Rapermen KSNPPR untuk Operasionalkan UU Penataan Ruang

advertisement
Rapermen KSNPPR untuk Operasionalkan UU Penataan Ruang
Dalam penyelenggaraan penataan ruang, telah terdapat UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
―Namun kedua peraturan perundang-undangan tersebut dirasa belum operasional sehingga perlu disusun peraturan perundang-undangan berupa Rapermen yang mengatur Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan Penataan Ruang (KSNPPR),― ujar Direktur Bina Program dan Kemitraan Direktorat Jenderal (Ditjen) Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum (PU) Rido
Matari Ichwan dalam pembuka acara Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan Rapermen Kebijakan dan Strategi Nasional Penyelenggaraan Penataan Ruang(KSNPPR) di Jakarta (25/10).
Rido menjelaskan, bahwa acara FGD yang diadakan ini bertujuan untuk menciptakan rumusan permasalahan dalam Penyelenggaraan Penataan Ruang yang tajam dari tiap Kementerian/Lembaga, sebagai masukan terhadap KSNPPR, sehingga penyusunan Rapermen KSNPPR dapat berjalan lebih efektif dan efisien.
Lebih lanjut, terdapat beberapa isu strategis terkait bidang penataan ruang antara lain; isu ketimpangan pengembangan wilayah untuk wilayah barat dan wilayah timur Indonesia, isu ketahanan air dan ketahanan pangan, isu “ego sektoral― dalam pemanfaatan ruang, isu menurunnya kualitas sumberdaya alam dan lingkungan, serta isu pemanasan global dan meningkatnya frekuensi
bencana (banjir, longsor, erupsi gunung berapi, kebakaran dsb).
Sementara itu perwakilan dari Kementerian Pertahanan menyampaikan, bahwa isu perbatasan adalah isu yang paling penting dalam kaitannya dengan kebijakan dan strategi penataan ruang. Sering diabaikannya wilayah perbatasan di suatu daerah karena dianggap kurang penting, harus menjadi perhatian karena menyangkut pertahanan Negara yang bisa membahayakan sehingga diperlukan
rencana tata ruang kawasan perbatasan.
Sedangkan perwakilan dari Badan Pertanahan Nasional juga menjelaskan tentang isu global alih fungsi lahan yang semakin marak. Hal ini dikarenakan adanya investasi besar yang masuk ke Indonesia menyebabkan lahan-lahan difungsikan tidak sebagaimana mestinya.
Fasilitator FGD, Yayat Supriatna menyampaikan bahwa Isu-isu strategis yang berkaitan dengan penataan ruang tersebut perlu mendapatkan perhatian penting agar Indonesia bisa lebih maju. Penataan ruang makin dibutuhkan terutama memasuki era Asian Community karena diprediksi Indonesia akan menjadi “macan Asia― terutama di bidang Hankam. Dari FGD ini, dapat disimpulkan
antara lain;(i) bahwa peraturan mengenai tata ruang sangat penting untuk mencegah eksploitasi sumberdaya alam, (ii)hal yang paling penting dalam penataan ruang adalah aspek regulasi, koordinasi, dan sinkronisasi di dalam maupun antar masing-masing kementerian/lembaga, (iii) perlu adanya sinkronisasi uu agar tidak terjadi tumpang tindih diantara sektor, pusat dan daerah;
(iv)rencana ruang perlu lebih fokus ke kebijakan non spasial (sosial, ekonomi dan lingkungan).
Isu strategis dan kondisi eksisting penyelenggaraan penataan ruang yang dirumuskan menjadi permasalahan pada 6 aras penyelenggaraan penataan ruang (global regional, nasional, sub nasional-pulau&kepulauan, provinsi, kabupaten/kota, kawasan), yang dibahas dalam FGD ini, merupakan awal tahapan penyusunan Rapermen KSNPPR. Hasil dari FGD ini akan ditindaklanjuti dengan
kegiatan selanjutnya yaitu mini workshop. Setelah itu, tahap akhir yaitu penyusunan Rapermen KSNPPR akan dipaparkan dalam seminar nasional, demikian disampaikan oleh Rido.(wd/datinPenataanRuang)
Pusat Komunikasi Publik
page 1 / 2
301012
page 2 / 2
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Download