Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi

advertisement
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Evaluasi Bagi Hasil Pada BPRS WAKALUMI
Supono, SH., SE., MM.
(Dosen Tetap STIE PPI)
Abstrak
Perbankan syariah dalam istilah internasional dikenal dengan Islamic Banking
atau perbankan tanpa bunga (interest free-banking). Dalam kegiatan keuangan yang
dilaksanakannya, bank syariah menganut prinsip-prinsip syariah Islam, dengan
mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan dasar hukum dan operasional
(QS 2:278). Prinsip ini diharapkan mampu memenuhi harapan terhadap kebutuhankebutuhan atas jasa-jasa ummat Islam terhadap perbankan syariah namun tetap
memberikan keuntungan.
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana penerapan bagi hasil dengan nasabahnya (mitranya), laporan keuangan
syariah boleh menggunakan prinsip revenue sharing maupun profit sharing. Prinsip
distribusi pendapatan bagi hasil yang diterapkan di BPRS Wakalumi berdasarkan
perhitungan dan analisis yang telah dilakukan adalah menggunakan prinsip revenue
sharing. Selain itu, peneliti juga menstimulasikan dengan menggunakan prinsip profit
sharing. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskiptif analisi.
Hasil penelitian ini menunjukkan Dalam prinsip revenue sharing bank
menanggung penuh atas biaya pengelolahan dana dan membagikan persentase
pendapatan dari investasi kepada nasabah. Sedangkan untuk prinsip profit sharing
bank dan nasabah sama-sama menanggung biaya pengelolahan dana. Bank
membagikan keuntungan bersihnya dari investasi kepada nasabah. Prinsip revenue
sharing yang diterapkan oleh BPRS Wakalumi membagikan keuntungan kepada
nasabah yang lebih besar, yaitu sebesar Rp.78.178.590,27. Dibandingkan dengan
stimulasi yang menggunakan prinsip profit sharing yaitu sebesar Rp. 34.391.628,24,-.
Total nilai neraca tidak mengalami perubahan dalam prinsip profit sharing tetapi untuk
nilai masing-masing account yang berkaitan dengan distribusi pendapatan itu sendiri
mengalami perubahan.
Pada prinsip profit sharing, jumlah dana pihak ke-3 mengalami penurunan
dibandingkan dengan neraca revenue sharing yang diterapkan oleh BPRS Wakalumi.
Hal ini disebabkan oleh pendistribusian ke nasabah semakin kecil dan laba tahun
berjalan mengalami peningkatan dibandingkan dengan prinsip revenue sharing yang
diterapkan di BPRS Wakalumi.
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
Kata Kunci : Profit Sharing, BPRS
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 1
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997an telah membawa bangsa
Indonesia ke dalam pertumbuhan ekonomi yang negatif, tidak terkecuali dalam dunia
perbankan. Depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang terjadi akibat
krisis moneter telah berdampak besar bagi kondisi perusahaan dan kegiatan usahanya
di Indonesia. Perbankan di Indonesia juga terkena imbas dengan banyaknya bank-bank
konvensional yang dilikuidiasi, dimerger, direkapitalisasi atau diambil alih
kepemilikannya oleh pemerintah. Ditambah lagi dengan berkurangnya kepercayaan
masyarakat terhadap industri perbankan di Indonesia. Terpuruknya sistem perbankkan
telah mematikan sendi-sendi perekonomian di Indonesia padahal sektor perbankan
merupakan motor penggerak roda perekonomian di Indonesia.
Melihat kondisi perekonomian sedemikian rupa, ternyata masih ada bank yang
mampu bertahan dari hempasan krisis, bahwa bank yang beroperasi dengan prinsip
syariah dapat bertahan ditengah gejolak nilai tukar dan tingkat suku bunga yang tinggi.
Pemerintah sendiri ternyata melirik sistem perbankan syariah seiring dengan
berkembangnya perbankan syariah di Indonesia yang telah beroperasi dengan dasar
bagi hasil (profit distribution).
Perbankan syariah di Indonesia telah mulai berkembang sejak awal tahun
1990-an, dengan dikeluarkannya Paket Deregulasi Perbankan bulan Oktober
(Pakto1998) yang berisi liberalisasi industri perbankan, yang kemudian direalisasikan
dengan berdirinya Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama di Indonesia. Disusul
dengan Bank Syariah Mandiri, Bank Syariah IFI, Bank Syariah BNI, Bank Sayariah
BUKOPIN, Bank BTN Syariah, Bank Syariah Danamon, Bank Syariah DKI, Bank
Syariah JABAR, Bank Syariah Niaga, Bank Syariah Permata, Bank Syariah Mega
juga dengan munculnya lembaga keuangan Islam lainnya.
Perkembangan perbankan syariah telah memberi pengaruh luas terhadap upaya
perbaikan ekonomi umat dan kesadaran baru untuk mengadopsi dan ekspansi lembaga
keuangan Islam. Dalam hal ini pengaruh tersebut bisa dilihat di Indonesia, ketika
pemerintah Indonesia dengan persetujuan DPR RI, telah mengganti Undang-Undang
Perbankan No. 14 tahun 1967 dengan Undang- Undang No. 7 tahun 1992, yang
memperbolehkan operasi perbankan dengan sistem bagi hasil selain dengan sistem
bunga. Kemudian Undang-Undang tersebut direvisi menjadi Undang-Undang No. 10
tahun 1998 yang menunjukan bahwa perbankan Indonesia saat ini telah menganut
sistem perbankan berganda atau dual banking system, yaitu adanya sistem perbankan
konvensional dan syariah yang berjalan secara paralel.
Dengan munculnya bank-bank dan lembaga keuangan Islam di Indonesia maka
diperlukan dasar bagi penerapan dan pengembangan standar akuntansi yang berbeda
dengan standar akuntansi bank dan lembaga keuangan konvensioanal seperti yang
sudah dikenal selama ini. Oleh karena itu, IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) telah
menetapkan standar akuntansi yang mengatur tentang perbankan syariah di dalam
Standar Akuntansi Keuangan No. 59 tahun 2008.
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 2
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Istilah bank Islam atau bank syariah merupakan fenomena baru dalam dunia
ekonomi modern, kemunculannya seiring dengan upaya gencar yang dilakukan oleh
para pakar Islam dalam mendukung ekonomi Islam yang diyakini akan mampu
mengganti dan memperbaiki sistem ekonomi konvensional yang berbasis pada bunga.
Perbankan syariah dalam istilah internasional dikenal dengan Islamic Banking atau
perbankan tanpa bunga (interest free-banking). Dalam kegiatan keuangan yang
dilaksanakannya, bank syariah menganut prinsip-prinsip syariah Islam, dengan
mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadist sebagai landasan dasar hukum dan operasional
(QS 2:278).
Prinsip ini diharapkan mampu memenuhi harapan terhadap kebutuhankebutuhan atas jasa-jasa ummat Islam terhadap perbankan syariah namun tetap
memberikan keuntungan. Bukan tidak mungkin keuntungan yang akan diperoleh bisa
lebih besar dari pada menjadi nasabah bank konvensional.
STIE Putra Perdana
Indonesia
B. Kajian Teoritis
1. Evaluasi
Evaluasi adalah cara untuk memperoleh suatu kesimpulan dengan jalan
menyusun berbagai informasi atau beberapa pihak ada yang menyebutnya dengan
akunting merupakan suatu bahasa bisnis atau bahasa pengambilan keputusan”.
2. Bank
a. Pengertian Bank
STIE Putra Perdana
Indonesia
Pengertian Bank menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 tahun
1998 pasal 1 angka 2 adalah sebagai berikut :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam
bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Dalam Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 tentang
Akuntansi Perbankan (1999:01) menyebutkan bahwa “Bank adalah suatu
lembaga yang berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary)
antara pihak-pihak yang memiliki kelebihan dana (deficit unit). Serta sebagai
lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran”.
Menurut Drs. Zainul Arifin, MBA (2001:1) “ Bank adalah suatu
lembaga khusus yang menyediakan layanan finansial”
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi perbankan
adalah proses pencatatan dan penapsiran data keuangan guna memenuhi
kebutuhan berbagai pihak yang berminat terhadap informasi tersebut, dimana
demi keberhasilan penyelenggaraan akuntansi bank maka harus memiliki daya
analisa dan keterampilan teknis yang berkualitas.
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 3
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
b. Pengertian Bank Syariah
Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir
Indonesia (2001:20) bank syariah didefinisikan sebagai berikut:
“ Lembaga perbankan yang menggunakan sistem dan beroperasi berdasarkan
prinsip-prinsip hukum atau syariat Islam, seperti diatur didalam Al-quran dan
Al-Hadist”
Menurut Muhammad (2001:1) “Bank Syariah adalah lembaga
keuangan/perbankan yang operasional dan produknya dikembangkan
berlandaskan pada Alquran dan Hadis Nabi SAW “.
Menurut Zainul Arifin (2008:3) “Bank syariah adalah bank yang
didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan
penerapan prinsip-prinsip Islam, syariah dan tradisinya kedalam transaksi
keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait”.
Secara operasional, bank Islam melakukan kegiatan perbankan, finansial,
komersial dan investasi sesuai dengan prinsip islam itu sendiri. Bank syariah
beroperasi atas dasar konsep bagi hasil. Kegiatan perbankan islam itu tentu
harus didasari dengan adanya larangan atas bunga pada setiap transaksi prinsip
kemitraan pada semua aktivis bisnis yang atas dasar kesetaraan, keadilan,
kejujuran dan tidak hanya mencari keuntungan yang sah semata-mata. Bank
syariah tidak menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan
maupun bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga merupakan
riba yang diharamkan.
STIE Putra Perdana
Indonesia
c. Fungsi dan Karakteristik Bank Syariah
Menurut PAPSI (Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah Indonesia)
tahun 2009 Bank syariah memiliki fungsi sebagai :
1) Manajer investasi;
Mengelola investasi atas dana nasabah dengan menggunakan akad
mudharabah atau sebagai agen investasi.
