BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Kegiatan jual beli saham dan obligasi dimulai pada abad-19 . Menurut buku Effectengids yang dikeluarkan oleh Verreniging voor den Effectenhandel pada tahun 1939, jual beli efek telah berlangsung sejak 1880. Pada tanggal 14 Desember 1912, Amserdamse Effectenbueurs mendirikan cabang bursa efek di Batavia yang merupakan bursa efek tertua ke empat di tingkat Asia, setelah Bombay, Hongkong, dan Tokyo. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti diharapkan, bahkan pada tahun 1956 – 1977 perdagangan di Bursa Efek mengalami kefakuman. Pada 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto, namun seiring berjalannya waktu masih mengalami kelesuan hingga muncul Paket Desember 1987 yang memberi kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. Selanjutnya Paket Kebijaksanaan Oktober 1988 atau disebut Pakto 88 yang ditujukan pada sektor perbankan, namun mempunyai dampak terhadap perkembangan pasar modal. Pakto 88 berisikan tentang ketentuan 3 L (Legal, Lending, Limit) dan pengenaan pajak atas bunga deposito. Pada akhir tahun 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (Pakdes 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. 13 14 Pada 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Seiring dengan berjalannya waktu terjadi swastanisasi BEJ pada 13 Juli 1992 yaitu Bapepam berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal, kemudian sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems) mulai 22 Mei 1995. Hal ini ditindaklanjuti dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 tahun 1995 oleh Pemerintah tanggal 10 November 1995 dan mulai diberlakukan pada Januari 1996. Masih pada tahun 1995 Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya. Lima tahun berikutnya yaitu tahun 2000 sistem perdagangan tanpa warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia, dan pada tahun 2002 BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). Tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI), dan dua tahun berikutnya terdapat peluncuran perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG. 2.2. Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia Bursa Efek Indonesia memiliki Visi “Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia” dan Misi “Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan anggota bursa dan partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance”. Dengan Visi dan Misi tersebut Bursa Efek Indonesia siap untuk menghadapi persaingan global. 15 2.3. Lingkup dan Bidang Usaha Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagai lembaga pasar modal yang menangani transaksi aset keuangan jangka panjang atau long-term financial assets. Jenis surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal memiliki jatuh tempo lebih dari satu tahun. Bentuk umum surat berharga yang diperjualbelikan di pasar modal adalah (1) obligasi, (2) saham preferens, (3) saham biasa. Setiap jenis instrumen pasar modal tersebut merupakan bukti kepemilikan modal dari lembaga yang mengeluarkannya yang dapat diperjualbelikan. Pemegang instrumen pasar modal mengharapkan memperoleh keuntungan dengan menahan instrumen tersebut. 2.4. Sumber Daya Sumber daya utama bagi Bursa Efek Indonesia adalah banyaknya perusahaan yang terdaftar (listed) yang melakukan emisi saham untuk diperdagangkan di Lantai Bursa. Penawaran Perdana (Initial Public Offering/IPO) mengacu pada proses penjualan saham atau obligasi oleh perusahaan yang hendak go public kepada masyarakat. Perusahaan yang sudah melaksanakan IPO disebut perusahaan terbuka (emiten). Jika IPO yang dilakukan adalah saham, maka nama perusahaan tersebut akan memiliki tambahan “Tbk” di belakangnya, sementara kode sahamnya terdiri dari empat huruf yang diambil dari nama perusahaan tersebut (Putrantyo, 2012). 