23 nasib ksp, di antara kebijakan fasilitas penjaminan

advertisement
NASIB KSP, DI ANTARA KEBIJAKAN FASILITAS PENJAMINAN
DAN SUBSIDI BUNGA KUR (Akhmad Junaidi)
NASIB KSP, DI ANTARA KEBIJAKAN FASILITAS PENJAMINAN DAN SUBSIDI
BUNGA KUR
THE FATE OF THE SAVING AND LOAN COOPERATIVES, BETWEEN GUARANTEE
AND KUR INTEREST RATE SUBSIDY POLICIES
Akhmad Junaidi
Peneliti Madya Manajemen Koperasi dan UKM
Kemenkop dan UKM, Jakarta
Email:[email protected]
Abstrak
Studi ini bertujuan menganalisis potensi Koperasi Simpan Pinjam (KSP) sebagai Penyalur
KUR dan dampaknya terhadap masa depan KSP. KSP adalah lembaga keuangan non bank yang
memiliki fungsi menghimpun dan menyalurkan dana kepada para anggotanya dan kepada calon
anggota dan anggota koperasi lain. Saat ini, tingkat suku bunga kredit di Indonesia dinilai sangat
tinggi dan dipastikan bank tidak dapat bersaing di ASEAN. Guna menurunkan suku bunga
kredit di Indonesia, Pemerintah memberi Subsidi Bunga Kredit melalui Program Kredit Usaha
Rakyat (KUR) kepada Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB) melalui Peraturan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Kebijakan Pembiayaan bagi
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) No.8/2015 tentang Pedoman pelaksanaan KUR.
Melalui Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tersebut, Bank dan LKBB dapat
menurukan tingkat suku bunga kredit dari 19% menjadi 9%, dimana Pemerinah memberi subsidi
suku bunga kredit sebesar 10%. Pada sisi lain, karena KSP tidak mendapatkan subsidi bunga dan
fasilitas penjaminan, maka bunga pinjaman KSP kepada anggotanya tidak dapat diturunkan dan
tetap berada pada kisaran 20-36% per tahun. Perbedaan suku bunga kredit bank yang diberi
subsidi dan tidak diberi subsidi menyebabkan persaingan bisnis antara KSP dan Bank dan LKBB
menjadi tidak seimbang. Anggota peminjam KSP berpindah menjadi debitur bank, dengan alasan
meminjam di Bank lebih murah dan mendapatkan keringanan dalam persyaratan penjaminan.
Sebuah kebijakan yang pada mulanya ditujukan membantu UMKM, justru memangsa ceruk pasar
KSP. Oleh karena itu, Pemerintah bermaksud memperbaiki kebijakan ini, dengan melibatkan
KSP sebagai Penyalur KUR. Akan tetapi tidak mudah dilaksanakan, karena kebanyakan KSP
di Indonesia memiliki skala usaha kecil-kecil dan keberadaannya menyebar di seluruh pelosok
tanah air, yang diperkirakan akan mengalami kesulitan mengakses Program KUR ini.
Kata kunci : KSP, KUR, Subsidi Bunga, Fasilitas Penjaminan, Perusahaan Penjamin, Bank dan
LKBB.
Abstract
This study aimed to analyze the Cooperative Savings and Loans (KSP) as the KUR Channeling
and their impact on the survival of businesses KSP. KUR is SME loans with The Government
Guarantees. KSP is a non-bank financial institution that has the function of collecting and
distributing funds to its members and to potential members and members of other cooperatives.
Currently, the credit interest rate in Indonesia is very high and certainly the bank can not compete
in ASEAN. In order to reduce lending rates in Indonesia, the Government gave Interest Subsidy
Loan through the Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) to Banks and financial institutions non
23
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 23-37
the bank (NBFIs) through the Regulation of the Coordinating Minister for Economic Affairs as
Chairman of the Committee on Financing Policy for Micro, Small and Medium Enterprises (
SMEs) No.8 / 2015 on Guidelines for the implementation of KUR. Through Regulation of the
Coordinating Minister for Economy, Banks and NBFIs may lower the credit interest rate from
19% to 9%, which the GOI subsidizing lending rates by 10%. On the other hand, since KSP
does not get interest subsidy and guarantee facility, the KSP loan interest to its members can
not be lowered and remains in the range of 20-36% per year. KSP borrowing members move
into the debtor’s bank, the Bank of reasons to borrow at cheaper and get relief in underwriting
requirements. A policy that was originally intended to help SMEs, it preys on niche markets KSP.
Therefore, the Government intends to improve this policy, with the involvement of KSP as the
KUR Distributors. But not easy to implement, since most KSP in Indonesia have a small business
scale and spread its presence in the entire country, which is expected to have difficulty accessing
the KUR Program.
Keyword : KSP (Saving and Loan Cooperative), KUR, interest subsidy, Guarantee Fasilities
Banks and LKBB Guaranty Company .
I.
Pendahuluan
Saat ini, Kementerian Koperasi dan
UKM terus mendorong agar koperasi
mampu menunjukkan fungsi dan perannya
sesuai indikator keberhasilan dalam sistem
ekonomi Indonesia. Lima indikator yang
kerap dipertanyakan tentang keberadaan
koperasi sebagai pelaku ekonomi antara lain :
seberapa besar koperasi mampu mempercepat
pertumbuhan ekonomi nasional, mengurangi
tingkat pengangguran terbuka, menekan tingkat
kemiskinan, mendorong pertumbuhan sektor
riil, serta memperbaiki pemerataan pendapatan
masyarakat. Sejauh ini, koperasi dinilai belum
mampu menjawab kelima pertanyaan tersebut.
Kontribusi sektor koperasi terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) hanya sebesar 1,7
persen. Bahkan, Prof Richard Robison dari
Universitas Melbourne menjadikan sumbangan
PDB dari sektor koperasi sebagai indikasi
bahwa koperasi Indonesia tidak akan menjadi
kekuatan ekonomi baru di pentas regional
maupun global (Nining Soesilo, 2016).
Ketidakmampuan koperasi tersebut tidak lepas
dari berbagai permasalahan internal koperasi,
misalnya, kekurangan modal.
