2. BAB I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli
serta ditandai dengan adanya transaksi penjual dan pembeli secara langsung.
Dalam pasar tradisonal terjadi tawar menawar, bangunan biasanya terdiri dari
kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun
suatu pengelola pasar. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti
bahan-bahan makanan berupa ikan, buah-buahan, sayur, telur, daging,
pakaian, elektronik, jasa dan lain-lain. pasar seperti ini masih banyak dijumpai
di Indonesia dan umumnya terletak di dekat kawasan perumahan agar
memudahkan pembeli untuk mencapai pasar.
Pasar modern berbeda dengan pasar tradisional, dalam pasar modern
penjual dan pembeli tidak bertransaksi secara langsung. Pembeli melihat harga
pada label yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan
dan pelayananya secara mandiri (Swalayan) atau dilayani oleh Pramuniaga.
barang-barang yang dijual selain bahan-bahan makanan seperti sayur, daging
dan buah-buahan, sebagian besar barang lainya yang dijual adalah barang
yang tahan lama. Contoh dari pasar modern adalah Swalayan, Supermarket,
Hypermarket, dan Minimarket.
Kehadiran peritel modern (Supermarket, Hypermarket, Minimarket)
pada sekitar awal 1980-an pada awalnya tidak mengancam pasar tradisional.
1
2
Kehadiran para peritel modern yang menyasar konsumen menengah ke atas,
saat itu lebih menjadi alternatif dari pasar tradisional yang identik dengan
kondisi pasar yang kumuh, dengan tampilan dan kualitas yang buruk, serta
harga jual rendah serta sistem tawar menawar konvensional. Namun sekarang
ini kondisinya sudah banyak berubah. Supermarket dan Hypermarket banyak
bermunculan di mana-mana. Kondisi ini muncul sebagai konsekuensi dari
berbagai perubahan di masyarakat. sebagai konsumen, masyarakaat menuntut
hal yang berbeda di dalam aktivitas belanja. Kondisi ini ditambah dengan
semakin meningkatnya tingkat pengetahuan, pendapatan, dan jumlah
pendapatan keluarga ganda (suami-istri bekerja) dan dengan waktu yang
terbatas. Konsumen menuntut peritel untuk memberikan “nilai lebih” dari
setiap sen uang yang dibelanjakannya. Peritel harus mampu mengakomodasi
tuntutan tersebut jika tidak ingin ditinggal pelangganya.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa keberadaan pasar modern
dewasa ini menjadi tuntutan dan konsekuensi dari gaya hidup yang
berkembang di masyarakat kita. Tidak hanya di kota metropolitan tapi sudah
merambah di kota kecil di tanah air. Sangat mudah menjumpai Minimarket,
Supermarket, Hypermarket di sekitar tempat tinggal kita. Tempat-tempat
tersebut menjanjikan tempat yang nyaman dengan harga yang tidak kalah
menariknya. Namun dibalik kesenangan tersebut ternyata membuat peritel
kelas menengah dan bawah mengeluh.
Seperti yang trejadi di Ngaliyan sekarang ini, terdapat beberapa
Minimarket dan Swalayan di antaranya Aneka Jaya Swalayan, tiga Indomaret,
3
dua Alfamart, dan Ono Swalayan yang semua letaknya saling berdekatan
disepanjang jalan Ngaliyan dan berdekatan pula dengan pasar tradisional
Ngaliyan. Dari beberapa Minimarket dan Swalayan tersebut saling
menawarkan pelayanan yang lebih baik dari pasar tradisional yang ada, selain
pelayanan mereka juga menawarkan harga yang relatif lebih rendah, variasi
barang yang banyak, tempat belanja yang nyaman. Mereka saling berusaha
untuk menambah fasilitas dan meningkatkan kualitas pelayanan menurut
persepsinya sendiri-sendiri.
Minimarket dan Swalayan di Ngaliyan juga berlomba-lomba untuk
memberikan kelengkapan & ketersediaan produk yang dijual, kualitas produk
yang di jual, kesan terdapat produk-produk import, kesan terdapatnya produkproduk yang baru dipromosikan, kondisi harga dibandingkan dengan
Minimarket atau pasar di sekitarnya, potongan harga (discon) yang diberikan,
terdapatnya paket-paket khusus dengan harga khusus, letak yang strategis,
suasana
di
dalam
Swalayan,
kebersihan
ruangan,
penataan
dan
pengelompokan produk, program promosi yang diselenggarakan, promosi di
media cetak dan elektronik, adanya acara-acara lomba dan permainan dan
hiburan, hadiah atau undian yang diberikan, area parkir yang tersedia,
keramahan pelayanan (kasir, pelayan toko dll), dan adanya papan petunjuk
harga untuk memudahkan dalam mencari produk sehingga membuat para
konsumen beralih dari pasar tradisional ke Minimarket dan Swalayan.
Pasar secara umum adalah suatu proses sosial dan manajerial di mana
individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan
4
menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.1
Definisi ini berdasarkan pada konsep inti pertukaran, transaksi, dan hubungan
pasar dan pemasaran serta pemasar. Konsep ini kita gambarkan seperti di
bawah ini.
Gambar 1.1 konsep inti pertukaran, transaksi, dan hubungan pasar dan
pemasaran.
Kebutuhan,
produk
keinginan, dan
permintaan
Pasar
Nilai, biaya,
Pertukaran,
dan kepuasan
transaksi, dan
hubungan
Pemasaran dan
pemasar
Sumber: Philip kotler &A.B Susanto
Pemasaran dalam perspektif Islam adalah sebuah disiplin bisnis
strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran, dan perubahan
value dan suatu inisiator kepada stakeholdernya, yang dalam keseluruhan
prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam
Islam.2 Di dalam pemasaran syariah terdapat tiga konsep pemasaran, yang
pertama biasa disebut sebagai syariah marketing strategy untuk memenangkan
mind-share, kedua syariah marketing tactic untuk memenangkan marketshare, dan ketiga syariah marketing value dalam memenagkan heart-share.
1
Philip kotler & A.B Susanto, Manajemen pemasaran Di Indonesia Analisis,
perencanaan, Implementasi dan pengendalian, Jakarta: Salemba Empat, 2000, buku I, hal.11
2
Hermawan Kerta Jaya dan muhammad Syukir Sula, Syariah Marketing, bandung : PT.
Mizan Pustaka, 2006, hal. xxix
5
Dengan syariah marketing strategy, dapat dilakukan pemetaan pasar
berdasarkan ukuran pasar, pertumbuhan pasar, keunggulan kompetitif, dan
situasi persaingan setelah menyusun strategi, kita perlu melakukan syariah
marketing tactic dalam memenangkan market-share, karena jika positioning
kita dibenak pelanggan telah kuat kita perlu melakukan diferensiasi mencakup
apa yang ditawarkan (content), bagaimana menawarakan (context), dan apa
infrastruktur dalam proses menawarkannya.
Dan selanjutnya, kita perlu menerapkan diferensiasi secara kreatif dan
inovatif dengan menggunakan marketing-mix (price, product, place,
promotion). Dan hal yang perlu kita siapkan juga, bagaimana kita melakukan
selling dalam meningkatkan hubungan dengan pelanggan sehingga mampu
menghasilkan keuntungan finansial.
Berbeda dengan Minimarket, pasar tradisional Ngaliyan yang lebih
dulu ada dibandingkan Minimarket dan Swalayan yang sekarang ada secara
tidak langsung merasakan dampak dari kehadiran Minimarket dan Swalayan.