16 Berdasarkan statistik IPO 7 tahun berturut-turut mulai dari tahun 2008, terdapat 19 saham yang melakukan IPO selama tahun tersebut terdiri dari 7 sektor saham , yaitu Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar dan Kimia, Properti & Real Estate, Infrastruktur Utilitas & Transportasi, Keuangan, Perdagangan Jasa & Investasi. Pada tahun 2008 ini IPO dari emiten sektor Industri Dasar dan Kimia, serta emiten sektor Perdagangan Jasa & Investasi merupakan yang paling dominan dengan masing-masing emitennya berjumlah sama, yaitu 4 emiten. Tahun selanjutnya di 2009, terdapat 13 saham yang melakukan IPO selama periode tersebut terdiri dari 7 sektor saham, yaitu Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar dan Kimia, Properti & Real Estate, Infrastruktur Utilitas & Transportasi, Keuangan, Perdagangan Jasa & Investasi. IPO dari emiten sektor Perdagangan Jasa & Investasi menjadi yang paling dominan dengan jumlah sebanyak 3 emiten. Pada tahun 2010, terdapat 23 saham yang melakukan IPO terdiri dari 6 sektor saham, yakni Barang Konsumsi, Infrastruktur Utilitas & Transportasi, Keuangan, Perdagangan Jasa & Investasi, Pertambangan, dan Properti & Real Estate. IPO dari emiten sektor Perdagangan Jasa & Investasi menjadi yang paling dominan dengan jumlah sebanyak 8 emiten. Perkembangan IPO tahun 2011, dimana terdapat peningkatan menjadi 25 emiten saham yang melakukan IPO, meskipun krisis tengah terjadi di pasar saham global akibat krisis utang negara kawasan Euro, namun target perusahaan melakukan IPO tercapai, kondisi ini didukung dari positif ekonomi dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi dalam negeri yang positif mendorong perusahaan melakukan ekspansi sehingga membutuhkan dana, pasar modal merupakan salah 17 satu cara untuk mendapatkan dana. Sektor saham IPO tahun 2011 terdiri dari 9 sektor saham, seperti Aneka Industri, Barang Konsumen, Industri Dasar & Kimia, Infrastruktur Utilitas & Transportasi, Keuangan, Perdagangan Jasa & Investasi, Pertambangan, Pertanian, serta Properti & Real Estate. IPO dari emiten sektor Infrastruktur Utilitas & Transportasi menjadi yang paling dominan dengan jumlah sebanyak 6 emiten. Selanjutnya di tahun 2012 terdapat penurunan emiten yaitu 22 emiten saham yang melakukan IPO dan terdiri dari 8 sektor saham, seperti Pertanian, Pertambangan, Aneka Industri, Industri Barang Konsumsi, Properti & Real Estate, Infrastruktur Utilitas & Transportasi, Keuangan, serta Perdagangan Jasa & Investasi. IPO dari emiten sektor Perdagangan Jasa & Investasi menjadi yang paling dominan dengan jumlah sebanyak 5 emiten. Sedangkan di tahun 2013 terdapat peningkatan emiten yang luar biasa menjadi 30 emiten saham yang melakukan IPO dan terdiri dari 8 sektor saham, seperti Pertanian, Industri Dasar & Kimia, Aneka Industri, Industri Barang Konsumsi, Properti & Real Estate, Infrastruktur Utilitas & Transportasi, Keuangan, serta Perdagangan Jasa & Investasi. IPO dari emiten sektor Perdagangan Jasa & Investasi menjadi yang paling dominan dengan jumlah sebanyak 9 emiten. Namun di tahun 2014 terdapat penurunan emiten yang banyak sekali menjadi 23 emiten saham yang melakukan IPO dan terdiri dari 8 sektor saham, yaitu Pertanian, Pertambangan, Industri Dasar & Kimia, Industri Barang Konsumsi, Properti & Real Estate, Infrastruktur Utilitas & Transportasi, 18 Keuangan, serta Perdagangan Jasa & Investasi. IPO dari emiten sektor Keuangan menjadi yang paling dominan dengan jumlah sebanyak 8 emiten. Tabel 2.1 Perkembangan Saham IPO Di BEI Tahun 2008 – 2014 2008 Sektor Saham 7 Jumlah Emiten 19 2009 2010 2011 2012 2013 2014 7 6 9 8 8 8 13 23 25 22 30 23 No Tahun 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Sektor Saham Dominan Industri Dasar dan Kimia Perdagangan Jasa & Investasi Perdagangan Jasa & Investasi Perdagangan Jasa & Investasi Infrastruktur, Utilitas & Transportasi Perdagangan Jasa & Investasi Perdagangan Jasa & Investasi Keuangan Jumlah Perush 4 4 3 8 7 5 9 8 Sumber : KSEI yang telah dikembangkan 2.5. Tantangan Bisnis Konsekuensi dari globalisasi dan integrasi ekonomi, maka kinerja pasar modal sangat tergantung dari kinerja ekonomi Nasional, Regional, dan Internasional. Laju pertumbuhan pasar modal turut ditentukan oleh berbagai indikator makro ekonomi seperti: laju inflasi, tingkat suku bunga, nilai tukar, dan besaran indikator makro lainnya. Hal ini menjadi pondasi penting bagi pertumbuhan pasar modal ke depan karena akan menentukan sejauh mana tingkat laju pertumbuhan pasar modal. Salah satu tantangan kinerja pasar modal adalah pertumbuhan transaksi di pasar sekunder. Pasar saham di Indonesia mengalami pertumbuhan kinerja yang sangat baik dan hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan indeks harga saham. 