7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen

advertisement
7
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen Keuangan
2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Fungsi
perencanaan,
dari
Manajemen
Keuangan
mencakup
peran
mendapatkan dan memanfaatkan dana dari berbagai
sumber yang menguntungkan dimana manajemen keuangan merupakan
penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam mengelola keputusankeputusan yang menyangkut masalah finansial perusahaan.
Manajemen keuangan dapat didefinisikan dari tugas dan
tanggung jawab manajemen keuangan. Tugas pokok dari manajer
keuangan antara lain meliputi keputusan tentang investasi, pembiayaan
kegiatan usaha dan pembagian deviden suatu perusahaan. Dengan
demikian Manajemen Keuangan sangat berperan dalam menjalankan
perusahaan, dalam hal ini manajer keuangan harus mampu beradaptasi
dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan disekitarnya, seperti
peningkatan kebutuhan dana perusahaan, peningkatan jumlah investasi
dalam asset perusahaan dan sebagainya yang menyangkut masalah
financial
perusahaan,
serta
manajer
keuangan
harus
mampu
mengelolanya secara ekonomis dan bijaksana.
Pengertian Manajemen Keuangan menurut J. Fred Weston dan
Thomas Copeland ( 1997:Tj.21) adalah Manajemen Keuangan segala
8
sesuatu yang mencakup keputusan investasi pembiayaan dan deviden
suatu perusahaan.Pengertian Manajemen Keuangan menurut Keown
Arthur J,. (1996:Tj.2) adalah Bagaimana cara menciptakan dan menjaga
nilai ekonomis atau kesejahteraan.
Berikut ini definisi Manajemen Keuangan menurut Bambang
Riyanto ( 1995:6) adalah “Keseluruhan aktivitas perusahaan yang
bersangkutan dengan usaha mendapatkan dana yang diperlukan dengan
biaya minimal dan syarat-syarat yang menguntungkan. Beserta usaha
untuk menggunakan dana tersebut seefesien mungkin”Menurut Weston
dan Brigham ( 1997, Tj:5) “Manajemen Keuangan adalah kegiatankegiatan merencanakan untuk memperoleh dan menggunakan dana guna
memaksimalkan nilai perusahaan”.sedangkan menurut D. Agus Harjito
(2005:4) “ segala aktifitas perusahaan yang berhubungan dengan
bagiamana memperoleh dana, menggunakan dana, dan mengelola aset
sesuai tujuan perusahaan secara menyeluruh”
Dari definisi-definisi tersebut dapat diketahui dengan jelas
bahwa pada prinsipnya Manajemen Keuangan menyangkut perangkat
fungsi perusahaan yang sangat penting dan berkaitan dengan pencarian
dan penggunaan dana secara maksimal untuk mempertahankan
kelangsungan hidup perusahaan.
9
2.1.2 Fungsi Manajemen Keuangan
Fungsi Manajemen Keuangan menurut Bambang Riyanto
(1995:6) adalah :“Fungsi menggunakan atau mengalokasikan dana yang
dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan
pemilihan alternatif investasi atau keputusan investasi dan fungsi
memperolehnya manajer keuangan harus mengambil keputusan alternatif
pendanaan atau keputusan pendanaan”. Menurut Martono dan D. Agus
Harjito (2005:4) adalah “ ada 3 (tiga) fungsi utama dalam manajemen
keuangan yaitu keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan
keputusana pengeleolaan aset “.
Pada hakikatnya masalah manajemen keuangan adalah
menyangkut masalah keseimbangan finansial di dalam perusahaan.
Dengan
demikian
manajemen
keuangan
berarti
mengadakan
keseimbangan antara aktiva dan pasiva yang dibutuhkan, beserta
mencari susunan kualitatif dari aktiva dan pasiva tersebut dengan sebaikbaiknya. Pemilihan susunan kualitatif dan aktiva akan menentukan
struktur kekayaan perusahaan, sedangkan pemilihan susunan kualitatif
dari pasiva akan menentukan struktur finansial dan struktur modal
perusahaan.
Sebagian besar keberhasilan perusahaan diukur didasarkan
tingkat keberhasilan finansial yang dicapainya. Untuk mencapai tingkat
keberhasilan finansial tersebut harus diperoleh informasi yang tepat dan
dapat dipercaya guna pencatatan yang cermat atas transaksi finansial
10
yang terjadi dalam perusahaan. Transaksi tersebut adalah transaksi yang
mempengaruhi harta, hutang, modal, pendapatan dan biaya-biaya yang
kemudian diklasifikasikan, diikhtisarkan dan dilaporkan dalam bentuk
laporan keuangan. Oleh karena itu, peranan manajer keuangan dalam
operasi perusahaan menjadi sangat penting dan berarti.
