BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kencing

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kencing manis atau penyakit gula, sudah dikenal sejak lebih kurang dari
dua ribu tahun yang lalu oleh ahli kesehatan yang memberikan nama diabetes
pada orang yang menderita banyak minum dan banyak kencing yang hingga saat
ini dalam instilah kedokteran dikenal dengan diabetes mellitus (Lanywati., 2001).
Diabetes melitus merupakan kumpulan keadaan yang disebabkan oleh kegagalan
pengendalian gula darah yang terjadi karena dua hal yaitu produksi hormon
insulin yang tidak memadai atau tidak ada dan resistensi insulin yang meningkat.
Tidak adanya atau tidak memadainya produksi hormon insulin akan
mengakibatkan diabetes mellitus tipe 1, sedangkan peningkatan resistensi insulin
dengan penurunan kuantitas atau kualitas insulin menyebabkan diabetes mellitus
tipe 2 (Hartono., 2006).
Di dunia diperkirakan terjadi 3,2 juta kematian per tahun akibat diabetes,
atau 1 diantara 20 kematian pertahun diakibatkan DM, atau setiap 10 detik satu
orang meninggal karena diabetes (Soegondo., 2008). Berbagai penelitian
epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi
dan prevalensi DM tipe 2 diberbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya
peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar dari tahun ke tahun
mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia
dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Senada
dengan WHO, International Diabetes Federatian (IDF) memprediksi pada tahun
2009 terjadi kenaikan penyandang DM dari 7,0 juta menjadi 12,0 juta pada tahun
2030 (Perkeni., 2011).
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 oleh
Departemen Kesehatan, menunjukan bahwa prevalensi diabetes melitus di daerah
urban Indonesia untuk usia diatas 15 tahun sebesar 5,7%. Prevalensi terkecil
terdapat di Propinsi Papua sebesar 1,7% dan terbesar di Propinsi Maluku Utara
dan Kalimantan Barat yang mencapai 11,1% (Perkeni., 2011). Jumlah diabetesi di
1
2
Ternate mencapai 40 ribu orang atau 19,7 persen dari jumlah penduduk Kota
Ternate. Persentase penderita diabetes ini merupakan yang tertinggi di Indonesia,
dari persentase tersebut artinya, dalam setiap 100 orang warga Kota Ternate, 19
orang di antaranya menderita diabetes (Taha & Burhanudin., 2009).
Di Indonesia seperti juga yang terjadi pada Negara tetangga adalah
terjadinya urbanisasi, industrialisasi dan westernisasi yang menyebabkan
perubahan gaya hidup, perubahan pola makanan, berkurangnya aktifitas fisik,
stress psikososial dan kegemukan. Survei Kesehatan Nasional (Susenas) pada
tahun 2004, ternyata hanya 18 % penduduk Indonesia yang aktif melakukan
kegiatan fisik (Soegondo., 2008). Gaya hidup yang kurang aktif, walaupun tidak
gemuk, meningkatkan resiko terserang diabetes mellitus tipe 2. Kurang aktivitas
cenderung menyebabkan resistensi terhadap insulin (Nathan & Delahanty., 2009).
Diantara 8 Kabupaten kota yang ada di Propinsi Maluku Utara, Ternate
merupakan Kabupaten yang prevalensi aktivitas fisiknya kurang yaitu sebanyak
69,7% (Depkes RI., 2008).
Jumlah kunjungan penyandang diabetes mellitus periode tahun 2011 terjadi
peningkatan pasien kontrol pada bulan Juli sebanyak 213 orang sedangkan pasien
baru selama bulan Januari sampai dengan Desember 2011 sebanyak 227 orang
(Profil UPTD diabetes center., 2011). Tingginya persentase penderita diabetes di
Kota Ternate disebabkan gaya hidup masyarakat yang kurang baik, terutama
dalam pengaturan pola makan akibat dari kurangnya pengetahuan tentang
penyakit diabetes melitus dan masyarakat tidak punya kesadaran akan kesehatan
yang nantinya akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara (Taha &
Burhanudin., 2009).
Pada umumnya pengelolaan diabetes dikenal adanya 4 pilar yaitu
penyuluhan diabetes, perencanaan makanan, olah raga dan obat hipoglikemik.
Pada dasarnya semua sependapat bahwa yang terpenting adalah bagaimana
mengimplementasikan gaya hidup yang sehat melalui penyuluhan diabetes, diet
atau terapi gizi medik serta olah raga (Effendi dan Waspadji., 2011).
Tujuan penatalaksanaan diabetes pada umumnya adalah memperbaiki
kelainan metabolisme pengidap senormal mungkin dengan harapan dapat
2
3
memperthankan status kesehatan pengidap agar tetap baik dan insya Allah dapat
menikmati perpanjangan hidup. Dalam usaha untuk mencapai kadar glukosa darah
yang normal pada pengidap dibutuhkan tenaga, motivasi, waktu, pengetahuan dan
biaya serta kerjasama pengidap dengan tim dokternya. Kunci pokok dalam
penatalaksanaa diabetes tipe 2 adalah pengaturan makan atau diet. Dengan diet
yang benar maka toleransi glukosa dapat menjadi normal terutama bagi pengidap
yang berat badanya lebih atau gemuk (Asdie., 2000).
