Peran dan Kebijaksanaan Pemerintah

advertisement
Peran dan Kebijaksanaan Pemerintah
Indonesia
Oleh: Gunawan Sumodiningrat
Gunawan Sumodiningrat, saat in! menjabat
sebaga! Kepala Biro Analisa Ekonomi dan
Statlstlk Bappenas, disampirig sebagal staf
penelltl pada Pusat Penelltlan Pembangunan
Pedesaan dan Kawasan serta dosen Fakultas'
Ekonomi UGM, yang dUahirkan dl Solo, tahun
1950. Lulus dartFakultas Ekonomi UGM, Jurusan
Ekonomi Pertanlan, 1974. Tahun 1977
memperoleh M.Ec pada bldang yang sama dart
Unlversltas Mlnnesotta, USA, 1982. Aktlf
menglkutl. seminar-seminar tentang ekonomi
pertanlan dl dalam dan luarnegerl. -
I. Pendahuluan
Salah satu alat kebijaksaan pemerintah
untuk mempengaruhi gerak perekonomian
adal^ lewat kebijaksanaan fiskal yang
terceimin dalam Anggaran Pendapatan dan
ekstemal, termasuk gerak perekonomian
dunia. Hal ini bisa-terjadi karena pada
hakekatnya gerak perekonomian
Indonesia adalah perekonomian terbuka,
sehingga gerak perekonomian dunia
mempunyai implikasi ' pula pada
perekonomian dunia. Oleh karena itulah
Belanja Negara(APBN) yangdal^ tahun sebelum. membicarakan peran dan
1992-1993 dianggarkan berimbang pada kebijaksanaan pemerintah dalam
tingkat Rp 56.108,6 milyar. Melalui perekonomian maka dalam makalah ini
APBN ini pemerintah dapat berupaya diuraikan terlebih dahulu beberapa aspek
mempengaruhi berbagai variabel ekonomi mengenai perekonomian duiiia, disamping
makro seperti tingkat kesempatan keija," mengenai perkembangan ekonomi
inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi dan Indonesia sendiri.
sebagainya. Namuh demikian sejauh mana
II. Perekonomian Dunia
efektivitas kebijaksanaan tersebut
diperigaiiihi pula oleh- faktor-faktor
Bagi suatu negara yang menganut
perekonomian terbuka, perkembangan
UNISIANO: 13. TAHUN XIIITRIWULANII • 1992
ekonomi dunia mempunyai pengaruh
1991 hanya tumbuh sebesar 0,9 %.
langsung dan tidak langsung terhadap Rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi
perekonomian dalam negeri baik melalui dunia ini terutama disebabkan oleh
transaksi perdagangan maupun keijasama melambatnya pertumbuhan ekonomi di
ekonomi. Perkembangan kegiatan Eropa dan Timur Teng^. Perekonomian
ekonomi dunia dan negara yang menjadi negara-negara Eropa dan Timur Tengah
mitra dagang merupakan sumber 1991 mengalami pertumbuhan megatif
,permintaan untuk produk dalam negeri masing-masing sebesar 9,6 % dan 4,0 %.
yang ditawarkan baik berupa komoditi Faktor utama dari mandegnya
primer, aiitara, lain : produk-produk perekonomian tersebut adalahpergolakan
pertanian dan pertambangan, maupun politis di Eropa dan per^g teluk ^ Timur
komoditi industri pengolahan. Selain Tengah. Pada tahun 1992, pertumbuhan
transaksi pasar ba^g, hubungan dengan ekonomi dunia diperkirakan akan.
luar negeri juga dilakukan dipasar uang mencapai sekitar 2,8 %. Perkiraan ini
dan ^ pasar modal internasibnal. didasarkan
pada membaiknya
Perekonomian ,dunia yang semakin perekonomian Amerika Serikat, pulihnya
berkembang merupakan-- permintaan kegiatan ekonomi negera-negara Timur
potensial dan memberikan peluang besar Tengah dan merendahnya konflik di
bagi perkembangan perekonomian dalam negara-negara Eropa.
, •
negeri.
Pada tahun 1988, pertumbuhan
Beberapa indikator yangperlu diamati; ekonomi negara-negara industri adalah
(1) Pertumbuhan ekonomi dunia, (2) sebesar 4,5 %. Angka pertumbuhan ini
Perdagangan Dunia, (3) Tingkat Inflasi, lebih tinggi dibandihgkan pertumbuhan
(4) Hutang Luar Negeri, (5) Debt Service ekonomi di negara-negara sedang
Rasio dan (6) Tingkatbunga.
berkembang yang mencapai 3,9 %. Pada'
tahun yang sama pertumbuhan
perekonomian duriia ad^ah sebesar'4.4 %.
2.1. Pertumbuhan Ekonomi Dunia
Pada tahun-tahun. berikiitnya angka
pertumbuhan ini semakin mengecil
Berdasarkari laporan tahunan sehingga pada tahun 1991 pertumbuhan
Intemasional Monetary Fund (IMF), ekonomi dunia hanya tumbuh sebesar 0,9
selama tahun 1982 sampai dengan tahun %, sedangkan pertumbuhan ekonomi
1990 pertumbuhan ekonomi dunia negara-negara industri adal^ sebesar 1,3
mengalami fliiktuasi. Tingkatpertumbuhan % dan negara-negara sed^g berkembang
ekonomi pada tahun 1984 adalah sebesar
mengalami pertumbuhan negatif sebesar
4,4 %. Ahgka ini merupakan angka 0,6 %. Pada saat yang sama, pertumbuhan
pertumbuhan paling linggi selama periode ekonomi negara-negara Asia relatif paling
tersebut. Setelah tahun 1984,' tingkat stabil dengan pertumbuhan ratarrata di atas
pertumbuhan ekonomi dunia terus 5 %. Dari perbandingan - angka-angka
jnenurun, kecuali untuk tahun 1988 angka pertumbuhan ekonomi tersebut terlihat
pertumbuhan mencapai sebesar 4,1 %. bahwa
negara-negara industri
Tingkat pertumbuhan initurun menjadi 2,2 mendominasi perekonomian dunia.
% pada tahun 1990 bahkan pada tahun Meskipun dominasi ini naihpaknya masih
10
Gunawan Sumodiningrat, Reran dan KebiJ^sanaan Penieriritah Indonesia
Asia dalam perekonomian dunia akan
harga mengalami penurunan sebesar 22,1
%. Penurunan harga migas ini erat
semakin bes^.
kaitahnya dengan Per^g Teluk dimana
akan berlanjut n^un peran negara-negara
2.2. Perdagangan
/
Dari-.Laporan Tahunan IMF 1991
dapat diamati bahwa perkembangan
volume perdagangan dunia menunjukkan
penurunan sejak tahun.1988 sampai
dengan tahun 1991, Pada tahun 1988,
pertumbuhan volume perdagangan
mencapai puncaknya, yakni sebesar 9,,1
' %. Pertumbuhan ini besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan ekpnomi dunia.
Namun pada- tahun berikutnya
pertumbuhan volume perdagangan terus
'menerus dan hanya mencapai 0,6 % pada
tahun 1991. Rendahnya pertumbuhan
negara-negara yang tergabung dalam,
OPEC melakukan penjualan dalam jumlah
besar sehingga jumlah yang tersedia di
pasar melimpah akibatnya harga migas di
. pasar iuar negeri turun. Kemudian dengan
berakhimya Perang Teluk keadaan pasar
liiar negeri mulai stabil dan diperkirakan
'pada tahun 1992 terjadi perbaikan.
Sehingga harga naik sebesar +4,0 %
dibading tahun sebelumnya. Namun
demikian sebesamya angka ini belum
kembali padatingkat hargatahun 1990.