STIE Putra Perdana
Indonesia
2) Investor (Shohibul Maal)
Menginvestasikan dana yang dimilikinya maupun dana nasabah yang
dipercayakan kepadanya dengan menggunakan alat investasi yang
sesuai dengan syariah. Keuntungan yang diperoleh dibagi secara
proporsional sesuai nisbah yang disepakati antara bank dan pemilik
dana.
3) Penyedia jasa keuangan dan lalu lintas pembayaran;
Melakukan kegiatan jasa-jasa layanan perbankan seperti bank non
syariah sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah.
4) Pengemban fungsi sosial
Memberikan pelayanan sosial dalam bentuk pengelolaan dana zakat,
infaq, shadaqah serta pinjaman kebajikan (qardhul hasan) sesuai
ketentuan yang berlaku.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 4
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
3. Kerangka Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Ada beberapa karakteristik yang mendasari sistem perbankan syariah
menurut kerangka dasar penyusunan laporan keuangan bank syariah tahun 2008
(2008:3), antara lain :
a. Pelarangan riba dalam berbagai bentuknya.
b. Tidak mengenal nilai waktu uang.
c. Konsep uang sebagai alat tukar bukan sebagai komoditas.
d. Tidak diperkenankan melakukan kegiatan yang bersifat spekulatif.
e. Tidak diperkenankan dua transaksi untuk satu akad.
f. Tidak diperkenankan menggunakan dua harga untuk suatu barang
STIE Putra Perdana
Indonesia
4. Bagi Hasil
a. Pengertian Bagi Hasil
Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan belum
menjelaskan bagi hasil dan pengertian bagi hasil itu dijelaskan lebih lanjut
dalam Peraturan Pemerintah. Peraturan Pemerintah Nomor 70 tahun 1992
tentang Bank Umum dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 1992 tentang
Bank Perkreditan Rakyat juga tidak menjelaskan bagi hasil. Baru pada
Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 1992 tentang Bank berdasarkan Prinsip
Bagi Hasil terdapat keterangan pada pasal 2 sebagai berikut :
Prinsip bagi hasil dimaksud adalah prinsip bagi hasil berdasarkan
syariat dalam melakukan kegiatan usaha bank , seperti dalam hal ;
1) Memberikan dan menerima imbalan
a) Menetapkan imbalan yang akan diberikan kepada masyarakat
sehubungan dengan penggunaan atau pemanfaatan dana
masyarakat yang dipercayakan kepadanya.
b) Menetapkan imbalan yang akan diterima sehubungan dengan
penyediaan dana kepada masyarakat dalam bentuk pembiayaan
baik untuk keperluan investasi maupun modal kerja.
c) Menetapkan imbalan sehubungan dengan kegiatan lainnya yang
lazim dilakukan oleh bank dengan prinsip bagi hasil.
2) Pengertian bagi hasil dalam penyediaan dana dalam bentuk pembiayaan
sebagaimana dimaksud, termasuk pula kegiatan usaha jual beli.
Menurut Muhammad (2001: 22) secara definitive bagi hasil diartikan:
“Distribusi beberapa bagian dari laba pada para pegawai dari suatu
perusahaan “.
STIE Putra Perdana
Indonesia
b.
Teori Sistem Bagi Hasil
Bagi hasil merupakan hal baru dalam kerangka mekanisme sistem
ekonomi pada umumnya. Hadirnya sistem bagi hasil tentunya tidak
memberikan ruang gerak bagi sistem bunga. Menurut terminologi asing
(Inggris) dikenal dengan profit sharing. Profit Sharing dalam ekonomi sebagai
pembagian laba.
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 5
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Keuntungan yang dibagi hasilkan harus dibagi secara proporsional
antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib). Dengan
demikian, semua pengeluaran rutin yang berkaitan dengan bisnis mudharabah,
bukan untuk kepentingan pribadi pengelola dana, dapat dimasukkan ke dalam
biaya operasional. Keuntungan bersih harus dibagi antara pengelola dana dan
pemilik dana sesuai dengan proporsi yang disepakati sebelumnya dan secara
eksplisit disebutkan dalam perjanjian awal.
Menurut Antonio Safi’i (2001:139) dalam operasi perbankan yang
menggunakan sistem bagi hasil ada beberapa faktor yang mempengaruhinya,
yaitu:
1) Faktor Langsung
Ada beberapa faktor langsung yang mempengaruhi perhitungan
bagi hasil, antara lain :
a) Invesment Rate
Adalah persentase actual dana yang diinvestasikan dari total dana
yang berada dalam perbankan syariah. Jika bank menentukan
invesment rate sebesar 80 %, hal ini berarti 20 % dari total dana
dialokasikan untuk memenuhi likuiditas.
STIE Putra Perdana
Indonesia
b) Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan
Adalah jumlah dana yang tersedia dalam perbankan syariah yang
diperoleh dari berbagai sumber dana yang tersedia untuk
diinvestasikan. Dana tersebut dapat dihitung dengan menggunakan
salah satu metode rata-rata saldo minimum bulanan atau dengan
rata-rata total saldo harian.
Invesment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk
diinvestasikan, akan menghasilkan jumlah dana aktual yang
digunakan.
STIE Putra Perdana
Indonesia
c) Nisbah
Adalah persentase pembagian keuntungan antara pemilik dana
(shahibul maal) dengan pengelola dana (mudharib) yang disepakati
dalam akad.
Salah satu ciri sistem bagi hasil adalah nisbah yang harus
ditentukan dan disetujui pada awal perjanjian. Nisbah antara satu
bank dan bank lainnya dapat berbeda dari waktu ke waktu dalam
satu bank misalnya deposito 1,6 atau 12 bulan. Nisbah juga dapat
berbeda antara satu account dan account lainnya sesuai dengan
besarnya dana dan jatuh temponya. Nisbah 60:40, artinya, hasil
pendapatan dibagi 60 % untuk nasabah dan 40 % untuk bank.
STIE Putra Perdana
Indonesia
2) Faktor tidak langsung
Faktor tidak langsung mempengaruhi sistem bagi hasil, antara lain :
a) Penentuan butir-butir pendapatan dan biaya mudharabah.
Page 6
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Bank dan nasabah melakukan share dalam pendapatan dan biaya
(profit and sharing). Pendapatan yang “dibagihasilkan”
merupakan pendapatan yang diterima dikurangi biaya-biaya. Jika
semua biaya ditanggung bank, hal ini disebut revenue sharing.
b) Kebijakan akuntansi (prinsip dan metode akuntansi)
Bagi hasil secara tidak langsung dipengaruhi oleh berjalannya
aktivitas yang diterapkan, terutama sehubungan dengan
pengakuan pendapatan dan biaya.
STIE Putra Perdana
Indonesia
c.
Konsep Bagi Hasil
Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Istitut Bankir
Indonesia (2006:265) mengemukakan tentang konsep bagi hasil adalah :
1) Pemilik dana menginvestasikan dananya melalui lembaga
keuangan/bank yang bertindak sebagai pengelola.
2) Pengelola/bank mengelola dana tersebut dalam system pool of fund
selanjutnya akan menginvestasikan dana tersebut ke dalam
proyek/usaha yang layak dan menguntungkan serta memenuhi aspek
syariah.
3) Kedua belah pihak menandatangani akad yang berisi ruang lingkup
kerjasama, nominal, nisbah dan jangka waktu berlakunya kesepakatan
tersebut.
d.
Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil
Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Syariah
Indonesia (2006:265) ada beberapa cara untuk menghitung bagi hasil sebagai
berikut:
1) Hitung saldo rata-rata harian sumber dana sesuai klasifikasi dana yang
dimiliki.
2) Hitung saldo rata-rata tertimbang sumber dana yang telah tersalurkan ke
dalam investasi dan produk-produk asset lainnya.
3) Hitung total pendapatan yang diterima dalam periode berjalan.
4) Bandingkan antara jumlah sumber dana dengan total dana yang telah
tersalurkan.
5) Alokasikan total pendapatan kepada masing-masing klasifikasi dana
yang dimiliki sesuai dengan data-data saldo rata-rata tertimbang.
6) Perhatikan nisbah sesuai kesepakatan yang tercantum dalam akad.
7) Distribusikan bagi hasil sesuai nisbah kepada pemilik dana sesuai
klasifikasi dana yang dimiliki.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Rumus Distribusi Pendapatan (RDP)
STIE Putra Perdana
Indonesia
DP = (R/T) x P
R = Saldo rata-rata tertimbang per klasifikasi dana
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 7
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
T = Total rata-rata tertimbang per klasifikasi dana
P = Total Pendapatan yang diterima periode berjalan.
e.
Menghitung Pendapatan Yang Akan Dibagihasilkan
Pendapatan bagi hasil yang diperoleh bank berasal dari hasil
penempatan dana pihak ke-3 melalui pembiayaan yang berakad jual beli
(murabahah), mudharabah, dan musyarakah. Hasil pendapatan tersebut
kemudian dibagihasilkan kepada nasabah pemilik dana (shahibul maal).
Perbandingan jumlah dana yang dikelola (modal sendiri, tabungan, deposito
dan lainnya) dengan jumlah pembiayaan yang disalurkan juga harus
diperhatikan dalam membagihasilkan pendapatan tersebut. Apabila jumlah
pembiayaan lebih besar dari total dana masyarakat maka modal bank
memperoleh bagian pendapatan, sebaliknya jika lebih kecil maka pendapatan
tersebut seluruhnya dibagihasilkan antara nasabah dengan bank.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Kesimpulan:
Pd = P, bila SRRH > Pm maka pendapatan bank didistribusikan semua, bila
SRRH < Pm, maka pendapatan bank harus dibagi dulu kepada bank, jadi :
Pd : SRRH/Pm x P
Dimana :
Pd
: Jumlah pendapatan margin dan bagi hasil yang dibagikan
Pm
: Jumlah saldo rata-rata pembiayaan yang disalurkan
SRRH
: Jumlah saldo rata-rata harian dana pihak ketiga
P
: Pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi
f.
