13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Kehamilan 1. Pengertian Kehamilan Masa kehimalan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan ( Prawirohardjo , 2009 h 80). Kehamilan adalah rangkaian peristiwa yang baru terjadi bila ovum dibuahi dan pembuahan ovum akhirnya berkembang sampai menjadi fetus yang atem (Sukarni, 2013; hal:63). 2. Proses Terjadinya Kehamilan Peristiwa prinsip terjadinya kehamilan, yaitu : a) Pembuahan / fertilisasi : bertemunya / ovum wanita dengan sel benih / spermatozoa pria. b) Pembelahan sel (zigot) dari ahsil pembuahan. c) Nidasi / implantasi zigot tersebut pada dinding saluran reproduksi (pada keadaan normal: implantasi pada lapisan endometrium dinding Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 14 kavum uteri). Pertumbuhan da perkembangan zigot-embrio-janin menjadi bakal individu baru. Kehamilan progesterone, dipengaruhi human berbagai chorionic hormone : estrogen, gonadotropin, human somatomammotrpin, dan prolaktin. Human Chorionic Gonadotropin (hCG) adalah hormon aktif khusus yang berperan selama awal masa kehamilan, berfluktuasi kadarnya selama kehamilan. Terjadi perubahan juga pada anatomi dan fisiologi organ-organ sistem reproduksi dan organ-organ sistem tubuh lainnya, yang dipengaruhi terutama oleh perubahan keseimbangan hormonal tersebut (Sukarni, 2013; hal : 65). 3. Tanda Kehamilan a) Terlambat datang bulan Selain hamil, terlambat datang bulan biasa disebabkan oleh peningkatan atau penurunan berat badan secara drastic. Selain itu, masalah hormon, kelelahan, stress, pil kontrasepsi, dan sedang menyusui juga bisa jadi penyebab terlambat datang bulan (Sukarni, 2013; hal : 65). b) Mual dan Muntah Suka mual dan muntah tanpa sebab jelas, Bisa saja itu adalah morning sickness. Namun kalau Anda tidak sedang hamil, mual dan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 15 muntah adalah tanda keracunan makanan, stres, dan gangguan perut (Sukarni, 2013; hal : 65). c) Payudara Membengkak Beberapa ibu hamil mengalami pembengkakan di bagian payudara mereka. Sementara itu, factor lain yang menyebabkan hal ini adalah hormone, pil konrasepsi, dan tanda bahwa Anda akan segera mengalami menstruasi (Sukarni, 2013; hal : 65). d) Lelah dan mengantuk Susah bangun karena lelah, Perasaan tersebut identik dengan tanda kehamilan. Namun stress, sakit, dan depresi juga bisa memicu rasa lelah dan mengantuk (Sukarni, 2013; hal : 65). e) Nyeri punggung Kehamilan tiga bulan pertama ditandai dengan rasa nyeri di bagian punggung. Kalau Anda tidak hamil, mungkin Anda menderita penyakit tertentu yang berhubungan dengan punggung (Sukarni, 2013; hal : 65). f) Sakit kepala Kadar hormon estrogen biasanya membuat ibu hamil sering terserang sakit kepala secara berkala. Sebab lain dari sakit kepala ini adalah dehidrasi, kafein, dan mata kejang (Sukarni, 2013; hal : 65). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 16 g) Suka ngemil. h) Areola menghitam merupakan bagian sekitar puting. i) Sering pipis. j) Gerakan dalam perut pada minggu ke-16 sampai ke-22, ada pergerakan yang merupakan tanda ada janin di dalam perut. k) Detak jantung dalam perut. l) Sakit kepala ringan (pusing). m) Sakit di tulang rusuk. n) Rasa sesak. o) Air liur yang berlebihan bahkan sering muntah-muntah. p) Sebagian wanita merasa resah dan sensitif. q) Suhu panas yang tinggi setelah indung telur mengeluarkan sel telur dan terjadi pembuahan. r) Tidak mendapat haid/ menstruasi. s) Badan mengembang dan rahim membesar membuat perut semakn tampak besar. t) Perubahan pada payudara u) Muntah-muntah ringan di pagi atau sore hari khususnya tahap awal kehamilan. v) Sangat sensitive terhadap bau-bauan. w) Sulit berkonsentrasi terhadap pekerjaan. x) Mengidam. y) Perubahan detak jantung dan organ sirkulatif. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 17 z) Kelenjar endokrin. aa) Perubahan pada tulang dan gigi. bb) Sering buang air kecil dan sulit buang air besar terutama di awal dan akhir masa kehamilan. cc) Keluarnya cairan dari vagina. dd) Adanya gangguan pada pencernaan, khususnya di awal kehamilan. ee) Bercak berwarna merah yang mirip dengan bisul dibagian bawah perut. ff) Terjadi perubahan pada kulit, rambut, dan kuku. gg) Merasa tersengat atau terbakar di bagian bawah dada dan biasanya diikuti oleh muntah atau cairan yang asam atau pahit. hh) Kehilangan selera makan akibat tekanan rahim terhadap perut dan usus panjang. ii) Adanya wasir, yaitu pembuluh darah normal di daerah rectum. jj) Nyei pada tulang. kk) Sesak nafas yang terjadi selam dua bulan terakhir kehamilan. ll) Sakit punggung, sakit punggung yang dirasakan saat hamil disebabkan beberapa ligament di puggung anda sudah tidak ada. Sakit ini akan terus dirasai saat berat badan anda bertambah dan selama masa kehamilan (Sukarni, 2013; hal : 68). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 18 4. Masa-masa kehamilan Masa kehamilan dibagi menjadi tiga periode atau trimester, masingmasing selama 13 minggu. Trimester membantu pengelompokkan tahap perkembangna janin dan tubuh ibu sebagai berikut : a. Trimester pertama Periode sebagai penyesuaian terhadap kenyataan bahwa ia sedang ketidaknyamanan mengandung. pada trimester Ada pertama beberapa seperti kelemahan, perubahan nafsu makan, kepekaan emosional, senua ini dapat mencerminkan konflik dan depresi yang di alami dan pada saat bersamaan hal-hal terseut menjadi pengingat tentang kehamilannya (Sukarni,2013; hal : 7172). b. Trimester kedua Periode kesehatan yang baik, dimana wanita merasa nyaman dan bebas dari segala ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Trimester kedua terbagi atas dua fase yaitu praquickening dan pasca-quickening. Quickening menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya. Pada trimester Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 19 kedua mulai terjadi perubahan pada tubuh. Janin mulai aktif bergerak pada periode ini (Sukarni,2013; hal : 74). c. Trimester ketiga Trimester ketiga sering disebut periode penantian dengan penuh kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bayi sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti kehadiran sang bayi. Trimester ketiga merupakan waktu persiapan yang aktif terlihat dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan segera dilahirkan (Sukarni, 2013; hal : 74). 5. Posisi knee-chest Tindakan ini dilakukan pada kehamilan sekitar 7-7,5 bulan, masih dapat dicoba melakukan posisi knee-chest 3-4 kali per hari selama 15 menit. Situasi ruangan yang masih longgar diharapkan dapat memberi peluang kepala turun menuju pintu atas panggul. Dasar pertimbangan kepala lebih berat dari bokong sehingga dengan hukum alam akan mengarah ke pintu atas panggul (Manuaba, 2010; hal : 117). 6. Fisiologi kehamilan a) Proses kehamilan Proses kehamilan merupakan matarantai yang bersinambung dan terdiri dar: ovulasi, migrasi spermatozoa Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 20 dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Yuni kusmiati,2009,Hal:10). b) Ovulasi Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh sistem hormonal yang kompleks. Selama masa subur yang berlangsung 20 sampai 35 tahun, hanya 420 buah ovum yang dapat mengikuti proses pematangan dan terjadi ovulasi proses pertumbuhan ovum (oogenesis) asalnya epitel germinal -> oogonium-> folikel primer-> proses pematangan pertama. Dengan pengaruh hormom FSH folikel primer mengalami perubhan menjadi folikel de graaf yang menuju ke permukaan ovarium disertai pembentukan cairan folikel. Desakan folikel de graf ke permukaan ovarium menyebabkan penipisan dan disertai devaskularisasi. yang disebut dnegan ovulasi (Yuni kusmiati,2009,Hal:10). c) Spermatozoa. Proses pembentukan spermatozoa merupakan proses yang kompleks. Spermatogonium berasal dari sel primitive tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatisod, akhirnya spermatozoa. Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi matarantai hormonal Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 21 yang kompleks dari panca indera hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial leydig sehingga spermatogonium dapat mengalami proses mitosis. Pada setipa hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. bentuk spermatozoa seperti kecebong yang terdiri dari kepala, leher dan ekor (Yuni kusmiati,2009,Hal:10). d) Konsepsi. Pertemuan inti ovum dengan inti spermatozoa disebut dengan konsepsi atau fertilisasi dan membentuk zigot. Proses konsepsi dapat berlangsung seperti uraian dibawah ini. Keseluruhan proses tersebut merupakan matarantau fertilisasi atau konsepsi. 1) Ovum yang dilepaskan dalam proses ovuasi, diliouti oleh korona radiate, yang mengandung persediaan nutrisi. 2) Pada ovum dijumpai inti dalam bentuk metaphase ditengah sitoplasma yang disebut vitelus. 3) Dalam perjalnaan, korona radiate makin berkurang pada zona pelusida. Nutrisi dialirkan kedalam vitelus, melalui saluran pada zona pelusida. 4) Konsepsi terjadi pada pars ampularis tuba, tempoat yang paling luas yang dindingnya penuh jonjot dan tertutup sel Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 22 yang mempunyai silia. Ovum mempunyai waktu hidup terlama didalam ampula tuba. 5) Ovum siap dibuahi setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam. e) Proses Nidasi atau implantasi Dengan masuknya inti spermatozoa kedalam sitoplma, “vitelus” membangkitkan kemabli pembelahan dalam inti ovum yang dalam keadaan”metaphase”. Proses pematangan mengikuti bentuk anaphase pemecahan dan dan “telofase” sehingga pronukleusnya manjadi “haploid” (Yuni kusmiati,2009,Hal:38). f) Pembentukan plasenta Nidasi atau implantasi terjadi pada bagian fundus uteri di dinding depan atau belakang. Pada blastula, penyebaran sel trofoblas yang tumbuh tidak rata, sehingga bagian blastula dengan inner cell mas akan tertanam kedalam endometrium. Sel trfoblas menghancurkan endometrium sampai terjadi pembentukan pasenta yang berasal dari primer vili korealis. Terjadinya nidasi mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi.sel yang dekat dnegan ruangan eksoselom membentuk “entoderm” dan yolk sac (kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk “ectoderm” dan ruangan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 23 amnion. Plat embrio terbentuk diantara dua ruang yaitu ruang amnion dan kantong yolk sac (Yuni kusmiati,2009,Hal:46). 7. Perubahan fisiologis pada kehamilan. a) Uterus Rahim atau uterus yang semula besarbta sejempol atau beratnya 30 gram akan mengakamu hipertofidsn hyperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertrofi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin.Perubahan pada stimulus uteri (rahim) meneybabkan isthmus enjadi lebih panjang dan lunak sehingga pada pemeriksaan dalam seolah-olah kedua jari dapat saling sentuh (Yuni kusmiati,2009,Hal:17). b) Vagina Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh estrogen sehingga tampak makin berwarna merah dan kebiruan (tanda Chadwick) ( Prawirohardjo, 2009 h; 178). c) Ovarium Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteumgravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia kehamilan 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 24 kemungkinan vili korealis yang mengeuarkan hormone korionik gonadotropin yang mirip dengan hormone luteotropik hipofisis anterior ( Prawirohardjo, 2009 h; 178). d) Payudara Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan pemberan asi pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat di lepaskan dari pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone dan somatomamotrofin ( Prawirohardjo, 2009 h; 178). e) Sirkulasi darah Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa factor, antara lain: 1) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memnuhi kebutuhanm perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. 2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulais retroplasenter. 3) Pengaruh hormone estrogen dan progesterone makin meningkat. Akibat dari factor tersebut dijumpai beberapa perubahan perdaran darah. 4) Volume darah, volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 25 pertumbuhan sel darah, sehingga terjaid pengecerab darah, dnegan puncaknya pada usia kehmailan 32 minggu. Serum darah (volume darah) bertambah besar menajadi 25-30% sedangka sel darah bertambah sekitar 20%. 5) Sel darah, sel darah merah maikn meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan jarum dalam rahim, ettapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodelusi yang disertai dengan anemia fisiologis. 6) Sistem respirasi, pada kehamilan, terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O₂. 7) Sistem pencernaan, oleh akrena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meningkat dan dapat menyebabkan: a. Pengeluaran air liur berlebihan b. Daerah lambung terasa panas c. Terjadi mual dan sakit d. Muntah yang berlebihan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 26 e. Progesterone menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat menyebabkan obstipasi. (Manuaba, 2010 h;110). f) Plasenta dan air ketuban Plasenta berbentuk bundar dengan ukuran 15 cm x 20 cm dengan tebal 2,5-3 cm dan berat plasenta 500 g. tali pusat yang menghubungkan plasenta panjangnya 25-60 cm. tali pusat terpendek yang pernah dilaporkan adalah 2,5 cm dan terpanjang sekitar 200 cm. Plasenta merupakan akar janim untuk menghisap nutrisi dari ibu dalam bentuk O₂, asam amino, vitamin, minersl, dsn zat lainnya dan progesterone dan korpus sisa metabolism janin CO₂ (Yuni kuamiyati, 2009, Hal:46). 8. Fisiologi pertumbuhan janin. a. Pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim Pada kehamilan 20 minggu, indeks plasnta adalah 0,30; 28 minggu 0,25; 38 minggu 0,15. Jadi makin tua usia kehamilan maka akan semakin rendah indeks plasentanya. b. Usia kehamilan Menentukan usia kehamilan sangat penting untuk memperkirakan persalinan. Usia kehamilan dapat ditentukan dengan: Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 27 a. Menggunakan rumus neggle b. Gerakan pertama kali c. Perkiraan TFU d. Penentuan usia kehamilan 9. Diagnosis kehamilan Tanda dugaan kehamilan a. Amenore, konsepsi dan nidasi akan menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan ovulasi b. Mual dan muntah, ini ada pengarungnya dari hormone estrogen menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan. c. Ngidam, wanita hamil sering mengingikan makanan tertentu d. Pingsan, terjaidnya gangguan sirkulasi kedaerah kepala menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan pingsan e. Payudara tegang, pengruh dari estrogen dan progesterone dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lunak, air, dan garam pada payudara. 10. Kebutuhan dasar pada ibu hamil Trimester I ialah : a. Pola istirahat yang cukup b. Kebutuhan gizi dan nutrisi ibu hamil c. Rileksasi d. Diet ringan untuk mengatasi mual muntah e. Pengetahuan/ informasi tentang ibu hamil Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 28 f. Olahraga atau senam hamil g. Menjaga personal hygiene h. Pemberian imunisasi TT Perubahan fisik pada Trimester II antara lain yaitu : a. Terjadinya pembesaran pada pembuluh-pembuluh darah alat genetalia b. Konsistensi serviks menjadi lunak dan akan mengeluarkan sekresi lebih banyak. c. Pada usia kehamilan 16 minggu cavum uteri sama sekali diisi oleh ruang amnion yang terisi janin dan istimus menjadi bagian korpus uteri. Pada usia 16 minggu mulai terbentuk plasenta dan menggantikan fungsi korpus luteum graviditatum. d. Pada kehamilan 12 minggu ke atas putting susu dapat mengeluarkan cairan berwarna putih agak jernih yang disebut colostrum. e. Biasanya terjadi konstipasi karena pengaruh hormon progesteron yang meningkat. f. Penurunan tekanan oksigen sehingga wanita hamil sering mengeluhkan sesak nafas. Kebutuhan dasar ibu hamil Trimester II ialah : a) Penggunaan pakaian dalam yang berbahan katun untuk mempermudah penyerapan keringat b) Kebutuhan gizi yaitu peningkatan konsumsi protein, vitamin, dan zat besi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 29 Perubahan fisik pada Trimester III antara lain yaitu : a) Itmus lebih nyata menjadi korpus uteri dan berkembang menjadi segmen bawah rahim b) Kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul, sehingga keluhan sering kencing akan timbul karena kandung kencing mulai tertekan. c) Kenaikan berat badan sekitar 5,5 kg, penambahan berat badan mulai awal kehamilan sampai akhir adalah 10-12 kg. d) Sakit pinggang yang diakibatkan oleh hormon progresteron dan hormon relaxing yang menjadikan relaksasi jaringan ikat dan otot-otot, biasanya terjadi pada satu minggu terakhir kehamilan (Sujiyatini,2008 h; 55-69). Kebutuhan dasar ibu hamil Trimester III yaitu : a) Mempersiapkan rencana tempat kelahiran, memilih penolong (tenaga kesehatan) untuk membantu proses persalinan b) Mempersiapkan rencana jika terjadi komplikasi c) Konseling tentang tanda-tanda persalinan d) Konseling tentang tanda bahaya persalinan Perubahan dan adaptasi psikologis dalam masa kehamilan : Trimester I : a) Munculnya kebingungan tentang kehamilannya. b) Kekhawatiran terhadap kehamilan c) Selalu mencari tanda-tanda bahwa dirinya benar-benar hamil Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 30 d) Hasrat melakukan hubungan seks meningkat. Trimester II : a) Ibu sudah mulai menerima kehamilannya b) Ketertarikan dan aktivitas terfokus pada kehamilannya c) Kecemasan orang tua terhadap janinnya apabila anaknya lahir cacat d) Perhatian penuh terhadap janin yang ada dalam kandungan. Trimester III : a) Terpusatnya perhatian terhadap kehadiran bayi b) Wanita hamil akan berusaha melindungi bayinya dengan menghindari kerumunan yang dianggap membahayakan c) Mulai muncul ketakutan akan rasa sakit dan bahaya fisik yang muncul ketika persalinan d) Perasaan sedih karena kehilangan perhatian dan hak istimewa yang dimiliki selama kehamilan (Sujiyatini,2008 h; 70-81). 