13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Kehamilan 1

advertisement
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori Kehamilan
1. Pengertian Kehamilan
Masa kehimalan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya
hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung
dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu
triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua
dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh
sampai 9 bulan ( Prawirohardjo , 2009 h 80).
Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum
dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi
fetus yang atem (Sukarni, 2013; hal:63).
2. Proses Terjadinya Kehamilan
Peristiwa prinsip terjadinya kehamilan, yaitu :
a) Pembuahan / fertilisasi : bertemunya / ovum wanita dengan sel benih
/ spermatozoa pria.
b) Pembelahan sel (zigot) dari ahsil pembuahan.
c) Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi
(pada keadaan normal: implantasi pada lapisan endometrium dinding
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
14
kavum uteri). Pertumbuhan da perkembangan zigot-embrio-janin
menjadi bakal individu baru.
Kehamilan
progesterone,
dipengaruhi
human
berbagai
chorionic
hormone
:
estrogen,
gonadotropin,
human
somatomammotrpin, dan prolaktin. Human Chorionic Gonadotropin
(hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama awal masa
kehamilan,
berfluktuasi
kadarnya
selama
kehamilan.
Terjadi
perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem
reproduksi dan organ-organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi
terutama oleh perubahan keseimbangan hormonal tersebut (Sukarni,
2013; hal : 65).
3. Tanda Kehamilan
a) Terlambat datang bulan
Selain hamil, terlambat datang bulan biasa disebabkan oleh
peningkatan atau penurunan berat badan secara drastic. Selain itu,
masalah hormon, kelelahan, stress, pil kontrasepsi, dan sedang
menyusui juga bisa jadi penyebab terlambat datang bulan (Sukarni,
2013; hal : 65).
b) Mual dan Muntah
Suka mual dan muntah tanpa sebab jelas, Bisa saja itu adalah
morning sickness. Namun kalau Anda tidak sedang hamil, mual dan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
15
muntah adalah tanda keracunan makanan, stres, dan gangguan perut
(Sukarni, 2013; hal : 65).
c) Payudara Membengkak
Beberapa ibu hamil mengalami pembengkakan di bagian
payudara mereka. Sementara itu, factor lain yang menyebabkan hal
ini adalah hormone, pil konrasepsi, dan tanda bahwa Anda akan
segera mengalami menstruasi (Sukarni, 2013; hal : 65).
d) Lelah dan mengantuk
Susah bangun karena lelah, Perasaan tersebut identik dengan
tanda
kehamilan. Namun stress, sakit, dan depresi juga bisa
memicu rasa lelah dan mengantuk (Sukarni, 2013; hal : 65).
e) Nyeri punggung
Kehamilan tiga bulan pertama ditandai dengan rasa nyeri di
bagian punggung. Kalau Anda tidak hamil, mungkin Anda menderita
penyakit tertentu yang berhubungan dengan punggung (Sukarni,
2013; hal : 65).
f)
Sakit kepala
Kadar hormon estrogen biasanya membuat ibu hamil sering
terserang sakit kepala secara berkala. Sebab lain dari sakit kepala ini
adalah dehidrasi, kafein, dan mata kejang (Sukarni, 2013; hal : 65).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
16
g) Suka ngemil.
h) Areola menghitam merupakan bagian sekitar puting.
i)
Sering pipis.
j)
Gerakan dalam perut pada minggu ke-16 sampai ke-22, ada
pergerakan yang merupakan tanda ada janin di dalam perut.
k) Detak jantung dalam perut.
l)
Sakit kepala ringan (pusing).
m) Sakit di tulang rusuk.
n) Rasa sesak.
o) Air liur yang berlebihan bahkan sering muntah-muntah.
p) Sebagian wanita merasa resah dan sensitif.
q) Suhu panas yang tinggi setelah indung telur mengeluarkan sel
telur dan terjadi pembuahan.
r) Tidak mendapat haid/ menstruasi.
s) Badan mengembang dan rahim membesar membuat perut
semakn tampak besar.
t)
Perubahan pada payudara
u) Muntah-muntah ringan di pagi atau sore hari khususnya tahap
awal kehamilan.
v) Sangat sensitive terhadap bau-bauan.
w) Sulit berkonsentrasi terhadap pekerjaan.
x) Mengidam.
y) Perubahan detak jantung dan organ sirkulatif.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
17
z) Kelenjar endokrin.
aa) Perubahan pada tulang dan gigi.
bb) Sering buang air kecil dan sulit buang air besar terutama di awal
dan akhir masa kehamilan.
cc) Keluarnya cairan dari vagina.
dd) Adanya gangguan pada pencernaan, khususnya di awal
kehamilan.
ee) Bercak berwarna merah yang mirip dengan bisul dibagian bawah
perut.
ff) Terjadi perubahan pada kulit, rambut, dan kuku.
gg) Merasa tersengat atau terbakar di bagian bawah dada dan
biasanya diikuti oleh muntah atau cairan yang asam atau pahit.
hh) Kehilangan selera makan akibat tekanan rahim terhadap perut
dan usus panjang.
ii) Adanya wasir, yaitu pembuluh darah normal di daerah rectum.
jj) Nyei pada tulang.
kk) Sesak nafas yang terjadi selam dua bulan terakhir kehamilan.
ll) Sakit punggung, sakit punggung yang dirasakan saat hamil
disebabkan beberapa ligament di puggung anda sudah tidak ada.
Sakit ini akan terus dirasai saat berat badan anda bertambah dan
selama masa kehamilan (Sukarni, 2013; hal : 68).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
18
4.
Masa-masa kehamilan
Masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester, masingmasing selama 13 minggu. Trimester membantu pengelompokkan tahap
perkembangna janin dan tubuh ibu sebagai berikut :
a. Trimester pertama
Periode sebagai penyesuaian terhadap kenyataan
bahwa
ia
sedang
ketidaknyamanan
mengandung.
pada
trimester
Ada
pertama
beberapa
seperti
kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional,
senua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang di
alami dan pada saat bersamaan hal-hal terseut menjadi
pengingat tentang kehamilannya (Sukarni,2013; hal : 7172).
b.
Trimester kedua
Periode kesehatan yang baik, dimana wanita merasa
nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang
normal dialami saat hamil. Trimester kedua terbagi atas
dua fase yaitu praquickening dan pasca-quickening.
Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan
yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam
melaksanakan tugas psikologis utamanya pada trimester
kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi
dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya. Pada trimester
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
19
kedua mulai terjadi perubahan pada tubuh. Janin mulai
aktif bergerak pada periode ini (Sukarni,2013; hal : 74).
c.
Trimester ketiga
Trimester ketiga sering disebut periode penantian
dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita
mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang
terpisah
sehingga
ia menjadi
tidak
sabar
menanti
kehadiran sang bayi. Trimester ketiga merupakan waktu
persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi
dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita
terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan (Sukarni,
2013; hal : 74).
5. Posisi knee-chest
Tindakan ini dilakukan pada kehamilan sekitar 7-7,5 bulan, masih
dapat dicoba melakukan posisi knee-chest 3-4 kali per hari selama 15
menit. Situasi ruangan yang masih longgar diharapkan dapat memberi
peluang kepala turun menuju pintu atas panggul. Dasar pertimbangan
kepala lebih berat dari bokong sehingga dengan hukum alam akan
mengarah ke pintu atas panggul (Manuaba, 2010; hal : 117).
6.
Fisiologi kehamilan
a)
Proses kehamilan
Proses
kehamilan
merupakan
matarantai
yang
bersinambung dan terdiri dar: ovulasi, migrasi spermatozoa
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
20
dan
ovum,
konsepsi
dan
pertumbuhan
zigot,
nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh
kembang
hasil
konsepsi
sampai
aterm
(Yuni
kusmiati,2009,Hal:10).
b)
Ovulasi
Ovulasi
adalah
proses
pelepasan
ovum
yang
dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama
masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420
buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan
terjadi ovulasi proses pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya
epitel germinal ->
oogonium-> folikel primer->
proses
pematangan pertama. Dengan pengaruh hormom FSH folikel
primer mengalami perubhan menjadi folikel de graaf yang
menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan
folikel. Desakan folikel de graf ke permukaan ovarium
menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi. yang
disebut dnegan ovulasi (Yuni kusmiati,2009,Hal:10).
c)
Spermatozoa.
Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses
yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive
tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit
kedua,
menjadi
spermatisod,
akhirnya
spermatozoa.
Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
21
yang kompleks dari panca indera hipotalamus, hipofisis, dan
sel
interstitial
leydig
sehingga
spermatogonium
dapat
mengalami proses mitosis. Pada setipa hubungan seksual
dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai
60 juta spermatozoa setiap cc. bentuk spermatozoa seperti
kecebong yang terdiri dari kepala, leher dan ekor (Yuni
kusmiati,2009,Hal:10).
d) Konsepsi.
Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut
dengan konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot.
Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah
ini. Keseluruhan proses tersebut merupakan matarantau
fertilisasi atau konsepsi.
1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovuasi, diliouti oleh
korona radiate, yang mengandung persediaan nutrisi.
2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase
ditengah sitoplasma yang disebut vitelus.
3) Dalam perjalnaan, korona radiate makin berkurang pada
zona pelusida. Nutrisi dialirkan kedalam vitelus, melalui
saluran pada zona pelusida.
4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempoat yang
paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
22
yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup
terlama didalam ampula tuba.
5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48
jam.
e) Proses Nidasi atau implantasi
Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplma,
“vitelus” membangkitkan kemabli pembelahan dalam inti ovum
yang dalam keadaan”metaphase”. Proses
pematangan
mengikuti
bentuk
anaphase
pemecahan dan
dan
“telofase”
sehingga pronukleusnya manjadi “haploid”
(Yuni kusmiati,2009,Hal:38).
f)
Pembentukan plasenta
Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di
dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel
trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula
dengan inner cell mas akan tertanam kedalam endometrium.
Sel trfoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi
pembentukan pasenta yang berasal dari primer vili korealis.
Terjadinya nidasi mendorong sel blastula mengadakan
diferensiasi.sel yang dekat dnegan ruangan eksoselom
membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur)
sedangkan sel lain membentuk “ectoderm” dan ruangan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
23
amnion. Plat embrio terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang
amnion dan kantong yolk sac (Yuni kusmiati,2009,Hal:46).
7. Perubahan fisiologis pada kehamilan.
a)
Uterus
Rahim atau uterus yang semula besarbta sejempol atau
beratnya 30 gram akan mengakamu hipertofidsn hyperplasia,
sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan.
Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih
besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena
pertumbuhan janin.Perubahan pada stimulus uteri (rahim)
meneybabkan isthmus enjadi lebih panjang dan lunak
sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari
dapat saling sentuh (Yuni kusmiati,2009,Hal:17).
b)
Vagina
Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh
darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin
berwarna merah dan kebiruan (tanda Chadwick)
( Prawirohardjo, 2009 h; 178).
c)
Ovarium
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung
korpus
luteumgravidarum
akan
meneruskan
fungsinya
sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia
kehamilan 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
24
kemungkinan vili korealis yang mengeuarkan hormone
korionik gonadotropin yang mirip dengan hormone luteotropik
hipofisis anterior ( Prawirohardjo, 2009 h; 178).
d)
Payudara
Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan
sebagai
persiapan
pemberan asi
pada saat
laktasi.
Perkembangan payudara tidak dapat di lepaskan dari
pengaruh
hormone
saat
kehamilan,
yaitu
estrogen,
progesterone dan somatomamotrofin ( Prawirohardjo, 2009
h; 178).
e)
Sirkulasi darah
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa factor, antara
lain:
1) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi darah sehingga
dapat memnuhi kebutuhanm perkembangan dan
pertumbuhan janin dalam rahim.
2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena
pada sirkulais retroplasenter.
3) Pengaruh hormone estrogen dan progesterone
makin meningkat. Akibat dari factor tersebut
dijumpai beberapa perubahan perdaran darah.
4) Volume darah, volume darah semakin meningkat
dan
jumlah
serum
darah
lebih
besar
dari
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
25
pertumbuhan
sel
darah,
sehingga
terjaid
pengecerab darah, dnegan puncaknya pada usia
kehmailan 32 minggu. Serum darah (volume darah)
bertambah besar menajadi 25-30% sedangka sel
darah bertambah sekitar 20%.
5) Sel darah, sel darah merah maikn meningkat
jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan
jarum dalam rahim, ettapi pertambahan sel darah
tidak seimbang dengan peningkatan volume darah
sehingga terjadi hemodelusi yang disertai dengan
anemia fisiologis.
6) Sistem respirasi, pada kehamilan, terjadi juga
perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi
kebutuhan O₂.
7) Sistem
pencernaan,
oleh
akrena
pengaruh
estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat
dan dapat menyebabkan:
a.
Pengeluaran air liur berlebihan
b.
Daerah lambung terasa panas
c.
Terjadi mual dan sakit
d.
Muntah yang berlebihan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
26
e.
Progesterone menimbulkan gerak usus makin
berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi.
(Manuaba, 2010 h;110).
f)
Plasenta dan air ketuban
Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm
x 20 cm dengan tebal 2,5-3 cm dan berat plasenta 500
g.
tali
pusat
yang
menghubungkan
plasenta
panjangnya 25-60 cm. tali pusat terpendek yang
pernah dilaporkan adalah 2,5 cm dan terpanjang
sekitar 200 cm.
Plasenta merupakan akar janim untuk menghisap
nutrisi dari ibu dalam bentuk O₂, asam amino, vitamin,
minersl, dsn zat lainnya dan progesterone dan korpus
sisa metabolism janin CO₂ (Yuni kuamiyati, 2009,
Hal:46).
8. Fisiologi pertumbuhan janin.
a. Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim
Pada kehamilan 20 minggu, indeks plasnta adalah 0,30; 28 minggu
0,25; 38 minggu 0,15. Jadi makin tua usia kehamilan maka akan
semakin rendah indeks plasentanya.
b. Usia kehamilan
Menentukan usia kehamilan sangat penting untuk memperkirakan
persalinan. Usia kehamilan dapat ditentukan dengan:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
27
a. Menggunakan rumus neggle
b. Gerakan pertama kali
c. Perkiraan TFU
d. Penentuan usia kehamilan
9. Diagnosis kehamilan
Tanda dugaan kehamilan
a. Amenore, konsepsi dan nidasi akan menyebabkan tidak terjadi
pembentukan folikel de graaf dan ovulasi
b. Mual dan muntah, ini ada pengarungnya dari hormone estrogen
menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan.
c. Ngidam, wanita hamil sering mengingikan makanan tertentu
d. Pingsan,
terjaidnya
gangguan
sirkulasi
kedaerah
kepala
menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan
pingsan
e. Payudara tegang, pengruh dari estrogen dan progesterone dan
somatomamotrofin menimbulkan deposit lunak, air, dan garam pada
payudara.
10. Kebutuhan dasar pada ibu hamil Trimester I ialah :
a.
Pola istirahat yang cukup
b.
Kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil
c.
Rileksasi
d.
Diet ringan untuk mengatasi mual muntah
e.
Pengetahuan/ informasi tentang ibu hamil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
28
f.
Olahraga atau senam hamil
g.
Menjaga personal hygiene
h.
Pemberian imunisasi TT
Perubahan fisik pada Trimester II antara lain yaitu :
a. Terjadinya pembesaran pada pembuluh-pembuluh darah alat genetalia
b. Konsistensi serviks menjadi lunak dan akan mengeluarkan sekresi lebih
banyak.
c. Pada usia kehamilan 16 minggu cavum uteri sama sekali diisi oleh ruang
amnion yang terisi janin dan istimus menjadi bagian korpus uteri. Pada
usia 16 minggu mulai terbentuk plasenta dan menggantikan fungsi
korpus luteum graviditatum.
d. Pada kehamilan 12 minggu ke atas putting susu dapat mengeluarkan
cairan berwarna putih agak jernih yang disebut colostrum.
e. Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang
meningkat.
f.
