skripsi pengembangan sistem informasi diagnosis penyakit tht pada

advertisement
SKRIPSI
PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAGNOSIS PENYAKIT
THT PADA MANUSIA DENGAN METODE FORWARD
CHAINING
INFORMATION SYSTEM DEVELOPMENT TO DIAGNOSE THT
DISEASE ON HUMAN USING FORWARD CHAINING METHOD
Diajukan untuk memenuhi salah satu
syarat memperoleh gelar Sarjana Komputer
Disusun Oleh:
Nama
: Achmad Rofi’uddin Annur
NIM
: A11.2010.05470
Program Studi
: Teknik Informatika – S1
FAKULTAS ILMU KOMPUTER
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2015
i
PERSETUJUAN LAPORAN TUGAS AKHIR
Nama Pelaksana
: Achmad Rofi’uddin Annur
NIM
: A11.2010.05470
Program Studi
: Teknik Informatika
Fakultas
: Ilmu Komputer
Judul Tugas Akhir
: Pengembangan Sistem Informasi Diagnosa Penyakit THT
pada Manusia Dengan Menggunakan Metode Forward
Chaining
Tugas Akhir ini telah diperiksa dan disetujui,
Semarang, 29 Oktober 2015
Menyetujui :
Mengetahui :
Pembimbing
Dekan Fakultas Ilmu Komputer
Slamet Sudaryanto N., ST, M.Kom
Dr. Abdul Syukur, M.M
NPP. 0686.11.2009.361
NPP.0686.11.1992.017
ii
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI
Nama Pelaksana
: Achmad Rofi’uddin Annur
NIM
: A11.2010.05470
Program Studi
: Teknik Informatika
Fakultas
: Ilmu Komputer
Judul Tugas Akhir
: Pengembangan Sistem Informasi Diagnosa Penyakit THT pada
Manusia Dengan Menggunakan Metode Forward Chaining
Tugas Akhir ini telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji pada
Sidang tugas akhir tanggal 29 Oktober 2015. Menurut pandangan kami, tugas akhir
ini memadai dari segi kualitas maupun kuantitas untuk
penganugrahan gelar Sarjana Komputer (S.Kom.)
Semarang, 29 Oktober 2015
Dewan Penguji:
Aripin, M.Kom
Noor Ageng Setiyanto, M.Kom
Anggota 1
Anggota 2
Ifan Rizqa, M.Kom
Umi Rosyidah, S.Kom, M.T
NPP. 0686.11.2001.267
NPP.0686.11.2009.372
Ketua Penguji
Desi Purwanti Kusumaningrum, M.Kom
NPP.0686.11.2009.360
iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Sebagai Mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, yang bertanda tangan di bawah ini,
saya:
Nama
: Achmad Rofi’uddin Annur
NIM
: A11.2010.05470
Menyatakan karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengembangan Sistem Informasi Diagnosa Penyakit THT pada Manusia Dengan
Menggunakan Metode Forward Chaining
Merupakan karya asli saya (kecuali cuplikan dan ringkasan yang masing-masing telah
saya jelasakan sumbernya dan perangkat pendukung seperti webcam dll). Apabila di
kemudian hari, karya saya disinyalir bukan merupakan karya asli saya, yang disertai
dengan bukti-bukti yang cukup, maka saya bersedia untuk dibatalkan gelar saya beserta
hak dan kewajiban yang melekat pada gelar tersebut. Demikian surat pernyataan ini
saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Semarang,
Pada tanggal
: 29 Oktober 2015
Yang menyatakan
(Achmad Rofi’uddin Annur)
iv
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai mahasiswa Universitas Dian Nuswantoro, yang bertanda tangan di bawah ini,
saya:
Nama : Achmad Rofi’uddin Annur
NIM
: A11.2010.05470
Demi mengembangkan Ilmu Pengetahuan, menyetujui untuk memberikan Universitas
Dian Nuswantoro Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-exclusive Royalty-Free
Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Pengembangan Sistem Informasi Diagnosa Penyakit THT pada Manusia Dengan
Menggunakan Metode Forward Chaining
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif
ini Universitas Dian Nuswantoro berhak untuk menyimpan, mengcopy ulang
(memperbanyak), menggunakan, mengelolanya
dalam bentuk pangkalan
data
(database), mendistribusikannya dan menampilkan/mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta.
Saya bersedia untuk menanggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak Universitas
Dian Nuswantoro, segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak
Cipta dalam karya ilmiah saya ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Semarang,
Pada tanggal
: 29 Oktober 2015
Yang menyatakan
(Achmad Rofi’uddin Annur)
v
UCAPAN TERIMA KASIH
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada penulis sehingga laporan tugas akhir dengan
judul “PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI DIAGNOSIS PENYAKIT THT
PADA MANUSIA DENGAN METODE FORWARD CHAINING” dapat penulis
selesaikan sesuai dengan rencana karena dukungan dari berbagai pihak yang tidak
ternilai besarnya. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.
Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom, selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.
2.
Dr. Abdul Syukur selaku Dekan Fasilkom.
3.
Heru Agus Santoso, Ph.D, selaku Ka Progdi Teknik Informatika.
4.
Slamet Sudaryanto N., ST, M.Kom, selaku pembimbing tugas akhir yang
memberikan informasi referensi yang penulis butuhkan dan bimbingan yang
berkaitan denga n penelitian penulis.
5.
Dosen-dosen pengampu di Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika Universitas
Dian Nuswantoro Semarang yang telah memberikan Ilmu dan pengalamannya
masing-masing, sehingga ilmunya bermanfaat.
6.
Kepada Hadratus Syekh Ahmad Asrori Al-Ishaqi sebagai guru sepiritual penulis.
7.
Untuk Ayah, Ibu, Istri dan Anak yang aku sayangi, untuk segala do’a dan
motivasinyanya yang begitu besar buat penulis.
8.
Seluruh teman yang telah memberikan masukan dan semangat untuk dapat
menyelesaikan tugas akhir dengan tepat waktu.
9.
Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah Subhanahuwata’ala memberikan balasan yang lebih besar kepada beliaubeliau, dan pada akhirnya penulis berharap bahwa penulisan laporan tugas akhir ini
dapat bermanfaat dan berguna sebagaimana fungsinya.
Semarang,
Penulis
vi
ABSTRAK
Dalam dunia kesehatan sangat penting untuk mengetahui gejala dari suatu penyakit agar
dapat mendiagnosa penyakit pada pasien. Contohnya pada penyakit yang menyerang
THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan).THT merupakan singkatan dari telinga
hidung tenggorakan, telinga merupakan oragan pendengaran dan keseimbangan, yang
terdiri dari telinga luar, telinga tengah, dan telinga dalam. Hidung merupakan organ
penciuman dan jalan utama keluarmasuknya udara dari dan ke paru-paru, Tenggorokan
merupakan saluran berotot tempat jalannya makanan ke kerongkongan dan tempat
jalannya udara ke paru-paru. Pemahaman masyarakat akan penyakit THT masih sangat
kurang, sebagian besar tidak terlatih secar medis sehingga apabila mengalami gejala
penyakit belum tenttu dapat memahami cara-cara penanggulangan.Dalam mendiagnosa
penyakit calon pasien harus datang ke rumah sakit dan mengantri, tetapi tidak semua
calon pasien memiliki waktu dan biaya untuk periksa. Maka dibutuhkan aplikasi yang
dapat membantu calon pasien dalam melakukan diagnosa awal penyakit yang
dimilikinya. Tujuan dari pembangunan sistem informasi ini adalah untuk membantu
masyarakat untuk mendeteksi gangguan pada THT berdasarkan gejala yang terlihat dan
penanganan sederhana yang dapat diberikan jika terdeteksi penyakit pada THT, dan data
yang nanti akan ditampilkan merupakan data gejala dan penanggulangannya dalam
mengatasi masalah penyakit THT. Dalam pengembangan aplikasi menggunakan metode
Forward Chaining, bahasa pemrograman PHP dan Black Box Texting.
Kata kunci : THT, Sistem Informasi, Forward Chaining
vii
Abstract
In momentous health the world to know phenomena of a disease to be able to diagnose
disease on patient. Its example on disease that attacks THT (Ear, Nose and
Tenggorokan). Tht is an abbreviation of the ear the nose throat , the ear is oragan
hearing and equilibrium , consisting of the external ear , the middle ear , and the inner
ear .The nose is the organ of smell and the main road out the entrance of air to and from
the lungs , the windpipe is channel muscular place the way food to the and place the
way of air to the lungs .The understanding of the community will disease tht is very
weak , most of them are not trained secar medical when experience symptoms of the
disease have not yet certainly can understand ways reduction. Since in diagnose patient
candidate disease shall come to hospital and queuing up, but is not all prospective
patient get time and cost to check. Therefore needed application which can help patient
candidate in do diseased startup diagnosis that its proprietary. To the effect of this
information system development is subject to be help society to detect trouble on THT
bases phenomena that visually and allocable simple handle if detected diseased on THT.
And data will be displayed represents data symptoms and countermeasures in
overcoming issues of disease tht In application development utilizes to methodic
Forward Chaining, PHP programming languages and Black Box Texting.
Keywords : ENT, Information system, Forward Chaining
viii
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Sampul Dalam.....................................................................................................i
Halaman Persetujuan ........................................................................................................ ii
Halaman Pengesahan....................................................................................................... iii
Halaman Pernyataan Keaslian Tugas Akhir.....................................................................iv
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi ......................................................................v
Halaman Ucapan Terima Kasih........................................................................................vi
Halaman Abstrak ............................................................................................................ vii
Halaman Abstrack ......................................................................................................... viii
Halaman Daftar Isi............................................................................................................ix
Halaman Daftar Gambar................................................................................................. xii
Halaman Daftar Tabel ....................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah......................................................................................1
1.2. Perumusan Masalah.............................................................................................2
1.3. Batasan Masalah..................................................................................................3
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................................3
1.4.1. Tujuan Penelitian .......................................................................................3
1.4.2. Manfaat Penelitian .....................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka .................................................................................................4
2.1.1. Pustaka yang Terkait dengan Penelitian ....................................................4
2.1.2. Perbedaan Penelitian yang dilakukan Peneliti Terdahulu..........................6
2.2. Definisi Sistem ....................................................................................................7
2.3. Definisi Informasi................................................................................................7
2.4. Definisi Sistem Informasi....................................................................................7
ix
2.5. Metode Pemecahan Masalah ...............................................................................8
2.5.1. Arah Penelusuran.....................................................................................8
2.5.2. Topologi Penelusuran ............................................................................10
2.6. Software Aplikasi Web .....................................................................................12
2.6.1. PHP........................................................................................................12
2.6.2. HTML.................................................................................................. 13
2.7. Penyakit THT ....................................................................................................16
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian ................................................................................................31
3.2. Jenis Sumber Data .............................................................................................31
3.3. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................32
3.4. Kerangka Pikir...................................................................................................33
3.5. Pemilihan Arah Penelusuran .............................................................................34
3.6. Metode Pengembangan Aplikasi.......................................................................38
BAB IV RANCANGAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI
4.1. Analisis Sistem ..................................................................................................40
4.1.1. Lingkup Analisis Sistem ............................................................................40
4.2. Perancangan Sistem...........................................................................................41
4.3. Implementasi Sistem .........................................................................................53
4.3.1.Tampilan Source Code ...............................................................................54
4.4. Faktor Kepastian................................................................................................57
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Tahap Implementation.......................................................................................63
5.1.1. Tampilan Menu Awal.................................................................................63
5.1.2. Tampilan Input Data Pasien .......................................................................63
5.1.3. Tampilan Pertanyaan..................................................................................64
5.1.4. Tampilan Hasil Analisa..............................................................................65
5.1.5. Tampilan Cara Penggunaan .......................................................................65
5.1.6. Tampilan Login Adminitrator ....................................................................66
5.1.7. Tampilan Awal Administrator ...................................................................67
x
5.1.8. Tampilan Input Masalah THT....................................................................67
5.1.9. Tampilan Data Masalah THT.....................................................................68
5.1.10. Tampilan Edit Masalah THT......................................................................68
5.1.11. Tampilan Input Gejala................................................................................69
5.1.12. Tampilan Data Gejala.................................................................................70
5.1.13. Tampilan Edit Gejala .................................................................................70
5.1.14. Tampilan Input Relasi Masalah..................................................................71
5.1.15. Tampilan Input Relasi Gejala.....................................................................71
5.1.16. Tampilan Laporan Gejala...........................................................................72
5.1.17. Laporan Masalah ........................................................................................72
BAB VI PENUTUP
6.1. Kesimpulan........................................................................................................74
6.2. Saran..................................................................................................................74
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................76
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Diagram Pelacakan Kedepan .....................................................................9
Gambar 2.2 Diagram Pelacakan Ke Belakang...............................................................9
Gambar 2.3 Breadth First Search.................................................................................10
Gambar 2.4 Depth First Search....................................................................................11
Gambar 2.5 Best First Search ......................................................................................11
Gambar 2.6 Contoh Skrip HTML................................................................................14
Gambar 3.1 Arah Penelusuran .....................................................................................37
Gambar 3.2 Alur RADhal............................................................................................38
Gambar 4.1 Diagram Konteks .....................................................................................42
Gambar 4.2 Simbol Diagram Arus Data......................................................................43
Gambar 4.3 Diagram arus data ....................................................................................44
Gambar 4.4 Diagram Arus Data level 1 ......................................................................45
Gambar 4.5 Diagram Arus Data level 2 proses pengolahan data gejala masalah .......45
Gambar 4.6 Diagram Arus Data level 2 proses pengolahan data analisis masalah .....46
Gambar 4.7 Entitiy Relationship Diagram ..................................................................52
Gambar 4.8 Relasi Antar Tabel ...................................................................................53
Gambar 5.1 Tampilan Menu Awal ..............................................................................63
Gambar 5.2 Tampilan Input Data Pasien.....................................................................64
Gambar 5.3 Tampilan Data Pertanyaan.......................................................................64
Gambar 5.4 Tampilan Hasil Analisa............................................................................65
Gambar 5.5 Tampilan Cara Penggunaan .....................................................................66
Gambar 5.6 Tampilan Halaman Administrator ...........................................................66
Gambar 5.7 Tampilan Awal Administrator .................................................................67
Gambar 5.8 Tampilan Input Masalah THT .................................................................68
Gambar 5.9 Tampilan Data Masalah THT ..................................................................68
Gambar 5.10 Tampilan Edit Masalah THT ...................................................................69
Gambar 5.11 Tampilan Input Gejala .............................................................................69
Gambar 5.12 Tampilan Data Gejala ..............................................................................70
xii
Gambar 5.13 Tampilan Edit Gejala ...............................................................................70
Gambar 5.14 Tampilan Input Relasi Masalah ...............................................................71
Gambar 5.15 Tampilan Input Relasi Gejala ..................................................................72
Gambar 5.16 Tampilan Laporan Gejala ........................................................................72
Gambar 5.17 Tampilan Laporan Masalah .....................................................................73
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Perbedaan penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu ..........................6
Tabel 2.2 Jenis faringitis ............................................................................................22
Tabel 3.1 Tabel Kerangka Pikir .................................................................................34
Tabel 3.2 Tabel Arah Penelusuran .............................................................................34
Tabel 4.1 Tabel Analisa Hasil ....................................................................................47
Tabel 4.2 Tabel Gejala Masalah.................................................................................47
Tabel 4.3 Tabel Pakar.................................................................................................48
Tabel 4.4 Tabel Masalah ............................................................................................49
Tabel 4.5 Tabel Relasi................................................................................................49
Tabel 4.6 Tabel Tampil Analisa .................................................................................50
Tabel 4.7 Tabel Tampil Gejala...................................................................................50
Tabel 4.8 Tabel Tampil Pasien...................................................................................51
Tabel 4.9 Tabel Tampil Masalah................................................................................51
Tabel 4.10 Tabel Gejala Contract Ulcers .....................................................................57
Tabel 4.11 Tabel Gejala Abses Parafaringeal ..............................................................58
Tabel 4.12 Tabel Gejala Abses Paritonsiler .................................................................58
Tabel 4.13 Tabel Gejala Barotitis Media .....................................................................59
Tabel 4.14 Tabel Gejala Deviase Septum ....................................................................59
Tabel 4.15 Tabel Gejala Faringitis ...............................................................................60
Tabel 4.16 Tabel Gejala Kanker Laring.......................................................................60
Tabel 4.17 Tabel Gejala Kanker Leher dan Kepala .....................................................61
Tabel 4.18 Tabel Gejala Kanker Leher Metastatic.......................................................62
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
THT adalah singkatan dari telinga, hidung dan tenggorokan. Telinga
merupakan organ untuk pendengaran dan keseimbangan, yang terdiri dari telinga
luar, telinga tengah dan telinga dalam. Hidung merupakan organ penciuman dan
jalan utama keluar-masuknya udara dari dan ke paru-paru. Hidung juga
memberikan tambahan resonansi pada suara dan merupakan tempat bermuaranya
sinus paranasalis dan saluran air mata. Tenggorokan (faring) terletak di belakang
mulut, di bawah rongga hidung dan diatas kerongkongan dan tabung udara
(trakea). Tenggorokan merupakan saluran berotot tempat jalannya makanan ke
kerongkongan dan tempat jalannya udara ke paru-paru.