11. Perubahan psikologis pada kehamilan : a. Pada trimester I Pada trimester pertama seorang ibu masih takut menerima kehamilan ini, merasa kebingungan dengan kehamilannya. Kekhawatiran juga terjadi yang berkaitan dengan kemungkinan terjadinya keguguran maka dari itu banyak wanita yang sengaja merahasiakan kehamilannya. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 31 b. Pada trimester II Keadaan ibu pada trimester ini sudah mulai sehat dan psikologisnya sudah mulai membaik. Ibu sduah dapat menerima kehamilan ini dan mulai merasakan gerakan bayinya. c. Pada trimester III Seorang wanita hamil tinggal menanti kelahiran bayinya. Perhatian lebih memusat ke kehamilan dan selalu berusaha untuk melindungi bayi yang di kandung ( Yuni Kusmiati, S. ST, dkk, 2008: 71 ). 12. Pengertian Antenatal Care Antenatal Care adalah perawatan sebelum persalinan ditujukan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim.(Manuaba I.B.G, 1998,hal.129). Antenatal Care adalah pengawasan sebelum anak lahir terutama ditujukan pada anak (Mochtar R, hal.49). 13. Pelayanan Antenatal Care Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan pembantu dan perawat bidan) untuk ibu selama kehamilannya sesuai dengan standar minimal pelayanan antenatal care yang meliputi 10T yaitu timbang berat badan, ukut tinggi badan, ukur tekanan darah, pemberian imunisasi tetanus toxoid, ukur tinggi fundus uteri, pemberian tablet besi minimal 90 derajat selama kehamilan, test penyakit menular seksual Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 32 (PMS) dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin A.B, 2006, hal.282). 12. Tujuan Pengawasan Antenatal a. Tujuan Umum Menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu selama dalam kehamilan sehingga didapatkan ibu dan janin yang sehat (Mochtar R, hal. 47). b. Tujuan Khusus 1) Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang janin 2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental dan sosial ibu dan janin. 3) Mengenal secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. 4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. 6) Mempersiapkan ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal (Saifuddin A.B,2006, hal.90). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 33 13. Jadwal Kunjungan Antenatal a. Kunjungan Antenatal Care untuk pemantauan dan pengawasan kesejahteraan ibu dan anak minimal empat kali selama kehamilan dalam waktu sebagai berikut : b. 1) Trimester I : 1 kali 2) Trimester II : 1 kali 3) Trimester III : 2 kali, (Profil Departemen Kesehatan) Jadwal pemeriksaan Antenatal Care adalah : 1) Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya terlambat satu bulan. 2) Periksa ulang satu kali sebulan sampai kehamilan c. Trimester ketiga (antara minggu ke-28 – 36). 1) Sama pada trimester pertama dan kedua. 2) Palpasi abdominal untuk mengetahui adatujuh bulan. 3) Periksa ulang dua kali sebulan sampai kehamilan sembilan bulan. 4) Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan sembilan bulan. 5) Periksa khusus apabila ada keluhan-keluhan. Pengawasan Antenatal sangat penting dalam upaya menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu maupun perinatal. Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 34 langkah-langkah dalam pertolongan persalinan dan nifas (Manuaba I.B.G, 1998,hal.128). 14. Asuhan kebidanan yang dilakukan pada ibu hamil: a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan bayi c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan e. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi (Maternal, neonatal,2009,Hal:10). 15. Tanda bahaya kehamilan muda dan penatalaksanaannya seperti : a. Abortus : Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janinmencapai berat 500 gram atau umur kehamilan kurang dari 22 mingguatau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan (Sarwono, 2008,Hal:167). Abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun,spontan maupun buatan, sebelum janin mampu bertahan hidup.Batasan ini berdasar umur kehamilan dan berat badan. Dengan lainperkataan abortus adalah terminasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 35 kehamilan sebelum 20 minggu ataudengan berat kurang dari 500 gr (Handono, 2009,Hal: 154). b. Kehamilan ektopik : Kehamilan ektopik terganggu dapat dilihat jika pasien pucat/anemis, kesadaran menurun dan lemah, syok, perut kembung, nyeri pada perut bawah, nyeri goyang porsio. Jika terjadi tanda-tanda tersebut maka penanganannya yaitu : Lakukan persiapan untuk tindakan operatif gawat darurat, menghentikan sumber perdarahan, siapkan darah pengganti, infus dengan RL (500 ml dalam 15 menit pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama (termasuk selama tindakan berlangsung), transfusi darah, lakukan eksisi bagian tuba yang mengandung hasil konsepsi, berikan antibiotika kombinasi atau tunggal dengan spektrum yang luas, atasi anemia dengan tablet besi 600 mg/hari, dan konseling pasca tindakan (Icemi sukarni,2010,Hal 78). c. Mola hidatidosa : Tindakan yang dapat dilakukan adalah evakuasi jaringan mola, berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml RL dengan 40-60 tetes/menit, pengosongan dengan aspirasi vakum, jika pada anemia sedang berikan tablet besi 600 mg/hari dan untuk anemia berat lakukan transfusi darah, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (Sarwono, 2006, h: 145-159). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 36 d. Hiperemesis gravidarum Hiperemesis gravidarum adalah mual – muntah berlebihan sehingga menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan membahayakan hidupnya. (Manuaba, 2001) Wanita hamil memuntahkan segala apa yang dimakan dan diminum hingga berat badannya sangat turun, turgor kulit berkurang, diuresis berkurang dan timbul asetonuri, keadaan ini disebut hiperemesis gravidarum (Sastrawinata,2004,Hal:56). Penatalaksanaan Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak mengurang maka diperlukan obat – obatan : a) Sedativa : phenobarbital b) Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau B – kompleks c) Anti histamin : Dramamin, avomin d) Anti emetik (pada keadan lebih berat) : Disiklomin hidrokhloride atau khlorpromasi Penatalaksanaan : a) Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah dengan pertukaran udara yang baik b) Menjaga keseimbangan cairan c) Anjurkan makan dan minum bila keadaan membaik d) Dianjurkan pemberian bitamin B1 dan B6 tambahan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 37 e) Berikan konseling pada pasien bahwa penyakitnya bisa disembuhka serta menghilangkan rasa takut dan konflik yang melatarbelakangi hiperemesis e. Preeklamsia/eklamsia Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Eklampsia adalah preeklampsia disertai dengan kejang atau koma yang timbul bukan akibat kelainan neurologi. Superimposed preeklampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada pasien yang menderita hipertensi kronik (Yuni kusmiyati,2008,Hal:160). Penatalaksanaan : 1) Preeklampsia ringan Pastikan usia kehamilan, kematangan serviks, dan kemungkinan pertumbuhan janin terhambat. Pada pasien rawat jalan anjurkan untuk istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur >8 jam malam hari. Rawat pasien bila tidak ada perbaikan dalam 2 minggu pengobatan rawat jalan. Berikan obat antihipertensi metildopa 3x125 mg, nifedipin 3-8 x 5-10 mg atau pindolol 1-3 x 5 mg (dosis maksimal 30 mg). Bila keadaan ibu membaik dan tekanan darah dapat dipertahankan 140-150/90-100 mmHg tunggu persalinan sampai aterm. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 38 2) Preeklampsia berat Rawat pasien di rumah sakit. Berikan MgSO4 dalam infus dekstrosa 5% dengan kecepatan 15-20 tetes/menit. Dosis awal MgSO4, 2 g IV dalam 10 menit selanjutnya 2g/jam dalam drip infus sampai tekanan darah stabil (140-150/90-100 mmHg) (pemberian MgSO4 harus memenuhi syarat yaitu reflek patella +, pernafasan >16 kali/menit, urin >100 cc dalam 4 jam). Berikan nifedipin 3-4 x 10 mg oral. Lakukan terminasi kehamilan. f. Anemia Dalam Kehamilan 1) pengertian Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dimana kadar hemoglobin dibawah 11 gr %. ( Saifuddin, AB,2006 hal 281). Anemia berarti kurangnya hemoglobin dalam darah, yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit. Anemia adalah kondisi di mana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau masa hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi fungsinya sebagai pembawa oksigen keseluruh jaringan (Wasnidar,2007.Hal 20). Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pembawa oksigen) dalam sel darah merah berada dibawah normal. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 39 2) Penyebab anemia umumnya adalah: a) Kurang gizi (malnutrisi) b) Kurang zat besi dalam diet c) Malabsorpsi d) Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid dan lain-lain. e) Penyakit-penyakit kronis: tbc, paru, cacing usus, malaria dan lain-lain. 3) Klasifikasi Anemia Dalam Kehamilan a. Anemia Defisiensi Besi Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai adalah anemia kekurangan zat besi. Hal ini disebabkan karena kurangnya zat besi dalam makanan, karena gangguan resorbsi, atau karena terlampau banyaknya zat besi yang keluar dari badan, misalnya pada perdarahan. b. Anemia Megaloblastik Anemia ini disebabkan karena defisiensi asam folik, malnutrisi dan infeksi yang kronik. c. Anemia Hipoplastik Anemia ini disebabkan karena sumsum tulang kurang mampu membuat sel-sel darah baru. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 40 d. Anemia Hemolitik Anemia ini disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih cepat dari pembuatannya (Wiknjosastro H, 2006, hal.451-458). 4) Patofisiologi Anemia Anemia lebih sering ditemukan dalam kehamilan karena keperluan akan zat-zat makanan makin bertambah dan terjadi pula perubahan-perubahan dalam darah dan sumsum tulang. Volume darah bertambah banyak dalam kehamilan, yang lazim disebut hidremia atau hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel-sel darah kurang dibandingkan dengan plasma, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi). Pertambahan tersebut berbanding sebagai berikut: plasma 30%, sel darah 18%, dan hemoglobin 19%. Hemodilusi dianggap sebagai penyesuaian diri secara fisiologi dalam kehamilan dan bermanfaat bagi ibu yaitu dapat meringankan beban kerja jantung yang harus bekerja lebih berat dalam masa hamil, yang disebabkan oleh peningkatan cardiac output akibat hipervolemia. Kerja jantung lebih ringan apabila viskositas darah rendah. Resistensi perifer berkurang pula, sehingga tekanan darah tidak naik. Kedua, pada perdarahan waktu persalinan, banyaknya unsur besi yang hilang lebih sedikit dibandingkan dengan apabila darah itu tetap kental. Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah mulai sejak kehamilan umur 10 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 41 minggu dan mencapai puncaknya dalam kehamilan antara 32 dan 36 minggu (Wiknjosastro H, 2006, hal.448). 5) Tanda dan Gejala Anemia Gejala umum yang terjadi pada seseorang dengan anemia adalah lemas, pusing, cepat lelah, mudah mengantuk, konsentrasi menurun, pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk, tampak pucat. Kepucatan dapat dilihat pada konjungtiva. a) Tanda yang berkaitan dengan anemia a. Ikterus b. Hipotensi ortostatik c. Edema perifer d. Membran mukosa dan bantalan kuku pucat e. Lidah halus (papil tak menonjol), lecet f. Takikardi g. Takipnea, dispnea saat beraktivitas b) Gejala yang berkaitan dengan anemia a. Keletihan, mengantuk b. Lemah c. Pusing d. Sakit kepala e. Napsu makan kurang f. Perubahan dalam kesukaan makanan g. Perubahan mood Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 42 h. Perubahan kebiasaan tidur (Varney H,2006.;h.127). 6) Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan Bahaya selama kehamilan a. Tumbuh kembang janin terlambat dengan berbagai manifestasi kliniknya. b. Menimbulkan hiperemesis gravidarum dan gestosis. c. Menimbulkan plasenta previa. d. Dapat menimbulkan solusio plasenta Bahaya terhadap persalinan a. Persalinan berlangsung lama. b. Sering terjadi fetal distress. c. Persalinan dengan tindakan operasi. d. Terjadi emboli air ketuban Bahaya selama post partum a. Terjadi perdarahan post partum. b. Mudah terjadi infeksi pada masa nifas c. Dapat terjadi retensio plasenta d. Subinfolusi uteri. Bahaya terhadap janin a. Abortus. b. Terjadi kematian intra uterin. c. Persalinan prematuritas tinggi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 43 d. Berat badan lahir rendah. e. Kelahiran dengan anemia. f. Dapat terjadi cacat bawaan. g. Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal ( Manuaba I.B.G, 2000, hal.31-32). 7) Pencegahan Untuk menghindari terjadinya anemia sebaiknya ibu hamil melakukan pemeriksaan sebelum hamil sehingga dapat diketahui data dasar kesehatan umum ibu hamil tersebut. Dalam pemeriksaan kesehatan disertai adanya pemeriksaan laboratorium sebagian besar dari pemeriksaan serta pengobatan anemia dalam kehamilan biasanya meliputi pemberian tambahan zat besi dan asam folat, diet yang seimbang juga memperbaiki anemia. Arisman, MB (2004), menjelaskan pencegahan anemia dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah : a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan Mengkonsumsi pangan hewani seperti daging, ikan, dan telur dalam gizi yang cukup dapat mencegah anemia, sayur hijau dan buah- buahan ditambah dengan kacang – kacangan dan padi – padian yang cukup mengandung zat besi. Vitamin C diperlukan untuk meningkatkan penyerapan zat besi didalam tubuh. b. Suplementasi Zat Besi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 44 Kebutuhan zat besi pada ibu dapat dilihat berdasarkan trimester kehamilan. Trimester :Kebutuhan relatif sedikit yaitu 0,8 mg/hari. Trimester II:Kebutuhan meningkat yaitu 6,3 mg/hari. Trimester III:Kebutuhan zat besinya yaitu 6,3 mg/hari. c. Pengetahuan Memberikan pengertian pada ibu hamil agar mengkonsumsi tablet besi, karena ibu hamil cenderung menolak mengkonsumsi tablet ini karena adanya berbagai efek samping seperti mual. Para ibu hamil harus diberikan pendidikan yang tepat tentang bahaya yang mungkin terjadi akibat anemia, dan beri penjelasan bahwa salah satu penyebab anemia adalah defisiensi zat besi. d. Pengawasan Penyakit Infeksi Pengawasan penyakit infeksi memerlukan upaya kesehatan masyarakat pencegahan seperti : penyediaan air bersih, perbaikan sanitasi lingkungan dan kebersihan perorangan. Jika terjadi infestasi parasit, penyebab kehilangan darah kronis sudah pasti cacing tambang yang menjadi penyebabnya. Parasit dalam jumlah besar dapat mengganggu penyerapan berbagai zat gizi, termasuk penyerapan zat besi. e. Fortifikasi makanan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 45 Fortifikasi makanan merupakan salah satu cara pencegahan defisiensi zat besi paling efektif. Biaya permulaannya tidak terlalu mahal, dan biaya pengulangannya lebih murah dari pada pemberian suplemen. Kesulitan utama adalah mendapatkan makanan yang cocok untuk difortifikasi tanpa merubah rasa dan penampilan makanan. Karena orang tidak mungkin menerima makanan yang telah difortifikasi dimana zat besi yang ditambahkan dapat dideteksi 8) Hemoglobin (Hb) adalah komponen sel darah merah yang berfungsi menyalurkan oksigen ke seluruh tubuh. Jika Hb berkurang, jaringan tubuh kekurangan oksigen. Oksigen diperlukan tubuh untuk bahan bakar proses metabolisme (Manuaba,2001Hal:76). Pada pemeriksaan dan pengawasan haemoglobin dapat dilakukan dengan mengunakan metode sachli yang dilakukan minimal 2 kali selama kehamilan yaitu trimester I (umur kehamilan sebelum 12 seminggu) dan trimester III (umur kehamilan 28 sampai 36 minggu). Di antara metode yang paling sering digunakan di laboratorium dan paling sederhana adalah metode Sahli, dan yang lebih canggih adalah metode sianmethemoglobin, pemeriksaan Hb elektrik. Pada metode Sahli, hemoglobin dihidrolisis dengan HCl menjadi globin ferroheme. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 46 Tabel 2.1 Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemeriksaan Hb Jenis Metode Sahli Sianmethemoglobin Electric Obyektifitas Sedang Tinggi Tinggi Keakuratan Sedang Tinggi Sedang Kesederhanaan Tinggi Rendah Sedang Efisiensi Sedang Rendah Tinggi Berdasarkan klasifikasi dari WHO kadar hemoglobin pada ibu hamil dapat di bagi menjadi 4 kategori yaitu : 1) Hb > 11 gr%Tidak anemia (normal). 2) Hb 9-10 gr% Anemia ringan. 3) Hb 7-8 gr% Anemia sedang. 4) Hb <7 gr% Anemia berat (Manuaba, 2001). Dalam pemeriksaan Hb secara sahli kesalahan yang sering terjadi adalah sebagai berikut : 1) Alat/reagen kurang sempurna, yaitu : a. Volume pipet Hb tidak selalu tepat 20 ul. b. Warna standard sering sudah pucat. c. Kadar larutan HCL sering tidak dikontrol 2) Orang yang melakukan pemeriksaan : a. Pengambilan darah kurang baik. b. Penglihatan pemeriksa tidak normal atau sudah lelah. c. Intensitas sinar/penerangan kurang. d. Pada waktu waktu membaca hsil dipermukaan terdapat gelembungudara. e. Pipet tidak dibilas dengan HCL. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 47 f. Pengenceran tidak baik. 16. Tanda bahaya pada kehamilan lanjut dan penatalaksanaannya : a. Perdarahan pervaginam Perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi dilahirkan. Pada kehamilan lanjut, perdarahan yang tidak normaladalah merah, banyak, dan kadang-kadang tapi tidak selalu, disertai dengan rasa nyeri. b. Plasenta previa Adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh ostium uteri internum. Gejalanya adalah perdarahan tanpa nyeri, bisa terjadi tiba-tiba, bagian terendah anak sangat tinggi karena plasenta terletak pada bagian bawah rahim. Penatalaksanaannya : Tentukan usia gestasinya, jika <37 minggu lakukan tirah baring dan pemantauan ketat serta jika perdarahan banyak akhiri kehamilan dengan seksio sesaria. Usia gestasi >37 minggu lakukan PDMO jika diketahui plasenta previa marginalis atau plasenta letak rendah dapat dilakukan induksi atau akselerasi. c. Solusio plasenta Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta dari tempat implantasinya yang normal pada uterus sebelum janin dilahirkan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 48 Tanda dan gejalanya adalah perdarahan tampak, kadang-kadang darah tidak keluar, terkumpul di belakang plasenta, bila perdarahan tersembunyi rahim keras seperti papan, perdarahan disertai nyeri, nyeri abdomen saat dipegang, palpasi sulit dilakukan, fundus uteri makin lama makin naik, tidak ada DJJ. Penatalaksanaannya : Evaluasi keadaan janin, evaluasi tanda vital, anemia dan koagulopati. Apabila janin masih hidup dan terjadi gawat janin namun pembukaan lengkap, bagian terendah di dasar panggul, maka percepat kala II dengan amniotomi dan dapat dilakukan partus pervaginam. Jika janin hidup dan keadaan normal lakukan tindakan seksio sesarea. Namun, apabila janin mati kondisi serviks pembukaan 1 jari, penurunan di hodge II-III lakukan seksio sesarea. Dan jika janin matu namun keadaan serviks lunak, pembukaan >3 cm, penurunan di hodge III-IV lakukan amniotomi, akselerasi (infus oksitosin), dan dapat partus pervaginam. d. Ruptur Uteri Adalah robekan atau diskontinuitas dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miometrium. Penyebabnya adalah disproporsi janin dan panggul, partus macet atau trumatik. Tanda dan gejalanya adalah nyeri hebat di perut bagian bawah, diikuti dengan syok dan perdarahan pervaginam. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 49 Penatalaksanaannya : Berikan cairan RL 500 ml dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomi. Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta. Bila konservasi uterus masih diperlukan dan kondisi jaringan memungkinkan, lakukan reparasi uterus. Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkhawatirkan, lakukan histerektomi. Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drain dari kavum abdomen. Bila terdapat tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dan serum anti tetanus. B. Tinjauan Teori Persalinan 1. Pengertian persalinan Persalinanan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (3642 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin (Sukarni,2013; hal : 185 ). Adapun bentuk persalinan sebagai berikut : a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar. c. Persalinan anjuran (partus presipitatus) (Manuaba, 2010; hal : 164). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 50 2. Etiologi persalinan Penyebab terjadinya persalinan karena beberapa teori diantaranya adalah: a. Teori penurunan hormone:1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi penurunan kadar hormone estrogen dan progesterone. Progesterone bekerja sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul His bila kadar progesterone turun b. Teori plasenta menjadi tua akan menyebabkan turunnya kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan kekjangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan kontraksi rahi, c. Teori distensi rahim: Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenter d. Teori iritasi mekanik,dibelakang serviks terletak ganglion servikale.bila ganglion ini digeser dan ditekkan, misalnya ditekan oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus (Prawirodiharjo,2007;hal.181). 3. Proses terjadi persalinan Dalam proses terjadinya persalinan ada dua hormone yang dominan saat hamil, yaitu : a. Estrogen yang memudahkan meningkatkan penerimaan sensitivitas rangsangan dari otot rahim, luar seperti Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 51 rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis. b. Progesteron yang menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot plos relaksasi (Manuaba, 2010; hal : 167). Permualaan terjadinya persalinan dari penurunan hormone progesterone menjelang persalinan dapat menimbulkan kontraksi otot rahim menyebabkan: a) Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul terutama pada primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak di bagian bwah, di atas simfisi pubis dan sering ingin berkemih atau sulit kencing karena kandung kemh tertekan kepala. b) Perut lebih melebar karena fundus uteri turun c) Muncul saat nyeri di daerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya pleksus Frankenhauser yang terletak sekitar serviks(tanda persalinan palsu). d) Terjadi perlunakan serviks karena terdapatkontraksi otot rahim e) Terjadi pengeluaran lendir, lendir penutup serviks dilepaskan (Manuaba, 2010; hal : 167-169). 4. Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan Faktor yang mempengaruhi persalinan adalah : Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 52 1) Power / tenaga yang mendorong anak Power atau tenaga yang mendorong anak adalah : a. His adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan 1. His persalinan yang menyebabkan pendataran dan pembukaan serviks Terdiri dari : his pembukaan, his pengeluaran, dan his pelepasan uri. 2. His pendahuluan tidak berpengaruh terhadap serviks. 3. Tenaga mengejan . 4. Kontraksi otot-otot dinding perut. 5. Kepala di dasar panggul merangsang mengejan. 6. Paling efektif saat kontraksi/ his. 2) Passage / panggul a. Bagian-bagian tulang panggul 1. Dua Os Coxae (a) Os ischium (b) Os pubis (c) Os sacrum (d) Os illium 2. Os Cossygis Pelvis mayor disebelah atas pelvis mino, superior dari linea terminalis. Fungsi obstetriknya menyangga uterus yang membesar waktu hamil (Sukarni,2013; hal : 186-187). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 53 3) Passanger / Fetus a. Akhir minggu ke-8 janin mulai Nampak menyerupai manusia dewasa, menjadi jelas pada minggu akhir minggu ke-12. b. Usia 12 minggu jenis kelamin luarnya sudah sapat dikenali. c. Quickening (terasa gerakan janin pada ibu hamil) terjadi usia kehamilan 16-20 minggu. d. Detak jantung janin mulai terdengar minggu 18/10. e. Panjang rata-rata jnain cukup bulan 50 cm. f. Berat rata-rata janin laki 3400 gr/ perempuan 3150 gr. g. Janin cukup bulan lingkar kepala dan bahu hampir sama. Hal yang menentukan kemampuan untuk melewati jalan lahir dari factor passanger adalah : a) Presentasi janin dan bagian janin yang terletak pada bagian depan jalan lahir, seperti : a. Presentasi kepala (verteks, muka, dahi) b. Presentasi bokong (bokong murni/ frank breech), bokong kaki (complete breech), letak lutut atau leatk kaki (incomplete breech) c. Presentasi bahu (letak lintang) b) Sikap janin Hubungan bagian janin (kepala) dengan bagian janin lainnya (badan), misalnya fleksi dan defleksi. c) Posisi janin Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 54 Hubungan bagian / point pnentu dari bagian teendah janin dengan panggul ibu, dibagi dalam 3 unsur: a. Sisi panggul ibu : kiri, kanan, dan melenting b. Bagian terendah janin, oksiput, sacrum, dagu, dan scapula c. Bagian panggul ibu : depan, belakang d) Bentuk / ukuran kepala janin menetukan kemampuan kepala untuk melewati jalan lahir (Sukarni,2013; hal : 194-195). 5. Tahapan dalam persalinan a. Persalinan kala I 1. Kala I Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol (0 cm ) sampai pembukaan lengkap (10 cm). Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam dan multigravida sekitar 8 jam (Manuaba, 2010; hal : 173). Persalinan kala I di bagi 2 fase, yaitu : 1) Fase laten persalinan dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan pembukaan serviks secara bertahap, pembukaan serviks kurang dari 4 cm, biasanya berlangsung hingga dibawah 8 jam. 2) Fase aktif persalinan di bagi menjadi 3 : Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 55 a. Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm b. Fase dilatai maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm c. Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. (Sukarni,2013; hal : 213). Selama fase laten kondisi ibu dan bayi harus dicatat secara seksama, yaitu : denyut jantung janin setiap 30 menit, frekuensi dan lamanya kontraksi uterus setiap 30 menit , nadi setiap 30 menit, pembukaan serviks setiap 4 jam, tekanan darah dan temperature setiap 4 jam, produksi urine, aseton dan protein setiap 2 sampai 4 jam. Perubahan-perubahan fisiologis kala I adalah : a. Perubahan hormone b. Perubahan pada vagina dan dasar panggul : 1) Kala I : ketuban meregang vagina bagian atas 2) Setelah ketuban pecah : perubahan vagina dan dasar panggul karena bagian depan anak c. Perubahan serviks 1) Pendataran 2) Pembukaan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 56 d. Perubahan uterus Segemen atas dan bawah rahim 1) Segmen atas rahim : aktif, berkontraksi, dinding bertambah tebal 2) Segmen bawah rahim/SBR : pasif, makin tipis 3) Sifat khas kontraksi rahim : a. Setelah kontraksi tidak relaksasi kembali (retraksi) b. Kekuatan kontraksi tidak sama kuat : paling kuat di fundus 4) Karena segmen atas makin tebal dan bawah makin tipis Bentuk rahim 5) Kontraksi : sumbu panjang bertambah ukuran melintang dan muka belakang berkurang 6) Lengkung punggung anak berkurang : kutub atas anak ditekan oleh fundus, kutub bawah ditekan masuk PAP 7) Bentuk rahim bertambah panjang : otot-otot memanjang diregang, menarik SBR dan serviks : pembukaan e. Penurunan janin 2. Keadaan psikologis ibu bersalin kala I Pada kala I tidak jarang ibu akan mengalami perubahan psikologi: a. Rasa takut Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 57 b. Stress c. Ketidaknyamanan d. Cemas e. Marah-marah 3. Kebutuhan dasar ibu bersalin kala I Kebutuhan ibu selama kala I : a. Kebutuhan akan rasa aman dan nyaman b. Nutrisi c. Kebutuhan privasi d. Kebutuhan dukungan emosional, social, dan spiritual b. Persalinan kala II Persalinan kala II (kala pegeluaran ) di mulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Perubahan fisiologis secara umum ynag terjadi pada persalinan kala II : a. His menjadi lebih kuat dan lebuh sering b. Timbul tenaga untuk meneran c. Perubahan dalam dasar panggul d. Lahirnya fetus. (Sukarni, 2013; hal : 217) Tanda dan gejala persalinan kala II : a) Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi b) Ibu merasakan ada perbandingan tekanan pada rectum/ vagina c) Perineum menonjol Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 58 d) Vulva vagina, spinter ani membuka e) Meningkatnya pengeluaran lendir darah (Sukarni, 2013; hal : 219220). Persiapan persalinan : a) Persiapan ruangan : (a) Ruangan hangat dan bersih (b) Sumber air bersih dan mengalir (c) Air DTT (d) Air bersih dengan jumlah yang cukup dan tersedia alat-alat unruk kebersihan (e) Kamar mandi yang bersih dan jangan lupa di DTT (f) Tempat cukup luas, ibu mendapatkan privasi (g) Penerangan ynag cukup baik (h) Tempat tidur bersih (i) Tempat yang bersih (j) Meja yang bersih b) Persiapan penolong (a) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan (b) Pakai sarung tangan (c) Perlengkapan perlindungan pribadi c) Persiapan perlengkapan persalinan (a) Partus set, hecting set (b) Tempat sampah Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 59 (c) Tempat pakaian kotor (d) Alat pemeriksaan vital sign (e) Obat-obatan (f) Alat suntik (g) Bahan habis pakai (h) Pakaian bayi d) Persiapan runagan untuk kelahiran bayi Ruangan harus nersih dan hangat (bebas dari tiupan angin, sediakan lampu, slimut) e) Persiapan ibu dan keluarga (a) Pendampingan oleh keluarga (b) Libatkan keluarga dalam asuhan ibu (c) Support ibu dna keluarga (d) Tentramkan hati ibu selama kala II (e) Bantu ibu memilih posisi yang nyamann saat bersalin (f) Ajarkan ibu teknik meneran yang benar (g) Anjurkan minum ibu sela kala II (h) Membersihkan perineum ibu (i) Pegosongan kandung kemih (j) Amniotomi (Sukarni,2013; hal : 223-225). Episiotomi rutin tidak boleh dilakukan karena akan : a. Meningkatkan jumlah darah yang hilang dan hematoma b. Lebih sering menjadi rupture derajat III atau IV Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 60 c. Meningkatnya nyeri pasca persalinan d. Meningkatnya resiko infeksi E. Persalinan kala III (kala uri) a) His pelepasan uri b) Tanda pelepasan plasenta : a. Uterus menjadi bundar b. Perdarahan sekonyong-konyong c. Tali pusat yang lahir memanjang d. Fundus uteri naik e. Perdarahan dianggap patologis bila melebihi 500 cc. c) Terdiri dari : a. Pelepasan plasenta b. Pegeluaran plasenta d) Sebab-sebab pelepasan plasenta : a. Pengecilan rahim ynag sekonyong-konyong akibat retraksi dan kontraksi otot-otot rahim : perlekatan plasenta sangat mengecil b. Di tempat plasenta lepas hematoma : plasenta terangkat dari dasarnya (Sukarni,2013; hal : 233). E. Fisiologi kala IV Pesalinan kala IVdimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 61 kembali kebentuk normal. Hal itu dapat dilakukan dengan melakukan ranngsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta benarbenar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut (Sumarah,2009; hal:166). 