KONSUMSI BAJA DI INDONESIA MASIH RENDAH Pemerintah telah mengalokasikan dana yang sangat besar pada sektor infrastruktur, sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Keberhasilan pembangunan pada sektor infrastruktur tersebut sangat tergantung pada kesiapan sumber daya yang tersedia, diantaranya adalah ketersediaan sumber daya material dan peralatan konstruksi (MPK). Salah satu material utama yang sangat diperlukan dalam pembangunan infrastruktur adalah baja. “Tingkat konsumsi baja di Indonesia pada saat ini masih relatif rendah bila dibandingkan dengan beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Thailand―, ungkap Kepala Badan Pembinaan Konstruksi Bambang Goeritno saat membuka Workshop Pengembangan Kapasitas Rantai Pasok Baja Dalam Mendukung Investasi Infrastruktur, Senin (16/04). Menurut catatan, tingkat konsumsi baja di Indonesia hanya 38,7 persen. Padahal tingkat konsumsi baja tersebut memiliki korelasi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dan tingkat kemakmuran suatu bangsa. Sementara itu tingkat konsumsi baja di Indonesia diproyeksikan akan mengalami peningkatan yang cukup besar seiring dengan berbagai proyek infrastruktur strategis yang telah diprogramkan pemerintah, baik dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) maupun Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), seperti: bandara, jalan tol, pelabuhan laut, rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda dan berbagai infrastruktur lainnya page 1 / 2 yang memerlukan pasokan baja dengan kuantitas dan kuantitas yang besar. Untuk itu diperlukan sharing informasi dari para stakeholder, meliputi: produsen (terutama produsen baja domestik), asosiasi, peneliti, praktisi dan seluruh pihak terkait, dengan duduk bersama-sama membuat suatu rumusan rencana strategis kedepan sebagai antisipasi terhadap tingkat kebutuhan baja pada sektor infrastruktur yang semakin meningkat. Peranan sumber daya lokal diharapkan dapat lebih ditingkatkan, sehingga kepastian pasokan dan fluktuasi harga dapat lebih terjamin. Dengan demikian, diharapkan tidak terjadi ketimpangan antara Supply dan Demand baja yang pada akhirnya dapat menghambat kelancaran pembangunan infrastuktur yang telah diprogramkan.(arf/hl) Pusat Komunikasi Publik 180412 page 2 / 2 Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)