Perubahan angka-angka tersebut
menunjukkan bahwa kenaikan volume
ekspor dunia^ semakin mengecjl daii
fluliuasi harga komoditi primer di pasar
jntemasionalkurang menguntungkan bagi
negara berkembang. Dengan demikian
mengecilnya angka pertumbuhan ekonoihi strategi merebut pasar luar negeri masih
terus diupayakah melalui peningkatan
dunia.
volume perdagangan ini diikuti oleh
Harga ekspor komoditi non migas efisiensi dan menjaga kualitas produksi
ternyata
tidak mempengaruhi denganstandarintemasional.
perkembangan volume perdagangan
intemasional. Harga komoditi non migas
mengalami penurunan sejak tahun. 1988.
Pada tahun 1989 turun dengan -0,3 %
dalam tahun 1990 bahkan menurun lebih
,rendah lagi yakni sebesar 7,9 % dan, tahun
1991 menurun 2,7 %. Dengan adanya
2.3. Inflasi
Perubahan tingkat harga/inflasi
merupakan salah satu penentu
bertambah/berkurangnya daya beli
recovery di beberapa negara diperkirakan masyarakat di suatu negara. Tingkat inflasi
harga komoditi non migas akan meningkat di negara-negara industri terus meningkat
sebekr 3.2 % dEdam tahun 1992. .
Dalam pada itu, perkembangan harga
^ekspor migas mempunyai' gambaran yang
berbeda dengan perkembangan harga
komoditi non migas. Sejak tahun 1987
mulai tahun 1986 sampardengan tahun
1990. Tingkat inflasi rata-rata pertahun
adalah 4,8 %. Kecenderungan kenaikan
harga mengakibatkan kelesuan ekonomi
negara-negara kelompok industri. Namun
harga migas cenderung meningkat cukup demikian angka inflasi diperkirakan akan
' tinggi kecuki tahun 1988 yang turun 20,5 turun pada tahun 1991. "
Di negara-negara sediuig,berkembang
%. Padei tahuri 1990 harga rriigas tumbuh
inflasi
/ adalah
searah
dengan
sebesar 28,3
Tetapi'pada tahun 1991
11
UNISIANO. 13.JAHUNXIHTRIWULANII-1992
perkembangan inflasi di negara-negara dengan negara pemberi pinjaman. Barang
industri. Tingkat inflasi ini senantiasa .yang digunakan dalam , kegiatan
meningkat mulai dari tahun 1986 (31,5%) pembangunan biasa h^s didatangkan dari
menjadi 104,8 %, pada tahun 1990. negara sumber dana.
Namun demikiari pada tahun 1991
Disuatu-negara, hutang luar negeri
diperkirakan turun menjadi 16^1 %.
Tingkat inflasi yang terkendali
memberikan indikasi potensi atau peluang
y^g besar bagi bisnismeri, karena hutang
diharapkan mempunyai dampak positif
terhadap daya beli masyarakat sehirigga
permintaan ekspor akan meningkat.
Bertambahnya permintaan ekspor beraiti
peluang bagi negara-negara sedang
luar negeri yang besar berarti
kemungkinan investasi juga semakih
besar, sehingga menciptakan kesempatan
usaha dalam ekonomi negara yang
bersangkutan.
berkembang untuk meningkarkan devisa.
Hutang luar negeri dibedakan dalam
Tingkat inflasi yang tinggi memberi hutang pemerintah dan hutang swasta.
gambaran b^wa demand melebihi supply. Hutang pemerintah umumnya digunakan
Dalam perdagangan intemasional, negara untuk investasi yang bersifat public
pengskspor justru menarik manfaat dari' ultilies, berupa prasarana sosial maupun
kehaikan harga ini. Tetapi bagi negara prasarana ekonomi. Hutang swasta adalah
yang mengimpor dari negara lain dengan langsung digunakan oleh swasta dalam
tingkat inflasi tinggi harus menyediakan kegiatan ekonomi yang profit oriented.
dana lebih banyak untuk membayar
Semakin besar suatu negara semakin
volume produk yang sama.
besar potensi suatu negara untuk
membangun. Namun demikian perlu
dicatat bahwa setiap penggunaan hutang
harus dapat meningkatkan kegiatan
• Dalam lingkup ekonomi intemasional, ekonomi dan mampu mencapai surplus.
tingkat kemandirian dalam pembiayaan Pembayaran kembali hutang berikut
pembangunan dapat digunakan sebagai bunganya harus diperoleh dari kegiatan
indikator kematangan suatu negara. y^g diciptakan melalui dana yangdibiayai
2.4. Hutang Luar Negeri
Tingkat kemandirian ini dilihat dari
oleh hutang tersebut.
proporsi pinjaman luar negeri. Dari segi
perputaran kegiatan ekonomi/bisnis,
Dari angka-angka IMF terlihat bahwa
hutang luar negeri akan bermanfaat bagi
suatu negara jika negara tersebut mampu
mendayagunakan hutang luar negeri untuk
kegiatan produktif. Kegiatan produktif ini
diarahkan pada pengolahan dan peningkat
produk dalam negeri menjadi komoditi
ekspor. Di samping itu diharapkan adanya
efek multiplier dari penggunaan pinjaman
luar negeri tersebUL
Namun demikian keadaan in amatlangka.
Hutang luar negeri bisanya terkait erat
nilai hutang negara sedang berkembang
semakin meningkat dari^tahun ketahun.
12
Diperidrakan bahwa pada tahun 1992 nilai
pinjaman luar negeri mencapai US $ 1.38
milyar. Besamya hutang luar negeri
memberikan indikasi bahwa remakin besar
dana yang diperlukan untuk membangun
di negara sedang beikembang, dilain pihak
kemampuan
negara
donor
dalam
menibantu negara sedang berkembang
semakin besar.
Gunawan Sumodiningmt,. Reran dan Kebljaksanaan Pemerintah Indonesia
2.5; Debt Service Ratio \
^'
perekonomian Indonesia. Di samping
.
Debt Service!" Ratio
ad.alah lembaga dana intemasional seperti
peibandingan antara kewajiban membayar intemasional monetary found (IMF),
cicilan hutang luar negerj dengan
penerimaan ekspor dari • luar negeri.
Angka .ini mengukur kemampuari suatu
negara d^am perdaganganjntemasional.
Semakin rendah angka DSR berarti
semakin baik karena kewajiban suatu
negara mengalokasikan dananya untuk
membayar pinjaman atari kewajiban lain
keluar negeri semakin -kecil. Jika
kemampuah negara untuk mendapatkan
pembayaran dari luar negeri cukup besar
maka penerima^ dari luar negeri tersebut
dapat digunakan sebesar-besamya untuk
membiayai kegiatan ekonomi di dalam
negeri.
-" '
Intern (jovermental Group For Indonesia
(IGGI), Asia Develoment Bank (ADD),
juga organisasi perdagangan intemasional
termasuk : General Agreement on Tariff
and Trade (GATT), UNCTAD,
Intemasional Coffee Organisation (IGO)
Uruguai Round dan lain sebagmhya Reran
lembaga kerjasama ini umumnya dapat
mempemgaruhi alokasi kuota ekspor
maupuh arus impor. Bagi.,negara-negara
yang sedang berkembang yang •
mengandalkan ,pada ekspor komoditi
dengan tingkat persaingan tinggi maka
keikutsertaannya dalam ' kerja sama
intemasional adalah untuk menentukan
"jatah" untuk dapat memcnuhi- kuota
import suatu negara. Kuota impor di suatu
negara terhadap pembayarancicilanhutang negara umumnya pembatas pengembangan
luar negeri.' Negara dengan DSR yang produksi dan^ perdagang^ intemasional
tinggi memberikan -gambarari kepatuhan yang' dihadapi oleh negara yang
yang rendah, sebaliknya dengan DSR berkembang terutama yang .mengekspor
yang rendah memberikan ihdikasi produk-produk primer. Kerjasama ini
kepatuhan yang tiiiggi. Negara dengan tidak hams dilakukan oleh pemerintah
DSR rendah ini mempunyai peluang yang dengan pemerintah negara lain tetapi ^
Di sisi lairi DSR dapat pula digunakan
sebagai indikator kepatuhan dari suatu
baik untuk dilakukan kerjasama dalam
keikutsertaan'swasta, dalam hal ini
perdagangan intemasional.
diwakili oleh bisnisment, adalah amat
.