6. Persiapan di kamar bersalin 1) Pastikan tempatnya aman, tenang,dan menyenangkan 2) Penerangan secukupnya 3) Tersedian alat pertolongan pertama ibu dan bayi 4) Mempunyai persiapan untuk melakukan rujukan 5) Persiapan alat bersalin, terdiri dari : a. 2 klem untuk mengklem tali pusat b. 1 gunting episiotomy c. Gunting tali pusat d. ½ koher untuk memecahkan ketuban e. Beberapa pasangan sarung tangan steril f. Penjepit benang pengikat tali pusat g. Duk steril h. Beberapa lembar gas steril i. Lidi kapas untuk disenfektan tai pusat j. Pengisap lendir manual atau mekanis (elektris) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 62 k. Duk pembungkus bayi 7. Persiapan untuk pertolongan bayi baru lahir normal a. Handuk pembungkus bayi b. Bak mandi untuk membersihkan lendir dan darah c. Gas untuk pembungkus tali pusat d. Pakaian bayi yang bersih e. Tempat tidur bayi 8. Persiapan obat untuk pertolongan pertama a. Untuk bayi : 1. Natrium bikarbonat 2. Tabung oksigen dan maskernya 3. Pengisap lendir 4. Set infus dan cairannya b. Untuk parturien: 1. Uterotonika: sintosinan 9. Asuhan persalinan normal 58 langkah asuhan persalinan normal 1) Memastikan adanya tanda kala II a. Ibu memepunyai keinginan untuk meneran b. Ibu merasa ada tekanan yang meningkat pada rectum dan vagina c. Perineum menonjol d. Vulva-vagina dan sfingter anal membuka Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 63 2) Memastikan kelengkapan partus set dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dengan tambahan : a. Menggelar kain di atas perut ibu b. Menyiapkan oksitosin dan alat suntik steril 3) Memakai alat pelindung diri 4) Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan dan mencuci tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir 5) Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan VT 6) Memasukkan oksitosin ke dalam tabung suntik dengan menggunakan tangan yang memakai sarung tangan 7) Melakukan vulva hygiene 8) Melakukan periksa dalam (VT) 9) Mendekontaminasikan sarung tangan yang telah di pakai ke dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit 10) Memeriksa denyut jantung janin 11) Memberitahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap 12) Meminta keluarga membantu menyiapkanposisi serta ibu dalam keaaan mengejan 13) Melaksanakan bimbingan untuk meneran ketika da kontraksi 14) Menganjurkan ibu untuk barbering miring ke kiri jika belum ada dorongan meneran 15) Meletakkan handuk bersih si perut ibu apabila kepala bayi telah membuka dengan diameter 5-6 cm Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 64 16) Meletakkan 1/3 kain(underpad) bersih di bawah bokong ibu 17) Membuka tutup partus set dan peiksa kembali kelengkapannya 18) Memakai sarung tangan DTT 19) Melakukan tindakan setelah kepala Nampak 5-6 cm membuka vulva, melindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain bersih dan kering, tangan yang lain (kiri) menahan kepala bayi agar mampu mengatur laju defleksi supaya tidak terlalu cepat, menganjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal. 20) Memriksa adanya lilitan tali pusat 21) Menunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar 22) Menggerakkan atau memegang secara biparietal setelah adanya putaran paksi luar dengan cara gerakan kepala kearah bawah untuk melahirkan bahu depan kemudian gerakan kearah atas untuk melahirkan bahu belakang. 23) Menggeser menyangga tangan kepala bawah lengan kearah dan siku perineum untuk sebelah bawah menggunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan serta siku sebelah atas 24) Melakukan penelusuran sebelah tubuh dan lengan bayi lahir, berlanjut ke punggung bokong, tungkai serta kaki, memegang kedua mata kaki Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 65 25) Melakukan penilaian bayi sepintas 26) Mengeringkan dan memposisikan tubuh bayi di atas perut ibu 27) Memeriksa kembali perut ibu untuk memastikan janin tunggal 28) Memberitahu pada ibu bahwa akan disuntik oksitosin 29) Menyuntikkan oksitosin dalam waktu satu menit setelah bayi lahir di 1/3 paha atas distal lateral 30) Menjepit tali pusat menggunakan klem dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir dengan jarak 3 cm dari umbilicus bayi, sisi luar klem dorong tali pusat (pijat) kea rah ibu dan lakukan penjepitan kedua dengan jarak 2 cm dari klem pertama 31) Melakukan pemotongan dan pengikatan tali pusat 32) Melakukan IMD dengan prinsip skin to skin 33) Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi 34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga bejarak 5-10 cm dari vulva 35) Meletakkan satu tangan diatas kain perut ibu di tepi atas simpisis dan tangan kanan melakukan penegangan tali pusat 36) Menegangkan tali pusat setelah uterus kea rah belakangatas (dorsokranial) secara hati-hati 37) Melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta lepas Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 66 38) Melahirkan plasenta dengan kedua tangan saat plasenta muncul di introitus vagina, pegang dengan kedua tangan dan putar hingga selaput ketuban terpilin 39) Melakukan masase uterus segera setelah plasenta lahir selama 10 detik 40) Memeriksa kelengkapan plasenta bagian fetal dan maternal serta tidak ada bagian yang tertinggal 41) Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum 42) Memmastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam 43) Memberi cukup waktu untuk kontak kulit ibu dengan bayi 44) Melakukan penimbangan / pengukuran bayi, memebrikan salep mata dan suntik vitamin K 45) Memberikan suntikan imunisasi hepatitis B 1 jam setelah vitamin K 46) Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam, yaitu : a. 2-3x dalam 15 menit pertama pasca persalinan b. 15 menit pada satu jam kedua pasca persalinan c. Setiap 20-30 menit pada jam kedua psaca persalinan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 67 47) Mengajarjan ibu dan keluarga cara melakukan masase uteus dan menilai kontraksi 48) Mengevaluasi dan estimasi jumlah perdarahan/ kehilangan darah 49) Memantau kontraksi uterus jumlah perdarahan,TFU,TD,Nadi setiap 15 menit pada jam pertama post partum serta setiap 30 menit, pada jam kedua post partum dan mengukur suhu setiap 2 jam 50) Memeriksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik(40-60x/menit) serta suhu normal (36,5-37,5 C) 51) Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk didekontaminasi selama 10 menit cuci dan bilas peralatan setelah di dekontaminasikan 52) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai 53) Membersihkan ibu dari sisa air ketuban, lendir darah, dan memastikan ibu dalam keadaan bersih dan nyaman 54) Memastikan ibu merasa nyaman, memantau ibu dalam pemberian ASI dan menganjurkan keluarga untuk memberikan minuman kepada ibu dan makanan yang diinginkan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 68 55) Mendekontaminasikan tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% 56) Mencelupkan sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5% 57) Mencuci kedua tangan dengan menggunakan sabun dan air mengalir 58) Melengkapi partograf (APN,2008). 10. Tanda-tanda inpartu a. Rasa sakit oleh adanya his yang dating lebih kuat, sering dan teratur. b. Keluar lender bercampur darah yang lebih banyak karena robekanrobekan kecil pada servik. c. Ketuban pecah dengan sendirinya d. Pada pemeriksaan dalam: servik mendatar dan pembukaan telah ada. 11. Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu bersalin : a. Mendukung ibu dan keluarga baik secara fisik dan emosional selama persalinan dan kelahiran. b. Mencegah membuat diagnosa yang tidak tepat, deteksi dini dan penanganan komplikasi selama persalinan dan kelahiran. c. Merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila terdeteksi komplikasi. d. Memberikan asuhan yang akurat dengan meminimalkan intervensi. e. Pencegahan infeksi yang aman untuk memperkecil resiko. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 69 f. Pemberitahuan kepada ibu dan keluarga bila akan dilakukan tindakan dan terjadi penyulit. 12. Tanda bahaya persalinan dan penatalaksanaannya : 1) Persalinan preterm Persalinan preterm adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan 20-37 minggu. Penyebab terjadinya persalinan preterm adalah hipertensi, perkembangan janin terhambat, solusio plasenta, plasenta previa, kelainan rhesus, diabetes, kelainan uterus, ketuban pcah dini, serviks inkompeten dan kehamilan ganda(Mansjoer, 2001, h; 274275). Penatalaksanaannya : Setiap persalinan preterm harus dirujuk ke rumah sakit. Sebelum di rujuk berikan air minum 1.000 ml dalam waktu 30 menit dan menilai kontraksi berhenti atau tidak. Bila kontraksi masih berlanjut berikan obat tokolitik seperti fenoterol 5 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan pertama atau ritodrin 10 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan kedua, atau ibuprofen 400 mg peroral dosis tunggal sebagai pilihan ketiga. Bila pasien menolak dirujuk, pasien harus istirahat baring dan banyak minum. Tidak diperbolehkan bersenggama. Persalinan tidak boleh ditunda bila ada kontraindikasi mutlak (gawat janin,perdarahan antepartum yang banyak, korioamnionitis) dan kontraindikasi relatif (gestosis, diabetes melitus, pertumbuhan janin terhambat, dan pembukaan serviks 4 cm). Lakukan persalinan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 70 pervaginam bila janin presentasi kepala atau dilakukan episiotomi lebar dan ada perlindungan forseps terutama pada kehamilan 35 minggu. Lakukan persalinan dengan seksio sesarea bila janin letak sungsang, gawat janin dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, infeksi intrapartum dengan syarat partus pervaginam tidak terpenuhi, janin letak lintang, plasenta previa, dan taksiran berat janin 1.500 gram (Mansjoer, 2001, h; 274-275). 2) Kehamilan lewat waktu Adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau 42 minggu lengkap. Tanda dan gejala yaitu perhitungan umur kehamilan yang lebih dari atau sama dengan 42 minggu, tidak timbul his karena kurangnya air ketuban, insufisiensi plasenta, gerakan janin jarang (Sarwono,2008, Hal: 562). Penatalaksanaanya : Bila keadaan janin baik tunda pengakhiran kehamilan selama 1 minggu dengan menilai gerakan janin dan tes tanpa tekanan 3 hari kemudian. Bila hasil positif, segera lakukan seksio sesarea atau dengan induksi persalinan (Sarwono,2008, Hal: 562). 3) Distosia Distosia adalah kelambatan atau kesulitan persalinan. Disebabkan karena kelainan tenaga (his), kelainan letak dan bentuk janin, serta kelainan jalan lahir. Distosia karena kelainan tenaga ada 2 yaitu inersia uteri dan incoordinate uterine action. Distosia karena kelainan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 71 letak dan bentuk janin meliputi kelainan letak posisi atau presentasi misalnya presentasi belakang kepala oksiput posterior menetap, presentasi belakang kepala oksiput melintang, presentasi puncak kepala, presentasi dahi, presentasi muka, presentasi rangkap, letak sungsang, letak lintang, presentasi ganda, dan kehamilan ganda. Pada kelainan bentuk janin misalnya pertumbuhan janin berlebih, hidrosefalus atau anensefalus, dan tali pusat terkemuka/menumbung. Sedangkan distosia karena kelainan tulang panggul yaitu adanya kelainan bentuk panggul seperti panggul jenis naegle, rakhitis, skoliosis, kifosis robert, dll. Serta kelainan ukuran panggul. 4) Inersia Uteri Adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar. Inersia uteri ada 2 yaitu inersia uteri primer terjadi pada awal fase laten, dari permulaan his tidak adekuat dan inersia uteri sekunder terjadi pada fase aktif atau kala I dan kala II, pada permulaan his baik tetapi pada keadaan lebih lanjut terjadi inersia uteri (Sarwono,2008,Hal :564). Penatalaksanaannya : Inersia uteri primer : perbaiki keadaan umum pasien. Rujuk ke rumah sakit bila persalinan kala I aktif lebih dari 12 jam pada multipara atau primipara jika pembukaan tidak maju dalam 3 jam. Berikan sedatif lalu nilai kembali pembukaan serviks setelah 12 jam. Pecahkan ketuban dan beri infus oksitosin bila ada kemajuan his. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 72 Oksitosin diberikan 5 satuan dalam larutan glukosa 5% secara infus IV dengan kecepatan 12 tetes/menit. Bila tidak ada kemajuan hentikan pemberian oksitosin, lalu berikan lagi untuk beberapa jam. Jika tetap tidak ada kemajuan lakukan tindakan seksio sesarea. Inersia uteri sekunder : pastikan tidak ada disporposi sefalopelvik. Rujuk ke rumah sakit bila persalinan kala I aktif lebih dari 12 jam pada multipara atau primipara atau jika pembukaan tidak maju dalam 3 jam. Pecahkan ketuban dan berikan infus pitosin 5 satuan dalam larutan glukosa 5% dengan kecepatan 12 tetes/menit, tetesan dinaikan perlahan-lahan sampai 50 tetes/menit. Nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik, bila tidak ada kemajuan lakukan seksio sesarea. Pada akhir kala I atau pada kala II persalinan dapat dilakukan dengan ekstrasi vakum atau cunam bila syarat memenuhi (Sarwono,2008,Hal :564). 5) Incoordinate uterine action Adalah kelainan his pada persalinan berupa perubahan sifat his yaitu meningkatnya tonus otot uterus di dalam dan di luar his, serta tidak ada koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah dan bawah sehingga his tidak efisien mengadakan pembukaan serviks (Sarwono,2008, Hal:565). Penatalaksanaannya : Dilakukan pengobatan simtomatis karena belum ada obat untuk memperbaiki koordinasi fungsional antara bagian-bagian Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 73 uterus. Kurangi tonus otot dan ketakutan penderita dengan pemberian analgesik (morfin, petidin,dll). Lakukan persalinan dengan cunam bila syarat-syarat dipenuhi. Bila terjadi lingkarang konstruksi pada kala I lakukan seksio sesarea (Sarwono,2008, Hal:565). 6) Posisi belakang kepala oksiput posterior menetap Posisi belakang kepala oksiput posterior menetap yaitu ubun-ubun kecil menetap di belakang karena tidak ke depan ketika mencapai dasar panggul (Puspita,2004 Hal:209). Penatalaksanaannya : Lakukan pengawasan persalinan dengan seksama. Bila kala II terlalu lama atau ada tanda gawat janin lakukan tindakan untuk mempercepat persalinan. Lakukan ekstrasi cunam, sebelumnya usahakan ubun-ubun kecil di depan dengan cara memutar kepala dengan tangan atau cunam (Puspita,2004 hal:209). 7) Presentasi puncak kepala Adalah kelainan akibat defleksi ringan kepala janin ketika memasuki ruang panggul sehingga ubun-ubun besar merupakan bagian terendah (Puspita,2004 hal:210). Penatalaksanaannya : Pasien dapat melahirkan pervaginam. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 74 8) Presentasi muka Adalah kepala dalam kedudukan defleksi maksimal sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka merupakan bagian terenda (Sarwono,2008 Hal:584). Penatalaksanaannya : Bila dagu berada didepan dapat persalinan spontan. Bila dagu dibelakang berikan kesempatan agar dagu memutar ke depan dan dapat partus pervaginam. Bila tidak berhasil lakukan prasat Thorn, yaitu satu tangan penolong dimasukan ke dalam vagina untuk memegang bagian belakang kepala janin, kemudian menariknya ke bawah. Tangan yang lain berusaha meniadakan ekstensi tubuh janin dengan menekan dada dari luar. Pada kala II yang berlangsung lebih dari 2 jam diindikasikan untuk ekstraksi cunam. Bila tidak berhasil atau didapatkan disproporsi sefalopelvik lakukan seksio sesarea (Sarwono,2008 Hal:584). 9) Presentasi Dahi Adalah kedudukan kepala di antara fleksi maksimal dan defleksi maksimal sehingga dahi merupakan bagian terendah. Penatalaksanaannya : Pada janin kecil dan panggul luas, penanganan sama seperti presentasi muka. Pada presentasi dahi dengan ukuran panggul dan janin yang normal tidak dapat dilakukan persalinan spontan pervaginam melainkan harus dilakukan seksio sesarea (Sarwono,2008 Hal:582). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 75 10) Letak sungsang Adalah janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong di bagian bawah kavum uteri. Penatalaksanaannya : Lakukan versi luar pada kehamilan 34-38 minggu bila syarat versi luar terpenuhi. Bila pada persalinan masih letak sungsang, singkirkan indikasi untuk seksio sesarea. Lahirkan janin dengan prasat Bracht (Puspita,2004 Hal:215). 11) Letak lintang Adalah keadaan sumbu memanjang janin kira-kira tegak lurus dengan sumbu memanjang tubuk ibu. Penatalaksanaannya : Bila janin hidup lakukan seksio sesarea namun bila janin mati lahirkan pervaginam dengan dekapitas (Puspita,2004 Hal:216). 