Menghitung Saldo Rata-Rata Harian
1) Menentukan tanggal berapa keuntungan yang diperoleh dari
penempatan dana yang dibagihasilkan. Pada BPRS Wakalumi setiap
bulan ditentukan pada tanggal 30 untuk menghitung bagi hasilnya,
maka pendapatan yang akan dibagihasilkan kepada penyimpan adalah
pendapatan yang diperoleh sejak tanggal 1 bulan sebelumnya sampai
tanggal 30 pada bulan dimana pendapatan tersebut dibagihasilkan.
2) Jumlah hari yang dihitung dalam satu bulan adalah sesuai dengan
hitungan kalender. Oleh karena itu, saldo rata-rata harian per bulan
dihitung sejak tanggal 1 sampai 30 bulan berikutnya.
3) Setelah semua rekening masing-masing nasabah sudah dihitung semua
kemudian jumlahkan saldo rata-rata tersebut menurut jenis
simpanannya, sehingga dapat diketahui jumlah masing-masing.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Untuk menghitung simpanan yang ditutup, maka saldo rata-rata yang
dihitung adalah sejak tanggal 1 sampai dengan tanggal penutupan rekening
tersebut (Rekening Tabungan dan Deposito yang sudah jatuh tempo).
Kemudian hitung juga berapa bagi hasilnya pada saat penutupan rekening.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 8
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Rumus :
SRRRD

N
D
Keterangan :
N = Total dana dalam periode berjalan
D = Jumlah hari dalam periode berjalan
Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan untuk masing-masing tipe
dana:
STIE Putra Perdana
Indonesia
DP = SRRH masing-masing tipe dana x Pd
SRRH
Untuk tabungan dan deposito mudharabah, pendapatan bagi hasilnya
dikalikan dengan nisbah yang disepakati.
g.
Pembagian Keuntungan pada Perbankan Syariah
Dalam aplikasi perbankan syari’ah pada umumnya bank dapat
menggunakan sistem profit sharing maupun revenue sharing tergantung kepada
kebijakan masing-masing bank untuk memilih salah satu dari sistem yang ada.
Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia
(2008:264) mekanisme perhitungan bagi hasil ini terdiri dari dua sistem yaitu :
1) Profit Sharing (Bagi Untung)
Yaitu, perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil net dari total
pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh pendapatan tersebut. Kelebihannya adalah lebih
mencerminkan rasa keadilan antara pemilik dana dengan pengelola dana,
karena saat untung dibagikan sesuai nisbah yang disepakati dan saat rugi
juga dibagikan.
Kekurangannya adalah sulitnya diidentifikasi secara jelas biayabiaya terkait langsung dengan pengelolahan dana, adanya resiko bagi hasil
pemilik dana return yang minus, tentunya akan mempunyai dampak yang
cukup signifikan apabila ternyata secara umum tingkat suku bunga pasar
lebih tinggi. Kondisi ini akan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk
menginvestasikan dananya pada bank syariah yang berdampak
menurunnya jumlah dana pihak ketiga secara keseluruhan sehingga kurang
mampu bersaing dengan revenue sharing. Untuk menghindari risiko-risiko
tersebut, bank harus mengalokasikan sebagian dari porsi bagi hasil yang
mereka terima untuk subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan
kepada nasabah pemilik dana.
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 9
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
2) Revenue Sharing (Bagi Hasil)
Yaitu perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh
pendapatan yang diterima sebelum dikurangi biaya-biaya yang telah
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Kelebihannya adalah
pendapatan yang diperoleh tidak perlu dikurangi biaya-biaya yang terjadi
atas pengelolahan dana, pemilik dana (shahibul maal) tidak mengalami
pengembalian minus karena seluruh biaya ditanggung oleh pengelola dana
(mudharib), sehingga secara umum lebih menguntungkan bagi para
pemilik dana. Kemungkinan yang akan terjadi adalah tingkat bagi hasil
yang diterima oleh pemilik dana akan lebih besar dibandingkan dengan
tingkat suku bunga pasar yang berlaku. Kondisi ini akan mempengaruhi
pemilik dana untuk mengarahkan investasinya kepada bank syariah yang
nyatanya justru mampu memberikan hasil yang optimal, dan pada akhirnya
akan berdampak kepada peningkatan total dana pihak ketiga pada bank
syariah. Hal ini dengan cepat harus mampu diimbangi dengan
penyalurannya dalam berbagai bentuk produk asset yang menarik, layak
dan mampu memberikan tingkat profitabilitas yang maksimal bagi pemilik
dana.
Kelemahannya adalah tingkat pendapatan bank sedemikian rendah
maka bagian bank pun rendah setelah pendapatan didistribusikan oleh
bank, tidak mampu membiayai kebutuhan operasionalnya (yang lebih
besar dari pada pendapatan fee) sehingga merupakan kerugian bank d.
Sementara para penyandang dana atau investor lain tidak akan pernah
menanggung kerugian akibat biaya operasional tersebut.
Rekomendasi Dewan Syariah Nasional (DSN), maupun dalam
praktek perbankan di Indonesia saat ini yang diterapkan adalah revenue
sharing karena ditinjau dari kemashalatannya lebih baik dari pada profit
sharing.
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
5. Laporan Keuangan
Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia
(2008:282) berpendapat “Laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan
aktivitas operasi bank yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan”.
Sifat laporan Keuangan menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah
Institut Bankir Indonesia (2008:286) sifat-sifat laporan keuangan adalah sebagai
berikut :
a. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu merupakan laporan atas kejadian
yang telah lewat. Karenanya, laporan keuangan tidak dapat dianggap
sebagai satu-satunya sumber informasi dalam proses pengambilan
keputusan.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 10
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
b.
c.
d.
e.
Mei 2010
Laporan keuangan bersifat umum, dan bukan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan pihak tertentu.
Laporan keuangan bersifat konsevatif dalam menghadapi ketidak pastian,
bila terdapat beberapa kemungkinan kesimpulan yang tidak pasti mengenai
penilaian suatu pos, maka lazimnya dipilih alternatif yang menghasilkan
laba bersih atau nilai aktiva yang paling kecil.
Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu
peristiwa/transaksi dari pada bentuk hukumnya (formalitas).
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis, dan
pemakai laporan keuangan diasumsikan memahami bahasa teknis
akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran
dan berbagai perimbangan.
Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material. Demikian pula,
penerapan prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu mungkin
tidak dilakukan jika hal ini menimbulkan pengaruh yang material terhadap
kelayakan laporan keuangan.
Adanya berbagai altrenatif metode akuntansi yang dapat digunakan
menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber-sumber ekonomis tingkat
kesuksesan antar perusahaan.
STIE Putra Perdana
Indonesia
f.
g.
f.
Laporan keuangan perbankan lainnya, laporan keuangan bank syariah juga
terdiri atas komponen-komponen yang memberikan informasi atas posisi
keuangan dan aktivitas operasional bank syariah tersebut. Selain komponen umum
laporan keuangan seperti neraca, laporan rugi/laba, laporan arus kas, dan laporan
perubahan modal. Laporan keuangan bank syariah juga harus memuat beberapa
aspek yang meupakan refleksi fungsi bank syariah serta karakteristik usaha yang
dilakukannya. Sehubungan dengan hal ini terdapat beberapa penyesuian yang
sangat mendasar terutama pada item-item yang muncul dalam neraca dan laporan
rugi/laba. Menurut Tim pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir
Indonesia (2008:287) penyesuaian tersebut antara lain :
a. Pada sisi aktiva : Pengelompokan skim penyaluran dana yang bervariasi
(murabahah, salam, istisna, mudarabah, musyarakah, dan lain-lain) yang
tidak dapat digeneralisir menjadi pembiayaan yang diberikan (kredit).
b. Pada sisi pasiva : Pengelompokan dana masyarakat ke dalam titipan
(wadiah) dan investasi (mudarabah).
c. Pada laporan rugi/laba : Pengungkapan secara eksplisit tentang zakat serta
pendapatan non halal yang berasal dari transaksi-transaksi ribawi yang
karena satu dan lain hal (darurat) terpaksa dilakukan oleh bank syariah
tersebut dengan tetap mendapat persetujuan terlebih dahulu dari dewan
pengawas syariah.
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 11
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
C. Analisis dan Pembahasan
1. Penerapan Konsep Bagi Hasil Produk Penghimpunan Dana di BPRS
Wakalumi
Dana yang dikumpulkan oleh pihak bank dari hasil kegiatan-kegiatan
operasionalnya yang berasal dari dana pihak ke-3 akan dikelola oleh pihak bank
secara syariah dengan mengacu pada teori perbankan syariah yang ada. BPRS
Wakalumi sebagai bank syariah menawarkan produk-produk untuk menghimpun
kelebihan dana tersebut dimana akan dijelaskan mengenai penerapnnya secara
garis besar karena teori-teorinya telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya.
Pembahasan akan menekankan pada produk Tabungan Mudharabah dan Deposito
Mudharabah sesuai dengan yang ada bi BPRS Wakalumi.
Perhitungan pendapatan yang akan dibagikan dapat diilustrasikan pada
transaksi yang berkaitan dengan tabungan dan deposito salah satu nasabah BPRS
Wakalumi, sebagai berikut :
Pada akhir bulan Desember 2008 BPRS Wakalumi mempunyai data sbb :
a. Saldo rata-rata dana pihak ke-3 sebesar Rp. 500.000,- yang terdiri dari :
1) rekening tabungan mudharabah Rp. 100.000,2) Deposito 1 bulan Rp. 150.000, deposito 3 bulan Rp. 125.000, deposito
6 bulan Rp. 75.000, deposito 12 bulan Rp. 50.000.
b. Saldo rata-rata penyaluran dana (pembiayaan) adalah Rp. 400.000, yang
terdiri dari :
1) pembiayaan murabahah Rp. 75.000,2) Pembiayaan mudharabah Rp. 125.000,
3) Pembiayaan musyarakah Rp. 200.000.
c. Jumlah pendapatan bank yang diterima dari hasil penyaluran pembiayaan
sebesar Rp. 50.000. Jumlah bagi hasil yang diterima oleh nasabah tersebut
dari masing-masing tipe dana dihitung sebagai berikut :
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
Saldo rata-rata harian dana pihak ke-3 (Rp. 500.000) lebih besar dari saldo
rata-rata pembiayaan (Rp. 400.000) jadi seluruh pendapatan bank dapat
didistribusikan langsung kepada nasabah dan bank.
Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
SRRH masing-masing tipe dana x Pd
DP =
SRRH
Keterangan:
DP
= Distribusi pendapatan
SRRH = Saldo rata-rata harian
Pd
= Pendapatan
Dengan menggunakan rumus diatas diperoleh hasil sbb :
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 12
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
1)
2)
3)
4)
5)
Pendapatan tabungan mudharabah sebesar
Pendapatan Deposito 1 bulan sebesar
Pendapatan Deposito 3 bulan sebesar
Pendapatan Deposito 6 bulan sebesar
Pendapatan Deposito 12 bulan sebesar
Mei 2010
Rp. 10.000,Rp. 15.000,Rp. 12.500,Rp. 7.500,Rp. 5.000,-
Seandainya saldo rata-rata pembiayaan yang diberikan Rp. 525.000,
maka modal BPRS Wakalumi ada yang ikut tersalurkan, sehingga pendapatan
bank yang diterima dari penyaluran pembiayaan harus dibagikan terlebih dahulu
ke bank. Oleh karena itu, akan mengubah jumlah pendapatan yang akan
didistribusikan dari Rp. 50.000 menjadi Rp. 47.619 yang dihitung dengan
menggunakan rumu sebagai berikut:
STIE Putra Perdana
Indonesia
Pd
= SRRH/Pm x P
Maka, jumlah pendapatan yang dibagihasilkan untuk masing-masing
tipe dana diperoleh hasil perhitungan sebagai berikut :
1) Pendapatan tabungan mudharabah sebesar Rp. 9.524,2) Pendapatan Deposito 1 bulan sebesar
Rp. 14.285,3) Pendapatan Deposito 3 bulan sebesar
Rp. 11.905,4) Pendapatan Deposito 6 bulan sebesar
Rp. 75.006,5) Pendapatan Deposito 12 bulan sebesar
Rp. 4.762,-
Jadi, jumlah pendapatan yang diterima BPRS Wakalumi akibat dana
bank yang terpakai, adalah :
Rp. 25.000 x Rp. 50.000
Pd =
STIE Putra Perdana
Indonesia
Rp. 525.000
Pd = Rp. 2.381
Dari aplikasi diatas maka dapat disimpulkan, apabila dana bank
terpakai dalam pembiayaan sedangkan asumsi jumlah penerimaan bank tetap
maka jumlah yang diterima oleh pemilik dana pihak ke-3 akan lebih kecil
dibandingkan bila dana bank tidak ikut terpakai.
Produk penghimpunan dana yang ada di BPRS Wakalumi adalah sebagai
berikut :
a. Tabungan Mudharabah
Pada tabungan ini, dananya harus dalam bentuk uang, dalam jumlah
tertentu dan diserahkan kepada pengelola dana. Oleh karena itu, tabungan
mudharabah tidak dapat ditarik sewaktu-waktu tapi dilakukan menurut syarat
tertentu yang telah disepakati. BPRS Wakalumi memberikan bagi hasil atas
tabungan ini sesuai dengan akad (nisbah) yang disepakati oleh kedua belah
pihak.
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 13
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Perhitungan bagi hasil pada tabungan mudharabah pada transaksi salah
satu nasabah BPRS Wakalumi, sebagai berikut :
Tanggal 1 September 2009 Tn. Ahmad membuka tabungan mudharabah
sebesar Rp. 3.000.000. Tanggal 10 September 2009 Tn. Ahmad melakukan
penarikan sebanyak Rp. 1.250.000. Nisbah yang disepakati 58%:42% untuk
bank dan nasabah (setara 5 %) pada saat akad. Total saldo rata-rata dana
tersebut di bank Rp. 1.525.450.000 dan distribusi bagi hasil yang diperoleh
bank tersebut adalah Rp. 254.241.667.
Perhitungan bagi hasil pada tabungan mudharabah untuk Tn. Ahmad
adalah sebagai berikut:
Saldo rata-rata hariannya adalah sebagai berikut:
STIE Putra Perdana
Indonesia
No
1
2
Tanggal
01 Sept-09 Sept
10 Sept-30Sept
Total
Hari
9
21
30
Saldo
Rp. 3 Juta
Rp. 1,25 Juta
Jumlah
Rp. 27 Juta
Rp. 26,25 Juta
Rp. 53,25 Juta
Saldo rata-rata harian = Rp. 53.250.000 : 30 hari
= Rp. 1.775.000
Pendapatan bagi hasil tabungan mudharabah yang diterima nasabah Tn.
Ahmad dihitung dengan rumus sebagai berikut :
SRRH masing-masing x jumlah hari x nisbah
PD =
365
STIE Putra Perdana
Indonesia
Rp. 1.775.000 x Rp. 254.241.667 x 5 %
=
365
= Rp. 7.294,52
b. Deposito Mudharabah
Produk lain dari Mudahrabah adalah deposito. Pada pembagian
keuntungan BPRS Wakalumi memberikan bagi hasil untuk balas jasanya
kepada nasabah dari distribusi pendapatan. Perhitungan bagi hasil pada
deposito mudharabah dapat diilustrasikan pada transaksi salah satu nasabah
BPRS Wakalumi sebagai berikut:
Pada tanggal 1 September 2009 Tn. Jaka menempatkan deposito di
BPRS Wakalumi sebesar Rp. 5.000.000 dengan jangka waktu 1 bulan
(1 September 2009 s/d 1 Oktober 2009). Rata-rata deposito 1 bulan per 1
Oktober 2009 adalah Rp. 8.910.750.000. Distribusi bagi hasil yang diperoleh
nasabah adalah Rp. 153.634.000. Nisbah bagi hasil yang disepakati antara
nasabah dan bank adalah 68% (setara 11%):32% pada saat akad.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 14
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Perhitungan bagi hasil pada deposito mudharabah untuk Tn. Jaka dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut:
SRRH masing-masing x jumlah hari x Nisbah
PD =
365
Rp. 5.000.000 x 30 hari x 11%
PD =
365
STIE Putra Perdana
Indonesia
PD = Rp. 45.205
2. Penerapan Konsep Bagi Hasil Produk Pembiayaan Dana di BPRS
Wakalumi
Produk pembiayaan yang ada di BPRS Wakalumi ada 5 (Mudharabah,
Musyarakah, Murabahah, Ijarah dan Qardhuk Hasan). Namun produk pembiayaan
yang digunakan fasilitasnya oleh para nasabah antara lain adalah pembiayaan
mudharabah, musyarakah, murabahah. Untuk pembiayaan ijarah ada tapi hanya
sedikit sekali sedangkan Qardhul Hasan belum sama sekali. Oleh karena itu
penulisan skripsi ini hanya ditekankan pada empat pembiayaan saja, antara lain :
a. Pembiayaan Mudharabah
Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah dapat
diilustrasikan pada transaksi salah satu nasabah BPRS Wakalumi, sebagai
berikut:
PT. XYZ mengajukan kerjasama kepada BPRS Wakalumi, melalui
pembiayaan mudharbah. Pihak pertama (PT.XYZ) sebagai pengelola dana
sedangkan pihak kedua (BPRS Wakalumi) sebagai penyedia dana tunai.
PT. XYZ mengajukan dana sebesar Rp. 12.000.000 dengan jangka waktu
selama 1 tahun. Dari pembiayaan dikenakan provisi sebesar 1 % sedangkan
administrasi sebesar Rp. 24.000. Proyeksi penjualan PT. XYZ selama 1 tahun
sebesar Rp. 48.000.000. Pihak bank meminta expektasi sebesar 20 % p.a atas
profit 1 tahun. Diketahui trade cycl PT. XYZ 4 bulan sekali atau 3 kali dalam
setahun, data penjulan PT. XYZ utnuk bulan pertama Rp. 7.500.000.
Pengucuran pembiayaan dilakukan pada awal Januari 2009 dan berakhir
31 Desember 2009.
Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan mudharabah di BPRS
Wakalumi adalah sebagai berikut:
Dengan trade cycle maka modal total modal kerja per 4 bulan sebesar
Rp. 12.000.000 (Rp. 36.000.000 : 3). Jadi dana sebesar Rp. 12.000.000 inilah
yang diputar untuk usaha PT. XYZ selama 1 tahun.
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
Proyeksi penjualan PT.A selama 1 tahun
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Rp. 48.000.000
Page 15
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Modal kerja dalam 1 tahun
Rp. 36.000.000
Profit
Rp. 12.000.000
Jadi, Expektasi bank
= 20% x profit 1 tahun
= 20% x Rp. 12.000.000 = Rp. 2.400.000
Pembagian nisbah bagi hasil untuk bank dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
Expektasi pendapatan
Nisbah bagi hasil =
x 100%
STIE Putra Perdana
Indonesia
Proyeksi penjualan
Rp. 2.400.000 x 100%
Jadi, nisbah bagi hasil =
x 100 %
Rp. 48.000.000
= 5%
Dengan demikian, pembagian nisbah disepakati 5 % dari realisasi
penjualan (revenue sharing) antara pengelola dana (mudharib) dan pemilik
dana (bank). Perhitungan bank pada saat akad dan pencairan pembiayaan
1) Bank memperoleh pendapatan pada saat akad sebesar dari biaya provisi
dan administrasi dari PT. XYZ dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Pendapatan provisi
= 1 % x total pembiayaan
= 1 % x Rp. 12.000.000
= Rp. 120.000
STIE Putra Perdana
Indonesia
Pendapatan Administrasi
Jadi, pendapatan Bank
= Rp. 25.000,= Rp. 120.000 + Rp. 25.000
= Rp. 145.000,-
2) Pada saat pencairan pembiayaan
Bank mengeluarkan dana untuk pembiayaan kepada PT.XYZ sebesar
Rp. 12.000.000.
