STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Evaluasi Bagi Hasil Pada BPRS WAKALUMI Supono, SH., SE., MM. (Dosen Tetap STIE PPI) Abstrak Perbankan syariah dalam istilah internasional dikenal dengan Islamic Banking atau perbankan tanpa bunga (interest free-banking). Dalam kegiatan keuangan yang dilaksanakannya, bank syariah menganut prinsip-prinsip syariah Islam, dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan dasar hukum dan operasional (QS 2:278). Prinsip ini diharapkan mampu memenuhi harapan terhadap kebutuhankebutuhan atas jasa-jasa ummat Islam terhadap perbankan syariah namun tetap memberikan keuntungan. Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan bagi hasil dengan nasabahnya (mitranya), laporan keuangan syariah boleh menggunakan prinsip revenue sharing maupun profit sharing. Prinsip distribusi pendapatan bagi hasil yang diterapkan di BPRS Wakalumi berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah dilakukan adalah menggunakan prinsip revenue sharing. Selain itu, peneliti juga menstimulasikan dengan menggunakan prinsip profit sharing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskiptif analisi. Hasil penelitian ini menunjukkan Dalam prinsip revenue sharing bank menanggung penuh atas biaya pengelolahan dana dan membagikan persentase pendapatan dari investasi kepada nasabah. Sedangkan untuk prinsip profit sharing bank dan nasabah sama-sama menanggung biaya pengelolahan dana. Bank membagikan keuntungan bersihnya dari investasi kepada nasabah. Prinsip revenue sharing yang diterapkan oleh BPRS Wakalumi membagikan keuntungan kepada nasabah yang lebih besar, yaitu sebesar Rp.78.178.590,27. Dibandingkan dengan stimulasi yang menggunakan prinsip profit sharing yaitu sebesar Rp. 34.391.628,24,-. Total nilai neraca tidak mengalami perubahan dalam prinsip profit sharing tetapi untuk nilai masing-masing account yang berkaitan dengan distribusi pendapatan itu sendiri mengalami perubahan. Pada prinsip profit sharing, jumlah dana pihak ke-3 mengalami penurunan dibandingkan dengan neraca revenue sharing yang diterapkan oleh BPRS Wakalumi. Hal ini disebabkan oleh pendistribusian ke nasabah semakin kecil dan laba tahun berjalan mengalami peningkatan dibandingkan dengan prinsip revenue sharing yang diterapkan di BPRS Wakalumi. STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Kata Kunci : Profit Sharing, BPRS STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 1 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 A. LATAR BELAKANG MASALAH Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997an telah membawa bangsa Indonesia ke dalam pertumbuhan ekonomi yang negatif, tidak terkecuali dalam dunia perbankan. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang terjadi akibat krisis moneter telah berdampak besar bagi kondisi perusahaan dan kegiatan usahanya di Indonesia. Perbankan di Indonesia juga terkena imbas dengan banyaknya bank-bank konvensional yang dilikuidiasi, dimerger, direkapitalisasi atau diambil alih kepemilikannya oleh pemerintah. Ditambah lagi dengan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan di Indonesia. Terpuruknya sistem perbankkan telah mematikan sendi-sendi perekonomian di Indonesia padahal sektor perbankan merupakan motor penggerak roda perekonomian di Indonesia. Melihat kondisi perekonomian sedemikian rupa, ternyata masih ada bank yang mampu bertahan dari hempasan krisis, bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip syariah dapat bertahan ditengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi. Pemerintah sendiri ternyata melirik sistem perbankan syariah seiring dengan berkembangnya perbankan syariah di Indonesia yang telah beroperasi dengan dasar bagi hasil (profit distribution). Perbankan syariah di Indonesia telah mulai berkembang sejak awal tahun 1990-an, dengan dikeluarkannya Paket Deregulasi Perbankan bulan Oktober (Pakto1998) yang berisi liberalisasi industri perbankan, yang kemudian direalisasikan dengan berdirinya Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Disusul dengan Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah IFI, Bank Syariah BNI, Bank Sayariah BUKOPIN, Bank BTN Syariah, Bank Syariah Danamon, Bank Syariah DKI, Bank Syariah JABAR, Bank Syariah Niaga, Bank Syariah Permata, Bank Syariah Mega juga dengan munculnya lembaga keuangan Islam lainnya. Perkembangan perbankan syariah telah memberi pengaruh luas terhadap upaya perbaikan ekonomi umat dan kesadaran baru untuk mengadopsi dan ekspansi lembaga keuangan Islam. Dalam hal ini pengaruh tersebut bisa dilihat di Indonesia, ketika pemerintah Indonesia dengan persetujuan DPR RI, telah mengganti Undang-Undang Perbankan No. 14 tahun 1967 dengan Undang- Undang No. 7 tahun 1992, yang memperbolehkan operasi perbankan dengan sistem bagi hasil selain dengan sistem bunga. Kemudian Undang-Undang tersebut direvisi menjadi Undang-Undang No. 10 tahun 1998 yang menunjukan bahwa perbankan Indonesia saat ini telah menganut sistem perbankan berganda atau dual banking system, yaitu adanya sistem perbankan konvensional dan syariah yang berjalan secara paralel. Dengan munculnya bank-bank dan lembaga keuangan Islam di Indonesia maka diperlukan dasar bagi penerapan dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda dengan standar akuntansi bank dan lembaga keuangan konvensioanal seperti yang sudah dikenal selama ini. Oleh karena itu, IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) telah menetapkan standar akuntansi yang mengatur tentang perbankan syariah di dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 59 tahun 2008. STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Page 2 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Istilah bank Islam atau bank syariah merupakan fenomena baru dalam dunia ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya gencar yang dilakukan oleh para pakar Islam dalam mendukung ekonomi Islam yang diyakini akan mampu mengganti dan memperbaiki sistem ekonomi konvensional yang berbasis pada bunga. Perbankan syariah dalam istilah internasional dikenal dengan Islamic Banking atau perbankan tanpa bunga (interest free-banking). Dalam kegiatan keuangan yang dilaksanakannya, bank syariah menganut prinsip-prinsip syariah Islam, dengan mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan dasar hukum dan operasional (QS 2:278). Prinsip ini diharapkan mampu memenuhi harapan terhadap kebutuhankebutuhan atas jasa-jasa ummat Islam terhadap perbankan syariah namun tetap memberikan keuntungan. Bukan tidak mungkin keuntungan yang akan diperoleh bisa lebih besar dari pada menjadi nasabah bank konvensional. STIE Putra Perdana Indonesia B. Kajian Teoritis 1. Evaluasi Evaluasi adalah cara untuk memperoleh suatu kesimpulan dengan jalan menyusun berbagai informasi atau beberapa pihak ada yang menyebutnya dengan akunting merupakan suatu bahasa bisnis atau bahasa pengambilan keputusan”. 2. Bank a. Pengertian Bank STIE Putra Perdana Indonesia Pengertian Bank menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 pasal 1 angka 2 adalah sebagai berikut : “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Dalam Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 tentang Akuntansi Perbankan (1999:01) menyebutkan bahwa “Bank adalah suatu lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (deficit unit). Serta sebagai lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”. Menurut Drs. Zainul Arifin, MBA (2001:1) “ Bank adalah suatu lembaga khusus yang menyediakan layanan finansial” Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi perbankan adalah proses pencatatan dan penapsiran data keuangan guna memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang berminat terhadap informasi tersebut, dimana demi keberhasilan penyelenggaraan akuntansi bank maka harus memiliki daya analisa dan keterampilan teknis yang berkualitas. STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 3 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 b. Pengertian Bank Syariah Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia (2001:20) bank syariah didefinisikan sebagai berikut: “ Lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip hukum atau syariat Islam, seperti diatur didalam Al-quran dan Al-Hadist” Menurut Muhammad (2001:1) “Bank Syariah adalah lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Alquran dan Hadis Nabi SAW “. Menurut Zainul Arifin (2008:3) “Bank syariah adalah bank yang didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait”. Secara operasional, bank Islam melakukan kegiatan perbankan, finansial, komersial dan investasi sesuai dengan prinsip islam itu sendiri. Bank syariah beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Kegiatan perbankan islam itu tentu harus didasari dengan adanya larangan atas bunga pada setiap transaksi prinsip kemitraan pada semua aktivis bisnis yang atas dasar kesetaraan, keadilan, kejujuran dan tidak hanya mencari keuntungan yang sah semata-mata. Bank syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan riba yang diharamkan. STIE Putra Perdana Indonesia c. Fungsi dan Karakteristik Bank Syariah Menurut PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia) tahun 2009 Bank syariah memiliki fungsi sebagai : 1) Manajer investasi; Mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad mudharabah atau sebagai agen investasi. STIE Putra Perdana Indonesia 2) Investor (Shohibul Maal) Menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang sesuai dengan syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagi secara proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik dana. 3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran; Melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan seperti bank non syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah. 4) Pengemban fungsi sosial Memberikan pelayanan sosial dalam bentuk pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai ketentuan yang berlaku. STIE Putra Perdana Indonesia Page 4 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 3. Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan Ada beberapa karakteristik yang mendasari sistem perbankan syariah menurut kerangka dasar penyusunan laporan keuangan bank syariah tahun 2008 (2008:3), antara lain : a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya. b. Tidak mengenal nilai waktu uang. c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas. d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif. e. Tidak diperkenankan dua transaksi untuk satu akad. f. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk suatu barang STIE Putra Perdana Indonesia 4. Bagi Hasil a. Pengertian Bagi Hasil Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan belum menjelaskan bagi hasil dan pengertian bagi hasil itu dijelaskan lebih lanjut dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 1992 tentang Bank Umum dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 1992 tentang Bank Perkreditan Rakyat juga tidak menjelaskan bagi hasil. Baru pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip Bagi Hasil terdapat keterangan pada pasal 2 sebagai berikut : Prinsip bagi hasil dimaksud adalah prinsip bagi hasil berdasarkan syariat dalam melakukan kegiatan usaha bank , seperti dalam hal ; 1) Memberikan dan menerima imbalan a) Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat sehubungan dengan penggunaan atau pemanfaatan dana masyarakat yang dipercayakan kepadanya. b) Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan penyediaan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan baik untuk keperluan investasi maupun modal kerja. c) Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan lainnya yang lazim dilakukan oleh bank dengan prinsip bagi hasil. 2) Pengertian bagi hasil dalam penyediaan dana dalam bentuk pembiayaan sebagaimana dimaksud, termasuk pula kegiatan usaha jual beli. Menurut Muhammad (2001: 22) secara definitive bagi hasil diartikan: “Distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu perusahaan “. STIE Putra Perdana Indonesia b. Teori Sistem Bagi Hasil Bagi hasil merupakan hal baru dalam kerangka mekanisme sistem ekonomi pada umumnya. Hadirnya sistem bagi hasil tentunya tidak memberikan ruang gerak bagi sistem bunga. Menurut terminologi asing (Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit Sharing dalam ekonomi sebagai pembagian laba. STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 5 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Keuntungan yang dibagi hasilkan harus dibagi secara proporsional antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib). Dengan demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah, bukan untuk kepentingan pribadi pengelola dana, dapat dimasukkan ke dalam biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara pengelola dana dan pemilik dana sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal. Menurut Antonio Safi’i (2001:139) dalam operasi perbankan yang menggunakan sistem bagi hasil ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu: 1) Faktor Langsung Ada beberapa faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan bagi hasil, antara lain : a) Invesment Rate Adalah persentase actual dana yang diinvestasikan dari total dana yang berada dalam perbankan syariah. Jika bank menentukan invesment rate sebesar 80 %, hal ini berarti 20 % dari total dana dialokasikan untuk memenuhi likuiditas. STIE Putra Perdana Indonesia b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan Adalah jumlah dana yang tersedia dalam perbankan syariah yang diperoleh dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan salah satu metode rata-rata saldo minimum bulanan atau dengan rata-rata total saldo harian. Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan. STIE Putra Perdana Indonesia c) Nisbah Adalah persentase pembagian keuntungan antara pemilik dana (shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib) yang disepakati dalam akad. Salah satu ciri sistem bagi hasil adalah nisbah yang harus ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu bank dan bank lainnya dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam satu bank misalnya deposito 1,6 atau 12 bulan. Nisbah juga dapat berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan besarnya dana dan jatuh temponya. Nisbah 60:40, artinya, hasil pendapatan dibagi 60 % untuk nasabah dan 40 % untuk bank. STIE Putra Perdana Indonesia 2) Faktor tidak langsung Faktor tidak langsung mempengaruhi sistem bagi hasil, antara lain : a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah. Page 6 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya (profit and sharing). Pendapatan yang “dibagihasilkan” merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. Jika semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing. b) Kebijakan akuntansi (prinsip dan metode akuntansi) Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. STIE Putra Perdana Indonesia c. Konsep Bagi Hasil Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Istitut Bankir Indonesia (2006:265) mengemukakan tentang konsep bagi hasil adalah : 1) Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga keuangan/bank yang bertindak sebagai pengelola. 2) Pengelola/bank mengelola dana tersebut dalam system pool of fund selanjutnya akan menginvestasikan dana tersebut ke dalam proyek/usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek syariah. 3) Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup kerjasama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan tersebut. d. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Syariah Indonesia (2006:265) ada beberapa cara untuk menghitung bagi hasil sebagai berikut: 1) Hitung saldo rata-rata harian sumber dana sesuai klasifikasi dana yang dimiliki. 2) Hitung saldo rata-rata tertimbang sumber dana yang telah tersalurkan ke dalam investasi dan produk-produk asset lainnya. 3) Hitung total pendapatan yang diterima dalam periode berjalan. 4) Bandingkan antara jumlah sumber dana dengan total dana yang telah tersalurkan. 5) Alokasikan total pendapatan kepada masing-masing klasifikasi dana yang dimiliki sesuai dengan data-data saldo rata-rata tertimbang. 