^
Negara Amerka Latin dan Afrika penting. Karena umunya penghasil produk
mempunyai angka rata-rata DSR tertinggi. adalah bukan pemerintah tetapi juga
Angka ini berfluktuasi dari tahuii ketahun swasta. Pengusaha-pengusaha. swasta
tergantung
dari
keperluan
dana adalah yang paling banyak mengetahui
pembaiigunan yang diperlukan dan permasalahan dalam perputaran diatas
tergantung pula dari kesiapah dari negara ekonomi.
donor untuk memberikan' pinjaman.
Negara-negara di benua Asia mempunyai
rata-rata DSR rendah bahkan diperidrakan
2.7. LIBOR
menurunpada tahuri 1992 mendatang.
Libor
adalah
tingkat
bunga
2.6. Keijasama Intemasional. ^
intemasional yang digunakan sebagai
Lembaga kerjasama intemasional patokan pinjaman komersial' di pasar
mempunyai peranan penting dalam dunia. Tingkat bunga ini bervariasi
13
UNISIA NO. 13. TAHUN XIIITRIWULAN II -1992
tergantung kepada kekuatan tarik menarik
^lara lain negara yang meminta dana
keberhasilan pelaku' ekonomi dalam
mengantisipasi perkembangan ekonomi.
komersial
dan
negara
yang Perekonomian Indonesia perlu diamati dari
menawarkannya. Keseimbangan ini sisi pelaku ekonomi yakni sisi produsen,
berkaitan dengan tingkat kemajuan sisi kbnsumen dan sisi pemerintah melalui
ekonOmi ant^ negara dan tersedianya dana APBN. Dalam pada itu perlu piila
intemasional.
diketahui tingkat penyebaran kesiapan
Tingkat bunga intemasional ini juga pelaku ekonomi antar daerah (regional).
digunakan juga sebagai patokan tingkat Beberapa indikator yang perlu diketahui
bunga yang akan teijadi disuatu negara. antara lain adalah tingkat pertumbuhan
Umumnya tingkat bunga yang berlaku di ekonomi yang diukur dari GDP dan GNY
suatu negara adalah sebesar LIBOR baik dalam ukuran nominal, riel maupun
ditambah marjin -berupa pergeseran nilai perkapita.
kurs mata uang sekitar 3 % dan
opportunity cost dari uang sekitar 3 %
dengan demikian diperkirakan tingkat 3.1. Indikator Ekonomi Penting
bunga dalaiH'suatu negara kira-kira 6 %
diatasLIBOR.
3.1.1. Pertumbuhan GDP
Sejak tahun 1989 angka LIBOR turun
dari 9,3 % semester/enam bulan menjadi
Kegiatan ekonomi lazim diukur angka
6,7 %persemeiiter/enam bulan padatahun Produk Domestik Bnito (PDB=GDP) dan
1991. Angka LIBOR pada tahun 1992 Produk Nasional Bruto (PNB=GNP).
diperkirakan akan sebesar 7,0 %. Angka Karena dihitung dari seluruh kegiatan
LIBOR yang lebih tinggi pada tahun 1992 ekonomi dan sektor kegiatan ekonomi,
sejalan dengan perbail^ perekonomian maka angka ipi dianggap merupakan
dunia. Jika perekonomiaii membaik maka
dalam jangka pendek permintaan dana
meningkatsehingga mendorong kenaikan
tingkat bunga. Dengan perkiraan LIBOR
sebesar 7,0 % ditambah maijiri sekitar 6 %.
yang dipeiiukan untuk menggerakkian dana
luar negeri maka peluang di dalam negeri
diharapkanakan meningkatkarcna bunga
yang berlaku di dalam negeri akan lebih
rendah dari tingkat bunga yang berlaku
mi.
Ill,
ukuran yang memadai untuk melihat
tingkat perkembangan ekonomi suatu
neigara. Dengan angka iiii pula dapat
diamati adanya perubahan dalam stniktur
ekonomi atau struktur change. .
SelamaRepelitaIV tahun 1985 sampai
dengan tahun 1988-, PDB tumbuh rata-rata
5,12 % per tahun. Pertumbuhan tertinggi
terjadi pada tahun 1984 sebesar 6,7 %.
Sejalan dengantingkat kelesuan ekonomi
dunia maka PDB tumbuh dengan angka
lebih rendah yakni 2,5 % pada tahun
1985. Namun demikian kegiatan ekonomi
Perkembaiigan Ekonomi
hampak semakin meningkat dari'tahun.
Indonesia
ketahun dengan tingkat pertumbuhan
ekonomi tertinggi dicapai pada tahun 1989
Disamping aspek luar negeri aspek sebesar 7,4 %. Pertumbuhan ekonomi
dalam negeri merupakan kunci^ pada tahun 1989 tersebut merupakan hasil
14
Gunawan Sumodiningrat, Peran dan Kebijaksanaan Pemerintah Indonesia
I
•
dari proses yang terkait dalam seluruh diperlukan dalam proses pembangunan.
kegiatan ekonomi. -Namuh demikian • Dengan demikian tingginya transaksi
dengan keadaan ekonomi yang relatif lesu beijalan tidakharus dikhawatirkan asalkan
pada saat ini terutama di pasar luar negeri' indikator lain berkembang lebih baik dari
diperkirakan peitumbuhan ekonomi tahun angka defisit. Indikator lain tersebut antara
1990,mencapai sedikit lebih rendah dari lain adalah nilai cadangan devisa, tingkat
tahun 1989. Angka peitumbuhanekonomi
inflasi DSR.
.
tahun 1990 diperkirakan mencapai 7,4 %.
3.1.2. Peitumbuhan GDY
3.1.4. CADANGAN DEVISA
Dalam pada itu penclapatan Nasional'
Kotor (GDY = Gross Domestic Income)
meningkat dengan rata-^rata 2,45 % selama
tahun 1985 - 1988. Sejak tahun 1989 laju
kenaik^ pendapatan nasional meningkat
Perkembangan Cadangan Devisa yang
semakin besar merupakan indikator
semakin membaiknya kegiatan ekonomi di
dalam negeri. Cadangan devisa negara
sejalan dengan kenaikan PDP yakni 7,4 % ^ senantiasa meningkat dari tahiin ke tahun
pada tahun 1989 dan diperkirakan
meningkat dengan 10,5
pada tahun
1990. Angka jpertumbuhan GDY yang
.menyamai GDY memberikan indikasibahwa, terjadi keseimbangan - antara
ke^atan ekonomi di dalam negeri dan luar
negeri,, sehingga dapat pula diartikan
bahwa nilai tambah yang diciptakan dalam
proses kegiatan ekonomi sep'enuhnyadinikmati kembali oleh pelaku ekonomi di
dalam negeri.