Perhitungan bank pada saat penerimaan bagi hasil bulan pertama
Pendapatan bank = nisbah bagi hasil x penjualan PT. XYZ
= 5 % x Rp. 7.500.000
= Rp. 375.000,Jadi, bank menerima dana atas bagi hasil dari PT. XYZ sebesar
Rp. 375.000,Perhitungan bank pada saat akad berakhir :
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 16
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Bank menerima pelunasan pembiayaan dari PT. XYZ sebesar
Rp. 12.000.000. Setelah jatuh tempo kerjasama tersebut akan ditinjau
kembali.
b. Pembiayaan Musyarakah
Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan musyarakah diilustrasikan
pada salah transaksi nasabah BPRS Wakalumi sebagai berikut :
PT. ABC mengajukan kerjasama kepada BPRS Wakalumi, melalui
pembiyaan musyarakah. PT. ABC mengajukan sebesar 70% dari total
pembiayaan Rp. 5.500.000. Pihak pertama (PT. ABC) sebagai pengelola dana
mencampurkan modalnya sebesar Rp. 1.500.000 dengan pihak kedua (BPRS
Wakalumi) sebesar Rp. 4.000.000 dengan jangka waktu selama 1tahun.
Dikenakan biaya provisi sebesar 1 % dari total pembiayaan sedangkan
administrasi sebesar Rp. 10.000. Selama 1 tahun proyeksi penjualannya sebesar
Rp. 28.000.000. Pihak bank meminta expektasi sebesar 15 % p.a atas profit
setahun. Diketahui trade cycle PT. ABC 3 bulan sekali atau 4 kali dalam
setahun dan data penjualan PT. ABC untuk bulan pertama Rp. 4.500.000.
Pengucuran pembiayaan dimulai pada awal Januari 2009 dan berakhir 31
Desember 2009.
Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan musyarakah di BPRS
Wakalumi adalah sebagai berikut :
Dengan trade cycle PT. ABC 3 bulan sekali atau 4 kali setahun maka
total modal kerja per 3 bulan sebesar Rp. 5.500.000 (Rp. 22.000.000 : 4).
Jadi dana sebesar Rp. 5.500.000 inilah yang diputar untuk usaha PT.ABC
selama 1 tahun.
Proyeksi penjualan PT.ABC dalam 1 tahun Rp. 28.000.000
Modal kerja dalam 1 tahun
Rp. 22.000.000
Profit
Rp. 6.000.000
Jadi, Expektasi bank = 15 % x profit 1 tahun
= 15 % x Rp. 6.000.000 = Rp. 900.000
Pembagian nisbah bagi hasil untuk bank dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
Expektasi pendapatan x 100%
=
Proyeksi penjualan
Rp. 900.000 x 100%
Jadi, nisbah bagi hasil =
Rp. 28.000.000`
= 3.2%
Dengan demikian, pembagian nisbah disepakati 3,2 % dari realisasi
penjualan (revenue sharing)antara pengelola dana (mudharib) dan pemilik dana
(bank). Perhitungan bank pada saat akad dan pencairan pembiayaan
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 17
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
1) Bank memperoleh pendapatan pada saat akad sebesar dari biaya provisi
dan administrasi dari PT.ABC dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut :
Pendapatan provisi
= 1% x total pembiayaan
= 1% x Rp.4.000.000
= Rp. 40.000
Pendapatan administrasi
= Rp. 10.000
Jadi, pendapatan bank
= Rp. 40.000 + Rp. 10.000
= Rp. 50.000
2) Pada saat pencairan pembiayaan
Bank mengeluarkan dana untuk pembiayaan kepada PT. ABC sebesar
Rp. 4.000.000.
Perhitungan pada saat penerimaan bagi hasil
Pendapatan bank dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
= nisbah bagi hasil x penjualan PT.ABC
=3.2 % X Rp. 4.500.000
= Rp. 144.000
Jadi, bank menerima dana atas bagi hasil dari PT.ABC sebesar
Rp. 144.000
STIE Putra Perdana
Indonesia
Perhitungan bank pada saat akad berakhir Bank menerima pelunasan
pembiayaan dari PT. ABC sebesar Rp. 4.000.000. Setelah jatuh tempo
kerjasama tersebut akan ditinjau kembali.
c. Pembiayaan Murabahah
Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan murbahah diilustrasikan pada
salah satu transaksi nasabah BPRS Wakalumi, sebagai berikut :
Tn. Amirudin adalah pengusaha barang bangunan yang hendak mengajukan
pembiayaan murabahah guna membeli persediaan, dengan data sebagai
berikut :
Harga beli barang
Rp. 2.500.000
Keuntungan
Rp. 500.000
Harga jual barang
Rp. 3.000.000
Jangka waktu
5 bulan
Angsuran pembelian
Rp. 600.000
Provis
1 % dari harga beli barang
Biaya Administrasi
Rp.
10.000
STIE Putra Perdana
Indonesia
Setelah dievaluasi oleh pihak bank, permintaan Tn. Amirudin disetujui
mengingat usaha tersebut layak dan prospektif. Harga Jual yang disepakati
tidak akan berubah selama jangka waktu pembayaran walaupun ada gejolak
harga atau suku bunga.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 18
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Perhitungan bagi hasil pada pembiayaan murabahah adalah sebagi
berikut:
1) Perhitungan bank pada saat akad dan pencairan pembiayaan
Bank memperoleh pendapatan pada saat akad sebesar dari biaya
provisi dan adminitrasi dari Tn. Amirudin
Pendapatan provisi
Pendapatan Administrasi
Jadi, pendapatan bank
= 1 % x harga beli barang
= 1 % x Rp. 2.500.000
= Rp. 25.000
= Rp. 10.000
= Rp. 25.000 + Rp. 10.000
= Rp. 35.000
STIE Putra Perdana
Indonesia
Pada saat pencairan pembiayaanPiutang BPRS Wakalumi sebesar
Rp. 3.000.000 atas Tn. Amirudin. Bank mengeluarkan dana untuk
pembiayaan kepada Tn. Amirudin sebesar Rp. 2.500.000 yang
dibayarkan kepada supplier. Keuntungan bagi BPRS Wakalumi telah
disepakati disaat akad dengan Tn. Amirudin.
2) Perhitungan bank pada saat penerimaan angsuran
Bank menerima dana atas angsuran dari Tn. Amirudin sebesar
Rp. 600.000 setiap bulannya. Yang berasal dari angsuran pokok barang
sebesar Rp. 500.000 dan angsuran keuntungan sebesar Rp. 100.000. Jumlah
piutang BPRS Wakalumi atas Tn. Amirudin berkurang sebesar jumlah
angsuran Rp. 600.000
STIE Putra Perdana
Indonesia
3) Perhitungan bank pada saat akad berakhir
Bank menerima angsuran terakhir dari Tn. Amirudin sebesar
Rp. 600.000. Jadi, jumlah piutang BPRS Wakalumi atas Tn. Amirudin
adalah nol.
d. Pembiayaan Ijarah
1) Dengan hibah, dimana pada akhir masa sewa bank akan menghibahkan
barang dimaksud pada nasabah, sehingga terjadai proses perpindahan
kepemilikan dari bank ke nasabah.
Ilustrasi transaksi salah satu nasabah di BPRS Wakalumi yang
berkaitan dengan pembiayaan ijarah adalah sebagai berikut:
Tn. Hanif berniat memiliki mobil untuk kepentingan pribadi seharga
Rp. 60 juta, padahal saat itu ia hanya memiliki dana sebesar Rp. 15 juta.
Untuk mengatasi permasalahannya, Tn. Hanif pergi ke BPRS Wakalumi
untuk mencari solusi. (asumsi:expektasi keuntungan bank adalah 20
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 19
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
%/tahun). Perhitungan
perbulannya.
untuk
Harga beli mobil oleh bank
Residual value
menentukan
jumlah
Mei 2010
angsuran
sewa
= Rp. 60.000.000
= Rp. 0
Keuntungan yang diharapkan bank =Rp60.000.000 x 20%/th x 2 th
= Rp. 24.000.000
Harga sewa per bulan
= Rp. 60.000.000 + Rp. 24.000.000
= Rp. 84.000.000 (untuk 2 thn)
Angsuran sewa perbulan
= Rp. 3.500.000
STIE Putra Perdana
Indonesia
2) Dengan promise to sell, pada akhir masa periode bank akan
merealisasikan promise to sell dimana bank bertindak selaku penjual,
dengan asumsi angka yang sama dengan yang pertama (hibah).
Perhitungan untuk menentukan angsuran per bulannya
Harga beli mobil oleh bank
Residual Value
= Rp. 60.000.000
= Rp. 60.000.000 x 60 %
= Rp. 36.000.000
Penyusutan
= 5th (untuk kendaraan), 20% th.
Penyusutan untuk 2 tahun
= 20 % x 2 x Rp. 60.000.0
= Rp. 24.000.000
Keuntungan yang diharapkan bank = Rp.60.000.000x20%thx2 th
= Rp. 24.000.000
Harga sewa = Rp. 60.000.000 – Rp. 36.000.000 + Rp. 24.000.000
= Rp. 48.000.000
Jadi, angsuran sewa perbulan
= Rp. 48.000.000 : 24 bulan
= Rp. 2.000.000
STIE Putra Perdana
Indonesia
3. Analisis Tata Cara Perhitungan Bagi Hasil di BPRS Wakalumi
Perhitungan distribusi pendapatan dapat dilakukan dengan menggunakan
2 (dua) cara yaitu prinsip revenue sharing dan profit sharing. Penggunaan ke-2
prinsip distribusi pada perbankan syariah tersebut akan mempengaruhi neraca dan
laporan laba/rugi. Dalam hal ini, BPRS Wakalumi menggunakan prinsip revenue
sharing.
Tabel perhitungan untuk profit distribution dalam perhitungan bagi hasil
revenue sharing dan profit sharing. Tahapannya adalah sebagai berikut :
a. Pertama pada tabel 1 kolom P, pihak bank menghitung saldo rata-rata
semua jenis dana simpanan selama satu periode bagi hasil (1 bulan atau 1
tahun).
b. Kedua pada tabel 1 kolom Q, pihak bank menetapkan jumlah pendapatan
bagi hasil untuk masing-masing tipe dengan cara mengalikan persentase
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 20
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
(jumlah relative) dari masing-masing saldo rata-rata dana simpanan
dengan jumlah pendapatan yang dibagihasilkan.
c. Ketiga pada tabel kolom R, pihak bank menetapkan nisbah (rasio) bagi
hasil untuk masing-masing tipe dana dengan memperhatikan situasi dan
kondisi pasar.
d. Terakhir pada tabel 1 kolom S, pihak bank menghitung pendapatan porsi
deposan dengan cara mengalikan jumlah pendapatan yang akan dibagikan
dengan nisbah (ratio) untuk setiap jenis simapanan.
