ARTIKEL FAKTOR-FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLRDI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2016 Oleh : NITA ANDI ROMADHONI NIM. 030216A110 PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017 Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 FAKTOR – FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BBLR DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2016 Nita Andi Romadhoni *), Cahyaningrum **), Purbowati **). *) Mahasiswa Program Studi D-IV Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo, **)Staf Pengajar Program Studi D-IV Kebidanan Universitas Ngudi Waluyo [email protected], ABSTRAK Latar Belakang :BBLR merupakan salah satu faktor terjadinya mortalitas dan mordibitas.Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,37 per 1.000 KH di kota semarang. Penyebab langsung kematian bayi adalah berat badan lahir rendah (35%), asfiksia (33,6%), dan infeksi (31,4%) termasuk tetanus, sepsis, pneumonia dan diare. Penyebab langsung terbanyak disebabkan karena BBLR maka angka kematian bayiharus diturunkan. Tujuan : mengetahui faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo Semarang Metode : rancangan penelitian ini adalah cross sectionaldengan jumlah sampel 1420 responden. Data diambil dari buku register dan Rekam Medik. Analisa bivariate menggunakan uji korelasi Chi-Square. Hasil : responden yang melahrkan bayi BBLR berdasarkan usia ibu paling banyak adalah ibu yang berusia beresiko (<20 dan >35 tahun) yaitu 21,4% (69 responden), berdasarkan paritas ibu beresiko (>3 anak) yaitu 19,3 % (23 responden) berdasarkan usia kehamilanibu beresiko yaitu (<37 dan >42 minggu) yaitu 84,8 % yaitu (28 responden) dan 27,0 % yaitu (40 responden). Analisa bivariate menunjukan bahwa ada hubungan antara usia ibu dan kejadian BBLR, tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR, ada hubungan antara usia kehamilan ibu dengan kejadian BBLR. Simpulan : Ada hubungan antara usia ibu dan usia kehamilan ibu dengan kejadian BBLR, dan Tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR Kata kunci : usia ibu, usia kehamilan , paritas , kejadian BBLR ABSTRACT Background :Low Birth Weight (LBW) is one of the factors of mortality and mordibity. Infant Mortality rate (IMR) is 9.37/1,000 live births in Semarang. The direct causes of infant mortality are low birth weight (35%), asphyxia (33.6%), and infection (31.4%) including tetanus, sepsis, pneumonia and diarrhea. The most direct cause is LBW so the IMR should be lowered. Purpose : This study Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 aimed to find the correlation between the maternal factors related to the low birth weight at Tugurejo hospital in 2016 Method :The study used cross-sectional design with the population of 1886 people andhad been excluded into1420 respondents as the samples taken by using total sampling technique. The data were taken from the registry book and medical records. The bivariate analysis used Chi-Square correlation test. Result:The respondents who gave birth infants with Low Birth Weight, based on maternal age were mostly at risky age mothers (less than 20 years old and more than 35 years old) by 21,4 % (69 respondents), based on the parity, were mostly the risky mothers (more than 3 children) by 19,3 % (23 Responden), based on gestational age were mostly the risky mothers (less than 37 and more than 42 weeks) by 84,8% (28 respondents). The bivariate analysis indicated that there was a correlation between mother’s age and low birth weight, there was no correlation between parity of low birth weight,there was a correlation between gestational age and low birth weight Conclusion :There was a correlation between age and gestational age of the mothers and low birth weight andthere is no correlation between parity and low birth weight. Keywords : Mother’s age , gestational age, parity, Low Birth Weight PENDAHULUAN Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi (0-12 bulan) per 1000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB di Provinsi Jawa Tengah sampai triwulan 3 tahun 2014 menurut hasil Survey Kesehatan Daerah (SKD) di tahun 2012 AKB yaitu sebesar 10,75 per 1000 kelahiran hidup dan mengalami penurunan kembali pada tahun 2013 yaitu sebesar 10,41 per 1000 kelahiran hidup. AKB di Provinsi Jawa Tengah memiliki angka yang sama dari angka standar nasional yaitu sebesar 32 per 1000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2014). Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan pada Tahun 2014, jumlah kematian bayi yang terjadi di Kota Semarang sebanyak 253 dari 26.992 kelahiran hidup, sehingga didapatkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 9,37 per 1.000 KH. Jumlah kematian bayi di Kota Semarang terjadi penurunan sejak tahun 2011 sampai 2013 yaitu berturut turut 314 kasus kematian bayi pada tahun 2011, 293 kasus kematian bayi pada tahun 2012, 251 kasus kematian bayi pada tahun 2013. Jika dibandingkan dengan target MDGs dimana tahun 2015 target AKB sebesar 23 per 1.000 KH, maka AKB Kota Semarang telah dibawah target untuk kasus bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) pada tahun 2014 yaitu sebanyak 277 bayi yang terdiri dari 102 bayi laki-laki dan 175 bayi perempuan kasus kematian bayi pada tahun 2011, 293 kasus kematian bayi pada tahun 2012, 251 kasus kematian Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 bayi pada tahun 2013(Profil Dinkes Kota Semarang, 2014). Penyebab langsung kematian bayi adalah berat badan lahir rendah (35%), asfiksia (33,6%), dan infeksi (31,4%) termasuk tetanus, sepsis, pneumonia dan diare. Sedangkan penyebab tidak langsung karna kondisi masyarakat seperti pendidikan, social, ekonomi dan budaya (Amelia, 2014).BBLR adalah bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa memandang masa gestasi. Sampai sekarang etiologi berat badan lahir rendah belum cukup memuaskan, menurut besarnya penyebab kelahiran bayi lahir rendah dapat dilihat dari faktor ibu.Faktor ibu meliputi umur ibu, usia kehamilan, paritas, pemeriksaan kehamilan, status nutrisi, komplikasi kehamilan dan penyakit yang di derita ibu. Dari sekian banyak faktor penyebab berat badan lahir rendah faktor ibu merupakan penyumbang terbesar terhadap kejadian BBLR tersebut (Sarwono,2010) Dari beberapa faktor diatas peneliti ingin meneliti tentang umur ibu, usia kehamilan, paritas dan status gizi. Dari faktor - faktor tersebut peneliti tidak meneliti tentang faktor janin yaitu kehamilan ganda dan hidramnion karena pada kehamilan ganda dan hidramnion masih belum banyak ditemui di rumah sakit khususnya di RSUD Tugurejo semarang, dan tidak meneliti tentang komplikasi kehamilan dan penyakit yang di derita ibu karena dari hasil wawancara ke RSUD Tugurejo data tersebut jarangdicantumkan di dalam rekam medik pasien maka dari itu peneliti tidak meneliti hal tersebut.Rumah sakit Tugurejo semarang merupakan Rumah sakit rujukan di kabupaten semarang. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang peneliti lakukan di RSUD Tugurejo Semarang pada tanggal 25 januari 2017 kejadian BBLR dari tahun pertahun mengalami peningkatan pada tahun 2015 didapatkan 1958 bayi terdapat 120 (6,1%) bayi dengan BBLR dan tahun 2016 didapatkan 1866 bayi terdapat 268 (14,3%) bayi dengan BBLR. Berdasarkan uraian di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian berat badan lahir rendah (BBLR) di RSUD Tugurejo Semarang. Desain Penelitian Desain peneitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain analitik korelasi yang bertujuan untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor – faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010). Pada penelitian ini akan dicari hubungan variabel bebas (Umur ibu, usia kehamilan ibu, dan paritas ibu dengan variabel terikat (BBLR).Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor–faktor resiko degan efek, dengan cara pendekatan, observasi ataupengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subjek penelitian hanya di observasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 subjek pada saat (Notoadmodjo, 2010). pemeriksaan Tempat dan Waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang pada bulan tanggal 1 – 7 Mei 2017 Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan bayi baru lahir priode 01 januari 2016 – 01 januari 2017 sebanyak 1866kasus, dalampenelitian ini adalah data rekam medik ibu bersalin yang tercatat di RSUD Tugurejo Kabupaten Semarang.Dari populasi yang didapat sebanyak 1886 responden telah dilakukan pengeluaran inklusi dan eksklusi sehingga sampel yang didapatkan sebanyak 1420 responden dengan pengeluaran eksklusi sebanyak 446 responden dengan penyakit dan komplikasi ibu saat hamil yaitu, hipertensi sebanyak 126 responden, preeklampsia sebanyak 108 responden, pneumonia sebanyak 90 responden dan perdarahan antepartum sebanyak 122 responden HASIL PENELITIAN Analisis Univariat 1. Kejadian BBLR Tabel 4.1 Kejadian BBLR BBLR Tidak BBLR Jumlah Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian BBLR pada Bayi Baru Lahir di RSUD Tugurejo, Semarang Tahun 2016 Frekuensi 232 1188 Persentase (%) 16,3 83,7 1420 100,0 Hasil yang disajikan tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 1420 bayi baru lahir di RSUD Tugurejo Kabupaten Semarang, sebagian besar tidak mengalami kejadian BBLR, yaitu sejumlah 1188 bayi (83,7%). Sedangkan yang mengalami kejadian BBLR sejumlah 232 bayi (16,3%). 2. Usia ibu Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu yang Bersalin di RSUD Tugurejo, Semarang Tahun 2016 Umur Beresiko ≤ 20 Tahun Tidak Beresiko 20 – 35 Tahun Beresiko ≥ 35 Tahun Total Frekuensi 104 Persentase (%) 7,3 1098 84,6 218 15,4 1420 100 Hasil yang disajikan tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 1420 ibu yang bersalin dan tercatat di RSUD Tugurejo Kabupaten Semarang, sebagian besar memiliki umur 2035 tahun ( tidak beresiko), yaitu sejumlah 1098 orang (77,3%). 3. Usia Kehamilan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Kehamilan pada Ibu yang Bersalin di RSUD Tugurejo, Semarang Tahun 2016 Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 Usia Kehamilan Prematur Term Infant Postterm Jumlah Frekuensi 33 1239 148 Persentase (%) 2,3 87,3 10,4 1420 100,0 Umur Beresiko Tidak Beresiko Hasil yang disajikan tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 1420 ibu yang bersalin dan tercatat di RSUD Tugurejo Kabupaten Semarang, sebagian besar melahirkan pada usia kehamilan normal (term infant), yaitu sejumlah 1239 orang (87,3%). 4. Paritas Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas pada Ibu yang Melahirkan di RSUD Tugurejo, Semarang Tahun 2016 Paritas Beresiko (> 3 Anak) Tidak beresiko (1-3 Anak) Jumlah Frekuensi 119 Persentase (%) 8,4 1301 91,6 1420 100,0 Hasil yang disajikan tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 1420 ibu yang melahirkan di RSUD Tugurejo Kabupaten Semarang, sebagian besar memiliki paritas 13 anak (tidak beresiko), yaitu sejumlah 1301 orang (91,6%). ANALISIS BIVARIAT 1. Hubungan Usia ibu dengan Kejadian BBLR Tabel 4.5 Hubungan antara Usia ibu dengan Kejadian BBLR di RSUDTugurejo Semarang Tahun 2016 Total Kejadian BBLR Tidak pBBLR Total OR BBLR value F % f % F % 69 21,4 25 78,6 32 100 0.00 1,56 16 14,8 3 85,2 2 100 6 3 93 10 5 98 23 62,7 11 37,3 14 100 2 88 20 Hasil tabulasi silang sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.5 ditemukan bahwa ibu yang berumur < 20 tahun atau > 35 tahun (beresiko) yang melahirkan bayi BBLR sejumlah 69 orang (21,4%). Sedangkan ibu yang berumur 20-35 tahun (tidak beresiko) yang melahirkan bayi BBLR sejumlah 163 orang (14,8%). Hasil uji Chi Square diperoleh bahwa p-value 0,006 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara umur dengan kejadian BBLR pada ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang. Dari hasil uji juga diperoleh nilai Odd ratio sebesar 1,564, yang artinya ibu dengan umur < 20 tahun atau > 35 beresiko 1,56 kali lebih besar melahirkan bayi BBLR dibandingkan ibu berumur 20-35 tahun. 