Dalam pengelolaan diabetes, selain dokter, perawat, ahli gizi serta tenaga
kesehatan lain, peran pasien sendiri dan keluarganya juga sangat penting, yang
bekerja sama untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang DM melalui
pengembangan pengetahuan ketrampilan dan sikap menuju kemandirian
penyandang DM, dalam hal ini perawatan sehari-hari harus dilakukan secara
mendiri oleh pasien dengan dukungan perawat atau dokter, tenaga kesehatan lain,
keluarga dan teman-temannya (Soegondo., 2008).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian sebagai berikut :
1.
Apakah pengetahuan berhubungan dengan kadar DM tipe 2 di UPTD
Diabetes Centre Kota Ternate?
2.
Apakah pola makan berhubungan dengan kadar glukosa darah pada pasien
DM tipe 2 di UPTD Diabetes Centre Kota Ternate?
3.
Apakah aktivitas fisik berhubungan dengan kadar glukosa darah pada pasien
DM tipe 2 di UPTD Diabetes Centre Kota Ternate?
4.
Apakah ada variabel yang paling dominan berhubungan dengan kadar kadar
glukosa darah?
3
4
C. Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan, pola makan dan aktivitas fisik
dengan kadar glukosa darah pasien DM tipe 2 di UPTD Diabetes Centre Kota
Ternate.
2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan pengetahuan dengan kadar glukosa darah pasien
DM tipe 2 di UPTD Diabetes Centre Kota Ternate
b. Mengetahui hubungan asupan energi dengan kadar glukosa darah pasien
DM tipe 2 di UPTD Diabetes Centre Kota Ternate
c. Mengetahui hubungan asupan karbohidrat dengan kadar glukosa darah
pasien DM tipe 2 di UPTD Diabetes Centre Kota Ternate
d. Mengetahui hubungan asupan protein dengan kadar glukosa darah pasien
DM tipe 2 di UPTD Diabetes Centre Kota Ternate
e. Mengetahui hubungan asupan lemak dengan kadar glukosa darah pasien
DM tipe 2 di UPTD Diabetes Centre Kota Ternate
f. Mengetahui hubungan asupan sayur dan buah dengan kadar glukosa
darah pasien DM tipe 2 di UPTD Diabetes Centre Kota Ternate
g. Mengetahui hubungan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah pasien
DM tipe 2 di UPTD Diabetes Centre Kota Ternate
h. Mengetahui variabel yang dominan berhubungan dengan kadar kadar
glukosa darah
D. Manfaat Penelitian
1.
Bagi Peneliti
Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman dan
mengembangkan wawasan peneliti dalam melakukan suatu penelitian ilmiah
2.
Bagi Institusi Pemerintah
Bagi institusi pemerintah diharapkan dapat dijadikan pertimbangan dan dasar
perencanaan dalam upaya pencegahan terhadap peningkatan prevalensi
diabetes melitius di Kota Ternate
4
5
3.
Bagi Masyarakat
Penelitian
ini
diharapkan
dapat
menjadi
informasi
dan
dijadikan
pertimbangan dalam upaya pemeliharaan kesehatan sehingga terhindar dari
masalah diabetes melitus.
E. Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian sebelumnya yang serupa dengan penelitian ini adalah :
1.
Mynarski, W. et al, (2012) meneliti tentang aktivitas fisik pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 berdasarkan international physical activity
questionnaire (IPAQ) dan Accelerometer caltrac yang berhubungan dengaan
kontrol glikemik (HbA1c) dan BMI. Menunjukan bahwa IPAQ dapat
berfungsi sebagai alat yang potensial dalam penilaian aktivitas fisik. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa aktivitas fisik tidak berdampak pada kontrol
glikemik dan BMI pasien diabetes mellitus tipe 2. Persamaan penelitian ini
adalah variabel aktivitas fisik dan kuisioner IPAQ untuk mengukur aktivitas
fisik pasien DM serta subjek penelitian. Perbedaan penelitian ini adalah pada
variabel pengetahuan dan pola makan serta lokasi penelitian.
2.
Jazilah, (2002) meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan, sikap dan
praktik (PSP) penderita diabetes mellitus mengenai pengelolaan diabetes
mellitus dengan kendali kadar glukosa darah. Penelitian yang digunakan case
control, menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara
pengetahuan, sikap dan praktik pengelolaan DM dengan kendali KGD.
Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel pengetahuan dan
pengendalian kadar glukosa darah serta subjek penelitian. Perbedaan
penelitian ini adalah pada metode penelitiana, variabel pola makan, aktivitas
fisik dan lokasi penelitian.
3.
Juleka, (2005) Hubungan pola makan dengan pengendalian kadar glukosa
darah pengidap diabetes mellitus tipe 2, dengan penelitian observasional
analitik dengan rancangan cross sectional memperoleh hasil ada hubungan
asupan energi, karbohidrat dan lemak dengan pengendalian kadar glukosa
darah pengidap dm tipe 2, ada hubungan konsumsi gula dan hasil olahnya
5
6
serta sayuran dan buah dengan pengendalian kadar glukosa darah, tidak ada
hubungan asupan protein serta jarak antar waktu makan dengan pengendalian
kadar glukosa darah pengidap dm tipe 2. Persamaan penelitian ini adalah
metode penelitian, subjek dan variabel asupan zat gizi dan jenis bahan
makanan dengan pengendalian kadar glukosa darah. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah variabel pengetahuan, aktivitas fisik dan lokasi
penelitian.
6
Download