12) Hidrosefalus Adalah penimbunan cairan serebrospinalis dalam ventrikel otak sehingga kepala menjadi lebih besar dan terjadi pelebaran sutura dan ubun-ubun. Penatalaksanaannya : Pada hidrosefalus yang nyata, kecilkan kepala janin pada permulaan persalinan. Pada pembukaan serviks 3 cm, keluarkan cairan serebrospinalis dengan pungsi kepala menggunakan jarum spinal. Bila janin letak sungsang, lakukan pengeluaran cairan dari kepala yang tidak Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 76 dapat lahir dengan pungsi atau perforasi melalui foramen oksipitalis magnum atau sutura temporalis. 13) Prolaps tali pusat Adalah tali pusat berada di samping atau melewati bagian terendah janin di dalam jalan lahir setelah ketuban pecah. Penatalaksanaannya : Bila tali pusat masih berdenyut, tetapi pembukaan belum lengkap maka dilakukan tindakan seksio sesarea. 14) Kehamilan ganda Adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Penatalaksanaannya : Semua persiapan untuk resusitasi dan perawatan bayi prematur disediakan. Pada kehamilan ganda dapat dilakukan partus pervaginam apabila letak janin normal, jika janin letak lintang maka tindakan seksio sesarea dapat dilakukan atas indikasi. 15) Ketuban pecah dini Adalah pecahnya selaput ketuban sebelumada tanda-tanda persalinan. Penatalaksanaannya : Jika KPD terjadi pada usia kehamilan <32 minggu janin masih hidup dapat dilakukan partus pervaginam dengan induksi oksitosin, namun jika sudah di induksi tidak ada kemajuan maka lakukan tindakan seksio sesarea. Jika janin mati lakukan induksi oksitosin dan partus pervaginam. Apabila KPD terjadi pada kehamilan 32-36 minggu janin masih hidup Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 77 letak memanjang lakukan partus pervaginam dengan induksi oksitosin, letak lintang dan gagal induksi oksitosin lakukan seksio sesarea. Janin mati letang memanjang partus pervaginam dengan induksi oksitosin dan janin mati letak lintang dapat partus pervaginam dengan embriotomi (Sarwono.2008, Hal:622). 16) Perdarahan pasca persalinan Perdarahan pascapersalinan adalah kehilangan darah melibihi 500 ml yang terjadi setelah bayi lahir. Perdarahan primer (perdarahan pascapersalinan dini) terjadi dalam 24 jam pertama, sedangkan perdarahan sekunder (perdarahan masa nifas) terjadi setelah itu. Perdarahan pascapersalinan bisa terjadi karena retensio plasenta, trauma jalan lahir, atonia uteri, dan gangguan pembekuan darah. Penatalaksanaannya : Pada retensio plasenta, bila plasenta belum lahir dalam 30 menit lahirkan plasenta dengan manual plasenta. Bila sisa plasenta, lakukan pengeluaran plasenta dengan kuretase sementara infus oksitosin diteruskan. Pada trauma jalan lahir segera lakukan reparasi.Pada atonia uteri lakukan masase uterus dan penyuntikan 0,2 mg ergometrin IV atau prostaglandin parental. Jika tidak berhasil, lakukan kompresi bimanual pada uterus hingga perdarahan berhenti atau jika tidak dapat berhenti lakukan histerektomi.Bila karena gangguan pembekuan darah berikan transfusi plasma segar(Manuaba,2013 Hal:399 ). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 78 17) Infeksi Intrapartum Infeksi intrapartum adalah infeksi yang terjadi dalam persalinan. Infeksi dapat terjadi sebelum persalinan berupa korioamnionitis. Penatalaksanaannya : Antibiotika diberikan sesuai penyebab. Dapat diberikan ampisilin 4 x 500 mg atau derivatnya. Persalinan diusahakan pervaginam. Seksio sesarea dilakukan jika ada indikasi seperti kelainan letak,distosia, atau gawat janin (Manuaba,2013, Hal:410). C.Bayi Baru Lahir a. Pengertian Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan, 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sally.2013.hal; 151). Neonatus adalah masa kehidupan pertama diluar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim menjadi di luar rahim. Pada masa ini terjadi pematangan organ hamper pada semua system. Neonates bukanlah miniature orang dewasa, bahkan bukan pula miniatur anak. Neonatus mengalmi masa perubahan dari kehidupan di dalam rahim yang serba mandiri. Masa perubahan yang paling besar terjadi selama jam 24-72 pertama (Sukarni.2013.hal;277). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 79 b. Perubahan fisiologis bayi baru lahir a) Perubahan sirkulasi Setelah bayi lahir, bayi akan bernafas ini akan menjadikan penurunan pada tekanan arteri pulmonalis, sehingga banyak darah mengalir ke paru-paru, duktus arteriosus botali menutup 1-2 menit setelah bayi bernafas. b) Perubahan respirasi Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur, kedalamannya, kecepatannya dan bervariasi 30 – 60 x/mnt. c) Perubahan imunitas Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis imunoglobulin (suatu protein yang mengandung anti bodi) diantaranya: IgG, Pembentukan sel plasma dan anti bodi gamma A,G dan gamma M. IgA telah dibentuk saat kehamilan dua bulan dan baru dapat ditemukan segera setelah lahir, IgM ditemukan pada kehamilan 5 bulan, produksinya meningkat setelah lahir. d) Perubahan suhu tubuh Saat lahir suhu bayi sama dengan suhu ibu, tapi bayi memiliki insulasi lemak, luas permukaan tubuh yang besar, sirkulasi yang relatif buruk serta belum dapat berkeringat dan menggigil, maka suhu lingkungan harus diatur 36,5 – 37,20C. untuk mengurangi kehilangan panas dilakukan pengaturan suhu kamar, membungkus badan dan kepala bayi, disimpan ditempat tidur hangat. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 80 e) Perubahan nadi Bayi Baru lahir denyut nadi 120-150 x/mnt, tergantung pada aktifitas. Nadi dapat menjadi tidak teratur karena stimulasi fisik atau emosional tertentu seperti gerakan involunter, menangis atau mengalami perubahan suhu yang tiba-tiba. f) Perubahan tekanan darah Tekanan darah pada bayi baru lahir rendah sehingga sulit untuk diukur secara akurat dengan spignomanometer konvensional, 80-60 / 45-40 mmHg dan 100/50 mmHg sampai dengan hari ke sepuluh. g) Perubahan saluran pencernaan Pada kehamilan 4 bulan pencernaan telah terbentuk dan janin telah dapat menelan air ketuban dalam jumlah yang cukup, absorpsi air ketuban terjadi melalui mukosa seluruh saluran pencernaan. h) Perubahan endokrin Pada kehamilan 10 minggu kortikotropin telah ditemukan dalam hipofisis, hormon ini diperlukan untuk mempertahankan granula supra renalis. Kelenjar adrenal pada waktu lahir relatif lebih besar dibanding orang dewasa, kelenjar tyroid sudah sempurna saat lahir dan sudah mulai berfungsi sebelum lahir. i) Perubahan keseimbangan air dan fungsi ginjal Glomerolus mulai dibentuk pada janin umur 8 minggu. Pada kehamilan 28 mg jumlahnya sekitar 350.000, ginjal janin mulai Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 81 berfungsi pada usia kehamilan 3 bulan. Hingga umur tiga hari ginjal bayi belum dipengaruhi oleh pemberian air minum, sesudah 5 hari ginjal mulai memproses air yang didapat dari luar. j) Perubahan susunan saraf Pada trimester akhir hubungan antara saraf dan fungsi otototot menjadi lebih sempurna, sehingga janin diatas 32 minggu dapat hidup diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan mata janin sangat sensitive terhadap cahaya. Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan sedikit bantuan atau gangguan. c. Tanda-tanda bayi baru lahir normal Semua bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda-tanda kegawatan atau kelainan menunjukan suatu penyakit (Saifuddin, 2006: 136). Tanda-tanda bayi baru lahir normal : a. Berat badan : 2500-4000 gram b. Panjang badan : 48-52 cm c. Lingkar kepala : 33-35 cm d. Lingkar dada : 30-38 cm e. Denyut jantung : 120-160 x/menit f. Pernafasan : 40-60 x/menit Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 82 g. Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan adanya vernik caseosa h. Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna i. Kuku agak panjang dan lepas j. Genetalia : jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika laki-laki testis sudah turun k. Reflek menghisap dan menelan baik l. Reflek moro baik (bila dikagetkan akan reflek seperti memeluk) m. Reflek menggenggam baik n. Eliminasi : urine dan mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam (Saifuddin, 2006: 136). d. Perilaku bayi baru lahir Reflek adalah suatu gerakan yang terjadi secara otomatis dan spontan tanpa disadari pada bayi normal ,dan di bawah ini ada beberapa tingkatan reflek pad bayi, yaitu: 1) Rooting reflek Yaitu bila jari bayi menyentuh daerah sekitar mulut bayi maka mulut bayi akan membuka , dan ia akan memiringkan kepalnya pada arah datangnya jari. 2) Tonik neek reflek Yaitu gerakan spontan otot kuduk pada bayi normal. 3) Statel reflek Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 83 Yaitu reaksi emosional atau hentakan dan gerakan mengejang pada kaki dan tangan. 4) Stapping reflek Yaitu reaksi kaki yang spontan jika diangkat tegak dan kakinya satu persatu menyentuh seolah olah kaki bayi berjalan. 5) Reflek rooting (mencari puting) Bayi menoleh karah sentuhan pipinya atau dekat mulut. 6) Reflek menghisap (sucking) Yaitu aerola puting susu tertekan pada gusi bayi. 7) Reflek menelan (swallowing) Di mana ASI bayi dimulut mendesak otot daerah mulut (saefuddin.2009.hal;63). e. Perawatan Pada Bayi Baru Lahir Normal Bayi baru lahir yang sehat memerlukan perawatan yang baik agar dapat tumbuh secara normal dan sehat. Dengan memahami perubahan fisiologis yang terjadi pada bayi baru lahir, pendekatan rasional terhadap perawatan dapat dimungkinkan. Tujuan perawatan adalah mendukung transisi, mencegah komplikasi potensial, mengidentifikasi abnormalitas dan melakukan intervensi bila perlu (Walsh, 2007 Hal: 361). f. Intervensi perawatan bayi segera setelah lahir ialah : Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 84 a. Pencegahan Infeksi Bayi baru lahir normal sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa setelah lahir. Sebelum menangani bayi baru lahir, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya pencegahan infeksi (Kristiyanasari, 2010). b) Pertahankan kebersihan jalan nafas Segera setelah bayi lahir secara cepat nilai pernafasannya dan lakukan pembersihan jalan nafas. Meskipun pengisapan segera setelah lahir adalah praktik umum, pembersihan sekresi sederhana dari wajah bayi sama efektifnya. Keuntungan potensial dari pengisapan adalah mengurangi aspirasi sekresi dan mengurangi kesempatan infeksi pada saluran pernapasan. Namun kerugiannya meliputi aritmia jantung, spasme laring, dan vasospasme arteri pulmonal. Pernafasan normalnya mulai secara spontan. Bila tidak penggosokan perlahan punggung bayi terutama efektif dalam merangsang pernapasan bayi dengan warna dan tonus baik (Kristiyanasari, 2010). c) Jaga bayi tetap hangat dan tempatkan bayi pada perut ibu Pengeringan bayi yang segera dan mempertahankan kontak kulit dengan kulit ibunya membantu termoregulasi (kemampuan bayi dalam berespons pada stress dingin dengan terjadinya mekanisme kehilangan panas). Riset menunjukkan bahwa kontak kulit dengan kulit dipilih untuk Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 85 menggunakan kehangatan untuk mempertahankan lingkungan termal netral bagi bayi baru lahir. Selimut basah harus diganti segera dengan selimut yang kering, aliran udara harus dihilangkan dan kepala bayi harus tetap tertutup. Permukaan apapun yang kontak dengan kulit bayi harus dalam keadaan hangat (saefuddin.2009.hal;133-135). d) Klem dan potong tali pusat bayi Klem tali pusat dengan dua buah klem, pada titik kira-kira 2 dan 3 cm dari pangkal pusat bayi, tinggalkan 1 cm diantara kedua klem, potonglah tali pusat diantara kedua klem sambil melindungi bayi dari gunting dengan kedua tangan kiri. Pertahankan kebersihan saat memotong tali pusat, ganti sarung tangan bila ternyata sudah kotor, periksa tiap 15 menit apabila masih terjadi perdarahan, lakukan pengikatan ulang yang lebih ketat (saefuddin.2009.hal;133-135). e) Catat nilai Apgar pada 1 dan 5 menit pertama Kondisi bayi waktu lahir dinilai oleh bidan dan dokter dengan sistem penilaian (scoring sistem) yang dirancang oleh seorang ahli anastesia Amerika yang bernama Virginia Apgar. Skor APGAR adalah pemberian nilai 0, 1 atau 2 untuk masing-masing dari lima pokok pengamatan : denyut jantung, pernapasan warna, tonus otot, dan gerakan, serta respons terhadap perangsangan (David Hull, 1991 :22). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 86 Tabel 2.2 nilai APGAR Tanda (sign) Nilai 0 A=Appereance / warna kulit P=Pulse / detak jantung G= grimace / reflek rangsangan A= activity / tonus otot dari R= respiratory / usaha nafas · Seluruh tubuh putih / pucat Tidak ada Tidak ada Lemah lunglai Tidak ada Nilai 1 Badan merah, kaki tangan biru < 100/menit Sedikit gerakan menyeringai Ektrimitas sedikit Lemah / lambat tidak teratur Nilai 2 Seluruh tubuh kemerahmerahan > 100/menit Bersin/menangis Gerakan aktif ekstremitas, flexi Baik, menangis kuat f. Beri vitamin K Untuk mencegah terjadinya perdarahan karena defisiensi vitamin K pada bayi baru lahir maka semua bayi baru lahir normal dan cukup bulan perlu diberi vitamin K injeksi 1 mg intramuskuler dipaha kiri sesegera mungkin untuk mencegah perdarahan bayi baru lahir. · g. Beri obat tetes/salep mata Untuk mencegah terjadinya ofthalmia neonatorum semua bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5 jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromicin 0,5%/tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena penyakit menular seksual. (saefuddin.2009.hal;133-135). g. Pemantauan BBL Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan (Saifuddin, 2006: 136). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 87 1. Dua jam pertama sesudah lahir Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu dan bayinya. a. Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti ukuran bayi yang kecil untuk masa kehamlan atau bayi kurang bulan, gangguan pernapasan pada bayi, hipotermia, infeksi, cacat bawaan dan trauma lahir yang perlu diperhatikan pada bayi baru lahir. b. Kaji kesadaran dan reaksi respon terhadap ransangan sakit atau suara yang ada disekelilingnya. Keaktifan dalam gerakan anggota tubuhnya seperti tangan dan kaki. Kesimetrisan dapat dilihat dari dari letak kepala, muka wajah, mata, mulut, leher, dada, abdomen, punggung, tangan, dan kaki. c. Pengkajian terhadap kulit bayi baru lahir pun perlu diperhatikan terutama warnanya apakah berwarna kemerahan atau kebiruan. Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah dari segi asupan nutrisi bayi yang berhubungan dengan kelancaran menghisap air susu dan mencerna makanan. Setelah itu baru kaji pola eliminasi bayi dalam 24 jam pertama. 2. Pemantauan tanda – tanda vital BBL Ukur suhu tubuh bayi melalui anus atau ketiak bayi. Gerakan pernapasan 30 – 50 kali permenit. Nadi dapat dipantau disemua titik nadi perifer. Sedangkan tekanan darah dipantau hanya bila ada Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 88 indikasi. Catat hasil pengkajian tersebut dan dokumentasikan (Saifuddin, 2006Hal: 136). 3. Pemeriksaan lanjutan Pemeriksan lanjutan dilakukan sesudah bayi berumur dua puluh empat jam atau setelah bayi dipindahkan dari transitional care ke tempat perawatan khusus atau rawat gabung, oleh karena ada beberapa keadaan pada bayi yang mungkin tidak ditemukan pada waktu diperiksa dikamar bersalin, misalnya hematomasefal, perdarahan subaponeurosis, perdarahan lainnya, periodik apnea kejang, nekrosis lemak dan lain – lain. Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir kehilangn panas tubuhnya (Dewi, 2012;hal.13-14). a. Konduksi Panas di hantarkan dari tubuh bayi ke benda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi.sebagai contoh: ketika menimbang bayi tanpa alas timbangan, memegang bayi pada saat tangan dingin dan menggunakan stetoskop dingin untuk. 2) Konveksi Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya yang sedang bergerak. Sebagai contoh:konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menepatkan BBL dekat jendela Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 89 atau membiarkan BBL di ruangan yang terpasang kipas angin. 3) Radiasi Panas dipancarkan BBL keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin.Sebagai contoh: membiarkan BBl dalam ruangan AC tanpa di berikan pemana, membiarkan BBL dalam keadaan telanjang, atau menidurkan BBL berdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat tembok). 