Sedangkan menurut Weston dan Coopeland (1995,Tj.:6) fungsi
dari manajer keuangan adalah : ”Fungsi manajer keuangan adalah
merencanakan untuk memperoleh dan menggunakan dana guna
memaksimalkan nilai organisasi”.
Definisi di atas, fungsi pertama dari manajer keuangan adalah
menganalisa dan merencanakan pembelanjaan perusahaan. Fungsi ini
merupakan suatu usaha menyangkut bagaimana manajer harus
mengorganisir
untuk
mendapatkan dana
dan berkaitan dengan
transformasi data finansial perusahaan kedalam suatu bentuk yang dapat
digunakan untuk memonitor keadaan keuangan. Fungsi kedua adalah
manajer keuangan harus memusatkan perhatian pada keputusan investasi
dan pembayaran, serta segala hal yang berkaitan dengannya. Fungsi
ketiga manajer keuangan adalah manajer keuangan harus bekerja sama
dengan para manajer lain dalam perusahaan agar perusahaan dapat
berjalan seefisien mungkin.
Dilihat dari fungsi-fungsinya, seorang manajer keuangan harus
bertanggung jawab terhadap perusahaan dan harus melihat lebih jauh
serta merencanakan sebelumnya tindakan-tindakan yang akan diambil
11
untuk memenuhi kebutuhan dana dan keputusaan investasi dalam
menjalankan operasi perusahaan.
2.2 Pengertian Kapasitas
Kapasitas adalah hasil produksi atau jumlah unit yang dapat
ditahan, diterima, disimpan atau diproduksi oleh sebuah fasiltias dalam suatu
periode waktu tertentu. Kapasitas mempengaruhi sebagian biaya tetap.
Kapasitas juga menentukan apakah permintaan dapat terpenuhi atau apakah
kapasitas yang ada dapat berlebih. Jika fasilitas terlalu besar maka, sebagian
fasilitas akan menganggur dan akan terdapat biaya tambahan yang dibebankan
pada produksi yang ada atau pelanggan. Jika fasilitas terlalu kecil maka
pelanggan dan bahkan pasar keseluruhan akan hilang.Oleh karena itu
penetapan ukuran fasilitas dengan tujuan mencapai tingkat utilitas yang tinggi
dan tingkat pengembalian investasi yang tinggi sangat diperlukan.
Perencanaan kapasitas dapat dilihat dalam tiga horizon waktu
sebagai berikut :
1) Perencanaan kapasitas jangka panjang (lebih dari 1 tahun) merupakan
fungsi penambahan fasilitas dan peralatan yang memiliki lead time
panjang.
2) Perencanaan kapasitas jangka menengah (3 hingga 18 bulan ) dapat
ditambahkan peralatan,karyawan, dan jumlah shift, dapat dilakukan
subkontrak, dan dapat juga menggunakan persediaan.
3) Perencanaan kapasitas jangka pendek merupakan (biasanya hingga 3 bulan
dimana perhatian utama terletak pada penjadwalan tugas dan karyawan,
12
dan pengalokasian mesin. Adalah sulit untuk mengubah kapasitas jangka
pendek sehingga biasanya digunakan kapasitas yang sudah ada.
2.3 Pengertian Kapasitas Desain dan Kapasitas Efektif
2.3.1 Pengertian Kapasitas Desain
Kapasitas Desain adalah output maksimum sistem secara
teoritis dalam suatu periode waktu tertentu. Kapasitas desain biasanya
dinyatakan dalam suatu tingkatan tertentu. Bagi banyak perusahaan
kapasitas dapat dilakukan secara langsung. Kapasitas adalah jumlah
maksimum unit yang diproduksi dalam periode waktu tertentu.
Sebagian besar organisasi mengoperasikan fasilitasnya pada
tingkat yang lebih rendah drai kapasitas desain. Mereka melakukannya
karena merek menyadari bahwa merek dapat beroperasi secara lebi
efisien
bila
sumber
daya
tidak
digunakan
hingga
batas
maksimum.Bahkan mereka berharap untuk beroperasi pada sekitar
82% dari kapasitas desain yang disebut dengan kapasitas efektif.