Banyak masyarakat yang tinggal di sekitar pasar kini beralih memilih belanja
di Minimarket maupun Swalayan dengan alasan lebih lengkap dan nyaman
atau sekedar melihat-lihat, meskipun sebenarnya produk-produk yang ada di
Minimarket atau Swalayan pun tersedia di pasar Ngaliyan. Selain itu ruang
bersaing pedagang pasar tradisional kini juga mulai terbatas, kalau selama ini
pasar tradisional dianggap unggul dalam memberikan harga relatif rendah
untuk banyak komoditas. Dengan fasilitas belanja yang jauh lebih baik skala
ekonomis pengecer modern yang cukup luas dan akses langsung mereka
6
terhadap produsen dapat menurunkan harga pokok penjualan mereka sehingga
mereka mampu menawarkan harga yang lebih rendah. Sebaliknya pedagang
pasar tradisional, mereka umumnya mempunyai skala yang kecil dan
menghadapi rantai pemasaran yang cukup panjang untuk membeli barang
yang akan dijualnya. Keunggulan biaya rendah pedagang tradisional pun kini
mulai terkikis.
Keunggulan pasar tradisional selama ini didapat dari lokasi, karena
masyarakat lebih senang berbelanja kepasar-pasar yang lokasinya lebih dekat.
Akan tetapi pusat-pusat perbelanjaan seperti Minimarket terus berkembang
memburu lokasi yang potensial, dengan semakin marak dan tersebarnya lokasi
Minimarket maka keunggulan lokasi pasar tradisional juga akan hilang,
kedekatan lokasi kini tidak dapat lagi dijadikan sumber keunggulan yang
berkelanjutan.
Di sini diperlukan peran pemerintah untuk membantu pedagang pasar
tradisional agar dapat bersaing dengan Minimarket dan Swalayan agar
keberadaanya tidak tersingkirkan, seperti yang tertera pada Peraturan Presiden
Nomor 112 Tahun 2007 Pasal 4 yang berisi pusat perbelanjaan dan toko
modern harus mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat,
keberadaan pasar tradisional, usaha kecil dan usaha menengah yang ada di
wilayah yang bersangkutan, memperhatikan jarak antara Hypermarket dengan
pasar tradisional yang ada sebelumnya, menyediakan area parkir paling sedikit
seluas kebutuhan parkir 1(satu) unit kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2
(enam puluh meter persegi) luas lantai penjualan pusat perbelanjaan dan atau
7
toko modern yang menyediakan fasilitas yang menjamin pusat perbelanjaan
dan toko modern yang bersih, sehat (hygienis), aman, tertib dan ruang publik
yang nyaman.3
Dari pembahasan di atas penulis ingin melakukan penelitian untuk
menetahui “DAMPAK KEBERADAAN MINIMARKET TERHADAP
PASAR TRADISIONAL (Studi Kasus di Pasar Ngaliyan)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang dikemukakan
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak kehadiran mini market terhadap pasar tradisional ?
2. Bagaimana Strategi yang dilakukan pedagang pasar tradisional untuk
menghadapi persaingan dengan minimarket ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dampak kehadiran mini market terhadap pasar
tradisional.
2. Untuk mengetahui Strategi yang dilakukan pedagang pasar tradisional
untuk menghadapi persaingan dengan minimarket.
3
Peraturan Presiden RI.112, Penataan dan Pembinaan pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern,2007. WWW.bpkp.go.id , 12-2-2011 19:29
8
Sedangkan manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi tempat penelitian, yaitu dapat menjadi bahan pertimbangan baik
secara langsung maupun tidak langsung untuk mengantisipasi dampak
keberadaan minimarket yang semakin pesat disekitar Ngaliyan. Dan
menjadi bahan pertimbangan untuk mengembangkan pasar tradisional
Ngaliyan.
2. Bagi Universitas, diharapkan dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut
dalam bidang yang berkaitan dengan retailing, perilaku konsumen, dan
strategi pemasaran.
3. Bagi Umum, menambah pengetahuan dan wawasan mengenai strategi
pemasaran dan perilaku konsumen.
4. Bagi peneliti, Sebagai sarana untuk mengaplikasikan berbagai teori yang
diperoleh di bangku kuliah. Menambah pengalaman dan sarana latihan
dalam memecahkan masalah-masalah yang ada di masyarakat sebelum
terjun dalam dunia kerja yang sebenarnya.
D. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Pasar
Pasar adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjualan
lebih dari satu baik yang disebut pusat perbelanjaan, pasar tradisional,
pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya. Pasar
tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah,
9
pemerintah daerah, swasta, badan usaha milik negara dan badan usaha
milik daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha
berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang
kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha sekala
kecil modal kecil dan dengan proses jual beli barang dengan melalui
tawar-menawar.4
Secara sederhana pasar dapat diartikan sebagai tempat bertemunya
para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi. Pengertian ini
mengandung arti pasar memiliki tempat atau lokasi tertentu sehingga
memungkinkan pembeli dan penjual bertemu. Di dalam pasar ini terdapat
penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi jual beli produk, baik
barang maupun jasa.5 Pasar dalam arti luas adalah suatu bentuk transaksi
jual beli yang melibatkan keberadaan produk barang atau jasa dengan alat
tukar berupa uang atau dengan alat tukar lainnya sebagai alat transaksi
pembayaran yang sah dan disetujui oleh kedua belah pihak. Dalam
konteks perekonomian pasar menurut W.J. Stanton adalah sekumpulan
orang yang mempunyai keinginan untuk memenuhi kebutuhan, uang untuk
belanja (disposable income) serta kemauan untuk membelanjakannya.6
4
Peraturan presiden RI.112, Penataan dan Pembinaan pasar tradisional, pusat
perbelanjaan dan toko modern, 2007. WWW.bpkp.go.id , 12-2-2011 19:29
5
Kasmir, Kewirausahaan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006 h. 156.
6
Hari Waluyo, Sosialisasi Pasar Tradisional Sebagai Aset Wisata Budaya di Lampung.
WWW.budpar.go.id ,18-3-2011 20:18
10
Transaksi potensial ini dapat terlaksana, apabila kondisi berikut ini
terpenuhi:
a. Terdapat paling sedikit dua pihak.
b. Masing-masing pihak memiliki sesuatu yang mungkin dapat berharga
bagi pihak lain.
c. Masing-masing pihak mampu untuk berkomunikasi dan menyalurkan
keinginannya.
d. Masing-masing pihak bebas untuk menerima atau menolak penawaran
dari pihak lain.7
2. Macam-macam Pasar
a. Pasar Barang Konsumsi
Barang-barang konsumsi adalah barang yang langsung
digunakan oleh individu atau anggota masyarakat untuk memenuhi
kebutuhannya. Jadi, barang konsumsi terkait langsung dengan
kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh seorang konsumen. Pembeli
barang konsumsi tersebut umumnya adalah pemakai atau konsumen
akhir, bukan pemakai industri, karena barang itu hanya dipakai sendiri
atau disalurkan orang lain untuk dipakai atau dikonsumsinya dan tidak
untuk diproses lagi.
Pasar
barang
konsumsi
ditandai
oleh
ciri
dari
para
konsumennya serta motif dan kebiasaan dalam pembelian dan perilaku
pembelinya.8
7
Prof. Dr. Sofjan Assauri, M.B.A., Manajemen Pemasaran (Dasar, Konsep dan
Strategi), Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 98-99.