2. Hubungan Usia Kehamilan dengan Kejadian BBLR Tabel 4.6 Hubungan antara Usia Kehamilan dengan Kejadian BBLR di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 Usia Kehamilan Prematur Term Infant Postterm Infant Total Kejadian BBLR Tidak pBBLR Total X2 BBLR value F % F % f % 28 84.8 5 15.2 33 100 134,4 0,000 16 13.2 10 86.8 12 100 09 4 27.0 75 73.0 39 100 40 10 14 8 8 23 62,7 11 37,3 14 100 2 88 20 Hasil tabulasi silang sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.6 ditemukan bahwa ibu yang bersalin prematur yang melahirkan bayi BBLR sejumlah 28 orang (84,8%). Sedangkan ibu yang bersalin normal (term infant) yang melahirkan bayi BBLR sejumlah 164 orang (13,2%). Kemudian, ibu yang bersalin postterm (postterm infant) yang melahirkan bayi BBLR sejumlah 40 orang (27,0%). Hasil uji Chi Square diperoleh bahwa p-value 0,000 < α (0,05), maka disimpulkan bahwa ada hubungan secara signifikan antara usia kehamilan dengan kejadian BBLR pada ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang. 3. Hubungan Paritas dengan Kejadian BBLR Tabel 4.7 Hubungan antara Paritas dengan Kejadian BBLR di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Paritas Beresiko Tidak Beresiko Total Kejadian BBLR Tidak pBBLR Total BBLR value F % F % f % 23 19,3 96 80,7 11 100 0.428 20 16,1 10 83,9 6 100 9 92 13 01 23 62,7 11 37,3 14 100 2 88 20 OR - Hasil tabulasi silang sebagaimana ditunjukkan pada table 4.7 ditemukan bahwa ibu yang memiliki paritas > 3 anak (beresiko) yang melahirkan bayi BBLR sejumlah 23 orang (19,3%). Sedangkan ibu yang memiliki paritas 1-3 anak (tidak beresiko) yang melahirkan bayi BBLR sejumlah 209 orang (16,1%). Hasil uji Chi Square diperoleh bahwa p-value 0,428 > α (0,05), maka disimpulkan bahwa tidak ada hubungan secara signifikan antara paritas dengan kejadian BBLR pada ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang. PEMBAHASAN Analisis Univariat 1. Kejadian BBLR BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram ( Proverawati dan Ismawati, 2010). Berdasarkan penelitian di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016, Jumlah bayi yang lahir dengan BBLR (<2500 gram) sebanyak 232 Responden (16,3 %) dari total bayi yang lahir yaitu 1420 responden (100%). Bayi BBLR banyak sekali resiko terjadi permasalahan pada tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Prognosis akan lebih buruk jika berat badan semakin rendah, kematian sering terjadi karena komplikasi neonatal sepertu asfiksia, aspirasi, pneumonia, perdarahan intra kranial, hiperbilirubin dan hipoglikemia, apabila hidup akan dijumpai kerusakan saraf, tingkat kecerdasan rendah, gangguan bicara (komunikasi), perkembangan dan pertumbuhan (Martika, 2012) Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 2. Umur Ibu Umur ibu merupakan umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat diteliti, semakin cukup umur ibu, tingkat kematangan organ reproduksi dan kekuatan seseorang akan lebih matang. Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tugurejo tahun 2016, diketahui bahwa prosentase responden yang berusia tidak beresiko melahirkan bayi BBLR (20-35 Tahun) yaitu 77,3% (1098), lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berusia beresiko melahirkan bayi BBLR (<20 tahun dan >35 tahun) yaitu 22,7 % (322 Responden). Responden dengan usia<20 tahun dan >35 tahun beresiko melahirkan bayi BBLR. Kehamilan pada usia<20 tahun dapat menimbulkan banyak permasalahan karena dapat mempengaruhi rahim ibu yang belum cukup matang untuk menanggung beban kehamilan dan kemungkinan komplikasi seperti terjadi keracunan kehamilan (preeclampsia) Kehamilan pada usia kehamilan >35 tahun banyak merugikan ibu maupun bayi, karena organ reproduksi sudah mulai menurun, fungsi organ reproduksi tidak maksimal dan kondisi kesehatan ibu juga mulai menurun sehingga dapat terjadi BBLR. Pengaruh usia terhadap penurunan tingkat kesuburan memamng ada hubungan, misalnya berkurangnya frekuensi ovulasi atau mengarah ke masalah seperti adanya penyakit endometritis yang menghambat uterus untuk mengangkat sel telur mulai tuba fallopi yang berpengaruh terhadap proses konsepsi dan fungsi plasenta yang tidak adekuat sehingga menyebabkan kurangnya produksi progesteron dan mempengaruhi iritabilitas uterus, menyebabkan perubahan – perubahan serviks yang pada akhirnya akan memicu kelahiran prematur maupun BBLR (Turhayati, 2006). 