Penurunan tekanan oksigen sehingga wanita hamil sering mengeluhkan
sesak nafas.
Kebutuhan dasar ibu hamil Trimester II ialah :
a)
Penggunaan pakaian dalam yang berbahan katun untuk mempermudah
penyerapan keringat
b)
Kebutuhan gizi yaitu peningkatan konsumsi protein, vitamin, dan zat besi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
29
Perubahan fisik pada Trimester III antara lain yaitu :
a)
Itmus lebih nyata menjadi korpus uteri dan berkembang menjadi segmen
bawah rahim
b)
Kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, sehingga keluhan sering
kencing akan timbul karena kandung kencing mulai tertekan.
c)
Kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan berat badan mulai
awal kehamilan sampai akhir adalah 10-12 kg.
d)
Sakit pinggang yang diakibatkan oleh hormon progresteron dan hormon
relaxing yang menjadikan relaksasi jaringan ikat dan otot-otot, biasanya
terjadi pada satu minggu terakhir kehamilan (Sujiyatini,2008 h; 55-69).
Kebutuhan dasar ibu hamil Trimester III yaitu :
a)
Mempersiapkan rencana tempat kelahiran, memilih penolong (tenaga
kesehatan) untuk membantu proses persalinan
b)
Mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi
c)
Konseling tentang tanda-tanda persalinan
d)
Konseling tentang tanda bahaya persalinan
Perubahan dan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan :
Trimester I :
a) Munculnya kebingungan tentang kehamilannya.
b) Kekhawatiran terhadap kehamilan
c) Selalu mencari tanda-tanda bahwa dirinya benar-benar hamil
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
30
d) Hasrat melakukan hubungan seks meningkat.
Trimester II :
a) Ibu sudah mulai menerima kehamilannya
b) Ketertarikan dan aktivitas terfokus pada kehamilannya
c) Kecemasan orang tua terhadap janinnya apabila anaknya lahir cacat
d) Perhatian penuh terhadap janin yang ada dalam kandungan.
Trimester III :
a) Terpusatnya perhatian terhadap kehadiran bayi
b) Wanita hamil akan berusaha melindungi bayinya dengan menghindari
kerumunan yang dianggap membahayakan
c) Mulai muncul ketakutan akan rasa sakit dan bahaya fisik yang muncul
ketika persalinan
d) Perasaan sedih karena kehilangan perhatian dan hak istimewa yang
dimiliki selama kehamilan (Sujiyatini,2008 h; 70-81).
11. Perubahan psikologis pada kehamilan :
a. Pada trimester I
Pada trimester pertama seorang ibu masih takut menerima
kehamilan
ini,
merasa
kebingungan
dengan
kehamilannya.
Kekhawatiran juga terjadi yang berkaitan dengan kemungkinan
terjadinya keguguran maka dari itu banyak wanita yang sengaja
merahasiakan kehamilannya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
31
b. Pada trimester II
Keadaan ibu pada trimester ini sudah mulai sehat dan
psikologisnya sudah mulai membaik. Ibu sduah dapat menerima
kehamilan ini dan mulai merasakan gerakan bayinya.
c. Pada trimester III
Seorang
wanita
hamil
tinggal
menanti kelahiran
bayinya.
Perhatian lebih memusat ke kehamilan dan selalu berusaha untuk
melindungi bayi yang di kandung ( Yuni Kusmiati, S. ST, dkk, 2008:
71 ).
12. Pengertian Antenatal Care
Antenatal Care adalah perawatan sebelum persalinan ditujukan pada
pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.(Manuaba I.B.G,
1998,hal.129). Antenatal Care adalah pengawasan sebelum anak lahir
terutama ditujukan pada anak (Mochtar R, hal.49).
13. Pelayanan Antenatal Care
Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga
profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan pembantu
dan perawat bidan) untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan
standar minimal pelayanan antenatal care yang meliputi 10T yaitu
timbang berat badan, ukut tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian
imunisasi tetanus toxoid, ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi
minimal 90 derajat selama kehamilan, test penyakit menular seksual
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
32
(PMS) dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin A.B,
2006, hal.282).
12. Tujuan Pengawasan Antenatal
a.
Tujuan Umum
Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu selama dalam
kehamilan sehingga didapatkan ibu dan janin yang sehat (Mochtar R,
hal. 47).
b.
Tujuan Khusus
1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang janin
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan
sosial ibu dan janin.
3) Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan dan pembedahan.
4) Mempersiapkan
persalinan
cukup
bulan
melahirkan
dengan
selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan
pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi
agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin A.B,2006,
hal.90).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
33
13. Jadwal Kunjungan Antenatal
a.
Kunjungan Antenatal Care untuk pemantauan dan pengawasan
kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan
dalam waktu sebagai berikut :
b.
1) Trimester I
: 1 kali
2) Trimester II
: 1 kali
3) Trimester III
: 2 kali, (Profil Departemen Kesehatan)
Jadwal pemeriksaan Antenatal Care adalah :
1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini
mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan.
2) Periksa ulang satu kali sebulan sampai kehamilan
c.
Trimester ketiga (antara minggu ke-28 – 36).
1) Sama pada trimester pertama dan kedua.
2) Palpasi abdominal untuk mengetahui adatujuh bulan.
3) Periksa ulang dua kali sebulan sampai kehamilan
sembilan bulan.
4) Periksa
ulang
setiap
minggu
sesudah
kehamilan
sembilan bulan.
5) Periksa khusus apabila ada keluhan-keluhan.
Pengawasan Antenatal sangat penting dalam upaya menurunkan
angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Pengawasan antenatal
memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang
menyertai hamil secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
34
langkah-langkah dalam pertolongan persalinan dan nifas (Manuaba I.B.G,
1998,hal.128).
14. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada ibu hamil:
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu
dan tumbuh kembang bayi
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan
social ibu dan bayi
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi
yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit
secara umum, kebidanan
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan
e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima
kelahiran bayi (Maternal, neonatal,2009,Hal:10).
15. Tanda bahaya kehamilan muda dan penatalaksanaannya seperti :
a.
Abortus :
Abortus
adalah
berakhirnya
suatu
kehamilan
sebelum
janinmencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang
dari 22 mingguatau buah kehamilan belum mampu untuk hidup
di luar kandungan (Sarwono, 2008,Hal:167).
Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara
apapun,spontan maupun buatan, sebelum janin mampu
bertahan hidup.Batasan ini berdasar umur kehamilan dan
berat badan. Dengan lainperkataan abortus adalah terminasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
35
kehamilan sebelum 20 minggu ataudengan berat kurang dari
500 gr (Handono, 2009,Hal: 154).
b.
Kehamilan ektopik :
Kehamilan ektopik terganggu dapat dilihat jika pasien
pucat/anemis,
kesadaran
menurun
dan
lemah,
syok,
perut
kembung, nyeri pada perut bawah, nyeri goyang porsio. Jika terjadi
tanda-tanda tersebut maka penanganannya yaitu : Lakukan
persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat, menghentikan
sumber perdarahan, siapkan darah pengganti, infus dengan RL
(500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama
(termasuk selama tindakan berlangsung), transfusi darah, lakukan
eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi, berikan
antibiotika kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas,
atasi anemia dengan tablet besi 600 mg/hari, dan konseling pasca
tindakan (Icemi sukarni,2010,Hal 78).
c.
Mola hidatidosa :
Tindakan yang dapat dilakukan adalah evakuasi jaringan
mola, berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml RL dengan 40-60
tetes/menit, pengosongan dengan aspirasi vakum, jika pada anemia
sedang berikan tablet besi 600 mg/hari dan untuk anemia berat
lakukan transfusi darah, pasien dianjurkan untuk menggunakan
kontrasepsi hormonal (Sarwono, 2006, h: 145-159).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
36
d.
Hiperemesis gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan
sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan
bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001) Wanita hamil
memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga
berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis
berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis
gravidarum (Sastrawinata,2004,Hal:56).
Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang
maka diperlukan obat – obatan :
a) Sedativa : phenobarbital
b) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks
c) Anti histamin : Dramamin, avomin
d) Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin
hidrokhloride atau khlorpromasi
Penatalaksanaan :
a) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan
cerah dengan pertukaran udara yang baik
b) Menjaga keseimbangan cairan
c) Anjurkan makan dan minum bila keadaan membaik
d) Dianjurkan pemberian bitamin B1 dan B6 tambahan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
37
e) Berikan konseling pada pasien bahwa penyakitnya
bisa disembuhka serta menghilangkan rasa takut dan
konflik yang melatarbelakangi hiperemesis
e.
Preeklamsia/eklamsia
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria
dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau
segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia disertai
dengan kejang atau koma yang timbul bukan akibat kelainan
neurologi. Superimposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya
preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi
kronik (Yuni kusmiyati,2008,Hal:160).
Penatalaksanaan :
1) Preeklampsia ringan
Pastikan
usia
kehamilan,
kematangan
serviks,
dan
kemungkinan pertumbuhan janin terhambat. Pada pasien
rawat jalan anjurkan untuk istirahat baring 2 jam siang hari
dan tidur >8 jam malam hari. Rawat pasien bila tidak ada
perbaikan dalam 2 minggu pengobatan rawat jalan.
Berikan obat antihipertensi metildopa 3x125 mg, nifedipin 3-8
x 5-10 mg atau pindolol 1-3 x 5 mg (dosis maksimal 30 mg).
Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat
dipertahankan 140-150/90-100 mmHg tunggu persalinan
sampai aterm.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
38
2) Preeklampsia berat
Rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 dalam infus
dekstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes/menit. Dosis
awal MgSO4, 2 g IV dalam 10 menit selanjutnya 2g/jam dalam
drip infus sampai tekanan darah stabil (140-150/90-100
mmHg) (pemberian MgSO4 harus memenuhi syarat yaitu
reflek patella +, pernafasan >16 kali/menit, urin >100 cc dalam
4 jam). Berikan nifedipin 3-4 x 10 mg oral. Lakukan terminasi
kehamilan.
f.
Anemia Dalam Kehamilan
1) pengertian
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dimana kadar
hemoglobin dibawah 11 gr %. ( Saifuddin, AB,2006 hal 281).
Anemia berarti kurangnya hemoglobin dalam
darah,
yang
disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit.
Anemia adalah kondisi di mana berkurangnya sel darah merah
(eritrosit) dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin sehingga
tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen
keseluruh jaringan (Wasnidar,2007.Hal 20).
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah
merah berada dibawah normal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
39
2)
Penyebab anemia umumnya adalah:
a) Kurang gizi (malnutrisi)
b) Kurang zat besi dalam diet
c) Malabsorpsi
d) Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid
dan lain-lain.
e) Penyakit-penyakit kronis: tbc, paru, cacing usus, malaria dan
lain-lain.
3) Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan
a. Anemia Defisiensi Besi
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai adalah
anemia kekurangan zat besi. Hal ini disebabkan karena
kurangnya zat besi dalam makanan, karena gangguan
resorbsi, atau karena terlampau banyaknya zat besi
yang keluar dari badan, misalnya pada perdarahan.
b.
Anemia Megaloblastik
Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folik,
malnutrisi dan infeksi yang kronik.
c.
Anemia Hipoplastik
Anemia ini disebabkan karena sumsum tulang kurang
mampu membuat sel-sel darah baru.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
40
d.
Anemia Hemolitik
Anemia ini disebabkan karena penghancuran sel darah
merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya
(Wiknjosastro H, 2006, hal.451-458).
4) Patofisiologi Anemia
Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena keperluan
akan zat-zat makanan makin bertambah dan terjadi pula
perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Volume
darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut
hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel
darah kurang dibandingkan dengan plasma, sehingga terjadi
pengenceran
darah
(hemodilusi).
Pertambahan
tersebut
berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan
hemoglobin 19%. Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri
secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi ibu yaitu
dapat meringankan beban kerja jantung yang harus bekerja lebih
berat dalam masa hamil, yang disebabkan oleh peningkatan
cardiac output akibat hipervolemia. Kerja jantung lebih ringan
apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula,
sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu
persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit
dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya
darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
41
minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan
36 minggu (Wiknjosastro H, 2006, hal.448).
5) Tanda dan Gejala Anemia
Gejala umum yang terjadi pada seseorang dengan anemia adalah
lemas, pusing, cepat lelah, mudah mengantuk, konsentrasi
menurun, pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari
duduk, tampak pucat. Kepucatan dapat dilihat pada konjungtiva.
a) Tanda yang berkaitan dengan anemia
a. Ikterus
b. Hipotensi ortostatik
c. Edema perifer
d. Membran mukosa dan bantalan kuku pucat
e. Lidah halus (papil tak menonjol), lecet
f.
Takikardi
g. Takipnea, dispnea saat beraktivitas
b) Gejala yang berkaitan dengan anemia
a. Keletihan, mengantuk
b. Lemah
c. Pusing
d. Sakit kepala
e. Napsu makan kurang
f. Perubahan dalam kesukaan makanan
g. Perubahan mood
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
42
h. Perubahan kebiasaan tidur (Varney H,2006.;h.127).
6)
Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan
Bahaya selama kehamilan
a. Tumbuh
kembang
janin
terlambat
dengan
berbagai
manifestasi kliniknya.
b. Menimbulkan hiperemesis gravidarum dan gestosis.
c. Menimbulkan plasenta previa.
d. Dapat menimbulkan solusio plasenta
Bahaya terhadap persalinan
a. Persalinan berlangsung lama.
b. Sering terjadi fetal distress.
c. Persalinan dengan tindakan operasi.
d. Terjadi emboli air ketuban
Bahaya selama post partum
a. Terjadi perdarahan post partum.
b. Mudah terjadi infeksi pada masa nifas
c. Dapat terjadi retensio plasenta
d. Subinfolusi uteri.
Bahaya terhadap janin
a. Abortus.
b. Terjadi kematian intra uterin.
c. Persalinan prematuritas tinggi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
43
d. Berat badan lahir rendah.
e. Kelahiran dengan anemia.
f. Dapat terjadi cacat bawaan.
g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal
( Manuaba I.B.G, 2000, hal.31-32).
7) Pencegahan
Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil
melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui
data
dasar
kesehatan
umum
ibu
hamil
tersebut.
Dalam
pemeriksaan kesehatan disertai adanya pemeriksaan laboratorium
sebagian besar dari pemeriksaan serta pengobatan anemia dalam
kehamilan biasanya meliputi pemberian tambahan zat besi dan
asam folat, diet yang seimbang juga memperbaiki anemia.
Arisman, MB (2004), menjelaskan pencegahan anemia dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah :
a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan
Mengkonsumsi pangan hewani seperti daging, ikan, dan telur
dalam gizi yang cukup dapat mencegah anemia, sayur hijau
dan buah- buahan ditambah dengan kacang – kacangan dan
padi – padian yang cukup mengandung zat besi. Vitamin C
diperlukan untuk meningkatkan penyerapan zat besi didalam
tubuh.
b.
Suplementasi Zat Besi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
44
Kebutuhan zat besi pada ibu dapat dilihat berdasarkan
trimester kehamilan.
Trimester :Kebutuhan relatif sedikit yaitu 0,8 mg/hari.
Trimester II:Kebutuhan meningkat yaitu 6,3 mg/hari.
Trimester III:Kebutuhan zat besinya yaitu 6,3 mg/hari.
c. Pengetahuan
Memberikan pengertian pada ibu hamil agar mengkonsumsi
tablet
besi,
karena
ibu
hamil
cenderung
menolak
mengkonsumsi tablet ini karena adanya berbagai efek samping
seperti mual. Para ibu hamil harus diberikan pendidikan yang
tepat tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan
beri penjelasan bahwa salah satu penyebab anemia adalah
defisiensi zat besi.
d. Pengawasan Penyakit Infeksi
Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan
masyarakat pencegahan seperti : penyediaan air bersih,
perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan.