19 Sebagai salah satu Negara dengan populasi terbesar di Dunia, maka peningkatan pemodal lokal menjadi salah satu faktor yang turut memperkuat daya tahan pasar sehubungan dengan volatilitas aliran dana yang bersifat jangka pendek. Selain itu peningkatan impelementasi Good Governance dan Etika Bisnis harus diperhatikan, karena sejarah membuktikan bahwa pengabaian implementasi Governance berdampak pada penurunan kinerja, reputasi, hingga krisis. Dalam konteks lain kita juga berhadapan dengan risiko reputasi terkait dengan beberapa persoalan di Perbankan seperti pembobolan dana nasabah dan lain-lain. Terkait dengan tantangan pasar modal Indonesia ke depan, terdapat lima tantangan yang harus dihadapi pasar modal di bawah OJK antara lain: 1) Masih minimnya Investor domestik. Saat ini jumlah Investor Dalam Negeri sudah mencapai 363.000 orang, namun rasionya dibandingkan jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 240 juta orang masih sangat kecil. 2) Jumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki kinerja bagus masih relatif sedikit. Saat ini, jumlah emiten yang terdaftar di pasar modal Indonesia sudah mencapai 505 perusahaan. Angka ini memang besar tapi tidak setara dengan instrumen investasi yang ada. Untuk itu pasar modal Indonesia masih memerlukan lebih banyak emiten berkualitas. Tidak hanya sekedar menjadi perusahaan Tbk dan mendapatkan modal dari publik. 3) Produk investasi pasar modal masih terbatas. Tantangan yang ada salah satunya diversifikasi produk investasi. 20 4) Sistem aturan yang belum sinkron. Keberadaan pasar modal tidak lepas dari industri jasa keuangan. Selanjutnya dengan hadirnya OJK BEI memerlukan sinkronisasi aturan, karena industri pasar modal akan bersinggungan dengan industri Perbankan dan jasa keuangan non bank lainnya. Aturan yang ada disinkronkan, sekarang masih terpisah-pisah hingga sulit koordinasi 5) Masih banyak jebakan emiten gorengan. Adanya kenaikan saham pun menjadi pendorong naiknya IHSG. OJK pun berniat memerangi hal ini, karena saham gorengan merupakan investasi yang tidak sehat mengingat pergerakannya bersifat semu. Saham naik dan turun didorong oleh pihak-pihak yang saling terkait atau sama. 2.6. Proses Bisnis Bursa Efek Indoesia Bursa Efek Indonesia(BEI) merupakan lembaga keuangan non Bank yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi antara pihak unit surplus (Investor) dengan unit defisit (dunia usaha). Instrumen yang digunakan untuk mempertemukan kedua pihak tersebut adalah berupa efek atau sekuritas. Dengan demikian Bursa Efek atau Bursa Saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek perusahaan yang sudah terdaftar di Bursa. Proses transaksi di Bursa Efek, dapat diuraikan secara singkat sesuai Gambar 2.1 berikut : 21 1) Investor membuka rekening efek di perusahaan pialang. 2) Investor memberikan order beli/jual kepada perusahaan pialang. 3) Prusahaan pialang memerintahkan Wakil Perantara Pedagang Efek (WPPE)-nya untuk melaksanakan order investor di bursa efek. 4) Perusahaan pialang memberikan konfirmasi bahwa order bisa terlaksana atau tidak. 5) Jika order bisa terlaksana, Bursa Efek mencatat transaksi tersebut untuk diteruskan ke KPEI. 6) KPEI melakukan kliring, yaitu mencocokkan order beli dan jual hasilnya dikirim ke KSEI (PT Kastodian Sentral Efek Indonesia). 7) KPEI memberikan konfirmasi kepada perusahaan pialang bahwa order telah diproses. 8) KSEI melakukan pemindahbukuan, yaitu rekening investor jual atau habis sahamnya (rekening di bank bertambah) sebaliknya rekening investor beli akan bertambah atau mincul saham baru (rekening di bank berkurang). 9) KSEI memberikan konfirmasi kepada perusahaan pialang bahwa transaksi telah diproses pemindahbukuannya. 22 PROSES PERDAGANGAN BURSA EFEK JAKARTA (BEJ) PIALANG (WPPE) INVESTOR BELI PIALANG BELI RUPIAH PIALANG (WPPE) SISTEM TAWAR MENAWAR DAN NEGOSIASI PIALANG JUAL PT KPEI & PT KSEI SERTIFIKAT SAHAM PENYELESAIAN TRANSAKSI SAHAM INVESTOR BELI INVESTOR JUAL PIALANG BELI Rp PIALANG JUAL INVESTOR JUAL BAE PROSES PENYELESAIAN TRANSAKSI Gambar 2.1 Proses Perdagangan Saham Sumber: Klinik Go Public dan Investasi