^
3.1.3. Trahsaksi Beijalan
Transaksi berjalan yang merupakan
indikator dalam'perdagangan intemasional
dapat merupakan ancaman bagi kegiatan
ekonomi tetapi dapat pula dijadikan
indikator kemajuan ekonomi. Semakin
tinggi angka (negatif) transaksi berjalan
menunjukkah perbandingan antar
penerimaan' dan pengeluaran pada
transaksi intemasional meliputi transaksi
barang dan jasa semakin tinggi, yang
berarti teijadi defisit. Tetapi transaksi ini
meliputi arus Jasa yang lebih banyak
sejak dari US $ 5,8 milyar pada tahun
1985 menjadi US $.6,6 milyar pada tahun'
1989. Besamya cadangan devisa ini
diperkirakan meningkat nienjadi US_$ 8,7.
milyar dalam tahun 1990.
3.1.5. Inflasi
I
Dalam pada itu tingkat inflasi yang
merupakan indikator yang mempengaruhi
daya beli masyarakat diharapk^ dapat
ditekan pada tingkat yang terkendali.
Tingkat inflasi yang tinggi berpengaruh
pada kemampuan daya beli masyarakat
yang pada gilirannya mempengaruhi daya
saing (competitivenes) suatu negara dalam
perdagangan intemasional. Semakin
rendah tingkat inflasi memberikan indikasi
meningkatnya daya beli masyarakat,
namun demikian inflasi yang merupakan
indeks kenaikan harga umum juga perlu
diantisipasi .karena adanya inflasi
memberikan . implikasi bahwa terjadi
perubahan dalam teknologi yang
memerlukan harga yang lebih tinggi.
Dalam Repelita V diharapkan tingkat
15
UNISIA NO. 13. TAHUN XIH TRIWULAN H -1992
inflasi terjadi dibawah dobel digit Upaya
ini telah berhasil dilaksanakan dengan
kenyataan bahwa antara tahun 1985
sampai dengan tahun 1989 angka inflasi
tertinggi terjadi pada tahun 1987 sebesar
8,9 % dan terendah terjadi pada tahun
1988. Dalam tahun 1990 inflasi mencapai
angka 9,5 %, hal ini terutama terjadi
karena permintaan masyarakat yang
meningkat terhadap produk-produk barn,
khususnya dalam sektor perumahan,
kesehatan dan pendidikan.
pembangunan, jika kedua kegiatan ini
disamping memberikan indikasi adanya
sumberdana pembangunan tetapi juga
menggambarkan tingkat perkembangan
kegiatan ekonomi melalui ' kegitan
pendagangan luar negeri.
Indikator ekspor dan impor terdapat
perkembangan yang nyata baik
perbandingan antara nilai ekspor terhadap
nilai impor juga pada komposisinya. Nilai
ekspor pada tahun 1969/70 tercatat sebesar
US $ j.044 juta meningkat menjadi US $
28.143 juta pada tahun 1989/90 dan
diperkirakan meningkat lagi menjadi US $
3.1.6. Debt Service Ratio
Dalam pada itu, jika diamati dari Debt
Service Ratio yang merupakan
perbadingan antar kewajiban membayar ke
luar negeri dengan penerimaan ekspor
nampak dapat dikendalikan dengan baik.
Antara tahun 1986 sampai dengan tahun
1989 terjadi penurunan. Penurunan ini
memberikan beberapa indikasi antara lain
keberhasilan dalam meningkatkan
penerimaan dari ekspor, keberhasilan
29.493 juta selam.a tahun anggaran
1991/92. Sedangkan nilai impor tercatat
sebesar US $ 1.097 juta pada tahun
1967/70 meningkat menjadi sebesar US $
23.028 juta pada tahun 1990/91, dan pada
tahun anggaran- 1991/92 diperkirakan
mencapai US $ 23.430 jiita. Perbandingan
antara nilai ekspor dengan nilai impor
meningkat dari 1,01 pada tahun 1967/70
menjadi 1,26 pada tahun 1991/92, yang
berarti terdapat surplus nilai ekspor
dibanding nilai impor.
dalam mengendaiikan impor pada
Dal^ pada itu komposisi nilai ekspor
seihakin
menunjukkan kemampuan asli
terhadap kewajiban iriembayar kewajiban
ke luar negeri dengan baik. Angka DSR dari negara yang lebih bertumbuh pada
total pada tahun 1986 tercatat sebesar 36,8 kemampuan ekonomi masyarakat banyak.
% turun menjadi 32,1 % pada tahun 1989. Hal ini tercermin dari komposisi nilai
Dengan adanya kondisi ekonomi dunia ekspor non migas yang semakin dominan
dewasa ini dipeikirakan DSR pada tahun dalam total ekspor. Komposisi ekspor
1990 akan sedikit meningkat dan migas yang lebih besar sejak tahun
1974/75 telah mulai berangsur digantikan
diperkirakan terletak pada 33,0 %.
oleh ekspor non migas. Pergeseran ini
disatu pihak disebabkan volume ekspor
dan nilai ekspor minyak yang semakin
3.1,7. Perkembangan Ekspor dan Impor
berkurang juga dengan kesiapan pelaku
Perbandingan antara nilai ekspor dan ekonomi yang semakin tinggi. Hikmah
nilai impor merupakan surplus ^nerimaan penurunan harga dapat diresponsi oleh
yang dapat digunakan untuk membiayai kegiatan ekonomi asli nasional.
k'omoditas terpenting dan pelunasan
16
Guna)^ Sumodinirigrat, Peran dan Kebijaksanaan Pemerintah Indonesia
Peningkatan kemampuan 'ekspor Pertumbuhan sektor teitinggi berikutnya
komoditi non migas tidak semata-mata
adalah pada sektor listrik, gas dan air
karena hikmah penurunan harga minyak; minum yang tumbuh pada tingkat 10,7 %
tetapi juga kebijaksanaan produksi dan setahun:.Sektor pertanian yang menipakan
,ekspor. Deregulasi dan debirokratisasi- sektor dominan dalam perekonomian
yang 'tertuang dalam kebijaksanaan-^
tumbuh 4,3 % selama tahun 1988.
kebijaksanaan fiskal/ moneter, Sedangkan sektor jasa tumbuh sebesar4,3
perdaganganluar negeri dan kebijaksanaan % pada tahun 1988.,,
lain yang terkait dalam kegiatan ini amat
Dalam tahun 1988 tercatat PDB
mendukung perkembangan nilai ekspor
sebesarRp 99.696;9 milyar Rupiah (pada
non migas.
harga konstan) atau Rp 139.452,1 milyar
.»
'
^
, Tahun 1986/87 menipakan titik belok
perubahan komposisi nilai ekspor migas
pada harga berlaku.
: Dengan membagi PDB dalam tiga
yang mulai digantikan oleh nilai ekspor • sektofkegiatan ekonomi yaitu : pertanian,
non migas. Pada tahun 1987/88 -nilai
ekspor'non migas mencapai 51,8. (US $
industri pengolahan dan jasa, nampak
teijadi adanya transformasi struktural yang
9.562 juta) dari total ekspor senilai US $ . meihadai. Komposisi sumbangan sektor
18.343 juta. Pergeseran komposisi nilai .pertanian pada tahun 1969 sebagai awal
ekspor ini menipakan indikator penting Repelita I sebesar 49,3 % menurun
dalam dunia usaha. Peluang usaha menjadi 32,7 % pada tahun 1974 dan
semakin besar. Namun demikian sejauh menurun lagi menjadi 24,1 % pada tahun
manaparabisnismen dapatmengantisipasi
1988.. Sektor. industri pengolahan
kesempatan ini dalam jangka yang
panjang. Ekspor non migas menipakan
kemampuan asli pelaku ekonomi yang
mengikut sertakan sebagian besar anggota
masyarakat. Meningkatnya kegiatan
meningkat dari 9,2 % pada tahun 1969 .
menjadi 18,5 % pada tahun 1988.
ekspor
non
migas
Sedangkan sektor jasa adan, Iain-lain '
meningkat dari 41,5 % pada tahun 1969
menjadi 57;4 % pada tahun 1988.
tidak." hanya
Perubahan struktural ini sejalan dengan
perkembangan ekonomi negara yang
perdagangan intemasional tetapi juga sedang membangun pada umumnya."
meningkatkan keku^tan ekonomi dari sisi
mencapai proses pembangunan yan~g
berkembang
.development).
tumbuh
(sustainable
Sejalan dengan ini
berlalm).
