BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM (Usaha Mikro Kecil Menengah). Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.UMKM memiliki kontribusi yang sangat signifikan dalam penyerapan tenaga kerja, pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB), nilai ekspor nasional dan investasi nasional. Secara keseluruhan, pada tahun 2012 sektor UMKM menyumbang sekitar lebih dari 56% PDB dan sekitar 10% dari ekspor. UMKM dapat terus tumbuh sehingga kontribusinya terhadap PDB dan pertumbuhan ekonomi makin besar serta PPn dan PPh dari UMKM dapat terserap dan bisa menambah optimalisasi penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) (Kementerian Keuangan, 2012). Hingga tahun 2012 total UMKM di Indonesia sebanyak 56,7 juta dan dapat menyerap sekitar 107,6 juta tenaga kerja (Kementerian Koperasi dan UMKM, 2013). Pada tabel 1.1 ini merupakan Perkembangan UMKM pada periode 1997-2012. Tabel 1.1 Perkembangan UMKM pada Periode 1997-2012 Indikator Tahun 1 2 3 4 5 6 Jumlah UMKM Pertum buhan Jumlah UMKM Jumlah Tenaga Kerja UMKM Pertum buhan Jumlah Tenaga Kerja UMKM Sumbangan PDB UMKM (harga konstan) Unit Persen Orang Persen Rp. Miliar 65 601 591 7 8 Pertum buhan sumban gan PDB UMKM Nilai Ekspor UMKM Pertum buhan Nilai Ekspor UMKM Persen Rp. Miliar Persen 1997 39 765 110 1998 36 813 578 -7,42 64 313 573 -1,96 363 200 ,440 552 945 ,40 52,24 39 277 ,070 69 315 ,40 76,48 1999 37 911 723 2,98 67 169 844 4,44 647 475 ,960 17,10 52 594 ,120 -24,12 2000 39 784 036 4,94 72 704 416 8,24 760 089 ,450 17,39 75 448 ,610 43,45 2001 39 964 080 0,45 74 687 428 2,73 791 597 ,40 4,15 80 846 ,520 7,15 2002 41 944 494 4,96 77 807 897 4,18 829 616 ,40 4,80 87 290 ,030 7,97 2003 43 460 242 3,61 81 942 353 5,31 876 123 ,40 5,61 77 096 ,710 -11,68 2004 44 777 387 3,03 80 446 600 -1,83 924 483 ,60 5,52 95 548 ,240 23,93 2005 47 017 062 5,00 83 586 616 3,90 979 712,50 5,97 110 338,06 15,48 2006 49 021 803 4,26 87 909 598 5,17 1 032 573,90 5,40 123 767,87 12,17 2007 50 145 800 2,29 90 491 930 2,94 1 099 301,10 6,46 140 363,84 13,41 2008 51 409 612 2,52 94 024 278 3,90 1 165 753,20 6,04 178 008,28 26,82 2009 52 764 603 2,64 96 211 332 2,33 1 212 599,30 4,02 162 254,52 -8,85 2010 53 823 732 2,01 99 401 775 3,32 1 282 571,80 5,77 175 894,89 2011 55 206 444 2,57 101 722 458 2,33 1 369 326,00 6,76 187 441,82 2012 56 534 592 2,41 107 657 509 5,83 1 504 928,20 9,90 208 067,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Banyaknya jumlah UMKM di negeri ini merupakan suatu bentuk ketangguhan UMKM dalam bertahan dari beberapa gelombang krisis yang pernah terjadi di negeri ini, seperti krisis ekonomi 1997-1998 dan krisis global 2008 yang sempat memberikan pengaruh bagi Indonesia. Ketangguhan ini terbukti sebab di saat banyak perusahaan besar yang bangkrut dan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja kepada karyawannya, justru UMKM mampu menyerap para pengangguran untuk dapat bekerja kembali(Setyawan, 2007). Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mempunyai peranan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. UMKM berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja.Selain itu, UMKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberadaan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah bukan hanya dianggap sebagai tempat penampungan sementara bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor formal, tetapi juga sebagai roda pertumbuhan aktivitas ekonomi. Hal ini dikarenakan jumlah penyerapan tenaga kerjanya yang demikian besar.Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis ekonomi, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swastadifokuskan pada UMKM. Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada kekuatan ekonomi rakyat.Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan (popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian, peternakan, kerajinan, makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan kepentingan masyarakat lainnya.Ekonomi kerakyatandikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan dan tanah mereka secara turun temurun. Aktivitas ekonomi kerakyatanterkait dengan ekonomi sub sistem antara lain pertanian tradisional seperti perburuan, perkebunan, mencari ikan, dan lainnnya kegiatan disekitar lingkungan alamnya serta kerajinan tangan dan industri rumahan. Kesemua kegiatan ekonomi tersebut dilakukan dengan pasar tradisional dan berbasis masyarakat, artinya hanya ditujukan untuk menghidupi dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakatnya sendiri.Kegiatan ekonomi dikembangkan untuk membantu dirinya sendiri dan masyarakatnya, sehingga tidak mengekploitasi sumber daya alam yang ada. Pembangunan yang berorientasi kerakyatan dan berbagai kebijaksanaan yang berpihak pada kepentingan rakyat.Dari pernyataan tersebut jelas sekali bahwa konsep, ekonomi kerakyatan dikembangkan sebagai upaya untuk lebih mengedepankan masyarakat. Dengan kata lain konsep ekonomi kerakyatan dilakukan sebagai sebuah strategi untuk membangun kesejahteraan dengan lebih mengutamakan pemberdayaan masyarakat. Menurut Guru Besar, FE UGM ( alm ) Prof. Dr. Mubyarto, sistem ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berasas kekeluargaan, berkedaulatan rakyat, dan menunjukkan pemihakan sungguh-sungguh pada ekonomi rakyat. Dalam praktiknya, ekonomi kerakyatan dapat dijelaskan juga sebagai ekonomi jejaring (network) yang menghubung-hubungkan sentra-sentra inovasi, produksi dan kemandirian usaha masyarakat ke dalam suatu jaringan berbasis teknologi informasi, untuk terbentuknya jejaring pasar domestik diantara sentara dan pelaku usaha masyarakat. Ekonomi kerakyatan perlu dikembangkan di Indonesia karena memiliki peranan penting dalam pengembangan ekonomi negara dan daerah (Departemen Perdagangan, 2008).Pertama, memberikan kontribusi ekonomi yang signifikan seperti peningkatan lapangan pekerjaan, peningkatan ekspor, dan sumbangannya terhadap PDB. Kedua, menciptakan iklim bisnis positif yang berdampak pada sektor lain. Ketiga, membangun citra dan identitas bangsa seperti turisme, ikon nasional, membangun budaya, warisan budaya, dan nilai lokal.Keempat, berbasis kepada sumber daya yang terbarukan seperti ilmu pengetahuan dan peningkatan kreatifitas.Kelima, menciptakan inovasi dan kreativitas yang merupakan keunggulan kompetitif suatu bangsa.Terakhir, dapat memberikan dampak sosial yang positif seperti peningkatan kualitas hidup dan toleransi sosial. Kota Solo adalah kota budaya yang mempunyai salah satu misi yaitu mengembangkan dan meningkatkan ekonomi kerakyatan melalui pengembangan sektor riil, pemberdayaan usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKMK) dengan fasilitas kredit, menuntaskan penataan PKL, melanjutkan program revitalisasi pasar tradisional, meningkatkan kemampuan manajemen pedagang pasar serta mempromosikan keberadaan pasar dan pedagang. Pertumbuhan jumlah usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Kota Solo bisa dibilang belum terlalu agresif. Mengingat dalam kurun waktu lima tahun terakhir, angka pertumbuhannya baru sebesar 9,08 persen.Seperti diungkapkan Kepala Subbagian Perencanaan Evaluasi dan Pelaporan Dinas Koperasi dan UMKM setempat, Edi Parmadi, saat ini jumlah pelaku sektor riil di Kota Solo mencapai 43.932 UMKM. Jumlah ini tumbuh 9,08 persen jika dibanding 2008 silam. Secara umum dari 43.932 UMKM yang ada di Kota Bengawan, rata-rata bergerak di bidang kuliner. Sementara jika