6) Perhatikan nisbah sesuai kesepakatan yang tercantum dalam akad. 7) Distribusikan bagi hasil sesuai nisbah kepada pemilik dana sesuai klasifikasi dana yang dimiliki. STIE Putra Perdana Indonesia Rumus Distribusi Pendapatan (RDP) STIE Putra Perdana Indonesia DP = (R/T) x P R = Saldo rata-rata tertimbang per klasifikasi dana InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 7 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 T = Total rata-rata tertimbang per klasifikasi dana P = Total Pendapatan yang diterima periode berjalan. e. Menghitung Pendapatan Yang Akan Dibagihasilkan Pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank berasal dari hasil penempatan dana pihak ke-3 melalui pembiayaan yang berakad jual beli (murabahah), mudharabah, dan musyarakah. Hasil pendapatan tersebut kemudian dibagihasilkan kepada nasabah pemilik dana (shahibul maal). Perbandingan jumlah dana yang dikelola (modal sendiri, tabungan, deposito dan lainnya) dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan juga harus diperhatikan dalam membagihasilkan pendapatan tersebut. Apabila jumlah pembiayaan lebih besar dari total dana masyarakat maka modal bank memperoleh bagian pendapatan, sebaliknya jika lebih kecil maka pendapatan tersebut seluruhnya dibagihasilkan antara nasabah dengan bank. STIE Putra Perdana Indonesia Kesimpulan: Pd = P, bila SRRH > Pm maka pendapatan bank didistribusikan semua, bila SRRH < Pm, maka pendapatan bank harus dibagi dulu kepada bank, jadi : Pd : SRRH/Pm x P Dimana : Pd : Jumlah pendapatan margin dan bagi hasil yang dibagikan Pm : Jumlah saldo rata-rata pembiayaan yang disalurkan SRRH : Jumlah saldo rata-rata harian dana pihak ketiga P : Pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi f. Menghitung Saldo Rata-Rata Harian 1) Menentukan tanggal berapa keuntungan yang diperoleh dari penempatan dana yang dibagihasilkan. Pada BPRS Wakalumi setiap bulan ditentukan pada tanggal 30 untuk menghitung bagi hasilnya, maka pendapatan yang akan dibagihasilkan kepada penyimpan adalah pendapatan yang diperoleh sejak tanggal 1 bulan sebelumnya sampai tanggal 30 pada bulan dimana pendapatan tersebut dibagihasilkan. 2) Jumlah hari yang dihitung dalam satu bulan adalah sesuai dengan hitungan kalender. Oleh karena itu, saldo rata-rata harian per bulan dihitung sejak tanggal 1 sampai 30 bulan berikutnya. 3) Setelah semua rekening masing-masing nasabah sudah dihitung semua kemudian jumlahkan saldo rata-rata tersebut menurut jenis simpanannya, sehingga dapat diketahui jumlah masing-masing. STIE Putra Perdana Indonesia Untuk menghitung simpanan yang ditutup, maka saldo rata-rata yang dihitung adalah sejak tanggal 1 sampai dengan tanggal penutupan rekening tersebut (Rekening Tabungan dan Deposito yang sudah jatuh tempo). Kemudian hitung juga berapa bagi hasilnya pada saat penutupan rekening. STIE Putra Perdana Indonesia Page 8 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Rumus : SRRRD N D Keterangan : N = Total dana dalam periode berjalan D = Jumlah hari dalam periode berjalan Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan untuk masing-masing tipe dana: STIE Putra Perdana Indonesia DP = SRRH masing-masing tipe dana x Pd SRRH Untuk tabungan dan deposito mudharabah, pendapatan bagi hasilnya dikalikan dengan nisbah yang disepakati. g. Pembagian Keuntungan pada Perbankan Syariah Dalam aplikasi perbankan syari’ah pada umumnya bank dapat menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada. Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia (2008:264) mekanisme perhitungan bagi hasil ini terdiri dari dua sistem yaitu : 1) Profit Sharing (Bagi Untung) Yaitu, perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil net dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Kelebihannya adalah lebih mencerminkan rasa keadilan antara pemilik dana dengan pengelola dana, karena saat untung dibagikan sesuai nisbah yang disepakati dan saat rugi juga dibagikan. Kekurangannya adalah sulitnya diidentifikasi secara jelas biayabiaya terkait langsung dengan pengelolahan dana, adanya resiko bagi hasil pemilik dana return yang minus, tentunya akan mempunyai dampak yang cukup signifikan apabila ternyata secara umum tingkat suku bunga pasar lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank syariah yang berdampak menurunnya jumlah dana pihak ketiga secara keseluruhan sehingga kurang mampu bersaing dengan revenue sharing. Untuk menghindari risiko-risiko tersebut, bank harus mengalokasikan sebagian dari porsi bagi hasil yang mereka terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah pemilik dana. STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 9 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 2) Revenue Sharing (Bagi Hasil) Yaitu perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Kelebihannya adalah pendapatan yang diperoleh tidak perlu dikurangi biaya-biaya yang terjadi atas pengelolahan dana, pemilik dana (shahibul maal) tidak mengalami pengembalian minus karena seluruh biaya ditanggung oleh pengelola dana (mudharib), sehingga secara umum lebih menguntungkan bagi para pemilik dana. Kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi pemilik dana untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang nyatanya justru mampu memberikan hasil yang optimal, dan pada akhirnya akan berdampak kepada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank syariah. Hal ini dengan cepat harus mampu diimbangi dengan penyalurannya dalam berbagai bentuk produk asset yang menarik, layak dan mampu memberikan tingkat profitabilitas yang maksimal bagi pemilik dana. Kelemahannya adalah tingkat pendapatan bank sedemikian rendah maka bagian bank pun rendah setelah pendapatan didistribusikan oleh bank, tidak mampu membiayai kebutuhan operasionalnya (yang lebih besar dari pada pendapatan fee) sehingga merupakan kerugian bank d. Sementara para penyandang dana atau investor lain tidak akan pernah menanggung kerugian akibat biaya operasional tersebut. Rekomendasi Dewan Syariah Nasional (DSN), maupun dalam praktek perbankan di Indonesia saat ini yang diterapkan adalah revenue sharing karena ditinjau dari kemashalatannya lebih baik dari pada profit sharing. STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia 5. Laporan Keuangan Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia (2008:282) berpendapat “Laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan aktivitas operasi bank yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan”. Sifat laporan Keuangan menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia (2008:286) sifat-sifat laporan keuangan adalah sebagai berikut : a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan keputusan. STIE Putra Perdana Indonesia Page 10 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia b. c. d. e. Mei 2010 Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. Laporan keuangan bersifat konsevatif dalam menghadapi ketidak pastian, bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas). Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai perimbangan. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula, penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin tidak dilakukan jika hal ini menimbulkan pengaruh yang material terhadap kelayakan laporan keuangan. Adanya berbagai altrenatif metode akuntansi yang dapat digunakan menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis tingkat kesuksesan antar perusahaan. STIE Putra Perdana Indonesia f. g. f. Laporan keuangan perbankan lainnya, laporan keuangan bank syariah juga terdiri atas komponen-komponen yang memberikan informasi atas posisi keuangan dan aktivitas operasional bank syariah tersebut. Selain komponen umum laporan keuangan seperti neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas, dan laporan perubahan modal. Laporan keuangan bank syariah juga harus memuat beberapa aspek yang meupakan refleksi fungsi bank syariah serta karakteristik usaha yang dilakukannya. Sehubungan dengan hal ini terdapat beberapa penyesuian yang sangat mendasar terutama pada item-item yang muncul dalam neraca dan laporan rugi/laba. Menurut Tim pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia (2008:287) penyesuaian tersebut antara lain : a. Pada sisi aktiva : Pengelompokan skim penyaluran dana yang bervariasi (murabahah, salam, istisna, mudarabah, musyarakah, dan lain-lain) yang tidak dapat digeneralisir menjadi pembiayaan yang diberikan (kredit). b. Pada sisi pasiva : Pengelompokan dana masyarakat ke dalam titipan (wadiah) dan investasi (mudarabah). c. Pada laporan rugi/laba : Pengungkapan secara eksplisit tentang zakat serta pendapatan non halal yang berasal dari transaksi-transaksi ribawi yang karena satu dan lain hal (darurat) terpaksa dilakukan oleh bank syariah tersebut dengan tetap mendapat persetujuan terlebih dahulu dari dewan pengawas syariah. STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 11 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 C. Analisis dan Pembahasan 1. Penerapan Konsep Bagi Hasil Produk Penghimpunan Dana di BPRS Wakalumi Dana yang dikumpulkan oleh pihak bank