BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN

advertisement
61
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN
3.1 Kerangka Berpikir
Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau
beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan oleh nyeri otot kronis dengan
peningkatan sensitivitas terhadap tekanan. Tipe rasa sakit berupa sensasi dalam
dan tumpul pada otot yang terkena dan sering menjalar ke daerah yang tidak
spesifik disekitar otot yang terkena. Sekolompok otot tegang dapat teraba dan
massa yang dapat teraba ini sering disebut sebagai “trigger points”. Taut band ini
sangat sensitif terhadap tekanan dan pasien akan merasa nyeri tajam ketika
tekanan dilakukan tepat pada titikya. Keluhan sindroma miofasial bukan dari
artikuler, tetapi akan mengurangi lingkup gerak sendi pada sendi yang terkait
dengan otot tersebut.
Sindroma miofasial otot trapezius descendens disebabkan oleh faktor internal
dan eksternal diantaranya adalah faktor trauma mikro dan makro, umur, posture,
ergonomi (hazard) kerja yang jelek, metabolisme, makanan , degenerasi otot.
Faktor tersebut mengakibatkan terjadinya disabilitas leher.
Otot
Trapezius descendens merupakan otot tipe I (slow twitch) yang
berfungsi
sebagai fiksator scapula dan sebagai fiksator leher, termasuk
mempertahankan postur kepala. Kerja otot ini akan semakin meningkat jika otot
mengalami trauma, degenerasi otot dan faktor mekanik yang meliputi poor body
mechanics, penggunaan otot dalam kondisi statis lama, kompresi pada otot dan
mekanisme kerja yang buruk pada leher dan bahu. Akibatnya, otot tersebut sering
61
62
mengalami gangguan berupa spasme, pemendekan otot (tightness) dan nyeri
sindrom miofasial, berakibat gerakan terbatas sehingga aktivitas terganggu dan
participation individu terhambat .
Body structures impairment atau problematik anatomik pada penderita
sindroma miofasial otot trapezius descendens yaitu adhesi pada miofasial,
spasme otot, taut band pada serabut otot, tendernes, trigger points. Tightnes otot
trapezius descendens .
Body functions impairment atau problematik fisiologi pada penderita
miofasial otot trapezius descendens antara lain hypomobilitas atau problem pola
non kapsuler sendi cervikal yaitu ROM lateral fleksi diikuti keterbatasan ROM
fleksi leher dan depresi scapula, hipertonus jaringan kontraktil sendi leher.
Metode Myofascial Release Technique juga menghasilkan efek peregangan
(stretching) pada jaringan lunak. Myofacsial Release Technique dapat
menghasilkan mobilisasi pada jaringan lunak , melancarkan sirkulasi darah,
sehingga dapat mempengaruhi proses penyembuhan. Jaringan saat mengalami
fase regenerasi dimana fibroblast mulai membentuk jaringan collagen maka
pemberian myofascial release technique terbukti efektif selama fase ini karena
dapat memobilisasi fibrosis pada jaringan lunak. Gerakan pasif yang lembut
(gentle) pada jaringan lunak akan mencegah perlengketan abnormal dari jaringan
fibril tanpa mempengaruhi penyembuhan jaringan. Efek tersebut dapat
memfasilitasi terjadinya penurunan disabilitas leher.
Pemberian ultrasound adalah usaha pengobatan yang menggunakan
mekanisme getaran dari gelombang suara dengan frekuensi 1 MHz, intensitas 1
63
W/cm2 selama 10 menit , Efek yang diharapkan dengan pemberian ultrasound
adalah untuk mengurangi nyeri , melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan
kelenturan yang ada pada fasia dan serabut otot yang mengalami sindroma
miofasial sehingga terjadi suatu proses peradangan baru yang terkontrol sehingga
mengurangi nyeri yang berakibat menurunkan disabilitas leher..
Stretching merupakan usaha untuk mengembalikan panjang dan fleksibilitas
otot dan fascianya dengan menempatkan bagian tubuh agar terjadi peregangan
dari sebuah otot. Kontraksi isometrik pada intervensi contract relax stretching
akan membantu menggerakkan stretch reseptor dari spindel otot untuk segera
menyesuaikan panjang otot maksimal dan relaksasi untuk memudahkan perolehan
pelemasan otot.
Stretching mempengaruhi sarcomer dan fascia akan mengurangi derajat
overlapping antara thick dan thin myofilamen dalam sarcomer sebuah taut band
otot yang mengandung trigger points didalamnya. Pengurangan overlapping ini
mempengaruhi pelebaran pembuluh kapiler otot sehingga sirkulasi darah
membaik dan mencegah muscle fatigue, mengurangi penumpukan sampah
metabolisme dan iritan, meningkatkan nutrisi dan oksigen pada sel otot.
Teknik stretching
metode janda, strecthing setelah kontraksi isometrik
maksimal dilakukan selama 7 detik dimana dalam proses ini di peroleh rileksasi
maksimal yang di fasilitasi oleh reverse innervation tersebut. proses rileksasi yang
diikuti ekspirasi maksimal akan memudahkan perolehan pelemasan otot.
Stretching metode Janda bertujuan mengulur
jaringan otot yang tegang atau
kontraktur sehingga diperoleh penurunan spasme , melancarkan sirkulasi darah,
64
meningkatkan kelenturan dan di peroleh efek penurunan nyeri, memperbaiki
posture sehingga akan berdampak pada menurunkan disabilitas leher . Kompenan
utama konsep dasar stretching metode Janda untuk mengulur jaringan otot
adalah contractd - Relax yang di kembangkan dari teknik PNF (Profrioceptive
Neurotranscular Fascilatation). Dimana elongasi otot terhadap suatu hambatan,
pertama kali yang dilakukan palpasi terhadap resisted untuk pemanjangan otot
tersebut.
3.2 Konsep Penelitian
Berdasarkan analisis dan sintesis dari teori diatas yang menjadi landasan
berpikir peneliti, maka dapat digambarkan konsep penelitian sebagai berikut :
65
Usia
Myofascial Release
Technique dan Kombinasi
Ultrasound + Stretching
Metode Janda
Trauma
Disabilitas Leher
Menurun
Sindroma
stur Miofasial Otot
Trapezius Descendens
Posture
Metaboisme
Kombinasi intervensi
Ultrasound dan Stretching
Metode Janda
Gambar 3.1 Konsep Penelitian
3.3 Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah dan dasar teori yang mendukung landasan
berpikir
peneliti, maka ditetapkan hipotesis adalah Penambahan Myofascial
Release Technique pada intervensi kombinasi Ultrasound dan Stretching Metode
Janda lebih menurunkan disabilitas leher pada sindroma miofasial otot trapezius
descendens.
Download