Penyakit yang menyerang THT masih dianggap sepele oleh masyarakat umum, sehingga
belum banyak yang mengetahui tentang penyakit THT dan gejala-gejala yang ada. Hal itulah yang
menyebabkan masyarakat enggan untuk memeriksakan diri ke dokter ketika menderita sakit yang
menyerang pada bagian THT. Saat penyakit yang menyerang pada bagian THT masyrakat hanya
menggunakan pengalaman atau intuisi dalam menyembuhkannya, sehingga tidak tertangani
dengan baik.
Akan tetapi sebagian masyarakat masih mau memeriksakan penyakit yang menyerang
THT ke dokter spesialis THT atau otolaringologis. Dalam sebuah pemeriksaan dokter akan
mendeteksi suatu penyakit yang terdapat dalam tubuh pasien dengan gejala atau keluhan pasien.
Yang dilakukan pasien adalah dengan langsung bertatap muka dengan dokter serta dokter
akan menanyakan gejala-gejala yang timbul pada sang pasien. Dalam sistem manual
tersebut memiliki suatu kelemahan dimana sang pasien harus datang menemui dokter
untuk berkonsultasi atau memeriksakan penyakit yang diderita pasien dan pasien
juga harus menyiapkan biaya yang dibutuhkan untuk memeriksakan penyakitnya.
Informasi saat ini yang tersedia hanya informasi yang menjelaskan tentang sebuah
penyakit dengan gejala yang ada, sehingga pasien atau dalam hal ini user harus
mencari satu persatu untuk melakukan diagnosa awal sakit yang dideritanya.
1
2
Sistem manual yang seperti itu dapat di permudah dengan suatu sistem
informasi dimana pasien tidak perlu datang kedokter untuk mendiagnosa penyakit
yang diderita sang pasien. Dengan menggunakan sistem informasi, pasien dapat menghemat
waktu dan dapat meningkatkan pelayanan pada pasien. Sistem informasi yang digunakan
adalah sistem informasi yang menggunakan metode Forward Chaining atau runut
maju. Metode ini menggunakan himpunan aturan kondisi aksi, data akan
digunakan untuk menentukan aturan mana yang akan dijalankan, kemudian aturan
tersebut dijalankan. Sehingga dalam hal ini sebuah teknologi informasi mampu
membantu masyrakat dalam mendiagnosa penyakit yang menyerang pada THT.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun sebuah sistem informasi
dengan metode inferensi forward chaining yang dapat membantu masyarakat
untuk mendeteksi ada tidaknya gangguan pada THT berdasarkan gejala-gejala
yang terlihat sehari-hari beserta penanganan sederhana yang dapat diberikan jika
terdeteksi penyakit pada THT.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu belum adanya sebuah aplikasi sistem
informasi untuk mendiagnosa penyakit pada THT dengan menggunakan
metode inferensi forward chaining.
1.3. Batasan Masalah
Batasan masalah pada sistem ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis penyakit yang didiagnosa yaitu penyakit pada THT manusia
2. Penyakit pada THT yang diteliti adalah penyakit yang umum dan mudah
dideteksi.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah Terciptanya sebuah aplikasi sistem informasi
untuk mendiagnosa penyakit pada THT dengan menggunakan metode
3
inferensi forward chaining dan membuktikan bahwa teknologi
informasi bisa mendukung dalam mendiagnosa penyakit THT.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Bagi Masyarakat
Memudahkan masyarakat untuk memperoleh diagnosa sementara
penyakit THT yang diderita dari gejala yang ada.
2. Bagi Instansi
Mempermudah ahli atau dokter spesialis THT dalam mendiagnosa
pasien.
BAB II
TINJUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini akan dipaparkan penjelasan tentang tinjauan pustaka
yang dipakai sebagai perbandingan dan juga acuan dalam pembuatan
“Pengembangan Sistem Informasi Diagnosis Penyakit THT pada Manusia
dengan metode Forward Chaining”. Tinjuan pustaka tersebut adalah hasil
dari penelitian terdahulu tentang informasi hasil penelitian yang telah
dilakukan sebelumnya dan menghubungkan dengan masalah yang sedang
diteliti.
2.1.1. Pustaka yang Terkait Dengan Penelitian
1. Gusti Ayu Kadek Tutik A (2009). Melakukan penelitian dengan judul
Penerapan Forward Chaining pada Program Diagnosa Anak Penderita
Autisme. Autisme merupakan gangguan perkembangan mental pada anak yang
menyebabkan seorang anak sulit untuk berinteraksi sosial. Diagnosa autisme
biasanya dilakukan oleh seorang pakar/ahli dibidang tumbuh kembang anak,
namun sebenarnya orang tua juga dapat melakukan diagnosa awal
kemungkinan autisme pada anak dengan melakukan pengamatan perilaku anak
dalam kesehariannya terutama dari cara komunikasi, berinteraksi sosial dengan
anak sebayanya, dan kemampuan berimajinasi pada anak. Aplikasi yang
dibangun bertujuan untuk membantu orang tua didalam melakukan diagnosa
awal
kemungkinan
autisme
pada
anak.
Pengetahuan
pada
sistem
dipresentasikan dalam bentuk aturan dan metode penalaran yang digunakan
adalah metode runut maju (forward chaining). Keluaran pada sistem ini berupa
ada tidaknya kemungkinan autisme pada seorang anak berdasarkan gejala/fakta
yang diberikan kepada sistem.
2. Evi Nurfitriani (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Sistem Pakar
Diagnosa Penyakit Kulit Pada Anak, menyebutkan bahwa anak yang
4
5
3. teridentifikasi ada keanehan pada kulitnya akan dibawa ke dokter atau
poliknik, akan tetapi jam kerja dokter dan proses antri yang tidak sebentar
menjadikan
kendala-kendala
yang
dihadapi
oleh
orang
tua
dalam
memeriksakan penyakit kulit pada anaknya. Sistem pakar yang dibuat
bermanfaat untuk memberikan diagnosa awal tentang penyakit kulit pada anak
sehingga dapat memberikan solusi berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan
oleh anak tersebut sehingga dapat memberikan solusi seperti yang diberikan
oleh dokter. Penggunan metode fordward chaining dengan proses penuluran
dapat digunakan untuk pembuatan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit Pada
Anak.
4. Adhi Kusnadi (2013) dalam penelitiannya yang berjudul Perancangan Aplikasi
Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit pada Manusia, menyebutkan bahwa
dalam masalah kesehatan semakin banyak jumlah penderita suatu penyakit dan
bertambah pula jenis penyakit. Sedangkan jumlah ahli kesehatan seperti dokter
terbatas jumlahnya sudah banyak aplikasi sistem pakar yang mampu
mendiagnosis berbagai jenis penyakit pada manusia antara lain penyakit mata,
THT (telinga, hidung, tenggorokan), mulut, organ dalam (jantung, hati, ginjal),
maupun AIDS, akan tetapi masih banyak juga penyakit yang belum ada belum
dibuat sistem diagnosanya. Sistem pakar yang dibuat bermanfaat untuk
membantu membantu ahli kesehatan, penderita atau siapapun yang bergerak
dibidang kesehatan untuk meringankan pekerjaannya.
2.1.2. Perbedaan Penelitian Yang Dilakukan Dengan Peneliti Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis memiliki persamaan dengan peneliti
sebelumnya yaitu diantaraya adalah penulis melakukan penelitian lalu
membuat pengembangan sistem yang digunakan untuk mempermudah
melakukan diagnosa awal penyakit pada THT dengan memasukan informasi
untuk mendapatkan hasil diagnosa. Sedangkan perbedaan dengan penelitian
yang dilakukan sebelumnya adalah pada penyakit yang menjadi objek
penelitian yaitu pada THT (Telinga, Hidung dan Tenggorokan).
6
Tabel 2.1 Perbedaan Penelitian yang dilakukan penelitian terdahulu
No
1
Judul
Nama Peneliti
Penerapan Forward Gusti
Chaining
Ayu 1.Objek yang diteliti yaitu
pada Kadek Tutik A
Program Diagnosa
Anak
Perbedaan
pada THT ( Telinga, Hidung
dan Tenggorokan)
Penderita
Autisme
2
Sistem
Pakar Evi Nurfitriani
1.Objek yang diteliti yaitu
Diagnosa Penyakit
pada THT ( Telinga, Hidung
Kulit Pada Anak
dan
Tenggorokan)
dan
rentang usia yang diteliti
adalah semua umur
3
Perancangan
Aplikasi
Adhi Kusnadi
Sistem
Pakar
untuk
Mendiagnosa
Penyakit
Manusia
pada
1.Objek yang diteliti yaitu
pada THT ( Telinga, Hidung
dan Tenggorokan)
2.
menggunakan
metode
Forward Chaining
2.2. Definisi Sistem
Sistem dapat didefinisikan dengan dua pendekatan yaitu :
1. Dengan pendekatan prosedur, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan
dari prosedur-prosedur yang mempunyai tujuan tertentu.
7
2. Pendekatan komponen, sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan yang
saling berhubungan satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk
mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem sebenarnya terdiri atas dua bagian,
yaitu struktur dan proses. Struktur adalah komponen dari sistem tersebut dan
proses adalah prosedurnya.
2.3. Definisi Informasi
Informasi adalah data yang telah diolah menjadi bentuk yang berguna
bagi para pemakainya. Untuk dapat berguna, maka informasi harus didukung
oleh tiga pilar sebagai berikut: tepat kepada orangnya atau relevan (relevance),
tepat waktu (timeliness), dan tepat nilainya atau akurat (accurate)
2.4. Definisi Sistem Informasi
Sistem informasi adalah
kumpulan
antara sub-sub sistem yang saling
berhubungan yang membentuk suatu komponen yang didalamnya mencakup
input-proses-output yang berhubungan dengan pengolahan data menjadi
informasi sehingga lebih berguna bagi pengguna. Sistem informasi mencakup
sejumlah komponen (manusia, komputer, dan teknologi informasi), ada sesuatu
yang diproses (data menjadi informasi), dan dimaksudkan untuk mencapai suatu
sasaran atau tujuan.