Setelah itu, diketahui return (equivalent rate) dari masing-masing jenis
simpanan ( tabel 1 kolom T).
STIE Putra Perdana
Indonesia
Tabel 1
Perhitungan Profit Distribution
Dana Pihak ke-3
Jenis Simpanan
1. Tabungan
Mudharabah
2. Deposito
Mudharabah
1 bulan
3 bulan
6 bulan
12 bulan
Total
NASABAH
Bonus
Bagi Hasil
Saldo
Rata-Rata
Distribusi
Bagi hasil
Nisbah
P
Q
R
P1
Q1
Bonus
S1
P2
P3
P4
P5
P
Q2
Q3
Q4
Q5
Q
R1 %
R2 %
R3 %
R4 %
S2
S3
S4
S5
S
S
(QxS)
Return
(%)
(S/Px12x100
STIE Putra Perdana
Indonesia
a. Perhitungan Distribusi Pendapatan dengan Menggunakan Prinsip
Revenue Sharing di BPRS Wakalumi
Pada prinsip ini, pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi yang
diterima dari persentase pendapatan penerima pembiayaan akan didistribusikan
kepada pemilik dan tidak dikurangi terlebih dahulu oleh pengelolahan dana pihak
ke-3. Dengan kata lain, bank menjamin nilai nominal investasi nasabah dimana
pendapatan paling rendah adalah 0 dan tidak mungkin terjadi pendapatan minus.
Oleh karena itu, prinsip ini lebih mudah diterima di Indonesia dan sejak awal
beroperasinya BPRS Wakalumi menggunakan prinsi ini dalam pendistribusian
bagi hasilnya. Aplikasi dalam BPRS Wakalumi dengan menggunakan data-data
bulan Desember 2009 adalah sebagai berikut :
1) Pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi
- Bagi hasil pembiayaan mudharabah
- Margin pembiayaan murabahah
Rp. 226.076.594
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 21
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
- Margin pembiayaan musyarakah
- Pendapatan marginal Ijarah
Jumlah
2) Saldo rata-rata pembiayaan
- Musyarakah
- Mudharabah
- Murabahah
- Ijarah
Jumlah
Rp.
Rp.
Rp.
Mei 2010
3.485.916
905.578
230.468.088
Rp. 299.519.204
Rp.
50.815.500
Rp.10.213.579.606
Rp. 1.285.346.750
Rp.11.849.261.060
STIE Putra Perdana
Indonesia
3) Saldo rata-rata dana
- Tabungan Mudharabah
- Deposito Mudharabah
Jumlah
Rp. 2.409.559.983
Rp. 5.245.674.489
Rp. 7.655.234.472
Analisa perhitungan distribusi pendapatan bagi hasil dengan prinsip
revenue sharing, yaitu :
a) Pertama, BPRS Wakalumi mencari saldo rata-rata dengan menggunakan
data yang sudah diketahui
b) Kedua, BPRS Wakalumi menetapkan jumlah bagi hasil untuk masingmasing tipe dana.
Karena SRRH < Pm (Rp. 7.655.234.472 < Rp. 11.849.261.060),
pendapatan yang dibagihasilkan adalah sebesar Rp. 148.894.284.9
Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan adalah sebagai berikut :
STIE Putra Perdana
Indonesia
SRRH masing-masing tipe dana x P
DP =
SRRH
-
c)
Tabungan Mudharabah
Tabungan Wakalumi
Tabungan Haji Mudharabah
Tabungan Qurban Wakalumi
Deposito berjangka
Deposito 1 bulan
Deposito 3 bulan
Deposito 6 bulan
Deposito 12 bulan
Rp. 46.865.922,27
Rp. 46.356.454,80
Rp.
455.818,26
Rp.
53.649,20
Rp. 102.028.326,61
Rp. 31.537.311,47
Rp. 48.188.938,61
Rp. 16.768.842,85
Rp. 5.533.233,68
Ketiga, BPRS Wakalumi menetapkan nisbah bagi hasil atau rasionya
untuk masing-masing dana. Hal ini ditetapkan sesuai dengan kebijakan
bank dengan melihat kebutuhan akan dana, lamanya dana tersebut di bank
serta tingkat suku bunga di perbankan. Jumlah nisbah bulan Desember
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 22
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
2009 untuk deposito 12 bulan (66%) lebih besar dari jumlah nisbah untuk
deposito 3 bulan (61%) Deposito 3 bulan memiliki kemungkinan lebih
besar untuk mencairkan dana dibandingkan dengan deposito 12 bulan
sehingga pihak bank memberikan persentase yang lebih besar untuk
deposito 12 bulan agar menarik minat nasabah dan bank dapat mengelola
dana tersebut untuk mendapatkan keuntungan investasi.
d) Keempat, BPRS Wakalumi menghitung pendapatan bagi nasabah dengan
cara mengalikan jumlah pendapatan yang akan dibagikan dengan rasio
untuk setiap jenis simpanan.
Bonus dan bagi hasil = % nisbah x distribusi bagi hasil
STIE Putra Perdana
Indonesia
(1). Tabungan Mudharabah
Tawakal
= Rp. 16.224.759,18
Tahajud
= Rp. 159.536,39
Taqwa
= Rp. 18.777,22
(2). Deposito Berjangka
1 bulan
= 17.660.894,42
3 bulan
= Rp. 29.395.252,55
6 bulan
= Rp. 11.067.436,28
12 bulan
= Rp. 3.651.934,23
BBH x 12 bulan (1 tahun) x 100 %
Perhitungan Rate Return =
SRRH
STIE Putra Perdana
Indonesia
(1). Tabungan Mudharabah :
- Tawakal
= 8,17 %
- Tahajud
= 8,17 %
- Taqwa
= 8,17 %
(2). Deposito Berjangka Mudharabah
- 1 bulan
= 13,07%
- 3 bulan
= 14,24 %
- 6 bulan
= 15,40%
- 12 bulan
= 15,40 %
Dari hasil perhitungan tersebut diatas dapat jelaskan pada bulan
Desember akhir 2009, BPRS Wakalumi mempunyai dana pihak ke –3
Rp. 8.271.541.103. Jumlah distribusi pendapatan bagi hasil dana pihak ke –3
untuk nasabah Rp. 148.894.284,9 atau sekitar
Dari jumlah dana nasabah. Sedangkan BPRS Wakalumi memperoleh
distribusi pendapatan bagi hasil dana pihak ke –3 Rp.70.715.658,63.
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 23
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Distribusi Pendapatan Bagi Hasil Dana Pihak Ke-3
Bulan : Desember 2009
Revenue Sharing
(Dalam Rupiah)
No
Jenis
Simpanan
Posisi Saldo
Akhir
Saldo Ratarata
1.
Distribusi
Bagi
Nisbah
Hasil
Nasabah
Tabungan
Mudharabah
1.1. Tawakal
1.2. Tahajud
1.3. Taqwa
1.4. Tazkia
2.932.037.186
2.843.848.389
22.572.376
2.770.757
62.845.664
2.409.559.983
2.383.366.272
23.435.396
2.758.315
-
46.865.922,26
46.356.454,80
455.818,26
53.649,20
-
Deposito
Mudharabah
2.1 (1bln)
2.2 (3 bln)
2.3 (6 bln)
2.4 (12 bln)
5.339.503.917
1.597.009.593
2.504.438.169
892.990.370
345.065.785
5.245.674.489
1.621.456.273
2.477.581.416
862.151.660
284.485.140
102.028.326,61
31.537.311,47
48.188.938,61
16.768.842,85
5.533.233,68
8.271.541.103
7.655.234.472
148.894.248,87
Bonus
Dan Bagi Hasil
Nasabah
Indikasi
Rate Of
Return
Nasabah
35%
35%
35%
16.403.072,79
6.224.759,18
159.536,39
18.777,22
18,17 %
18,17 %
18,17%
56%
61%
66%
66%
61.775.517,48
17.660.894,42
29.395.252,55
11.067.436,28
3.651.934,23
13,07%
14,24%
15,40%
15,40%
STIE Putra Perdana
Indonesia
2.
TOTAL
78.178.590,27
b. Perhitungan Distribusi Pendapatan dengan Menggunakan Prinsip Profit
Sharing di BPRS Wakalumi
Sejak awal berdirinya perbankan syariah di Indonesia, tidak ada yang
menggunakan prinsip ini dalam perhitungan distribusi pendapatannya. Hal ini
disebabkan kurang kompetitifnya tingkat return kepada nasabah. Namun dalam
skripsi ini, akan dicoba menstimulasikan prinsip ini dengan menggunakan datadata dari BPRS Wakalumi yang ada. Prinsip ini dihitung dari pendapatan bersih
margin dan bagi hasil dari investasi dikurangkan dengan biaya pengelolahan dana.
Analisa perhitungan distribusi pendapatan bagi hasil dengan prinsip profit
sharing
1) Pertama, sama dengan prinsip revenue sharing
2) Kedua, jumlah pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi diasumsikan
dengan data yang sama pada prinsip revenue sharing. Hanya saja pada
prinsip profit sharing, pendapatan dari hasil investasi harus dikurangkan
dengan biaya pengelolahan dana.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Dana pihak ke-3 bulan lalu
Persentase biaya pengelolahan
=
Total sumber dana bulan lalu
= 83,85
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 24
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Data bulan Desember 2009 di BPRS Wakalumi adalah sebagai berikut:
Pendapatan margin dan bagi hasil dari investasi
a) Bagi hasil pembiayaan Mudharabah
Rp.
0
b) Margin pembiayaan Murabahah
Rp. 226.076.594
c) Margin pembiayaan Musyarakah
Rp.
3.485.916
d) Pendapatan Margin Ijarah
Rp.