Pada
dasarnya
untuk
mengatasi
permodalan, koperasi dapat menghimpun
dana tabungan, simpanan berjangka, modal
24
pinjaman maupun modal sendiri. Modal
sendiri terdiri dari simpanan pokok dan
simpanan wajib yang dapat dihimpun dari para
anggotanya. Sedangkan modal pinjaman dapat
bersumber dari pinjaman anggota, pinjaman
dari lembaga bank dan lembaga keuangan
non bank serta sumber lain yang syah. Salah
satu kendala yang dihadapi koperasi dalam
menghimpun dana tabungan dan simpanan
berjangka dan modal sendiri yakni, partisipasi
anggota yang sangat rendah dalam menabung
dan menyetor modal sendiri dan tidak adanya
penjaminan simpanan koperasi. Sebaliknya,
jumlah calon peminjam yang mengantri untuk
mendapatkan pinjaman dari koperasi sangat
banyak. Adanya kesenjangan pada sisi supply
uang dan demand uang inilah yang sering
disimpulkan bahwa koperasi selalu mengalami
kesulitan dalam permodalan.
Khusus untuk memenuhi kebutuhan
modal pinjaman, Pemerintah telah berupaya
dan mendorong koperasi meningkatkan
akses terhadap sumber pembiayaan dari
kalangan luar lingkungan koperasi. Namun
demikian, untuk mengakses permodalan dari
luar, koperasi menghadapi berbagai kendala
dalam penyediaan agunan atau jaminan ketika
mengajukan pinjaman di bank. Kendala lainnya,
NASIB KSP, DI ANTARA KEBIJAKAN FASILITAS PENJAMINAN
DAN SUBSIDI BUNGA KUR (Akhmad Junaidi)
banyak koperasi yang tidak bisa mengakses
kredit ke bank, karena terkait permasalahan
pinjaman masa lalu di bank tertentu yang
belum dapat diselesaikan. Sebagaimana kita
ketahui koperasi yang memiliki pinjaman di
bank pada masa lalu hingga sekarang tidak bisa
mengajukan pinjaman karena track recordnya
masih tercatat dalam Sistem Informasi Debitur
(SID) Bank Indonesia.
Untuk mengatasi kesulitan koperasi
dalam mengakses sumber pembiayaan
bank, maka Pemerinah sejak tahun 2007
menyediakan fasilitas penjaminan yang
dikemas dalam Program KUR. Untuk
mendukung Program KUR , setiap tahun
Pemerintah mengalokasikan APBN dalam
bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN)
kepada perusahaan penjamin. Pemerintah
dalam Program KUR juga menyediakan
subsidi Imbal Jasa Penjaminan (IJP) yang
seharusnya dibayar Koperasi dan UMKM.
Sejak pertengahan tahun 2015, Pemerintah
tidak hanya menyediakan fasilitas penjaminan
kredit kepada UMKM tetapi juga menyediakan
subsidi bunga kredit yang penyalurannya
dikaitkan langsung dengan pelaksanaan
penjaminan KUR.
Subsidi bunga kredit kepada nasabah
lembaga keuangan atau peminjam anggota
KSP hanya dapat disalurkan melalui lembaga
keuangan dan koperasi Penyalur kUR yang
telah ditetapkan Komite Kebijakan Pembiayaan
bagi UMKM.
Dengan demikian dapat
disimpulkan tidak mungkin bagi peminjam
anggota
KSP yang bisa mendapatkan
subsidi bunga kredit tanpa melalui KSP
Penyalur KUR. Tentu saja ketentuan ini akan
menambah pemberat KSP sebagai pendatang
baru dalam Program KUR. Ibaratnya, orang
akan menuju ke puncak harus naik gunung
dua kali. Pertama KSP harus memenuhi syarat
sebagai Penyalur KUR yang memenuhi syarat
penjaminan dari Perusahaan Penjamin. Kedua,
KSP harus mengurus subsidi bunga kredit
yang harus diurus setelah KSP ditetapkan
menjadi Penyalur KUR. Dengan demikian,
kalau syarat pertama tidak dipenuhi, maka
syarat kedua pasti tidak bisa dilampaui. Pada
waktu penyaluran KUR tidak mencantumkan
subsidi bunga kredit, keadaan usaha KSP
masih terasa adem ayem. Mengapa demikian
? Karena selama ini proses peminjaman KSP
lebih luwes dalam soal penyediaan agunan dan
jaminan. Jadi program penjaminan KUR tidak
begitu mempengaruhi kelangsungan hidup
KSP. Tetapi setelah ada kebijakan subsidi
bunga kredit justru terjadi geger gegeran di
KSP. Mengapa demikian, setelah bank-bank
dan lembaga keuangan yang bermodal besar
dan memiliki jaringan luas di pelosok tanah
air, banyak yang pasang iklan menyolok tidak
jauh dari kantor KSP yang bebunyi : Pinjam
KUR, Bunga 9 % Per Tahun. Inilah yang
menjadi akar masalah KSP. Bisnis KSP mulai
terganggu, peminjam KSP mulai pindah ke
bank, tujuannya satu memburu bunga kredit
murah KUR.
Mengapa lembaga keuangan yang secara
riil mematok bunga kredit 19 %, lalu tibatiba bisa menjual bunga KUR murah, 9 %
? Jawabannya sederhana, karena lembaga
keuangan tersebut sudah menjadi Penyalur
KUR. Maka kepadanya, berhak mendapatkan
subsidi bunga kredit sebesar 10 % dari APBN.
Definisi subsidi bunga KUR dapat ditemukan
dalam Permenkeu No. 20/PMK.05/2016
tentang Tata Cara Pelaksanaan Subsidi Bunga,
yang dimaksud dengan Subsidi Bunga KUR
adalah subsidi berupa bagian bunga yang
menjadi beban pemerintah sebesar selisih
antara tingkat bunga yang diterima Penyalur
KUR dengan tingkat bunga yang dibebankan
kepada Penerima KUR.
Lantas mengapa KSP tidak bisa menjual
pinjaman murah kepada anggotanya ?