2.3.2 Pengertian Kapasitas Efektif
Kapasitas efektif adalah kapasitas yang diharapkan dapat
dicapai oleh sebuah perusahaan dengan keterbatasan operasi yang ada
sekarang. Kapasitas efektif seringkali lebih rendah daripada kapasitas
desain karena fasilitas yang ada mungkin telah didesain untuk revisi
produk sebelumnya atau bauran produk yang berbeda daripada yang
sekarang sedang diproduksi.
13
Dua ukuran kinerja sistem biasanya bermanfaat yaitu utilisasi dan
efisiensi.
Utilisasi
adalah
persentase
kapasitas
desain
yang
sesungguhnya telah dicapai. Efisiensi adalah persentasi kapasitas yang
sesungguhnya. Bagaimana fasilitas digunakan dan dikelola akan
menentukan
sulit
tidaknya
mencapai
100%
efisiensi.
Kunci
peningkatan efisiensi sering terdapat dalam perbaikan permasalahan
kualitas dan dalam penjadwalan, pelatihan, dan pemeliharaan yang
efektif. Sehingga utilitas dan efisiensi dapat dihitung dengan rumus
sebagai berikut :
2.4 Pengertian dan Latar Belakang Jumlah Nilai Asuransi Minimal (Retensi)
Titik sentral efektifitas asuransi jiwa adalah kebijakan dalam
menentukan bsesarnya retensi. Kebijkan retensi ini dapat diberlakukan setaip
tahun melalui sarana adendum guna mengendalikan cash flow serta
menyesuaikan retensi dengan pengalaman klaim dalam periode yang baru
berlalu.
Retensi berasal dari kata “to rent” yang artinya : menahan, memikul atau
menanggung sendiri. Dari sudut pandang obyek reasuransi jiwa retesi
mempunyai dua pengertian.
14
Jika obyek reasuransi adalah atas dasar risiko maka retensi
diartikan sebagai batas risiko yang ditahan sendiri oleh reasuradur;jika obyek
reasuransinya adalah atas dasar polis aslinya, maka retensi diartikan sebagai
batas uang pertangungan yang ditahan sendiri oleh reasuradur. Pada dasarnya
filosofi yang melatarbelakangi dibentuknya retensi adalah Law of Large
number. Law of large number merupakan salah satu prinsip dasar dibentuknya
asuransi. Karena “Law of Large number “ memprediksi kerugian bukanlah
dari obyek risiko perorangan melainkan dari sekelompok obyek risiko, maka
semakin banyak obyek risiko yang menjadi elemen dalam kelompok tersebut,
semakin tepatlah prediksi perhitungan kerugian yang ditetapkan atas
kelompok tersebut. Law of large number tidak memprediksi siapa yang
meninggal akan tetapi memperkirakan berapa persen yang akan meninggal
dalam satu kelompok risiko.
2.5 Pengertian dan Manfaat Analisa Titik Impas
2.5.1 Pengertian Analisis Titik Impas
Analisa Titik Impas adalah suatu teknik analisa untuk
mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variable, keuntungan
dan volume kegiatan. Oleh karena analisa tersebut mempelajari
hubungan antara biaya keuntungan-volume kegiatan maka analisa
tersebut sering disebut “cost-profit-volume analysis” (CPV analysis).
Dalam perencanaan keuntungan,analisa titik impas merupakan “ profitplanning approach” yang mendasarkan pada hubungan antara biaya
15
(cost) dan penghasilan penjualan (revenue).Menurut Martono dan D.
Agus Harjito (2005:268) ”Analisis impas adalah teknin analisis untuk
mempelajari hubungan antara biaya, laba dan volume penjualan (costprofit-volume-analysis).”
Apabila perusahaan hanya memiliki biaya variabel saja, maka
tidak
akan
muncul
masalah
titik
Impas
dalam
perusahaan
tersebut.Masalah titik impas baru muncul apabila suatu perusahaan
disamping
memiliki
biaya
variabel
juga
mempunyai
biaya
tetap.Besarnya biaya variabel secara totalitas akan berubah-ubah sesuai
dengan perubahan volume produksi, sedangkan besarnya biaya tetap
secara totalitas tidak mengalami perubahan meskipun ada perubahan
volume produksi.