dilihat dari kapasitas serapan tenaga kerja (Naker), mayoritas cenderung didominasi usaha mikro. Jumlah Naker yang terserap di sektor ini mencapai 81 persen, sedangkan usaha kecil sebesar 12 persen. Adapun untuk usaha kelas menengah, serapan tenaga kerjanya hanya 7 persen, (dikutip dari Timlonet, 4 Februari 2014). Di samping pertumbuhan UMKM di Kota Solo mengalami peningkatan, ada beberapa masalah yang perlu ditangani oleh pemeritah setempat agar terciptanya UMKM yang tertata. Salah satu permasalahan UMKM di Kota Solo sendiri adalah kurang tertibnya penataan PKL. Gambaran kondisi PKL berbasis ekonomi kreatif di Kota Surakata masih ada yang belum rapi dan mematuhi peraturan yang berlaku. Dengan adanya permasalahan tersebut, maka penataan PKL perlu mendapatkan perhatian yang besar baik dari pemerintah maupun dinas terkait maupun masyarakat agar dapat berkembang lebih kompetitif bersama pelaku ekonomi lainnya dengan tempat yang kondusif, bersih dan nyaman. Penataan PKL merupakan fokus dari Pemerintah Surakarta saat ini.Salah satu tempat PKL yang sudah dalam penataan adalah kawasan PKL di Manahan. Penataan shelter di Manahan dipilih dalam penelitian ini karena memiliki pengaruh besar terhadap pendapatan pedagang antara sebelum dibangun shelter dan setelah dibangun shelter. Oleh karena itu, penulis mengambil judul “Analisis Pengaruh Pembangunan Shelter Terhadap Pendapatan Pedagang Kaki Lima di Manahan Kota Surakarta”. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah profil PKL di Manahan Kota Surakarta? 2. Bagaimanakah perbedaan pendapatan pedagang kaki lima di Manahan Kota Surakarta antara sebelum dan sesudah penataan shelter? 3. Manfaat apa saja yang didapat pedagang kaki lima setelah penataan shelter di Manahan Kota Surakarta? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui profil PKL di Manahan Kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui dan menganalisis apakah perbedaan pendapatanpedagang kaki lima di Manahan Kota Surakarta antara sebelum dan sesudah penataan shelter. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis manfaat yang didapat pedagang kaki lima setelah penataan shelter di Manahan Kota Surakarta. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini penting karena menghasilkan informasi yang sangat rinci, akurat, dan aktual yang akan memberikan manfaat dalam menjawab permasalahan penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis. Secara teoritis merupakan langkah untuk pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dan secara praktis berwujud aktual, yaitu pemecahan terhadap permasalahan secara nyata. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Teoritis a. Untuk mengkaji secara ilmiah mengenai perbedaan pendapatan dan dampak-dampak yang ditimbulkan antara sebelum dan sesudah pembangunan shelter di Manahan Kota Surakarta. b. Untuk menambah bahan referensi dan bahan masukan bagi penelitian berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi pihak pembuat kebijakan dalam meningkatkan sistem pembangunan shelter. b. Bagi ilmu pengetahuan, secara umum hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu ekonomi khususnya ekonomi pembangunan. Manfaat khusus bagi ilmu pengetahuan yaitu dapat melengkapi kajian mengenai dampak-dampak yang ditimbulkan dari pembangunan shelter. c. Sebagai bahan masukan bagi pedagang agar mampu memperbaiki manajemen usaha dan hasilnya meningkatkan pendapatan. d. Bagi peneliti sebagai persyaratan untuk meraih gelar sarjana dan dapat memperoleh banyak pengalaman, serta merupakan penerapan dan evaluasi terhadap teori yang telah diperoleh selama masa perkuliahan. e. Bagi pembaca penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi dan kepustakaan dalam UMKM.