Jawaban sederhana saja, karena KSP belum
menjadi Penyalur KUR. Jadi mohon maaf
kepada anggota koperasi kalau mau cari
pinjaman murah ke bank Penyalur KUR saja.
Mohon maaf juga Pengurus KSP tidak bisa
mengusahakan menjadi Penyalur KUR. Itulah
kira-kira jawaban para pengurus KSP ketika
ditanya oleh para anggotanya. Lantas apakah
KSP bisa menjadi Penyalur KUR ? Jawabannya
25
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 23-37
secara formal bisa, sepanjang bisa memenuhi
persyaratan yang diatur dalam Permenko No.
9 / 2016. Tetapi kalau kita menjawab secara
jujur, dari 65.000 KSP yang di Indonesia
mungkin tidak lebih dari 10 KSP yang memiliki
potensi menjadi Penyalur KUR. Kita tahulah,
keadaan KSP yang sesungguhnya, masih banya
kekuranganya. Bukankah lembaga keuagnan
seperti KSP yang memerlukan pertolongan
dari Pemerintah ? Banyak masyrakat yang
tidak memiliki akses ke bank, dan mereka
inilah yang menjadi anggota peminjam KSP.
Jadi kalau syarat mendapatkan subsidi bunga
dari Pemerintah harus menjadi Penyalur KUR
terlebih dahulu, maka tidak banyak KSP yang
mampu memenuhi persyaratan itu. Kalau
KSP tidak memiliki peluang menjadi Penyalur
KUR, maka pupus harapan KSP membantu
anggotanya menyalurkan pinjaman berbunga
murah. Keadaan ini bak peribahasa “bagai
pungguk merindukan bulan“, Bahkan KSP
bisa menjadi korban kebijakan subsidi bunga
murah. Dengan kata lain, keberadaan Program
KUR, justru akan menjadikan iklim persaingan
usaha yang tidak sehat di sektor keuangan.
Keadaan ini lebih tepat diungkapkan dalam
peribahasa “Gajah bertarung lawan gajah
(lembaga keuangan bermodal besar), pelanduk
(KSP kecil-kecil) mati di tengah-tengah”.
II.
Penjaminan Kredit
Dalam catatan penulis (Rapat Kabinet
di Kemenkop, 2007), rintisan KUR diawali
dengan pemikiran bagaimana caranya
membantu UMKM dan Koperasi yang feasible
but not bankable bisa mengakses kredit bank.
Kondisi saat itu memang banyak dikeluhkan
oleh banyaknya permohonan kredit UMKM
yang ditolak oleh bank karena persoalan
agunan dan administrasi pembukuaan. Agunan
UMKM banyak yang tidak bisa diikat secara
sempurna dalam perjanjian kredit. Contohnya
surat tanah dalam bentuk Akte Jual Beli, Leter
D (Petuk) meskipun bisa diagunkan namun
tidak bisa diikat oleh Perjanjian kredit, karena
ketika terjadi default dalam kredit, agunan
tersebut tidak bisa dieksekusi oleh bank.
26
Selain itu, banyak alasan bank untuk menolak
kredit UMKM, misalnya agunan UMKM dan
Koperasi tidak marketable (tidak mudah laku
dijual ketika dieksekusi), tidak likuid (tidak
mudah diubah dalam bentuk uang tunai).
Agunan juga berbeda dengan jaminan.
Penjaminan kredit (credit guarantee) adalah
memberikan penjaminan kepada pelaku usaha,
UMKM dan Koperasi yang layak tetapi tidak
memiliki jaminan atau agunan tambahan
yang cukup agar dapat memperoleh kredit
dari perbankan atau lembaga keuangan
lainnya.
Sesuai Permenko No. 9/ 2016
yang dimaksud Penjaminan KUR adalah
adalah kegiatan pemberian jaminan atas
pemenuhan kewajiban finansial debitur KUR
oleh Perusahaan Penjamin. Dalam Program
KUR, fasilitas penjaminan kredit kepada
Koperasi dan UMKM diberikan oleh Perum
Jamkrindo dan PT. Askrindo sebesar 70 % - 80
% dari kredit yang dicairkan. Pemerintah juga
memberikan subsidi Imbal Jasa Penjaminan
yang seharusnya ditanggung UMKM sebesar
1,5 % per tahun.
Dalam Bahasa Belanda, jaminan adalah
“zekerheid” atau “cautie”, yang secara
umum artinya merupakan cara-cara kreditur
menjamin dipenuhinya tagihannya,. Dalam
Undang-Undang No. 14 Tahun 1967 dan UU
No. 10 Tahun 1998, membedakan pengertian
dua istilah tersebut. Dimana dalam UU No. 14
Tahun 1967 lebih cenderung menggunakan
istilah “jaminan” dari pada agunan. Jaminan
mengandung arti sebagai kepercayaan/
keyakinan dari bank atas kemampuan atau
kesanggupan debitur untuk melaksanakan
kewajibannya. Sedangkan istilah agunan
diartikan sebagai barang/benda yang dijadikan
jaminan untuk melunasi utang nasabah
debitur. Dalam SK Direksi Bank Indonesia
No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991,
menyebutkan bahwa jaminan adalah: “suatu
keyakinan kreditur.bank atas kesanggupan
debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan
yang diperjanjikan”. Sedangkan agunan sesuai
Pasal 1 angka 23 UU No. 10 Tahun 1998,
yaitu: “jaminan pokok yang diserahkan debitur
NASIB KSP, DI ANTARA KEBIJAKAN FASILITAS PENJAMINAN
DAN SUBSIDI BUNGA KUR (Akhmad Junaidi)
dalam rangka pemberian fasilitas kredit atau
pembiayaan berdasarkan Prinsip Syari’ah,
sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
Bank Indonesia”. Jenis agunan juga dibedakan
sesuai penjelasan Pasal 8 UU yang diubah,
terdapat 2 (dua) jenis agunan, yaitu: agunan
pokok dan agunan tambahan. Agunan pokok
adalah barang, surat berharga atau garansi yang
berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai
dengan kredit yang bersangkutan, seperti
barang-barang atau proyek-proyek yang dibeli
dengan kredit yang dijaminkan. Sedangkan
agunan tambahan adalah barang, surat berharga
atau garansi yang tidak berkaitan langsung
dengan objek yang dibiayai dengan kredit yang
bersangkutan, yang ditambah dengan agunan.