11
Di antara jenis-jenis barang konsumsi adalah sebagai berikut:
1) Barang Convenience
Barang yang termasuk golongan ini adalah barang yang
ingin dibeli oleh konsumen dengan usaha yang minimum pada
toko-toko atau warung terdekat. Biasanya barang seperti ini dibeli
dalam jumlah unit yang kecil, tetapi dengan frekuensi pembelian
yang sering/banyak, dan pembelian dilakukan segera setelah ada
gagasan pembelian dalam pikiran si konsumen itu.
2) Barang Shopping
Barang yang termasuk dalam golongan ini adalah barang
yang ingin dibeli oleh para konsumen dengan usaha-usaha yang
membutuhkan waktu untuk membanding-bandingkan satu macam
atau merek barang dengan macam atau merek barang lainnya
dalam hal kualitas, harga dan gayanya pada beberapa toko.
3) Barang Khusus (Specialty Goods)
Barang yang termasuk dalam golongan ini adalah barang
yang mempunyai daya tarik tertentu bagi si konsumen, sehingga ia
ingin atau bersedia bepergian ke mana saja, asalkan ia dapat
membeli atau menemukan barang yang diinginkannya itu pada
tempat tersebut.
8
Ibid., h. 102-103.
12
4) Barang yang Tidak Dicari (Unsought Goods)
Barang yang Tidak Dicari adalah barang yang enggan
dibeli oleh si konsumen. Barang yang termasuk dalam kelompok
ini adalah ensiklopedi, asuransi, dokter gigi dan jasa pemakaman.9
b. Pasar Barang Industri
Barang industri adalah barang yang tidak langsung dikonsumsi
oleh individu atau anggota masyarakat, tetapi diolah terlebih dahulu
oleh perusahaan industri.
Barang industri dapat diklasifikasikan ke dalam lima kelompok
barang yang berbeda, yaitu:
1) Bahan Baku
Bahan baku merupakan barang yang seluruh atau
sebagiannya masuk menjadi bahan fisik dari produk yang
diproduksi dan tidak membutuhkan proses pengolahan lebih lanjut
dalam pemasarannya. Yang termasuk barang sebagai bahan baku
antara lain adalah tepung terigu/gandum, benang, karet mentah, biji
besi dan tembaga.
2) Komponen atau Parts dan Bahan Baku Olahan/Fabrikasi
Komponen atau Parts dan Bahan Baku Olahan/Fabrikasi
merupakan barang yang sebagian atau seluruhnya masuk menjadi
fisik dari produk yang diproduksi, tetapi barang tersebut telah
mengalami pengolahan terlebih dahulu sebelum dipasarkan.
9
Ibid., h. 104-109.
13
Barang seperti ini adalah barang tenunan, tekstil, barang kulit,
motor listrik dan rantai kemudi mobil/motor.
3) Perlengkapan Operasi
Perlengkapan operasi bukan merupakan bagian dari produk
akhir, tetapi digunakan untuk menunjang pengoperasian suatu
perusahaan. Perlengkapan seperti ini berumur pendek, habis dalam
waktu singkat (tidak melebihi satu tahun), seperti perlengkapan
kantor, sapu dan pembersih lantai, bahan bakar dan jarum pada
mesin pemintal.
4) Mesin dan Peralatan
Mesin dan peralatan merupakan instalasi yang tidak
menjadi bagian dari produk akhir, tetapi cirinya berlainan dengan
perlengkapan
operasi,
karena
dipakainya
hanya
setelah
penggunaan yang berulang-ulang. Barang yang termasuk dalam
jenis ini adalah mesin tekstil, dapur api pengering, mesin cetak dan
turbin.
5) Peralatan Pelengkap
Peralatan pelengkap hampir sama dengan kelompok
instalasi mesin dan peralatan, yang merupakan barang yang tidak
termasuk bagian dari produk akhir, tetapi dipakai hanya sebagai
14
pelengkap dari kegiatan operasi yang penggunaannya berulangulang.10
3. Klasifikasi
Pengecer/ritail dapat digolongkan menurut: (a) luasnya lini produk
(LP); (b) bentuk pemilikan; (c) penggunaan fasilitas; dan (d) ukuran toko.
a. Luasnya Lini Produk
Lini Produk adalah sekelompok barang yang memiliki tujuan
penggunaan yang sama, misalnya alat-alat rumah tangga, alat-alat olah
raga, makanan dan minuman, dll, dari sebuah toko serba ada.
Berdasarkan luasnya LP, pengecer dapat dibagi ke dalam beberapa
kategori sebagai berikut.
1) Toko khusus, yaitu toko yang menjual satu macam barang atau LP
yang lebih sempit dengan ragam yang lebih banyak dalam lini
tersebut. Contoh pengecer khusus adalah toko alat-alat olah raga,
toko pakaian, toko hukumnya berbentuk usaha perorangan, firma
atau CV. Toko khusus dapat diklasifikasikan lagi menurut tingkat
kekhususan LP-nya. Toko pakaian merupakan toko lini tunggal;
toko pakaian pria merupakan toko sangat khusus. Di Indonesia saat
ini toko khusus yang berkembang pesat dalam beberapa tahun
belakangan ini adalah AGIS (PT Artha Graha Investama Sentral)
sebagai salah satu retail yang mengkhususkan menjual barangbarang elektronik. Lainnya yang masuk kelompok ini adalah
10
Ibid., h. 115-117
15
Cosmo yang hanya menjual produk-produk Jepang dan toko roti
Holland Bakery yang hanya jual roti.
2) Toko Serba Ada, yaitu toko yang menjual berbagai macam LP.
Biasanya toko seperti ini mempunyai volume usaha yang besar,
kondisi keuangannya lebih kuat, dan badan hukumnya berbentuk
perseroan terbatas atau paling tidak berbentuk CV. Misalnya
Ramayana dan Sarinah.
3) Pasar Swalayan, yaitu toko yang merupakan operasi relatif besar,
berbiaya rendah, margin rendah, volume tinggi, Swalayan yang
dirancang untuk melayani semua kebutuhan konsumen seperti
makanan, cucian, dan produk-produk perawatan rumah tangga.
4) Toko Convenience, yaitu toko yang relatif kecil dan terletak di
daerah pemukiman atau di jalur high traffic, memiliki jam buka
yang panjang (24 jam) selama tujuh hari dalam seminggu, dan
menjual LP convenience yang terbatas seperti minuman, makanan
ringan, permen, rokok, dll., dengan tingkat perputarannya yang
tinggi. Jam buka yang panjang dan karena konsumen hanya
membeli di toko ini hanya sebagai “pelengkap” menyebabkan toko
ini menjadi suatu operasi dengan harga tinggi.
5) Toko Super, Toko Kombinasi dan Pasar Hyper. Toko Super ratarata memiliki ruang jual 35.000 kaki persegi dan bertujuan
memenuhi semua kebutuhan konsumen untuk pembelian makanan
maupun
bukan
makanan
secara
rutin.
Mereka
biasanya
16
menawarkan pelayanan seperti cucian, membersihkan, perbaikan
sepatu, penguangan cek, dan pembayaran tagihan, serta makan
siang murah. Toko kombinasi merupakan diversifikasi usaha pasar
swalayan ke bidan obat-obatan, dengan luas ruang jual sekitar
55.000 kaki persegi. Masuk dalam kelompok ini mulai dari yang
konvensional seperti Naga SM dan Bila hingga yang lebih modern
dan besar seperti Hero dan Top’s. Pasar hyper lebih besar lagi,
berkisar antara 80.000 sampai 220.000 kaki persegi. Pasar ini tidak
hanya menjual barang-barang yang rutin dibeli tetapi juga meliputi
meubel, perkakas besar dan kecil, pakaian, dan banyak jenis
lainnya, seperti Carrefour dan Mega M.