2.5. Metode Pemecahan Masalah
Suatu perkalian inferensi yang menghubungkan suatu permasalahan dengan
solusinya disebut dengan rantai (chain). Suatu rantai yang dicari atau
dilewati/dilintasi dari suatu permasalahan untuk memperoleh solusinya disebut
forward chaining. Cara lain menggambarkan forward chaining ini adalah dengan
penalaran dari fakta menuju konklusi yang terdapat dari fakta. Suatu rantai yang
dilintasi dari hipotesa kembali ke fakta yang mendukung hipotesa tersebut adalah
backward chaining. Cara lain menggambarkan backward chaining adalah dalam
hal tujuan yang dapat dipenuhi dengan pemenuhan sub tujuannya.
8
Terdapat berbagai cara pemecahan masalah didalam sistem informasi. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan adalah arah penelusuran dan topologi penelusuran.
2.5.1. Arah Penelusuran
Arah penelurusan dibagi dua yaitu :
a. Forward chaining
Strategi dari sistem ini adalah dimulai dari inputan beberapa fakta,
kemudian menurunkan beberapa fakta dari aturan-aturan yang cocok pada
knowledge base dan melanjutkan prosesnya sampai jawaban sesuai. Forward
chaining dapat dikatakan sebagai penelusuran deduktif.
Fakta
kaidah
Kesimpulan
kaidah
Kesimpulan
kaidah
Kesimpulan
kaidah
Observasi
Fakta
kaidah
Observasi
Fakta
Kesimpulan
Gambar 2.1 Diagram Pelacakan Kedepan
Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan
b. Backward chaining
Strategi penarikan keputusan yang didasarkan dari hipotesa atau dugaan
yang didapat dari informasi yang ada. Ciri dari strategi ini adalah pertanyaan user.
Memperoleh fakta biasanya diajukan dalam bentuk “YA” atau “TIDAK”, proses
ini berdampak dengan diterima atau tidaknya hipotesis.
9
Observasi 1
Kaidah A
Fakta
Observasi 2
Kaidah D
Kaidah B
Fakta
Observasi 3
Kaidah E
Kaidah C
Observasi 4
Fakta
Gambar 2.2 Diagram Pelacakan Ke Belakang
Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan
Ada empat faktor metode menentukan mana arah yang lebih baik digunakan dari
dua arah penelusuran yaitu :
a. Jumlah keadaan awal dan keadaan akhir akan lebih mudah bila bergerak dari
kumpulan keadaan yang lebih sedikit ke kumpulan yang lebih banyak.
b. Besar kecilnya faktor percabangan lebih baik menuju ke arah yang faktor
percabangannya sedikit.
c. Proses penalaran program sangatlah penting untuk menuju kearah yang lebih
condong dengan cara pemikiran pemakai.
d. Kejadian yang memicu rangkaian tindakan pemecahan masalah. Jika kejadian
ini adalah kedatangan fakta baru, maka dipilih forward chaining, tetapi jika
kejadian ini adalah suatu pertanyaan yang membutuhkan tanggapan, akan lebih
baik jika dipilih backward chaining.
3. Topologi Penelusuran
a.
Breadth First Search
Metode penelusuran ini memeriksa semua node (simpul) pohon pencarian,
dimulai dari simpul akar. Simpul-simpul dalam tingkat diperiksa seluruhnya
sebelum pindah ke simpul di tingkat selanjutnya. Proses ini bekerja dari kiri ke
kanan, baru bergerak ke bawah. Ini berlanjut sampai ke titik tujuan.
10
Level 0
1
Level 1
2
Level 2
5
3
6
7
4
8
9
10
gamb
ar 2.3 Breadth First Search
Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan
b. Depth First Search
Metode ini memulai penelusuran dari node sampai simpul akar, selanjutnya
menuju ke bawah dulu baru bergerak ke samping dari kiri ke kanan, proses ini
akan berlanjut sampai ditemukan simpul tujuan.
Level 0
1
Level 1
2
Level 2
Level 3
3
4
5
6
7
8
11
9
12
10
13
14
15
16
Gamba
r 2.4 Depth First Search
Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan
c. Best First Search
Bekerja berdasarkan kombinasi kedua metode sebelumnya. Gambar 2.5
menunjukkan penelusuran secara best first search.
11
Level 0
1
Level 1
Level 2
2
5
3
6
7
4
8
9
10
Gambar 2.5 Best First Search
Sumber :Sutojo, dkk. 2011. Kecerdasan Buatan
2.6.
Software Aplikasi Web
2.6.1. PHP (HyperText Preprocessor)
Menurut dokumen resmi PHP, PHP merupakan singkatan dari Hypertext
Preprocessor
yang digunakan sebagai
bahasa script
server-side dalam
pengembangan web yang disisipkan pada dokumen HTML.
Secara khusus, PHP di rancang untuk membentuk aplikasi web dinamis.
Artinya, PHP dapat membentuk suatu tampilan berdasarkan permintaan terkini.
Misalnya, anda bisa menampilkan isi database ke halaman web. Pada prinsipnya
PHP mempunyai fungsi yang sama dengan skrip-skrip seperti ASP, Cold Fusion,
ataupun Perl. Namun perlu diketahui bahwa PHP sebenarnya bisa dipakai secara
command line. Artinya, skrip PHP dapat dijalankan tanpa melibatkan web server
maupun browser.
PHP diciptakan pertama kali oleh Rasmus Lerdorf pada tahun 1994.
Awalnya, PHP digunakan untuk mencatat jumlah serta untuk mengetahui siapa
saja pengunjung pada homepage-nya. Rasmus Lerdorf adalah salah seorang
pendukung open source. Oleh karena itu, ia mengeluarkan Personal Home Page
Tools versi 1.0 secara gratis, kemudian menambah kemampuan PHP 1.0 dan
meluncurkan PHP 2.0.
12
Pada tahun 1996, PHP telah banyak digunakan dalam website di dunia.
Sebuah kelompok pengembang software yang terdiri dari Rasmus, Zeew Suraski,
Andi Gutman, Stig Bakken, Shane caraveo, dan Jim Winstead bekerja sama untuk
menyempurnakan PHP 2.0. Akhirnya, pada tahun 1998, PHP 3.0 diluncurkan.
Penyempurnaan terus dilakukan sehingga pada tahun 2000 dikeluarkan PHP 4.0.
Tidak berhenti sampai disitu, kemampuan PHP terus ditambah, dan saat buku ini
disusun, versi terbaru yang telah dikeluarkan adalah PHP 5.0.x.
Pada saat ini PHP cukup popular sebagai piranti pemrograman web,
terutama di lingkungan Linux. Walaupun demikian, PHP juga sebenarnya dapat
berfungsi pada server – server yang berbasis UNIX, Windows, Macintosh.
2.6.2. Hypertext Markup Language (HTML)
HTML adalah
kependekan dari (HyperText Markup Language),
merupakan suatu format data yang digunakan untuk membuat dokumen
hypertext
yang dapat dibaca dari satu platform komputer ke platform
komputer lainnya tanpa perlu melakukan suatu perubahan apapun. Dokumen
HTML disebut Markup Language karena mengandung tag-tag tertentu yang
digunakan untuk menentukan tampilan suatu teks dan tingkat kepentingan
dari teks tersebut dalam suatu dokumen
Semua tag-tag HTML bersifat dinamis, artinya kode HTML tidak
dapat dijadikan executable program. Hal ini disebabkan HTML hanyalah
sebuah bahasa scripting yang dapat berjalan apabila dijalankan di dalam
browser, browser-browser yang mendukung HTML antara lain adalah
Internet Explorer, Netscape Navigator, Opera, Mozila dan lain-lain.
Semua bahasa scripting yang berjalan di bawah web dapat didukung
oleh HTML, biasanya bahasa-bahasa tersebut melakukan Embeded Script
pada tag-tag HTML. Karena HTML hanyalah merupakan bahasa scripting
dan bukan merupakan kode compiler maka semua kode-kode program
dengan
menggunakan
editor
yang
disukai,
misalnya
Macromedia
13
Dreamwever, Front Page, Home Editor atau dapat juga menggunakan
Notepad sebagai Editor standar Windows.
HTML memiliki beberapa sintaks dasar yang hampir mirip dengan
semua pemprograman baik yang berbasis Web maupun visual. Kemiripan itu
adalah bahwa semua struktur pemprograman harus ada sintaks yang
menyatakan program itu dimulai dan akhir sintaks.
Struktur sebuah dokumen HTML pada dasarnya dibagi menjadi dua
bagian besar, yaitu header dan body. Masing-masing ditandai oleh pasangan
container tag <head> dan <body>. Bagian <head>berisikan judul dokumen
dan informasi-informasi dasar lainnya, sedangkan bagian <body>adalah
bagian dokumennya. Pengaturan format teks dan pembentukan link
dilakukan terhadap objectnya langsung dengan ditandai oleh tag-tag HTML,
seperti yang terlihat sebagai berikut:
<html>
<head><title> Ini adalah judul </title></head>
<body bgcolor=”#ffffff”>
<h1> Ini adalah heading </h1>
Bagian tubuh dokumen. Semua yang ditulis disini akan ditampilkan ke layar
browser
</body></html>
Gambar 2.6 Contoh Skrip HTML
Dalam dunia web, perangkat lunak client, yaitu browserweb mempunyai
tugas yang sama yaitu menterjemahkan informasi yang diterima dari serverweb
dan menampilkannya pada layar komputer pengguna. Oleh karena HTTP
memungkinkan serverweb mengirimkan beragam data, seperti teks atau gambar,
browser harus bisa mengenali berbagai macam data yang akan diterimanya, dan
14
selanjutnya harus tahu cara untuk menampilkannya dengan benar. Teks harus
ditampilkan sebagai teks dan gambar harus ditampilkan sebagai gambar.
Umumnya browserweb menerima data dalam bentuk HTML. File HTML
sebenarnya adalah file teks biasa yang selain berisi informasi yang hendak
ditampilkan kepada pengguna, juga mempunyai perintah-perintah untuk mengatur
tampilan data tersebut. Browser memiliki kuasa penuh dalam menerjemahkan
perintah-perintah tadi. Meskipun sudah dibuat consensus untuk menstandarkan
format dan elemen-elemen HTML, setiap jenis browser biasa menterjemahkan file
HTML yang sama secara berbeda.
Pada awalnya, protokol-protokol dasar web dikembangkan yaitu sekitar
awal tahun 1990-an, browserweb pertama dikenalkan oleh Mosaic yang dibuat
oleh National Center for Supercomputing Application (NCSA) di Amerika
Serikat. Mosaic dimaksudkan agar menjadi sebuah interface grafis yang mudah
dipergunakan, dengan demikian diharapkan dapat mempercepat perkembangan
dan dukungan umum akanweb. Mosaic langsung dibuat untuk tiga platform
berbeda, yaitu X Windows (untuk UNIX dan keluarganya), Microsoft Windows,
dan Macintosh.
Seiring dengan perkembangan jaman dan semakin populernya lingkungan
GUI (Graphical User Interface) membuat banyak orang berlomba-lomba
membuat program browser yang menarik serta mudah digunakan. Browserbrowser web modern dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas yang mendukung
tampilan multimedia berupa audio (suara), animasi tiga dimensi, bahkan video.
Program browserweb yang paling terkenal saat ini seperti Netscape Navigator,
Microsoft Internet Explorer, dan Mozilla.
Sementara itu serverweb pada dasarnya adalah perangkat lunak khusus yang
bertugas melayani permintaan dari browser web terhadap dokumen-dokumen
yang tersimpan didalamnya. Perangkat lunak server web sekarang telah tersedia
berbagai macam platform dan lingkungan sistem operasi untuk lingkungan UNIX,
dan paling popular adalah Apache, Netscape FastTrack, Sementara untuk
15
lingkungan windows tersedia Microsoft Internet InformationServer (IIS),
O’ReillyWebsite, dan masih banyak lagi. Sistem operasi jaringan Novell Netware
pun memiliki suatu modul add-on yang berfungsi sebagai server web, bisa
dijalankan pada saat startup jaringan.
Beberapa perangkat lunak server web mempunyai feature seperti server side
programming, security control dan sebagainya. Meskipun bermacam-macam,
secara fungsional semua jenis server websama yaitu berfungsi melayani
permintaan dari browserweb.
Beberapa aplikasi perangkat lunak untuk WebServer:
1. Apache HTTP Server – The Apache Software Foundation
2. PWS (Personal WebServer) – Microsoft Corporation
3. Internet InformationServer (IIS) – Microsoft Corporation
4. Xitami – iMatix Corporation
2.6. Penyakit THT (Otolaryngology)
Dalam laporan ini hanya membehas mengenai penyakit THT yang terdapat
dalam system.
1. Contact Ulcers
Definisi
Contact Ulcers adalah luka/koreng yang terasa nyeri pada selaput
lendir yang membungkus kartilago (tulang rawan) tempat melekatnya pita suara.
Penyebab
Contact
ulcers
biasanya
disebakan
oleh
penyalahgunaan
suara
(berbicara sekuat tenaga). Luka ini sering ditemukan pada penceramah (pendeta,
mubalig), sales representative dan pengacara.
Contact ulcers juga bisa disebabkan oleh:
1. rokok
2. batuk menahun
3. aliran balik asam dari lambung (refluks asam lambung).
16
Gejala
Gejalanya berupa nyeri ringan ketika penderita berbicara atau menelan dan suara
serak.
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejalanya. Untuk memastikan bahwa
bukan
merupakan
keganasan,
dilakukan
pengambilan
jaringan
untuk
diperiksa secara mikroskopis.