3. Usia kehamilan ibu Menurut Muslihatun (2011) usia kehamilan (usia gestasi) adalah masa sejak terjadinya konsepsi sampai dengan saat kelahiran, dihitung dari hari pertama haid terakhir (menstrual age of pregnancy). Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016, diketahui bahwa prosentase responden yang usia kehamilannya tidak beresiko melahirkan BBLR (13,2%) 164 responden. Kehamilan cukup bulan (term / aterm) adalah usia kehamilan 37 – 42 minggu (259 294) lengkap. Kehamilan kurang bulan (preterm) adalah masa gestasi kurang dari 37 minggu (259 hari).Dan kehamilan lewat waktu (postterm) adalah masa gestasi lebih dari 42 minggu (294 hari). Usia kehamilan dapat mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan alat – alat tubuhnya sehingga akan turut mempengaruhi berat badan waktu lahir. 4. Paritas Paritas adalah Paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan baik lahir hidup maupun lahir mati Siyoto, (2012). Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tugurejo Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 Semarang tahun 2016 diketahui bahwa prosentase responden yang paritasnya tidak beresiko melahirkan bayi BBLR (1-3 anak), yaitu 16,1 % (209 responden) lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang paritasnya beresiko melahirkan bayi BBLR (>3 anak), yaitu 19,3 % (23 responden) Resiko pada paritas < 3 dapat di tangani secara asuhan obstetrik lebih baik, sedangkan resiko pada paritas lebih dari 3 dapat dikurangi atau dicegah dengan program keluarga berencana. Resiko kesehatan ibu dan anak meningkat pada persalinan pertama, keempat dan seterusnya. Kehamilan dan persalinan pertama meningkatkan resiko kesehatan yang timbul karena ibu belum pernah mengalami kehamilan sebelumnya, selain itu jalan lahir baru akan dicoba dilalui janin. Sebaliknya bila terlalu sering melahirkan rahim akan menjadi semakin melemah karena jaringan parut uterus akibat kehamilan berulang. Jaringan parut ini menyebabkan tidak adekuatnnya persediaan darah ke plasenta sehingga plasenta tidak mendapat aliran darah yang cukup untuk menyalurkan nutrisi ke janin akibatnya pertumbuhan janin terganggu (Depkes RI, 2011). Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Usia Ibu dengan Kejadian BBLR di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 Hasil Penelitian yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016, diketahui bahwa prosentase responden yang mempunyai bayi BBLR adalah responden yang berusia berisiko melahirkan bayi BBLR (<20 dan >35 tahun) yaitu 21,4% (69 responden), lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berusia (20 – 35 Tahun) yaitu 14,8 % (163 Responden). Prosentase responden yang tidak mempunyai bayi BBLR adalah responden yang berusia tidak beresiko melahirkan bayi BBLR (20 – 35 tahun) yaitu 85,2% (953 responden), lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang berusia beresiko melahirkan bayi BBLR yaitu 78,6 % (253 Responden). Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa responden yang tidak melahirkan bayi BBLR tetapi berusia beresiko, hal ini terjadi karena usia kehamilan ibu tidak beresiko maka hal tersebut meminimalkan untuk tidak melahirkan bayi BBLR. Berdasarkan uji Chi-Square di dapat p-value 0,006 (p<0,05) dan Odds Ratio (OR = 1,564. Oleh karena p-value = 0.006 < α (0,05). Disimpulkan bahwa ada hubungan antara umur ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. Nilai Odds Ratio (OR) = 1,564 diartikan bahwa ibu yang berusia <20 tahun dan >35 tahun memiliki resiko 1,564 kali untuk melahirkan bayi BBLR daripada ibu yang berusia diantara 20-35 tahun dengan hasil terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu dengan kejadian BBLR diPusat Hospitalier UniversitaireButare, Rwanda. 2. Hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016 Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016, diketahui bahwa prosentase responden yang mempunyai bayi BBLR adalah responden yang usia kehamilannya beresiko melahirkan bayi BBLR (<37 minggu dan >42 minggu) yaitu 84,4 % (28 responden) dan 27,0% (40 responden), lebih tinggi dibandingkan dengan responden dengan usia kehamilannya tidak beresiko melahirkan bayi BBLR ( 37 – 42 minggu) yaitu 13,2% (164 responden). Prosentasi responden yang tidak mempunyai bayi BBLR adalah responden yang usia kehamilannya tidak beresiko melahirkan bayi BBLR ( 37-42 minggu) yaitu 86,8 % ( 1075 responden), lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang usia kehamilannya beresiko melahirkan bayi BBLR ( <37 dan >42 minggu) yaitu 15,2 % (5 responden) dan 73,0% (108 responden). Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa responden yang tidak melahirkan bayi BBLR tetapi usia kehamilannya beresiko, hal ini terjadi karena umur ibu yang beresiko, sehingga walaupun usia kehamilan ibu tidak beresiko tetapi umur ibu bersiko, hal ini akan meminimalkan untuk terjadinyaresiko melahirkan bayi BBLR, LILA normal (>23,5 cm) maka status gizi ibu terpenuhi, ibu tidak mengalami KEK sehingga walaupun usia kehamilan ibu beresiko tetapi jika ibu dalam kondisi baik, maka dapat meminimalkan terjadinya BBLR. Berdasarkan uji Chi-Square di dapat p-value 0,000 (p<0,05). Oleh karena p- value = 0,000 < α (0,05), disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia kehamilan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. Hal ini sesuai dengan beberapa teori, salah satunya yaitu teori yang dikemukakan oleh Rompas, (2005) Bahwa Usia kehamilan dapat mempengaruhi kejadian BBLR karena semakin pendek masa kehamilan semakin kurang sempurna pertumbuhan alat – alat tubuhnya sehingga akan turut mempengaruhi berat badan waktu lahir. 3. Hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. Hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016, diketahui bahwa responden yang paritasnya beresiko melahirkan bayi BBLR (1-3 anak), yaitu 16,1 % (209 responden) lebih tinggi dibandingkan dengan responden yang paritasnya tidak beresiko melahirkan BBLR (>3 anak) 19,3 % (23 responden). Prosentase responden yang tidak mempunyai bayi BBLR adalah responden yang yang paritasnya tidak beresiko melahirkan bayi BBLR (1-3 anak) yaitu 83,9% (1092 responden), lebih tinggi dibandingakn responden yang paritasnya beresiko melahirkan bayi BBLR ( >3 anak) yaitu 80,7 % (96 responden). Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa responden yang tidak melahirkan bayi BBLR tetapi paritasnya beresiko , hal ini terjadi karena umur dan usia kehamilan responden tidak beresiko, sehingga Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 walaupun paritas ibu beresiko tetapi usia dan jarak kehamilan ibu tidak beresiko maka hal tersebut meminimalkan untuk tidak terjadinya bayi BBLR, Selain itu jarak kehamilan juga ikut mempengaruhi apabila jarak kehamilan pendek (kurang dari 2 tahun) dapat menyebabkan kelemahan dan kelelahan otot rajim, sehingga Rahim belum siap untuk meneriam implantasi, oleh karena itu janin tumbuh kurang sempurna. (Dwijayanti, 2005). Berdasarkan uji Chi-Square di dapat p-value 0,428 (p>0,05) dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016. Pada penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Winkjosastro, (2008) bahwa pada umumnya kejadian BBLR dan kematian perinatal meningkat seiring dengan meningkatnya paritas ibu, terutama bila peritas lebih dari 3. Hal initidaksesuaidenganteori yang adakarenahampirseluruhresponden yang melahirkanbayi BBLR adalahibudenganprimipara hal ini dikarenakanbukanhanyaparitas yang mempengaruhiterjadinya BBLR melainkanbanyakhal yang dapatmempengaruhinyasepertiadan yakelainan padajaninitusendiri, jarak , keadaansosialekonomi yang rendah, gayahidupibusaathamilsertakurangn yapengeta huanibutentanghal-hal yang harusdiperhatikansaathamil. KESIMPULAN 1. Umur ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 2. 3. 4. 5. 