3.1.8. Perubahan Struktur Ekonomi
•
•
nilai PDB'
berdasarkan penggunaannya nampak
meningkat dari Rp 84.470,3.milyartahun .
1985 menjadi Rp n7.631,0 milyar (harga
-
,
• Dalam pada itu komposisi sektor .
1
nimahtangga konsumen (C) dalam PDB
Dengan
mengamati
angka
pertumbuuhah sektpr^RepelitaIV nampak
bahwa sektor industri pengolahah
mempunyai angka pertumbuhan teitinggi.
Pada tahun 1988 pertumbuhan sektor
industri pengolahan' mencapai 13,0 %.
berdasar penggunaannya adalah sangat
dominan,
sedangkan
komposisi
ruihahtangga pemerintah (G) nampak
semakin menurun, dan komposisi
nimahtangga perusahaan (I) bertambah
besar. Komposisi pada tahun'1985 tercatat
17
UNISIA NO. 13. TAHUNXIH TRIWULANII• 1992
sebesar 57,3 % dari PDB menipakan
pengeluaran pada rumahtangga konsumen
10,9 % pada rumahtangga pemerintah dan
22,4 % rumahtangga perusahaan. P.ada
tahun 1988 komposisi pengeluaran
rumahtangga konsumen terhadap
target dikerlal kebijaksanaan ekspansi,
yakni untuk memperbesar kegiatan
ekonomi dan kebijaksanaan kontraksi
yakni untuk menurunknan kegiatan
ekonomi. Dalam pelaksanaaiihya upaya
untuk mencapai 2 atau 3 tujuan seringkali
tidak searah atau ada trade off.
Alat
IV. Kebijaksanaan dan Peran
Pemerintah dalam Pembangunan
untuk
mencapai
tujuari
kebijaksanaan sering disebut sebagai
instrumen kebijaksanaan. Instrumen
kebijaksanaan ini berupa variabel-variabel
ekonomi. Berdasarkan instrumen kebijak
Kebijaksanaan atau lebih tepat lagi
adalah campur tangan pemerintah dalam
sanaan- yang digunakan, kebijaksanaan
fiskal. Instrumen kebijaksanaan moneter
adalah jumlah uang beredar. Sedangkan
instrumen kebijaksanaan fiskal adalah
pajak (Tx), transfer pemerintah/subsdi (Tr)
proses pembangunan. pada dasamya
diarahkan untuk mendukung dan
menunjang berkembangnya. potensi
pembangunan masyarakat, melalui tiga dan pengeluaran pemerintah (G).
bidang utama, ymtu penciptaan iklim usaha Kebijaksanaan rrioneter ditempuh dengan
menggairahkan inisiatif dan kreatifitas operasi pasar terbuka (open market
masyarakat, penyediaan sarana dan operation), mengubah tingkat diskontb
prasarana dasar serta pengembangan (rediscount policy), mengubah legal
sumber daya manusia. Kebijaksanaan reserve ratio (minimum legal reserve ratio)'
pemerintah ini dilakukan untuk mencapai dan pengawasan kredit secara selektif
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan (selectif credit control)^ sedangkan cara
sebelumnya. Adapun tujuan-tujuan keempat biasa disebut sebagai pengawasan
tersebut antara lain adal^ : (1) tingkat kredit secara kualitatif (qualitative credit
kesempata. kerja yang tinggi, (2) control). Kebijaksanaan fiskal, secara
peningkatan kapasitas produksi nasional ringkas, mempunyai fungsi alokasi,
yang tinggi, (3) tingkat pendapatan distribusi dan stabilisasi.
Kebijskaanaan pemerintah dalam
nasional yang tinggi, (4) stabilitas
perekonomian : inflasi yang terkendali, mengarahkan pembangunan tertuangkan
pertumbuhan pendapatan nasional per dalam GBHN (Garis Besar Hainan
kapita secara riil dan tercapainya Negara), yang dijabarkan setiap lima
kesempatan kerja, (5) keseimbahgan tahunan dalam REPELITA (Rencana
neraca pembayaran luar negeri, dan (6) Pembangunan Lima Tahun) dan setiap
pemerataan dalam distrijbusi pendapatan. tahun dijabarkan dalam RAPBN (Rencana
Tujuan kebijaksanaan te^ebut ditujukan Ariggaran Pendapatandan Belanja Negara)
oleh perubahan nilai dari variabel target dengan menggunakan pendekatan sektoral
berupa variabel-variabel ekonomi dan regional.
Dalam sistem perekonomian pasar
agregatif, misalnya GDP, GNP, GNY,
terkendali,
pemerintah merupakan
tingkat kesempatan kerja dan lainnya.
perencana
pembangunan
yang mengarah
Menurut arah perubahan dari variabel
18
, Gunawan Sumodiningrat, P$ran dan Kabijalaanaan PemBrintah Indonesia
sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan ' terkait dengan penjabaran Trilogi
masyarakat' secara, keseluruhan. Pembangunan, yaitu fungsi alokasi
Pemerintah merencanakan langkah- sumber-sumber ekonomi, fungsi ditribiisi
pengalokasian
dana
langkah dan melaksanakan pembangunan melalui
pembanguunan
ke
berbagai
daerah
serta
dengan menerapkan
kebijaksanaankebijaksanaan. Dalam melaksanakan fungsi stabilitas ekonomi melalui
kebijaksanaan tersebut diperlukan, pengaturan yang seimbang antara sisi
anggaran, dan dikenal adanya Anggaran penerimaan dan pengeluaran (balance ,
Pendapatan dii Belanja Negara di tingkat
budget).
Untuk tahun anggaran 1992/1993,
pusat (APBN) dan Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah di tingkat pemerintah Rencana Anggaran dan Pendapatan Negara
daerah (APBD). (Lihat: Nota Keuangan, yang diajukan adalah sebesar Rp 56,108
trilyun, naik sebesar 11 persen dibanding
1992- 1993).
Sesuai dengan amanat Garis Besar Hainan dengan anggaran tahun 1991/1992 yang
Negara (GBHN), dalam melaksanakan sedang berjalan. Rencana APBN
pembangunan pemerintah melaksanakan 1992/1993 ini, sejalan dengan prioritas
kebijaksanaan anggaran pendapatan, pengeluaran pembangunan Repelita V,
berimbang dengan pengeluaran (balance diarahkan untuk, Pertama, ^mbangunan
budget policy).
" prasarana dasar yang menunjang kegiatan
ekonomi dan kemampuan produksi
masyarakat; kedua, penyediaan pelayanan4.1. APBN 1992/1993
pelayanan dasar bagi m asyarakat; kctiga,
Anggaran dan pendapatan belanja
negara (APBN) yang disusum setiap tahun
merupakan rencana operasional dari
program pembanguunan jangka panjang
dan menengah, yakni GBHN dan
Repelita. Penyusunan APBN didasarkan
pada usulan dan kesesuaian dengan'
pengembangansumberdaya manusia, dan
keempat, penyediaan biaya operasi dan
pemeliharaan prasarana-prasarana yang
telah dibangun. Prioritas ini merupakan
bagian dari uapaya menanggulangi
kemiskinan.
4.1.1. Penerimaan
sasaran yang -ingin dicapai dalam kurun
waktu lima tahun. Penyusunan APBN dan
kebijaksanaan pendukungnya senantiasa
mengacu pada Trilogi Pembangunan.