6) Toko Diskon, yaitu toko yang menjual secara reguler barangbarang standar dengan harga lebih murah karena mengambil marjin
yang lebih rendah dan menjual dengan volume yang lebih tinggi.
Umumnya menjual merek nasional, bukan barang bermutu rendah.
Pengeceran diskon telah bergerak dari barang dagangan umum ke
khusus, seperti toko diskon alat-alat olah raga, toko elektronik, dan
toko buku.
7) Pengecer Potongan Harga. Kalau toko diskon biasanya membeli
pada harga grosir dan mengambil margin yang kecil untuk
menekan harga, pengecer potongan harga membeli pada harga
yang lebih rendah daripada harga grosir dan menetapkan harga
pada konsumen lebih rendah daripada harga eceran. Mereka
17
cenderung menjual persediaan barang dagangan yang berubahrubah dan tidak stabil sering merupakan sisa, tidak laku, dan cacat
yang diperoleh dengan harga lebih rendah dari produsen atau
pengecer lainnya. Pengecer potongan harga telah berkembang
pesat dalam bidang pakaian, asesoris, dan perlengkapan kaki.
Contoh dari pengecer potongan harga ini adalah factory outlet,
seperti Herritage dan Millenia.
8) Ruang Jual Katalog, yaitu toko yang menjual cukup banyak pilihan
produk-produk dengan marjin tinggi, perputarannya cepat,
bermerek, dengan harga diskon. Produk-produk yang dijual
meliputi perhiasan, alat-alat pertukangan, kamera, koper, perkakas
kecil, mainan, dan alat-alat olah raga.
9) MOM & POP Store, yaitu toko berukuran relatif kecil yang
dikelola secara tradisional, umumnya hanya menjual bahan
pokok/kebutuhan
sehari-hari
yang
terletak
di
daerah
perumahan/pemukiman. Jenis toko ini dikenal sebagai toko
kelontong.
10) Mini Market, yaitu toko berukuran relatif kecil yang merupakan
pengembangan dari Mom & Pop Store, dimana pengelolaannya
lebih modern, dengan jenis barang dagangan lebih banyak.
Misalnya Indomart.11
11
Tulus TH Tambunan,Dyah Nirmalawati,Arus Akbar Silondae, "Kajian Persaingan
Dalam Industri Ritail ", Komisi Pengawas Persaingan Usaha (kppu), 2004, Hal. 3-4 Tidak
diterbitkan
18
b. Bentuk Pemilikan
Menurut bentuk pemilikannya, pengecer dapat digolongkan ke
dalam dua kategori sebagai berikut:
1) Independent store yaitu toko yang tidak dimiliki oleh sekelompok
orang, melainkan milik pribadi seseorang yang juga merupakan
pimpinan dari toko tersebut. Dalam kategori ini, pengusaha lebih
bebas dalam menentukan kebijaksanaan dan strategi pemasarannya
2) Corporate chain store yaitu beberapa toko yang berada di bawah
satu organisasi, dan dimiliki oleh sekelompok orang. Masingmasing toko menjual LP yang sama dan struktur distribusinya juga
sama.
c. Penggunaan Fasilitas
Pengecer dapat digolongkan menurut penggunaan fasilitas
dalam memasarkan produk mereka ke konsumen, yakni toko pengecer
dan pengecer tanpa toko. Toko pengecer dapat dijumpai di manamana, seperti yang telah disebut di atas. Sedangkan pengecer tanpa
toko terdiri dari tiga jenis yaitu penjualan dari rumah ke rumah (door
to door saleman), penjualan melalui pos (mail order selling) atau
elektronik, dan penjualan dengan mesin otomatis (automatic vending
machine).
d. Ukuran Toko
Menurut ukuran toko, pengecer dapat digolongkan ke dalam
dua kelompok, yakni pengecer kecil dan pengecer besar. Pembedaan
19
ini dapat didasarkan pada banyak faktor, diantaranya volume
penjualan,
manajemen,
kegiatan
promosi,
kondisi
keuangan,
pembagian tenaga kerja, fleksibilitas dalam operasi, merek pengecer,
integrasi horisontal dan vertikal, dll.
Dari beberapa klasifikasi tersebut di atas, peneliti membagi
retail menjadi 2 (dua) kategori, yaitu retail modern dan retail
tradisional. Pembagian kategori tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.1
dibawah ini :
Tabel 1.1 Pembagian Retail Modern dan Tradisional
Klasifikasi
Lini Produk
Retail Modern
1.
Toko Khusus
2.
Toko Serba Ada
3.
Toko Swalayan
4.
Toko Convenience
5.
Toko Super, Kombinasi,
Retail Tradisional
1.
Mom & Pop Store
dan Pasar Hyper
6.
Toko Diskon
7.
Pengecer Potongan Harga
8.
Ruang Penjual Katalog
Kepemilikan
•
Corporate Chain Store
•
Independent Store
Penggunaan
1.
Alat-alat pembayaran
1.
Alat Pembayaran
Fasilitas
modern (komputer, credit
tradisional (manual /
card, autodebet)
calculator, cash)
2.
AC, Eskalator / Lift
2.
Tangga, tanpa AC
Promosi
•
Ada
•
Tidak Ada
Keuangan
•
Tercatat dan Dapat
•
Belum tentu tercatat
dipublikasikan
dan tidak
dipublikasikan
Tenaga Kerja
•
Banyak
•
Sedikit, biasanya
keluarga
20
Fleksibilitas
•
Tidak Fleksibel
•
Fleksibel
Operasi
4. Minimarket
Pasar modern (Minimarket) adalah pasar yang dikelola dengan
manajemen modern, umumnya terdapat di kawasan perkotaan, sebagai
penyedia barang dan jasa dengan mutu dan pelayanan yang baik kepada
konsumen (umumnya anggota masyarakat kelas menengah ke atas). Pasar
modern antara lain mall, supermarket, department store, shopping centre,
waralaba, toko mini swalayan, pasar serba ada, toko serba ada dan
sebagainya. Barang yang dijual disini memiliki variasi jenis yang
beragam. Selain menyediakan barang-barang lokal, pasar modern juga
menyediakan barang impor. Barang yang dijual mempunyai kualitas yang
relatif lebih terjamin karena melalui penyeleksian terlebih dahulu secara
ketat sehingga barang yang rijek/tidak memenuhi persyaratan klasifikasi
akan ditolak. Secara kuantitas, pasar modern umumnya mempunyai
persediaan barang di gudang yang terukur. Dari segi harga, pasar modern
memiliki label harga yang pasti (tercantum harga sebelum dan setelah
dikenakan pajak). Pasar modern juga memberikan pelayanan yang baik
dengan adanya pendingin udara tempat parkir yang aman dan tempat yang
bersih dan nyaman.12
12
Pariaman Sinaga. Makalah Pasar Modern VS Pasar Tradisional. Kementerian Koperasi
dan UKM. Jakarta : Tidak Diterbitkan.2004
21
5. Pasar Tradisional
Pasar secara harfiah berarti tempat berkumpul antara penjual dan
pembeli untuk tukar menukar barang, atau jual beli barang. Pasar dalam
konsep urban Jawa adalah kejadian yang berulang secara ritmik dimana
transaksi sendiri bukan merupakan hal yang utama, melainkan interaksi
sosial dan ekonomi yang dianggap lebih utama.