Jika terjadi infestasi parasit, penyebab kehilangan darah kronis
sudah pasti cacing tambang yang menjadi penyebabnya.
Parasit dalam jumlah besar dapat mengganggu penyerapan
berbagai zat gizi, termasuk penyerapan zat besi.
e.
Fortifikasi makanan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
45
Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara pencegahan
defisiensi zat besi paling efektif.
Biaya permulaannya tidak
terlalu mahal, dan biaya pengulangannya lebih murah dari
pada
pemberian
suplemen.
Kesulitan
utama
adalah
mendapatkan makanan yang cocok untuk difortifikasi tanpa
merubah rasa dan penampilan makanan. Karena orang tidak
mungkin menerima makanan yang telah difortifikasi dimana
zat besi yang ditambahkan dapat dideteksi
8) Hemoglobin (Hb)
adalah komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan
oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh
kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar
proses metabolisme (Manuaba,2001Hal:76).
Pada pemeriksaan dan pengawasan haemoglobin dapat dilakukan
dengan mengunakan metode sachli yang dilakukan minimal 2 kali
selama kehamilan yaitu trimester I (umur kehamilan sebelum 12
seminggu) dan trimester III (umur kehamilan 28 sampai 36
minggu).
Di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan
paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih
adalah metode sianmethemoglobin, pemeriksaan Hb elektrik. Pada
metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin
ferroheme.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
46
Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemeriksaan Hb
Jenis Metode
Sahli
Sianmethemoglobin
Electric
Obyektifitas
Sedang
Tinggi
Tinggi
Keakuratan
Sedang
Tinggi
Sedang
Kesederhanaan
Tinggi
Rendah
Sedang
Efisiensi
Sedang
Rendah
Tinggi
Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat
di bagi menjadi 4 kategori yaitu :
1)
Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal).
2)
Hb 9-10 gr% Anemia ringan.
3)
Hb 7-8 gr% Anemia sedang.
4)
Hb <7 gr% Anemia berat (Manuaba, 2001).
Dalam pemeriksaan Hb secara sahli kesalahan yang sering terjadi
adalah sebagai berikut :
1) Alat/reagen kurang sempurna, yaitu :
a.
Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul.
b. Warna standard sering sudah pucat.
c.
Kadar larutan HCL sering tidak dikontrol
2) Orang yang melakukan pemeriksaan :
a.
Pengambilan darah kurang baik.
b.
Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah.
c.
Intensitas sinar/penerangan kurang.
d.
Pada waktu waktu membaca hsil dipermukaan terdapat
gelembungudara.
e.
Pipet tidak dibilas dengan HCL.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
47
f.
Pengenceran tidak baik.
16. Tanda bahaya pada kehamilan lanjut dan penatalaksanaannya :
a. Perdarahan pervaginam
Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester
terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Pada kehamilan lanjut,
perdarahan yang tidak normaladalah merah, banyak, dan kadang-kadang
tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri.
b. Plasenta previa
Adalah
plasenta
yang
berimplantasi
rendah
sehingga
menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum. Gejalanya adalah perdarahan tanpa
nyeri, bisa terjadi tiba-tiba, bagian terendah anak sangat tinggi karena
plasenta terletak pada bagian bawah rahim.
Penatalaksanaannya :
Tentukan usia gestasinya, jika <37 minggu lakukan tirah baring dan
pemantauan ketat serta jika perdarahan banyak akhiri kehamilan dengan
seksio sesaria. Usia gestasi >37 minggu lakukan PDMO jika diketahui
plasenta previa marginalis atau plasenta letak rendah dapat dilakukan
induksi atau akselerasi.
c. Solusio plasenta
Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat
implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
48
Tanda dan gejalanya adalah perdarahan tampak, kadang-kadang
darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta, bila perdarahan
tersembunyi rahim keras seperti papan, perdarahan disertai nyeri,
nyeri abdomen saat dipegang, palpasi sulit dilakukan, fundus uteri
makin lama makin naik, tidak ada DJJ.
Penatalaksanaannya :
Evaluasi keadaan janin, evaluasi tanda vital, anemia dan koagulopati.
Apabila janin masih hidup dan terjadi gawat janin namun pembukaan
lengkap, bagian terendah di dasar panggul, maka percepat kala II
dengan amniotomi dan dapat dilakukan partus pervaginam. Jika janin
hidup dan keadaan normal lakukan tindakan seksio sesarea. Namun,
apabila janin mati kondisi serviks pembukaan 1 jari, penurunan di
hodge II-III lakukan seksio sesarea. Dan jika janin matu namun
keadaan serviks lunak, pembukaan >3 cm, penurunan di hodge III-IV
lakukan amniotomi, akselerasi (infus oksitosin), dan dapat partus
pervaginam.
d. Ruptur Uteri
Adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya
daya regang miometrium. Penyebabnya adalah disproporsi janin dan
panggul, partus macet atau trumatik. Tanda dan gejalanya adalah
nyeri hebat di perut bagian bawah, diikuti dengan syok dan
perdarahan pervaginam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
49
Penatalaksanaannya :
Berikan cairan RL 500 ml dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomi.
Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta. Bila
konservasi
uterus
masih
diperlukan
dan
kondisi
jaringan
memungkinkan, lakukan reparasi uterus. Bila luka mengalami nekrosis
yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan, lakukan histerektomi.
Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drain dari kavum abdomen.
Bila terdapat tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dan serum anti
tetanus.
B. Tinjauan Teori Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinanan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan
janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah
proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (3642 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa
komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni,2013; hal : 185 ).
Adapun bentuk persalinan sebagai berikut :
a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung
dengan kekuatan ibu sendiri.
b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga
dari luar.
c. Persalinan anjuran (partus presipitatus) (Manuaba, 2010; hal :
164).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
50
2. Etiologi persalinan
Penyebab terjadinya persalinan karena beberapa teori diantaranya
adalah:
a. Teori penurunan hormone:1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi
penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesterone
bekerja
sebagai
penenang
otot-otot
polos
rahim
dan
akan
menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul His bila
kadar progesterone turun
b. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar
estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekjangan pembuluh
darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahi,
c. Teori distensi rahim: Rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim,
sehingga mengganggu
sirkulasi utero-plasenter
d. Teori
iritasi
mekanik,dibelakang
serviks
terletak
ganglion
servikale.bila ganglion ini digeser dan ditekkan, misalnya ditekan oleh
kepala
janin
maka
akan
timbul
kontraksi
uterus
(Prawirodiharjo,2007;hal.181).
3. Proses terjadi persalinan
Dalam proses terjadinya persalinan ada dua hormone yang dominan saat
hamil, yaitu :
a. Estrogen
yang
memudahkan
meningkatkan
penerimaan
sensitivitas
rangsangan
dari
otot
rahim,
luar
seperti
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
51
rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan rangsangan
mekanis.
b. Progesteron
yang
menurunkan
sensitivitas
otot
rahim,
menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan
oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan
menyebabkan otot rahim dan otot plos relaksasi (Manuaba, 2010;
hal : 167).
Permualaan terjadinya persalinan dari penurunan hormone
progesterone menjelang persalinan dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim menyebabkan:
a) Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul terutama pada
primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak di bagian
bwah, di atas simfisi pubis dan sering ingin berkemih atau sulit
kencing karena kandung kemh tertekan kepala.
b) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun
c) Muncul saat nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot
rahim dan tertekannya pleksus Frankenhauser yang terletak
sekitar serviks(tanda persalinan palsu).
d) Terjadi perlunakan serviks karena terdapatkontraksi otot rahim
e) Terjadi pengeluaran lendir, lendir penutup serviks dilepaskan
(Manuaba, 2010; hal : 167-169).
4. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan
Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
52
1) Power / tenaga yang mendorong anak
Power atau tenaga yang mendorong anak adalah :
a. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan
1. His persalinan yang menyebabkan pendataran dan
pembukaan serviks Terdiri dari : his pembukaan, his
pengeluaran, dan his pelepasan uri.
2. His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks.
3. Tenaga mengejan .
4. Kontraksi otot-otot dinding perut.
5. Kepala di dasar panggul merangsang mengejan.
6. Paling efektif saat kontraksi/ his.
2) Passage / panggul
a. Bagian-bagian tulang panggul
1. Dua Os Coxae
(a) Os ischium
(b) Os pubis
(c) Os sacrum
(d) Os illium
2. Os Cossygis
Pelvis mayor disebelah atas pelvis mino, superior dari linea
terminalis. Fungsi obstetriknya menyangga uterus yang
membesar waktu hamil (Sukarni,2013; hal : 186-187).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
53
3) Passanger / Fetus
a. Akhir minggu ke-8 janin mulai Nampak menyerupai manusia
dewasa, menjadi jelas pada minggu akhir minggu ke-12.
b. Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya sudah sapat dikenali.
c. Quickening (terasa gerakan janin pada ibu hamil) terjadi usia
kehamilan 16-20 minggu.
d. Detak jantung janin mulai terdengar minggu 18/10.
e. Panjang rata-rata jnain cukup bulan 50 cm.
f.
Berat rata-rata janin laki 3400 gr/ perempuan 3150 gr.
g. Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama.
Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari
factor passanger adalah :
a) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada
bagian depan jalan lahir, seperti :
a. Presentasi kepala (verteks, muka, dahi)
b. Presentasi bokong (bokong murni/ frank breech),
bokong kaki (complete breech), letak lutut atau leatk
kaki (incomplete breech)
c. Presentasi bahu (letak lintang)
b) Sikap janin
Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya
(badan), misalnya fleksi dan defleksi.
c) Posisi janin
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
54
Hubungan bagian / point pnentu dari bagian teendah janin
dengan panggul ibu, dibagi dalam 3 unsur:
a. Sisi panggul ibu : kiri, kanan, dan melenting
b. Bagian terendah janin, oksiput, sacrum, dagu, dan
scapula
c. Bagian panggul ibu : depan, belakang
d) Bentuk / ukuran kepala janin menetukan kemampuan
kepala untuk melewati jalan lahir
(Sukarni,2013; hal : 194-195).
5. Tahapan dalam persalinan
a. Persalinan kala I
1. Kala I
Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara
pembukaan nol (0 cm ) sampai pembukaan lengkap (10 cm).
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam dan
multigravida sekitar 8 jam (Manuaba, 2010; hal : 173).
Persalinan kala I di bagi 2 fase, yaitu :
1) Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang
menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara
bertahap, pembukaan serviks kurang dari 4 cm, biasanya
berlangsung hingga dibawah 8 jam.
2) Fase aktif persalinan di bagi menjadi 3 :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
55
a. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm
b. Fase dilatai maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm
c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali,
dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap.
(Sukarni,2013; hal : 213).
Selama fase laten kondisi ibu dan bayi harus dicatat secara
seksama, yaitu : denyut jantung janin setiap 30 menit,
frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit , nadi
setiap 30 menit, pembukaan serviks setiap 4 jam, tekanan
darah dan temperature setiap 4 jam, produksi urine, aseton
dan protein setiap 2 sampai 4 jam.
Perubahan-perubahan fisiologis kala I adalah :
a. Perubahan hormone
b. Perubahan pada vagina dan dasar panggul :
1) Kala I : ketuban meregang vagina bagian atas
2) Setelah ketuban pecah : perubahan vagina dan dasar
panggul karena bagian depan anak
c. Perubahan serviks
1) Pendataran
2) Pembukaan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
56
d. Perubahan uterus
Segemen atas dan bawah rahim
1) Segmen atas rahim : aktif, berkontraksi, dinding
bertambah tebal
2) Segmen bawah rahim/SBR : pasif, makin tipis
3) Sifat khas kontraksi rahim :
a. Setelah
kontraksi
tidak
relaksasi
kembali
(retraksi)
b. Kekuatan kontraksi tidak sama kuat : paling
kuat di fundus
4) Karena segmen atas makin tebal dan bawah makin
tipis Bentuk rahim
5) Kontraksi
:
sumbu
panjang
bertambah
ukuran
melintang dan muka belakang berkurang
6) Lengkung punggung anak berkurang : kutub atas anak
ditekan oleh fundus, kutub bawah ditekan masuk PAP
7) Bentuk
rahim
bertambah
panjang
:
otot-otot
memanjang diregang, menarik SBR dan serviks :
pembukaan
e. Penurunan janin
2. Keadaan psikologis ibu bersalin kala I
Pada kala I tidak jarang ibu akan mengalami perubahan psikologi:
a. Rasa takut
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
57
b. Stress
c. Ketidaknyamanan
d. Cemas
e. Marah-marah
3. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala I
Kebutuhan ibu selama kala I :
a. Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman
b. Nutrisi
c. Kebutuhan privasi
d. Kebutuhan dukungan emosional, social, dan spiritual
b. Persalinan kala II
Persalinan kala II (kala pegeluaran ) di mulai dari pembukaan lengkap
(10 cm) sampai bayi lahir. Perubahan fisiologis secara umum ynag
terjadi pada persalinan kala II :
a. His menjadi lebih kuat dan lebuh sering
b. Timbul tenaga untuk meneran
c. Perubahan dalam dasar panggul
d. Lahirnya fetus. (Sukarni, 2013; hal : 217)
Tanda dan gejala persalinan kala II :
a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya
kontraksi
b) Ibu merasakan ada perbandingan tekanan pada rectum/ vagina
c) Perineum menonjol
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
58
d) Vulva vagina, spinter ani membuka
e) Meningkatnya pengeluaran lendir darah (Sukarni, 2013; hal : 219220).
Persiapan persalinan :
a) Persiapan ruangan :
(a) Ruangan hangat dan bersih
(b) Sumber air bersih dan mengalir
(c) Air DTT
(d) Air bersih dengan jumlah yang cukup dan tersedia alat-alat
unruk kebersihan
(e) Kamar mandi yang bersih dan jangan lupa di DTT
(f) Tempat cukup luas, ibu mendapatkan privasi
(g) Penerangan ynag cukup baik
(h) Tempat tidur bersih
(i) Tempat yang bersih
(j) Meja yang bersih
b) Persiapan penolong
(a) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
(b) Pakai sarung tangan
(c) Perlengkapan perlindungan pribadi
c) Persiapan perlengkapan persalinan
(a) Partus set, hecting set
(b) Tempat sampah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
59
(c) Tempat pakaian kotor
(d) Alat pemeriksaan vital sign
(e) Obat-obatan
(f) Alat suntik
(g) Bahan habis pakai
(h) Pakaian bayi
d) Persiapan runagan untuk kelahiran bayi
Ruangan harus nersih dan hangat (bebas dari tiupan angin,
sediakan lampu, slimut)
e) Persiapan ibu dan keluarga
(a) Pendampingan oleh keluarga
(b) Libatkan keluarga dalam asuhan ibu
(c) Support ibu dna keluarga
(d) Tentramkan hati ibu selama kala II
(e) Bantu ibu memilih posisi yang nyamann saat bersalin
(f) Ajarkan ibu teknik meneran yang benar
(g) Anjurkan minum ibu sela kala II
(h) Membersihkan perineum ibu
(i) Pegosongan kandung kemih
(j) Amniotomi (Sukarni,2013; hal : 223-225).
Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena akan :
a. Meningkatkan jumlah darah yang hilang dan hematoma
b. Lebih sering menjadi rupture derajat III atau IV
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
60
c. Meningkatnya nyeri pasca persalinan
d. Meningkatnya resiko infeksi
E. Persalinan kala III (kala uri)
a) His pelepasan uri
b) Tanda pelepasan plasenta :
a. Uterus menjadi bundar
b. Perdarahan sekonyong-konyong
c. Tali pusat yang lahir memanjang
d. Fundus uteri naik
e. Perdarahan dianggap patologis bila melebihi 500 cc.
c) Terdiri dari :
a. Pelepasan plasenta
b. Pegeluaran plasenta
d) Sebab-sebab pelepasan plasenta :
a. Pengecilan rahim ynag sekonyong-konyong akibat retraksi
dan kontraksi otot-otot rahim : perlekatan plasenta sangat
mengecil
b. Di tempat plasenta lepas hematoma : plasenta terangkat
dari dasarnya (Sukarni,2013; hal : 233).