Dalam mengadakan analisa titik impas, digunakan asumsi-asumsi
dasar sebagai berikut :
1) Biaya didalam perusahaan dibagi dalam golongan biaya variabel
dan golongan biaya tetap.
2) Besarnya biaya variabel secara toralitas berubah-ubah secara
proporsional dengan volume produksi/penjualan.Ini berarti bahwa
biaya variabel perunitnya adalah tetap sama.
3) Besarnya biaya tetap secara totalitas tidak berubah meskipun ada
perubahan volume produksi/penjualan.Ini berarti bahwa biaya tetap
perunitnya berubah-ubah karena adanya perubahan volume
kegiatan.
16
4) Harga jual perunit tidak berubah selama periode yang dianalisa.
5) Perusahaan hanya memproduksi satu macam produk.Apabila
diproduksi
lebih
dari
satu
macam
produk,
perimbangan
penghasilan penjualan antara masing-masing produk atau “salesmix” nya adalah tetap konstan.
6) Kebijakan manajemen tentang operasi perusahaan tidak berubah
secara material (perubahan besar) dalam jangka pendek.
7) Kebijakan persediaan barang tetap konstan atau tidak ada
persediaan sama sekali, baik persediaan awal maupun persediaan
akhir.
8) Efisiensi dan produktivias perkaryawan tidak berubah dalam
jangka pendek.
Dari Asumsi yang ada pada analisis titik impas tersebut diatas,
Titik impas akan berubah apabila asumsi-asumsi tersebut diatas
mengalami perubahan.
a) Adanya perubahan harga jual
Perubahan harga jual produk dapat berubah naik atau turun.
Menurut hukum permintaan, apabila harga jual naik maka jumlah
barang yang diminta oleh konsumen akan menurun, Hal ini dapat
berakibat perubahan jumlah penghasilan totalnya (TR). Demikian
pula jika harga jual turun, maka jumlah barang yang diminta oleh
konsumen akan naik sehingga total penghasilannya akan naik. Jika
harga jual naik, dengan asumsi jumlah barang yang diminta tetap,
17
maka titik pulang pokok akan turun. Hal ini karena titik pulang
pokok akan diperoleh dengan penjualan barang yang lebih sedikit.
Sebaliknya jika harga jual turun, maka titik pulang pokok akan
naik karena untuk mencapai BEP diperlukan penjualan barang
yang lebih banyak.
b) Adanya perubahan biaya tetap atau variabel
Naik turunnya biaya (biaya tetap dan variabel) juga akan
memperngaruhi besarnya titik impas, Apabila biaya naik, berarti
kita memerlukan barang yang lebih banyak untiuk mencapai titik
Titik impas, Sebaliknya apabila biaya turun,
maka kita
memerlukan jumlah barang yang lebih sedikit untuk mencapai titik
impas.Batas penurunan jumlah produk yang direncanakan untuk
dijual dianggap aman disebut margin of safety. Besarnya biaya
penurunan yang dimaksud adalah penurunan dari penjualan yang
direncanakan sampai penjualan pada BEP.
c) Adanya perubahan komposisi penjualan (sales mix)
Analisis titik impas merupakan analisis keuangan yang cukup
lemah karena asumsinya. Asumsi analisis titik impas bahwa
perusahaan hanya menjual satu macam produk hampir tidak
mungkin terpenuhi. Hal ini karena sangat jarang perusahaan yang
hanya menjual satu jenis produk saja. Oleh karena itu, apabila
analisis BEP diberlakukan bagi perusahaan yang menjual barang
lebih dari satu macam produk, maka komposisi atau perimbangan
18
biaya dan produk yang dijual harus tetap. Misalnya perusahaan
menjual dua macam produk A dan B dengan perimbangan 2
banding 3. Maka apabila perusahaan A menambah penjualannya 2
bagian, maka produk B juga harus menambah 3 bagian, Dengan
demikian maka komposisi penjualan produk A dan B akan tetap
sama.
2.5.2 Manfaat Analisa Titik Impas
Analisa Titik impas secara umum dapat memberikan informasi
kepada
pimpinan,
bagaimana
pola
hubungan
antara
volume
penjualan,cost/biaya dan tingkat keuntungan yang akan diperoleh pada
level penjualan tertentu.Analisa Titik impas dapat membantu pimpinan
dalam mengambil keputusan mengenai hal-hal berikut :
1) Jumlah penjualan minimal yang harus dipertahankan agar
perusahaan tidak mengalami kerugian.