Pasar sebagai sistem maksudnya adalah pasar yang mempunyai
suatu kesatuan dari komponen-komponen yang mempunyai fungsi untuk
mendukung fungsi secara keseluruhan, atau dapat pula diartikan pasar
yang telah memperlihatkan aspek-aspek perdagangan yang erat kaitannya
dengan kegiatan jual-beli, misalnya adanya lokasi atau tempat, adanya
ketentuan pajak bagi para pedagang, adanya berbagai macam jenis
komoditi yang diperdagangkan, adanya proses produksi, distribusi,
transaksi dan adanya suatu jaringan transportasi serta adanya alat tukar.
Pengertian tradisional menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia
adalah bersifat turun temurun. Jadi dapat disimpulkan bahwa Pasar
tradisional berkaitan dengan suatu tradisi. Kata tradisi dalam percakapan
sehari-hari sering dikaitkan dengan pengertian kuno atau sesuatu yang
bersifat luhur sebagai warisan nenek moyang. Tradisi pada intinya
menunjukkan bahwa hidupnya suatu masyarakat senantiasa didukung oleh
tradisi, namun tradisi itu bukanlah statis. Arti paling dasar dari kata tradisi
22
yang berasal dari kata tradium adalah sesuatu yang diberikan atau
diteruskan dari masa lalu ke masa kini.13
6. Manajemen Marketing Islami
a. Pengertian Manajemen Marketing (Pemasaran)
Marketing adalah dari kata market yang artinya pasar. Pasar di
sini bukan dalam pengertian konkrit tetapi lebih ditujukan pada
pengertian abstrak. Marketing dapat didefinisikan “semua kegiatan
yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari
produsen ke konsumen secara paling efisien dengan maksud untuk
menciptakan permintaan efektif”.14
Marketing (pemasaran) adalah semua kegiatan manusia yang
diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses
pertukaran. Proses pertukaran melibatkan kerja, penjual harus mencari
pembeli, menemukan dan memenuhi kebutuhan mereka, merancang
produksi yang tepat, menentukan harga yang tepat, menyimpan dan
mengangkutnya, mempromosikan produk tersebut, menegosiasikan
dan sebagainya, semua kegiatan ini merupakan nilai dari pemasaran.15
Manajemen
marketing
adalah
aktivitas
perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan atas program-program yang dirancang
13
Ifah Chasanah. “Keberadaan Pasar Tradisional Wage Wadas Lintang Sebagai Pusat
Kegiatan Ekonomi, Sosial, Dan Budaya Masyarakat Wadaslintang Kabupaten Wonosobo Tahun
1998-2005” Skripsi Fakultas Ilmu Sosisl, semarang , Universitas Negri Semarang, 2007, hal.3
14
Alex S Nitisemito, Marketing, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1981, hal. 13
15
Cholifah (062411013), Pengaruh Bauran Pemasaran Terhadap Loyalitas Pelanggan
Pada Butik Busana Muslim Di Kota Semarang, Semarang: Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo,
2010, hal. 16-17.
23
untuk menghasilkan transaksi pada target pasar, guna memenuhi
kebutuhan perorangan atau kelompok berdasarkan asas saling
menguntungkan, melalui pemanfaatan produk, harga, promosi, dan
distribusi.16
b. Manajemen Marketing Islami
Marketing Islami (Syariah marketing) adalah sebuah disiplin
bisnis strategis yang mengarahkan proses penciptaan, penawaran dan
perubahan value dari suatu inisiator kepada stakeholder-nya, yang
dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan prinsip-prinsip
mu’amalah (bisnis) dalam Islam.17
Definisi di atas didasarkan pada salah satu ketentuan-ketentuan
dalam bisnis islami yang tertuang dalam kaidah fiqih yang
mengatakan, “Al-muslimuna ‘ala syuruthihim illa syarthan harrama
halalan aw ahalla haraman” (kaum muslim terikat dengan
kesepakatan-kesepakatan bisnis yang mereka buat, kecuali kesepakatan
yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram).
Selain itu, kaidah lain mengatakan “Al-ashlu fil-muamalah al ibahah
illa ayyadulla dalilun ‘ala tahrimiha” (Pada dasarnya semua bentuk
muamalah atau bisnis boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya).
16
Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjajakusuma, Menggagas
Bisnis Islami, Jakarta: GEMA INSANI PRESS, 2002, hal. 162-163.
17
Hermawan Kerta Jaya & Muhammad Syakir Sula. Syariah Marketing, Bandung
:Mizan, hal.26
24
Ini artinya bahwa dalam syariah marketing, seluruh proses baik
proses penciptaan, proses penawaran, maupun proses perubahan nilai
(value) tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan
prinsip-prinsip mu’amalah yang islami. Sepanjang hal tersebut dapat
dijamin, dan penyimpangan prinsip-prinsip Muamalah islami tidak
terjadi dalam suatu transaksi atau dalam suatu proses bisnis, maka
menjadi bentuk transaksi apapun dalam pemasaran dapat dibolehkan.
Ada 4 karakteristik syariah marketing yang dapat menjadi
panduan bagi para pemasar sebagai berikut:
1) Teistis (Rabbaniyyah)
Salah satu ciri khas syariah marketing yang tidak dimiliki
dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah
sifatnya yang religius. Kondisi ini tercipta tidak karena
keterpaksaan, tetapi dari kesadaran akan nilai-nilai religius, yang
dipandang penting dan mewarnai aktivitas pemasaran agar tidak
terperosok ke dalam perbuatan yang dapat merugikan orang lain.
Seorang marketer dari melakukan strategi pemasaran dengan
memilah-milah
pasar
(segmentasi),
segmentasi
yaitu
seni
mengidentifikasikan serta memanfaatkan peluang-peluang yang
muncul di pasar.
Segmentasi merupakan langkah awal dalam menentukan
keseluruhan aktivitas perusahaan, segmentasi memungkinkan
perusahaan untuk lebih focus dalam mengalokasikan sumber daya,
25
kemudian memilih pasar mana yang harus menjadi fokusnya
(targeting), targeting adalah strategi mengalokasikan sumber daya
perusahaan secara efektif. Dengan menentukan target yang dibidik,
usaha akan lebih terarah.
Ada tiga criteria yang harus dipenuhi perusahaan pada saat
mengevaluasi dan menentukan segmen mana yang mau ditarget.
Yang pertama adalah memastikan bahwa segmen pasar yang
dipilih itu cukup besar dan akan cukup menguntungkan bagi
perusahaan. Atau dapat pula memilih segmen pasar yang pada saat
ini masih kecil, tetapi menarik dan menguntungkan di masa
mendatang. Yang kedua adalah harus didasarkan pada keunggulan
daya saing perusahaan. Keunggulan daya saing merupakan cara
untuk mengukur apakah perusahaan itu memiliki kekuatan dan
keahlian yang memadai untuk menguasai segmen pasar yang
dipilih. Yang ketiga adalah dengan melihat situasi persaingan yang
terjadi. Semakin tinggi tingkat persaingan, perusahaan perlu
mengoptimalkan segala usaha yang ada secara efektif dan efisien
sehingga targeting yang dilakukan akan sesuai dengan keadaan
yang ada di pasar.