dari hasil kegiatan-kegiatan operasionalnya yang berasal dari dana pihak ke-3 akan dikelola oleh pihak bank secara syariah dengan mengacu pada teori perbankan syariah yang ada. BPRS Wakalumi sebagai bank syariah menawarkan produk-produk untuk menghimpun kelebihan dana tersebut dimana akan dijelaskan mengenai penerapnnya secara garis besar karena teori-teorinya telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya. Pembahasan akan menekankan pada produk Tabungan Mudharabah dan Deposito Mudharabah sesuai dengan yang ada bi BPRS Wakalumi. Perhitungan pendapatan yang akan dibagikan dapat diilustrasikan pada transaksi yang berkaitan dengan tabungan dan deposito salah satu nasabah BPRS Wakalumi, sebagai berikut : Pada akhir bulan Desember 2008 BPRS Wakalumi mempunyai data sbb : a. Saldo rata-rata dana pihak ke-3 sebesar Rp. 500.000,- yang terdiri dari : 1) rekening tabungan mudharabah Rp. 100.000,2) Deposito 1 bulan Rp. 150.000, deposito 3 bulan Rp. 125.000, deposito 6 bulan Rp. 75.000, deposito 12 bulan Rp. 50.000. b. Saldo rata-rata penyaluran dana (pembiayaan) adalah Rp. 400.000, yang terdiri dari : 1) pembiayaan murabahah Rp. 75.000,2) Pembiayaan mudharabah Rp. 125.000, 3) Pembiayaan musyarakah Rp. 200.000. c. Jumlah pendapatan bank yang diterima dari hasil penyaluran pembiayaan sebesar Rp. 50.000. Jumlah bagi hasil yang diterima oleh nasabah tersebut dari masing-masing tipe dana dihitung sebagai berikut : STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Saldo rata-rata harian dana pihak ke-3 (Rp. 500.000) lebih besar dari saldo rata-rata pembiayaan (Rp. 400.000) jadi seluruh pendapatan bank dapat didistribusikan langsung kepada nasabah dan bank. Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan dihitung dengan rumus sebagai berikut : SRRH masing-masing tipe dana x Pd DP = SRRH Keterangan: DP = Distribusi pendapatan SRRH = Saldo rata-rata harian Pd = Pendapatan Dengan menggunakan rumus diatas diperoleh hasil sbb : STIE Putra Perdana Indonesia Page 12 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia 1) 2) 3) 4) 5) Pendapatan tabungan mudharabah sebesar Pendapatan Deposito 1 bulan sebesar Pendapatan Deposito 3 bulan sebesar Pendapatan Deposito 6 bulan sebesar Pendapatan Deposito 12 bulan sebesar Mei 2010 Rp. 10.000,Rp. 15.000,Rp. 12.500,Rp. 7.500,Rp. 5.000,- Seandainya saldo rata-rata pembiayaan yang diberikan Rp. 525.000, maka modal BPRS Wakalumi ada yang ikut tersalurkan, sehingga pendapatan bank yang diterima dari penyaluran pembiayaan harus dibagikan terlebih dahulu ke bank. Oleh karena itu, akan mengubah jumlah pendapatan yang akan didistribusikan dari Rp. 50.000 menjadi Rp. 47.619 yang dihitung dengan menggunakan rumu sebagai berikut: STIE Putra Perdana Indonesia Pd = SRRH/Pm x P Maka, jumlah pendapatan yang dibagihasilkan untuk masing-masing tipe dana diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut : 1) Pendapatan tabungan mudharabah sebesar Rp. 9.524,2) Pendapatan Deposito 1 bulan sebesar Rp. 14.285,3) Pendapatan Deposito 3 bulan sebesar Rp. 11.905,4) Pendapatan Deposito 6 bulan sebesar Rp. 75.006,5) Pendapatan Deposito 12 bulan sebesar Rp. 4.762,- Jadi, jumlah pendapatan yang diterima BPRS Wakalumi akibat dana bank yang terpakai, adalah : Rp. 25.000 x Rp. 50.000 Pd = STIE Putra Perdana Indonesia Rp. 525.000 Pd = Rp. 2.381 Dari aplikasi diatas maka dapat disimpulkan, apabila dana bank terpakai dalam pembiayaan sedangkan asumsi jumlah penerimaan bank tetap maka jumlah yang diterima oleh pemilik dana pihak ke-3 akan lebih kecil dibandingkan bila dana bank tidak ikut terpakai. Produk penghimpunan dana yang ada di BPRS Wakalumi adalah sebagai berikut : a. Tabungan Mudharabah Pada tabungan ini, dananya harus dalam bentuk uang, dalam jumlah tertentu dan diserahkan kepada pengelola dana. Oleh karena itu, tabungan mudharabah tidak dapat ditarik sewaktu-waktu tapi dilakukan menurut syarat tertentu yang telah disepakati. BPRS Wakalumi memberikan bagi hasil atas tabungan ini sesuai dengan akad (nisbah) yang disepakati oleh kedua belah pihak. STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 13 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Perhitungan bagi hasil pada tabungan mudharabah pada transaksi salah satu nasabah BPRS Wakalumi, sebagai berikut : Tanggal 1 September 2009 Tn. Ahmad membuka tabungan mudharabah sebesar Rp. 3.000.000. Tanggal 10 September 2009 Tn. Ahmad melakukan penarikan sebanyak Rp. 1.250.000. Nisbah yang disepakati 58%:42% untuk bank dan nasabah (setara 5 %) pada saat akad. Total saldo rata-rata dana tersebut di bank Rp. 1.525.450.000 dan distribusi bagi hasil yang diperoleh bank tersebut adalah Rp. 254.241.667. Perhitungan bagi hasil pada tabungan mudharabah untuk Tn. Ahmad adalah sebagai berikut: Saldo rata-rata hariannya adalah sebagai berikut: STIE Putra Perdana Indonesia No 1 2 Tanggal 01 Sept-09 Sept 10 Sept-30Sept Total Hari 9 21 30 Saldo Rp. 3 Juta Rp. 1,25 Juta Jumlah Rp. 27 Juta Rp. 26,25 Juta Rp. 53,25 Juta Saldo rata-rata harian = Rp. 53.250.000 : 30 hari = Rp. 1.775.000 Pendapatan bagi hasil tabungan mudharabah yang diterima nasabah Tn. Ahmad dihitung dengan rumus sebagai berikut : SRRH masing-masing x jumlah hari x nisbah PD = 365 STIE Putra Perdana Indonesia Rp. 1.775.000 x Rp. 254.241.667 x 5 % = 365 = Rp. 7.294,52 b. Deposito Mudharabah Produk lain dari Mudahrabah adalah deposito. Pada pembagian keuntungan BPRS Wakalumi memberikan bagi hasil untuk balas jasanya kepada nasabah dari distribusi pendapatan. Perhitungan bagi hasil pada deposito mudharabah dapat diilustrasikan pada transaksi salah satu nasabah BPRS Wakalumi sebagai berikut: Pada tanggal 1 September 2009 Tn. Jaka menempatkan deposito di BPRS Wakalumi sebesar Rp. 5.000.000 dengan jangka waktu 1 bulan (1 September 2009 s/d 1 Oktober 2009). Rata-rata deposito 1 bulan per 1 Oktober 2009 adalah Rp. 8.910.750.000. Distribusi bagi hasil yang diperoleh nasabah adalah Rp. 153.634.000. Nisbah bagi hasil yang disepakati antara nasabah dan bank adalah 68% (setara 11%):32% pada saat akad. STIE Putra Perdana Indonesia Page 14 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Perhitungan bagi hasil pada deposito mudharabah untuk Tn. Jaka dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: SRRH masing-masing x jumlah hari x Nisbah PD = 365 Rp. 5.000.000 x 30 hari x 11% PD = 365 STIE Putra Perdana Indonesia PD = Rp. 45.205 2. Penerapan Konsep Bagi Hasil Produk Pembiayaan Dana di BPRS Wakalumi Produk pembiayaan yang ada di BPRS Wakalumi ada 5 (Mudharabah, Musyarakah, Murabahah, Ijarah dan Qardhuk Hasan). Namun produk pembiayaan yang digunakan fasilitasnya oleh para nasabah antara lain adalah pembiayaan mudharabah, musyarakah, murabahah. Untuk pembiayaan ijarah ada tapi hanya sedikit sekali sedangkan Qardhul Hasan belum sama sekali. Oleh karena itu penulisan skripsi ini hanya ditekankan pada empat pembiayaan saja, antara lain : a. Pembiayaan Mudharabah Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah dapat diilustrasikan pada transaksi salah satu nasabah BPRS Wakalumi, sebagai berikut: PT. XYZ mengajukan kerjasama kepada BPRS Wakalumi, melalui pembiayaan mudharbah. Pihak pertama (PT.XYZ) sebagai pengelola dana sedangkan pihak kedua (BPRS Wakalumi) sebagai penyedia dana tunai. PT. XYZ mengajukan dana sebesar Rp. 12.000.000 dengan jangka waktu selama 1 tahun. Dari pembiayaan dikenakan provisi sebesar 1 % sedangkan administrasi sebesar Rp. 24.000. Proyeksi penjualan PT. XYZ selama 1 tahun sebesar Rp. 48.000.000. Pihak bank meminta expektasi sebesar 20 % p.a atas profit 1 tahun. Diketahui trade cycl PT. XYZ 4 bulan sekali atau 3 kali dalam setahun, data penjulan PT. XYZ utnuk bulan pertama Rp. 7.500.000. Pengucuran pembiayaan dilakukan pada awal Januari 2009 dan berakhir 31 Desember 2009. Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di BPRS Wakalumi adalah sebagai berikut: Dengan trade cycle maka modal total modal kerja per 4 bulan sebesar Rp. 12.000.000 (Rp. 36.000.000 : 3). Jadi dana sebesar Rp. 12.000.000 inilah yang diputar untuk usaha PT. XYZ selama 1 tahun. STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Proyeksi penjualan PT.A selama 1 tahun InoVasi Volume 3; Mei 2010 Rp. 48.000.000 Page 15 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Modal kerja dalam 1 tahun Rp. 36.000.000 Profit Rp. 12.000.000 Jadi, Expektasi bank = 20% x profit 1 tahun = 20% x Rp. 12.000.000 = Rp. 2.400.000 Pembagian nisbah bagi hasil untuk bank dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Expektasi pendapatan Nisbah bagi hasil = x 100% STIE Putra Perdana Indonesia Proyeksi penjualan Rp. 2.400.000 x 100% Jadi, nisbah bagi hasil = x 100 % Rp. 48.000.000 = 5% Dengan demikian, pembagian nisbah disepakati 5 % dari realisasi penjualan (revenue sharing) antara pengelola dana (mudharib) dan pemilik dana (bank). Perhitungan bank pada saat akad dan pencairan pembiayaan 1) Bank memperoleh pendapatan pada saat akad sebesar dari biaya provisi dan administrasi dari PT. XYZ dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Pendapatan provisi = 1 % x total pembiayaan = 1 % x Rp. 12.000.000 = Rp. 120.000 STIE Putra Perdana Indonesia Pendapatan Administrasi Jadi, pendapatan Bank = Rp. 25.000,= Rp. 120.000 + Rp. 25.000 = Rp. 145.000,- 2) Pada saat pencairan pembiayaan Bank mengeluarkan dana untuk pembiayaan kepada PT.XYZ sebesar Rp. 12.000.000. Perhitungan bank pada saat penerimaan bagi hasil bulan pertama Pendapatan bank = nisbah bagi hasil x penjualan PT. XYZ = 5 % x Rp. 7.500.000 = Rp. 375.000,Jadi, bank menerima dana atas bagi hasil dari PT. XYZ sebesar Rp. 375.000,Perhitungan bank pada saat akad berakhir : STIE Putra Perdana Indonesia Page 16 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Bank menerima pelunasan pembiayaan dari PT. XYZ sebesar Rp. 12.000.000. Setelah jatuh tempo kerjasama tersebut akan ditinjau kembali. b. Pembiayaan Musyarakah Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan musyarakah diilustrasikan pada salah transaksi nasabah BPRS Wakalumi sebagai berikut : PT. ABC mengajukan kerjasama kepada BPRS Wakalumi, melalui pembiyaan musyarakah. PT. ABC mengajukan sebesar 70% dari total pembiayaan Rp. 5.500.000. Pihak pertama (PT. ABC) sebagai pengelola dana mencampurkan modalnya sebesar Rp. 1.500.000 dengan pihak kedua (BPRS Wakalumi) sebesar Rp. 4.000.000 dengan jangka waktu selama 1tahun. Dikenakan biaya provisi sebesar 1 % dari total pembiayaan sedangkan administrasi sebesar Rp. 10.000. Selama 1 tahun proyeksi penjualannya sebesar Rp. 28.000.000. Pihak bank meminta expektasi sebesar 15 % p.a atas profit setahun. Diketahui trade cycle PT. ABC 3 bulan sekali atau 4 kali dalam setahun dan data penjualan PT. ABC untuk bulan pertama Rp. 4.500.000. Pengucuran pembiayaan dimulai pada awal Januari 2009 dan berakhir 31 Desember 2009. Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan musyarakah di BPRS Wakalumi adalah sebagai berikut : Dengan trade cycle PT. ABC 3 bulan sekali atau 4 kali setahun maka total modal kerja per 3 bulan sebesar Rp. 5.500.000 (Rp. 22.000.000 : 4). Jadi dana sebesar Rp. 5.500.000 inilah yang diputar untuk usaha PT.ABC selama 1 tahun. Proyeksi penjualan PT.ABC dalam 1 tahun Rp. 28.000.000 Modal kerja dalam 1 tahun Rp. 22.000.000 Profit Rp. 6.000.000 Jadi, Expektasi bank = 15 % x profit 1 tahun = 15 % x Rp. 6.000.000 = Rp. 900.000 Pembagian nisbah bagi hasil untuk bank dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Expektasi pendapatan x 100% = Proyeksi penjualan Rp. 900.000 x 100% Jadi, nisbah bagi hasil = Rp. 28.000.000` = 3.2% Dengan demikian, pembagian nisbah disepakati 3,2 % dari realisasi penjualan (revenue sharing)antara pengelola dana (mudharib) dan pemilik dana (bank). Perhitungan bank pada saat akad dan pencairan pembiayaan STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 17 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 1) Bank memperoleh pendapatan pada saat akad sebesar dari biaya provisi dan administrasi dari PT.ABC dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Pendapatan provisi = 1% x total pembiayaan = 1% x Rp.4.000.000 = Rp. 40.000 Pendapatan administrasi = Rp. 10.000 Jadi, pendapatan bank = Rp. 40.000 + Rp. 10.000 = Rp. 50.000 2) Pada saat pencairan pembiayaan Bank mengeluarkan dana untuk pembiayaan kepada PT. ABC sebesar Rp. 4.000.000. Perhitungan pada saat penerimaan bagi hasil Pendapatan bank dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : = nisbah bagi hasil x penjualan PT.ABC =3.2 % X Rp. 4.500.000 = Rp. 144.000 Jadi, bank menerima dana atas bagi hasil dari PT.ABC sebesar Rp. 144.000 STIE Putra Perdana Indonesia Perhitungan bank pada saat akad berakhir Bank menerima pelunasan pembiayaan dari PT. ABC sebesar Rp. 4.000.000. Setelah jatuh tempo kerjasama tersebut akan ditinjau kembali. c. Pembiayaan Murabahah Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan murbahah diilustrasikan pada salah satu transaksi nasabah BPRS Wakalumi, sebagai berikut : Tn. Amirudin adalah pengusaha barang bangunan yang hendak mengajukan pembiayaan murabahah guna membeli persediaan, dengan data sebagai berikut : Harga beli barang Rp. 2.500.000 Keuntungan Rp. 500.000 Harga jual barang Rp. 3.000.000 Jangka waktu 5 bulan Angsuran pembelian Rp. 600.000 Provis 1 % dari harga beli barang Biaya Administrasi Rp. 10.000 STIE Putra Perdana Indonesia Setelah dievaluasi oleh pihak bank, permintaan Tn. Amirudin disetujui mengingat usaha tersebut layak dan prospektif. Harga Jual yang disepakati tidak akan berubah selama jangka waktu pembayaran walaupun ada gejolak harga atau suku bunga. STIE Putra Perdana Indonesia Page 18 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan murabahah adalah sebagi berikut: 1) Perhitungan bank pada saat akad dan pencairan pembiayaan Bank memperoleh pendapatan pada saat akad sebesar dari biaya provisi dan adminitrasi dari Tn. Amirudin Pendapatan provisi Pendapatan Administrasi Jadi, pendapatan bank = 1 % x harga beli barang = 1 % x Rp. 2.500.000 = Rp. 25.000 = Rp. 10.000 = Rp. 25.000 + Rp. 10.000 = Rp. 35.000 STIE Putra Perdana Indonesia Pada saat pencairan pembiayaanPiutang BPRS Wakalumi sebesar Rp. 3.000.000 atas Tn. Amirudin. Bank mengeluarkan dana untuk pembiayaan kepada Tn. Amirudin sebesar Rp. 2.500.000 yang dibayarkan kepada supplier. Keuntungan bagi BPRS Wakalumi telah disepakati disaat akad dengan Tn. Amirudin. 2) Perhitungan bank pada saat penerimaan angsuran Bank menerima dana atas angsuran dari Tn. Amirudin sebesar Rp. 600.000 setiap bulannya. Yang berasal dari angsuran pokok barang sebesar Rp. 500.000 dan angsuran keuntungan sebesar Rp. 100.000. Jumlah piutang BPRS Wakalumi atas Tn. Amirudin berkurang sebesar jumlah angsuran Rp. 600.000 STIE Putra Perdana Indonesia 3) Perhitungan bank pada saat akad berakhir Bank menerima angsuran terakhir dari Tn. Amirudin sebesar Rp. 600.000. Jadi, jumlah piutang BPRS Wakalumi atas Tn. Amirudin adalah nol. d. Pembiayaan Ijarah 1) Dengan hibah, dimana pada akhir masa sewa bank akan menghibahkan barang dimaksud pada nasabah, sehingga terjadai proses perpindahan kepemilikan dari bank ke nasabah. Ilustrasi transaksi salah satu nasabah di BPRS Wakalumi yang berkaitan dengan pembiayaan ijarah adalah sebagai berikut: Tn. Hanif berniat memiliki mobil untuk kepentingan pribadi seharga Rp. 60 juta, padahal saat itu ia hanya memiliki dana sebesar Rp. 15 juta. Untuk mengatasi permasalahannya, Tn. Hanif pergi ke BPRS Wakalumi untuk mencari solusi. (asumsi:expektasi keuntungan bank adalah 20 STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 19 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia %/tahun). Perhitungan perbulannya. untuk Harga beli mobil oleh bank Residual value menentukan jumlah Mei 2010 angsuran sewa = Rp. 60.000.000 = Rp. 0 Keuntungan yang diharapkan bank =Rp60.000.000 x 20%/th x 2 th = Rp. 24.000.000 Harga sewa per bulan = Rp. 60.000.000 + Rp. 24.000.000 = Rp. 84.000.000 (untuk 2 thn) Angsuran sewa perbulan = Rp. 3.500.000 STIE Putra Perdana Indonesia 2) Dengan promise to sell, pada akhir masa periode bank akan merealisasikan promise to sell dimana bank bertindak selaku penjual, dengan asumsi angka yang sama dengan yang pertama (hibah). Perhitungan untuk menentukan angsuran per bulannya Harga beli mobil oleh bank Residual Value = Rp. 60.000.000 = Rp. 60.000.000 x 60 % = Rp. 36.000.000 Penyusutan = 5th (untuk kendaraan), 20% th. Penyusutan untuk 2 tahun = 20 % x 2 x Rp. 60.000.0 = Rp. 24.000.000 Keuntungan yang diharapkan bank = Rp.60.000.000x20%thx2 th = Rp. 24.000.000 Harga sewa = Rp. 60.000.000 – Rp. 36.000.000 + Rp. 24.000.000 = Rp. 48.000.000 Jadi, angsuran sewa perbulan = Rp. 48.000.000 : 24 bulan = Rp. 2.000.000 STIE Putra Perdana Indonesia 3. Analisis Tata Cara Perhitungan Bagi Hasil di BPRS Wakalumi Perhitungan distribusi pendapatan dapat dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu prinsip revenue sharing dan profit sharing. Penggunaan