6. yang beresiko melahirkan BBLR (≤20 dan ≥35 tahun) yaitu 21,4% (69 responden) dan yang tidak beresiko melahirkan BBLR (20 – 35 tahun) yaitu 14,8% (163 responden). Usia kehamilan ibu bersalin di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 yang beresiko melahirkan BBLR (≤37 dan ≥42 minggu) yaitu 84,8% dan 27,0% (28 dan 40 responden) sedangkan yang tidak beresiko melahirkan BBLR sejumlah 13,2% (164 responden Paritas ibu yang bersalin di RSUD Tugurejo Semarang Tahun 2016 yang beresiko melahirkan BBLR sejumlah 19,3% (23 responden) dan yang tidak beresiko melahirkkan BBLR sejumlah 16,1% (209 responden). Ada hubungan antara usia ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo semarang tahun 2016. Ibu yang berusia <20 tahun dan >35 tahun memiliki resiko terjadi BBLR sebesar 1,564 kali lebih besar dari pada ibu yang berusia 20 – 35 tahun. Tidak ada hubungan antara paritas dan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo semarang tahun 2016. Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,428 >artinya α (0,05) tidak ada hubungan antara paritas dengan kejadian BBLR. Ada hubungan antara usia kehamilan ibu dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo Semarang tahun 2016. Ibu yang umur kehamilannya <37 minggu dan >42 minggu memiliki resiko terjadi BBLR sebesar Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 SARAN 1. Bagi institusi pendidikan Diharapkan dapat menambah informasi dan dapat menjadikan rujukan bagi penelitian selanjutnya untuk meneliti faktor – faktor lain yang berhubungan dengan kejadian BBLR. 2. Bagi RSUD Tugurejo Semarang Diharapkan sebagai tenaga kesehatan di Rumah Sakit dapat meningkatkan pelayanan terhadap ibu hamil terutama dengan ibu hamil yang beresiko melahirkan bayi dengan BBLR, untuk dapat memberikan penyuluhan pada ibu hamil dengan usia ibu dan usia kehamilan ibu yang beresiko melahirkan BBLR. 3. Bagi ibu hamil Disarankan pada ibu – ibu hamil sebaiknya hamil pada umur 20 35 tahun karena tidak beresiko melahirkan bayi dengan BBLR, serta dapat mewaspadai usia kehamilan ibu yang beresiko yaitu (<37 dan >42 minggu) untuk selalu memeriksakan kehamilannya ke tenaga kesehatan terdekat. DAFTAR PUSTAKA Amalina, 2015.Hubungan Ukuran Lingkar Lengan Atas Ibu dengan Bayi Baru Lahir Di Rumah Bersalin Widuri. Jurnal. Poltekkes Permata Indonesia Andrian, P. 2014. Hubungan Umur dan Paritas Ibu dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Ahmad Mochtar Kota Bukuttinggi Tahun 2014. Skripsi. Stikes Yarsi Sumbar Bukittinggi Bayingana, C, dkk. 2010. Risk factors of preterm delivery of low birth weight (plbw) in an African population. Department of Clinical Biology, National University of Rwanda, Centre Hospitalier UniversitaireButare, Rwanda. BKKBN. Profinsi Papua, 2007. Ingin Memiliki Kesehatan Reproduksi Prima. http://pikas.bkkbn.go.id (diakses tanggal 2 Desember 2016 pukul 09.30 WIB Chowdry, P. dkk. 2013. Results of Controlled Double-Blind Study of Thyroid Replacement in Very Low-Birth-Weight Premature Infants with Hypothyroxinemia., Vol. 73 No. 3 march 2013. Department of Pediatrics, Georgetown University School of Medicine Washington Depkes RI, 2008. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta Depkes RI, 2011. Profil Kesehatan Indonesia, Jakarta Hidayat A, 2011. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta :Salemba Medika Sopiyudin, D, 2010. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan Edisi. 5. Jakarta : Salemba Medika Kementrian kesehatan republik indonesia, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2010. Jakarta : kementrian Kesehatan Republik Indonesia. http://www.depkes.go.id/downlo ads/PROFIL_KESEHATAN_IN DONESIA_2010.pdf (diakses pada 3 desember 2016 tanggal 10.00 pukul) Kholifah, dkk. 2012. Hubungan Paritas Dengan Berat Badan Lahir Rendah Di Wilayah Kerja Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 Puskesmas Bareng Kabupaten Jombang Tahun 2012. Jurnal. STIKES Pemkab Jombang. Lubiz, Z, 2005. Status Gizi Ibu Hamil serta Pengaruhnya Terhadap Bayi yang Dilahirkan. Pengantar Falsafah Sains (PPS7020) Program PascaSarjana S3 IPB NOV, 2003. Bogor. Lumbanraja, S, dkk. 2013. Maternal weight gain and correlation with birth weight infants Department of Obstetrics and Gynecology, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia Manuaba, 2007. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC , 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Martika, 2012. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).Yogyakata. Merzalia, N. 2012. Determinan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Kabupaten BelitungTimur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2011, Skripi. Depok : Universitas Indonesia Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Matenitas. Jakarta : Salemba Medika. Muslihatun. W. N. (2011). Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.Yogyakarta : Fitramaya. Nagargoje, M, M. dkk. 2011. A case control study for risk factors of low birth weight in Nagpur city of Maharashtra. Indian Journal of Community Health Vol. 22 No. 2, Vol. 23 No. 1 July 2010June 2011 Nining, dkk, 2010, Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Kejadian BBLR, di Ruang BBLR RSUP Dr. Kariadi Semarang . Jurnal. Akademi Kesehatan Abdi Husada Semarang. Notoadmodjo, S. 2 010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : RinekaCipta Nurfitria, U. 2016. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja Puskesmas Sukorejo Ponorogo . (Skripsi). Bogor : Institut Pertanian Bogor Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta : Nuha Medika Praputranto, 2008. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi,Yogyakarta : Pustaka Pelajar Prawirohardjo. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Proverawati dan Ismawati. 2010. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Yogyakarta : YBPSP Proverawati, A. 2010. Nutrisi Janin dan Ibu Hamil. Diva Press : Yogyakarta Rompas. J, 2005, Pengelolaan Persalinan Prematur. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/ files/145_11persalinanpretermpd f/145_11persalinanpretermhtml Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 (di akses tanggal 2 Desember 2016 pukul 09.00 WIB) Profil kesehatan Semarang .2014. Kejadian BBLR di Kabupaten Semarang. http://www.depkes.co.id/downlo ads/14.semarang.pdf (diakses pada tanggal 3 desember 2016 pukul 11.00 WIB) Puspitasari, I. 2011. Hubungan antara Karakteristik Kehamilan Dengan Kejadian Partus Prematur. http://alumni.unair.ac.id/kumpul anfile/10387856553_abs.pdf. (Di akses pada tanggal 4 Desember 2016 pukul 09.00 WIB) Rini, Amelia. 2010, Hubungan Penambahan Berat Badan Ibu Selama Kehamilan dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir di RSU IBNU SINA Bukit Tinggi. Jurnal. STIKES Prima Nusantara Bukittinggi. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian RI tahun 2013. (Diakses pada tanggal 6 Desember 2016 pukul 09.00 WIB) Reflita dan Hasni, M. 2009. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah. Jurnal. Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang. Rochjati, P. 2008. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:Citra Cendikia. Sarwono, 2006. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. , 2011. . Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Simbolon, D. dan Aini, N. 2013. Kehamilan Usia Remaja Prakondisi Dampak Status Gizi terhadap Berat Lahir Bayi Kabupaten Rejang Lebong Provinsi Bengkulu. Jurnal. Jawa Timur : FKM Universitas Jember. Saifuddin, dan Bari. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Bina Pustaka Sarwono 2006. Ilmu Kebidanan, Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Siyoto. 2012. Buku Ajar Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika. Sugiyono, 2010. Statistik untuk Penelitian.Bandung : Alfabeta Syaifuddin. 2007. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK-UI Taywade, M.L dan Pissude P,M. 2016. Study of sociodemographic determinants of low birth weight in Wardha district. India Institute of Medical Sciences. Odisha, India Tom Lissauer dan Fanaroff Avroy A., 2008 Neonatology at Glance, 2nd edition. Turhayati. 2006. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah,Yogyakarta : Genius Printika WHO, UNICEF, Low Birth Weight County, Regional and Global estimates Newyork : WHO, 2014 Wong, 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatick Wong, Volume 1. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran : EGC. Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016 Faktor – faktor ibu yang berhubungan dengan kejadian BBLR di RSUD Tugurejo tahun 2016