Pengobatan
Penderita diharuskan istirahat berbicara atau berbicara seperlunya,
minimal selama 6 minggu. Untuk menghindari kekambuhan, penderita harus
mengetahui batas-batas suaranya dan belajar menyesuaikan suaranya. Bisa
dilakukan terapi suara. Jika hasil rontgen menunjukkan adanya refluks asam
lambung, diberikan antasid atau obat anti-ulkus (misalnya penghambat histamin)
dan penderita tidur dengan posisi kepala lebih tinggi.
2. Abses Parafaringeal
Definisi
Abses Parafaringeal adalah penimbunan nanah di dalam kelenjar getah
bening yang terletak di samping tenggorokan (faring). Abses parafaringeal
biasanya terjadi setelah faringitis atau tonsilitis.
Penyebab
Penyebabnya adalah infeksi bakteri atau virus.
Gejala
Leher bagian depan (di bawah rahang) tampak membengkak. Penderita
mengalami gangguan menelan dan nyeri tenggorokan.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya.
Pengobatan
Pada awalnya diberikan suntikan penicillin, lalu dilanjutkan dengan
penicillin per-oral (melalui mulut).
17
3. Abses Peritonsiler
Definisi
Abses Peritonsiler adalah penimbunan nanah di daerah sekitar tonsil
(amandel). Abses peritonsiler merupakan komplikasi dari tonsilitis. Abses
peritonsiler bisa menyerang anak-anak yang lebih besar, remaja dan dewasa
muda. Tetapi sejak penggunaan antibiotik untuk mengobati tonsilitis, penyakit ini
sekarang relatif jarang ditemukan.
Penyebab
Penyebabnya biasanya adalah bakteri streptokokus beta hemolitik grup A.
Salah satu atau kedua tonsil terinfeksi, terbentuk nanah dan menyebar dari tonsil
ke jaringan di sekitarnya. Infeksi bisa menyebar ke langit-langit mulut,
leher ataupun dada (termasuk paru-paru).
Gejala
Gejalanya berupa:
nyeri tenggorokan
pembengkakan kelenjar getah bening leher
air liur menetes
sakit kepala
demam
suara serak (kadang-kadang).
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Pada
pemeriksaan leher dan tenggorokan, tonsil, langit-langit, tenggorokan, leher
dan kulit dada tampak merah dan membengkak. Pembiakan cairan yang berasal
dari abses bisa menunjukkan adanya bakteri.
Pengobatan
18
Diberikan antibiotik. Untuk mengatasi nyeri bisa diberikan analgetik (obat
pereda nyeri). Nanah biasanya dibuang dengan cara menyedotnya dengan
jarum suntik atau dengan membuat sayatan pada abses.
4. Barotitis Media (Aerotitis, Barotrauma)
Definisi
Barotitis Media (Aerotitis, Barotrauma) adalah gangguan telinga yang
terjadi akibat perubahan tekanan udara di telinga luar dan telinga tengah
yang dipisahkan oleh gendang telinga. Gendang telinga merupakan pemisah
antara saluran telinga dan telinga tengah. Jika tekanan udara di dalam saluran
telinga dan tekanan udara di dalam telinga tengah tidak sama, maka bisa
terjadi kerusakan pada gendang telinga. Dalam keadaan normal, tuba eustakius
(yang merupakan penghubung antara telinga tengah dan hidung bagian
belakang) membantu menjaga agar tekanan di kedua tempat tersebut tetap sama
dengan cara membiarkan udara dari luar masuk ke telinga tengah atau sebaliknya.
Penyebab
Penyebab terjadinya barotrauma adalah penyumbatan pada tuba eustakius.Jika
tuba eustakius mengalami penyumbatan sebagian maupun penyumbatan total
akibat adanya jaringan parut, infeksi atau alergi, maka udara tidak akan sampai ke
telinga tengah dan terjadilah perbedaan tekanan. Faktor resiko terjadinya
barotrauma adalah:
Perubahan ketinggian : misalnya penerbangan, menyelam atau bepergian
ke daerah pegunungan. Hidung tersumbat akibat alergi, pilek atau infeksi saluran
nafas atas.
Gejala
Penderita akan merasakan nyeri pada salah satu atau kedua telinganya,
yang disertai dengan hilangnya pendengaran yang sifatnya ringan. Penderita juga
merasakan telinganya penuh dan pusing. Jika keadaannya berat atau berlangsung
lama maka ketulian bisa bertambah berat, penderita merasakan adanya tekanan di
dalam telinganya dan mungkin akan terjadi perdarahan hidung.
Diagnosa
19
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya. Pada pemeriksaan
telinga dengan otoskop akan tampak penggembungan ringan atau retraksi (tarikan
ke dalam) pada gendang telinga.
Pengobatan
Jika selama mengikuti penerbangan perubahan tekanan yang terjadi secara
tiba-tiba menyebabkan rasa penuh atau nyeri di telinga, maka untuk menyamakan
tekanan di telinga tengah dan mengurangi rasa nyeri bisa diatasi dengan:
Menguap
mengunyah permen karet
mengisap permen
menelan.
Mengunyah atau menelan bisa membantu membuka tuba eustakius
sehingga udara bisa keluar-masuk untuk menyamakan tekanan dengan udara luar.
Penderita infeksi atau alergi hidung dan tenggorokan bisa mengalami rasa nyeri
ketika
bepergian
dengan
pesawat
terbang
atau
menyelam.
Untuk
meringankan penyumbatan dan membantu membuka tuba eustakius bisa diberikan
dekongestan, misalnya penilefrin dalam bentuk tetes hidung atau obat semprot.
Pencegahan
Gunakan dekongestan atau antihistamin sebelum mengalami perubahan
ketinggian. Selama menderita infeksi saluran nafas atas atau selama
serangan alergi sebaiknya tidak mengikuti penerbangan, menyelam atau
bepergian ke daerah dengan ketinggian yang berbeda.
5. Deviasi Septum
Definisi
Septum adalah pembatas lubang hidung kiri dan kanan, merupakan
kerangka penunjang yang dilapisi oleh selaput lendir dan sebagian besar
terdiri dari tulang rawan (kartilago). Idealnya, septum hidung terletak pada garis
tengah hidung. Diperkirakan 80% dari septum terletak menyimpang dari
20
garis tengah, dan hal ini seringkali tidak diperhatikan. Deviasi septum terjadi
jika septum bergeser sangat jauh dari garis tengah.
Penyebab
Deviasi septum biasanya terjadi akibat cacat bawaan atau cedera.
Gejala
Deviasi septum bisa menyebabkan satu atau beberapa gejala berikut:
Penyumbatan pada salah satu atau kedua lubang hidung
Perdarahan hidung berulang
Infeksi sinus berulang
Nyeri wajah, sakit kepala, post nasal drip
Mendengkur ketika tidur (pada bayi dan anak-anak).
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pengobatan
Jika deviasi septum menyebabkan perdarahan hidung atau infeksi sinus
berulang, dianjurkan untuk menjalani pembedahan septoplasti.
6. Faringitis
Definisi
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).
Penyebab
Faringitis bisa disebabkan oleh virus maupun bakteri. Kebanyakan
disebabkan
oleh
virus,
termasuk
virus
penyebab
common
cold,
flu,
adenovirus, mononukleosis atau HIV. Bakteri yang menyebabkan faringitis
adalah streptokokus grup A, korinebakterium, arkanobakterium, Neisseria
gonorrhoeae atau Chlamydia pneumoniae.
Gejala
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri
tenggorokan dan nyeri menelan. Selaput lendir
yang melapisi faring
21
mengalami peradangan berat atau ringan dan tertutup oleh selaput yang berwarna
keputihan atau mengeluarkan nanah.
Gejala lainnya adalah:
demam
pembesaran kelenjar getah bening di leher
peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri,
tetapilebih merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri.
Jenis Faringitis
Faringitis Virus
Faringitis Bakteri
Biasanya tidak ditemukan nanah Sering
ditemukan
nanah
di tenggorokan.
tenggorokan.
Demam ringan atau tanpa demam
Demam ringan sampai sedang.
di
Jumlah sel darah putih normal Jumlah sel darah putih meningkat
atau agak meningkat.
Kelenjar
getah
ringan sampai sedang.
bening
atau sedikit membesar.
Tes
apus
normal Pembengkakan
ringan
sampai
sedang pada kelenjar getah bening.
tenggorokan Tes
memberikan hasil negative.
apus
tenggorokan
memberikan hasil positif untuk
strep throat.
Pada biakan di laboratorium tidak Bakteri tumbuh pada biakan di
tumbuh bakteri.
laboratorium.
Tabel 2.2 Jenis Faringitis
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Jika
diduga suatu strep throat, bisa dilakukan pemeriksaan terhadap apus tenggorokan.
Pengobatan
Untuk mengurangi nyeri tenggorokan diberikan obat pereda nyeri
(analgetik), obat hisap atau berkumur dengan larutan garam hangat. Aspirin tidak
22
boleh diberikan kepada anak-anak dan remaja yang berusia dibawah 18
tahun karena bisa menyebabkan sindroma Reye. Jika
diduga
penyebabnya
adalah bakteri, diberikan antibiotik. Untuk mengatasi infeksi dan mencegah
komplikasi
(misalnya
demam
rematik),
jika penyebabnya
streptokokus,
diberikan tablet penicillin. Jika penderita memiliki alergi terhadap penicillin
bisa diganti dengan erythromycin atau antibiotik lainnya.
7. Kanker Laring
Definisi
Kanker Laring adalah keganasan pada pita suara, kotak suara (laring) atau
daerah lainnya di tenggorokan.
Penyebab
Kanker laring lebih banyak ditemukan pada pria dan berhubungan dengan
rokok serta pemakaian alkohol.
Gejala
Kanker laring biasanya berasal dari pita suara, menyebabkan suara
serak. Seseorang yang mengalami serak selama lebih dari 2 minggu
sebaiknya
segera memeriksakan
diri.
Kanker
bagian
laring
lainnya
menyebabkan nyeri dan kesulitan menelan. Kadang sebuah benjolan di leher
yang merupakan penyebaran kanker ke kelenjar getah bening, muncul terlebih
dulu sebelum gejala lainnya timbul.
Gejala lainnya yang mungkin terjadi adalah:
nyeri tenggorokan
nyeri leher
penurunan berat badan
batuk
batuk darah
bunyi pernafasan yang abnormal.
Diagnosa
Untuk menegakkan diagnosis dilakukan pemeriksan laringoskop dan
biopsi. CT scan dan MRI kepala atau leher jugbisa menunjukkan adanya kanker
laring.
23
Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada lokasi kanker di dalam laring. Kanker
stadium awal diatasi dengan pembedahan atau terapi penyinaran. Jika menyerang
pita suara, lebih sering dilakukan terapi penyinaran karena bisa mempertahankan
suara
yang normal. Kanker stadium lanjut biasanya diatasi dengan
pembedahan,yang
bisa
meliputi
pengangkatan
seluruh
bagian
laring
(laringektomi total atau parsial), diikuti dengan terapi penyinaran.
Pengangkatan seluruh pita suara menyebabkan penderita tidak memiliki
suara.
Suara yang baru dibuat dengan salah satu dari cara berikut:
Esophageal speech, penderita diajari untuk membawa udara ke dalam
kerongkongan ketika bernafas dan secara perlahan menghembuskannya untuk
menghasilkan suara.
Fistula trakeoesofageal, merupakan katup satu arah yang dimasukkan
diantara trakea dan kerongkongan. Katup ini mendorong udara ke dalam
kerongkongan
ketika
penderita bernafas, sehingga menghasilkan suara.Jika
katup mengalami kelainan fungsi, cairan dan makanan bisa secara tidak
sengaja masuk ke dalam trakea.
Elektrolaring adalah suatu alat yang bertindak sebagai sumber suara dan
dipasang di leher.
Suara yang dihasilkan oleh ketiga cara tersebut dirubah menjadi percakapan
dengan menggunakan mulut, hidung, gigi, lidah dan bibir. Suara yang dihasilkan
lebih lemah dibandingkan suara normal.
Pencegahan
Kurangi atau hindari rokok dan alkohol
.
8. Kanker Leher dan Kepala
Definisi
Kanker kepala dan leher (diluar kanker otak, mata dan tulang
belakang) rata-rata muncul pada usia 59 tahun. Biasanya kanker kelenjar
ludah, kelenjar tiroid atau sinus menyerang usia di bawah 59 tahun dan
24
kanker mulut, tenggorokan (faring) atau kotak suara (laring) menyerang usia
diatas 59 tahun.Pada awalnya, kanker kepala dan leher menyebar ke kelenjar
getah bening di dekatnya. Dalam waktu 6 bulan sampai 3 tahun, kanker
biasanya tidak menyebar ke bagian tubuh lainnya. Metastase (penyebaran kanker
ke bagian tubuh lainnya) biasanya berasal dari tumor yang besar atau tumor
yang
menetap
dan lebih sering terjadi pada penderita gangguan sistem
kekebalan.
Staging
Staging merupakan suatu metoda untuk menentukan penyebaran kanker
guna membantu jenis pengobatan dan menilai prognosis. Kanker kepala dan leher
ditentukan stadiumnya berdasarkan ukuran dan lokasi tumor, jumlah dan ukuran
metastase ke kelenjar getah bening leher serta adanya metastase ke bagian tubuh
lainnya.
Penyebab
Sekitar 85% penderita merupakan perokok dan peminum alkohol.
Kanker mulut juga bisa terjadi akibat:
kebersihan mulut yang buruk
gigi palsu yang tidak pas
menghirup atau mengunyah tembakau.