E. Fisiologi kala IV
Pesalinan kala IVdimulai sejak plasenta lahir sampai
dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu
diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
61
kembali kebentuk normal. Hal itu dapat dilakukan dengan
melakukan
ranngsangan
taktil
(masase)
untuk
merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga
dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak
ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benarbenar
dijamin
tidak
terjadi
perdarahan
lanjut
(Sumarah,2009; hal:166).
6. Persiapan di kamar bersalin
1)
Pastikan tempatnya aman, tenang,dan menyenangkan
2)
Penerangan secukupnya
3)
Tersedian alat pertolongan pertama ibu dan bayi
4)
Mempunyai persiapan untuk melakukan rujukan
5)
Persiapan alat bersalin, terdiri dari :
a.
2 klem untuk mengklem tali pusat
b.
1 gunting episiotomy
c.
Gunting tali pusat
d.
½ koher untuk memecahkan ketuban
e.
Beberapa pasangan sarung tangan steril
f.
Penjepit benang pengikat tali pusat
g.
Duk steril
h.
Beberapa lembar gas steril
i.
Lidi kapas untuk disenfektan tai pusat
j.
Pengisap lendir manual atau mekanis (elektris)
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
62
k.
Duk pembungkus bayi
7. Persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir normal
a. Handuk pembungkus bayi
b. Bak mandi untuk membersihkan lendir dan darah
c. Gas untuk pembungkus tali pusat
d. Pakaian bayi yang bersih
e. Tempat tidur bayi
8. Persiapan obat untuk pertolongan pertama
a.
Untuk bayi :
1. Natrium bikarbonat
2. Tabung oksigen dan maskernya
3. Pengisap lendir
4. Set infus dan cairannya
b.
Untuk parturien:
1. Uterotonika: sintosinan
9. Asuhan persalinan normal
58 langkah asuhan persalinan normal
1) Memastikan adanya tanda kala II
a. Ibu memepunyai keinginan untuk meneran
b. Ibu merasa ada tekanan yang meningkat pada rectum
dan vagina
c. Perineum menonjol
d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
63
2) Memastikan kelengkapan partus set dan obat-obatan esensial
untuk menolong persalinan dengan tambahan :
a. Menggelar kain di atas perut ibu
b. Menyiapkan oksitosin dan alat suntik steril
3) Memakai alat pelindung diri
4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan dan mencuci
tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir
5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan VT
6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik dengan
menggunakan tangan yang memakai sarung tangan
7) Melakukan vulva hygiene
8) Melakukan periksa dalam (VT)
9) Mendekontaminasikan sarung tangan yang telah di pakai ke
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
10) Memeriksa denyut jantung janin
11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap
12) Meminta keluarga membantu menyiapkanposisi serta ibu
dalam keaaan mengejan
13) Melaksanakan bimbingan untuk meneran ketika da kontraksi
14) Menganjurkan ibu untuk barbering miring ke kiri jika belum
ada dorongan meneran
15) Meletakkan handuk bersih si perut ibu apabila kepala bayi
telah membuka dengan diameter 5-6 cm
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
64
16) Meletakkan 1/3 kain(underpad) bersih di bawah bokong ibu
17) Membuka
tutup
partus
set
dan
peiksa
kembali
kelengkapannya
18) Memakai sarung tangan DTT
19) Melakukan
tindakan
setelah
kepala
Nampak
5-6
cm
membuka vulva, melindungi perineum dengan satu tangan
yang dilapisi kain bersih dan kering, tangan yang lain (kiri)
menahan kepala bayi agar mampu mengatur laju defleksi
supaya tidak terlalu cepat, menganjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.
20) Memriksa adanya lilitan tali pusat
21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar
22) Menggerakkan atau memegang secara biparietal setelah
adanya putaran paksi luar dengan cara gerakan kepala
kearah bawah untuk melahirkan bahu depan kemudian
gerakan kearah atas untuk melahirkan bahu belakang.
23) Menggeser
menyangga
tangan
kepala
bawah
lengan
kearah
dan
siku
perineum
untuk
sebelah
bawah
menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang
lengan serta siku sebelah atas
24) Melakukan penelusuran sebelah tubuh dan lengan bayi lahir,
berlanjut ke punggung bokong, tungkai serta kaki, memegang
kedua mata kaki
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
65
25) Melakukan penilaian bayi sepintas
26) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi di atas perut ibu
27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan janin tunggal
28) Memberitahu pada ibu bahwa akan disuntik oksitosin
29) Menyuntikkan oksitosin dalam waktu satu menit setelah bayi
lahir di 1/3 paha atas distal lateral
30) Menjepit tali pusat menggunakan klem dalam waktu 2 menit
setelah bayi lahir dengan jarak 3 cm dari umbilicus bayi, sisi
luar klem dorong tali pusat (pijat) kea rah ibu dan lakukan
penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari klem pertama
31) Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat
32)
Melakukan IMD dengan prinsip skin to skin
33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi
di kepala bayi
34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga bejarak 5-10 cm
dari vulva
35) Meletakkan satu tangan diatas kain perut ibu di tepi atas
simpisis dan tangan kanan melakukan penegangan tali pusat
36) Menegangkan tali pusat setelah uterus kea rah belakangatas (dorsokranial) secara hati-hati
37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga
plasenta lepas
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
66
38) Melahirkan plasenta dengan kedua tangan saat plasenta
muncul di introitus vagina, pegang dengan kedua tangan dan
putar hingga selaput ketuban terpilin
39) Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir
selama 10 detik
40) Memeriksa kelengkapan plasenta bagian fetal dan maternal
serta tidak ada bagian yang tertinggal
41) Mengevaluasi
kemungkinan
laserasi
pada
vagina
dan
perineum
42) Memmastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak
terjadi perdarahan pervaginam
43) Memberi cukup waktu untuk kontak kulit ibu dengan bayi
44) Melakukan penimbangan / pengukuran bayi, memebrikan
salep mata dan suntik vitamin K
45) Memberikan suntikan imunisasi hepatitis B 1 jam setelah
vitamin K
46) Melanjutkan
pemantauan
kontraksi
dan
mencegah
perdarahan pervaginam, yaitu :
a. 2-3x dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b. 15 menit pada satu jam kedua pasca persalinan
c. Setiap
20-30
menit
pada
jam
kedua
psaca
persalinan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
67
47) Mengajarjan ibu dan keluarga cara melakukan masase uteus
dan menilai kontraksi
48) Mengevaluasi dan estimasi jumlah perdarahan/ kehilangan
darah
49) Memantau kontraksi uterus jumlah perdarahan,TFU,TD,Nadi
setiap 15 menit pada jam pertama post partum serta setiap 30
menit, pada jam kedua post partum dan mengukur suhu setiap
2 jam
50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa
bayi bernafas dengan baik(40-60x/menit) serta suhu normal
(36,5-37,5 C)
51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan
klorin 0,5% untuk didekontaminasi selama 10 menit cuci dan
bilas peralatan setelah di dekontaminasikan
52) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat
sampah yang sesuai
53) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir darah, dan
memastikan ibu dalam keadaan bersih dan nyaman
54) Memastikan ibu merasa nyaman, memantau ibu dalam
pemberian
ASI
dan
menganjurkan
keluarga
untuk
memberikan minuman kepada ibu dan makanan yang
diinginkan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
68
55) Mendekontaminasikan tempat bersalin dengan larutan klorin
0,5%
56) Mencelupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%
57) Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air
mengalir
58) Melengkapi partograf (APN,2008).
10. Tanda-tanda inpartu
a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur.
b. Keluar lender bercampur darah yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada servik.
c. Ketuban pecah dengan sendirinya
d. Pada pemeriksaan dalam: servik mendatar dan pembukaan telah
ada.
11. Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin :
a.
Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional
selama persalinan dan kelahiran.
b.
Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini
dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran.
c.
Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi
komplikasi.
d.
Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan
intervensi.
e.
Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
69
f.
Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan
tindakan dan terjadi penyulit.
12. Tanda bahaya persalinan dan penatalaksanaannya :
1) Persalinan preterm
Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan
20-37 minggu. Penyebab terjadinya persalinan preterm adalah
hipertensi, perkembangan janin terhambat, solusio plasenta, plasenta
previa, kelainan rhesus, diabetes, kelainan uterus, ketuban pcah dini,
serviks inkompeten dan kehamilan ganda(Mansjoer, 2001, h; 274275).
Penatalaksanaannya :
Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit. Sebelum di
rujuk berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan menilai
kontraksi berhenti atau tidak. Bila kontraksi masih berlanjut berikan
obat tokolitik seperti fenoterol 5 mg peroral dosis tunggal sebagai
pilihan pertama atau ritodrin 10 mg peroral dosis tunggal sebagai
pilihan kedua, atau ibuprofen 400 mg peroral dosis tunggal sebagai
pilihan ketiga. Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat
baring dan banyak minum. Tidak diperbolehkan bersenggama.
Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak
(gawat janin,perdarahan antepartum yang banyak, korioamnionitis)
dan kontraindikasi relatif (gestosis, diabetes melitus, pertumbuhan
janin terhambat, dan pembukaan serviks 4 cm). Lakukan persalinan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
70
pervaginam bila janin presentasi kepala atau dilakukan episiotomi
lebar dan ada perlindungan forseps terutama pada kehamilan 35
minggu. Lakukan persalinan dengan seksio sesarea bila janin letak
sungsang, gawat janin dengan syarat partus pervaginam tidak
terpenuhi, infeksi intrapartum dengan syarat partus pervaginam tidak
terpenuhi, janin letak lintang, plasenta previa, dan taksiran berat janin
1.500 gram (Mansjoer, 2001, h; 274-275).
2) Kehamilan lewat waktu
Adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap.
Tanda dan gejala yaitu perhitungan umur kehamilan yang lebih dari
atau sama dengan 42 minggu, tidak timbul his karena kurangnya air
ketuban, insufisiensi plasenta, gerakan janin jarang (Sarwono,2008,
Hal: 562).
Penatalaksanaanya :
Bila keadaan janin baik tunda pengakhiran kehamilan selama 1
minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari
kemudian. Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea atau
dengan induksi persalinan (Sarwono,2008, Hal: 562).
3) Distosia
Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Disebabkan
karena kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta
kelainan jalan lahir. Distosia karena kelainan tenaga ada 2 yaitu
inersia uteri dan incoordinate uterine action. Distosia karena kelainan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
71
letak dan bentuk janin meliputi kelainan letak posisi atau presentasi
misalnya presentasi belakang kepala oksiput posterior menetap,
presentasi belakang kepala oksiput melintang, presentasi puncak
kepala, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi rangkap, letak
sungsang, letak lintang, presentasi ganda, dan kehamilan ganda.
Pada kelainan bentuk janin misalnya pertumbuhan janin berlebih,
hidrosefalus atau anensefalus, dan tali pusat terkemuka/menumbung.
Sedangkan distosia karena kelainan tulang panggul yaitu adanya
kelainan bentuk panggul seperti panggul jenis naegle, rakhitis,
skoliosis, kifosis robert, dll. Serta kelainan ukuran panggul.
4) Inersia Uteri
Adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk
melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia
uteri ada 2 yaitu inersia uteri primer terjadi pada awal fase laten, dari
permulaan his tidak adekuat dan inersia uteri sekunder terjadi pada
fase aktif atau kala I dan kala II, pada permulaan his baik tetapi pada
keadaan lebih lanjut terjadi inersia uteri (Sarwono,2008,Hal :564).
Penatalaksanaannya :
Inersia uteri primer : perbaiki keadaan umum pasien. Rujuk ke
rumah sakit bila persalinan kala I aktif lebih dari 12 jam pada
multipara atau primipara jika pembukaan tidak maju dalam 3 jam.
Berikan sedatif lalu nilai kembali pembukaan serviks setelah 12 jam.
Pecahkan ketuban dan beri infus oksitosin bila ada kemajuan his.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
72
Oksitosin diberikan 5 satuan dalam larutan glukosa 5% secara infus
IV dengan kecepatan 12 tetes/menit. Bila tidak ada kemajuan
hentikan pemberian oksitosin, lalu berikan lagi untuk beberapa jam.
Jika tetap tidak ada kemajuan lakukan tindakan seksio sesarea.
Inersia uteri sekunder : pastikan tidak ada disporposi
sefalopelvik. Rujuk ke rumah sakit bila persalinan kala I aktif lebih dari
12 jam pada multipara atau primipara atau jika pembukaan tidak maju
dalam 3 jam. Pecahkan ketuban dan berikan infus pitosin 5 satuan
dalam larutan glukosa 5% dengan kecepatan 12 tetes/menit, tetesan
dinaikan perlahan-lahan sampai 50 tetes/menit. Nilai kemajuan
persalinan kembali 2 jam setelah his baik, bila tidak ada kemajuan
lakukan seksio sesarea. Pada akhir kala I atau pada kala II persalinan
dapat dilakukan dengan ekstrasi vakum atau cunam bila syarat
memenuhi (Sarwono,2008,Hal :564).
5) Incoordinate uterine action
Adalah kelainan his pada persalinan berupa perubahan sifat
his yaitu meningkatnya tonus otot uterus di dalam dan di luar his,
serta tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan
bawah sehingga his tidak efisien mengadakan pembukaan serviks
(Sarwono,2008, Hal:565).
Penatalaksanaannya :
Dilakukan pengobatan simtomatis karena belum ada obat
untuk memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
73
uterus. Kurangi tonus otot dan ketakutan penderita dengan
pemberian analgesik (morfin, petidin,dll). Lakukan persalinan dengan
cunam bila syarat-syarat dipenuhi. Bila terjadi lingkarang konstruksi
pada kala I lakukan seksio sesarea (Sarwono,2008, Hal:565).
6) Posisi belakang kepala oksiput posterior menetap
Posisi belakang kepala oksiput posterior menetap yaitu ubun-ubun
kecil menetap di belakang karena tidak ke depan ketika mencapai dasar
panggul (Puspita,2004 Hal:209).
Penatalaksanaannya :
Lakukan pengawasan persalinan dengan seksama. Bila kala II
terlalu lama atau ada tanda gawat janin lakukan tindakan untuk
mempercepat
persalinan.
Lakukan
ekstrasi
cunam,
sebelumnya
usahakan ubun-ubun kecil di depan dengan cara memutar kepala
dengan tangan atau cunam (Puspita,2004 hal:209).
7) Presentasi puncak kepala
Adalah kelainan akibat defleksi ringan kepala janin ketika memasuki
ruang panggul sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah
(Puspita,2004 hal:210).
Penatalaksanaannya :
Pasien dapat melahirkan pervaginam.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
74
8) Presentasi muka
Adalah kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput
tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terenda
(Sarwono,2008 Hal:584).
Penatalaksanaannya :
Bila dagu berada didepan dapat persalinan spontan. Bila dagu
dibelakang berikan kesempatan agar dagu memutar ke depan dan dapat
partus pervaginam. Bila tidak berhasil lakukan prasat Thorn, yaitu satu
tangan penolong dimasukan ke dalam vagina untuk memegang bagian
belakang kepala janin, kemudian menariknya ke bawah. Tangan yang
lain berusaha meniadakan ekstensi tubuh janin dengan menekan dada
dari luar. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam diindikasikan
untuk ekstraksi cunam. Bila tidak berhasil atau didapatkan disproporsi
sefalopelvik lakukan seksio sesarea (Sarwono,2008 Hal:584).