Mengapa bank/kreditur selalu meminta
agunan kepada nasabah? Dengan adanya
agunan, maka debitur memberikan hak
dan kekuasaan kepada bank/kreditur untuk
mendapatkan pelunasan kredit, apabila debitur
melakukan cidera janji. Agunan kredit berguna
untuk menjamin agar debitur berperan serta
dalam transaksi untuk membiayai usahanya,
sehingga memperkecil kemungkinan debitur
untuk meninggalkan usahanya/ proyeknya,
dengan merugikan diri sendiri. Agunan kredit
juga bermanfaat untuk memberikan dorongan
kepada debitur untuk memenuhi janjinya,
misalnya dalam pembayaran angsuran pokok
kredit tiap bulannya. Syarat agunan yang
diminta oleh bank biasanya dalam bentuk
barang jaminan setiap waktu dapat di eksekusi,
bahkan mudah dipasarkan (marketable) dan
diuangkan untuk melunasi utang debitur.
III.
Palaksanaan KUR
Sejak Program KUR ini telah diluncurkan
tahun 2007 hingga sekarang, perkembangan
1
KUR dari tahun ke tahun meningkat dari aspek
jumlah lembaga keuangan Penyalur KUR,
jumlah debitur KUR, hingga nilai kredit/
pembiayaan yang disalurkan. Berdasarkan
data Bank Indonesia, sejak diluncurkan pada
2007 hingga awal Juni 2016 jumlah KUR
yang disalurkan secara kumulatif mencapai
Rp247.743 triliun. Jumlah nasabah KUR
secara kumulatif meningkat dari 3.623 unit
pada 2007 menjadi 16.115.658 unit awal Juni
2016. Berdasarkan data BPS, pada 2013 jumlah
UMKM 57.895.721 unit, dengan mayoritas
57,189,393 unit dari kategori usaha mikro,
yang menjadi sasaran utama skim KUR. Berarti
hanya sekitar 27,8 % dari jumlah UMKM, atau
hanya sekitar 28,2 % dari jumlah usaha mikro,
yang pernah mendapat KUR. Kalau dilihat
dari aspek kuantitasnya, dengan masih sangat
sedikitnya jumlah UMKM, terutama usaha
mikro, yang pernah mendapat KUR, maka
belum bisa disimpulkan bahwa skim KUR
selama ini berhasil walaupun jumlah KUR
yang disalurkan bertambah setiap tahun, dan
NPL- nya relatif rendah antara 3% dan 4%;
masih lebih rendah dari tingkat maksimum 5%
yang ditetapkan BI 1.
Pada tahun 2016 target penyaluran
KUR sebesar Rp100 triliun. Jenis KUR
uamg disalurkan kepada Koperasi dan UKM
terdiri dari terdiri KUR Mikro, KUR Ritel dan
KUR TKI. KUR Mikro adalah KUR dengan
plafon kredit maksimal Rp25 juta per nasabah.
Sedangkan KUR Ritel adalah KUR dengan
plafond kredit sebesar Rp50 juta maksimal
Rp500 juta. KUR TKI (Tenaga Kerja Indonesia)
dengan plafon kredit sebesar maksimal Rp25
juta per nasabah. Realisasi penyaluran KUR
tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 1.
Tulus Th. Tambunan, Efektivitas Kredit Usaha Rakyat, 2016
27
Tabel 1 : Realisasi Penyaluran KUR Per
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 23-37
Tabel 1 : Realisasi Penyaluran KUR Per Oktober 2016
Oktober 2016
No.
Nama Bank
KUR Mikro
KUR Ritel
Rp (Jt)
Debitur
Rp (Jt)
Debitur
1
Bank BRI
50.480.000 3.254.346
7.260.000
50.429
2
Bank Mandiri
3.334.593
171.786
6.481.675
72.719
3
Bank BNI
39.253
1.801
9.995.997
38.374
4
BPD Bali
8.290
349
149.000
665
5
BPD NTT
32.645
1.987
63.980
575
6
BPD DIY
16.266
883
29.207
224
7
Bank Sinarmas
8
Bank Sumut
68.084
519
9
Bank BTPN
8.736
501
6.843
55
10
BPD Kalbar
20
1
865
5
11
Bank Maybank
12
Bank Artha G
80
4
13
Bank OCBC NISP
850
2
14
Bank Nagari
50
3
3.001
19
15
Bank Sulselbar
700
2
16
Bank Jambi
Total
53.919.933 3.430.661 24.060.202 163.588
Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, November 2016
KUR TKI
Rp (Jt)
Debitur
37.990
2.900
6.603
441
26.773
1.1642
31.065
2.049
154
10
102.585
7.042
Jumlah
Rp (Jt)
Debitur
57.777.990 3.306.675
9.822.871
244.946
10.062.023
41.817
157.290
1.014
96.625
2.562
45.473
1.107
31.065
2.049
68.084
519
15.579
556
885
6
154
10
80
4
850
2
3.051
22
700
2
78.082.020 3.601.289
Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, November 2016
Program KUR memiliki beberapa
Programterutama
KUR bagi
memiliki
beberapa
kelebihan,
debitur Koperasi
kelebihan,
bagi debitur
Koperasi
dan UKMterutama
dalam persyaratan
penjaminan.
dan
UKM
dalam
persyaratan
penjaminan.
Pertama, sebelum ada fasilitas KUR,
Pertama,
sebelum
ada fasilitas
meski calon
debitur
KoperasiKUR,
dan meski
UKM
calon
debitur
Koperasi
dan
UKM
layak
layak mendapatkan kredit tetapi ditolak
mendapatkan kredit tetapi ditolak bank dengan
bank dengan alasan tidak memiliki agunan
alasan tidak memiliki agunan yang cukup.
yang cukup. Kondisi ini dalam dunia
Kondisi ini dalam dunia perbankan dikenal
perbankan dikenal dengan istilah debitur
dengan istilah debitur yang layak tetapi tidak
yang layak
tetapiada
tidak
bankable.
bankable.