Virus Epstein-Barr (penyebab mononukleosis infeksiosa) berperan dalam
terjadinya kanker nasofaring (faring bagian atas). Seseorang yang pernah
menjalani terapi penyinaran dosis rendah untuk jerawat, pertumbuhan rambut
berlebih, pembesaran kelenjar thymus atau pembesaran tonsil serta adenoid,
memiliki resiko tinggi untuk menderita kanker tiroid dan kelenjar ludah. Pada saat
ini, terapi penyinaran tidak lagi digunakan untuk mengatasi masalah masalah tersebut.
Gejala
Benjolan di leher
Kanker yang berasal dari kepala atau leher biasanya menyebar ke kelenjar getah
bening di leher sebelum menyebar ke bagian tubuh lainnya. Suatu benjolan di
leher yang menetap lebih dari 2 minggu harus segera diperiksakan ke dokter.
25
Memang tidak semua benjolan merupakan kanker, tetapi 1 atau beberapa benjolan
di leher bisa merupakan pertanda awal dari kanker mulut, tenggorokan
laring, kelenjar tiroid atau sejenis limfoma maupun kanker darah. Benjolan
biasanya tidak menimbulkan nyeri dan terus membesar.
Perubahan suara.
Kebanyakan kanker laring menyebabkan perubahan suara. Suara serak atau
perubahan suara lainnya yang berlangsung lebih dari 2 minggu harus segera
diperiksakan ke dokter. Seorang otolaringologis adalah ahli kepala dan leher yang
bisa menilai pita suara kita.
Suatu pertumbuhan di dalam mulut.
Kebanyakan kanker mulut atau lidah menyebabkan suatu luka terbuka atau
pembengkakan yang tidak sembuh-sembuh. Luka dan pembengkakan tersebut
tidak menimbulkan nyeri, kecuali jika terinfeksi. Perdarahan biasanya terjadi
pada stadium lanjut. Jika luka atau pembengkakan disertai dengan benjolan di
leher, maka kita harus waspada. Untuk memastikan
bahwa
itu
bukan
merupakan suatu keganasan, sebaiknya dilakukan biopsi (pemeriksaan contoh
jaringan secara mikroskopis).
Perdarahan.
Perdarahan seringkali disebabkan oleh penyakit selain kanker. Tetapi tumor
di dalam hidung, mulut, tenggorokan atau paru-paru bisa menyebabkan
perdarahan. Jika selama beberapa hari atau lebih di dalam ludah atau dahak
terdapat darah, sebaiknya segera perksakan diri ke dokter.
Kesulitan menelan.
Kanker
tenggorokan
atau
kerongkongan
(saluran
untuk
menelan)
menimbulkan kesulitan dalam menelan makanan padat. Kadang menelan
cairanpun sulit. Makanan bisa tersangkut pada daerah tertentu dan masuk ke
dalam lambung atau kembali ke kerongkongan.Jika kesulitan ini hampir selalu
terjadi setiap hendak menelan sesuatu, sebaiknya segera periksakan diri ke
dokter. Untuk mengetahui penyebabnya, biasanya dilakukan rontgen barium
swallow atau esofagoskopi.
Perubahan kulit.
26
Kanker kepala dan leher yang paling sering ditemukan adalah kanker sel basal
kulit. Jika segera diobati, jarang menimbulkan masalah yang gawat. Kanker sel
basal tumbuh di daerah yang paling sering terkena sinar matahari, seperti dahi,
wajah dan telinga; meskipun bisa juga ditemukan pada kulit di bagian
tubuh lainnya. Kanker sel basal berawal sebagai suatu bercak kecil yang
pucat, yang kemudian membesar secara perlahan, membentuk lekukan di
tengahnya dan akhirnya membentuk suatu ulkus (borok, luka terbuka).
Sebagian kecil dari ulkus mungkin membaik, tetapi sebagian besar tetap
mengalami ulserasi. Beberapa kanker sel basal menunjukkan perubahan
warna. Kanker lainnya adalah kanker sel skuamosa dan melanoma maligna, juga
tumbuh pada kulit di kepala dan leher.
Kebanyakan kanker sel skuamosa tumbuh di bibir bawah dan telinga.
Kanker ini tampak seperti kanker sel basal dan jika diobati secara cepat dan
tepat,biasanya tidak terlalu berbahaya. Jika terdapat sebuah luka terbuka di bibir,
wajah bagian
bawah
atau
telinga
yang
tidak
sembuh-sembuh,
segera
periksakan ke dokter.
Melanoma maligna menyebabkan pewarnaan biru-hitam atau hitam pada
kulit.
Setiap
tahi
lalat
yang
ukuran
dan
warnanya
berubah
atau
menyebabkan perdarahan, harus segera diperiksakan. Bintik berwarna hitam atau
biru-hitam di wajah atau leher, terutama jika bentuk atau ukurannya berubah,
harus segera diperiksakan.
Sakit telinga yang menetap.
Nyeri ketika menelan yang menetap di dalam atau di sekitar telinga, bisa
merupakan pertanda dari infeksi atau tumor di dalam tenggorokan. Ini merupakan
masalah yang serius, terutama jika disertai dengan kesulitan menelan, suara serak
atau benjolan di leher.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala-gejala dan didukung oleh hasil
pemeriksaan berikut:
Nasofaringoskopi
Laringoskopi
27
Panendoskcopi (termasuk laringoskopi, esofagoskopi dan bronkoskopi).
Biopsi
CT scan, membantu menentukan ukuran tumor, penyebaran tumor ke
jaringan sekitarnya maupun ke kelenjar getah bening leher MRI scan
Barium swallow merupakan serangkaian rontgen yang diambil setelah
penderita menelan cairan yang mengandung barium sehingga bisa terlihat
padahasil rontgen. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai mekanisme menelan
dan bisa menggambarkan keadaan hipofaring.
Rontgen dada dilakukan secara rutin karena merokok bisa menyebabkan
kanker paru, emfisema, kanker laring dan kanker hipofaring. Rontgen dada juga
dilaukan untuk mengetahui penyebaran kanker ke paru-paru.
Pemeriksaan darah rutin bisa membantu menilai keadaan penderita secara
keseluruhan.
Pengobatan
Pengobatan tergantung kepada stadium kanker. Kanker stadium I,
dimanapun lokasinya pada kepala dan leher, memberikan respon yang
hampir sama
terhadap
pembedahan
dan
terapi
penyinaran.
Biasanya
penyinaran tidak hanya ditujukan kepada kanker, tetapi juga kepada kelenjar
getah bening pada leher kiri dan kanan, karena lebih dari 20% kanker
menyebar ke kelenjar getah bening.
Beberapa tumor, termasuk tumor yang memiliki garis tengah lebih dari 2 cm
dan tumor yang telah menyusup ke dalam tulang atau tulang rawan, diangkat
melalui pembedahan. Jika kanker ditemukan atau dicurigai terdapat di dalam
kelenjar getah bening, setelah pembedahan biasanya diikuti dengan terapi
penyinaran. Pada kasus-kasus tertentu, dilakukan terapi penyinaran dengan
atau tanpa kemoterapi; jika kankernya kambuh biasanya dilakukan pembedahan.
Untuk kanker stadium lanjut, prognosis yang lebih baik diperoleh jika
dilakukan pembedahan dan terapi penyinaran.
Kemoterapi membunuh sel-sel kanker pada tempat tumbuhnya kanker,
pada kelenjar getah bening dan di seluruh tubuh. Belum diketahui apakah
kombinasi kemoterapi dengan pembedahan atau terapi penyinaran bisa
28
memperbaiki
angka
kesembuhan,
yang
pasti
terapi
kombinasi
bisa
memperpanjang masa remisi. Jika kankernya terlalu luas untuk diobati
dengan pembedahan maupun terapi penyinaran, maka untuk membantu
mengurangi nyeri dan ukuran tumor bisa dilakukan kemoterapi.
Pengobatan hampir selalu menyebabkan efek samping. Pembedahan selalu
mempengaruhi proses menelan dan berbicara sehingga penderita perlu menjalani
rehabilitasi. Penyinaran bisa menyebabkan perubahan kulit (misalnya peradangan,
gatal-gatal dan kerontokan rambut), pembentukan jaringan parut, hilangnya indera
perasa dan mulut kering.
Kemoterapi bisa menyebabkan mual dan muntah, kerontokan rambut
yang bersifat sementara dan peradangan pada selaput lambung dan usus
(gastroenteritis). Kemoterapi juga menyebabkan penurunan jumlah sel darah
merah dan sel darah putih dan menyebabkan gangguan sistem kekebalan
yang bersifat sementara.
Prognosis
Tumor yang menonjol ke luar cenderung memberikan respon yang lebih
baik terhadap pengobatan dibandingkan dengan tumor yang tumbuh ke
dalam jaringan di sekitarnya, tumor yang membentuk ulkus/borok maupun tumor
yang keras. Jika telah terjadi metastase, maka peluang bertahan sampai lebih
dari 2 tahun adalah buruk. Kanker yang menyebar di sepanjang jalur saraf,
menyebabkan nyeri, kelumpuhan atau mati rasa, biasanya lebih agresif dan sulit
diobati.65% penderita yang kankernya belum menyebar bertahan hidup sampai 5
tahun; sedangkan jika kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening,
hanya 30% penderitanya yang bertahan sampai 5 tahun. Penderita yang
berusia lebih dari 70 tahun memiliki masa remisi (bebas penyakit) yang
lebih
panjang
dan memiliki
angka
harapan
hidup
yang
lebih
baik
dibandingkan dengan penderita yang lebih muda.
9. Kanker Leher Metastatic
Definisi
Kanker Leher Metastatik adalah kanker leher yang terjadi sebagai akibat dari
penyebaran kanker di bagian tubuh lainnya.
29
Gejala
Teraba benjolan di leher.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan berikut:
CT scan kepala, leher dan dada
Laringoskopi (pemeriksaan laring)
Bronkoskopi (pemeriksaan bronkus)
Esofagoskopi (pemeriksaan kerongkongan)
Biopsi (pengangkatan contoh jaringan untuk diperiksa secara mikroskopis).
Pengobatan
Jika sel-sel kanker ditemukan di dalam kelenjar getah bening leher
yang
membesar dan sumber kankernya tidak dapat ditemukan, maka dilakukan
terapi penyinaran terhadap faring, tonsil, dasar lidah dan kedua sisi leher.
Selain itu, dilakukan pengangkatan kelenjar getah bening dan jaringan lainnya
yang terkena.
Kelenjar getah bening leher merupakan tempat penyebaran kanker dari
bagian tubuh lainnya. Kanker bisa berasal dari faring (tenggorokan), laring (kotak
suara), tonsil (amandel), dasar lidah atau paru-paru, prostat, payudara, lambung,
usus besar maupun ginjal.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Objek Penelitian
Penelitian merupakan usaha untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip
dengan menggunakan, mengembangkan, dan menguji permasalahan dengan
cara mengumpulkan dan mencatat dan menganalisa data yang dikerjakan
dengan sabar, hati-hati, sistematis dan dengan metode ilmiah dengan tujuan
mendapatkan hasil dari penelitian tersebut.
Obyek penelitian dapat diartikan sebagai suatu sasaran yang
mempunyai indikasi yang telah ditentukan sehingga dapat dilakukan suatu
perubahan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
3.2. Jenis Sumber Data
Data penulisan tugas akhir ini penulis menggunakan dua jenis data yaitu
sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya. Data primer disebut juga sebagai
data asli atau data baru yang memiliki sifat up to date. Untuk
mendapatkan data primer, peneliti harus mengumpulkannya secara
langsung. Teknik yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan
data primer antara lain observasi, wawancara, diskusi terfokus (focus
grup discussion – FGD) dan penyebaran kuesioner. Data jenis ini penulis
peroleh dari hasil wawancara dengan narasumber yaitu bapak Dr. Darnila
F selaku dokter yang menangani tentang penyakit THT. Data tersebut
berupa keterangan jenis penyakit THT pada manusia, gejala – gejala yang
di timbulkan dan solusi penanganannya.
30
31
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang
yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan,
2002: 58). Data ini digunakan untuk mendukung informasi primer yang
telah diperoleh yaitu dari bahan pustaka, literatur, penelitian terdahulu,
buku, dan lain sebagainya.Pada umumnya data sekunder ini berupa
catatan, berupa bukti, atau laporan historis yang tersusun dalam arsip
(data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Data yang diperlukan yaitu Data mengenai studi literature yang berkaitan
dengan penelitian seperti artikel mengenai sistem informasi dan teori rekayasa
perangkat lunak yang nantinya akan dijadikan acuan jurnal dalam pembuatan
sistem ini.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan laporan tugas
akhir ini :
1. Penelitian Lapangan (Field Search)
A. Wawancara
Wawancara
mengajukan
adalah
pertanyaan
teknik
langsung
pengumpulan
oleh
data
dengan
pewawancara
kepada
responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam
(Hasan, 2002: 85). Sedangkan maksud dari wawancara menurut
Lincon dan Guba (1985) dalam Basrowi dan Suwandi (2008: 127)
ialah mengonstruksi perihal orang, kejadian, kegiatan, organisasi,
perasaan,
motivasi,
tuntutan,
kebulatan-kebulatan harapan
dan
kepedulian,
merekonstruksi
pada masa yang akan datang,
memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi dari orang lain.
Metode ini dilakukan penulis dengan tanya jawab langsung atau lisan
mengenai hal – hal yang berhubungan dengan masalah jenis – jenis
kanker kulit pada manusia dan cara pengendaliannya.