2) Jumlah
penjualan
yang
harus
dicapai
untuk
memperoleh
keuntungan tertentu.
3) Seberapa jauhkah berkurangnya penjualan agar perusahaan tidak
menerita kerugian.
4) Untuk mengetahui bagaimana efek perubahan harga jual, biaya dan
volume penjualan terhadap keuntungan yang diperoleh.
2.6 Jenis Biaya Berdasarkan Titik Impas
Biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sebagai berikut :
a. Variabel Cost (Biaya Variabel)
19
Merupakan jenis biaya yang selalu berubah sesuai dengan perubahan
volume penjualan, dimana perubahannya tercermin dalam biaya variabel
total. Dalam pengertian ini biaya variabel dapat dihitung berdasarkan
persentase tertentu dari penjualan atau variabel cost perunit dikalikan
dengan penjualan dalam unit.
b. Fixed Cost (Biaya Tetap)
Fixed cost merupakan jenis biaya yang selalu tetap dan tidak berpengaruh
oleh penjualan melainkan hubungan dengan waktu (function of time)
sehingga jenis biaya ini akan konstan selama periode tertentu. Berproduksi
atau tidaknya perusahaan biaya ini tetap dikeluarkan.
c. Semi Variabel Cost
Semi variabel cost merupakan jenis biaya yang sebagian variabel dan
sebagian tetap, yang kadang-kadang disebut dengan semi fixed cost.
2.7 Jenis dan Analisa Biaya pada Perusahaan Asuransi Jiwa
2.7.1 Jenis Biaya pada Perusahaan Asuransi Jiwa
Adapun jenis biaya yang terdapat dalam industry asuransi jiwa adalah
sebagai berikut :
a. Biaya-biaya Investasi
Biaya-biaya Investasi merupakan biaya-biaya yang dikaitkan
dengan kekayaan perusahaan. Contoh dari biaya-biaya investasi
adalah
termasuk
didalamnya
biaya-biaya
pembelian dan penjualan aset, dan perbaikan aset.
analisis
investasi,
20
b. Biaya Umum dan Administrasi
1. Biaya-biaya untuk Contractual Benefit
Biaya-biaya untuk Contractual Benefit merupakan jumlah
biaya yang harus dibayar oleh perusahaan asuransi untuk
memenuhi ketentuan dalam perjanjian polis maupun anuitas.
Manfaat polis merupakan jumlah yang harus dibayar oleh
perusahaan asuransi sesuai dengan kontrak asuransi.Didalam
kontrak asuransi jiwa dan anuitas,beberapa contoh biaya-biaya
untuk pembayaran manfaat polis yang harus dibayarkan kepada
nasabah yaitu Cash Surender Value, Manfaat meninggal dunia,
pembayaran manfaat anuitas secara berkala, dividen kepada
pemegang polis, manfaat hidup.
2. Biaya-biaya Operasional
Biaya-biaya operasional merupakan biaya-biaya yang
muncul dalam kegiatan bisnis perusahaan secara normal.
Didalam perusahaan asuransi terdapat empat jenis biaya
operasional yaitu :
a) Biaya-biaya akuisisi
Bagi perusahaan asuransi maupun produk anuitas
biaya akuisisi merupakan biaya-biaya yang berkaitkan
dengan penerbitan polis. Banyak perusahaan asuransi yang
menganggap semua biaya yang muncul pada tahun pertama
merupakan biaya akuisisi namun beberapa perusahaan
21
asuransi menganggap biaya akuisisi merupakan biaya yang
muncul sebelum polis terbit. Beberapa contoh dari biaya
akusisi adalah iklan, komisi tahun pertama untuk para agen,
beberapa biaya manajemen agen, biaya-biaya underwriting
untuk bisnis asuransi jiwa, dan biaya-biaya yang dipersiapkan
untuk polis baru maupun catatan-catatan untuk nasabah baru
b) Biaya-biaya pengembangan
Untuk
produk
pengembangan
asuransi
merupakan
dan
anuitas
biaya
biaya-biaya yang dikaitkan
dengan memulai jalur produk baru seperti biaya-biaya untuk
memperoleh
sistem
administrasi
baru
ataupun
untuk
pengakuan bisnis secara hukum.