9) Presentasi Dahi
Adalah kedudukan kepala di antara fleksi maksimal dan defleksi
maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah.
Penatalaksanaannya :
Pada janin kecil dan panggul luas, penanganan sama seperti presentasi
muka. Pada presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang
normal tidak dapat dilakukan persalinan spontan pervaginam melainkan
harus dilakukan seksio sesarea (Sarwono,2008 Hal:582).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
75
10) Letak sungsang
Adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan
bokong di bagian bawah kavum uteri.
Penatalaksanaannya :
Lakukan versi luar pada kehamilan 34-38 minggu bila syarat versi luar
terpenuhi. Bila pada persalinan masih letak sungsang, singkirkan indikasi
untuk seksio sesarea. Lahirkan janin dengan prasat Bracht (Puspita,2004
Hal:215).
11) Letak lintang
Adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan
sumbu memanjang tubuk ibu.
Penatalaksanaannya :
Bila janin hidup lakukan seksio sesarea namun bila janin mati lahirkan
pervaginam dengan dekapitas (Puspita,2004 Hal:216).
12) Hidrosefalus
Adalah penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak sehingga
kepala menjadi lebih besar dan terjadi pelebaran sutura dan ubun-ubun.
Penatalaksanaannya :
Pada hidrosefalus yang nyata, kecilkan kepala janin pada permulaan
persalinan.
Pada
pembukaan
serviks
3
cm,
keluarkan
cairan
serebrospinalis dengan pungsi kepala menggunakan jarum spinal. Bila
janin letak sungsang, lakukan pengeluaran cairan dari kepala yang tidak
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
76
dapat lahir dengan pungsi atau perforasi melalui foramen oksipitalis
magnum atau sutura temporalis.
13) Prolaps tali pusat
Adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin
di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah.
Penatalaksanaannya :
Bila tali pusat masih berdenyut, tetapi pembukaan belum lengkap maka
dilakukan tindakan seksio sesarea.
14) Kehamilan ganda
Adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih.
Penatalaksanaannya :
Semua persiapan untuk resusitasi dan perawatan bayi prematur
disediakan. Pada kehamilan ganda dapat dilakukan partus pervaginam
apabila letak janin normal, jika janin letak lintang maka tindakan seksio
sesarea dapat dilakukan atas indikasi.
15) Ketuban pecah dini
Adalah pecahnya selaput ketuban sebelumada tanda-tanda persalinan.
Penatalaksanaannya :
Jika KPD terjadi pada usia kehamilan <32 minggu janin masih hidup
dapat dilakukan partus pervaginam dengan induksi oksitosin, namun jika
sudah di induksi tidak ada kemajuan maka lakukan tindakan seksio
sesarea. Jika janin mati lakukan induksi oksitosin dan partus pervaginam.
Apabila KPD terjadi pada kehamilan 32-36 minggu janin masih hidup
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
77
letak memanjang lakukan partus pervaginam dengan induksi oksitosin,
letak lintang dan gagal induksi oksitosin lakukan seksio sesarea. Janin
mati letang memanjang partus pervaginam dengan induksi oksitosin dan
janin mati letak lintang dapat partus pervaginam dengan embriotomi
(Sarwono.2008, Hal:622).
16) Perdarahan pasca persalinan
Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah melibihi 500 ml
yang terjadi setelah bayi
lahir.
Perdarahan primer
(perdarahan
pascapersalinan dini) terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan
perdarahan sekunder (perdarahan masa nifas) terjadi setelah itu.
Perdarahan pascapersalinan bisa terjadi karena retensio plasenta,
trauma jalan lahir, atonia uteri, dan gangguan pembekuan darah.
Penatalaksanaannya :
Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir dalam 30 menit lahirkan
plasenta
dengan
manual
plasenta.
Bila
sisa
plasenta,
lakukan
pengeluaran plasenta dengan kuretase sementara infus oksitosin
diteruskan. Pada trauma jalan lahir segera lakukan reparasi.Pada atonia
uteri lakukan masase uterus dan penyuntikan 0,2 mg ergometrin IV atau
prostaglandin parental. Jika tidak berhasil, lakukan kompresi bimanual
pada uterus hingga perdarahan berhenti atau jika tidak dapat berhenti
lakukan histerektomi.Bila karena gangguan pembekuan darah berikan
transfusi plasma segar(Manuaba,2013 Hal:399 ).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
78
17) Infeksi Intrapartum
Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi
dapat terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis.
Penatalaksanaannya :
Antibiotika diberikan sesuai penyebab. Dapat diberikan ampisilin 4 x 500
mg atau derivatnya. Persalinan diusahakan pervaginam. Seksio sesarea
dilakukan jika ada indikasi seperti kelainan letak,distosia, atau gawat
janin (Manuaba,2013, Hal:410).
C.Bayi Baru Lahir
a. Pengertian
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan,
37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sally.2013.hal;
151).
Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai
dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari
kehidupan didalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi
pematangan organ hamper pada semua system. Neonates bukanlah
miniature orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus
mengalmi masa perubahan dari kehidupan di dalam rahim yang serba
mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam 24-72
pertama (Sukarni.2013.hal;277).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
79
b. Perubahan fisiologis bayi baru lahir
a) Perubahan sirkulasi
Setelah bayi lahir, bayi akan bernafas ini akan menjadikan
penurunan pada tekanan arteri pulmonalis, sehingga banyak darah
mengalir ke paru-paru, duktus arteriosus botali menutup 1-2 menit
setelah bayi bernafas.
b) Perubahan respirasi
Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur, kedalamannya,
kecepatannya dan bervariasi 30 – 60 x/mnt.
c) Perubahan imunitas
Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis imunoglobulin
(suatu protein yang mengandung anti bodi) diantaranya: IgG,
Pembentukan sel plasma dan anti bodi gamma A,G dan gamma M.
IgA telah dibentuk saat kehamilan dua bulan dan baru dapat
ditemukan segera setelah lahir, IgM ditemukan pada kehamilan 5
bulan, produksinya meningkat setelah lahir.
d) Perubahan suhu tubuh
Saat lahir suhu bayi sama dengan suhu ibu, tapi bayi memiliki
insulasi lemak, luas permukaan tubuh yang besar, sirkulasi yang
relatif buruk serta belum dapat berkeringat dan menggigil, maka suhu
lingkungan harus diatur 36,5 – 37,20C. untuk mengurangi kehilangan
panas dilakukan pengaturan suhu kamar, membungkus badan dan
kepala bayi, disimpan ditempat tidur hangat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
80
e) Perubahan nadi
Bayi Baru lahir denyut nadi 120-150 x/mnt, tergantung pada
aktifitas. Nadi dapat menjadi tidak teratur karena stimulasi fisik atau
emosional tertentu seperti gerakan involunter, menangis atau
mengalami perubahan suhu yang tiba-tiba.
f)
Perubahan tekanan darah
Tekanan darah pada bayi baru lahir rendah sehingga sulit
untuk diukur secara akurat dengan spignomanometer konvensional,
80-60 / 45-40 mmHg dan 100/50 mmHg sampai dengan hari ke
sepuluh.
g) Perubahan saluran pencernaan
Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah terbentuk dan janin
telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup, absorpsi
air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan.
h) Perubahan endokrin
Pada kehamilan 10 minggu kortikotropin telah ditemukan
dalam hipofisis, hormon ini diperlukan untuk mempertahankan
granula supra renalis. Kelenjar adrenal pada waktu lahir relatif lebih
besar dibanding orang dewasa, kelenjar tyroid sudah sempurna saat
lahir dan sudah mulai berfungsi sebelum lahir.
i)
Perubahan keseimbangan air dan fungsi ginjal
Glomerolus mulai dibentuk pada janin umur 8 minggu. Pada
kehamilan 28 mg jumlahnya sekitar 350.000, ginjal janin mulai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
81
berfungsi pada usia kehamilan 3 bulan. Hingga umur tiga hari ginjal
bayi belum dipengaruhi oleh pemberian air minum, sesudah 5 hari
ginjal mulai memproses air yang didapat dari luar.
j)
Perubahan susunan saraf
Pada trimester akhir hubungan antara saraf dan fungsi otototot menjadi lebih sempurna, sehingga janin diatas 32 minggu dapat
hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan mata janin sangat
sensitive terhadap cahaya.
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran.
Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha
pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan.
c. Tanda-tanda bayi baru lahir normal
Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau
kelainan menunjukan suatu penyakit (Saifuddin, 2006: 136).
Tanda-tanda bayi baru lahir normal :
a.
Berat badan : 2500-4000 gram
b.
Panjang badan : 48-52 cm
c.
Lingkar kepala : 33-35 cm
d.
Lingkar dada : 30-38 cm
e.
Denyut jantung : 120-160 x/menit
f.
Pernafasan : 40-60 x/menit
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
82
g.
Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan adanya vernik
caseosa
h.
Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna
i.
Kuku agak panjang dan lepas
j.
Genetalia : jika perempuan labia mayora telah menutupi labia
minora, jika laki-laki testis sudah turun
k.
Reflek menghisap dan menelan baik
l.
Reflek moro baik (bila dikagetkan akan reflek seperti memeluk)
m. Reflek menggenggam baik
n.
Eliminasi : urine dan mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam
(Saifuddin, 2006: 136).
d. Perilaku bayi baru lahir
Reflek adalah suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan
spontan tanpa disadari pada bayi normal ,dan di bawah ini ada beberapa
tingkatan reflek pad bayi, yaitu:
1) Rooting reflek
Yaitu bila jari bayi menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka mulut
bayi akan membuka , dan ia akan memiringkan kepalnya pada arah
datangnya jari.
2) Tonik neek reflek
Yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal.
3) Statel reflek
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
83
Yaitu reaksi emosional atau hentakan dan gerakan mengejang pada
kaki dan tangan.
4) Stapping reflek
Yaitu reaksi kaki yang spontan jika diangkat tegak dan kakinya satu
persatu menyentuh seolah olah kaki bayi berjalan.
5) Reflek rooting (mencari puting)
Bayi menoleh karah sentuhan pipinya atau dekat mulut.
6) Reflek menghisap (sucking)
Yaitu aerola puting susu tertekan pada gusi bayi.
7) Reflek menelan (swallowing)
Di
mana
ASI
bayi
dimulut
mendesak
otot
daerah
mulut
(saefuddin.2009.hal;63).
e. Perawatan Pada Bayi Baru Lahir Normal
Bayi baru lahir yang sehat memerlukan perawatan yang baik agar
dapat tumbuh secara normal dan sehat. Dengan memahami
perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir, pendekatan
rasional terhadap perawatan dapat dimungkinkan. Tujuan perawatan
adalah
mendukung
transisi,
mencegah
komplikasi
potensial,
mengidentifikasi abnormalitas dan melakukan intervensi bila perlu
(Walsh, 2007 Hal: 361).
f. Intervensi perawatan bayi segera setelah lahir ialah :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
84
a. Pencegahan Infeksi
Bayi baru lahir normal sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan
oleh
paparan
atau kontaminasi
mikroorganisme
selama
proses
persalinan berlangsung maupun beberapa setelah lahir. Sebelum
menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah
melakukan upaya pencegahan infeksi (Kristiyanasari, 2010).
b)
Pertahankan kebersihan jalan nafas
Segera setelah bayi lahir secara cepat nilai pernafasannya dan
lakukan pembersihan jalan nafas. Meskipun pengisapan segera setelah
lahir adalah praktik umum, pembersihan sekresi sederhana dari wajah
bayi sama efektifnya.
Keuntungan potensial dari pengisapan adalah mengurangi aspirasi
sekresi dan mengurangi kesempatan infeksi pada saluran pernapasan.
Namun kerugiannya meliputi aritmia jantung, spasme laring, dan
vasospasme arteri pulmonal. Pernafasan normalnya mulai secara
spontan. Bila tidak penggosokan perlahan punggung bayi terutama
efektif dalam merangsang pernapasan bayi dengan warna dan tonus
baik (Kristiyanasari, 2010).
c)
Jaga bayi tetap hangat dan tempatkan bayi pada perut ibu
Pengeringan bayi yang segera dan mempertahankan kontak kulit
dengan kulit ibunya membantu termoregulasi (kemampuan bayi dalam
berespons pada stress dingin dengan terjadinya mekanisme kehilangan
panas). Riset menunjukkan bahwa kontak kulit dengan kulit dipilih untuk
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
85
menggunakan kehangatan untuk mempertahankan lingkungan termal
netral bagi bayi baru lahir. Selimut basah harus diganti segera dengan
selimut yang kering, aliran udara harus dihilangkan dan kepala bayi
harus tetap tertutup. Permukaan apapun yang kontak dengan kulit bayi
harus dalam keadaan hangat (saefuddin.2009.hal;133-135).
d) Klem dan potong tali pusat bayi
Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3 cm
dari pangkal pusat bayi, tinggalkan 1 cm diantara kedua klem, potonglah
tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari gunting
dengan kedua tangan kiri. Pertahankan kebersihan saat memotong tali
pusat, ganti sarung tangan bila ternyata sudah kotor, periksa tiap 15
menit apabila masih terjadi perdarahan, lakukan pengikatan ulang yang
lebih ketat (saefuddin.2009.hal;133-135).
e)
Catat nilai Apgar pada 1 dan 5 menit pertama
Kondisi bayi waktu lahir dinilai oleh bidan dan dokter dengan
sistem penilaian (scoring sistem) yang dirancang oleh seorang ahli
anastesia Amerika yang bernama Virginia Apgar. Skor APGAR adalah
pemberian nilai 0, 1 atau 2 untuk masing-masing dari lima pokok
pengamatan : denyut jantung, pernapasan warna, tonus otot, dan
gerakan, serta respons terhadap perangsangan (David Hull, 1991 :22).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
86
Tabel 2.2 nilai APGAR
Tanda (sign)
Nilai 0
A=Appereance / warna kulit
P=Pulse / detak jantung
G= grimace / reflek
rangsangan
A= activity / tonus otot
dari
R= respiratory / usaha nafas
·
Seluruh tubuh putih /
pucat
Tidak ada
Tidak ada
Lemah lunglai
Tidak ada
Nilai 1
Badan
merah,
kaki
tangan biru
< 100/menit
Sedikit
gerakan
menyeringai
Ektrimitas sedikit
Lemah / lambat tidak
teratur
Nilai 2
Seluruh tubuh kemerahmerahan
> 100/menit
Bersin/menangis
Gerakan aktif ekstremitas,
flexi
Baik, menangis kuat
f. Beri vitamin K
Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K
pada bayi baru lahir maka semua bayi baru lahir normal dan cukup
bulan perlu diberi vitamin K injeksi 1 mg intramuskuler dipaha kiri
sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir.
·
g. Beri obat tetes/salep mata
Untuk mencegah terjadinya ofthalmia neonatorum semua bayi baru
lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat
mata eritromicin 0,5%/tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan
penyakit
mata
karena
penyakit
menular
seksual.
(saefuddin.2009.hal;133-135).
g. Pemantauan BBL
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas
bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir
yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta
tindak lanjut petugas kesehatan (Saifuddin, 2006: 136).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
87
1.
Dua jam pertama sesudah lahir
Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya.
a.
Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian
terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan
tindak lanjut, seperti ukuran bayi yang kecil untuk masa kehamlan
atau bayi kurang bulan, gangguan pernapasan pada bayi,
hipotermia, infeksi, cacat bawaan dan trauma lahir yang perlu
diperhatikan pada bayi baru lahir.
b.
Kaji kesadaran dan reaksi respon terhadap ransangan sakit atau
suara yang ada disekelilingnya. Keaktifan dalam gerakan anggota
tubuhnya seperti tangan dan kaki. Kesimetrisan dapat dilihat dari
dari letak kepala, muka wajah, mata, mulut, leher, dada,
abdomen, punggung, tangan, dan kaki.
c.