Bagi perusahaan syariah harus bisa mengambil hati dan
jiwa dari para calon konsumennya, dengan begitu konsumen akan
lebih terikat kepada produk atau perusahaan dan relasi yang terjalin
bisa bertahan lebih lama. Selanjutnya strategi yang harus
26
dirumuskan adalah membuat positioning. Positioning adalah
strategi untuk merebut posisi di benak konsumen, sehingga strategi
ini menyangkut bagaimana membangun kepercayaan, keyakinan,
dan kompetensi bagi pelanggan.
Postioning diperlukan agar citra terhadap produk atau
perusahaan dapat terbentuk sesuai dengan niat dan tujuan dari
perusahaan. Setelah menemukan produk yang sesuai dengan
kebutuhan dan keinginan konsumen, perusahaan harus mengetahui
posisinya di tengah arena kompetisi. Dengan mengetahui posisi di
tengah pemain yang lain, positioning yang ditawarkan bisa berbeda
dari positioning pesaing. Positioning ini juga harus sesuai terhadap
perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Bagi perusahaan
syariah, membangun positioning yang kuat dan positif sangatlah
penting.
Citra syariah yang dengan sendirinya akan terbentuk harus
bisa dipertahankan dengan menawarkan nilai-nilai yang
sesuai
dengan prinsip syariah. Pemenuhan terhadap prinsip-prinsip
syariah merupakan hal yang wajib dan harus dijalankan
berdasarkan kompetensi yang dimiliki perusahaan. Sehingga,
dalam menentukan positioning-nya, perusahaan bisa menampilkan
keunggulan yang dimiliki oleh perusahaan berdasarkan prinsip
syariah. Positioning memegang peranan dalam memasarkan
27
produk-produk perusahaan, Karena membangun positioning berarti
membangun kepercayaan dari konsumen.
Perusahaan
yang
berbasis
syariah,
membangun
kepercayaan berarti menunjukkan komitmen bahwa perusahaan
syariah menawarkan sesuatu yang lebih jika dibandingkan dengan
perusahaan yang non syariah. Begitu juga dengan marketing mixnya yaitu pada produk, barang dan jasa yang ditawarkan adalah
yang berkualitas atau sesuai dengan yang dijanjikan. Menetapkan
harga, terhadap pelanggan disajikan harga yang kompetitif.
Dalam penempatan atau saluran distribusi, pebisnis muslim
sekali-kali tidak akan pernah melakukan tindak kecurangan
terhadap pesaing lain, suap untuk melancarkan saluran pasarnya,
dan tindakan marchiavelis lainnya. Dan dalam melakukan promosi,
pebisnis muslim juga akan menghindari iklan porno, bohong, dan
promosi yang menghalalkan segala cara. Senantiasa dijiwai oleh
nilai-nilai religius.
2) Etis (Akhlaqiyyah)
Seorang marketer sangat mengedepankan masalah akhlak
(moral, etika) dalam seluruh aspek kehidupannya. Prinsip bersuci
dalam islam tidak hanya dalam ibadah, tetapi dapat di temukan
juga dalam kehidupan social sehari-hari: dalam berbisnis, berumah
tangga, bergaul, bekerja, belajar dan lain-lain. Ada beberapa etika
28
pemasar yang akan menjadi prinsip bagi marketer syariah dalam
menjalankan fungsi pemasaran, yaitu:
a) Jujur, jujur yaitu seorang pebisnis wajib berlaku jujur dalam
melakukan usahanya. Jujur dalam pengertian yang lebih luas
yaitu tidak berbohong, tidak menipu, tidak mengada-ada fakta,
tidak berkhianat, serta tidak pernah ingkar janji dan lain
sebagainya. Tindakan tidak jujur merupakan perbuatan yang
jelas berdosa, jika biasa dilakukan dalam melakukan bisnis
juga akan membawa pengaruh negatif kepada kehidupan
pribadi dan keluarga seorang pebisnis itu sendiri. Bahkan lebih
jauh lagi, sikap dan tindakan yang seperti itu akan mewarnai
dan mempengaruhi kehidupan bermasyarakat secara luas.18
Dalam al-Qur’an, keharusan bersikap jujur dalam dunia
bisnis sudah diterangkan dengan sangat jelas dan tegas antara
lain firman Allah SWT : (QS Asy Syu’araa:181-183)
#$%$&
#$%0&
9) ):
#C7D4E
18

!☺


'
)
*+,-.
/
012-.34+,!☺
5,ִ 78 
+; <
=
>?
A B
7 @

#$%J& 3BF G , H
Johan arifin, etika bisnis islami, Semarang : walisongo press, 2009, hal. 154
29
Artinya: ”181. Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu
termasuk orang-orang yang merugikan. 182. Dan
timbanglah dengan timbangan yang lurus. 183. Dan
janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya
dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan
membuat kerusakan”.19
Dengan menyimak ayat tersebut di atas, maka kita akan
dapat mengambil satu pengertian bahwa sesungguhnya allah
SWT telah menganjurkan kepada seluruh umat manusia pada
umumnya, dan kepada para pelaku bisnis khususnya untuk
berlaku jujur dalam menjalankan roda bisnisnya dalam bentuk
apapun.
b) Berperilaku adil dalam berbisnis yaitu satu bentuk akhlak yang
harus dimiliki seorang syariah marketer.Lawan dari keadilan
adalah kezaliman yaitu sesuatu yang di haramkan Allah. Allah
mencintai orang-orang yang berbuat adil dan membenci orangorang yang berbuat zalim, bahkan Allah melaknat mereka.
Islam telah mengharamkan setiap hubungan bisnis yang
mengandung kezaliman dan mewajibkan terpenuhinya keadilan
yang teraplikasikan dalam setiap hubungan dagang dan
kontrak-kontrak bisnis. Dalam bisnis modern, sikap adil harus
tergambarkan bagi semua stakeholder, semuanya harus
merasakan keadilan. Tidak boleh ada satu pihak pun yang hakhaknya terzalimi. Mereka harus selalu terpuaskan sehingga
19
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 1987, hal. 374.
30
dengan demikian bisnis bukan hanya tumbuh dan berkembang,
melainkan juga berkah di hadapan Allah Swt.
c) Bersikap melayani dan rendah hati yaitu sikap melayani
merupakan sikap utama dari seorang marketer. Tanpa sikap
melayani, yang melekat dalam kepribadiannya, dia bukanlah
seorang yang berjiwa pemasar. Melekat dalam sikap melayani
ini adalah sikap sopan santun dan rendah hati. Orang yang
beriman di perintahkan untuk bermurah hati, sopan dan
bersahabat saat berelasi dengan mitra bisnisnya. Sikap
selanjutnya adalah memberi kemudahan kepada orang lain
yang kesulitan.
Seorang muslim yang baik hendaklah toleran kepada
saudaranya saat membayar atau menagih (utang, premi
asuransi, cicilan kredit bank, dan sebagainya) jika ia sedang
mengalami kesusahan atau kesulitan. Marketer syariah juga
tidak boleh terbawa dalam gaya hidup yang berlebih-lebihan,
dan harus menunjukkan iktikad baik dalam semua transaksi
bisnisnya.
d) Tidak suka berburuk sangka yaitu saling menghormati satu
sama lain merupakan ajaran nabi Muhammad saw yang harus
diimplementasikan dalam perilaku bisnis modern. Tidak boleh
satu pengusaha menjelekkan
pengusaha yang lain, hanya
bermotifkan persaingan bisnis. Apalagi
bagi praktisi yang
31
sudah berani menempelkan atribut syariah, karena itu
sepatutnya akhlak para praktisi, akademisi, dan para pakar
ekonomi syariah harus bisa menjadi teladan bagi umat. Akan
lebih mulia jika seorang syariah marketer justru menonjolkan
kelebihan-kelebihan
saudaranya,
rekan
sekerjanya,
perusahaannya, atau bahkan jika perlu pesaingnya. Disini akan
tergambar sebuah ahklak yang indah, yang justru akan menarik
simpati pelanggan maupun mitra bisnis kita.
