BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Logam Cr banyak digunakan pada berbagai industri seperti tekstil, pelapisan logam, penyamakan kulit, produksi kertas, pigmen cat, tekstil, dll (Joshi dan Shrivastava, 2011). Luasnya penggunaan Cr akan menghasilkan air limbah yang mengandung Cr dengan kadar tinggi dengan volume yang besar. Unsur krom dapat ditemukan dalam bentuk Cr(III) dan Cr(VI) dengan sifat toksisitas yang sangat berbeda. Cr(III) kurang toksik jika dibandingkan dengan Cr(VI). Secara umum senyawa krom dalam konsentrasi tinggi menyebabkan iritasi, bisul/borok pada kulit, jika terhirup akan menimbulkan iritasi pada rongga mukosa dan pori-pori rongga septum, gangguan sistem gastrointestinal, ginjal, hati. Khusus untuk Cr(VI) dapat menyebabkan kanker paru-paru dan bisa menyebabkan kematian (Anonim, 2002). Sementara Cr(III) dalam jumlah sedikit merupakan nutrisi penting bagi manusia yang dibutuhkan sebanyak 50-200 µg per hari untuk metabolisme insulin. Cr(III) juga penting bagi hewan mamalia untuk metabolisme protein, glukosa dan lemak. Cr(III) pada tanaman kegunaannya tidak diketahui secara pasti akan tetapi semua tanaman mengandung unsur ini. Mengingat bahaya yang ditimbulkan oleh pencemaran senyawa krom, terutama Cr(VI) maka pengolahan limbah yang mengandung Cr(VI) harus dilakukan. Metode yang telah dikembangkan antara lain adsorpsi, pengendapan, fotokatalis, dan reduksi. Diantara metode tersebut, metode fotokatalis yang paling efektif dan cukup ekonomis sehingga bisa diterapkan untuk industri kecil (Joshi dan Shrivastava, 2011). Penghilangan Cr(VI) dalam limbah industri umumnya dilakukan dengan cara mereduksi Cr(VI) menjadi Cr(III) dengan agen pereduksi seperti FeSO4 dan NaHSO2 atau NaHSO3. Hasil reduksi berupa Cr(III) di dalam limbah dapat dipindahkan melalui pengendapan pada pH netral atau basa. Akan tetapi, metode ini membutuhkan agen pereduksi yang banyak agar semua Cr(VI) bisa direduksi menjadi Cr(III) sehingga kurang ekonomis (Jiang dkk., 2006; Ku dan Jung, 2001). 1 Metode alternatif yang dapat digunakan adalah reduksi fotokatalitik oleh semikonduktor seperti TiO2. Ketika TiO2 di disinari oleh lampu UV, akan diperoleh daya reduksi elektron yang sangat besar untuk menginisiasi terjadinya proses reduksi ion logam (Ku dan Jung, 2001). Semikonduktor fotokatalis TiO2 telah diteliti secara intensif pada degradasi polusi lingkungan (Wang dkk., 2008; Colon dkk., 2001; Ku dan Jung, 2001). Metode ini merupakan metode yang banyak dikembangkan karena sesuai dengan prinsip green chemistry yaitu prosesnya sederhana tidak membutuhkan bahan kimia yang banyak, suhu reaksi yang rendah dan limbah yang dihasilkan sedikit, biaya cukup murah. Banyak hasil penelitian menemukan bahwa cemaran organik dan anorganik akan teroksidasi dan tereduksi oleh lubang pada pita valensi dan elektron pada pita konduksi pada semikonduktor (Wang dkk., 2008). Penggunaan TiO2 dalam bentuk serbuk untuk pengolahan limbah secara umum termasuk ion Cr(VI) cukup praktis, namun serbuk ini memiliki kelemahan yaitu pemisahan fotokatalis dari media reaksi sangat sulit sehingga tidak bisa digunakan kembali untuk fotokatalis selanjutnya. Sebagai metode alternatif telah dilakukan dengan membuat serbuk TiO2 immobile pada matriks inert dan berpori seperti silika (Ilisz dkk., 2004), alumina (Ding dkk., 2001), zeolit (Reddy dkk., 2003) dan karbon aktif (Yuan dkk., 2005), resin (Linggarweni, 2014). Dilaporkan bahwa pengembanan TiO2 pada padatan tersebut juga dapat membuat ukuran partikel TiO2 menjadi lebih kecil, sehingga meningkatkan aktivitas fotokatalis. Bahan yang mempunyai struktur yang mirip dengan resin yang digunakan untuk membuat TiO2 dalam ukuran nano yaitu lignin. Lignin mempunyai sisi aktif dan pori yang bisa membatasi pertumbuhan partikel TiO2, selain itu lignin mudah diperoleh dari limbah kayu, sehingga biayanya cukup murah dan baik untuk dimanfaatkan sebagai bahan pendispersi atau pengemban. Penggunaan lignin sebagai pendispersi TiO2 telah dilaporkan oleh Wahyuni dkk. (2011) untuk fotoreduksi merkuri (Hg) dan untuk fotoreduksi Ag oleh Mulatsari (2012). Harga energi band-gap (Eg) TiO2 hasil pendispersian dengan lignin meningkat dari 3,2 menjadi 3,75. Harga Eg yang semakin tinggi mengindikasikan aktivitas fotokatalis yang tinggi. Penelitian TiO2-lignin belum 2 pernah diuji untuk fotoreduksi ion Cr(VI). Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan fotoreduksi ion Cr(VI) yang terkatalisisis TiO2 yang terdispersikan pada lignin atau TiO2-lignin. Efektivitas fotoreduksi terkatalisis TiO2 dipengaruhi oleh ukuran partikel. Ukuran partikel dapat dipengaruhi oleh banyaknya TiO2 di dalam TiO2-lignin. Oleh karena itu, pada penelitian ini dipelajari pengaruh kadar TiO2 dalam TiO2lignin. Selain itu efektifitas fotoreduksi juga dipengaruhi oleh massa fotokatalis TiO2-lignin, waktu penyinaran dan konsentrasi Cr(VI) awal terhadap efektivitas fotoreduksi Cr(VI) terkatalisis TiO2-lignin. I.2 Tujuan Penelitian Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mempelajari: 1. Pengaruh kadar TiO2 dalam TiO2-lignin terhadap aktivitasnya sebagai fotokatalis pada reduksi ion Cr(VI). 2. Pengaruh waktu penyinaran terhadap efektivitas fotoreduksi ion Cr(VI) dengan fotokatalis TiO2-lignin. 3. Pengaruh massa fotokatalis TiO2-lignin terhadap efektivitas fotoreduksi ion Cr(VI). 4. Pengaruh konsentrasi awal Cr(VI) terhadap efektivitas fotoreduksi ion Cr(VI) dengan fotokatalis TiO2-lignin. I.3 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain: 1. Menambah pengetahuan tentang fotoreduksi ion-ion logam. 2. Memberikan informasi kepada peneliti selanjutnya mengenai alternatif proses fotoreduksi Cr(VI) dengan menggunakan TiO2 yang diembankan ke dalam lignin. 3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan teknologi lingkungan khususnya penanganan air limbah yang mengandung Cr(VI). 3