ke-2 prinsip distribusi pada perbankan syariah tersebut akan mempengaruhi neraca dan laporan laba/rugi. Dalam hal ini, BPRS Wakalumi menggunakan prinsip revenue sharing. Tabel perhitungan untuk profit distribution dalam perhitungan bagi hasil revenue sharing dan profit sharing. Tahapannya adalah sebagai berikut : a. Pertama pada tabel 1 kolom P, pihak bank menghitung saldo rata-rata semua jenis dana simpanan selama satu periode bagi hasil (1 bulan atau 1 tahun). b. Kedua pada tabel 1 kolom Q, pihak bank menetapkan jumlah pendapatan bagi hasil untuk masing-masing tipe dengan cara mengalikan persentase STIE Putra Perdana Indonesia Page 20 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 (jumlah relative) dari masing-masing saldo rata-rata dana simpanan dengan jumlah pendapatan yang dibagihasilkan. c. Ketiga pada tabel kolom R, pihak bank menetapkan nisbah (rasio) bagi hasil untuk masing-masing tipe dana dengan memperhatikan situasi dan kondisi pasar. d. Terakhir pada tabel 1 kolom S, pihak bank menghitung pendapatan porsi deposan dengan cara mengalikan jumlah pendapatan yang akan dibagikan dengan nisbah (ratio) untuk setiap jenis simapanan. Setelah itu, diketahui return (equivalent rate) dari masing-masing jenis simpanan ( tabel 1 kolom T). STIE Putra Perdana Indonesia Tabel 1 Perhitungan Profit Distribution Dana Pihak ke-3 Jenis Simpanan 1. Tabungan Mudharabah 2. Deposito Mudharabah 1 bulan 3 bulan 6 bulan 12 bulan Total NASABAH Bonus Bagi Hasil Saldo Rata-Rata Distribusi Bagi hasil Nisbah P Q R P1 Q1 Bonus S1 P2 P3 P4 P5 P Q2 Q3 Q4 Q5 Q R1 % R2 % R3 % R4 % S2 S3 S4 S5 S S (QxS) Return (%) (S/Px12x100 STIE Putra Perdana Indonesia a. Perhitungan Distribusi Pendapatan dengan Menggunakan Prinsip Revenue Sharing di BPRS Wakalumi Pada prinsip ini, pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi yang diterima dari persentase pendapatan penerima pembiayaan akan didistribusikan kepada pemilik dan tidak dikurangi terlebih dahulu oleh pengelolahan dana pihak ke-3. Dengan kata lain, bank menjamin nilai nominal investasi nasabah dimana pendapatan paling rendah adalah 0 dan tidak mungkin terjadi pendapatan minus. Oleh karena itu, prinsip ini lebih mudah diterima di Indonesia dan sejak awal beroperasinya BPRS Wakalumi menggunakan prinsi ini dalam pendistribusian bagi hasilnya. Aplikasi dalam BPRS Wakalumi dengan menggunakan data-data bulan Desember 2009 adalah sebagai berikut : 1) Pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi - Bagi hasil pembiayaan mudharabah - Margin pembiayaan murabahah Rp. 226.076.594 STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 21 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia - Margin pembiayaan musyarakah - Pendapatan marginal Ijarah Jumlah 2) Saldo rata-rata pembiayaan - Musyarakah - Mudharabah - Murabahah - Ijarah Jumlah Rp. Rp. Rp. Mei 2010 3.485.916 905.578 230.468.088 Rp. 299.519.204 Rp. 50.815.500 Rp.10.213.579.606 Rp. 1.285.346.750 Rp.11.849.261.060 STIE Putra Perdana Indonesia 3) Saldo rata-rata dana - Tabungan Mudharabah - Deposito Mudharabah Jumlah Rp. 2.409.559.983 Rp. 5.245.674.489 Rp. 7.655.234.472 Analisa perhitungan distribusi pendapatan bagi hasil dengan prinsip revenue sharing, yaitu : a) Pertama, BPRS Wakalumi mencari saldo rata-rata dengan menggunakan data yang sudah diketahui b) Kedua, BPRS Wakalumi menetapkan jumlah bagi hasil untuk masingmasing tipe dana. Karena SRRH < Pm (Rp. 7.655.234.472 < Rp. 11.849.261.060), pendapatan yang dibagihasilkan adalah sebesar Rp. 148.894.284.9 Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan adalah sebagai berikut : STIE Putra Perdana Indonesia SRRH masing-masing tipe dana x P DP = SRRH - c) Tabungan Mudharabah Tabungan Wakalumi Tabungan Haji Mudharabah Tabungan Qurban Wakalumi Deposito berjangka Deposito 1 bulan Deposito 3 bulan Deposito 6 bulan Deposito 12 bulan Rp. 46.865.922,27 Rp. 46.356.454,80 Rp. 455.818,26 Rp. 53.649,20 Rp. 102.028.326,61 Rp. 31.537.311,47 Rp. 48.188.938,61 Rp. 16.768.842,85 Rp. 5.533.233,68 Ketiga, BPRS Wakalumi menetapkan nisbah bagi hasil atau rasionya untuk masing-masing dana. Hal ini ditetapkan sesuai dengan kebijakan bank dengan melihat kebutuhan akan dana, lamanya dana tersebut di bank serta tingkat suku bunga di perbankan. Jumlah nisbah bulan Desember STIE Putra Perdana Indonesia Page 22 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 2009 untuk deposito 12 bulan (66%) lebih besar dari jumlah nisbah untuk deposito 3 bulan (61%) Deposito 3 bulan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mencairkan dana dibandingkan dengan deposito 12 bulan sehingga pihak bank memberikan persentase yang lebih besar untuk deposito 12 bulan agar menarik minat nasabah dan bank dapat mengelola dana tersebut untuk mendapatkan keuntungan investasi. d) Keempat, BPRS Wakalumi menghitung pendapatan bagi nasabah dengan cara mengalikan jumlah pendapatan yang akan dibagikan dengan rasio untuk setiap jenis simpanan. Bonus dan bagi hasil = % nisbah x distribusi bagi hasil STIE Putra Perdana Indonesia (1). Tabungan Mudharabah Tawakal = Rp. 16.224.759,18 Tahajud = Rp. 159.536,39 Taqwa = Rp. 18.777,22 (2). Deposito Berjangka 1 bulan = 17.660.894,42 3 bulan = Rp. 29.395.252,55 6 bulan = Rp. 11.067.436,28 12 bulan = Rp. 3.651.934,23 BBH x 12 bulan (1 tahun) x 100 % Perhitungan Rate Return = SRRH STIE Putra Perdana Indonesia (1). Tabungan Mudharabah : - Tawakal = 8,17 % - Tahajud = 8,17 % - Taqwa = 8,17 % (2). Deposito Berjangka Mudharabah - 1 bulan = 13,07% - 3 bulan = 14,24 % - 6 bulan = 15,40% - 12 bulan = 15,40 % Dari hasil perhitungan tersebut diatas dapat jelaskan pada bulan Desember akhir 2009, BPRS Wakalumi mempunyai dana pihak ke –3 Rp. 8.271.541.103. Jumlah distribusi pendapatan bagi hasil dana pihak ke –3 untuk nasabah Rp. 148.894.284,9 atau sekitar Dari jumlah dana nasabah. Sedangkan BPRS Wakalumi memperoleh distribusi pendapatan bagi hasil dana pihak ke –3 Rp.70.715.658,63. STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 23 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Distribusi Pendapatan Bagi Hasil Dana Pihak Ke-3 Bulan : Desember 2009 Revenue Sharing (Dalam Rupiah) No Jenis Simpanan Posisi Saldo Akhir Saldo Ratarata 1. Distribusi Bagi Nisbah Hasil Nasabah Tabungan Mudharabah 1.1. Tawakal 1.2. Tahajud 1.3. Taqwa 1.4. Tazkia 2.932.037.186 2.843.848.389 22.572.376 2.770.757 62.845.664 2.409.559.983 2.383.366.272 23.435.396 2.758.315 - 46.865.922,26 46.356.454,80 455.818,26 53.649,20 - Deposito Mudharabah 2.1 (1bln) 2.2 (3 bln) 2.3 (6 bln) 2.4 (12 bln) 5.339.503.917 1.597.009.593 2.504.438.169 892.990.370 345.065.785 5.245.674.489 1.621.456.273 2.477.581.416 862.151.660 284.485.140 102.028.326,61 31.537.311,47 48.188.938,61 16.768.842,85 5.533.233,68 8.271.541.103 7.655.234.472 148.894.248,87 Bonus Dan Bagi Hasil Nasabah Indikasi Rate Of Return Nasabah 35% 35% 35% 16.403.072,79 6.224.759,18 159.536,39 18.777,22 18,17 % 18,17 % 18,17% 56% 61% 66% 66% 61.775.517,48 17.660.894,42 29.395.252,55 11.067.436,28 3.651.934,23 13,07% 14,24% 15,40% 15,40% STIE Putra Perdana Indonesia 2. TOTAL 78.178.590,27 b. Perhitungan Distribusi Pendapatan dengan Menggunakan Prinsip Profit Sharing di BPRS Wakalumi Sejak awal berdirinya perbankan syariah di Indonesia, tidak ada yang menggunakan prinsip ini dalam perhitungan distribusi pendapatannya. Hal ini disebabkan kurang kompetitifnya tingkat return kepada nasabah. Namun dalam skripsi ini, akan dicoba menstimulasikan prinsip ini dengan menggunakan datadata dari BPRS Wakalumi yang ada. Prinsip ini dihitung dari pendapatan bersih margin dan bagi hasil dari investasi dikurangkan dengan biaya pengelolahan dana. Analisa perhitungan distribusi pendapatan bagi hasil dengan prinsip profit sharing 1) Pertama, sama dengan prinsip revenue sharing 2) Kedua, jumlah pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi diasumsikan dengan data yang sama pada prinsip revenue sharing. Hanya saja pada prinsip profit sharing, pendapatan dari hasil investasi harus dikurangkan dengan biaya pengelolahan dana. STIE Putra Perdana Indonesia Dana pihak ke-3 bulan lalu Persentase biaya pengelolahan = Total sumber dana bulan lalu = 83,85 STIE Putra Perdana Indonesia Page 24 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Data bulan Desember 2009 di BPRS Wakalumi adalah sebagai berikut: Pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi a) Bagi hasil pembiayaan Mudharabah Rp. 0 b) Margin pembiayaan Murabahah Rp. 226.076.594 