32
B. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah penelitian dengan mempelajari karangan
ilmiah yang relevan dalam pembahasan ini dan buku – buku yang
memiliki hubungan dengan masalah yang akan dibahas. Dalam hal ini
penulis menggunakan buku – buku maupun referensi yang terdapat di
perpustakaan Universitas Dian Nuswantoro Semarang dan juga buku –
buku dari Dr. Darnila F guna menunjang pembuatan Tugas Akhir
C. Mengunjungi Situs
Kunjungan situs merupakan bentuk penelitian yang khusus,
dengan menjelajahi internet informasi bisa diperoleh dengan sangat
tidak terhingga. Dalam hal ini penulis mencari beberapa data yang
dibutuhkan dalam penyusunan tugas akhir melalui internet.
3.4. Kerangka Pikir
a)
Membangun
sistem
mendiagnosis
peyakit
informasi
THT
sehingga
untuk
ada
informasi jelas yang dapat diperoleh masyarakat
Masalah :
tentang bahaya penyakit THT.
b)
Memudahkan masyarakat mendiagnosa penyakit
sedini mungkin, sehingga diharapkan dapat
dilakukan pengobatan terhadap penyakit pada
THT secara dini.
Pembuatan aplikasi sistem informasi yang dapat
membantu masyarakat dalam mendiagnosa dan
Tujuan :
mengatasi masalah penyakit pada THT
a)
Metode Forward Chaining
Pengembangan
b)
Bahasa Pemrograman PHP
Sistem :
c)
Black Box Testing
33
Menghasilkan diagnosa berupa penyakit THT
dan gejala-gejalanya disertai dengan penjelasan
Hasil :
kepada masyarakat.
a)
Dapat mengetahui berbagai jenis penyakit THT
yang ada pada manusia
b)
Manfaat:
Dapat mengetahui bagaimana cara untuk
mengantisipasi agar tidak mudah terkena
penyakit THT
Tabel 3.1 Tabel Kerangka Pikir
3.5. Pemilihan Arah Penelusuran
Mekanisme inferensi mengandung suatu mekanisme pola pikir dan
penalaran yang digunakan dalam menyelesaikan suatu masalah, dalam hal
ini bagaimana sistem dapat mengambil suatu kesimpulan berdasarkan
manifestasi yang dilakukan oleh pengguna. Adapun metode yang digunakan
pada pembuatan sistem informasi ini dengan menggunakan metode forward
chaining.
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
Sistem informasi
Apabila
tahap
Pada tahap ini
akan memberikan
pertama telah memilih
penguna akan
tahapan – tahapan
gejala - gejala yang
di berikan
pemeriksaan pada
ada pada pemeriksaan
solusi untuk
pasien
pada pasien maka akan
menangani
di
nama
penyakit yang
yang
menyerang
pada
berikan
penyakit
menyerang.
pada pasien
Tabel 3.1 Tabel Arah Penelusuran
Dari keterangan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pelacakan tersebut
dimotori oleh gejala – gejala yang ditimbulkanya selanjutnya akan dikenali
penyebabnya kemudian akan diberikan solusi sebagai pengendalianya.
34
Contoh Perhitungan Certainty Factor
If
leher bagian depan tampak membengkak
And
gangguan menelan
And
nyeri tenggorokan
Then
Abses Parafaringeal
Langkah pertama pakar menentukan nilai CF untuk masing-masing gejala
CF (leher bagian depan tampak membengkak
= 0,5
CF (gangguan menelan)
= 0,4
CF (nyeri tenggorokan)
= 0,6
Bobot nilai lima pilihan jawaban
Tid
Kura
Cuk
Kond
ak
ng
up
Yak
gat
isi
Yak
Yaki
Yak
in
Yaki
in
n
in
0
0,4
0,6
Nilai
San
n
0,8
Kemudian JAWABAN pada user sebagai berikut :
Leher bagian depan tampak membengkak
= Sangat Yakin =1
Gangguan menelan
= Yakin
= 0,8
Nyeri tenggorokan
= Kurang Yakin
= 0,4
CF untuk 3 gejala tersebut adalah :
CF 1.1 (Leher bagian depan tampak membengkak) = 0,5 * 1 = 0,5
CF 1.2 (Gangguan menelan) = 0,4 * 0,8 = 0,32
CF 1.3 (Nyeri tenggorokan) = 0,6 * 0,4 = 0,24
Kombinasikan CF 1.1 dengan CF 1.3 dengan rumus
CFcom (CF1,CF2) = CF1+CF2 (1-CF1)
Sehingga menjadi
CFcom (CF 1.1,CF 1.2) = 0.5 + 0.32 * ( 1 – 0.5) = 0.66
Kemudian kombinasikan CF com dengan CF 1.3
CFsemuanya( CFcom, CF 1.3) = 0.66 + 0,24 * (1-0.7) = 0.732
1
35
kesiimpulannya penyakit Abses Parafaringeal dengan tingkat kepercayaannya
73.2%
Kondisi Sekarang
Data Primer : Wawancara
Data Sekunder : Buku
Memberi Pertanyaan :
User (pengguna)
Metode : Forward
Chaining
Memilih Gejala
Validasi
Hasil dan Solusi
Gambar 3.1 Arah Penelusuran
Sumber :Kusrini. 2008
36
3.6. Metode Pengembangan Aplikasi
Dalam pengembangan sistem informasi ini penulis mengadaptasi dari
metode Rapid Application Development (RAD).RAD adalah sebuah proses
perkembangan perangkat lunak sekuensial linier yang menekankan siklus
perkembangan dalam waktu yang singkat (60 sampai 90 hari) dengan pendekatan
konstruksi berbasis komponen.
Gambar 3.1 Alur RAD
Sumber: Presman, Roger S., Ph.D. (2002). Rekayasa Perangkat Lunak
Pendekatan Praktisi (Buku Satu).
Berdasarkan Gambar 3.1 dapat dijelaskan setiap alurnya sebagai berikut :
1. Analisis dan Design Cepat (Analysis and Quick Design)
Dalam tahapan ini dilakukan analisis sistem serta perencanaan dan
pemodelan secara cepat dari prototipe aplikasi sistem informasi apa yang akan
dibuat.
Diawal tahap ini sistem informasi untuk mendiagnosa penyakit THT
mulai dirancang dengan kondisi cukup sederhana dimana rancangan tersebut
untuk menjelaskan bagaimana fungsi sistem tersebut beserta cara kerjanya.
2. Siklus Prototipe (Prototype Cycles)
Dalam tahapan ini terdapat tiga tahap yang dilakukan secara melingkar
yang artinya dilakukan cross-check dengan calon penggunanya yaitu dengan
proses tanya jawab diagnosa-diagnosa yang ada dalam pembuatan sistemnya.
Sistem
yang
sudah
memiliki
cukup
informasi
dibuat
agar
dapat
37
didemonstrasikan kepada masyarakat bagaimana sistem untuk mendiagnosis
penyakit THT ini bekerja, dan diperbaharui apabila terdapat gejala baru
ataupun penyakit baru yang menyerupai jenis penyakit pada THT namun
belum tercantum dalam sistem informasi yang sudah dibuat sehingga sistem
informasi tersebut dapat bekerja secara maksimal.
3. Pengujian (Testing)
Dalam tahapan ini dilakukan pengujian pada sistem apakah sudah sesuai
dengan yang diinginkan. Pengujian yang dilakukan pada aplikasi ini
menggunakan metode blackbox. Pengujian blackbox berfokus pada persyaratan
fungsional perangkat lunak. Pengujian ini bertujuan untuk melihat proses
berjalannya sistem ,apakah sistem masih memiliki banyak kekurangan atau
sudah cukup layak namun masih perlu diperbaiki.
4. Implementasi (Implementation)
Dalam tahapan ini sistem yang telah lolos uji dan dinyatakan layak baru
dilanjutkan pembuatan prototipe aplikasinya agar dapat digunakan oleh
masyarakat sepenuhnya. Sistem yang ada diterapkan dalam bentuk software
berbasis web dimana masyarakat dapat mengaksesnya melalui internet.
Aplikasi bersifat bebas tanpa perlu registrasi maupun login terlebih
dahulu sehingga memudahkan masyarakat untuk mengaksesnya.
BAB IV
RANCANGAN SISTEM DAN IMPLEMENTASI
4.1. Analisis Sistem
Dalam penyusunan sistem informasi diagnosa penyakit THT
Menggunakan Sistem informasi Metode Forward Chaining tersebut, tahap
analisa sistem ini merupakan tahap dimana penulis menganalisis sistem yang
sedang berlangsung. Beberapa langkah yang dilakukan penulis untuk
mendapatkan sebuah data yang valid untuk penyusunan program tersebut.
4.1.1. Lingkup Analisis Sistem
Untuk membuat sebuah sistem yang baru harus menentukan ruang lingkup
analisis sistem agar tidak menyimpang dari informasi yang kita dapatkan. Dari
Langkah-langkah analisis system, Langkah-langkah dasar yang dilalui dalam
analisis sistem adalah :
1. Identify, mengidentifikasi masalah
Yaitu langkah untuk menentukan sebuah jalan keluar dari suatu
permasalahan yang ada pada pasien sehingga akan di peroleh sebuah
sistem informasi yang dapat membantu pekerjaan agar lebih mudah
dan efisien.
2.
Understand, memahami kerja sistem yang ada
Cara kerja sistem informasi ini akan membantu menganalisis masalah
penyakit THT pada manusia yang sangat di butuhkan oleh para pasien
agar dapat lebih mengetahui tentang segala sesuatu mengenai yang
ditimbulkan oleh masalah tersebut.
3.
Analyze, menganalisis system
Pada langkah ini penulis akan menentukan tepat tidaknya suatu
program yang akan dibuat untuk di implementasikan oleh para pasien
(user) tersebut.
38
39
4.
Report, membuat laporan
Langkah
terakhir ini merupakan langkah dimana penulis akan
membuat laporan atau keputusan untuk menentukan sistem apa yang
akan dibuat agar sesuai dengan yang di butuhkan oleh pasien (user)
tersebut.
4.2. Perancangan Sistem
Setelah tahap analisis kebutuhan selesai dilakukan maka tahap
selanjutnya adalah melakukan perancangan sistem yang akan dibuat. Tahap
perancangan sistemnya adalah :
a. Merancang beberapa diagram sebagai alat bantu
1. Diagram Konteks
Diagram Konteks adalah diagram yang menggambarkan sistem
dalam satu lingkaran dan menunjukkan hubungan antara proses
dengan entitas luarnya. Sistem yang dimaksud adalah sistem
informasi diagnosa penyakit THT.
Pakar / Data
MasalahAdministrator
Data Gejala Masalah
Data Jenis Masalah
Laporan Masalah
Laporan Gejala Masalah
Sistem
Sistem informasi
Pakar Solusi
Herbal Dalam
Masalah
diagnosa
Kecantikan Wajah
penyakit THT
Hasil Analisa Masalah
Kecantikan
Laporan Data Pasien
Data User / pasien
User Sistem Pakar
Data Konsultasi
Gambar 4.1 Diagram Konteks
Dari Diagram konteks pada gambar 4.1 bisa diuraikan bahwa
dalam Sistem informasi diagnosa penyakit THT menginformasikan hasil
40
analisis penyakit THT yang bisa dimanfaatkan oleh pengguna/ user
(pasien) untuk mendapatkan mendiagnosa penyakit THT secara dini.
Secara teknis proses yang harus dilakukan pasien yaitu dengan cara
mengikuti setiap gejala – gejala masalah yang tampil pada sistem
informasi
tersebut yang nantinya data yang pasien input itu akan
menghasilkan sebuah data masalah yang valid. Beracuan pada bagaimana
pasien menginputkan data tersebut.
2. Diagram Arus Data (DAD)
Diagram arus data digunakan untuk menggambarkan sistem secara logika
tanpa memperhatikan lingkungan fisik dimana data tersebut mengalir
atau lingkungan fisik dimana data tersebut disimpan.
Diagram arus data juga berfungsi untuk tahap analisis dan
perancangan saat akan membuat suatu sistem. Sebab dari sinilah kita bisa
melihat aliran data tersebut berjalan mulai dari proses pembuatan tabel
hingga penampilan informasi
Gambar 4.2Simbol Diagram Arus Data
41
1) Diagram Arus Data level 0
Proses pengolahan aplikasi atau program Sistem informasi diagnosa
penyakit THT yang nantinya akan digunakan oleh pasien.
1
Pasien
Input
Form Data Pasien
Data Pasien
2
Input gejala Masalah
Input Gejala Masalah
Gejala masalah
Data Gejala masalah
3
Hasil Masalah
Proses Analisa
Data Hasil Masalah
Gambar 4.3 Diagram arus data
Pada diagram arus data level 0 akan di jelaskan bahwa proses yang
dilakukan pertama di lakukan yaitu proses penginputan data konsumen
yang akan di proses berlanjut dengan penginputan data gejala pnyakit
THT yang ada sehingga akan menghasilkan data masalah yang
mempunyai hubungan dengan data konsumen, sehingga hasil itu akan
sesuai dengan data konsumen.
Proses terakhir adalah proses pembentukan hasil analisis masalah
dengan cara mengambil data inputan gejala masalah yang sudah
direlasikan dengan data jenis masalah sehingga dapat membentuk hasil
analisis masalah.
42
2) Diagram Arus Data level 1 proses pengolahan data konsumen
Diagram Arus Data level 1 proses pengolahan data konsumen
sebagai berikut :
Data Pasien
1
Pasien
Input
Form Data Pasien
Gambar 4.4 Diagram Arus Data level 1
Pada gambar Diagram Arus Data level 1 diatas bisa dijelaskan
bahwa terjadi pemasukan data dari pasien yang berisi tentang data diri
konsumen yang di inputkan pasien.