3) Realistis (Al-waqi’iyyah)
Seorang marketer adalah para pemasar professional dengan
penampilan yang bersih, rapi, dan bersahaja. Mereka bekerja
dengan professional dan mengedepankan nilai-nilai religius,
kesalehan, aspek moral dan kejuuran dalam segala aktivitas
pemasarannya. Ia tidak kaku, tidak berlebih-lebihhan dalam
penampilan, tetapi sangat luwes dalam bersikap dan bergaul.
4) Humanistis (Insaniyyah)
Syariah
diciptakan
untuk
manusia
agar
derajatnya
terangkat, sifat kemanusiaannya terjaga dan terpelihara, serta sifatsifat kehewanannya dapat terkekang dengan panduan syariah.
Dengan memiliki nilai humanities ia menjadi manusia yang
terkontrol dan seimbang bukan manusia yang serakah yang
menghalalkan segala cara untuk meraih keuntungan yang sebesarbesarnya. Bukan menjadi manusia yang bisa bahagia di atas
32
penderitaan orang lain atau manusia yang hatinya kering dengan
kepedulian sosial.
Syariat Islam adalah insaniyyah berarti diciptakan untuk
manusia sesuai dengan kapasitasnya tanpa menghiraukan ras,
warna kulit, kebangsaan dan status. Hal inilah yang membuat
syariah memiliki sifat universal sehingga menjadi syariat humanitis
universal.
Hal
tersebut
dapat
dikatakan
prinsip
ukhuwah
insaniyyah (persaudaraan antar manusia)
7. Prinsip-prinsip Perdagangan Rasulullah SAW
Prinsip-prinsip perdagangan yang dicontohkan Rasulullah SAW.
Adalah prinsip keadilan dan kejujuran. Dalam konsep Islam perdagangan
yang adil dan jujur adalah perdagangan yang “tidak menzalimi dan tidak
pula dizalimi” (QS. Al-Baqarah (2): 279).20
a. Mekanisme pasar dalam perdagangan
Dalam Islam, konsep dan perdagangan harus dilandasi oleh
nilai-nilai dan etika yang bersumber dari nilai-nilai dasar agama yang
menjunjung tinggi tentang kejujuran dan keadilan. Fakta menunjukkan
bahwa Rasulullah SAW. Telah banyak memberikan contoh dalam
melakukan perdagangan secara adil dan jujur. Selain itu juga,
rasulullah saw. Telah meletakkan prinsip-prinsip yang mendasar
tentang bagaimana pelaksanaan perdagangan yang adil dan jujur.
Prinsip dasar yang diletakkan Rasulullah SAW. Adalah berkaitan
20
Jusmaliani dkk, Bisnis Berbasis Syariah,Jakarta : Bumi Aksara , 2008. Hal.54
33
dengan mekanisme pasar dalam perdagangan, kedua belah pihak dapat
saling menjual dan membeli barang secara ikhlas artinya tidak ada
campur tangan serta intervensi pihak lain dalam menentukan harga
barang. Terdapat beberapa prinsip yang melandasi fungsi pasar dalam
masyarakat muslim:
1) Dalam konsep perdagangan Islam, penentuan harga ditentukan
oleh kekuatan pasar yaitu kekuatan permintaan dan penawaran
tersebut, haruslah terjadi secara suka rela, tidak ada pihak yang
merasa terpaksa dalam melakukan transaksi pada tingkat harga
tersebut. Hal ini telah disebutkan dalam al-Quran:
PQF ֠?=
ִKL
MNO3
T
UVW M 
S3
ZV[\S ]3/
X
Y
_
^
.
&
*O3[
/
dC 3b  3 a\3bOcK
P`

T
U4 . 
f 7X : e
?=
)_ . f 7X g,VH
#0m&
j☺k l D 7X
/ 3_֠⌧i
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil,
kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu
membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha
Penyayang kepadamu”. (QS. An-Nisa’ (4): 29).21
Firman Allah tersebut menekankan bahwa transaksi
perdagangan harus dilakukan tanpa paksaan, sehingga terbentuklah
harga secara alamiah. Dalam hal ini semua harga yang terkait
21
Departemen Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: PT Syaamil Cipta
Media, 1987, hal. 83.
34
dengan factor produksi maupun produk barang itu sendiri
bersumber pada mekanisme pasar seperti ini, karena itu ketetapan
harga tersebut telah diakui sebagai harga yang adil dan wajar
(harga yang sesuai).
2) Mekanisme pasar dalam Islam melarang adanya sistem kerjasama
yang tidak jujur. Islam tidak menghendaki adanya koalisi antara
konsumen dengan produsen, meskipun tidak mengesampingkan
adanya konsentrasi produksi, selama terjadinya konsentrasi itu
dilakukan dengan cara-cara yang jujur seta tidak melanggar prinsip
kebebasan dan kerja sama. Oleh karena itu, prinsip monopoli
ataupun oligopoli tidak dilarang dalam Islam selama pelaku tidak
mengambil keuntungan diatas keuntungan yang wajar. Agar
system perdagangan itu tidak menyalahi aturan agama maka
penting dibentuk lembaga hisbah. Lembaga ini bertugas memantau
dan mengawasi praktik-praktik kegiatan perekonomian untuk
menjamin keadilan dan perdagangan yang jujur serta tidak
melanggar aturan yang termaktub dalam kaidah al-Quran dan
Hadits Rasulullah SAW.
3) Bila pasar dalam keadaan tidak sehat, di mana telah terjadi tindak
kezaliman seperti adanya kasus penipuan, penimbunan, atau
perusakan pasokan dengan tujuan menaikkan haraga, maka
menurut Ibnu Taimiyyah pemerintah wajib melakuakan regulasi
35
harga pada tingkat yang adil antara produsen dan konsumen tanpa
ada pihak yang dirugikan atau dieksploitasi oleh pihak yang lain.
36
b. Praktik perdagangan yang Islami
Perdagangan yang Islami adalah perdagangan yang dilandasi
oleh nilai-nilai dan etika yang bersumber dari nilai-nilai dasar agama
yang menjunjung tinggi tentang kejujuran dan keadilan. Muhammad
SAW. Dalam ajarannya meletakkan keadilan dan kejujuran sebagai
prinsip dalam perdagangan. Perdagangan ya ng adil konsep islam
adalah perdagangan yang “tidak menzalimi dan tidak dizalimi”.
Konteks perdagangan adil yang diperintahkan Rasulullah
adalah untuk menegakkan kejujuran dalam transaksi serta menciptakan
hubungan baik dalam berdagang. Ketidakjujuran dalam perdagangan
sangat dilarang oleh Nabi. Bahkan, beliau menyatakan bahwa
perdagangan sebagai suatu hal yang haram, bila keuntungan individu
yang diperoleh dari transaksi perdagangan itu akan mendatangkan
kerugian dan penderitaan pada beberapa orang lain atau pada
masyarakat lebih luas. Untuk menjadi pedagang yang baik, Islam telah
mengatur agar persaingan antar pedagang di pasar dilakukan dengan
cara yang adil dan jujur. Segala bentuk transaksi yang menimbulkan
ketidakadilan serta berakibat terjadinya kecenderungan meningkatnya
harga barang-barang secara zalim sangat dilarang oleh Islam. Ada
berbagai transaksi perdagangan yang dilarang oleh Rasulullah SAW.
