12 III. METODE PENELITIAN 3.1. Alur Pikir Penelitian Tingkat kesehatan bank merupakan cerminan dari kondisi suatu bank yang dilihat dari laporan keuangan. Bank yang sudah go public wajib menerbitkan laporan keuangan yang telah diaudit dan dipublikasi untuk umum. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan bank adalah metode CAMELS, dimana pada penelitian ini dibatasi dalam penilaian: 1. Faktor Capital (Permodalan) 2. Faktor Assets (Kualitas aset) 3. Faktor Earnings (Rentabilitas) 4. Faktor Liquidity (Likuiditas) Permasalahan yang terjadi pada PT Bank Central Asia, Tbk adalah dampak dari peningkatan jumlah kredit yang disalurkan selama tahun 20062010. Faktor berpengaruh yang dapat dikendalikan dari permasalahan tersebut adalah jumlah kredit yang diberikan dan ATMR (Aktiva Tertimbang Menurut Risiko). Faktor berpengaruh yang tidak dapat dikendalikan adalah krisis global yang terjadi, kebijakan pemerintah, dan fluktuasi nilai tukar dolar. Pengumpulan data dilakukan dengan mendokumentasikan data yang telah dipublikasi yaitu laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010. Langkah awal dalam penilaian tingkat kesehatan bank dilakukan dengan memasukkan formula untuk setiap komponen dalam faktor-faktor CAMELS. Langkah selanjutnya yaitu menetapkan peringkat komposit dari setiap komponen pada masing-masing faktor. Kemudian, masing-masing faktor diperingkatkan berdasarkan hasil peringkat komposit dari setiap komponen. Selanjutnya, dari keempat faktor tersebut dapat diperoleh hasil peringkat akhir untuk metode CAMELS secara keseluruhan. Parameter kontrol yang digunakan pada metode CAMELS adalah berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 dan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP. Kerangka pikir ini diilustrasikan pada Gambar 1. 13 Gambar 1. Kerangka Pemikiran Konseptual Hasil pada masing-masing faktor diproyeksikan menggunakan analisis trend. Proyeksi ini berfungsi sebagai acuan dasar terhadap langkah pengambilan strategi. Hasil akhir dari penilaian tingkat kesehatan bank dapat memperlihatkan kondisi kesehatan perusahaan serta sebagai bahan penentuan strategi untuk jangka waktu berikutnya. Oleh karena itu, 14 penelitian ini dapat memberikan arahan pada langkah penentuan strategi perusahaan, meningkatkan kepercayaan stakeholder, dan meningkatkan nilai perusahaan. Secara keseluruhan, alur pikir dari penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 1. 3.2. Objek Penelitian Penelitian telah dilakukan pada kantor pusat PT Bank Central Asia, Tbk yang beralamat di Jl. Jend. Sudirman Kav 22-23 Jakarta 12920. Peneliti melakukan penelitian pada kantor pusat karena data dari laporan keuangan yang digunakan adalah data yang telah digabungkan dari keseluruhan kantor cabang atau konsolidasi. 3.3. Jenis Data dan Variabel a. Data Penelitian ini menggunakan data sekunder dari laporan keuangan akhir tahun PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010 yang diperoleh dari situs www.klikbca.com yang telah diaudit dan dipublikasi untuk umum. b. Variabel Variabel yang digunakan pada penelitian adalah beberapa faktor CAMELS yaitu: 1. Faktor Capital (Permodalan) 2. Faktor Assets (Kualitas aset) 3. Faktor Earnings (Rentabilitas) 4. Faktor Liquidity (Likuiditas) 3.4. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode Dokumentasi. Metode Dokumentasi adalah mencari dan menelaah referensi yang berasal dari buku-buku, catatan-catatan materi atau penelitian ilmiah lainnya yang dapat membantu peneliti dalam menyusun penelitian ilmiah ini. Peneliti menggunakan data-data kuantitatif yang diperlukan dari laporan keuangan PT Bank Central Asia, Tbk periode 2006-2010. Laporan keuangan tersebut digunakan untuk mengidentifikasi komponen-komponen 15 faktor penilaian tingkat kesehatan dari faktor Capital (Permodalan), faktor Assets (kualitas aset), faktor Earnings (rentabilitas), dan faktor Liquidity (likuiditas). Untuk mendapatkan literatur, peneliti mengumpulkan studi kepustakaan dengan mempelajari dan mengutip buku-buku serta penelusuran melalui internet. 