3) Diagram Arus Data level 2 proses pengolahan data
gejala masalah
Diagram Arus Data level 2 proses pengolahan data gejala
kerusakan sebagai berikut :
2
Input Gejala Masalah
Gejala Masalah
Form Gejala Masalah
Data Gejala Masalah
Gambar 4.5 Diagram Arus Data level 2 proses pengolahan data gejala
masalah
43
4) Diagram Arus Data level 3 proses pengolahan data analisis masalah
Diagram Arus Data level 3 proses pengolahan data analisis
kerusakan sebagai berikut :
3
Proses Analisa
hasil masalah
Data Hasil Masalah
Gambar 4.6 Diagram Arus Data level 2 proses pengolahan data analisis
masalah
Pada gambar diatas digambarkan bahwa ada pemasukan data di
analisis masalah yaitu data konsumen dan gejala masalah, yang akan
diproses supaya mendapatkan hasil masalah.
b. Mendesain database
1) Rancangan Basis Data
Perancangan basis data adalah suatu hal yang sangat penting
dalam pembuatan suatu aplikasi / program. Basis data yang
dirancang harus mampu menampung data untuk jangka waktu yang
lama. Pada perancangan basis data untuk aplikasi ini terdapat 9
(Sembilan) buah tabel, adapun tabel – tabelnya sebagai berikut :
44
1. Tabel Analisa Hasil
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan hasil analisa
Field Kunci : Analisa_hasil
Type Kunci : Varchar
Tabel 4.1 Tabel Analisa Hasil
No
Nama Field
Tipe
Ukuran
Keterangan
Int
4
Nomor Urut Pasien
Nama Pasien
1
Id
2
Nama
Varchar
60
3
Status
Enum
-
4
Alamat
Varchar
100
Alamat Pasien
5
Pekerjaan
Varchar
60
Pekerjaan Pasien
6
Kd_masalah
Char
4
Kode Masalah
7
Noip
Varchar
15
Alamat IP Komputer
8
Tanggal
Date
-
Status
Tanggal input
45
2. Tabel Gejala
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan data Gejala.
Field Kunci : Gejala
Type Kunci : Varchar
Tabel 4.2 Tabel Gejala Masalah
No
Nama Field
Type
Ukuran
Keterangan
1
Kd_gejala
Char
Kode gejala masalah
2
Nm_gejala
Varchar
30
Nama gejala masalah
3
Solusi
Varchar
100
Pengecekan
3. Tabel Pakar
Tabel ini berfungsi untuk menyimpadn password atau data admin atau
pakar.
Field kunci : Pakar
Type Kunci : Varchar
Tabel 4.3 Tabel Pakar
No
Nama
Type
Ukuran
Keterangan
Varchar
20
Identitas Pakar / admin
Field
1
Id
46
2
userID
Varchar
50
Nama admin
3
passID
Varchar
50
Password admin
4
IP
Varchar
20
Alamat IP
5
Browser
Varchar
30
Browser yang dipakai
6
Level
Varchar
20
Tingkatan admin
4. Tabel Masalah
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan data masalah atau data
masalah penyakit THT tersebut.
Field Kunci : Masalah
Type Kunci : Varchar
Tabel 4.4 Tabel Masalah
No
Nama Field
Type
Ukuran
Keterangan
1
Kd_masalah
Char
4
Id Kode Masalah
2
Nm_masalah
Varchar
60
Nama Masalah
3
Kode_part
Varchar
60
Kode Medis
4
Definisi
Text
-
Pengertian Medis
5
Solusi
Text
-
Solusi Untuk Medis
47
4. Tabel Relasi
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan relasi antara masalah dan
gejala yang terjadi pada analisis.
Field Kunci : Relasi
Type Kunci : Varchar
Tabel 4.5 Tabel Relasi
No
Nama Field
Type
Ukuran
Keterangan
1
Kd_masalah
Char
4
Id Kode masalah
2
Kd_gejala
Char
4
Kode gejala masalah
5. Tabel Tmp Analisa
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan data yang menampilkan
hasil analisa.
Field Kunci : tmp_analisa
Type Kunci : Varchar
Tabel 4.6 Tabel Tampil Analisa
No
Nama Field
Type
Ukuran
Keterangan
Varchar
15
Alamat IP Komputer
1
Noip
2
Kd_masalah
Char
4
Id Kode masalah
3
Kd_gejala
Char
4
Kode gejala masalah
4
Status
Enum
-
Status penampilan
48
6. Tabel Tampil Gejala
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan data yang menampilkan
data gejala penyakit THT.
Field Kunci : tmp_gejala
Type Kunci : Varchar
Tabel 4.7 Tabel Tampil Gejala
No
Nama Field
1
Kd_gejala
2
Noip
Type
Ukuran
Keterangan
Char
4
Kode gejala masalah
Varchar
15
Alamat IP Komputer
7. Tabel Tampil Pasien
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan data yang menampilkan
data pasien (costumer).
Field Kunci : tmp_pasien
Type Kunci : Varchar
Tabel 4.8 Tabel Tampil Pasien
No
1
Nama Field
Id
Type
Ukuran
Int
4
Keterangan
Nomor Urut
Costumer
2
Nama
Varchar
60
3
Status
Enum
-
4
Alamat
Varchar
100
Nama Costumer
Status
Alamat Costumer
49
5
Pekerjaan
Varchar
60
Pekerjaan Costumer
6
Noip
Varchar
15
Alamat IP Komputer
7
Tanggal
Datetime
-
Tanggal input
8. Tabel Tampil Masalah
Tabel ini berfungsi untuk menyimpan data yang menampilkan
penyakit THT.
Field Kunci : tmp_masalah
Type Kunci : Varchar
Tabel 4.9 Tabel Tampil Masalah
No
Nama Field
1
Kd_masalah
2
Noip
Type
Ukuran
Keterangan
Char
4
Id Kode masalah
Varchar
15
Alamat IP Komputer
3) Membuat Entity Relationship Diagram (ERD)
ERD atau yang lebih dikenal dengan Entity Relationship
Diagram merupakan gambaran mengenai relasi yang terjadi antar
tabel yang menghubungkan entitas – entitasnya. Pada database
Pengembangan Sistem informasi Diagnosis Penyakit THT Pada
Manusia Dengan Metode Forward Chaining ini terdapat beberapa
tabel yang berelasi yang entitas – entitasnya berhubungan
selengkapnya dapat dilihat dari gambar di bawah ini :
50
browser
IP
userID
Level
passID
id
Pakar / Admin
N
Id
Nama
Noip
Status
Tmp_Pasien
Alamat
Tanggal
In p
t
u
N
input
N
Kd_masalah
Kd_gejala
Solusi
Gejala
Kd_gejala
N
Nm_gejala
Relasi
N
masalah
Definisi
Kd_masalah
Solusi
1
Kode_parts
n a
A
li sa
Nm_masalah
analisa
Id
1
Nama
Status
Alamat
Nomor Stnk
Warna_mobil
Analisa Hasil
Kd_kerusakan
Noip
Tanggal
Gambar 4.7 Entitiy Relationship Diagram
4) Membuat relasi tabel
Relasi yang dibuat antar tabel adalah untuk menghubungkan
satu tabel dengan tabel yang lainnya yang memiliki hubungan
sehingga akan terlihat batasan – batasan hubungan dari semua tabel
yang dibuat.
Selain tabel utama yang terelasi terdapat tiga tabel bantu yaitu
tabel berita yang digunakan untuk menyimpan data masalah yang
berkaitan dengan gejala yang ada pada setiap tabel.
51
Tmp_pasien
Id
Nama
Status
Alamat
Pekerjaan
Noip
Tanggal
Gejala
Kd_gejala
Nm_gejala
Solusi
Relasi
Masalah
Kd_masalah
Kd_gejala
Kd_part
Nm_masalah
Definisi
Solusi
Tmp_Masalah
Kd_masalah
noip
Tmp_gejala
Kd_gejala
Noip
Tmp_analisa
Pakar
Browser
Level
Id
UserID
passID
Ip
Noip
Kd_masalah
Kd_gejala
status
Analisa hasil
Id
Nama
Status
Alamat
Pekerjaan
Kd_penyakit
Noip
Tanggal
Gambar 4.8 Relasi Antar Tabel
4.3. Implementasi Sistem
Pada bagian ini program sistem informasi diagnosis penyakit THT
pada manusia yang telah jadi akan di paparkan dan di tampilkan beserta
penjelasan dan source code yang ada bagian tampilan perancangan, di
implementasi ini juga akan menampilkan beberapa database yang ada pada
program sistem informasi diagnosis penyakit THT pada manusia.
4.3.1 Tampilan Source Code
Tahapan selanjutnya adalah pengkodean sistem. Pada pembahasan
pengkodean ini penulis tidak mencantumkan semua source code program,
hanya source code program yang merupakan inti dari sistem informasi.
52
1. Input Data User
Pengkodean input data user dimaksudkan untuk user
dalam
mengisikan data di dalam sebuah form yang telah disediakan sebelum
melakukan ke langkah selanjutnya.
53
2. Penginputan Gejala Masalah
54
Setelah menginputkan data, selanjutnya user harus menjawab
pertanyaan mengenai gejala-gejala masalah yang ditimbulkan untuk
pertama kali untuk mengetahui masalah yang terjadi.
3. Analisa Masalah
<td>
<?
$sql_gejala = "SELECT gejala.* FROM gejala,relasi
WHERE gejala.kd_gejala=relasi.kd_gejala
AND relasi.kd_masalah='$data[kd_masalah]'";
$qry_gejala = mysql_query($sql_gejala, $koneksi);
while ($hsl_gejala=mysql_fetch_array($qry_gejala)) {
$i++;
echo "$i . $hsl_gejala[nm_gejala] <br>";
}
?>
</td>
55
Setelah semuanya diinputkan, maka akan muncul hasil analisa dari
masalah yang terjadi. Hasil analisa ini meliputi gejala beserta masalah
yang diketahui dari gejala awal sebelumnya.
4.4. Faktor Kepastian
Fakta didapat dari pengetahuan sang pakar pada dibidang spesialis penyakit
THT, internet dan literatur lain yang berkaitan dengan penyakit THT. Sedangkan
aturan yang dipakai dengan memperhatikan nilai faktor kepastian atau CF
(Certainty Factor) yang diberikan oleh pakar. Rumus umum menentukan faktor
kepastianadalah sebagai berikut:
Keterangan
CF[H,E1 ∩ E2] : faktor kepastian paralel
CF[H,E1]
evidence
: ukuran kepercayaan terhadap hipotesis H, jika diberikan
E pertama (antara 0 dan 1)
CF[H,E2]
:ukuran kepercayaan terhadap hipotesis H, jika diberikan
evidence E kedua (antara 0 dan 1)
1. CONTRACT ULCERS
GEJALA
CF
Nyeri saat bicara atau menelan
0.2
Suara serak
0.3
Tabel 4.10 Tabel Gejala Contract Ulcers
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa User atau pasien memilih gejalagejala tersebut diatas dalam proses diagnosis. Maka rincian penghitungan CF nya
sebagai berikut :
56
CF = CF(1) + CF(2) * [1 – (CF(1)] = 0,2 + 0,3 * (1-0,2) = 0,44
Berdasarkan gejala-gejala yang dimasukkan oleh User pada proses diagnosis
yang mengarah pada penyakit Contract Ulcers, dihasilkan nilai CF sebesar 0.44
yang mana jika diprosentasikan maka nilai CF * 100% didapatkan hasil nilai
kepastianya 44%.
2. ABSES PARAFARINGEAL
GEJALA
CF
Nyeri saat bicara atau menelan
0.2
Leher bengkak
0.4
Tabel 4.11 Tabel Gejala Abses Parafaringeal
CF = CF(1) + CF(2) * [1 – (CF(1)] = 0,2 + 0,4 * (1-0,2) = 0,52
Dari hasil perhitungan CF diatas nilai CF * 100% hasilnya adalah 0,52
* 100%. Jadi untuk gejala yang mengarah pada penyakit Abses Parafaringeal
mempunyai nilai keyakinan sebesar 52%.
3. ABSES PERITONSILER (Penimbunan nanah disekitar Amandel)
GEJALA
CF
Demam
0.2
Sakit kepala
0.3
Nyeri tenggorokan
0.15
Air liur menetes
0.2
Tabel 4.12 Tabel Gejala Abses Paritonsiler
CF(A) = CF(1) + CF(2) * [1 – (CF(1)] = 0,2 + 0,3 * (1-0,2) = 0,44
CF(B) = CF(3) + CF(A) * [1 – (CF(3)] = 0,15 + 0,44 * (1-0,15) = 0,524
CF(C) = CF(4) + CF(B) * [1 – (CF(4)] = 0,2 + 0,524 * (1-0,2) = 0,6192
57
Dari hasil perhitungan CF diatas nilai CF * 100% hasilnya adalah
0,6192 * 100%. Jadi untuk gejala yang mengarah pada penyakit Abses
Peritonsiler (Penimbunan nanah disekitar Amandel) mempunyai nilai
keyakinan sebesar 61,92%.
4. BAROTITIS MEDIA
GEJALA
CF
Sakit kepala
0.25
Nyeri telinga
0.4
Tabel 4.13 Tabel Gejala Barotitis Media
CF = CF(1) + CF(2) * [1 – (CF(1)] = 0,25 + 0,4 * (1-0,25) = 0,55
Dari hasil perhitungan CF diatas nilai CF * 100% hasilnya adalah 0,55 *
100%. Jadi untuk gejala yang mengarah pada penyakit Barotitis Media
mempunyai nilai keyakinan sebesar 55%.