Setelah
fasilitas
KUR,Setelah
calon
ada
fasilitas
KUR,
calon
debitur
yang
debitur yang layak tetapi tidak bankable,
layak
tetapipenjaminan
tidak bankable,
dibantu
lalu
dibantu
oleh lalu
Pemerintah
penjaminan
olehPenjamin
Pemerintah
melalui
Perusahaan
dalam melalui
bentuk
Perusahaan
Penjamin
dalam
bentuk
menyediakan fasilitas penjaminan sebesar
menyediakan
penjaminan
70%
dari kredit fasilitas
yang disetujui
bank. sebesar
Kedua,
dengan
penjaminan
ini,
70% adanya
dari kemudahan
kredit yang
disetujui
banyak
Koperasi
dan
UKM
yang
mendapatkan
bank. Kedua, dengan adanya kemudahan
pertolongan
kredit bank.
penjaminandalam
ini, mengakses
banyak Koperasi
dan
Ketiga,
dengan
adanya
fasilitas
penjaminan
UKM yang mendapatkan pertolongan
kredit
perusahaankredit
penjamin
Bank
dalamdarimengakses
bank.ini,Ketiga,
Penyalur
KUR
juga
mendapatkan
kepastian
dengan adanya fasilitas penjaminan kredit
mendapatkan kembali uang yang disalurkan
dari perusahaan penjamin ini, Bank
kepada Koperasi dan UMKM jika kreditnya
Penyalur KUR juga mendapatkan
bermasalah. Dengan fasilitas penjaminan
kepastian mendapatkan kembali uang yang
kredit, Bank dapat mengajukan klaim sebesar
disalurkan
Koperasi
dan UMKM
70%
kepadakepada
Perusahaan
Penjamin,
jika
jika
kreditnya
bermasalah.
Dengan
fasilitas
kredit yang disalurkan bermasalah. Keempat,
sebelum ada fasilitas KUR Koperasi dan
28
penjaminan
kredit,
Bank
dapat
UMKM
mengurusklaim
penjaminan
ke
mengajukan
sebesar kredit
70% kepada
perusahaan
penjaminan
Perusahaan
Penjamin,harus
jika membayar
kredit yang
Imbaldisalurkan
Jasa Penjaminan
kepada
Perusahaan
bermasalah. Keempat, sebelum
Penjamin
dengan
1,5%-2%
per tahun
dari
ada fasilitastarif
KUR
Koperasi
dan UMKM
kredit yang dijamin. Setelah ada fasilitas KUR,
mengurus
penjaminan
kredit
ke
maka Koperasi dan UKM menikmati subsidi
perusahaan
penjaminan
harus
Imbal Jasa Penjaminan yang seharusnya
membayar Imbal Jasa Penjaminan kepada
dibayar Koperasi dan UKM sebagai Terjamin
Perusahaan Penjamin dengan tarif 1,5%dengan sumber pembayaran dari APBN.
2% imbal
per tahun
kredit yang
dijamin.
Subsidi
jasa dari
penjaminan
ini dapat
Setelah
ada
fasilitas
KUR,
maka
Koperasi
dinikmati oleh Koperasi dan UKM selama
UKM
menikmati
subsidi Imbal
3- 5 dan
tahun,
tergantung
jenis kreditnya
apakahJasa
yang investasi.
seharusnyaKelima,
dibayar
kreditPenjaminan
modal kerja ataupun
Koperasi
dan
UKM
sebagai
Terjamin
sebelum adanya KUR, debitur Koperasi dan
sumbermembayar
pembayaran
darikredit
APBN.
UKMdengan
seharusnya
bunga
sebesar
19% kepada
LKBB penyalur
Subsidi
imbal Bank
jasa dan
penjaminan
ini dapat
KUR.dinikmati
Setelah adanya
Program
KUR,
debitur
oleh Koperasi dan UKM selama
Koperasi
UKMtergantung
cukup membayar
bunga
3- 5dan
tahun,
jenis kreditnya
sebesar
9%
karena
Pemerintah
menyediakan
apakah kredit modal kerja ataupun
subsidi
bunga sebesar
10%
untuk bunga
kredit
investasi.
Kelima,
sebelum
adanya
KUR,
yang seharusnya dibayar Koperasi dan UMKM.
debitur Koperasi dan UKM seharusnya
Keenam, dengan adanya fasilitas subsidi
membayar
bunga
kredit
sebesar
bunga sebesar 10%, maka pendapatan Bank
19% kepada Bank dan LKBB penyalur
dan LKBB panyalur KUR tidak berkurang,
KUR. Setelah adanya Program KUR,
sebaliknya tetap mendapatkan jasa pendapatan
Koperasi
dan UKM cukup
bungadebitur
pinjamaan
sebesar 19%.
membayar bunga sebesar 9% karena
Mengapa
Pemerintah
memberikan
subsidi bunga kepada Koperasi dan UMKM ?
NASIB KSP, DI ANTARA KEBIJAKAN FASILITAS PENJAMINAN
DAN SUBSIDI BUNGA KUR (Akhmad Junaidi)
Jawaban yang sering dikemukakan Pemerintah
yakni guna menurunkan suku bunga KUR
dengan pertimbangan tingkat bunga kredit
UMKM di Indonesia dinilai masih sangat
tinggi dibandingkan dengan negara–negara
ASEAN. Jika bunga kredit tidak diturunkan,
dikhawatirkan akan mengganggu daya saing
UMKM Indonesia dalam menghadapi pelaku
usaha negara-negara lain yang tergabung
dalam
Masyarakat
Ekonomi ASEAN
(MEA). Program KUR juga dimaksudkan
sebagai upaya meningkatkan rating daya
saing Indonesia khususnya memperbaiki
aspek Ease of Doing Business (EODB) di
Indonesia. Pemberian Subsidi Bunga KUR
juga dilatarbelakangi untuk pemulihan usaha
Koperasi dan UMKM akibat perlambatan
pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada
tahun-tahun sebelumnya. Tahun 2016 ini,
Pemerintah menyediakan subsidi bunga KUR
sebesar Rp10,5 triliun. Bahkan pada tahun
2017, Pemerintah akan mendorong agar suku
bunga KUR dapat diturunkan lagi menjadi 7%
per tahun. Penurunan suku bunga KUR tahun
depan akan memperbesar pengeluaran APBN
yang ditanggung Pemerintah.