c) Biaya-biaya pemeliharaan
Dikenal sebagai biaya renewal, merupakan biaya yang
muncul selama polis tersebut aktif dalam menjaga polis
tersebut agar tetap inforce. Beberapa contoh dari biaya
pemeliharaan meliputi komisi lanjutan, pajak atas premi,
biaya-biaya dalam pembayaran manfaat aniutas secara
periodik, nilai tunai polis, biaya ketika nasabah keluar,
manfaat hidup, biaya-biaya untuk pelayanan kepada nasabah
seperti perubahan nama, ahli waris, nama, beberapa biaya
manajemen
agen.Beberapa
perusahaan
asuransi
mengelompokkan hanya biaya-biaya yang muncul setelah
22
tahun
pertama
sebagai
biaya
pemeliharaan,
namun
perusahaan asuransi lainnya menganggap semua biaya setelah
polis terbit sebagai biaya pemeliharaan.
d) Biaya-biaya umum (overhead expenses)
Merupakan biaya yang muncul selama aktifitas
bisnis secara normal dan tidak secara langsung berhubungan
dengan pelayanan produk secara spesifik. Beberapa contoh dari
biaya umum antara lain adalah biaya –biaya untuk furniture dan
fixture, biaya pelayanan telepon, listrik, biaya umum untuk
perhitungan aktuaria, biaya untuk penelitian, biaya untuk
general legal, biaya pelayanan accounting, pajak, biaya untuk
memperoleh lisensi, dan biaya-biaya bisnis lainnya, Biaya
umum pada umumnya dikelompokkan sebagai biaya langsung.
2.7.2 Analisa Biaya pada Asuransi Jiwa
a. Biaya Langsung
Biaya langsung merupakan biaya produk yang timbul atau
secara fisik berhubungan dengan produk secara spesifik. Adapun
contoh dari biaya langsung pada perusahaan asuransi adalah Komisi
agen, biaya penerbitan polis, biaya dalam proses transaksi, Biaya
underwriting.
b. Biaya Tidak Langsung
Biaya tidak langsung biasa dikenal dengan biaya umum,
pada beberapa produk perusahaan asuransi jiwa dan anuitas
23
merupakan biaya yang tidak muncul untuk satu produk secara
spesifik. Adapun contoh dari biaya tidak langsung ini adalah
beberapa biaya system informasi, biaya accounting, kompensasi
bagi Chief Executive Officer, biaya sewa, dan pajak atas property.
c. Biaya Variabel
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah-ubah sesuai
dengan aktivitas operasional perusahaan. Yang termasuk contoh
dari biaya variabel pada perusahaan asuransi jiwa adalah biaya
penerbitan polis, biaya premi, komisi agen, pajak atas premi, biaya
dalam proses transaksi.
d. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang ditetapkan agar sejumlah
polis dapat terjual atau ukuran lain dari aktivitas tetap operasional,
beberapa contoh dari biaya tetap dari perusahaan asuransi adalah
eksekutive salaries, biaya sewa, pajak atas properti, biaya iklan dan
pemasaran, computer dan peralatan kantor.
2.8 Pendekatan Aljabar untuk Satu Produk dan Multi Produk
2.8.1 Pendekatan Aljabar untuk Satu Produk
Rumus yang berkaitan dengan titik impas dalam unit dan dolar
adalah sebagai berikut :
BEPx =
Titik impas dalam unit
BEP$ =
Titik impas dalam dolar
P = Harga per unit (setelah semua diskon)
24
X = Jumlah unit yang diproduksi
TR =
Pendapatan total = Px
F = Biaya tetap
V = Biya variable per unit
TC =
Biaya total = F + Vx
Titik impas terjadi saat pendapatan total sama dengan biaya total
oleh karena itu :
TR = TC atau Px = F + Vx
Untuk menemukan nilai x didapatkan :
Laba
Dengan menggunakan persamaan ini, titik impas dan laba dapat
langsung ditemukan, Ada dua formula yang patut diperhatikan :
25
2.8.2 Pendekatan Aljabar untuk Multi Produk
Hampir semua perusahaan mulai dari perusahaan manufaktur
hingga restoran memiliki beragam penawaran termasuk didalamnya
perusahaan asuransi. Setiap penawaran memiliki harga jual dan biaya
variabel yang berbeda.Hal ini dilakukan dengan memberikan bobot
pada kontribusi setiap produk pada proporsi penjualan. Sehingga
formulanya menjadi :
Dimana :
V = biaya variabel perunit
P= harga perunit
F= biaya tetap
W= persentase setiap produk dari total penjualan dalam dolar
i= masing-masing produk
Download