c) Margin pembiayaan Musyarakah Rp. 3.485.916 d) Pendapatan Margin Ijarah Rp. 905.578 Total Rp. 230.468.088 Biaya pengelolahan dana a) Biaya personalia (Rp.78.048.835,23) b) Pemeliharaan dan perbaikan (Rp. 2.075.674.04) c) Penyusutandanpenyisihan (Rp. 8.554.011,41) d) Barang (Rp. 9.624.884,92) e) Biaya operasional lainnya (Rp 33.859.512,10) Jumlah pendapatan margin dan bagi hasil Rp. 98.305.170,30 STIE Putra Perdana Indonesia SRRH < Pm (Rp. 7.655.234.472 < Rp. 11.489.261.060), maka hasilnya adalah sebesar Rp. 65.500.220,06 Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan untuk masing-masing tipe dana: a) Tabungan Mudharabah : - Tawakal = Rp. 20.392.715.03 - Tabungan Haji Mudharabah = Rp. 200.519,47 - Taqwa = Rp. 23.600.87 b) Deposito berjangka - 1 bulan - 3 bulan - 6 bulan - 12 bulan : = Rp. 13.873.610,66 = Rp. 21.198.844,84 = Rp. 7.376.798.66 = Rp. 2.434.138,90 STIE Putra Perdana Indonesia 3) Ketiga, pihak BPRS Wakalumi menetapkan nisbah bagi hasil (ratio) untuk masing-masing dana diasumsikan sama dengan prinsip revenue sharing 4) Keempat, pihak BPRS Wakalumi menghitung pendapatan bagian nasabah. a) Tabungan Mudharabah - Tawakal = Rp. 7.137.450,02 - Tahajud = Rp. 70.181,81 - Taqwa = Rp. 8.260,30 b) Deposito Berjangka Mudharabah - 1 bulan = Rp. 7.769.221,97 - 3 bulan = Rp. 12.931.295,35 - 6 bulan = Rp. 4.868.687,12 - 12 bulan = Rp. 1.606.531,67 STIE Putra Perdana Indonesia Perhitungan indikasi equivalent rate/rate return : InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 25 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia a) Mei 2010 Tabungan Mudharabah : - Tawakal = 3,60 % - Tahajud = 3,60 % - Taqwa = 3,60 % (2). Deposito berjangka Mudharabah : - 1 bulan = 5,75 % - 3 bulan = 6,26 % - 6 bulan = 6,78 % - 12 bulan = 6,78 % STIE Putra Perdana Indonesia Dari data dibawah ini dapat disimpulkan sebagai berikut : Apabila prinsip revenue sharing diubah ke profit sharing maka dapat dilihat perubahan pada tingkat distribusi pendapatan bagi hasil. Nasabah akan memperoleh Rp. 34.391.628,24 dari distribusi pendapatan. Sedangkan bank akan memperoleh Rp. 31.108.591,82 Distribusi Pendapatan Bagi Hasil Dana Pihak Ke-3 Bulan : Desember 2009 Profit Sharing (Dalam Rupiah) Jenis Simpanan Posisi Saldo Akhir Tabungan Mudharabah 1.5. Tawakal 1.6. Tahajud 1.7. Taqwa 1.8. Tazkia 2.932.037.186 2.843.848.389 22.572.376 2.770.757 62.845.664 2.409.559.983 2.383.366.272 23.435.396 2.758.315 - 20.616.835,16 20.392.715,03 200.519,26 23.600,87 - Deposito Mudharabah 1.1 (1 bln) 1.2 (3 bln) 1.3 (6 bln) 1.4 (12 bln) 5.339.503.917 1.597.009.593 2.504.438.169 892.990.370 345.065.785 5.245.674.489 1.621.456.273 2.477.581.416 862.151.660 284.485.140 44.883.393,06 13.873.610,66 21.198.844,84 7.376.798,66 2.434.138,90 8.271.541.103 7.655.234.472 No 1. Saldo Rata-rata Distribusi Bagi Hasil Nisbah Bonus dan Bagi Nasabah Hasil Nasabah Indikasi Rate Of Return Nasabah STIE Putra Perdana Indonesia 2 TOTAL 65.500.228,22 35% 35% 35% 7.215.892,13 7.137.450,02 70.181,81 8.260,30 3,60 % 3,60 % 3,60% 56% 61% 66% 66% 27.175.736,11 7.769.221,97 12.931.295,35 4.868.687,12 1.606.531,67 5,75% 6,26% 6,78% 6,78% 34.391.628,24 4. Pengaruh Penerapan Prinsip Bagi Hasil terhadap Laporan Keuangan di BPRS Wakalumi a. Menggunakan revenue sharing Jumlah distribusi bagi hasil yang diterima oleh BPRS Wakalumi adalah Rp. 148.894.284,9 yang berasal dari jumlah pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi pembiayaan Rp. 230.468.088 dikalikan dengan jumlah saldo ratarata dana Rp. 7.655.234.472 dan dibagi jumlah saldo rata-rata pembiayaan STIE Putra Perdana Indonesia Page 26 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Rp. 11.849.261.060. Pembagian pendapatan yang diterima nasabah Rp. 78.178.590,27 yang diperoleh dari distribusi bagi hasil dikalikan dengan nisbah nasabah. Jumlah bonus dan bagi hasil yang diterima nasabah mempengaruhi saldo akhir dana pihak ke-3 yaitu Rp.8.271.541.103. Saldo akhir dana pihak ke –3 dipengaruhi oleh saldo dana pihak ke –3, bonus dan bagi hasil berjalan yang akan terlihat dineraca sisi pasive. Jumlah distribusi pendapatan yang tinggi akan meningkatkan jumlah account dan pihak ke-3 pada neraca begitu juga sebaliknya. Dalam laporan laba rugi bulan Desember di BPRS Wakalumi terdapat perbedaan antara distribusi bagi hasil dengan rincian distribusi pendapatan bagi hasil dana pihak ke-3. Pada laporan laba rugi biaya bagi hasil tabungan Rp. 12.592.451 sedangkan dirincian perhitungan distribusi pendapatan bagi hasil Rp. 16.403.072,79. Hal ini disebabkan bank tidak membagikan distribusi bagi hasil dana pihak ke-3 secara keseluruhan pada bulan Desember. Selisih biaya yang belum terealisasikan tersebut Rp. 3.810.621,79 akan dibayarkan pada bulan berikutnya. Untuk deposito juga ada perbedaan, di laporan laba rugi Rp. 60.214.414 sedangkan dalam rincian distribusi pendapatannya Rp. 61.775.517,48 terdapat selisih Rp. 1.561.103,48. Hal ini disebabkan karena bank tidak membagikan distribusi bagi hasil dana pihak ke-3 secara keseluruhan pada bulan Desember. Selisih biaya yang belum terealisasikan tersebut akan dibayarkan pada bulan berikutnya. STIE Putra Perdana Indonesia b. Menggunakan profit sharing Setelah distimulasi, jumlah distribusi bagi hasil yang diterima adalah Rp. 65.500.228,22 yang diperoleh dari jumlah keuntungan bersih margin dan bagi hasil investasi yang dikurangkan dengan biaya pengelolahan dana Rp. 132.162.917,70 dikalikan dengan jumlah saldo rata-rata dana Rp. 7.655.234.472 dan dibagi dengan jumlah saldo rata-rata pembiayaan Rp. 11.849.261.060. Pembagian bonus dan bagi hasil yang diterima nasabah Rp. 34.391.628,24 yang diperoleh dari jumlah distribusi bagi hasil dikalikan dengan nisbah nasabah. Jumlah bonus dan bagi hasil yang diterima nasabah mempengaruhi posisi saldo akhir dana pihak ke-3 yaitu Rp. 6.039.875.711,-. Pembagian bonus dan bagi hasil yang diterima nasabah sebesar Rp. 34.391.628,24,-. yang diperoleh dari jumlah distribusi bagi hasil yang diterima nasabah mempengaruhi posisi saldo akhir dana pihak ke-3 Rp. 6.039.875.711 pihak ke-3 dipengaruhi oleh saldo dana pihak ke-3, bonus dan bagi hasil bulan berjalan yang akan terlihat di neraca sisi passiva. Jumlah distribusi pendapatan nasabah yang akan menurun akan menurunkan jumlah account dana pihak ke-3 pada neraca begitu juga sebaliknya. Dalam laporan laba rugi bulan Desember, untuk mendapatkan pendapatan dan keuntungan investasi yang bersih diperoleh (asumsi sama dengan revenue sharing) dari pendapatan dan keuntungan investasi dikurangi oelh biaya pengelolahan dana Rp. 132.162.971,70,-. Jumlah pengeluaran bank STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 27 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 untuk bonus dan bagi hasil pada laporan laba rugi bulan Desember hanya terealisasi saja ( Rp. 29.019.902, 97 ), sedangkan jumlah perhitungan distribusi seharusnya bank hanya mengeluarkan sebesar Rp. 34.391.628,24. Biaya pengeluaran ditanggung seluruhnya oleh bank. Tetapi ada biaya yang dicadangkan terlebih dahulu untuk dibayarkan dibulan berikutnya. 5. Evaluasi Penerapan Prinsip Revenue dan Profit Sharing di BPRS Wakalumi Menurut prinsip revenue sharing pendapatan dan bagi hasil dari investasi diperoleh dari pendapatan pembiayaan dikalikan dengan ekspektasi keuntungan sedangkan prinsip profit sharing diperoleh dari keuntungan bersih pembiayaan dikalikan dengan nisbah untuk bank. Apabila terjadi kerugian maka bank menanggung kerugian tersebut ke nasabah sedangkan penerima pembiayaan kehilangan keuntungan. Apabila kerugian diakibatkan karena kesalahan atau keteledoran penerima pembiayaan maka kerugian akan ditanggung sepenuhnya oleh penerima pembiayaan. Profit sharing dinilai kurang menguntungkan karena pembagian dana untuk nasabah Rp. 34.391.628,24. Sedangkan dengan prinsip revenue sharing pembagian untuk nasabah Rp. 78.178.590,27. Hal ini sekaligus berdampak terhadap rate return pada prinsip revenue sharing dinilai lebih baik dibandingkan dengan profit sharing. Perubahan prinsip bagi hasil ini mempengaruhi perubahan laporan keuangan BPRS Wakalumi. Pembagian keuntungan yang diterima pemilik dana pihak ke – 3 menjadi lebih kecil daripada revenue sharing sehingga posisi saldo akhir dan pihak ke – 3 menjadi turun. Hal ini mempengaruhi perhitungan laba rugi profit sharing karena jumlah bonus dan distribusi bagi hasil menjadi lebih rendah. Dalam neraca revenue dan profit sharing tidak ada perubahan pada jumlahnya