Gubernur BI, dan OJK. Komite Kebijakan ini
memiliki berwenang menerima atau menolak
permohonan
lembaga keuangan sebagai
Penyalur KUR, perusahaan penjamin dan
mengatur besaran Penyertaan Modal Negara
kepada Perusahaan Penjamin, besaran fasilitas
penjaminan , subsidi imbal jasa penjaminan,
dan subsidi bunga kredit serta menetapkan
kriteria UMKM yang berhak mendapatkan
fasilitas penjaminan dan subsidi bunga kredit.
Kedua, lembaga keuangan Penyalur KUR
terdiri dari Bank dan Lembaga Keuangan
Bukan Bank (LKBB) dan Koperasi Simpan
Pinjam (KSP) dan Koperasi Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah (KSP-PS). Lembaga
keuangan Penyalur KUR adalah lembaga
keuangan yang ditetapkan oleh Komite
Kebijakan sebagai Penyalur KUR. Persyaratan
lebmaga keuangan untuk menjadi Penyalur
KUR berdasarkan Permneko No. 9 Tahun
2016, Pasal 4 :
1.
Penyalur KUR adalah Lembaga Keuangan
atau Koperasi yang telah memenuhi
persyaratan sebagai Penyalur KUR.
2.
Persyaratan sebagai Penyalur KUR
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah :
Program KUR diatur oleh Peraturan
Menteri
Koordinator
Perekonomian
(Permneko) Selaku Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah No. 8 Tahun 2015 tentang Pedoman
Pelaksanaan KUR dan Permenko No No. 13 /
2015 serta Permenko No. 9 /2016. Berikut ini
adalah penjelasan ringkas mengenai apa saja
yang dimuat dalam Permenko tersebut.
Pertama, Instansi pemerintah
yang
terlibat dalam Program KUR dikoordinasikan
melalui Komite Kebijakan Pembiayaan Bagi
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, selanjutnya
disebut Komite Kebijakan. Ketua Komite
Kebijakan dijabat oleh Menko Perekonomian
beranggotakan
Menteri teknis lainnya
antara Menteri Koperasi dan UKM, Menteri
Perindustrian, Menteri Kehutanan, Menteri
Pertanian, Menteri Kelautan dan Perikanan,
Menteri BUMN, Badan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP).
a.
Sehat dan berkinerja baik
b.
Melakukan
kerjasama
Perusahaan
Penjamin
penyaluran KUR; dan
c.
Memiliki online system data KUR
dengan Sistem Informasi Kredit
Program (SIKP).
dengan
dalam
Penjelasan lebih lanjut apa saja yang harus
disiapkan Koperasi memenuhi persyaratan
sebagai Penyalur KUR sebagai berikut :
1.
Koperasi
yang dapat mengajukan
Penyalur KUR adalah adalah KSP dan
KSP-PS, lihat Permenko No. 9 / 2016
Pasal 4 B ayat (8).
2.
Sebelum mengajukan Penyalur KUR,
koperasi harus harus memiliki nilai
kesehatan Sehat dan Berkinerja baik.
29
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 23-37
Untuk menyatakan koperasi memiliki
nilai sehat,
maka koperasi tersebut
harus dinilai kesehatannya oleh Penilai
Kesehatan.
10. Kemenkeu
menyampaikan
hasil
penetapan Koperasi sebagai Penyalur
KUR kepada Komite Kebijakan, dan OJK
serta Kemenkop dan UKM.
3.
Predikat Kesehatan KSP dan KSP-PS
dinilai oleh Penilai Kesehatan KSP dan
KSP-PS. KSP dan KSP-PS dinyatakan
Sehat.
11. Koperasi yang ditetapkan sebagai
Penyalur KUR harus memiliki online
system data KUR dengan Sistem
Informasi Kredit Program (SIKP).
4.
Penilai Kesehatan KSP dan KSP-PS.
KSP dan KSP-PS adalah Aparatur Sipil
Negara (ASN) yang diberi tugas dan
wewenang untuk menilai kesehatan KSP
dan USP Koperasi sesuai dengan wilayah
keanggotaan koperasi.
5.
Untuk menyatakan koperasi berkinerja
baik, harus memenuhi persyaratan
terentu yang belum dijelas menggunakan
pedoman
penilaian seperti apa.
Mungkin Permenkop tentang pedoman
pemeringkatan koperasi bisa digunakan
untuk menilai koperasi berkinerja baik.
6.
Setelah Koperasi memenuhi syarat “
sehat” dan berkinerja baik”, Koperasi
harus melakukan kerjasama dengan
Perusahaan Penjamin. Dalam hal ini
koperasi bisa bekerjasama dengaan Perum
Jamkrindo, PT. Askrido atau Perusahaan
Jamkrida di daerah.
7.
Setelah Koperasi
memenuhi syarat
“sehat’ dan berkinerja baik, koperasi
harus mengajukan permohonan kepada
Kemenkop dan UKM sebagai Penyalur
KUR.
8.
Sebelum
Kemenkop
dan
UKM
menetapkan Koperasi sebagai Penyalur
KUR, Kemenkop dan UKM harus
berkoordinasi dengan Otoritas Jasa
Keuangan
9.
Setelah Koperasi ditetapkan sebagai
Penyalur KUR oleh Kemenkop dan
UKM, maka Kemenkop dan UKM harus
menyampaikan hasil penetapan Koperasi
sebagai Penyalur KUR kepada Komite
Kebijakan, Kementerian Keuagnan dan
Kuasa Pengguna Anggaran KUR.