4) Evaporasi Panas bergantung hilang pada melalui kecepatan proses dan penguapan kelembapan yang udara (sukarni,2013,Hal:278). Agar dapat mencegah terjadinya kehilangan panas pada bayi; maka lakukan hal berikut: a. Keringkan bayi secara seksama b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih yang kering dan hangat c. Tutup bagian kepala bayi d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 90 h. Tinjauan Umum Tentang Kunjungan Neonatal (KN) 1.Pengertian kunjungan neonatal Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar gedung puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan ke rumah.(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004). Kunjungan neonatal (KN) adalah kontak neonatus dengan tenaga kesehatan minimal dua kali. a. Kunjungan pertama kali pada hari pertama dengan hari ke tujuh (sejak 6 jam setelah lahir). b. Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai hari kedua puluh delapan. c. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan bukan merupakan kunjungan neonatus (Syarifudin, 2009, Hal:201). 2. Tujuan Kunjungan Neonatal(KN) Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan pada bayi atau mengalami masalah ( Rismintari, 2009).Pelayanan kesehatan neonatal dasar menggunakan oendekatan konfeherensif, Manajemen Terpadu Bayi Muda untuk bidan/perawat, yang meliputi: Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 91 1. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, dan berat badan rendah. 2. Perawatan tali pusat 3. Pemberian vitamin K1 bila belum diberikan pada hari lahir 4. Imunisasi Hepatitis B 0 bila belum diberikan pada saat lahir 5. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asli eksklusif, pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir di rumah dengan menggunakan buku KIA 6. Penanganan dan rujukan kasus (Ambarwati, 2009 Hal: 198). (b) Kategori Kunjungan Neonatal(KN) Kunjungan neonatal terbagi dalam dua kategori antara lain : a. Kunjungan Neonatal ke satu (KN 1) Kunjungan neonatal yang ke satu (KN 1) adalah kunjungan neonatal pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari ketujuh (sejak 6 jam setelah lahir). b. Kunjungan Neonatal yang kedua (KN 2) Kunjungan neonatal yang kedua adalah kunjungan neonatal yang kedua kali yaitu pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh delapan. Menurut definisi operasional standar pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten di Jawa Timur (2004) kunjungan neonatal adalah kontak neonatus (0 – 28 hari) dengan petugas kesehatan untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dengan syarat usia 0 – 7 hari minimal 2 kali, usia 8 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 92 sampai 28 hari minimal 1 kali (KN2) di dalam/diluar Institusi Kesehatan (DepKes RI, 2004). (c) Cakupan Kunjungan Neonatal Cakupan Kunjungan Neonatal adalah cakupan neonatus yang mendapatkan pelayanan sesuai standar sedikitnya tiga kali yaitu 1 kali pada 6 – 48 jam, 1 kali pada hari ke 3 – hari ke 7 dan 1 kali pada hari ke 8 – hari ke 28 setelah lahir disuatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.Dengan indikator ini dapat diketahui efektifitas dan kualitas pelayanan kesehatan neonatal. Rumus yang dipergunakan adalah sebagai berikut : Jumlah neonatus yang telah memperoleh 3 kali pelayanan kunjungan neonatal X 100( Sesuai standar di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentuJumlah seluruh sasaran bayi di suatu wilayah kerja dalam 1 tahun) (Ayusianto, 2009). Cakupan pelayanan neonatal oleh tenagakesehatan untuk mengetahui jangkauan layanan kesehatan neonatal serta kemampuan program dalam menggerakkan masyarakat melakukan layanan kesehatan neonatal (Syafrudin, 2011,Hal:161). i. Faktor yang berhubungan dengan Kunjungan Neonatal a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 93 atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmojo, 2007,Hal: 192). b. Paritas ibu Paritas adalah keadaan wanita berkaitan dengan jumlah anak yang dilahirkan. Wanita dengan paritas tinggi yaitu wanita yang memiliki >2 anak dan paritas rendah yakni ≤2 anak ( Ramali, 2005,Hal: 144). Paritas 2-3 merupakan paritas yang aman ditinjau dari sudut kematian maternal. Paritas 1 dan paritas tinggi ( lebih dari 3) mempunyai angka kematian maternal ( Wiknjosastro, 2007,Hal:154). c. Sosial Ekonomi Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2007,Hal:193). d. Sosial Budaya Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan (Notoatmodjo, 2007,Hal:193). e. Sarana Pelayanan Kesehatan Sarana pelayanan kesehatan dapat juga mempengaruhi rendahnya kunjungan neonatal ke puskesmas. Banyaknya jenis sarana pelayanan kesehatan yang ada disekitar puskesmas dan kurang memadainya fasilitas Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 94 yang ada di puskesmas memungkinkan masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih memadai dan mudah dijangkau (Profil PKM, 2008). j. Deteksi dini tanda bahaya BBL dan penatalaksanaannya a) Asfiksia Saat dilahirkan bayi biasanya aktif dan segera sesudah tali pusat dijepit bayi menangis yang merangsang pernafasan. Denyut jantung akan menjadi stabil pada frekuensi 120 sampai 140 per menit dan sianosis sentral menghilang dengan cepat. Akan tetapi beberapa bayi mengalami depresi saat dilahirkan dengan menunjukan gejala tonus otot yang menurun dan mengalami kesulitan mempertahankan pernafasan yang wajar. Bayi –bayi ini dapat mengalmi apnu atau menunjukan upaya pernafasaan yang tidak cukup untuk kebutuhan fentilasi paru-paru. Afiksia berati hipoksia yang progresif, penimbunan Co2 dan asidosis (Sarwono.2009.hal;347). Penatalaksanaannya : Isap mulut dan hidung untuk memastikan jalan napas bersih. Beri oksigen 0,5l/menit lewat kateter hidung. Jaga bayi tetap hangat. b) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu bayi yang baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa kehamilannya atau masa gestasinya (Sudarti, 2013; h. 4-5). c) Hipotermi Prinsip dasar mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir dan mencegah hipotermi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 95 1. Mengeringkan bayi baru lahir sesudah lahir 2. Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh bayi normal Suhu normal bayi baru lahir 36,5 C-37,5 C (suhu aksila). Gejala hipotermia apabila suhu < 36 C atau kedua kaki dan tangan teraba dingin. Disebut hipotermia 32 C-36 C. Disamping sebagai suatu gejala, hipotermia dapat merupakan awal penyakit yan berakhir dengan kematian (Sarwono.2009.hal;373). d) Dehidrasi Kadar air dalam lean body mass bayi ( tubuh tanoa jaringan lemak) lebih kurang 82 %. Apabila bayi kekurangan cairan 5 % atau lebih, akan terjadi dehidrasi. Gejala/tanda dehidrasi pada bayi antara lain meliputi : bayi mengantuk, tampak kehausan, kulit, bibir dan lidah kering, saliva menjadi kental, mata dan ubunubun menjadi cekung, warna kulit pucat atau sianosis, turgor kulit berkurang, ekstremitas dingin, banyak air kemih berkurang, apatik, gelisah, kadang-kadang kejang sampai syok. e) Ikterus Neonatorum Ikterus adalah pewarnaan kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Klinis ikterus tampak bila kadar bilirubin dalam serum mencapai ≥ 5 mg/dl. Disebut hiperbilirubinemia apabila didapatkan kadar bilirubin dalam serum > 13 mg/dl. Ikterus atau warna kuning sering dijumpai pada bayi baru lahir dalam batas normal pada hari kedua sampai hari ketiga dan menghilang pada hari kesepuluh (Sarwono.2009.hal ;376-388). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 96 Tabel 2.3 pembagian ikterus menurut metode Derajat ikterus I II III Daerah ikterus Daerah kepala dan leher Sampai badan atas Sampai badan bawah hingga tungkai Sampai daerah lengan, kaki bawah, lutut Sampai daerah telapak tangan dan kaki IV V Perkiraan kadar bilirubin 5.0 mg% 9.0 mg% 11.4 mg% 12.4 mg% 1 mg% f). Kejang Kejang dapat disebabkan oleh meningitis, ensefalopati atau hipoglikemia berat. Pastikan bayi dijaga tetap hangat. Bungkus bayi dengan kain lunak, kering, selimuti dan pakaikan topi untuk menghindari kehilangan panas. Rujuk segera ketempat pelayanan kesehatan yang mempunyai NICU (Sarwono.2009.hal; 391). f) Cedera lahir Cedera lahir adalah kelainan pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma lahir akibat tindakan, cara persalinan atau gangguan persalinan yang diakibatkan kelainan fisiologik persalinan ( Sarwono.2009.hal; 399). C. Tinjauan Teori Nifas a) Nifas Normal Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009,Hal: 2). Asuhan kebidanan masa nifas adalah penatalaksanaan asuhan yang diberikan pada pasien mulai dari saat setelah lahirnya bayi sampai Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 97 dengan kembalinya tubuh dalam keadaan seperti sebelum hamil atau mendekati keadaan sebelum hamil (Saleha, 2009; h. 4). Tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai berikut : a. Periode immediate postpartum Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. b. Periode early postpartum (24 jam-1 minggu) Pada fase ini bidan memastikan involusi uteri dalam keasaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik. c. Periode late postpartum (1 minggu- 5 minggu) Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB ( Diah.2013.hal; 1). b) Tujuan asuhan masa nifas 1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya,baik fisik maupun psikolog. 2) Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya. 3) Memberikan pendidikan kesehatan tenatangperawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 98 4) Memberikan pelayanan keluarga berencana Asuhan masa nifas diperlukan karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya.diperkirakan bahwa 60% keelah permatian akibat kehamilan terjadi setalinan,dan 50% kematin masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama. Masa neonatus merupakan masa kritis dari kehidupan bayi , dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi maa nifas dapat mencegah beberapa kematian. 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah,mendeteksi dan menangani masalahmasalah yang terjadi. 1) kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan) tujuannya yaitu: a. Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan:rujuk bila perdarahan berlanjut c. Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggotakeluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. d. Pemberian asi awal e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir f. Menjagabayi tetep sehat dengan cara mencegah hipotermia. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 99 Jika petugas kesehatan menolong persalinan maka harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam pertama setelah kelahiran,atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan stabil 2) kunjungan 2 (6 hari setelah persalinan) a. Memastikan involusi berkontraksi,fundus uterus dibawah berjalan umbilikus,tidak normal:uterus ada perdarahan abnormal,tidak ada bau b. Menilai adanya tanda-tanda demam,infeksi atau perdarahan abdnormal. c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan,cairan dan istirahat. d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dantak memperhatikan tanda-tanda penyulit. e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan,tali pusat,menjaga bayitetap hangat dan merawat bayi sehai-hari. 3) kunjungan 3 (2 minggu setelah persalinan) Tujuannnya sama seperti tujuan 6 hari setelah persalinan. 4) kunjungan 4 (6 minggu setelah persalinan) a. Menanyakan tentang penyulit-penyulit yang ibu atau bayi alami. b. Memberikan konseling tentang kb secara dini c) Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu: 1) Kebersihan diri a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 100 b. Mengajarkan kepada ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sabun dan air.Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu,dari depan ke belakang,baru kemudian membersihkan diri setiap kali sesuai buang air kecil atau besar. c. Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari.Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik,dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika. d. Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. 2) istirahat a. Anjurkan ibu untuk beistirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah tangga bisa perlahan-lahan,serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur. c. Kurang istirahat akanmempengaruhi ibu dalam hal seperti:mengurangi jumlah ASI yang diperoduksi,memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan ,menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dirinya sendiri. 3) Latihan a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal.Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot perut menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 101 b. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari sangat membantu, seperti: dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut selagi menarik nafas,tahan nafas kedalam dan angkat dagu ke dada:tahan satu hitungan sampai 5.Rileks dan ulangi 10 kali. untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel) c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan, kencangkan otot-otot, pantat dan panggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebanyak 5 kali. Mulai mengajarkan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.setiap minggu naikan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali. 4) Gizi a. Harus mengkonsumsi 500 kalori tiap hari b. Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein ,mineral dan vitamin yang cukup. c. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari(anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusu) d. Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin. e. Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui asinya (Bahyatun.2009.hal;61). 5) Perawatan payudara a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 102 b. Mengunakan BH yang menyokong payudara c. Apabila puting susu lecet,oleskan kolostrumatau ASI yang keluar pada sekitar puting susu setiap kali menyusui, menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak lecet. d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. Asi dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan sendook. e. Untuk menghilangkan nyeridapat minum parasetamol 1 tablet setap 4-6 jam. f. Apabila payudara bengkak akibat bendungan Asi, lakukan: a) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hangat selama 5 menit. b) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting susu dan gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju puting. c) Keluarkan Asi sebgaian dari bagian depan payudara sehingga puting susu menjadi lunak. d) Susukan bayi disetiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh Asi keluarkan dengan tangan e) Letakan kain dingin pada payudara setelah menyusui f) Payudara dikeringkan (Bahyatun.2009.hal;61). 6) Hubungan perkawinan/rumah tangga a. Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu atau dua jarinya ke Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 103 dalam vagina tanparasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan dia tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. b. Banyak bvudaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampaibatas waktutertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan. 7) Keluarga Berencana a. Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat membantu merencanakan keluarganya dengan mengajarkan kepada mereka tentang caramencegah kehamilan yang tidak diinginkan. b. Biasanya wanita tidak akan menghasilkan (ovulasi) sebelum mendapatakan lagi haidnya selama meneteki. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertama kembaliuntuk mencegah terjadinya kehamilan baru. Risiko cara inialah 2% kehamilan. c. Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi. d. Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu: Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 104 a) Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan evektifitasnya b) Kelebihan/keuntungan c) Kekurangannya d) Efek samping e) Bagaimana menggunakan metode itu f) Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita pascapersalinan yang menyusui. e. Jika seorang ibu pasangan telah memilih metode KB tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya lagi dalam dua mingu untuk mengetahui apakah ada yang lain yang ingin ditanyakan oleh ibu/pasangan itu dan untuk melihat apakah metdoe tersebut bekerja dengan baik. 8) Menyusui a. Menyusui harus dilakukan segera serelah kelahiran selagi bayi dalam keadaan terjaga. Menyusui segera menaikan oksitoksin, yang juga menaikan involusi pada uterus. Juga menaikan ikatan dini antara ibu dan anak. b. Bayi harus hanya disusui saja sekurang-kurangnya selama 4 bulan pertama. Bayi harus disusui sesuai saja sekurang-kurangnya 4 bulan pertama. Bayi harus disusui sesuai tuntutan (kapan saja ia lapar) ndan tanpa harus menggunakan jadwal. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 105 c. ASI merupakan makanan terbaik bagi bayi, yang memberikan kalori dan gizi yang diperlukan bayi untuk 4 bulan pertama sehingga bayi mendapatkan kenaikan berat badan secara normal, karena semua gizi didapat sesuai dengan kebutuhan bayi. Mudah untuk dicerna. Memberikan perlindungan yang penting dari infeks. Juga bersih, segar dan siap diminum (Bahyatun.2009.hal;61). 9) Tidur Baringkan bayi ke samping dan terlentang (jangan pakai bantal). 10) Ujung tali pusat a. Sampai tali pusat kering dan lepas, di daerah ini dapat terjadi infeksi sehingga harus di jaga agar bersih dan kering. b. Ibu harus mencuci sekitar tapi pusat setiap hari dengan sabun dan air. c. Bubuhi alkohol 70% 1-2 kali sehari. d. Beritahu ibu untuk lapor ke bidan bila tali pusat berbau, ada kemerahan disekitarnya atau mengeluarkan cairan (Bahyatun.2009.hal;61). 11) Imunisasi Dalam waktu seminggu peratama, beri bayi: a. BCG untuk mencegah tuberkolusis, b. Vaksin polio secara oral, c. Vaksin hepatitis B (Bahyatun.2009.hal;61). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 106 E) Adaptasi Psikologis ibu Pada hari pertama dan kedua ibu yang telah melahirkan akan mengalami perubahan psikologis dan cenderung masih membicarakan pengalaman persalinan dan menurut priode ini telah diuraiakn oleh Rubin yaitu : 1. Talking in a. Periode ini akan terjadi pada hari 1-2 setelah melahirkan (Bahyatun.2009.hal;64). b. Ibu akan mengulang – ulang pengalaman masa bersalian c. Peningkatan nutrisi pada ibu nifas sangat penting dibutuhakan biasanya selera makan ibu meningkat (Bahyatun.2009.hal;64). 2. Taking hold a. Masa ini akan berlangsung pada hari 2-4 pospartum ibu akan menjadi perhatian yang pada kemampuanya menjdi seorang ibu dan bertanggung jawab penuh pada bayinya (Bahyatun.2009.hal;64). b. Perhatian akan pada fungsi –fungsi tubuh c. Ibu akan berusaha agar dirinya dapat memberikan asuhan pada bayinya seperti mebedong, menyusui (Bahyatun.2009.hal;64). 3. Letting go a. Masa ini akan terjadi ,ibu pulang kerumah setelah melahirkan. b. Dan hal ini akan membuat seorang ibu mengambil tanggung jawab untuk perawatan bayinya. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 107 c. Pada masa ini ibu umumnya akan terjadi depresi postpartum (Bahyatun.2009.hal;65). F) Deteksi dini tanda bahaya masa nifas dan penatalaksanaannya 1) Infeksi Nifas Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genetalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 380 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama pascapersalinan atau dalam 24 jam pertama (Bahyatun.2009.hal;144). Penatalaksanaannya : Pengukuran suhu dari mulut sedikitnya 4 kali sehari, berikan antibiotik, perhatikan diet. Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum. 2) Payudara bengkak Payudara terasa lebih penuh/tegang dan nyeri sekitar hari ketiga atau keempat sesudah melahirkan akibat statis di vena dan pembuluh limfe, tanda bahwa ASI mulai banyak disekresi. Penatalaksanaannya : Susukan bayi segera setelah lahir atau tanpa jadwal (on demand). Keluarkan ASI dengan tangan/pompa bila produksi melebihi kebutuhan bayi. Lakukan perawatan payudara pascapersalinan secara teratur. Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui. Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi rasa sakit. Sedangkan sebelum menyusui lakukan kompres hangat kira-kira 5 menit dan lakukan masase (Bahyatun.2009.hal;144). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 108 3) Mastitis Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu. Gejalanya yaitu kulit merah, payudara lebih keras dan nyeri serta berbenjol-benjol. Penatalaksanaannya : Usahakan ibu tetap menyusui bayi agar tidak terjadi statis dalam payudara yang dapat berkomplikasi menjadi abses. Berikan antibiotika dan analgesik serta banyak minum dan istirahat. 4) Abses payudara Terjadi sebagai komplikasi mastitis akibat meluasnya peradangan. Penatalaksanaannya : Rujuk ke dokter untuk dilakukan insisi untuk drainase, pemberian antibiotik dosis tinggi dan analgesik. Bayi dihentikan untuk menyusu untuk sementara waktu pada payudara yang sakit, bayi tetap menyusu tanpa jadwal pada payudara yang sehat (Bahyatun.2009.hal;144). D.Tinjauan Teori Keluarga Berencana 1. Pengertian Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan dan konsepsi yang berarti pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan (Sukarni,2010 Hal:363). 2. Jenis dan waktu yang tepat untuk ber-KB Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 109 a. Postpartum: KB Suntik, Norplant/KB susuk/ Implant, AKDR, Pil KB hanya progesterone, Kontap, Metode Sederhana b. Posmentrual Regulatio: KB Suntik c. Pasca Abortus: KB susuk atau implant d. Saat Menstruasi: AKDR, Kontap, Metode Sedrhana e. Masa Interval: KB Suntik, KB Implan, AKDR, Metode Sederhana f. Post-Koitus: KB Darurat( Manuaba, 2010 h; 592). 3. Jenis – Jenis Kontrasepsi : 1. Kontrasepsi Alamiah a. Metode kalender Metode ini memperhitungkan masa subur wanita yang berkaitan erat dengan siklus menstruasi.Pasangan tidak boleh melakukan hubungan suami istri selama istri pada masa kesuburan (Sukarni, 2013 h;367). b. Suhu basal tubuh Peninggian suhu basal tubuh ini mulai 1-2 hari setelah ovulasi dan disebabkan oleh peninggian kadar hormone progesterone (Sukarni, 2013 h;367). c. Metode lendir serviks Lendir serviks dapat diperiksa dengan jari pada vagina untunk mengetahui hari-hari kering dan basah(Sukarni, 2013 h;368). d. Koitus Interuptus Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 110 Prinsip dari metode ini adalah mengeluarkan penis menjelang ejakulasi sehingga spermatozoa ditumpahkan diluar ilang senggama.( Sukarni , 2013 h;369)Yang termasuk kontrasepsi alamiah dengan alat adalah kondom, diafragma, spermaticid ( Sukarni, 2013 h;369). 2. Kontrasepsi Hormonal 1. Pil Pil kontrasepsi mencakup pil kombinasi yang berisi hormone estrogen dan progesterone ( Sukarni , 2013 h;379). Macam-macam Pil a. Pil Kombinasi Fungsinya adalah untuk menghambat terjadinya ovulasi dan membuat endometrium tidak mendukung implantasi. Keuntungannya dapat meredakan dismenorea dan menoragi, mengurani resiko anemia dan mengurangi resiko penyakit payudara jinak ( Sukarni , 2013 h;379). b. Pil Mini Mini pil hanya berisi progesterone.Keuntungannya dapat diberikan pada wanita yang sedang menyusui ( Sukarni , 2013 h;379). 2. KB Suntik Siklus reproduksi wanita memerlukan kira-kira 28 hari untuk menyiapkan dan melepaskan ovum pada pertengahan siklus, mempersiapkan lingkungan uterus dan bila tidak terjadi konsepsi, Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 111 pengeluaran darah dan jaringan dari uterus sebagai haid. Untuk mencegah kehamilan dengan cara menyuntikan hormone yang berfungsi menggantikan produksi normal estrogen dan progesterone oleh ovarium dan mencegah terjadinya ovulasi (Saifuddin,2007,Hal:211). A. Suntikan kombinasi Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo medroksiprogesterone asetat dan 5 mg estradiol sipionat pada injeksi IM 1 bln sekali (cyclofem) atau 50 mg neretindrone enantat dan 5 mg estradiol valerat yang juga diberikan setiap bulan 1) Cara kerja a. Menekan ovulasi b. Membuat lender servik menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu c. Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu d. Menghambat transportasi gamet oleh tuba 2) Keuntungan a. Resiko terhadap kesehatan kecil b. angka panjang c. tidak berpengaruh pada hubungan suami istri Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 112 3) Kerugian a. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan, klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapat suntikan b. Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan dengan obat-obatan epilepsy c. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS, hepatitis, HIV 4). Efek samping a. Amenore b. Mual, pusing, muntah c. Perdarahan (Saifuddin,2007,Hal:211). B. Suntikan progestin 1. Terdapat dua jenis yaitu : a. Depodemokrasi progesterone asetat (DMPA) Mengandung 150 mg DMPA, diberikan tiap 3 bulan b. Depo norestisteron enantat (depo noristerat), mengandung 200 mg noretindron enantat, diberikan tiap 2 bulan 2. Cara kerja a. Mencegah ovulasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 113 b. Mengentalkan lender servik sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma c. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi d. Menghambat transport gamet oleh tuba 3. Efektifitas Efektifitas yang tinggi dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan. Asal penyuntikan dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan 4. Keuntungan a. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, gangguan pembekuan darah b. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI c. Mencegah kanker endometrium, kehamilan ektopik, penyakit jinak payudara, radang panggul (Saifuddin,2007,Hal:211). 5. Keterbatasan a. Terlambatnya kesuburan setelah penghentian pemakaian tetapi bukan karenakerusakan organ genetalia melainkan belum habisnya pelepasan obat suntik dari tempat suntikan (deponya) b. Klien menjadi tergantung dengan pelayanan kesehatan untuk mendapatkan suntik kembali dan tidak dapat dihentikan sewaktuwaktu c. Tidak melindungi dari ims,hepatits dan hiv 6. Efek samping a. Peningkatan/penurunan berat badan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 114 b. Amenorea(tidak terjadi pendarahan) c. Pendarahan bercak/spoting 7. Istruksi pada klien berkaitan dengan jadwal penyuntikan Klien harus kembali ketempat pelayanan kesehatan/ klinik untuk mendapatkan suntik kembali setiap 12 minggu untuk DMPA atau setiap 8 minggu untuk noristerat Bila klien tidak dapat kembali pada jadwal yang ditentukan, klien dapat dating 2 minggu sebelum jadwal, bias pula 2 minggu setelah jadwal yang ditetapkan asal tidak terjadi kehamilan. Klien dapat diperkenankan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi yang lain selama 7 hari (Saifuddin,2007,Hal:211). 3. Jenis KB non hormonal a. Kondom Kondom adalah suatu alat kontrasepsi berupa sarung dari karet yang diselubungkan ke organ intim lelaki, yang bekerja dengan cara mencegah sperma bertemu dengan sel telur sehingga tidak terjadi pembuahan. Kondom merupakan salah satu metode pencegahan kehamilan yang sering di-gunakan.Kondom juga bisa digunakan untuk melindungi pasangan dan diri sendiri dari virus HIV dan penyakit menular seksual.Tapi apakah pemakaian kondom cukup aman dan efektif untuk melindungi Anda dari kehamilan yang tidak diinginkan dan penyakit. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 115 b. KB Implan/ susuk Setiap kapsul susuk KB mengandung 36mg Levonorgestrel yang akan dikeluarkan setiap harinya sebanyak b0 mcg. Konsep mekanisme kerjanya sebagai progesterone yang dapat menghalangi pengeluaran LH sehingga tidak terjadi ovulasi, mengentalkan lendir sevicks dang menghalangi spermatozoa dan menyebabka situasi endometrium tidak siap menjadi nidasi ( Manuaba, 2010 Hal;602). Cara pemasangan AKBK : a. Saat pemasangan yang tepat adalah pada waktu menstruasi atau 1-2 hari setelah menstruasi b. Akseptor sebaiknya berbaring atau duduk selama pemasangan c. Pemasangan dilaksanakan di lengan kiri karena merupakan tempat terbaik untuk pemasangan d. Lengan kiri diletakan lurus setinggi pundak e. Menentukan daerah pemasangan biasanya 8 cm -10 cm di atas lipatan siku f. Melakukan anastesi lokal di tempat insersi dengan arah seperti kipas sepanjang 4-4,5 cm dengan pembius lokal g. Melakukan sayatan melintang selebar 2-3 cm di tempat suntikan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 116 h. Tusukan trokar melalui sayatan ke bawah kulit,perhatikan tanda batasnya dan tusukan sampai tanda batas dekat pangkal trokar i. Mengeluarkan batang dalam trokar dan memasukan kapsul implan ke dalam batang luar trokar dengan memakai pinset anatomis, dorong pelan pelan dengan batang sampai terasa ada tahanan j. Mempertahankan posisi batang pendorong, tarik trokar perlahan lahan sepanjang batang pendorong sampai batas paling ujung k. Meraba implant yang terpasang dengan telunjuk kiri, dorong trokar pada posisi sebelahnya tanpa terlebih dahulu mengeluarkan ujung ujungnya dari sayatan. Pasang seluruh implant denagn posisi menyerupai kipas sehingga ke enam kapsul terpasang dengan baik c. IUD IUD merupakan alat kontrasepsi dalam rahim yang menimbulkan perubahan pengeluaran cairan , prostaglandin yang menghalangi kapasitasi spermatozoa. Indikasi pemasangan IUD: a. Usia reproduktif b. Keadaan nulipara c. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang d. Perempuan menyusui yang menginginkan menggunakan KB Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 117 ( Sukarni, 2013 h;373). Mekanisme kerja IUD Mekanisme kerja IUD belum diketahui dengan pasti namun pendapat yang terbanyak adalah IUD dalam cavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan sperma. Keuntungan IUD : a. Hanya memerlukan sekali pemasangan b. Tidak menimbulkan efek sistemik c. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal d. Efektifitas cukup tinggi e. Reversibeal Efek samping IUD : a. Perdarahan b. Rasa nyeri dan kejang di perut c. Gangguan pada suami d. Ekspulsi Cara pemasangan IUD: a. Akseptor diberi penjelasan tentang pemasangan IUD dan diminta untuk BAK terlebih dahulu b. Akseptor berbaring dalam posisi litotomi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 118 c. Melakuakan pemeriksaan dalam untuk menentukan besar rahim dan bentuk rahim d. Memasukan spekulum, membersihkan dinding vagina dan mulut rahim dengan kapas desinfektan e. Membersihkan porsio dengan larutan antiseptik f. Kait bibir depan porsio serviks dengan tenakulum tepat pada sebelah atsa porsio g. Memasukan sonde sesuai dengan arah rahim untuk menentukan dalamnya rahim h. Menyiapkan IUD steril i. Memasukan IUD sesuai dengan arah dan dalamnya sonde j. Lalu memotong benang angan panjang dan juga jangan terlalu pendek agar tidak menyebabkan sakit pada waktu senggama. Kontap ( Kontrasepsi Mantap) a. Tubektomi Tubektomi adalah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan yaitu memotong tuba falopii .metode kontrasepsi ini permanen di peruntukan bagi mereka yang tidak ingin memiliki anak ( Sukarni2013 Hal;389). b. Vasektomi Vasektomi merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang sederhana dan sangat efektif. Yaitu dengan ouklasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 119 vasdiferen sehingga menghambat perjalanan spermatozoa di dalam semen ( tidak ada pengantar spermatozoa dari testis ke penis ( Sukarni, 2013 h;396). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 120 A. TINJAUAN TEORI ASUHAN KEBIDANAN 1. Teori Manajemen Kebidanan Varney Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan pengambilan suatu keputusan yang yang berfokus logis untuk pada klien (Estiwadani,dkk, 2008; h.124). Proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakan pola pikir. Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, maka seluruh aktivitas atau tindakan yang bersifat coba-coba yang akan berdampak kurang baik untuk klien (Estiwadani,dkk, 2008; h.134). Langkah-langkah Manajemen Kebidanan Varney : Langkah I : Pengumpulan Data Dasar Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan khusus dan pemeriksaan penunjang. Kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi yang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 121 akan menentukan proses interpretasi yang benar. Sehingga dalam tahap ini harus komprehensif meliputi data subyektif, obyektif dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid (Estiwadani,dkk, 2008; h. 134). 