Pengkajian terhadap kulit bayi baru lahir pun perlu diperhatikan
terutama warnanya apakah berwarna kemerahan atau kebiruan.
Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah dari segi asupan
nutrisi bayi yang berhubungan dengan kelancaran menghisap air
susu dan mencerna makanan. Setelah itu baru kaji pola eliminasi
bayi dalam 24 jam pertama.
2.
Pemantauan tanda – tanda vital BBL
Ukur suhu tubuh bayi melalui anus atau ketiak bayi. Gerakan
pernapasan 30 – 50 kali permenit. Nadi dapat dipantau disemua titik
nadi perifer. Sedangkan tekanan darah dipantau hanya bila ada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
88
indikasi. Catat hasil pengkajian tersebut dan dokumentasikan
(Saifuddin, 2006Hal: 136).
3.
Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksan lanjutan dilakukan sesudah bayi berumur dua
puluh empat jam atau setelah bayi dipindahkan dari transitional care
ke tempat perawatan khusus atau rawat gabung, oleh karena ada
beberapa keadaan pada bayi yang mungkin tidak ditemukan pada
waktu
diperiksa
dikamar
bersalin,
misalnya
hematomasefal,
perdarahan subaponeurosis, perdarahan lainnya, periodik apnea
kejang, nekrosis lemak dan lain – lain.
Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru
lahir kehilangn panas tubuhnya (Dewi, 2012;hal.13-14).
a.
Konduksi
Panas di hantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya
yang kontak langsung dengan tubuh bayi.sebagai contoh:
ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang
bayi pada saat tangan dingin dan menggunakan stetoskop
dingin untuk.
2)
Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang
sedang bergerak. Sebagai contoh:konveksi dapat terjadi
ketika membiarkan atau menepatkan BBL dekat jendela
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
89
atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas
angin.
3) Radiasi
Panas
dipancarkan
BBL
keluar
tubuhnya
kelingkungan yang lebih dingin.Sebagai contoh: membiarkan
BBl
dalam
ruangan
AC
tanpa
di
berikan
pemana,
membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan
BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok).
4) Evaporasi
Panas
bergantung
hilang
pada
melalui
kecepatan
proses
dan
penguapan
kelembapan
yang
udara
(sukarni,2013,Hal:278).
Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi;
maka lakukan hal berikut:
a. Keringkan bayi secara seksama
b.
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih
yang kering dan hangat
c. Tutup bagian kepala bayi
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui
bayinya
e. Jangan segera menimbang atau memandikan
bayi baru lahir
f.
Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
90
h. Tinjauan Umum Tentang Kunjungan Neonatal (KN)
1.Pengertian kunjungan neonatal
Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga
kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan
pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar
gedung puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan
kunjungan ke rumah.(Departemen Kesehatan Republik Indonesia,
2004).
Kunjungan neonatal (KN) adalah kontak neonatus dengan
tenaga kesehatan minimal dua kali.
a.
Kunjungan pertama kali pada hari pertama dengan hari ke
tujuh (sejak 6 jam setelah lahir).
b.
Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai hari kedua
puluh delapan.
c.
Pertolongan
persalinan
oleh
tenaga
kesehatan
bukan
merupakan kunjungan neonatus (Syarifudin, 2009, Hal:201).
2.
Tujuan Kunjungan Neonatal(KN)
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses
neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini
mungkin bila terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah (
Rismintari, 2009).Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan
oendekatan konfeherensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk
bidan/perawat, yang meliputi:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
91
1. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri,
ikterus, diare, dan berat badan rendah.
2. Perawatan tali pusat
3. Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada hari lahir
4. Imunisasi Hepatitis B 0 bila belum diberikan pada saat lahir
5. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asli
eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi
baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA
6. Penanganan dan rujukan kasus (Ambarwati, 2009 Hal: 198).
(b) Kategori Kunjungan Neonatal(KN)
Kunjungan neonatal terbagi dalam dua kategori antara lain :
a. Kunjungan Neonatal ke satu (KN 1)
Kunjungan neonatal yang ke satu (KN 1) adalah kunjungan neonatal
pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6 jam
setelah lahir).
b. Kunjungan Neonatal yang kedua (KN 2)
Kunjungan neonatal yang kedua adalah kunjungan neonatal yang kedua
kali yaitu pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh delapan.
Menurut definisi operasional standar pelayanan minimal bidang kesehatan
di kabupaten di Jawa Timur (2004)
kunjungan neonatal adalah kontak
neonatus (0 – 28 hari) dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan
pemeriksaan kesehatan dengan syarat usia 0 – 7 hari minimal 2 kali, usia 8
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
92
sampai 28 hari minimal 1 kali (KN2) di dalam/diluar Institusi Kesehatan
(DepKes RI, 2004).
(c) Cakupan Kunjungan Neonatal
Cakupan Kunjungan Neonatal adalah cakupan neonatus yang
mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali
pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8
– hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentu.Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas
pelayanan kesehatan neonatal.
Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut :
Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan
neonatal X 100( Sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu
tertentuJumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun)
(Ayusianto, 2009). Cakupan pelayanan neonatal oleh tenagakesehatan
untuk
mengetahui
jangkauan
layanan
kesehatan
neonatal
serta
kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat melakukan
layanan kesehatan neonatal (Syafrudin, 2011,Hal:161).
i.
Faktor yang berhubungan dengan Kunjungan Neonatal
a.
Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
93
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk
tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007,Hal: 192).
b. Paritas ibu
Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang
dilahirkan. Wanita dengan paritas tinggi yaitu wanita yang memiliki >2 anak dan
paritas rendah yakni ≤2 anak ( Ramali, 2005,Hal: 144).
Paritas 2-3 merupakan paritas yang aman ditinjau dari sudut kematian
maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi ( lebih dari 3) mempunyai angka kematian
maternal ( Wiknjosastro, 2007,Hal:154).
c. Sosial Ekonomi
Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas
yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007,Hal:193).
d.
Sosial Budaya
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran
apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan
bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan
(Notoatmodjo,
2007,Hal:193).
e. Sarana Pelayanan Kesehatan
Sarana
pelayanan
kesehatan
dapat
juga mempengaruhi
rendahnya
kunjungan neonatal ke puskesmas. Banyaknya jenis sarana pelayanan
kesehatan yang ada disekitar puskesmas dan kurang memadainya fasilitas
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
94
yang ada di puskesmas memungkinkan masyarakat mencari alternatif
pengobatan yang lebih memadai dan mudah dijangkau (Profil PKM, 2008).
j.
Deteksi dini tanda bahaya BBL dan penatalaksanaannya
a) Asfiksia
Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat
dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan
menjadi stabil pada frekuensi 120 sampai 140 per menit dan sianosis sentral
menghilang dengan cepat. Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi
saat dilahirkan dengan menunjukan gejala tonus otot yang menurun dan
mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi –bayi ini
dapat mengalmi apnu atau menunjukan upaya pernafasaan yang tidak cukup
untuk kebutuhan fentilasi paru-paru. Afiksia berati hipoksia yang progresif,
penimbunan Co2 dan asidosis (Sarwono.2009.hal;347).
Penatalaksanaannya :
Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas bersih. Beri oksigen
0,5l/menit lewat kateter hidung. Jaga bayi tetap hangat.
b) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu bayi yang baru lahir dengan
berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilannya
atau masa gestasinya (Sudarti, 2013; h. 4-5).
c) Hipotermi
Prinsip dasar mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir dan mencegah
hipotermi.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
95
1.
Mengeringkan bayi baru lahir sesudah lahir
2.
Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi normal
Suhu normal bayi baru lahir 36,5 C-37,5 C (suhu aksila). Gejala hipotermia
apabila suhu < 36 C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Disebut
hipotermia 32 C-36 C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat
merupakan
awal
penyakit
yan
berakhir
dengan
kematian
(Sarwono.2009.hal;373).
d) Dehidrasi
Kadar air dalam lean body mass bayi ( tubuh tanoa jaringan lemak) lebih kurang
82 %. Apabila bayi kekurangan cairan 5 % atau lebih, akan terjadi dehidrasi.
Gejala/tanda dehidrasi pada bayi antara lain meliputi : bayi mengantuk, tampak
kehausan, kulit, bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubunubun menjadi cekung, warna kulit pucat atau sianosis, turgor kulit berkurang,
ekstremitas dingin, banyak air kemih berkurang, apatik, gelisah, kadang-kadang
kejang sampai syok.
e) Ikterus Neonatorum
Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa
yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus
tampak bila kadar bilirubin dalam serum mencapai ≥ 5 mg/dl. Disebut
hiperbilirubinemia apabila didapatkan kadar bilirubin dalam serum > 13 mg/dl.
Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam batas
normal pada hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari
kesepuluh (Sarwono.2009.hal ;376-388).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
96
Tabel 2.3 pembagian ikterus menurut metode
Derajat ikterus
I
II
III
Daerah ikterus
Daerah kepala dan leher
Sampai badan atas
Sampai badan bawah hingga
tungkai
Sampai daerah lengan, kaki bawah,
lutut
Sampai daerah telapak tangan dan
kaki
IV
V
Perkiraan kadar bilirubin
5.0 mg%
9.0 mg%
11.4 mg%
12.4 mg%
1 mg%
f). Kejang
Kejang dapat disebabkan oleh meningitis, ensefalopati atau hipoglikemia berat.
Pastikan bayi dijaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering,
selimuti dan pakaikan topi untuk menghindari kehilangan panas. Rujuk segera
ketempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NICU (Sarwono.2009.hal; 391).
f)
Cedera lahir
Cedera lahir adalah kelainan pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma
lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang
diakibatkan kelainan fisiologik persalinan ( Sarwono.2009.hal; 399).
C. Tinjauan Teori Nifas
a) Nifas Normal
Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhirnya
ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa
nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009,Hal: 2).
Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan
yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
97
dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau
mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009; h. 4).
Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut :
a. Periode immediate postpartum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan
karena atonia uteri.
b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keasaan normal,
tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu
cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui
dengan baik.
c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan
sehari-hari serta konseling KB ( Diah.2013.hal; 1).
b)
Tujuan asuhan masa nifas
1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya,baik fisik maupun psikolog.
2) Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun
bayinya.
3) Memberikan pendidikan kesehatan tenatangperawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi
kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
98
4) Memberikan pelayanan keluarga berencana
Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu
maupun bayinya.diperkirakan bahwa 60% keelah permatian akibat
kehamilan terjadi setalinan,dan 50% kematin masa nifas terjadi dalam
24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi , dua
pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan
60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir.
Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi maa
nifas dapat mencegah beberapa kematian.
4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan
bayi baru lahir, dan untuk mencegah,mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi.
1) kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan) tujuannya yaitu:
a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan:rujuk bila
perdarahan berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggotakeluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
d. Pemberian asi awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f.
Menjagabayi tetep sehat dengan cara mencegah hipotermia.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
99
Jika petugas kesehatan menolong persalinan maka harus tinggal
dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama
setelah
kelahiran,atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil
2) kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan)
a.
Memastikan
involusi
berkontraksi,fundus
uterus
dibawah
berjalan
umbilikus,tidak
normal:uterus
ada
perdarahan
abnormal,tidak ada bau
b.
Menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi atau perdarahan
abdnormal.
c.
Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,cairan dan istirahat.
d.
Memastikan ibu menyusui dengan baik dantak memperhatikan
tanda-tanda penyulit.
e.
Memberikan
konseling
pada
ibu
mengenai
asuhan,tali
pusat,menjaga bayitetap hangat dan merawat bayi sehai-hari.
3)
kunjungan 3 (2 minggu setelah persalinan)
Tujuannnya sama seperti tujuan 6 hari setelah persalinan.
4)
kunjungan 4 (6 minggu setelah persalinan)
a. Menanyakan tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami.
b. Memberikan konseling tentang kb secara dini
c)
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu:
1) Kebersihan diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
100
b. Mengajarkan kepada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan
sabun
dan
air.Pastikan
bahwa
ibu
mengerti
untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu,dari depan ke
belakang,baru kemudian membersihkan diri setiap kali sesuai buang
air kecil atau besar.
c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari.Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik,dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
2) istirahat
a. Anjurkan ibu untuk beistirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang
berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga bisa
perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akanmempengaruhi ibu dalam hal seperti:mengurangi
jumlah ASI yang diperoduksi,memperlambat proses involusi uterus dan
memperbanyak
perdarahan
,menyebabkan
depresi
dan
ketidak
mampuan untuk merawat bayi dirinya sendiri.
3) Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul
kembali normal.Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot
perut menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
101
b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat
membantu, seperti: dengan tidur terlentang dengan lengan disamping,
menarik otot perut selagi menarik nafas,tahan nafas kedalam dan
angkat dagu ke dada:tahan satu hitungan sampai 5.Rileks dan ulangi 10
kali. untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel)
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot, pantat dan
panggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali. Mulai mengajarkan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan.setiap minggu naikan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan
sebanyak 30 kali.
4) Gizi
a. Harus mengkonsumsi 500 kalori tiap hari
b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein ,mineral
dan vitamin yang cukup.
c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari(anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusu)
d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin
A kepada bayinya melalui asinya (Bahyatun.2009.hal;61).
5) Perawatan payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
102
b. Mengunakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet,oleskan kolostrumatau ASI yang keluar pada
sekitar puting susu setiap kali menyusui, menyusui tetap dilakukan
dimulai dari puting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. Asi
dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendook.
e. Untuk menghilangkan nyeridapat minum parasetamol 1 tablet setap 4-6
jam.
f.
Apabila payudara bengkak akibat bendungan Asi, lakukan:
a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
b) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan
gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju
puting.
c) Keluarkan Asi sebgaian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak.
d) Susukan bayi disetiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat
menghisap seluruh Asi keluarkan dengan tangan
e) Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui
f)
Payudara dikeringkan (Bahyatun.2009.hal;61).
6) Hubungan perkawinan/rumah tangga
a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
103
dalam vagina tanparasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan dia
tidak
merasakan
ketidaknyamanan,
aman
untuk
memulai
melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
b. Banyak bvudaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampaibatas waktutertentu, misalnya setelah 40 hari
atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada
pasangan yang bersangkutan.
7) Keluarga Berencana
a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun
sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan
sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencakan tentang
keluarganya.
Namun,
petugas
kesehatan
dapat
membantu
merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka
tentang caramencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
b. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan (ovulasi) sebelum
mendapatakan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu,
metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama
kembaliuntuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko cara
inialah 2% kehamilan.
c. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
d. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
104
a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
evektifitasnya
b) Kelebihan/keuntungan
c) Kekurangannya
d) Efek samping
e) Bagaimana menggunakan metode itu
f)
Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita
pascapersalinan yang menyusui.
e. Jika seorang ibu pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada
baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua mingu untuk
mengetahui apakah ada yang lain yang ingin ditanyakan oleh
ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah metdoe tersebut bekerja
dengan baik.
8) Menyusui
a. Menyusui harus dilakukan segera serelah kelahiran selagi bayi dalam
keadaan terjaga. Menyusui segera menaikan oksitoksin, yang juga
menaikan involusi pada uterus. Juga menaikan ikatan dini antara ibu
dan anak.
b. Bayi harus hanya disusui saja sekurang-kurangnya selama 4 bulan
pertama. Bayi harus disusui sesuai saja sekurang-kurangnya 4 bulan
pertama. Bayi harus disusui sesuai tuntutan (kapan saja ia lapar)
ndan tanpa harus menggunakan jadwal.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
105
c. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, yang memberikan kalori
dan gizi yang diperlukan bayi untuk 4 bulan pertama sehingga bayi
mendapatkan kenaikan berat badan secara normal, karena semua
gizi didapat sesuai dengan kebutuhan bayi. Mudah untuk dicerna.
Memberikan perlindungan yang penting dari infeks. Juga bersih,
segar dan siap diminum (Bahyatun.2009.hal;61).