30
IV. Potensi KSP sebagai Penyalur KUR
Masih banyak orang berpendapat
melibatkan Koperasi dalam Program KUR
adalah mendorong agar koperasi berlombalomba menjadi debitur Bank dan mengambil
KUR di Bank atau Lembaga Keuangan Bukan
Bank (LKBB). Padahal maksud Pemerintah
melibatkan Koperasi sebagai sebagai Penyalur
KUR adalah menjadikan KSP sebagai kreditur
atau Pemberi Pinjaman kepada anggotanya
yang didukung dengan fasilitas subsidi bunga,
subsidi imbal jasa penjaminan dan jaminan
dari Pemerintah. Bila KSP ini bisa dilibatkan
sebagai Penyalur KUR, maka anggota KSP
akan dapat menikmati berbagai kemudahan
dan keringanan bunga dalam meminjam
uang dari KSP. Dengan melibatkan KSP
sebagai Penyalur KUR, diharapkan program
penyaluran KUR dapat menjangkau lebih
banyak debitur, penyebaran lebih merata dan
tepat sasaran untuk memberdayakan usaha
mikro di seluruh Indonesia.
Untuk memberi kesempatan kepada KSP
menjadi Penyalur KUR, Pemerintah telah
melakukan perubahan kebijakan mendasar
Permenko No. 8 /2015 diubah menjadi
Permenko No. 9 /2016, pada Pasal 4 intinya
Koperasi dapat menjadi Penyalur KUR dengan
posisi yang sama dengan Bank dan LKBB.
Realisasi kebijakan dan program ini sedang
ditunggu pelaku KSP dan usaha simpan
pinjam (USP) koperasi. Mengingat selama ini
penyaluran KUR hanya melibatkan Bank dan
LKBB, sementara jumlah KSP/USP Koperasi
yang belum mendapat kesempatan masih sangat
banyak dibandingkan dengan jumlah Bank dan
Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB). Ini
NASIB KSP, DI ANTARA KEBIJAKAN FASILITAS PENJAMINAN
DAN SUBSIDI BUNGA KUR (Akhmad Junaidi)
seakan menjadi ironi, mengapa sampai saat ini
tidak ada satu pun dari KSP/ USP Koperasi
di seluruh Indonesia yang berhasil menjadi
Penyalur KUR. Keberadaan KUR saat ini di
satu sisi menciptakan kenikmatan bagi para
debitur KUR Bank, terutama dirasakan dalam
pemberian suku bunga dan keringanan dalam
penyediaan jaminan. Tetapi di sisi lain, merusak
suku bunga pasar Koperasi Simpan Pinjam,
Kebijakan ini mengakibatkan berpindahnya
anggota peminjam KSP menjadi nasabah Bank
Penyalur KUR. Saat ini bunga pinjaman di KSP
masih di atas 20 % per tahun, dengan kebijakan
bunga KUR murah 9 %, sehingga bunga KSP
tidak bisa bersaing dengan bunga KUR.
Dengan adanya pemberian kesempatan
KSP menjadi Penyalur KUR, maka kedudukan
KSP sebagai lembaga keuangan setara dengan
Bank dan LKBB. KSP juga dapat melakukan
penghimpunan dan penyaluran dana layaknya
sebuah bank. Sesuai PP No. 9/1995, kegiatan
usaha KSP juga menghimpun dana dan
menyalurkannya melalui kegiatan usaha
simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi
yang bersangkutan. Hanya saja ruang lingkup
pengelolaan keuangan yang diberikan kepada
KSP lebih terbatas dibandingkan kepada
LKB dan LKBB. Misalnya kegiatan berikut
ini bisa dilakukan oleh bank tetapi tidak bisa
oleh KSP, antara lain treasury, valuta asing,
keagenan dan kerja sama, sistem pembayaran
dan electronic banking, jasa lainnya; dan
kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh Bank
sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan.
KSP adalah lembaga keuangan yang dapat
melayani masyarakat terutama anggotanya
dalam keperluannya untuk menyimpan dan
meminjam dana. KSP mempunyai peluang
untuk menjadi lembaga keuangan yang baik,
sehat dan dipercaya masyarakat. Kuncinya,
apabila KSP dibangun dan dikembangkan
dengan benar secara bersama oleh anggotanya.
KSP merupakan lembaga keuangan formal
yang paling dekat dengan aktivitas usaha
mikro, sehingga diharapkan dapat menjawab
sejumlah hambatan yang dialami usaha mikro
dalam mengakses pembiayaan dari perbankan
akibat tidak tersedianya jaminan yang cukup.
Oleh karena itu, KSP seharusnya diberikan
peran besar dalam pemberdayaan usaha mikro,
khususnya untuk penyediaan permodalan bagi
usaha mikro yang tersebar di plosok-plosok dan
pedesaan di mana akses lembaga perbankan
masih terbatas. Keberadaan sebagian besar
usaha mikro yang tersebar di seluruh tanah
air tetap saja tidak akan terjangkau oleh
layanan perbankan yang masih terbatas.
Ujung - ujungnya, usaha mikro akan tetap lari
ke renteineir. Oleh karena mengembangkan
KSP adalah langkah yang strategis untuk
mendekatkan pelayanan keuangan kepada
masyarakat banyak.
Jumlah KSP di Indonesia saat ini
sebanyak 65.260 unit yang melayani simpanan
dan pinjaman anggota sebanyak 22.601.609
orang. Dari jumlah koperasi tersebut, koperasi
mampu menghimpun dana sebesar Rp33,75
triliun. Usaha simpan pinjam yang dilakukan
oleh koperasi dlaksanakan oleh KSP, Koperasi
Kredit (Credit Union), Unit Usaha Simpan
Pinjam (USP), Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syariah (KSP-PS), Unit Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syariah (USP-PS).
Jumlah koperasi, anggota, simpanan dan aset
usaha simpan pinjam oleh koperasi ditunjukkan
dalam Tabel 2.
Dari Tabel 2 dapat ditunjukkan skala
31
Union), Unit Usaha Simpan Pinjam
infokop
26 NO.
1 - Desember
(USP), Volume
Koperasi
Simpan
Pinjam2016
dan: 23-37
(USP-PS). Jumlah koperasi, anggota,
simpanan dan aset usaha simpan pinjam
oleh koperasi ditunjukkan dalam Tabel 2.