3.5. Alat Analisis Penilaian tingkat kesehatan dilakukan menggunakan metode CAMELS dan diolah menggunakan Microsoft Excel 2007 dan Analisis trend diolah menggunakan Minitab 14. Pada penelitian ini, rasio dari faktorfaktor CAMELS yang diteliti adalah berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh dari laporan keuangan, yaitu terdiri dari: 3.5.1 Capital (Permodalan) Pada faktor Capital (Permodalan), rasio yang digunakan adalah CAR. Capital Adequecy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank (Hariani, 2010). Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: CAR = (Modal Bank : Total ATMR) x 100% ...........................(1) Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor permodalan pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk KPMM sebagai berikut: Peringkat 1 : Rasio KPMM lebih tinggi sangat signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan. Peringkat 2 : Rasio KPMM lebih tinggi cukup signifikan dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan. 16 Peringkat 3 : Rasio KPMM lebih tinggi secara marjinal dibandingkan dengan rasio KPMM yang ditetapkan dalam ketentuan (8 persen ≤ KPMM ≤ 9 persen). Peringkat 4 : Rasio KPMM di bawah ketentuan yang berlaku. Peringkat 5 : Rasio KPMM dibawah ketentuan yang berlaku dan bank cenderung menjadi tidak solvable. 3.5.2 Assets (Kualitas Aset) Pada faktor Assets (Kualitas Aset), rasio yang digunakan adalah NPA. NPA disebut juga rasio Aktiva Produktif Bermasalah. Rasio ini digunakan untuk menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktif bermasalah terhadap total aktiva produktif. Semakin tinggi rasio ini maka semakin buruk kualitas aktiva produktif. Aktiva produktif bermasalah adalah aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet (Hariani, 2010). Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desemeber 2001 sebagai berikut: NPA = (Aktiva Produktif Bermasalah : Total Aktiva Produktif) x 100% ................................................................................................. (2) Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor kualitas aset pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk NPA sebagai berikut: Peringkat 1 : Perkembangan rasio sangat rendah. Peringkat 2 : Perkembangan rasio rendah. Peringkat 3 : Perkembangan rasio moderat atau rasio berkisar antara 5 persen sampai dengan 8 persen. Peringkat 4 : Perkembangan rasio cukup tinggi. Peringkat 5 : Perkembangan rasio tinggi. 3.5.3 Earnings (Rentabilitas) Pada faktor Earnings (Rentabilitas), rasio yang dinilai adalah ROA, ROE, NIM, dan BOPO. Faktor Earnings (Rentabilitas) menentukan perolehan laba yang diperoleh bank. 17 1. Return On Assets (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (Laba Sebelum Pajak) yang dihasilkan dari Rata-rata Total Aset bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba sebelum pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional sebelum pajak. Sedangkan Rata-rata Total Aset adalah rata-rata volume usaha atau aktiva (Hariani, 2010). Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: ROA = (Laba Sebelum Pajak : Rata-rata Total Aset) x 100% ..........(3) Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk ROA yaitu sebagai berikut: Peringkat 1 : Perolehan laba sangat tinggi. Peringkat 2 : Perolehan laba tinggi. Peringkat 3 : Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROA berkisar antara 0,5 persen sampai dengan 1,25 persen. Peringkat 4: Perolehan laba bank rendah atau cenderung mengalami kerugian (ROA mengarah negatif). Peringkat 5 : Bank mengalami kerugian yang besar (ROA negatif). 2. Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja manajemen bank dalam mengelola modal yang tersedia untuk menghasilkan laba setelah pajak. Semakin besar ROE, semakin besar tingkat keuntungan yang dicapai bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Laba Setelah Pajak adalah laba bersih dari kegiatan operasional setelah dikurangi pajak, sedangkan Rata-rata Total 18 Ekuitas adalah rata-rata modal inti yang dimiliki bank. Perhitungan modal inti dilakukan berdasarkan ketentuan kewajiban modal minimum yang berlaku (Hariani, 2010). Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3.30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: ROE = (Laba Setelah Pajak : Rata-rata Ekuitas) x 100% ........ (4) Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio ROE sebagai berikut: Peringkat 1 : Perolehan laba sangat tinggi. Peringkat 2 : Perolehan laba tinggi. Peringkat 3 : Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROE berkisar antara 5 persen sampai dengan 12,5 persen. Peringkat 4: Perolehan laba bank rendah atau cenderung mengalami kerugian (ROA mengarah negatif). Peringkat 5 : Bank mengalami kerugian yang besar (ROA negatif). 3. Net Interest Margin (NIM) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola Aktiva Produktif untuk menghasilkan Pendapatan Bunga Bersih. Pendapatan Bunga Bersih diperoleh dari Pendapatan Bunga dikurangi Beban Bunga. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya Pendapatan Bunga atas Aktiva Produktif yang dikelola bank, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin kecil (Hariani, 2010). Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: NIM = (Pendapatan Bunga Bersih : Aktiva Produktif) x 100% .......... 5 19 Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio NIM sebagai berikut: Peringkat 1 : Marjin bunga bersih sangat tinggi. Peringkat 2 : Marjin bunga bersih tinggi. Peringkat`3: Marjin bunga bersih cukup tinggi atau rasio NIM berkisar antara 1,5 persen sampai dengan 2 persen. Peringkat 4 : Marjin bunga bersih rendah mengarah negatif. Peringkat 5 : Marjin bunga bersih sangat rendah atau negatif. 4. Biaya Operasional dibandingkan dengan Pendapatan Operasional (BOPO) adalah rasio yang sering disebut rasio efisiensi, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien Biaya Operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari Total Beban Bunga dan Total Beban Operasional Lainnya. Pendapatan Operasional adalah penjumlahan dari Total Pendapatan Bunga dan Total Pendapatan Operasional Lainnya (Hariani, 2010). Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: BOPO = (Biaya Operasional : Pendapatan Operasional) x 100% .....(6) Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor rentabilitas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio BOPO sebagai berikut: Peringkat 1 : Tingkat efisiensi sangat baik. Peringkat 2 : Tingkat efisiensi baik. 20 Peringkat 3: Tingkat efisiensi cukup baik atau rasio BOPO berkisar antara 94 persen sampai dengan 96 persen. Peringkat 4 : Tingkat efisiensi buruk. Peringkat 5 : Tingkat efisiensi sangat buruk. 3.5.4 Liquidity (Likuiditas) LDR (Loan to Deposit Ratio) atau rasio kredit terhadap deposit / simpanan digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi jumlah kredit yang diberikan oleh bank terhadap dana pihak ketiga. Semakin tinggi rasio ini, semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Kredit yang diberikan tidak termasuk kredit kepada bank lain sedangkan untuk Dana Pihak Ketiga adalah giro, tabungan, simpanan berjangka, setifikat deposito (Hariani, 2010). Rasio ini dirumuskan berdasarkan SE BI No.3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 sebagai berikut: LDR = (Total Kredit : Total Dana Pihak Ketiga) x 100%............ (7) Berdasarkan pada matriks kriteria penetapan peringkat faktor likuiditas pada Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 diperoleh standar untuk rasio LDR sebagai berikut: Peringkat 1 : 50 persen < Rasio ≤ 75 persen Peringkat 2 : 75 persen < Rasio ≤ 85 persen Peringkat 3 : 85 persen < Rasio ≤ 100 persen atau Rasio ≤ 50 persen Peringkat 4 : 100 persen < Rasio ≤ 120 persen Peringkat 5 : Rasio > 120 persen 3.5.5 Analisis Trend Analisis trend dihitung dengan menentukan tahun dasar sebagai pembanding, kemudian dicari angka indeksnya. Rumus untuk mencari Angka Indeks adalah sebagai berikut (Kasmir, 2008): Angka Indeks = (Tahun pembanding / Tahun dasar) x 100% ........(8) 21 Nilai error pada analisis trend dipilih berdasarkan nilai MSD, MAD, dan MAPE terkecil. Nilai MSD, MAD, dan MAPE diperoleh pada program Minitab 14 dengan melakukan input terhadap 4 (empat) jenis analisis trend (Linier, Quadratic, Exponensial Growth, dan SCurve). Semakin kecil nilai pada MSD, MAD, dan MAPE memperlihatkan tingkat error yang semakin rendah.