9) Tidur
Baringkan bayi ke samping dan terlentang (jangan pakai bantal).
10) Ujung tali pusat
a. Sampai tali pusat kering dan lepas, di daerah ini dapat terjadi infeksi
sehingga harus di jaga agar bersih dan kering.
b. Ibu harus mencuci sekitar tapi pusat setiap hari dengan sabun dan
air.
c. Bubuhi alkohol 70% 1-2 kali sehari.
d. Beritahu ibu untuk lapor ke bidan bila tali pusat berbau, ada
kemerahan
disekitarnya
atau
mengeluarkan
cairan
(Bahyatun.2009.hal;61).
11) Imunisasi
Dalam waktu seminggu peratama, beri bayi:
a. BCG untuk mencegah tuberkolusis,
b. Vaksin polio secara oral,
c. Vaksin hepatitis B (Bahyatun.2009.hal;61).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
106
E) Adaptasi Psikologis ibu
Pada hari pertama dan kedua ibu yang telah melahirkan akan mengalami
perubahan psikologis dan cenderung masih membicarakan pengalaman persalinan
dan menurut priode ini telah diuraiakn oleh Rubin yaitu :
1. Talking in
a. Periode ini akan terjadi pada hari 1-2 setelah melahirkan
(Bahyatun.2009.hal;64).
b. Ibu akan mengulang – ulang pengalaman masa bersalian
c. Peningkatan nutrisi pada ibu nifas sangat penting dibutuhakan
biasanya selera makan ibu meningkat (Bahyatun.2009.hal;64).
2. Taking hold
a. Masa ini akan berlangsung pada hari 2-4 pospartum ibu akan
menjadi perhatian yang pada kemampuanya menjdi seorang ibu
dan
bertanggung
jawab
penuh
pada
bayinya
(Bahyatun.2009.hal;64).
b. Perhatian akan pada fungsi –fungsi tubuh
c. Ibu akan berusaha agar dirinya dapat memberikan asuhan pada
bayinya seperti mebedong, menyusui (Bahyatun.2009.hal;64).
3. Letting go
a. Masa ini akan terjadi ,ibu pulang kerumah setelah
melahirkan.
b. Dan hal ini akan membuat seorang ibu mengambil tanggung
jawab untuk perawatan bayinya.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
107
c. Pada masa ini ibu umumnya akan terjadi depresi postpartum
(Bahyatun.2009.hal;65).
F) Deteksi dini tanda bahaya masa nifas dan penatalaksanaannya
1) Infeksi Nifas
Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia, terjadi
sesudah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 380 C atau lebih
selama 2 hari dalam 10 hari pertama pascapersalinan atau dalam 24 jam
pertama (Bahyatun.2009.hal;144).
Penatalaksanaannya :
Pengukuran suhu dari mulut sedikitnya 4 kali sehari, berikan
antibiotik, perhatikan diet. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak
masuk ke dalam rongga perineum.
2) Payudara bengkak
Payudara terasa lebih penuh/tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau
keempat sesudah melahirkan akibat statis di vena dan pembuluh limfe, tanda
bahwa ASI mulai banyak disekresi.
Penatalaksanaannya :
Susukan bayi segera setelah lahir atau tanpa jadwal (on demand).
Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi.
Lakukan perawatan payudara pascapersalinan secara teratur. Keluarkan
sedikit ASI sebelum menyusui. Kompres dingin pada payudara untuk
mengurangi rasa sakit. Sedangkan sebelum menyusui lakukan kompres
hangat kira-kira 5 menit dan lakukan masase (Bahyatun.2009.hal;144).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
108
3) Mastitis
Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah
melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu. Gejalanya yaitu
kulit merah, payudara lebih keras dan nyeri serta berbenjol-benjol.
Penatalaksanaannya :
Usahakan ibu tetap menyusui bayi agar tidak terjadi statis dalam
payudara yang dapat berkomplikasi menjadi abses. Berikan antibiotika dan
analgesik serta banyak minum dan istirahat.
4) Abses payudara
Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan.
Penatalaksanaannya :
Rujuk ke dokter untuk dilakukan insisi untuk drainase, pemberian
antibiotik dosis tinggi dan analgesik. Bayi dihentikan untuk menyusu untuk
sementara waktu pada payudara yang sakit, bayi tetap menyusu tanpa
jadwal pada payudara yang sehat (Bahyatun.2009.hal;144).
D.Tinjauan Teori Keluarga Berencana
1. Pengertian
Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau
melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang
matang
dan
sel
sperma
yang
mengakibatkan
kehamilan
(Sukarni,2010 Hal:363).
2. Jenis dan waktu yang tepat untuk ber-KB
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
109
a. Postpartum: KB Suntik, Norplant/KB susuk/ Implant, AKDR, Pil KB
hanya progesterone, Kontap, Metode Sederhana
b. Posmentrual Regulatio: KB Suntik
c. Pasca Abortus: KB susuk atau implant
d. Saat Menstruasi: AKDR, Kontap, Metode Sedrhana
e. Masa Interval: KB Suntik, KB Implan, AKDR, Metode Sederhana
f.
Post-Koitus: KB Darurat( Manuaba, 2010 h; 592).
3. Jenis – Jenis Kontrasepsi :
1. Kontrasepsi Alamiah
a. Metode kalender
Metode ini memperhitungkan masa subur wanita yang
berkaitan erat dengan siklus menstruasi.Pasangan tidak
boleh melakukan hubungan suami istri selama istri pada
masa kesuburan (Sukarni, 2013 h;367).
b. Suhu basal tubuh
Peninggian suhu basal tubuh ini mulai 1-2 hari setelah
ovulasi dan disebabkan oleh peninggian kadar hormone
progesterone (Sukarni, 2013 h;367).
c. Metode lendir serviks
Lendir serviks dapat diperiksa dengan jari pada vagina untunk
mengetahui hari-hari kering dan basah(Sukarni, 2013 h;368).
d. Koitus Interuptus
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
110
Prinsip dari metode ini adalah mengeluarkan penis menjelang
ejakulasi sehingga spermatozoa ditumpahkan diluar ilang
senggama.( Sukarni , 2013 h;369)Yang termasuk kontrasepsi
alamiah dengan alat adalah kondom, diafragma, spermaticid (
Sukarni, 2013 h;369).
2. Kontrasepsi Hormonal
1.
Pil
Pil kontrasepsi mencakup pil kombinasi yang berisi hormone
estrogen dan progesterone ( Sukarni , 2013 h;379).
Macam-macam Pil
a. Pil Kombinasi
Fungsinya adalah untuk menghambat terjadinya ovulasi dan
membuat
endometrium
tidak
mendukung
implantasi.
Keuntungannya dapat meredakan dismenorea dan menoragi,
mengurani resiko anemia dan mengurangi resiko penyakit
payudara jinak ( Sukarni , 2013 h;379).
b. Pil Mini
Mini pil hanya berisi progesterone.Keuntungannya dapat diberikan
pada wanita yang sedang menyusui ( Sukarni , 2013 h;379).
2.
KB Suntik
Siklus reproduksi wanita memerlukan kira-kira 28 hari untuk
menyiapkan dan melepaskan ovum pada pertengahan siklus,
mempersiapkan lingkungan uterus dan bila tidak terjadi konsepsi,
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
111
pengeluaran darah dan jaringan dari uterus sebagai haid. Untuk
mencegah kehamilan dengan cara menyuntikan hormone yang
berfungsi menggantikan produksi normal estrogen dan progesterone
oleh
ovarium
dan
mencegah
terjadinya
ovulasi
(Saifuddin,2007,Hal:211).
A.
Suntikan kombinasi
Jenis
suntikan
kombinasi
adalah
25
mg
depo
medroksiprogesterone asetat dan 5 mg estradiol sipionat pada
injeksi IM 1 bln sekali (cyclofem) atau 50 mg neretindrone enantat
dan 5 mg estradiol valerat yang juga diberikan setiap bulan
1) Cara kerja
a. Menekan ovulasi
b. Membuat lender servik menjadi kental sehingga penetrasi
sperma terganggu
c. Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu
d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba
2)
Keuntungan
a. Resiko terhadap kesehatan kecil
b. angka panjang
c. tidak berpengaruh pada hubungan suami istri
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
112
3) Kerugian
a. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan, klien
harus kembali setiap 30 hari untuk mendapat suntikan
b. Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan
obat-obatan epilepsy
c. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, hepatitis,
HIV
4). Efek samping
a. Amenore
b. Mual, pusing, muntah
c. Perdarahan (Saifuddin,2007,Hal:211).
B. Suntikan progestin
1.
Terdapat dua jenis yaitu :
a. Depodemokrasi progesterone asetat (DMPA) Mengandung 150 mg
DMPA, diberikan tiap 3 bulan
b. Depo norestisteron enantat (depo noristerat), mengandung 200 mg
noretindron enantat, diberikan tiap 2 bulan
2. Cara kerja
a.
Mencegah ovulasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
113
b. Mengentalkan lender servik sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi
d. Menghambat transport gamet oleh tuba
3.
Efektifitas
Efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan. Asal
penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan
4. Keuntungan
a. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius
terhadap penyakit jantung, gangguan pembekuan darah
b. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI
c. Mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik, penyakit jinak
payudara, radang panggul (Saifuddin,2007,Hal:211).
5. Keterbatasan
a. Terlambatnya kesuburan setelah penghentian pemakaian tetapi
bukan karenakerusakan organ genetalia melainkan belum habisnya
pelepasan obat suntik dari tempat suntikan (deponya)
b. Klien menjadi tergantung dengan pelayanan kesehatan untuk
mendapatkan suntik kembali dan tidak dapat dihentikan sewaktuwaktu
c. Tidak melindungi dari ims,hepatits dan hiv
6. Efek samping
a. Peningkatan/penurunan berat badan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
114
b. Amenorea(tidak terjadi pendarahan)
c. Pendarahan bercak/spoting
7. Istruksi pada klien berkaitan dengan jadwal penyuntikan
Klien harus kembali ketempat pelayanan kesehatan/ klinik untuk
mendapatkan suntik kembali setiap 12 minggu untuk DMPA atau
setiap 8 minggu untuk noristerat
Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang ditentukan,
klien dapat dating 2 minggu sebelum jadwal, bias pula 2 minggu
setelah jadwal yang ditetapkan asal tidak terjadi kehamilan. Klien
dapat diperkenankan melakukan hubungan seksual selama 7 hari
atau
menggunakan
kontrasepsi
yang
lain
selama
7
hari
(Saifuddin,2007,Hal:211).
3. Jenis KB non hormonal
a. Kondom
Kondom adalah suatu alat kontrasepsi berupa sarung dari
karet yang diselubungkan ke organ intim lelaki, yang bekerja dengan
cara mencegah sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak
terjadi
pembuahan.
Kondom
merupakan
salah
satu
metode
pencegahan kehamilan yang sering di-gunakan.Kondom juga bisa
digunakan untuk melindungi pasangan dan diri sendiri dari virus HIV
dan penyakit menular seksual.Tapi apakah pemakaian kondom cukup
aman dan efektif untuk melindungi Anda dari kehamilan yang tidak
diinginkan dan penyakit.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
115
b. KB Implan/ susuk
Setiap kapsul susuk KB mengandung 36mg Levonorgestrel
yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak b0 mcg. Konsep
mekanisme kerjanya sebagai progesterone yang dapat menghalangi
pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir
sevicks dang menghalangi spermatozoa dan menyebabka
situasi
endometrium tidak siap menjadi nidasi ( Manuaba, 2010 Hal;602).
Cara pemasangan AKBK :
a.
Saat
pemasangan
yang
tepat
adalah
pada
waktu
menstruasi atau 1-2 hari setelah menstruasi
b.
Akseptor
sebaiknya
berbaring
atau
duduk
selama
pemasangan
c.
Pemasangan
dilaksanakan
di
lengan
kiri
karena
merupakan tempat terbaik untuk pemasangan
d.
Lengan kiri diletakan lurus setinggi pundak
e.
Menentukan daerah pemasangan biasanya 8 cm -10 cm di
atas lipatan siku
f.
Melakukan anastesi lokal di tempat insersi dengan arah
seperti kipas sepanjang 4-4,5 cm dengan pembius lokal
g.
Melakukan sayatan melintang selebar 2-3 cm di tempat
suntikan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
116
h.
Tusukan trokar melalui sayatan ke bawah kulit,perhatikan
tanda batasnya dan tusukan sampai tanda batas dekat
pangkal trokar
i.
Mengeluarkan batang dalam trokar dan memasukan
kapsul implan ke dalam batang luar trokar dengan
memakai pinset anatomis, dorong pelan pelan dengan
batang sampai terasa ada tahanan
j.
Mempertahankan posisi batang pendorong, tarik trokar
perlahan lahan sepanjang batang pendorong sampai batas
paling ujung
k.
Meraba implant yang terpasang dengan telunjuk kiri,
dorong trokar pada posisi sebelahnya tanpa terlebih
dahulu mengeluarkan ujung ujungnya dari sayatan.
Pasang seluruh implant denagn posisi menyerupai kipas
sehingga ke enam kapsul terpasang dengan baik
c. IUD
IUD merupakan alat kontrasepsi dalam rahim yang menimbulkan
perubahan pengeluaran cairan , prostaglandin yang menghalangi
kapasitasi spermatozoa. Indikasi pemasangan IUD:
a. Usia reproduktif
b. Keadaan nulipara
c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan KB
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
117
( Sukarni, 2013 h;373).
Mekanisme kerja IUD
Mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti namun
pendapat yang terbanyak adalah IUD dalam cavum uteri
menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai
dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan sperma.
Keuntungan IUD :
a. Hanya memerlukan sekali pemasangan
b. Tidak menimbulkan efek sistemik
c. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
d. Efektifitas cukup tinggi
e. Reversibeal
Efek samping IUD :
a. Perdarahan
b. Rasa nyeri dan kejang di perut
c. Gangguan pada suami
d. Ekspulsi
Cara pemasangan IUD:
a. Akseptor diberi penjelasan tentang pemasangan IUD dan
diminta untuk BAK terlebih dahulu
b. Akseptor berbaring dalam posisi litotomi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
118
c. Melakuakan pemeriksaan dalam untuk menentukan besar
rahim dan bentuk rahim
d. Memasukan spekulum, membersihkan dinding vagina dan
mulut rahim dengan kapas desinfektan
e. Membersihkan porsio dengan larutan antiseptik
f.
Kait bibir depan porsio serviks dengan tenakulum tepat pada
sebelah atsa porsio
g. Memasukan
sonde
sesuai
dengan
arah
rahim
untuk
menentukan dalamnya rahim
h. Menyiapkan IUD steril
i.
Memasukan IUD sesuai dengan arah dan dalamnya sonde
j.
Lalu
memotong benang angan panjang dan juga jangan
terlalu pendek agar tidak menyebabkan sakit pada waktu
senggama.
Kontap ( Kontrasepsi Mantap)
a. Tubektomi
Tubektomi adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan
pembedahan yaitu memotong tuba falopii .metode kontrasepsi ini
permanen di peruntukan bagi mereka yang tidak ingin memiliki
anak ( Sukarni2013 Hal;389).
b. Vasektomi
Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor
pada pria yang sederhana dan sangat efektif. Yaitu dengan ouklasi
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
119
vasdiferen sehingga menghambat perjalanan spermatozoa di dalam
semen ( tidak ada pengantar spermatozoa dari testis ke penis (
Sukarni, 2013 h;396).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
120
A. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN
1. Teori Manajemen Kebidanan Varney
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan
tindakan
berdasarkan
teori
ilmiah,
penemuan-penemuan,
keterampilan
dalam
rangkaian/
tahapan
pengambilan
suatu
keputusan
yang
yang
berfokus
logis
untuk
pada
klien
(Estiwadani,dkk, 2008; h.124).
Proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis
yang merupakan pola pikir. Bidan dalam melaksanakan asuhan
kepada klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah
yang sistematis dan rasional, maka seluruh aktivitas atau tindakan
yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk
klien (Estiwadani,dkk, 2008; h.134).
Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Varney :
Langkah I
: Pengumpulan Data Dasar
Pada
langkah
pertama
ini
dikumpulkan
semua
informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data
dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai
dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital,
pemeriksaan
khusus
dan
pemeriksaan
penunjang.
Kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
121
akan menentukan proses interpretasi yang benar. Sehingga
dalam tahap ini harus komprehensif meliputi data subyektif,
obyektif
dan
hasil
pemeriksaan
sehingga
dapat
menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid
(Estiwadani,dkk, 2008; h. 134).
1) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang diperoleh dari apa yang klien
katakana atau keluhkan. Data tersebut dapat ditentukan tetapi melalui suatu
interaksi atau komunikasi dengan klien (Nursalam, 2004).
(a) Identitas Klien
a) Nama
Nama jelas dan lengkap, bila perlu beserta nama panggilan sehari-hari
agar dalam memberikan pelayanan tidak terjadi kekeliruan(Retna, 2008)
b) Umur
Dicatat dalam tahun untuk mengetahui resiko yang akan terjadi seperti
kurang dari 20 tahun, karena alat reproduksinya belum matang, psikis
dan mentalnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ratna, 2008).
c) Agama
Untuk mengetahui keyakinan yang klien ant untuk membimbing dan
mengarahkan klien dalam berdoa (Ratna, 2008).
d) Suku / Bangsa
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
122
Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ratna,
2008).
e) Pendidikan
Untuk megetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting dalam
memeberikan pendidikan kesehatan atau KIE pada klien sesuai dengan
tingkat pendidikannya (Ambarwati, 2008).
f)
Pekerjaan
Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sociala ekonominya, karena ini
mempengaruhi dengan gizi klien tersebut (Ratna, 2008). Untuk
mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan dengan permasalahan
kesehatan atau untuk mengetahui tingkat social ekonomi (Manuaba,
2008).
g) Alamat
Ditanyakan untuk mempermudah dalam melakukan kunjungan rumah
(Ratna, 2008). Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan keadaan
lingkungan sekitarnya (Ambarwati, 2008).
(b) Keluhan Utama
Keluhan yang terjadi pada ibu bersalin dengan perdarahan postpartum
primer adalah mengalami perdarahan yang lebih banyak, pasien mengeluh
lemah, berkeringat dingin, dan menggigil (Saiffudin, 2006).
(c) Riwayat Menstruasi
Menarche umur berapa, haidnya teratur atau tidak, siklusnya berapa lama,
lama menstruasi, banyaknya jumlah darah, sifat darah (cair atau ada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
123
bekuan,warnanya, baunya), ada dismenorhoe atau tidak, haid yang terakhir
(Saffudin, 2006).
(d) Riwayat Perkawinan
Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau
tidaknya perkawinan, sudah berapa kali menikah, berapa jumlah anak
(Wiknjosastro, 2006).
(e) Riwayat kehamilan, persalian dan nifas yang lalu
a) Riwayat Kehamilan
Untuk mengetahui ada gangguan seperti muntah-muntah, hipertensi,
perdarahan waktu hamil muda (Wheeler, 2004).
b) Riwayat Persalinan
Untuk mengetahui persalinan yang dilakukan spontan atau buatan, lahir
aterm, preterm, posterm, ada tidaknya perdarahan saat persalinan,
ditolong siapa, dimana tempat persalinannya (Wheeler, 2004).
c) Riwayat Nifas
Untuk mengetahui apakah pernah mengalami perdarahan, infeksi,
bagaimana proses laktasi dan apakah ada jahitan pada perineum
(Manuaba, 2008).
d) Riwayat Anak
Untuk mengetahui jumlah anak, jenis kelamin, hidup atau mati, berat
badan lahir.
e) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil menggunakan KB atau
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
124
tidak, jika pernah berapa lama penggunaannya, dan jenis
kontrasepsinya (Varney, 2004).
f)
Riwayat penyakit
a) Riwayat penyakit yang lalu
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat
penyakit akut atau kronis seperti; jantung, diabetes mellitus, hipertensi,
asma, yang dapat mempengaruhi dalam masa nifas (Retna, 2008).
b) Riwayat penyakit sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
penyakit yang sedang diderita yang ada hubungannya dengan
perdarahan yang dialami ibu seperti anemia, hipertensi.
c) Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh
penyakit keluarga terhadap kesehatan klien, yaitu apabila ada penyakit
yang menyertainya (Retna, 2008).
g) Perilaku kebutuhan sehari-hari
a) Nutrisi : pada ibu hamil sangat penting untuk memenuhi
kebutuhan gizi karena akan berpengaruh terhadap bayi yang akan
dilahirkan, sedangkan kebutuhan gizi untuk ibu nifas akan berpengaruh
pada kesembuhan luka perineum.
b) Aktivitas seksual: Pada hamil muda hubungan seksual sedapat
mungkin dihindari, bila terdapat keguguran berulang atau mengancam
kehamilan dengan tanda infeksi, pendarahan, mengeluarkan air. Pada
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
125
kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang persalinan perlu dihindari
hubungan seksual karena dapat membahayakan. Bisa terjadi bila kurang
higienis, ketuban bisa pecah, dan persalinan bisa terangsang karena,
sperma mengandung prostaglandin. Pada ibu nifas aktifitas seksual
dapat dilakukan ketika selesai masa nifas atau ketika darah nifas sudah
tidak lagi keluar dari vagina.
c) Istirahat tidur: anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan, waktu untuk istirahat yang cukup untuk ibu
hamil maupun nifas pada siang hari 2 jam dan malam hari 7-8 jam.
d) Personal Hygiene
:
ibu hamil, nifas, dan BBL sangat rentan
sekali terkena infeksi, oleh karena itu kebersihan diri sangat penting
untuk mencegah terjadinya infeksi,seperti: kebersihan pakaian, tempat
tidur, pakaian dalam dan lingkungan.
e) Kepercayaaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan,
nifas dan BBL. Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi proses
kesejahteraan bagi ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL.
2) Pemeriksaan objektif
Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan
diagnosa. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan
inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang
dilakukan secara berurutan (Sulistiawati dkk,2010;h.226).
(a) Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut:
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
126
1. Keadaan umum
Di lakukan untuk mengetahui keadaan umum kesehatan klien.
Kesadaran apakah komposmentis, apatis, latergi, somnolen, sopor atau
koma.
2. Tinggi badan dan berat badan sebagai penilaian keadaan gizi pasien
apakah normal, kurang dan lebih
3. Tanda-tanda vital:
a.
Tekanan darah
Tekanan darah normal adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan
diastolik 60-80 mmHg.
b.
Nadi
Gelombang yang di akibatkan adanya perubahan pelebaran
(vasodilatasi)dan penyempitan (vasokontriksi) dari pembuluh darah
arteri akibat kontraksi vertikel melawan dinding aorta, normalnya
nadi 60-80 kali permenit.
c.
Suhu
Derajat panas yang di pertahankan oleh tubuh dan di atur oleh
hipotalamus (di pertahankan dalam batas normal 37,5-38ºC.
d.
Pernafasan
Suplai O2 ke sel-sel tubuh dan membuang CO2 keluar dari sel tubuh,
normalnya 20-30 kali permenit (Tambunan dkk, 2011; h. 43).
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
127
(b) Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Pemeriksaan dilakukan secara insfeksi dan palpasi, dilakukan
dengan memperhatikan bentuk kepala yang abnormal, distribusi
rambut berpariasi pada setiap orang kulit kepala dikaji dari adanya
peradangan, luka maupun tumor.
2. Muka
Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya
normal,
pucat.
Ketidaksimetrisan
muka
menunjukkan
adanya
gangguan pada saraf ke tujuh (nervus fasialis).
3.
Mata
Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang di
gunakan inspeksi dan palpasi, mata yang diperiksa
semetris apa
tidak, kelopak mata, konjungtiva, sklera.
4. Telinga
Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang
telinga/membrane timpani, dan pendengaran. teknik yang di gunakan
adalah inspeksi dan palpasi, dilihat simetris apa tidak, gangguan
pendengaran apa tidak.
5. Hidung
Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung,
bagian dalam, lalu sinus- sinus, kebersihan nya dan apakah ada
nyeri tekan apa tidak.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
128
6. Mulut
Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut lihat warna
bibir, apakah ada stomatitis apa tidak.
7. Leher
Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ lain yang
berkaitan. Teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi,
apakah ada kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid.
8. Dada
Mengkaji kesehatan pernafasan, retraksi dan mendengar bunyi
jantung dan paru-paru.
9. Perut
Untuk mengkaji adanya distensi, nyeri tekan dan adanya massa,
apakah ada pembesaran dan konsistensi.
10. Punggung
Mengkaji nyeri tekan, nyeri ketuk.
11. Genetalia
Mengkaji
seperti apakah ada masalah dalam buang air kecil,
adanya luka, bengkak maupun nyeri pada genetalia (Tambunan dkk,
2011; h. 66-112).
Langkah II
: Interpretasi data dasar
Langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data
dasar
yang
telah
dikumpulkan
diinterpretasikan
sehingga
dapat
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
129
merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa
dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
diidentifikasikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan.
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam
lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa
kebidanan (Estiwadani,dkk, 2008;h. 135).
Langkah III
: Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan
mengantisipasi penanganannya
Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa
potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi.
Langkah
ini
membutuhkan
antisipasi,
bila
memungkinkan
dilakukan
pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah
diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini
penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Bidan dituntut untuk
mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan
masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan
antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi (Estiwadani,dkk,
2008;h. 135).
Langkah IV
: Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk
melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain
berdasarkan kondisi klien
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
130
yang lain sesuai dengan kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita
mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim
kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan
klinis bayi baru lahir
Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk
menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam
manajemen asuhan kebidanan. Bidan dalam melakukan tindakan harus
sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya.
Setelah
bidan
merumuskan
tindakan
yang
perlu
dilakukan
untuk
mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial pada step sebelumnya,
bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi (Estiwadani,dkk, 2008;h. 136-137).
Langkah V
: Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak
hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari
setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi
terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi
berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial
ekonomi-kultural atau masalah psikologis.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
131
Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaituoleh
bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga
akan melaksanakan rencana tersebut (Estiwadani,dkk, 2008;h. 137-138).
Langkah VI
: Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah kelimadilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi
oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi dimana bidan
berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami
komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Kaji ulang apakah semua rencana
asuhan telah dilaksanakan (Estiwadani,dkk, 2008;h. 138).
Langkah VII : Mengevaluasi
Pada langkah ketujuh dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar
telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam
diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika
memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Estiwadani,dkk, 2008;h. 139).
2. Catatan perkembangan menggunakan pendekatan SOAP
Menurut Helen Varney, alur berfikir seorang bidan pada saat menghadapi
klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
132
dilakukan oleh seorang bidan melalui proses brfikir sistematis, maka
dokumentasi dalam bentuk SOAP :
a. Subyektif (S)
Data subyektif berisi tentang menggambarkan pendokumentasiannya
hanya pengumpulan data klien melalui anamnesa tanda gejala
subyektif yang diperoleh dan hasil bertanya pada pasien, suami dan
keluarga
(identitas
umum,
keluhan,
riwayat
haid,
kehamilan,
persalinan, KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, penyakit
keturunan, riwayat psikososial, dan pola hidup).
b. Obyektif (O)
Menggambarkan tentang pendokumentasian hasil analisa dan
pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain
yang merumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment.
Tanda gejala obyektif yang diperoleh dan hasil pemeriksaan. Cara
pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi.
c. Assesment (A)
Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif
maupun obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan
pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif
maupun obyektif, dan sering juga digunakan secara terpisah, maka
proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik.
Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi :
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
133
1)
Diagnosa atau Masalah
a) Diagnosa adalah rumusan dan hasil pengkajian mengenai
kondisi klien. Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh.
b) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan
klien
terganggu,
kemungkinan
mengganggu
kesehatan tetapi tidak dalam diagnosa potensial.
d. Planning (P)
Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan evaluasi berdasarkan
assesment
SOAP
untuk
perencanaan,
implementasi
dan
evaluasi
dimasukkan dalam Planning.
1) Perencanaan
Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan, bidan menyusun rencana
kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah
yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk
memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi
(Estiwadani,dkk, 2008;h. 131).
2) Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan menghilangkan dan mengurangi masalah
klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu,
klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dalam proses ini. Apabila
kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau
disesuaikan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
134
3) Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana.
Jadi tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
tindakan kebidanan yang dilakukan (Estiwadani,dkk, 2008;h. 132).
B. Landasan Hukum Praktik Bidan
Adapun landasan hukum praktik bidan, Menurut Kepmenkes no.
1464/MENKES/PER/X/2010 pada pasal 9 bidan dalam menjalankan
praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan
kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pada pasal 10
pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil, kehamilan,
persalinan, nifas, menyusui dan masa antara dua kehamilan. Pelayanan
kesehatan ibu dapat diberikan dengan konseling dari masa pra hamil
hingga masa antara dua kehamilan.
Bidan
dalam
memberikan
pelayanan
juga
berwenang
untuk
melakukan tindakan seperti episiotomi, penjahitan luka derajat I dan II,
penanganan kegawatdaruratan dengan perujukan, dll. Pada pasal 11
pelayanan kesehatan pada anak diberikan pada BBL, bayi, anak balita
dan anak pra sekolah. Bidan juga berwenang untuk melakukan asuhan
kebidanan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan
hipotermi, inisiasi menyusui dini, dll sampai pemberian surat kematian
pun dapat diberikan oleh bidan.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
135
Pasal 12 bidan berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga berencana dengan pemberian
konseling serta memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Pada
pasal 13 bidan berwenang untuk memberikan pelayanan untuk
pemberian alat kontrasepsi suntik, AKDR, dan AKBK sampai dengan
pencegahan penggunaan NAPZA.
Bidan dalam menjalankan tugasnya harus menggunakan pelayanan
kebidanan yang standar. Pada Standar pelayanan umum terkaji pada
standar 1 dan 2 yang berisi tentang persiapan untuk kehidupan keluarga
yang sehat dan pencatatan serta pelaporan tentang data ibu hamil,nifas
BBL, semua kunjungan rumah dan penyuluhan yang diberikan kepada
masyarakat.
Pada standar pelayanan antenatal terkaji pada standar 3 sampai
standar 8 yang berisi tentang identifikasi ibu hamil, pemeriksaan dan
pemantauan antenatal, palpasi abdomen, pengelolaan anemia pada
kehamilan, pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan, dan persiapan
persalinan. Pada standar pelayanan kebidanan terdapat empat standar
yaitu pada standar 9 sampai standar 12 yang berisi tentang asuhan
persalinan kala I, persalinan kala II yang aman, penatalaksanaan aktif
persalinan kala III, dan penanganan kala II dengan gawat janin melalui
episiotomi. Standar pelayanan nifas terdapat tiga standar yaitu pada
standar 13 sampai standar 15 yang berisi tentang perawatan bayi baru
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
136
lahir, penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan, dan
pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas.
Standar
penanganan
kegawatdaruratan
obstetri
dan
neonatal
terdapat pada 9 standar yaitu pada standar 16 sampai standar 24 yang
berisipenanganan
perdarahan
dalam
kehamilan
pada
kehamilan
trimester III, penanganan kegawatan pada eklampsia, penanganan
kegawatan pada partus lama/macet, persalinan dengan penggunaan
vakum
ekstraktor,
penanganan
retensio
plasenta,
penanganan
perdarahan postpartum primer, penanganan perdarahan postpartum
sekunder, penanganan sepsis peurperalis, dan penanganan asfiksia
neonatorum.
Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014
Download