Telah disepakati bahwa Trilogi
Pembangunan yang berintikan tiga
rangkaian upaya pokok yaitu pemerataan
Ada dua sumber penerimaan dalam
APBN, yakni penerimaan dalam negeri
dan penerimaan (pinjaman luar negeri).
Penerimaan dalam negeri terdiri dari
penerimaan migas dan penerimaan di luar
migas. Penerimaan di luar migas terdiri
pembangunan • dan
hasil-hasil
pembangunan, pertumbuhan ekonomi
Pertambahan Nilai (PPN), Bea Masuk,
i
dari Paj'ak Penghasilan (PPh), Pajak
yang cukup tinggi serta stabilitas nasional Cukai, Pajak Impor, Pajak Ekspor, Pajak
yang sehat dan dinamis, merupakan Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak lainnya
pedoman pelaksanaan pertibangunan. dan penerimaan bukan pajak. Sedangkan
Dalam hal ini ada tiga fungsi APBN yang penerimaan pembangunan (pinjaman luar
19
I Ll
UNISIA NO. 13. TAHUNXIIITRIWULANII -1992
negeri) terdiri dari b^tuan program dan dari non migas sebesar Rp 32,6 triilyun
bantuah proyek. Pada tahun 1973/1974, (58,11 %), dan penerimaan pembangunan
akhir Repelita I, penerimaan dalam (pinjaman luar negeri) sebesar Rp 9,6
negeri" adalah sebesar Rp 967,7 milyar trilyun (17,11.%). Komposisi penerimaan
atau 82,5 % dari seluruh penerimaan. ini menunjukkan pergeseran yang lebih
Penerimaan dalam negeri ini terdiri dari mengarah pada kemandirian dalam
penerimaan migas sebesar Rp 382,2 pembiayaan
pembangunan
dan
milyar (32,6 %) dan penerimaan di luar memperkuat struktur penerimaan negara.
migas sebesar Rp 585,5 milyar (40,9 %). Wujud dari kemandirian ini- adalah
Sedangkan penerimaan pembangunan bertambah tingginya proporsi penerimaan
(pinjaitian luar negeri) adalah sebesar Rp dalam negeri di luar migas, tenitama pajak.
203,9 milyar atau 17,5 % dari seluruh Seberapa besar kemampuan menumpuk
penerimaan. Kemudian pada tahun penerimaan dalam negeri di luar migas
1983/1984, tahun terakhir Repelita III, (paJak) .masih akan ditentukan oleh
terjadi perubahan komposisi penerimaan perkembangan dalam negeri dan
APBN. Proporsi penerimaan dalam negeri keberhasilan mengelola perekonomian
berubah menjadi 78,8 % (dari seluruh nasional.
penerimaan), terdiri dari penerimaan migas
(naik menjadi) 52,0 % dan penerimaan di 4.1.2. Pengeluaran
luaf migas (turun menjadi) 26,8
Pos, pengeluaran dalam RAPBN
Proporsi ini menurun dibandingkan
dibedakan
menjadi pengeluaran rutin dan
proporsi
pada tahun 1973/1974.
pengleluaran
pembangunan. Pengeluaran
Sebaliknya proporsi pinjaman luar negeri
pada tahun 1983/1984 naik menjadi 21,7 Rutin terdiri dari : (1) Belanja Pegawai, (2)
%. Bertambah besarnya proporsi Belanja Barang, (3),'Subsidi Daerah
penerimaan migas dan pinjaman luar Otonom, (4) Bunga dan Cicilan Hutang,
negeri diperlukan untuk' membiayai (5) Pembiayaan Cadang^ Pangan dan (6)
kegiatan pembangunan yang semakin Lairi-lain. Pengeluaran rutin ditujiikan
meningkat. Perubahan perimbangan antara untuk membiayai pengeluaran yang
penerimaan dalam negeri dan penerimaan bersifat operasional. Sedangkan
pembangunan (pinjaman luar negeri) Pengeluaran pembangunan dialokasikan
tersebut dipengaruhi oleh kemampuan untuk membiayai berbagai program,
ekonomi nasional dan perkembangan proyek dan kegiatan pembangunan yang
ekonomi intemasional. Namun demikian
disalurkan
peningkatan pinjaman luar negeri ini
tidaklah permanen tetapi akan semakin
mengecil sejalan dengan meningkatnya
kemampuan untuk
membiayai
pembangunan. Di samping itu,
pengeluaran pembangunan juga digunakan
untuk membiayai pembangunan daerah.
Pengeluaran pembangunan daerah/Inpres
ini merupakan cara yang efektif untuk
pemerataan pembangunan dan redistribusi
pembangunan.
Untuk tahun 1982/1983, sumber
melalui
18
sektor
penerimaan RAPBN direncanakan berasal sumber diaya ke berbagai daerah. Bantuan
dari penerimaan dalam negeri; dari migas pembangunan daerah yang diserahkan
sebesar Rp 13,9 trilyun (24,78 %) dan langsung kepada daerah terdiri dari
20
Gunawan Sumodiningrat, Pdran dan Kebijaksanaan Pamerintah Indonesia
program bantu'an umum, program bantuan meningkat 45 kali lipat dibandingkan
•khusus dan program bantuan fasilitas
khusus. Bantuan umum rnencakup Inpres
•Pembangunan Desa (Bandes), , Inpres
Pembanguhan Dati II dan Inpres
Pembangunan Dati I. Bantuan Program
khusus mencakup Inpres Sekolah Dasar,
bantuan per desa tahun anggaran
1973/1974 dan meningkat hampir 29 %
dibandingkan jumlah bantuan per desa
Reboisasi dan Inpres penunjan^ Jalan.
sebesar 40 persen dibanding tahun
anggaran sebelumnya. Di samping itu,
bantuan minimumnya juga akan
pada tahun anggaran 1991/1992.
Inpres Pembangunan Dati II dinaikkan
menjadi Rp 825,1 milyar atau Rp 4.000
Inpres Kesehatan, Inpres Penghijauan dan per jiwa. Jumlah bantuan ini meningkat
Penggunaan bantuan pembangunan daerah
tersebut ditentukan sendiri.oleh^daerah.
Pada umumnya Inpres-inpres terse;but
digunakan untuk . mengembangkan
kegiatan ekonomi daerah, memperluas
lapangan keija, meningkatkan pendapatan
dan swadaya masyarakat di daerah. Secara
khusus, bantuan bantuan Inpres juga
dimanfaatkan untuk Pengembangan
ditingkatk^ dari.Rp 200 juta per daerah
menjadi Rp 750 juta. Dari seluruh program
Inpres,' peningkatan ini adalah paling
tinggi dan untuk pertama kalinya anggaran
Inpres Pembangunan Dati II lebih besar
dari Inpres Pembangunan Dati I. Upaya ini
harus dipandang sebagai langkali nyata
Kawasan Terpadu. Melalui program PKT untuk mewujudkan otonomi daerah tingkat
ini, kantung-kantung kemiskinan yang II (desentralisasi) yang lebih besar.
masih ada di daerah ditang^langi dengan
Inpres Pembangunan Dati I untuk
' upaya dan dana khu^s.
tahun anggaran 1973/1974 adalah sebesar
Dalam tahun 1973/1974, anggaran Rp 20,8 milyar kemudian meningkat
untuk pengeliiaran rutin adalah sebesarRp menjadi Rp 253 milyar pada tahu anggaran
713,3 milyar (61,3 %) d^ pengeluaran 1983/1984 dan Rp '594 milyar" pada tahun
pembangunan sebesar Rp 450,9 milyar anggaran 1991/199^. Selanjutnya untuk
atau 38,6 % dari total anggaran. Pada meningkatkan pendapatan masyarakat,
tahun 1983/1984, propprsi pengeluaran mendayagunakan program pembangunan
rutin
adalah
45,9
%
sedangkan
sektoral dan daerah, mengembangkan
pengeluaran pemb^gunan se^sar54,l % prasarana ekonomi, dan meningkatkan
dari seluruh anggaran. Dalam RAPBN kemampuan aparatur pemerintah daerah,^.