1) Data Subyektif Data subyektif adalah data yang diperoleh dari apa yang klien katakana atau keluhkan. Data tersebut dapat ditentukan tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi dengan klien (Nursalam, 2004). (a) Identitas Klien a) Nama Nama jelas dan lengkap, bila perlu beserta nama panggilan sehari-hari agar dalam memberikan pelayanan tidak terjadi kekeliruan(Retna, 2008) b) Umur Dicatat dalam tahun untuk mengetahui resiko yang akan terjadi seperti kurang dari 20 tahun, karena alat reproduksinya belum matang, psikis dan mentalnya belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas (Ratna, 2008). c) Agama Untuk mengetahui keyakinan yang klien ant untuk membimbing dan mengarahkan klien dalam berdoa (Ratna, 2008). d) Suku / Bangsa Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 122 Berpengaruh pada adat istiadat atau kebiasaan sehari-hari (Ratna, 2008). e) Pendidikan Untuk megetahui tingkat pendidikan yang nantinya penting dalam memeberikan pendidikan kesehatan atau KIE pada klien sesuai dengan tingkat pendidikannya (Ambarwati, 2008). f) Pekerjaan Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sociala ekonominya, karena ini mempengaruhi dengan gizi klien tersebut (Ratna, 2008). Untuk mengetahui kemungkinan pengaruh pekerjaan dengan permasalahan kesehatan atau untuk mengetahui tingkat social ekonomi (Manuaba, 2008). g) Alamat Ditanyakan untuk mempermudah dalam melakukan kunjungan rumah (Ratna, 2008). Untuk mengetahui tempat tinggal klien dan keadaan lingkungan sekitarnya (Ambarwati, 2008). (b) Keluhan Utama Keluhan yang terjadi pada ibu bersalin dengan perdarahan postpartum primer adalah mengalami perdarahan yang lebih banyak, pasien mengeluh lemah, berkeringat dingin, dan menggigil (Saiffudin, 2006). (c) Riwayat Menstruasi Menarche umur berapa, haidnya teratur atau tidak, siklusnya berapa lama, lama menstruasi, banyaknya jumlah darah, sifat darah (cair atau ada Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 123 bekuan,warnanya, baunya), ada dismenorhoe atau tidak, haid yang terakhir (Saffudin, 2006). (d) Riwayat Perkawinan Untuk mengetahui status perkawinannya, lama perkawinan, syah atau tidaknya perkawinan, sudah berapa kali menikah, berapa jumlah anak (Wiknjosastro, 2006). (e) Riwayat kehamilan, persalian dan nifas yang lalu a) Riwayat Kehamilan Untuk mengetahui ada gangguan seperti muntah-muntah, hipertensi, perdarahan waktu hamil muda (Wheeler, 2004). b) Riwayat Persalinan Untuk mengetahui persalinan yang dilakukan spontan atau buatan, lahir aterm, preterm, posterm, ada tidaknya perdarahan saat persalinan, ditolong siapa, dimana tempat persalinannya (Wheeler, 2004). c) Riwayat Nifas Untuk mengetahui apakah pernah mengalami perdarahan, infeksi, bagaimana proses laktasi dan apakah ada jahitan pada perineum (Manuaba, 2008). d) Riwayat Anak Untuk mengetahui jumlah anak, jenis kelamin, hidup atau mati, berat badan lahir. e) Riwayat keluarga berencana Untuk mengetahui apakah ibu sebelum hamil menggunakan KB atau Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 124 tidak, jika pernah berapa lama penggunaannya, dan jenis kontrasepsinya (Varney, 2004). f) Riwayat penyakit a) Riwayat penyakit yang lalu Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya riwayat penyakit akut atau kronis seperti; jantung, diabetes mellitus, hipertensi, asma, yang dapat mempengaruhi dalam masa nifas (Retna, 2008). b) Riwayat penyakit sekarang Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya penyakit yang sedang diderita yang ada hubungannya dengan perdarahan yang dialami ibu seperti anemia, hipertensi. c) Riwayat penyakit keluarga Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit keluarga terhadap kesehatan klien, yaitu apabila ada penyakit yang menyertainya (Retna, 2008). g) Perilaku kebutuhan sehari-hari a) Nutrisi : pada ibu hamil sangat penting untuk memenuhi kebutuhan gizi karena akan berpengaruh terhadap bayi yang akan dilahirkan, sedangkan kebutuhan gizi untuk ibu nifas akan berpengaruh pada kesembuhan luka perineum. b) Aktivitas seksual: Pada hamil muda hubungan seksual sedapat mungkin dihindari, bila terdapat keguguran berulang atau mengancam kehamilan dengan tanda infeksi, pendarahan, mengeluarkan air. Pada Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 125 kehamilan tua sekitar 14 hari menjelang persalinan perlu dihindari hubungan seksual karena dapat membahayakan. Bisa terjadi bila kurang higienis, ketuban bisa pecah, dan persalinan bisa terangsang karena, sperma mengandung prostaglandin. Pada ibu nifas aktifitas seksual dapat dilakukan ketika selesai masa nifas atau ketika darah nifas sudah tidak lagi keluar dari vagina. c) Istirahat tidur: anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan, waktu untuk istirahat yang cukup untuk ibu hamil maupun nifas pada siang hari 2 jam dan malam hari 7-8 jam. d) Personal Hygiene : ibu hamil, nifas, dan BBL sangat rentan sekali terkena infeksi, oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi,seperti: kebersihan pakaian, tempat tidur, pakaian dalam dan lingkungan. e) Kepercayaaan yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, nifas dan BBL. Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi proses kesejahteraan bagi ibu hamil, bersalin, nifas dan BBL. 2) Pemeriksaan objektif Data ini dikumpulkan guna melengkapi data untuk menegakkan diagnosa. Bidan melakukan pengkajian data objektif melalui pemeriksaan inspeksi, palpasi, auskultasi, perkusi, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan secara berurutan (Sulistiawati dkk,2010;h.226). (a) Pemeriksaan Umum Pemeriksaan yang dilakukan kepada pasien sebagai berikut: Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 126 1. Keadaan umum Di lakukan untuk mengetahui keadaan umum kesehatan klien. Kesadaran apakah komposmentis, apatis, latergi, somnolen, sopor atau koma. 2. Tinggi badan dan berat badan sebagai penilaian keadaan gizi pasien apakah normal, kurang dan lebih 3. Tanda-tanda vital: a. Tekanan darah Tekanan darah normal adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. b. Nadi Gelombang yang di akibatkan adanya perubahan pelebaran (vasodilatasi)dan penyempitan (vasokontriksi) dari pembuluh darah arteri akibat kontraksi vertikel melawan dinding aorta, normalnya nadi 60-80 kali permenit. c. Suhu Derajat panas yang di pertahankan oleh tubuh dan di atur oleh hipotalamus (di pertahankan dalam batas normal 37,5-38ºC. d. Pernafasan Suplai O2 ke sel-sel tubuh dan membuang CO2 keluar dari sel tubuh, normalnya 20-30 kali permenit (Tambunan dkk, 2011; h. 43). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 127 (b) Pemeriksaan fisik 1. Kepala Pemeriksaan dilakukan secara insfeksi dan palpasi, dilakukan dengan memperhatikan bentuk kepala yang abnormal, distribusi rambut berpariasi pada setiap orang kulit kepala dikaji dari adanya peradangan, luka maupun tumor. 2. Muka Pada daerah muka di lihat kesimetrisan muka, apakah kulitnya normal, pucat. Ketidaksimetrisan muka menunjukkan adanya gangguan pada saraf ke tujuh (nervus fasialis). 3. Mata Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata, teknik yang di gunakan inspeksi dan palpasi, mata yang diperiksa semetris apa tidak, kelopak mata, konjungtiva, sklera. 4. Telinga Untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga/membrane timpani, dan pendengaran. teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi, dilihat simetris apa tidak, gangguan pendengaran apa tidak. 5. Hidung Dikaji untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung, bagian dalam, lalu sinus- sinus, kebersihan nya dan apakah ada nyeri tekan apa tidak. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 128 6. Mulut Untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada mulut lihat warna bibir, apakah ada stomatitis apa tidak. 7. Leher Untuk mengetahui bentuk leher, serta organ- organ lain yang berkaitan. Teknik yang di gunakan adalah inspeksi dan palpasi, apakah ada kelenjar getah bening dan kelenjar tyroid. 8. Dada Mengkaji kesehatan pernafasan, retraksi dan mendengar bunyi jantung dan paru-paru. 9. Perut Untuk mengkaji adanya distensi, nyeri tekan dan adanya massa, apakah ada pembesaran dan konsistensi. 10. Punggung Mengkaji nyeri tekan, nyeri ketuk. 11. Genetalia Mengkaji seperti apakah ada masalah dalam buang air kecil, adanya luka, bengkak maupun nyeri pada genetalia (Tambunan dkk, 2011; h. 66-112). Langkah II : Interpretasi data dasar Langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 129 merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat diidentifikasikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penanganan. Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan (Estiwadani,dkk, 2008;h. 135). Langkah III : Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya Pada langkah ini bidan mengidentifikasi masalah potensial atau diagnosa potensial berdasarkan diagnosa atau masalah yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman. Bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau diagnosa potensial tidak terjadi (Estiwadani,dkk, 2008;h. 135). Langkah IV : Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera untuk melakukan konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain berdasarkan kondisi klien Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 130 yang lain sesuai dengan kondisi klien. Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan kebidanan. Bidan dalam melakukan tindakan harus sesuai dengan prioritas masalah atau kebutuhan yang dihadapi kliennya. Setelah bidan merumuskan tindakan yang perlu dilakukan untuk mengantisipasi diagnosa atau masalah potensial pada step sebelumnya, bidan juga harus merumuskan tindakan segera yang harus dirumuskan untuk menyelamatkan ibu dan bayi (Estiwadani,dkk, 2008;h. 136-137). Langkah V : Menyusun rencana asuhan yang menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau masalah psikologis. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 131 Setiap rencana asuhan harus disetujui oleh kedua belah pihak yaituoleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana tersebut (Estiwadani,dkk, 2008;h. 137-138). Langkah VI : Pelaksanaan langsung asuhan dengan efisien dan aman Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah kelimadilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Kaji ulang apakah semua rencana asuhan telah dilaksanakan (Estiwadani,dkk, 2008;h. 138). Langkah VII : Mengevaluasi Pada langkah ketujuh dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi dalam diagnosa dan masalah. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya (Estiwadani,dkk, 2008;h. 139). 2. Catatan perkembangan menggunakan pendekatan SOAP Menurut Helen Varney, alur berfikir seorang bidan pada saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah, agar diketahui orang lain apa yang telah Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 132 dilakukan oleh seorang bidan melalui proses brfikir sistematis, maka dokumentasi dalam bentuk SOAP : a. Subyektif (S) Data subyektif berisi tentang menggambarkan pendokumentasiannya hanya pengumpulan data klien melalui anamnesa tanda gejala subyektif yang diperoleh dan hasil bertanya pada pasien, suami dan keluarga (identitas umum, keluhan, riwayat haid, kehamilan, persalinan, KB, penyakit, riwayat penyakit keluarga, penyakit keturunan, riwayat psikososial, dan pola hidup). b. Obyektif (O) Menggambarkan tentang pendokumentasian hasil analisa dan pemeriksaan fisik pasien, hasil laboratorium, dan tes diagnostik lain yang merumuskan dalam data fokus untuk mendukung assesment. Tanda gejala obyektif yang diperoleh dan hasil pemeriksaan. Cara pemeriksaan dengan inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi. c. Assesment (A) Diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi subyektif maupun obyektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subyektif maupun obyektif, dan sering juga digunakan secara terpisah, maka proses pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data subyektif dan data obyektif dalam suatu identifikasi : Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 133 1) Diagnosa atau Masalah a) Diagnosa adalah rumusan dan hasil pengkajian mengenai kondisi klien. Berdasarkan hasil analisa data yang diperoleh. b) Masalah adalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu kesehatan tetapi tidak dalam diagnosa potensial. d. Planning (P) Menggambarkan pendokumentasian dan perencanaan evaluasi berdasarkan assesment SOAP untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi dimasukkan dalam Planning. 1) Perencanaan Berdasarkan diagnosa yang ditegakkan, bidan menyusun rencana kegiatannya. Rencana kegiatan mencakup tujuan dan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh bidan dalam melakukan intervensi untuk memecahkan masalah pasien atau klien serta rencana evaluasi (Estiwadani,dkk, 2008;h. 131). 2) Implementasi Pelaksanaan rencana tindakan menghilangkan dan mengurangi masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu, klien harus sebanyak mungkin menjadi bagian dalam proses ini. Apabila kondisi klien berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 134 3) Evaluasi Evaluasi adalah tindakan pengukuran antara keberhasilan dan rencana. Jadi tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan tindakan kebidanan yang dilakukan (Estiwadani,dkk, 2008;h. 132). B. Landasan Hukum Praktik Bidan Adapun landasan hukum praktik bidan, Menurut Kepmenkes no. 1464/MENKES/PER/X/2010 pada pasal 9 bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak, pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pada pasal 10 pelayanan kesehatan ibu diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, persalinan, nifas, menyusui dan masa antara dua kehamilan. Pelayanan kesehatan ibu dapat diberikan dengan konseling dari masa pra hamil hingga masa antara dua kehamilan. Bidan dalam memberikan pelayanan juga berwenang untuk melakukan tindakan seperti episiotomi, penjahitan luka derajat I dan II, penanganan kegawatdaruratan dengan perujukan, dll. Pada pasal 11 pelayanan kesehatan pada anak diberikan pada BBL, bayi, anak balita dan anak pra sekolah. Bidan juga berwenang untuk melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir normal termasuk resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusui dini, dll sampai pemberian surat kematian pun dapat diberikan oleh bidan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 135 Pasal 12 bidan berwenang untuk memberikan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana dengan pemberian konseling serta memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom. Pada pasal 13 bidan berwenang untuk memberikan pelayanan untuk pemberian alat kontrasepsi suntik, AKDR, dan AKBK sampai dengan pencegahan penggunaan NAPZA. Bidan dalam menjalankan tugasnya harus menggunakan pelayanan kebidanan yang standar. Pada Standar pelayanan umum terkaji pada standar 1 dan 2 yang berisi tentang persiapan untuk kehidupan keluarga yang sehat dan pencatatan serta pelaporan tentang data ibu hamil,nifas BBL, semua kunjungan rumah dan penyuluhan yang diberikan kepada masyarakat. Pada standar pelayanan antenatal terkaji pada standar 3 sampai standar 8 yang berisi tentang identifikasi ibu hamil, pemeriksaan dan pemantauan antenatal, palpasi abdomen, pengelolaan anemia pada kehamilan, pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan, dan persiapan persalinan. Pada standar pelayanan kebidanan terdapat empat standar yaitu pada standar 9 sampai standar 12 yang berisi tentang asuhan persalinan kala I, persalinan kala II yang aman, penatalaksanaan aktif persalinan kala III, dan penanganan kala II dengan gawat janin melalui episiotomi. Standar pelayanan nifas terdapat tiga standar yaitu pada standar 13 sampai standar 15 yang berisi tentang perawatan bayi baru Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014 136 lahir, penanganan pada dua jam pertama setelah persalinan, dan pelayanan bagi ibu dan bayi pada masa nifas. Standar penanganan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal terdapat pada 9 standar yaitu pada standar 16 sampai standar 24 yang berisipenanganan perdarahan dalam kehamilan pada kehamilan trimester III, penanganan kegawatan pada eklampsia, penanganan kegawatan pada partus lama/macet, persalinan dengan penggunaan vakum ekstraktor, penanganan retensio plasenta, penanganan perdarahan postpartum primer, penanganan perdarahan postpartum sekunder, penanganan sepsis peurperalis, dan penanganan asfiksia neonatorum. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Nyita Rusbaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2014