905.578
Total
Rp. 230.468.088
Biaya pengelolahan dana
a) Biaya personalia
(Rp.78.048.835,23)
b) Pemeliharaan dan perbaikan
(Rp. 2.075.674.04)
c) Penyusutandanpenyisihan
(Rp. 8.554.011,41)
d) Barang
(Rp. 9.624.884,92)
e) Biaya operasional lainnya
(Rp 33.859.512,10)
Jumlah pendapatan margin dan bagi hasil Rp. 98.305.170,30
STIE Putra Perdana
Indonesia
SRRH < Pm (Rp. 7.655.234.472 < Rp. 11.489.261.060), maka hasilnya adalah
sebesar Rp. 65.500.220,06
Jumlah pendapatan yang dibagihasilkan untuk masing-masing tipe dana:
a) Tabungan Mudharabah :
- Tawakal
= Rp. 20.392.715.03
- Tabungan Haji Mudharabah
= Rp. 200.519,47
- Taqwa
= Rp.
23.600.87
b) Deposito berjangka
- 1 bulan
- 3 bulan
- 6 bulan
- 12 bulan
:
= Rp. 13.873.610,66
= Rp. 21.198.844,84
= Rp. 7.376.798.66
= Rp. 2.434.138,90
STIE Putra Perdana
Indonesia
3) Ketiga, pihak BPRS Wakalumi menetapkan nisbah bagi hasil (ratio) untuk
masing-masing dana diasumsikan sama dengan prinsip revenue sharing
4) Keempat, pihak BPRS Wakalumi menghitung pendapatan bagian nasabah.
a) Tabungan Mudharabah
- Tawakal
= Rp. 7.137.450,02
- Tahajud
= Rp.
70.181,81
- Taqwa
= Rp.
8.260,30
b) Deposito Berjangka Mudharabah
- 1 bulan
= Rp. 7.769.221,97
- 3 bulan
= Rp. 12.931.295,35
- 6 bulan
= Rp. 4.868.687,12
- 12 bulan
= Rp. 1.606.531,67
STIE Putra Perdana
Indonesia
Perhitungan indikasi equivalent rate/rate return :
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 25
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
a)
Mei 2010
Tabungan Mudharabah :
- Tawakal
= 3,60 %
- Tahajud
= 3,60 %
- Taqwa
= 3,60 %
(2). Deposito berjangka Mudharabah :
- 1 bulan
= 5,75 %
- 3 bulan
= 6,26 %
- 6 bulan
= 6,78 %
- 12 bulan
= 6,78 %
STIE Putra Perdana
Indonesia
Dari data dibawah ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
Apabila prinsip revenue sharing diubah ke profit sharing maka dapat
dilihat perubahan pada tingkat distribusi pendapatan bagi hasil. Nasabah akan
memperoleh Rp. 34.391.628,24 dari distribusi pendapatan. Sedangkan bank
akan memperoleh Rp. 31.108.591,82
Distribusi Pendapatan Bagi Hasil Dana Pihak Ke-3
Bulan : Desember 2009
Profit Sharing
(Dalam Rupiah)
Jenis
Simpanan
Posisi Saldo
Akhir
Tabungan
Mudharabah
1.5. Tawakal
1.6. Tahajud
1.7. Taqwa
1.8. Tazkia
2.932.037.186
2.843.848.389
22.572.376
2.770.757
62.845.664
2.409.559.983
2.383.366.272
23.435.396
2.758.315
-
20.616.835,16
20.392.715,03
200.519,26
23.600,87
-
Deposito
Mudharabah
1.1
(1 bln)
1.2
(3 bln)
1.3
(6 bln)
1.4
(12 bln)
5.339.503.917
1.597.009.593
2.504.438.169
892.990.370
345.065.785
5.245.674.489
1.621.456.273
2.477.581.416
862.151.660
284.485.140
44.883.393,06
13.873.610,66
21.198.844,84
7.376.798,66
2.434.138,90
8.271.541.103
7.655.234.472
No
1.
Saldo Rata-rata
Distribusi Bagi
Hasil
Nisbah Bonus dan Bagi
Nasabah Hasil Nasabah
Indikasi
Rate Of
Return
Nasabah
STIE Putra Perdana
Indonesia
2
TOTAL
65.500.228,22
35%
35%
35%
7.215.892,13
7.137.450,02
70.181,81
8.260,30
3,60 %
3,60 %
3,60%
56%
61%
66%
66%
27.175.736,11
7.769.221,97
12.931.295,35
4.868.687,12
1.606.531,67
5,75%
6,26%
6,78%
6,78%
34.391.628,24
4. Pengaruh Penerapan Prinsip Bagi Hasil terhadap Laporan Keuangan di
BPRS Wakalumi
a. Menggunakan revenue sharing
Jumlah distribusi bagi hasil yang diterima oleh BPRS Wakalumi adalah
Rp. 148.894.284,9 yang berasal dari jumlah pendapatan margin dan bagi hasil
dari investasi pembiayaan Rp. 230.468.088 dikalikan dengan jumlah saldo ratarata dana Rp. 7.655.234.472 dan dibagi jumlah saldo rata-rata pembiayaan
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 26
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Rp. 11.849.261.060. Pembagian pendapatan yang diterima nasabah
Rp. 78.178.590,27 yang diperoleh dari distribusi bagi hasil dikalikan dengan
nisbah nasabah. Jumlah bonus dan bagi hasil yang diterima nasabah
mempengaruhi saldo akhir dana pihak ke-3 yaitu Rp.8.271.541.103. Saldo
akhir dana pihak ke –3 dipengaruhi oleh saldo dana pihak ke –3, bonus dan
bagi hasil berjalan yang akan terlihat dineraca sisi pasive. Jumlah distribusi
pendapatan yang tinggi akan meningkatkan jumlah account dan pihak ke-3
pada neraca begitu juga sebaliknya.
Dalam laporan laba rugi bulan Desember di BPRS Wakalumi terdapat
perbedaan antara distribusi bagi hasil dengan rincian distribusi pendapatan bagi
hasil dana pihak ke-3. Pada laporan laba rugi biaya bagi hasil tabungan
Rp. 12.592.451 sedangkan dirincian perhitungan distribusi pendapatan bagi
hasil Rp. 16.403.072,79. Hal ini disebabkan bank tidak membagikan distribusi
bagi hasil dana pihak ke-3 secara keseluruhan pada bulan Desember. Selisih
biaya yang belum terealisasikan tersebut Rp. 3.810.621,79 akan dibayarkan
pada bulan berikutnya. Untuk deposito juga ada perbedaan, di laporan laba rugi
Rp. 60.214.414 sedangkan dalam rincian distribusi pendapatannya
Rp. 61.775.517,48 terdapat selisih Rp. 1.561.103,48. Hal ini disebabkan
karena bank tidak membagikan distribusi bagi hasil dana pihak ke-3 secara
keseluruhan pada bulan Desember. Selisih biaya yang belum terealisasikan
tersebut akan dibayarkan pada bulan berikutnya.
STIE Putra Perdana
Indonesia
b. Menggunakan profit sharing
Setelah distimulasi, jumlah distribusi bagi hasil yang diterima adalah
Rp. 65.500.228,22 yang diperoleh dari jumlah keuntungan bersih margin dan
bagi hasil investasi yang dikurangkan dengan biaya pengelolahan dana
Rp. 132.162.917,70 dikalikan dengan jumlah saldo rata-rata dana
Rp. 7.655.234.472 dan dibagi dengan jumlah saldo rata-rata pembiayaan
Rp. 11.849.261.060. Pembagian bonus dan bagi hasil yang diterima nasabah
Rp. 34.391.628,24 yang diperoleh dari jumlah distribusi bagi hasil dikalikan
dengan nisbah nasabah. Jumlah bonus dan bagi hasil yang diterima nasabah
mempengaruhi posisi saldo akhir dana pihak ke-3 yaitu Rp. 6.039.875.711,-.
Pembagian bonus dan bagi hasil yang diterima nasabah sebesar
Rp. 34.391.628,24,-. yang diperoleh dari jumlah distribusi bagi hasil yang
diterima nasabah mempengaruhi posisi saldo akhir dana pihak ke-3
Rp. 6.039.875.711 pihak ke-3 dipengaruhi oleh saldo dana pihak ke-3, bonus
dan bagi hasil bulan berjalan yang akan terlihat di neraca sisi passiva. Jumlah
distribusi pendapatan nasabah yang akan menurun akan menurunkan jumlah
account dana pihak ke-3 pada neraca begitu juga sebaliknya.
Dalam laporan laba rugi bulan Desember, untuk mendapatkan
pendapatan dan keuntungan investasi yang bersih diperoleh (asumsi sama
dengan revenue sharing) dari pendapatan dan keuntungan investasi dikurangi
oelh biaya pengelolahan dana Rp. 132.162.971,70,-. Jumlah pengeluaran bank
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 27
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
untuk bonus dan bagi hasil pada laporan laba rugi bulan Desember hanya
terealisasi saja ( Rp. 29.019.902, 97 ), sedangkan jumlah perhitungan distribusi
seharusnya bank hanya mengeluarkan sebesar Rp. 34.391.628,24. Biaya
pengeluaran ditanggung seluruhnya oleh bank. Tetapi ada biaya yang
dicadangkan terlebih dahulu untuk dibayarkan dibulan berikutnya.
5. Evaluasi Penerapan Prinsip Revenue dan Profit Sharing di BPRS
Wakalumi
Menurut prinsip revenue sharing pendapatan dan bagi hasil dari investasi
diperoleh dari pendapatan pembiayaan dikalikan dengan ekspektasi keuntungan
sedangkan prinsip profit sharing diperoleh dari keuntungan bersih pembiayaan
dikalikan dengan nisbah untuk bank. Apabila terjadi kerugian maka bank
menanggung kerugian tersebut ke nasabah sedangkan penerima pembiayaan
kehilangan keuntungan. Apabila kerugian diakibatkan karena kesalahan atau
keteledoran penerima pembiayaan maka kerugian akan ditanggung sepenuhnya
oleh penerima pembiayaan.