Dalam keadaan pasar normal, di antaranya adalah sebagai berikut:
1) Tallaqi rukban, yaitu mencegat pedagang yang membawa barang
dari tempat produksi sebelum sampai pasar. Rasulullah melarang
37
praktik perdagangan seperti ini dengan tujuan untuk menghindari
ketidaktahuan penjual dari daerah pedesaan akan harga barang
yang berlaku di kota. Rasulullah memerintahkan suplai barang
hendaknya dibawa langsung ke pasar sehingga penjual dan pembeli
dapat mengambil manfaat dari adanya harga yang alamiah.
Mencegah masuknya pedagang ke pasar kota dapat menimbulkan
pasar yang tidak kompetitif.
2) Perdagangan yang menipu. Islam sangat melarang segala bentuk
penipuan, untuk itu Islam sangat menuntut suatu perdagangan yang
dilakukan secara jujur dan amanah. Termasuk kategori menipu
dalam perdagangan adalah :
a) Gisyah, yaitu menyembunyikan cacat barang yang dijual.
Dapat pula dikategorikan sebagai gisyah adalah mencampurkan
barang-barang jelek kedalam barang-barang yang berkualitas
baik, sehingga pembeli akan mengalami kesulitan untuk
mengetahui suatu barang yang diperdagangkan.
b) Tathfif, yaitu tindakan pedagang mengurangi timbangan dan
takaran suatu barang yang dijual.
3) Perdagangan najasy, yaitu praktik perdagangan dimana seseorang
berpura-pura sebagai pembeli yang menawar tinggi harga barang
dengan disertai memuji-muji kualitas barang tersebut secara tidak
wajar, tujuannya adalah untuk menaikkan harga barang.
38
4) Memperdagangkan
barang
haram,
yaitu
memperjualbelikan
barang-barang yang telah dilarang dan diharamkan oleh al-Quran,
seperti daging babi, darah, minuman keras, dan bangkai.
5) Perdagangan secara riba, yaitu pengambilan tambahan dalam
transaksi jual beli ataupun pinjam-meminjam yang berlangsung
secara zalim dan bertentangan dengan prinsip mu’amalah secara
Islami.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah
subjek dari mana data diperoleh. Apabila peneliti menggunakan kuesioner
atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut
responden.
Apabila peneliti menggunakan teknik observasi, maka sumber
datanya bisa berupa benda, gerak atau proses sesuatu. Apabila peneliti
menggunakan dokumentasi, maka dokumen atau catatan yang menjadi
sumber data, sedangkan isi catatan subjek penelitian atau variabel
penelitian.22
Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah
data primer dan sekunder.
22
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Yogyakarta:
Rineka Cipta, 1996, hal.129
39
a. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber
pertama. Sumber data primer yang penulis gunakan dalam penelitian
ini adalah data yang diperoleh dengan cara wawancara langsung
dengan para pedagang di pasar tradisional, serta penulis melakukan
transaksi secara langsung guna memperoleh data yang akurat.
b. Sumber data sekunder adalah sumber yang dapat memberikan
informasi atau data tambahan yang dapat memperkuat data pokok, baik
yang berupa manusia dengan cara wawancara atau benda (majalah,
buku, Koran dll).23 Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data
sekunder adalah dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil
penelitian.
2. Populasi dan Sampel
1) Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.24 Populasi
adalah totalitas semua nilai yang mungkin baik hasil perhitungannya
maupun
pengukuran,
kuantitatif
ataupun
kualitatif,
daripada
karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan
jelas.25
23
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R &D, Bandung: Alfabeta,
2008, hal. 225
24
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rineka Cipta, Cet. Ke-13, 2006,
hal.130.
25
Sudjana, Metode Statistik, Bandung : TARISTO, Edisi Ke-5, 1989, hal.161
40
2) Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.26
Untuk mendapatkan sampel yang dapat menggambarkan populasi,
maka dalam penentuan sampel penelitian ini menggunakan teknik
sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan.27 Yaitu siapa saja yang berdagang di pasar tradisional
Ngaliyan dan konsumen yang pernah bertransaksi baik di pasar
tradisional dan pasar modern. Berdasarkan tehnik tersebut diperoleh
sampel pedagang pasar berjumlah 145 pedagang dan konsumen
berjumlah 65 orang.
3. Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data maka dalam penelitian ini metode yang
digunakan adalah :
a. Metode Interview (wawancara)
Metode pengumpulan data dengan cara melakukan tanya jawab
secara lisan kepada pihak yang akan diteliti, yaitu pedagang pasar
tradisional di pasar Ngaliyan Semarang serta konsumen.
b. Metode Angket (Kuesioner)
Metode angket adalah tekhnik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
26
27
Suharsimi Arikunto, Prosedur penelitian, Op.Cit, hlm.31
Sugiyono, Statistika untuk penelitian, Bandung :ALFABETA, 2007. hal. 67
41
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.28 Dalam
penelitian ini angket nantinya akan diberikan kepada pedagang di pasar
tradisional jrakah dan ngaliyan. Mereka diminta mengisi daftar
pertanyaan tentang pengaruh keberadaan minimarket yang berada di
sekitar pasar.
c. Metode Study Pustaka
Di dalam pengumpulan data studi pustaka penulis memperoleh
data-data dari buku. Serta bacaan-bacaan lain yang berhubungan
dengan judul penelitian ini.
4. Metode analisis data
Penelitian ini menggunakan analisis data Kualitatif Deskriptif
bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian
berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan
tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.29
Penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yaitu data yang
dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar dan kebanyakan
bukan angka-angka. Kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai
penunjang. Data yang dimaksud meliputi wawancara, catatan data
lapangan, foto-foto, dokumen pribadi, nota dan catatan lainnya. Termasuk
28
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Bandung : ALFABET,
Cet. Ke-7, 2009, hlm.142
29
Saifudin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar Off Set, cet. Ke-1,
1998. hlm 126.
42
di dalamnya deskripsi mengenai tata situasi30 yang akan menjelaskan
analisis penelitian lebih fokus kepada dampak pada tiap produk yang
sama-sama disediakan di pasar tradisional dan pasar modern.
F. Siatematika Penulisan
BAB I
: PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II
: DAMPAK KEHADIRAN MINI MARKET TERHADAP
DAN STRATEGI PEDAGANG PASAR TRADISIONAL
Pada bab ini memuat materi–materi yang dikumpulkan dan dipilih
dari berbagai sumber tertulis yang dipakai sebagai bahan acuan
dalam pembahasan atas topik permasalahan tersebut.
BAB III
: GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Dalam bab ini berisi tentang deskripsi objek penelitian yaitu pasar
tradisional Ngaliyan dan karakteristik pedagang responden dan
konsumen responden.
30
Sudarwan Damim, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung: CV PUSTAKA SETIA,
2002. hlm. 61.
43
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini berisi tentang hasil dan pembahasan data dari
responden.
BAB V
: PENUTUP
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari penulis terhadap topik
penelitian.
Download