a.
ibid
id.
i.e.
infra
di atas, di muka, supra
among others, antara lain (a.l.); inter alia (i.a)
dalam hal ini (dhi.)
article(s); aya(-ayat)
circa, kira-kira, sekitar (ttg. Tahun)
confer, bandingkan (bdk)
chapter(s), bab (-bab)
colum(s), kolom (-kolom); lajur (-lajur)
continued, bersambung
casu quo, dalam perkara/kejadian ybs
cum suis, dan kawan-kawan (dkk.); et alii (et al)
def. definition, definisi, batasan
diss dissertation, disertasi
ed(s)editor'(s), penyunting, editor
e-g-etal.exempli gratia, umpama (ump.), misal (mis.)
ets.et et alii, dan kawan-kawan (dkk.); cum suis (c.s.)
etcetera, dan Iain-lain (dll.)
et sequentia, dan selanjutnya dan seterusnya (dst.); lihat
f.
following (page, halaman berikutnya; following (pages)),
halaman-halaman berikutnya
figure(s), gambar (-gambar)
halaman
inter alia, antara lain (a.l.); among others (a.o).
ibidem, pada tempat yang sama
idem, sama (tentang orang)
id est, yaitu, yakni, ialah; that is, namely, viz
dibawah; post
18
p.(pp.)
passi
m
post
P.S.
q.q.
quod
non
resp.
sec(s)
ser.
sic
supra
t.n.
t.p.
t.t
trans
v. (vs)
vide
vol (s
page(s), halaman (h.), halaman-halaman
tersebar dalam suatu karya
di bawah; infra
Post. Scriptum, catatan akhir
qualitate qua, dalam kedudukan (kualitas) sebagai wakil
pada hal tidak
respectively, berturut-turut
section(s), pasal (-pasal)
series, jilid, volume(s), vol(s)
memang begitu dalam naskah asli
di atas, ante
tanpa nama
tanpa penulis
tanpa tanggal/tahun
translation, terjemahan
versus, lawan
lihat
volume
19
Download