•1992/1993, pengeluaran rutin dianggarkan maka alokasi bantuan bagi,PemerintahDati
sebesar Rp 33.196,6 milyar (59,2 %) dan I untuk tahun anggaran 1992/1993 ini
pengeluaran pembangunan sebesar Rp ' -ditingkatkan menjadi Rp 715,5 milyar.
" 22.912 milyar (40,8 %). ^
Sedangkan bantuan khusus bagi
Inpres Desa dalamRAPBN 1992/1993
dianggarkan sebesar Rp 326,5 milyar. daerah-daerah yang relatif tertinggal,
Dari jumlah tersebut masing-masing desa karena belum tersentuh program-program
dan ' menghadapi
akan menerima Rp 4;5 juta., Jumlah ini, pembangunan
termasuk Rp 900 ribu untuk membiayai permasalahan khusus seperti: keterpencilan
kegiatan PKKdi desa. Dilihat dari jumlah lokasi, keterbatasan sumberdaya alam,
bantuan perdesa, jumlah Inpres Desa yang
dianggarkan untuk tahun 1992/1993 ini
lahan kritis, kekurangan prasarana dasar •
dan sarana fisik dan kendala lainnya.
21
UNISIA NO. 13. TAHUN XIIITRIWULANII'1992
dilakukan melalui Program Pengembangan
Kawasan Terpadu. Pada tahun 1989/1990
kefahanan
dalam
pelaksanaan
pembangunan. Kedua, pos pengeluaran
dilaksanakan di
pembangunan dalam RAPBN 1992/1993
12 kawasan di
12
propinsi. Untuk melaksanakan program
ini, di 112 kawasan yang tersebar di 97
bad II di 26 propinsi, pada tahun angga^
1990/1991 disediakan dana sebesarRp. 35
milyar. Kemiidian ditingkatkan menjadi
Rp 70 milyar untuk tahun anggaran
1^1/1992 dan Rp 150 milyar untuk tahun
anggaran 1992/1^3;
V.
y. Penutup
diprioritaskan untuk menanggulangi
kemiskinan. Pengentasan kemiskinan,
dalam konteks yang lebih luas, dipandang
sebagai proses redistribusi sumber-sumber
ekondmi. Proses pemerataan initercermin
dari : (1) pembangunan pr^arana dasar
yang-menunjang kegiatan ekonomi dan
kemampuan produksi masyarakat, (2)
penyediaan pelayanan-pelay^an dasar
bagi masyarakat, (3) pengembangan
sumberdaya manusia, dan (4) penyediaan
1992/1993
biaya opei^i danpemeliharaan prasarana-
tersebut, ada tiga hal yang perlu diberi
peihatian khusus. Peitama, uapaya untuk
mengubah perimbangan dalam sisi
penerimaan. Perubahan ini diupayakan
dengan meningkatkan penerima^ dalam
negeri; utamanya dari pajak, dan
prasarana yang telah dibangun. Ketiga,
meningkatkan jumlah bantuan yang
dianggaikan untuk pembangunan daerah.
B^tuan daerah ini mempunyai arti penting
bagi pemerataan pembangunan dan
Dari format RAPBN
pengembangan perekonomian daerah. Sisi
mengurangi ketergantungan terhadap lain dari nieningkatnya alokasi bantuan
penerimaan pembangunan, yang notabene- pembangunan Dati II adalah pemberian
adalah pinjaman luar negeri. Penerimaan wewenang (otonomi) yang lebih besar
pembangunan, seperti diketahui, umunya kepada daerah untuk mengelola
ditentukan oleh kondisi dari negara donor pelaksanaan pembangunan. Dengan
dan bersifat tentatif atau tidak pasti. wewen^g ini maka pemeirintah daerah,
Dengan langkah ini maka pembiayaan yang lebih tahu tentang kondisi dan
pembangiman^an beitumpu padasumber permasalahan pembangunan yang ada di
dana yang berasal dari dalam negeri
sehingga pembiayaan pembangunan akan
lebili pasti (stabil) dan pelaksanaan
pembangunan akan lebih mandiri.
Kemandirian ini tentunya akan menjamin
.
22
daerah,.mempunyai keleluasaan untuk
merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembangunan yang dipandang mampu*
meningkatkan kesejahteraan inasyarakat
daerahnya.
Gunawan Sumodinlngrat, Peran dan Kebijaksanaan Pemerintah Indonesia
Lampiran; 1
RealisasiAnggaranPendapatan dan BelanjaN^ara
1973/1974v1S90/1991 dan RAPBN 1992^993
(dalam mityar rupiah)
1S73/1974 1878/1979
(Abhir -
URAIAH
R«£«9taJ^
(AkMr
1983/1984
1999/1999
199(V1991
(Akhir
(Attdr
(TatwnKaOua
Rapattlatr R>p9ma trn RapainitVl
6«r.70
4,268,10
14.432,70
23.00440
ba.20
2^08,70
8.530,20
9427,00.
085,50
4412,50
841140
89,60
114,10
1,957,40
2.743,70
1322,40
1335,50
48,20
987P0
430,30
450,90
2,557,90
A90340
2J55^>
a.RuplQh
333,60
h. BanbMA prayak
114,10
t. PeiMdihQca Dalera N<9tTt
1991/1992 1992/1993
APBN RAPQN
BaptSUV)
3944640 4X104,00 4640840
a. PacMftnaen ihln7«k burnt dtn
goSBStn)
•17.71140
I&OO84O
1x94740
b. PMMlmwn «9{lar otnytSi burnt
tfoagaaulaa
2. PoRQatuaran Rutki
713,30
254,40
203,90
1 TabuagM PMwrtnUb
1 Dana Banban Luar Ktearf
a. Baotuan Pre^ani
b. Dantuan PreyA
& Dana PatrdMnfuntfl
I. Pangahiann PtcAangcnsn
1X47740
2143440 2X175,20 3X560,90
2X739,00
2465,30
X9$0,70
29,07,70
•448,70
X904,60
1,568,30
949940
C031,70
244040
745040
1245840
12450,70
C300,7D
1044440 11.163,70 1341340
997,30
3.SS740
7,05040
'8420,90
At82,40
1440
348740
3045740 3X16840
XtttO 1X31140
iA0240
1x37140
50140
149840 143740
840740
8434,00 849940
1845340 1X997,70 2X91240
1845240 1X997,70 2X91240
Xa3440
840740
9.0940
•
J£0
SufataalH/DalUb-pT
\
7.40
<.10
zso
SuBiMr: Nula Kauangan dan Hancangan Anggann dan Paitdapaun Balan • Nagara 1992/93,TtM u!»
0.00
040
. Penerimaan dalam Negeri
Lampiran :2
•1973/1974- 1990/1991 dan RAPBN 1992/1993
(dalam person
1973/1974 1978/1979
(AMr
URAIAN
(AitMr
.
1983/1984
1888/1989
1990/1991
(Akhir
(AkMr
{TabunKadui
RaMRal) Rapalta It) RapatRa Ml) RtDtBalV)
I panaftaaan dari ninyak bum)
3940
64,12
6X96
9040
1440
4548
tM7
8.12
34,04
1349
•
1991/1992 1992/1893
AP8N RAPBN
RaoalKaV)
4141
4X79
374s
2949
5849
8541
1748
824s
7X01 4-
17,17
1848 '
23,50
. IMO
1847
20,47
2X72
144
245
049.