tetapi jumlah accountnya berubah. Jumlah account dana pihak ke-3 pada profit sharing menurun karena jumlah pendapatan nasabah yang menurun dibanding dengan revenue sharing. Penerapan pada bank menurut prinsip revenue sharing dinilai lebih mudah pada kondisi Indonesia saat ini, dimana masyarakat Indonesia yang belum dapat menerima pembagian kerugian atas dana mereka atau minimal jumlah dana mereka tidak berkurang dengan menjadi nasabah pada bank syariah. Sehingga akan mengalami persaingan dengan perbankan konvensional dalam hal perolehan return. Bank yang menerapkan prinsip tersebut akan aman dalam hal pembagian keuntungan minimal penerima pembiayaan membagi jumlah penjualan mereka kepada bank. Hal ini membuat aman pihak bank dan nasabah dengan terhindar dari pembagian keuntungan. Tetapi, prinsip ini kurang mencerminkan realita yang ada. Sedangkan prinsip profit sharing, sesuai dengan prinsip yang adil, prinsip ini dinilai yang paling adil karena menceminkan keadaan yang sesungguhnya atau realita. Tetapi banyak kendala untuk menerapkan prinsip ini karena masyarakat STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Page 28 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 Indonesia belum dapat menerima pembagian rugi atas dana mereka yang dititipkan ke bank. Sebab pada prinsip ini, membagikan keuntungan yang lebih kecil kepada nasabah sehingga dalam hal ini kurang kompetitif dalam persaingan dengan perbankan konvensional. Sedangkan BPRS Wakalumi itu sendiri, diuntungkan dengan prinsip profit sharing tersebut karena jumlah laba rugi meningkat dibanding dengan menggunakan prinsip revenue sharing, walaupun jumlah distribusi pendapatan yang diperolehnya menurun. Tingkat persaingan dengan bank konvensional juga menjadi kendala karena untuk merebut pasar bank konvensional rela menaikkan suku bunga untuk daya tarik agar menabung di bank tersebut. Prinsip profit sharing dapat berjalan dengan baik apabila semua bank dikuasai oleh negara sehingga tidak akan terjadi perang suku bunga anta bank. Kesulitan lainnya dalam penerapan prinsip ini, adalah menentukan biaya yang tepat untuk pengelolahan dana. Apabila dilihat dari kemaslahatannya prinsip ini yang paling sesuai dengan syariah Islam walaupun prinsip revenue tidak bertentangan. STIE Putra Perdana Indonesia D. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan Pada dasarnya dalam pembagian hasil usaha dengan nasabahnya (mitranya), laporan keuangan syariah boleh menggunakan prinsip revenue sharing maupun profit sharing. Prinsip distribusi pendapatan bagi hasil yang diterapkan di BPRS Wakalumi berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah dilakukan adalah menggunakan prinsip revenue sharing. Selain itu, peneliti juga menstimulasikan dengan menggunakan prinsip profit sharing. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. BPRS Wakalumi dalam menyediakan fasilitasnya menawarkan produk penyerahan pembiayaan dana kepada masyarakatyang cukup memadai 1) Produk penghimpunan dana terdiri dari : a) Tabungan Mudharabah b) Deposito Mudharabah 2) Produk pembiayaan dana yang terdiri dari : a) Pembiayaan Mudharabah b) Pembiayaan Musyarakah c) Pembiayaan Murabahah d) Pembiayaan Ijarah e) Qardhul Hasan STIE Putra Perdana Indonesia b. Dalam prinsip revenue sharing bank menanggung penuh atas biaya pengelolahan dana dan membagikan persentase pendapatan dari investasi kepada nasabah. Sedangkan untuk prinsip profit sharing bank dan nasabah sama-sama menanggung biaya pengelolahan dana. Bank membagikan keuntungan bersihnya dari investasi kepada nasabah. STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 29 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 c. Prinsip revenue sharing yang diterapkan oleh BPRS Wakalumi membagikan keuntungan kepada nasabah yang lebih besar, yaitu sebesar Rp.78.178.590,27. Dibandingkan dengan stimulasi yang menggunakan prinsip profit sharing yaitu sebesar Rp. 34.391.628,24,-. Total nilai neraca tidak mengalami perubahan dalam prinsip profit sharing tetapi untuk nilai masing-masing account yang berkaitan dengan distribusi pendapatan itu sendiri mengalami perubahan. Pada prinsip profit sharing, jumlah dana pihak ke – 3 mengalami penurunan dibandingkan dengan neraca revenue sharing yang diterapkan oleh BPRS Wakalumi. Hal ini disebabkan oleh pendistribusian ke nasabah semakin kecil dan laba tahun berjalan mengalami peningkatan dibandingkan dengan prinsip revenue sharing yang diterapkan di BPRS Wakalumi. STIE Putra Perdana Indonesia d. Prinsip revenue sharing lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia. Hal ini disebabkan belum terbiasanya masyarakat kita untuk menerima bagi rugi.Sedangkan dilihat dari kemaslhatannya yang paling sesuai dengan syariah Islam adalah profit sharing. e. Dilihat dari pihak nasabah prinsip revenue sharing lebih menguntungkan dibanding dengan penerapan stimulasi prinsip profit sharing. Namun, apabila dilihat dari pihak BPRS Wakalumi, penerapan stimulasi prinsip profit sharing dinilai lebih menguntungkan walaupun jumlah pendistribusian labanya lebih kecil tetapi jumlah laba yang diterimanya mengalami peningkatan. 2. Saran STIE Putra Perdana Indonesia a. Prinsip profit sharing belum diaplikasikan oleh BPRS Wakalumi. Oleh karena itu, BPRS Wakalumi diharapkan dapat mengaplikasikan dengan mengasumsikan unsur persentase biaya pengelolahan dana, jumlah pendapatan bersih dari penerima pembiayaan serta jumlah nisbah dalam sistem bagi hasilnya. Hal ini juga disebabkan karena prinsip profit sharing dianggap lebih adil atau maslahat dari prinsip revenue sharing dalam penerapannya. b. Untuk pengaplikasian prinsip profit sharing, bank-bank syariah harus mengawasi secara intensif usaha penerimaan pembiayaan. Salah satu caranya adalah menempatkan orang yang dianggap bertanggung jawab dan kompeten di bank tersebut apabila pembiayaan melibatkan jumlah yang cukup besar serta mengontrol setiap bulannya. Apabila relatif lebih kecil, dapat mengalokasikan sebagian porsi bagi hasil yang mereka terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah pemilik dana (penyesuaian nisbah). Jadi, jumlah pendapatan bersih yang dilaporkan ke bank syariah tersebut adalah data yang sebenarnya. STIE Putra Perdana Indonesia Page 30 InoVasi Volume 3; Mei 2010 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 c. Pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh bank-bank syariah agar bersikap obyektif dan hati-hati (Prudential Banking) agar tidak terjadi kemacetan dana seperti yang terjadi pada sebagian besar bank-bank konvensional. Dana yang mengannggur sebaiknya dimanfaatkan secara optimal. d. Bank-bank syariah, khususnya untuk BPRS Wakalumi diharapkan dapat bertahan pada situasi perbankan saat ini dengan semakin banyaknya jumlah bank syariah di Indonesia. Dapat bersaing dengan sehat dalam persaingan antar bank yang semakin kuat. BPRS Wakalumi juga senantiasa selalu meningkatkan kemampuannya sendiri baik dalam hal pelayanannya maupun dalam teknisinya (teknologi). STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia InoVasi Volume 3; Mei 2010 Page 31 STIE Putra Perdana Indonesia Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi STIE Putra Perdana Indonesia Mei 2010 DAFTAR PUSTAKA Daryanto S.S. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, cetakan pertama, Surabya : Apollo,1997. Indrawan WS. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, cetakan pertama, Jombang:Lintas Media, 2009. Antonio, Syafi’i. Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan, cetakan pertama, Jakarta: Tazkia Institute, 1999. Zainul, Arifin.MBA. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, cetakan pertama, Jakarta: Alvabet, 2008 Harahap,S.Syafri. Akutansi Islam, cetakan pertama, Jakarta:Bumi Aksara,1997 Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta: Penerbit Salemba Empat, 2000 Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan – PSAK 59, Jakarta:IAI,2008 Ikatan Akuntan Indonesia. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah, Jakarta:IAI, 2008 Ikatan Bankir Indonesia. Konsep, Produk dan Implementasi, Operasional, Jakarta: Djambatan, 2001 Muhammad. Tehnik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syriah, cetakan pertama, Yogyakarta: UII Press, 2001 Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perbankan, Jakarta: Bank Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia STIE Putra Perdana Indonesia Page 32 InoVasi Volume 3; Mei 2010