5. DEVIASI SEPTUM (Pergeseran Dinding Hidung)
GEJALA
CF
Demam
0.15
Hidung tersumbat
0.26
Pendarahan hidung
0.3
Infeksi sinus
0.25
Nyeri wajah
0.2
Tabel 4.14 Tabel Gejala Deviase Septum
CF(A) = CF(1) + CF(2) * [1 – (CF(1)] = 0,15 + 0,26 * (1-0,15) = 0,371
CF(B) = CF(3) + CF(A) * [1 – (CF(3)] = 0,3 + 0,371 * (1-0,3) = 0,5597
CF(C) = CF(4) + CF(B) * [1 – (CF(4)] = 0,25 + 0,5597 * (1-0,25) = 0,6698
CF(D) = CF(5) + CF(C) * [1 – (CF(5)] = 0,2 + 0,6698 * (1-0,2) = 0,7358
58
Dari hasil perhitungan CF diatas nilai CF * 100% hasilnya adalah 0,7358 *
100%. Jadi untuk gejala yang mengarah pada penyakit Deviasi Septum
(Pergeseran Dinding Hidung) mempunyai nilai keyakinan sebesar 73,58%.
6. FARINGITIS (Radang Tenggorokan)
GEJALA
CF
Demam
0.2
Nyeri saat bicara atau menelan
0.4
Nyeri tenggorokan
0.28
Pembengkakan kelenjar getah bening
0.25
Tabel 4.15 Tabel Gejala Faringitis
CF(A) = CF(1) + CF(2) * [1 – (CF(1)] = 0,2 + 0,4 * (1-0,2) = 0,52
CF(B) = CF(3) + CF(A) * [1 – (CF(3)] = 0,28 + 0,52 * (1-0,28) = 0,6544
CF(C) = CF(4) + CF(B) * [1 – (CF(4)] = 0,25 + 0,654 * (1-0,25) = 0,7405
Dari hasil perhitungan CF diatas nilai CF * 100% hasilnya adalah 0,7405 * 100%.
Jadi untuk gejala yang mengarah pada penyakit Faringitis (Radang Tenggorokan)
mempunyai nilai keyakinan sebesar 74,05%.
7. KANKER LARING
GEJALA
CF
Nyeri saat bicara atau menelan
0.3
Batuk
0.35
Nyeri tenggorokan
0.27
Nyeri leher
0.2
Tabel 4.16 Tabel Gejala Kanker Laring
59
CF(A) = CF(1) + CF(2) * [1 – (CF(1)] = 0.3 + 0.35 * (1-0,3) = 0,545
CF(B) = CF(3) + CF(A) * [1 – (CF(3)] = 0,27 + 0,545 * (1-0,27) = 0,6679
CF(C) = CF(4) + CF(B) * [1 – (CF(4)] = 0,2 + 0,6679 * (1-0,2) = 0,7343
Dari hasil perhitungan CF diatas nilai CF * 100% hasilnya adalah 0,7343 * 100%.
Jadi untuk gejala yang mengarah pada penyakit Kanker Laring mempunyai nilai
keyakinan sebesar 73,43%.
8. KANKER LEHER DAN KEPALA
GEJALA
CF
Nyeri saat bicara atau menelan
0.2
Pendarahan hidung
0.3
Ada yang tumbuh di mulut
0.15
Berat badan turun
0.2
Bunyi nafas abnormal
0.27
Perubahan kulit
0.3
Perubahan suara
0.35
Tabel 4. 17 Tabel Gejala Kanker Leher dan Kepala
CF(A) = CF(1) + CF(2) * [1 – (CF(1)] = 0,2 + 0,3 * (1-0,2) = 0,44
CF(B) = CF(3) + CF(A) * [1 – (CF(3)] = 0,15 + 0,44 * (1-0,15) = 0,524
CF(C) = CF(4) + CF(B) * [1 – (CF(4)] = 0,2 + 0,524 * (1-0,2) = 0,6192
CF(D) = CF(5) + CF(C) * [1 – (CF(5)] = 0,27 + 0,6192 * (1-0,27) = 0,722
CF(E) = CF(6) + CF(D) * [1 – (CF(6)] = 0,3 + 0,722 * (1-0,3) = 0,8054
CF(D) = CF(7) + CF(E) * [1 – (CF(7)] = 0,35 + 0,8054 * (1-0,35) = 0,8735
60
Dari hasil perhitungan CF diatas nilai CF * 100% hasilnya adalah 0,8735 *
100%. Jadi untuk gejala yang mengarah pada penyakit Kanker Leher dan
Kepala mempunyai nilai keyakinan sebesar 87,35%.
9. KANKER LEHER METASTATIC
GEJALA
Ada benjolan di leher
CF
0.35
Tabel 4.18 Tabel Gejala Kanker Leher Metastatic
CF(A) = CF(1) + CF(2) * [1 – (CF(1)] = 0.35 + 0 * (1-0,35) = 0,35
Dari hasil perhitungan CF diatas nilai CF * 100% hasilnya adalah 0,35 * 100%.
Jadi untuk gejala yang mengarah pada penyakit Kanker Leher Metastatic
mempunyai nilai keyakinan sebesar 35%.
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
Tahap Implementation
5.1.1 Tampilan Menu Awal
Tampilan menu awal adalah tampilan yang di lihat ketika program ini dijalankan
berisi informasi tentang penyakit THT dan diagnosis penyakit THT. Tampilan
menu awal seperti ditunjukan pada gambar berikut ini
Gambar 5.1 Tampilan Menu Awal
5.1.2 Tampilan Input Data Pasien
Tampilan input data pasien adalah tampilan yang berisi form inputan untuk calon
pasien ketika akan melakukan konsultasi, disini pasien menginput data berupa
data nama, jenis kelamin, pekerjaan, umur, dan alamat user wajib menginputkan
semua data untuk kelengkapan data. Tampilan input data pasien seperti terlihat
pada gambar berikut ini
61
62
Gambar 5.2 Tampilan Input Data Pasien
5.1.3 Tampilan Pertanyaan
Tampilan pertanyaan adalah tampilan yang berisi mengenai pertanyaan yang
harus dijawab oleh pasien yang berisi jawaban YA atau TIDAK . Tampilan
pertanyaan seperti terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.3 Tampilan Data Pertanyaan
63
5.1.4 Tampilan Hasil Analisa
Tampilan hasil analisa adalah tampilan yang berfungsi untuk memperlihatkan
kepada pasien mengenai hasil analisa terakhir dari berbagai pertanyaan yang di
jawab, hasil analisa disini berisi mengenai masalah, gejala, perhitungan CF,
keterangan dan solusi, adapun tampilan haisl analisa dapat dilihat pada gabar
dibawah ini.
Gambar 5.4 Tampilan Hasil Analisa
5.1.5 Tampilan Cara Penggunaan
Tampilan cara penggunaan adalah tampilan yang memberikan informasi kepada
pasen mengenai cara penggunaan aplikasi sistem informasi deteksi penyakit THT.
Tampilan cara penggunaan seperti ditunjukan pada gambar berikut ini
64
Gambar 5.5 Tampilan Cara Penggunaan
5.1.6 Tampilan Login Administrator
Tampilan login administrator adalah tampilan yang berisi inputan form login
khusus admin yang bertugas mengelola aplikasi ini, admin harus memasukkan
username dan password yang sudah ditentukan Tampilan halaman login
administrator seperti terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.6 Tampilan Halaman Administrator
65
5.1.7 Tampilan Awal Administrator
Tampilan awal administrator adalah tampilan ketika admin login dan ketika admin
berhasil maka secara otomatis akan dilempar ke halaman awal administrator
Tampilan halaman awal administrator seperti terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.7 Tampilan Awal Administrator
5.1.8 Tampilan Input Masalah THT
Tampilan input masalah THT adalah Tampilan input untuk maslaah tht, pada
tampilan ini admin wajib mengisi semua data yang tersedia seperti kode,nama
masalah, kode part, definisi, solusi. Adapun tampilan untuk input masalah THT
seperti yang terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.8 Tampilan Input Masalah THT
66
5.1.9 Tampilan Data Masalah THT
Tampilan data masalah THT adalah tampilan yang berisi informasi mengenai
data-data masalah penyakit tht yang sudah diinputkan sebelumnya. Tampilan data
masalah THT seperti yang terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.9 Tampilan Data Masalah THT
67
5.1.10 Tampilan Edit Masalah THT
Tampilan edit masalah tht adalah tampilan yang berfungsi untuk menubah data
masalah tht yang sudah diinputkan. Tampilan edit masalah THT seperti yang
terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.10 Tampilan Edit Masalah THT
5.1.11 Tampilan Input Gejala
Tampilan Input gejala adalah tampilan yang berguna untuk memasukkan data
gejala penyakit . Tampilan input gejala seperti terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.11 Tampilan Input Gejala
68
5.1.12 Tampilan Data Gejala
Tampilan data gejala adalah tampilan yang berisi informasi mengenai data gejala
yang sudah diinputkan sebelumnya. Tampilan data gejala seperti terlihat pada
gambar berikut ini
Gambar 5.12 Tampilan Data Gejala
5.1.13 Tampilan Edit Gejala
Tampilan edit gejala adalah tampilan yang berisi form edit data gejala. Tampilan
edit data gejala seperti terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.13 Tampilan Edit Gejala
69
5.1.14 Tampilan Input Relasi Masalah
Tampilan input relasi adalah tampilan yang berisikan form inputan relasi yang
nantinya digunakan untuk menentukan ada berapa relasi yang dibuat. Tampilan
input relasi seperti terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.14 Tampilan Input Relasi Masalah
5.1.15 Tampilan Input Relasi Gejala
Tampilan input relasi gejala adlaah tampilan yang berisi informasi mengenai
relasi maslaah atas gejala penyakit. Tampilan relasi gejala seperti terlihat pada
gambar berikut ini
Gambar 5.15 Tampilan Input Relasi Gejala
70
5.1.16 Tampilan Laporan Gejala
Tampilan laporan gejala merupakan tampilan laporan yang berisi mengenai data
gejala-gejala dan penyakit yang dicari berdasarkan gejala. Tampilan laporan
gejala seperti terlihat pada gambar berikut ini
Gambar 5.16 Tampilan Laporan Gejala
5.1.17 Laporan Masalah
Tampilan laporan masalah adalah tampilan yang berisi masalah-masalah pada
penyakit THT dan terdapat infrormasi mengenai solusi dan definisi mengenai
masing-masing penyakit. Tampilan laporan masalah seperti terlihat pada gambar
berikut ini
Gambar 5.17 Tampilan Laporan Masalah
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan simulasi yang dilakukan pada
Pengembangan Sistem Informasi Diagnosis Penyakit THT Pada Manusia
Dengan Metode Forward Chaining dapat membantu user atau pasien dalam
mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh gejala-gejala yang ada. Menurut
pengujian dari blackbox pun aplikasi ini belum dapat diterapkan dalam
mendiagnosis masalah penyakit THT, karena masih memerlukan penelitian
yang lebih lanjut agar memberikan solusi yang tepat. Supaya informasi yang
dihasilkan dapat menjadi alternatif dalam berkonsultasi meliputi, gejalagejala, jenis masalah serta solusi yang diharapkan untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi dalam penyakit THT.
6.2. Saran
Untuk meningkatkan dan menyempurnakan aplikasi sistem informasi
yang telah dibuat, penulis memberikan saran sebgai berikut:
1. Perlu
adanya
perbaikan
aplikasi
untuk
menyempurnakan
dan
mengembangkan lagi aplikasi ini.
2. Perawatan juga dilakukan agar program ini dapat dilakukan semaksimal
mungkin dan perlu adanya evaluasi sistem mengenai kekurangan dari
program ini agar lebih jelas dan akurat.
3. Dalam pembuatan program sistem pakar tidak harus menggunakan
bahasa pemrograman php, namun dapat juga menggunakan bahasa
pemrograman lain yang berorientasi pada objek dan pemprograman
terstruktur.
71
DAFTAR PUSTAKA
Lincoln and Guba, 1985, Natural Inquiry
Wilson, B. 1998. The Artificial Intellegence Directory
Presman, Roger S., Ph.D. (2002). Rekayasa Perangkat Lunak Pendekatan Praktisi
(Buku Satu).
Hasan, M.Iqbal.2002.Pokok-pokok
Aplikasinya.Jakarta; Gralia Indonesia
Kusumadewi, Sri.2003.Artificial
Yogyakarta.Graha Ilmu
Materi
Metodologi
Intellegence
(teknik
Penelitian
dan
dan
Aplikasinya).
Kusrini. 2006.Sistem Pakar Teori dan Aplikasi.Yogyakarta.Andi Offset
Peranginangin, Kasiman. 2006. Aplikasi WEB dengan PHP dan MySQl.
Yogyakarta : Penerbit ANDI
Basrowi dan Suwandi. 2008.Memahami Penelitian Kualitatif.Jakarta.Rineka Cipta
Sutojo, T. S.Si., M.Kom., dkk. (2011). Kecerdasan Buatan. Ed.I.Yogyakarta:
Penerbit Andi.
Conny Theodora Lempao.2011.Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Kecenderungan
Perilaku Abnormal
Gusti Ayu Kadek Tutik A, Rosa Delima, Umi Proboyekti, 2012.Penerapan
Forward Chaining pada Program Diagnosa Anak Penderita Autisme.Jurnal
Informatika, Vol 5, No. 2
Evi Nurfitriani.2012.Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Kulit pada Anak
Adhi Kusnadi, 2013. Perancangan Aplikasi Sistem Pakar untuk Mendiagnosa
Penyakit pada Manusia.Ultimatics, vol IV, No. 1, Juni 2013
72
Download