249
X13
XS4
dangaaatm
X PafWftaaan i9 luar ntgaa
1. Pajak pangtiaslan (PPb)
X Pafekptrtambahan nial (PPN)
X Pa}ah buod dan tangunan (PRO)
XBaanaauk
XCiAal
XP^akBpor
7.P^skbln^
104s
2471345
848
749
140
8,15
X Paneritnaan bukan pa)ak
149
042
543
3,90
0.48
4,41
xoo
040
la-O
10X00
10040
JUMLAH (datam mOvar rapteh)
967,70
426X10
X Panarknaan oantuatan BBM
6,75
-
1,00
Xe6
* 646.
• 0,72
048
3.60
XOO'
100,00
14.432,70
,
' X18
844
0,58
147
842.
•
445
541
0.11
042
040
047
845
. XOO
0.00
10X00
100.00
39.546,40
21004,30
X41
.
545
0,13
0,78
642
848
1,72
0.D0
10040
' 10X00
4X184.00
4SA0a.40 '
SumbtR DMab dart NoU Ktuangan d an Raiwangan Anggaran dan Pendapatan BeUnla Nagara 1992/93, Tabal 1L26
Pengeluaran Rutin
lampiran: 3
1973/1974-1990/1991 dan RAPBN 1992/1993
(dalam persen)
URAIAN
1973/1974 1876/1079 1883/1C84
1988/1089
1990/1991
(AIMr.
(Aldiir
(irafKii Kadui
(Akhtr
(Ai^
•RaoalHan RapaOIa ID RapaOtaini RaoaOlalV)
1. Batanfa Pagami
37,70
3041
32,78
1M1/1992 1892/1893
RAPBN
APBM
RapaOUV)
2X10
2X47
2547
274s
XII
7^
743
XBatw^aBarang
1X44
1549
1247
7,19
X Subaidi DaarM Otsneca
1543
1944
I849
14,85
14,13
1545
1647
X Bunga dan Ciclm Ulang
941
1848
2540
82,78
44,M
47,08
4740
1142
8,11
145
XLabv4aln
JUMtAH tdaUffi mOvar rwolah)
21,73,
X89
1147
141
•
10040
10040
100,00
10040
10040
71340
X743.70
X411.90
2X739.00
29.979.90
10040
10X90
3X55740 3X196.60
t92A3. TatMl X 7
. 23
UNISIA NO. 13. TAHUN XIIITRIWULANII 1992
Lampiran: 4
Pengeluaran Pembangunan di Luar Bantuan Proyek
1973/1974 -1990/1991 dan RAPBN 1992/1993 •
dal^ mllyarruplah)
✓
r
1073/1074 1971/1070 1003/1004
(Akhtr
(IRAIAN
(AkMr
10U/100I
1090/1901
(Akhir
{TahunKadua
(AkMr
RopoBtaH RtooBair Rtpamatm RaMBUIVI
1. Peiobliysen DepeitenwVlembego
'l67,M
* PonMajrua Pocebongunm DMrah
0^70
a. InpiM Ponbongunan Dm
b. Inproa panbaogunaa Oafl D '
A Inprao Paobaagunaa DaD1
1JS5J0
431,10 : 1J47J0
1J91,70
24,00
01 JO
• ,112J0
.70JO
104,10
207JO
OOJO
23J0 '
334J0
111J0
'•649JO
130J0
20,00
17,20
d. (nprat Sokolah Daoar
a. Inprao Kaaahatan
L laptM Paagh|auan A Rabelaaal
OOJO
30,00
•
^ inprto Ponun(angJtlan
•
iLhiprMPaaar
,
LThaomaur
,
RmfiaV)
tsijo , IJOOJO
5,70
10,20
•
IJO
•
•
•
••
•-
1091/1092 1092/1993
APBN
RAPBN
4J53,T0
*447JO
•J3*30
*997,70
10OJ0
301J0
aj7(,10
4JS1J0
240JO
32fJ0
3J0
50,40
00,00
10J0
64JO
100,00
193J0
33,10
C70J0
10JO
3J0
3J0
6903)
•94JO
521,70
20*00
74,00
•74J0
*00
343,00
0^90
079JO
00*40
953,70
1.0S2jb
•23,60
200J0
125,00
322JO
759J0
175J0
9SJ0
*040*0
11.111.70
> 4MJ0
•
373J0.
.
025,10;
71SJ0
009,10
330,10
97JO
1.173J0
*00
5J0
•
^ Parnbongunan Daorab dongu.
Dana Ipada/PBB
* Paaiblajfoan lahmya
'
•3,M
1J64,60
808J0
Bubildl Ptyofc
•
b. Panyartaaa Modal PoBttrintah
AUfcilalB
JUMLAK
•
-
-
.
•
330JO
•
IJOOJO
2fl4J0
02*70
.
•*031,70
.
4J00.70
429J0
17*00
145J0
603JO:
1*0t3J0
i
Lamplran:S
Pongeluaran Pembangunan Menutut Soktor
197^1974 - 199CV1991 dan RAPBN 199^^993
(dal^ persen)
inyt«74
(AW*
•iRTON
(UNr
ITM
taocrauMMiii
RWnORRUHAM<WttAWawO€IR3i
4.l»CrOWWMmaAIIOAWPARWATA
toeo
ttM
lite
a«i
iM9
17J1
MO
R07
(AW*
ARti
2Mi
laii
on
Oit
3t»
RwnawwoAOAwawiaAwttwiwa
-
SssaS
taDOMROIUNANOiWIRCNaAmN,
RtPtmiiaAwxiiAtiwnRiwnaaimi
1S«yiM4
tmnm
R«pWtoO
uayistt
i&a
au
IftTI
a»
19,17
93
1U3
H7A
«7S
t*ia
143
23
U»
*27
1*33
UtS
1 1R«1
lunw
1R7S
MO
1*04
1*M
U7
*44
Ml
*17
*o
*a
13
93
aisi
02«
' *30
IMS
1*04
1*74
AM
oa
020.
029
1*11
1*79
123
UIO
*»
*o
030
*M
aWKTORWBWWm—WAMWUDA '
RBtiOAMAW WWHAL DANereiCATAAM
i n MMP TUUN VANS WAHAESA
tMznna
(TWMiKMte
T.ipna*RC««wBjwwcADWHflaA
MMROM
•.KKTORAAAUA
ini/iM
(AW*
Ml-
latoaDNROotuAHmiAHmAAN
•e»R.>m«tiMii»wiTA>ittPPeDOtJiwi
DAN RCUiAMM HWCAMA
It. lenCfl PMAAHWI IMOrAT DAN KIRMUAN
tji
Mi
am
tt7
'A»7
1T7
*n
tmaanHuoM
(XBO
MO
(Ml
Ml
025
023
R3t
43'
OOO
043
0,12
023
0«
03
030
MO
>11*1
oieo
13
13
r^iw
Oflo
qnn
1,10
13
13
OBO '
'
tt. KKTOn KNIAHANAH MN OAAAANANHASieNAL
NNOmAN
IRaCKTOnAMRAmmOMTAM
l7.tBaOW>CHOO«AHOAND>JW*URAHA
IHPOOWMWtAUWmWUHOWJWOAHWDU*
&11
MO
04 '
10O00
*o*Aimn3i»»iwo
xsmssnaxss
24
leooo
1003
4803 I *0003 I 373300
13
M«.
JJ^
toon
122903
H»ie«ng4nAAgow44n^w?3awdiL|4M^»il6flW
—aatsr
<n
4.10
020
OS
•3
t4tflRDNrMMNaMiK»MNIC0yUM(A9i
t& tBaOR UAJKNOCIAItWH TClWOlOa DAN
4.17
*•
13
10000
103100
Tdw6"
10097.3
Ml'
MO
13
toon
H
220123 2
Download