Profit sharing dinilai kurang menguntungkan karena pembagian dana
untuk nasabah Rp. 34.391.628,24. Sedangkan dengan prinsip revenue sharing
pembagian untuk nasabah Rp. 78.178.590,27. Hal ini sekaligus berdampak
terhadap rate return pada prinsip revenue sharing dinilai lebih baik dibandingkan
dengan profit sharing.
Perubahan prinsip bagi hasil ini mempengaruhi perubahan laporan
keuangan BPRS Wakalumi. Pembagian keuntungan yang diterima pemilik dana
pihak ke – 3 menjadi lebih kecil daripada revenue sharing sehingga posisi saldo
akhir dan pihak ke – 3 menjadi turun. Hal ini mempengaruhi perhitungan laba rugi
profit sharing karena jumlah bonus dan distribusi bagi hasil menjadi lebih rendah.
Dalam neraca revenue dan profit sharing tidak ada perubahan pada
jumlahnya tetapi jumlah accountnya berubah. Jumlah account dana pihak ke-3
pada profit sharing menurun karena jumlah pendapatan nasabah yang menurun
dibanding dengan revenue sharing. Penerapan pada bank menurut prinsip revenue
sharing dinilai lebih mudah pada kondisi Indonesia saat ini, dimana masyarakat
Indonesia yang belum dapat menerima pembagian kerugian atas dana mereka atau
minimal jumlah dana mereka tidak berkurang dengan menjadi nasabah pada bank
syariah. Sehingga akan mengalami persaingan dengan perbankan konvensional
dalam hal perolehan return. Bank yang menerapkan prinsip tersebut akan aman
dalam hal pembagian keuntungan minimal penerima pembiayaan membagi
jumlah penjualan mereka kepada bank. Hal ini membuat aman pihak bank dan
nasabah dengan terhindar dari pembagian keuntungan. Tetapi, prinsip ini kurang
mencerminkan realita yang ada.
Sedangkan prinsip profit sharing, sesuai dengan prinsip yang adil, prinsip
ini dinilai yang paling adil karena menceminkan keadaan yang sesungguhnya atau
realita. Tetapi banyak kendala untuk menerapkan prinsip ini karena masyarakat
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 28
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
Indonesia belum dapat menerima pembagian rugi atas dana mereka yang
dititipkan ke bank. Sebab pada prinsip ini, membagikan keuntungan yang lebih
kecil kepada nasabah sehingga dalam hal ini kurang kompetitif dalam persaingan
dengan perbankan konvensional. Sedangkan BPRS Wakalumi itu sendiri,
diuntungkan dengan prinsip profit sharing tersebut karena jumlah laba rugi
meningkat dibanding dengan menggunakan prinsip revenue sharing, walaupun
jumlah distribusi pendapatan yang diperolehnya menurun. Tingkat persaingan
dengan bank konvensional juga menjadi kendala karena untuk merebut pasar bank
konvensional rela menaikkan suku bunga untuk daya tarik agar menabung di bank
tersebut. Prinsip profit sharing dapat berjalan dengan baik apabila semua bank
dikuasai oleh negara sehingga tidak akan terjadi perang suku bunga anta bank.
Kesulitan lainnya dalam penerapan prinsip ini, adalah menentukan biaya yang
tepat untuk pengelolahan dana. Apabila dilihat dari kemaslahatannya prinsip ini
yang paling sesuai dengan syariah Islam walaupun prinsip revenue tidak
bertentangan.
STIE Putra Perdana
Indonesia
D. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pada dasarnya dalam pembagian hasil usaha dengan nasabahnya
(mitranya), laporan keuangan syariah boleh menggunakan prinsip revenue sharing
maupun profit sharing. Prinsip distribusi pendapatan bagi hasil yang diterapkan di
BPRS Wakalumi berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah dilakukan
adalah menggunakan prinsip revenue sharing. Selain itu, peneliti juga
menstimulasikan dengan menggunakan prinsip profit sharing. Hal tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. BPRS Wakalumi dalam menyediakan fasilitasnya menawarkan produk
penyerahan pembiayaan dana kepada masyarakatyang cukup memadai
1) Produk penghimpunan dana terdiri dari :
a) Tabungan Mudharabah
b) Deposito Mudharabah
2) Produk pembiayaan dana yang terdiri dari :
a) Pembiayaan Mudharabah
b) Pembiayaan Musyarakah
c) Pembiayaan Murabahah
d) Pembiayaan Ijarah
e) Qardhul Hasan
STIE Putra Perdana
Indonesia
b. Dalam prinsip revenue sharing bank menanggung penuh atas biaya
pengelolahan dana dan membagikan persentase pendapatan dari investasi
kepada nasabah. Sedangkan untuk prinsip profit sharing bank dan nasabah
sama-sama menanggung biaya pengelolahan dana. Bank membagikan
keuntungan bersihnya dari investasi kepada nasabah.
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 29
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
c. Prinsip revenue sharing yang diterapkan oleh BPRS Wakalumi membagikan
keuntungan kepada nasabah yang lebih besar, yaitu sebesar
Rp.78.178.590,27. Dibandingkan dengan stimulasi yang menggunakan
prinsip profit sharing yaitu sebesar Rp. 34.391.628,24,-. Total nilai neraca
tidak mengalami perubahan dalam prinsip profit sharing tetapi untuk nilai
masing-masing account yang berkaitan dengan distribusi pendapatan itu
sendiri mengalami perubahan. Pada prinsip profit sharing, jumlah dana
pihak ke – 3 mengalami penurunan dibandingkan dengan neraca revenue
sharing yang diterapkan oleh BPRS Wakalumi. Hal ini disebabkan oleh
pendistribusian ke nasabah semakin kecil dan laba tahun berjalan
mengalami peningkatan dibandingkan dengan prinsip revenue sharing yang
diterapkan di BPRS Wakalumi.
STIE Putra Perdana
Indonesia
d. Prinsip revenue sharing lebih mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.
Hal ini disebabkan belum terbiasanya masyarakat kita untuk menerima bagi
rugi.Sedangkan dilihat dari kemaslhatannya yang paling sesuai dengan
syariah Islam adalah profit sharing.
e. Dilihat dari pihak nasabah prinsip revenue sharing lebih menguntungkan
dibanding dengan penerapan stimulasi prinsip profit sharing. Namun,
apabila dilihat dari pihak BPRS Wakalumi, penerapan stimulasi prinsip
profit sharing dinilai lebih menguntungkan walaupun jumlah pendistribusian
labanya lebih kecil tetapi jumlah laba yang diterimanya mengalami
peningkatan.
2. Saran
STIE Putra Perdana
Indonesia
a. Prinsip profit sharing belum diaplikasikan oleh BPRS Wakalumi. Oleh
karena itu, BPRS Wakalumi diharapkan dapat mengaplikasikan dengan
mengasumsikan unsur persentase biaya pengelolahan dana, jumlah
pendapatan bersih dari penerima pembiayaan serta jumlah nisbah dalam
sistem bagi hasilnya. Hal ini juga disebabkan karena prinsip profit sharing
dianggap lebih adil atau maslahat dari prinsip revenue sharing dalam
penerapannya.
b. Untuk pengaplikasian prinsip profit sharing, bank-bank syariah harus
mengawasi secara intensif usaha penerimaan pembiayaan. Salah satu
caranya adalah menempatkan orang yang dianggap bertanggung jawab dan
kompeten di bank tersebut apabila pembiayaan melibatkan jumlah yang
cukup besar serta mengontrol setiap bulannya. Apabila relatif lebih kecil,
dapat mengalokasikan sebagian porsi bagi hasil yang mereka terima untuk
subsidi terhadap bagi hasil yang akan dibagikan kepada nasabah pemilik
dana (penyesuaian nisbah). Jadi, jumlah pendapatan bersih yang dilaporkan
ke bank syariah tersebut adalah data yang sebenarnya.
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 30
InoVasi Volume 3; Mei 2010
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
c. Pemberian pembiayaan yang dilakukan oleh bank-bank syariah agar
bersikap obyektif dan hati-hati (Prudential Banking) agar tidak terjadi
kemacetan dana seperti yang terjadi pada sebagian besar bank-bank
konvensional. Dana yang mengannggur sebaiknya dimanfaatkan secara
optimal.
d. Bank-bank syariah, khususnya untuk BPRS Wakalumi diharapkan dapat
bertahan pada situasi perbankan saat ini dengan semakin banyaknya jumlah
bank syariah di Indonesia. Dapat bersaing dengan sehat dalam persaingan
antar bank yang semakin kuat. BPRS Wakalumi juga senantiasa selalu
meningkatkan kemampuannya sendiri baik dalam hal pelayanannya
maupun dalam teknisinya (teknologi).
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Page 31
STIE Putra Perdana
Indonesia
Jurnal Penelitian, Pengembangan Ilmu Manajemen dan Akuntansi
STIE Putra Perdana Indonesia
Mei 2010
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto S.S. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, cetakan pertama, Surabya :
Apollo,1997.
Indrawan WS. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, cetakan pertama,
Jombang:Lintas Media, 2009.
Antonio, Syafi’i. Bank Syariah bagi Bankir & Praktisi Keuangan, cetakan
pertama, Jakarta: Tazkia Institute, 1999.
Zainul, Arifin.MBA. Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, cetakan pertama,
Jakarta: Alvabet, 2008
Harahap,S.Syafri. Akutansi Islam, cetakan pertama, Jakarta:Bumi
Aksara,1997
Ikatan Akuntansi Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan, Jakarta:
Penerbit Salemba Empat, 2000
Ikatan Akuntan Indonesia. Standar Akuntansi Keuangan – PSAK 59,
Jakarta:IAI,2008
Ikatan Akuntan Indonesia. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian
Laporan Keuangan Bank Syariah, Jakarta:IAI, 2008
Ikatan Bankir Indonesia. Konsep, Produk dan Implementasi, Operasional,
Jakarta: Djambatan, 2001
Muhammad. Tehnik Perhitungan Bagi Hasil di Bank Syriah, cetakan
pertama, Yogyakarta: UII Press, 2001
Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perbankan, Jakarta: Bank
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
STIE Putra Perdana
Indonesia
Page 32
InoVasi Volume 3; Mei 2010
Download