Pembiayaan Syariah (KSP-PS), Unit
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah
Tabel22 : : KSP
KSPAktif,
Aktif, Anggota,
Anggota, dan
Tabel
dan Simpanan
SimpananDiterima
Diterima
Uraian
Kop. Aktif
Jml Anggota
Simp. Diterima (Rp)
KSP
7.624
3.606.193
4.642.485.226.712
Kopdit/CU
917
2.530.720
18.775.272.983.586
USP
54.272
14.987.815
4.149.682.499.507
KSPPS
1.848
1.476.611
2.848.378.154.418
USPPS
608
270
340.605.156.359
Total
65.269
22.601.609
30.756.424.020.582
Sumber: Kemenkop
: Kemenkopdan
danUKM
UKM(2016)
(2016) dan
danInkopdit
Inkopdit(2015)
(2015
Sumber
usaha
rata-rata KSP yaitu dengan cara
menghitung
angka2 rata-rata
simpanan diterima
Dari Tabel
dapat ditunjukkan
skala
setiapusaha
KSP rata-rata
yaitu sebesar
Rp471
juta.
Jika
KSP yaitu dengan cara
diasumsikan,
KSPangka
mendapatkan
modal luar
menghitung
rata-rata simpanan
sebesar
satu
kali
dari
rataan
dana
simpanan
diterima setiap KSP yaitu sebesar
diterima,
maka
dapat
kebanyakan
Rp471
juta.
Jikadipastikan
diasumsikan,
KSP
skala mendapatkan
usaha KSP dimodal
Indonesia
memiliki
luar sebesar satuaset
dibawah
1 milyar.
Indonesia
kaliRpdari
rataanMemang
dana disimpanan
ada beberapa
koperasi
yang
memiliki
diterima, maka dapat dipastikanaset
diataskebanyakan
Rp 6 triliun (Kospin
Jasa Pekalongan),
skala usaha
KSP di
CU Lantang Tipo memiliki aset sebesar Rp
Indonesia memiliki aset dibawah Rp 1
1,3 Triliun , BMT UGT Sidogiri memiliki aset
milyar. Memang di Indonesia ada
sebesar Rp 1,6 Triliun.
beberapa koperasi yang memiliki aset
diatas Rp 6 triliun (Kospin Jasa
V. Paradoks
Program
Pekalongan),
CU KUR
Lantang Tipo
memiliki pada
aset sebesar
Rp 1,3 Triliun
,
Mengacu
PMK No.20/2015,
maka
BMT
UGT
memiliki
aset
Subsidi
Bunga
KURSidogiri
memberi
dampak positif
sebesar
Rp
1,6
Triliun.
pada Bank dan LKBB selaku penyalur kredit
bersubsidi yakni, nasabah bank bertambah
banyak
diikutiProgram
peningkatan
V. Paradoks
KUR penyaluran
jumlah kredit. Jika kredit yang disalurkan
macet,
maka pada
bank PMK
memperoleh
penggantian
Mengacu
No.20/2015,
maka
dari
perusahaan
penjaminan
yakni
Perum
Subsidi Bunga KUR memberi dampak
Jamkrindo
dan Bank
Perum dan
Askrindo.
jauh
positif pada
LKBBLebih
selaku
lagi,
Subsidi
Bunga
KUR
memberi
dampak
penyalur kredit bersubsidi yakni, nasabah
positif
para nasabah banyak
bank yakni,diikuti
nasabah
bank bagibertambah
bank
membayar
harga
bunga
pinjaman
yang
peningkatan penyaluran jumlah kredit. Jika
lebih
Sebaliknya,
kebijakan
subsidi
kreditmurah.
yang disalurkan
macet,
maka bank
bunga KUR membawa derita bagi KSP karena
memperoleh penggantian dari perusahaan
bunga pinjaman yang ditawarkan KSP menjadi
penjaminan yakni Perum Jamkrindo dan
100 % lebih tinggi tinggi dibandingkan kredit
Perum Askrindo. Lebih jauh lagi, Subsidi
Bank dan LKBB. Konsekuensinya, KSP
Bunga KUR memberi dampak positif bagi
kehilangan daya tarik dimata para anggotanya
para nasabah bank yakni, nasabah
sehingga mendorong perpindahan debitur KSP
bank membayar
harga Singkatnya,
bunga pinjaman
menjadi
nasabah bank.
subsidi
32
bunga KUR menjadikan harga pinjaman di
KSP
bersaing
dengan
kredit di
yangtidak
lebihbisa
murah.
Sebaliknya,
kebijakan
bank,
dan
akhirnya
menekan
bisnis
KSP.
Jika
subsidi bunga KUR membawa derita bagi
keadaan
berlangsung
maka berpotensi
KSP ini
karena
bunga lama
pinjaman
yang
meredupkan
bisnis
KSP.
ditawarkan KSP menjadi 100 % lebih
tinggi
tinggi sedih
dibandingkan
kreditnegatif
Bank dandari
Kisah
dampak
LKBB. Konsekuensinya,
kredit inidi dialami
KSP
kebijakan
subsidi bunga KUR
kehilangan
tarikUSPbagi
para
oleh
sejumlah daya
KSP dan
di berbagai
anggotanya
sehingga
mendorong
daerah.
Usaha simpan pinjam Koperasi
perpindahan
KSP menjadi
Pasar
(Koppas) dinasabah
Jakarta melaporkan
dengan
adanya
KUR 9subsidi
% perbunga
tahun,
nasabahiklan
bank.bunga
Singkatnya,
para
selama
ini meminjam
KURanggotanya
menjadikanyang
harga
pinjaman
di KSP
ditidak
Koppas
menjadi
nasabah
salah
bisa berpindah
bersaing dengan
kredit
di bank,
satu
Bank
Penyalur
KUR.
Keluhan
serupa
dan akhirnya menekan bisnis KSP. Jika
disampaikan
pengurus KUDlama
di Kabupaten
keadaan iniolehberlangsung
maka
Garut,
sejak
berlaku
bunga
KUR
berpotensi meredupkan bisnis KSP. murah,
banyak
anggotanya
meminjam
KUD.
Kisah
sedih malas
dampak
negatif di dari
Demikian
juga
suara
sumbang
tentang
dampak
kebijakan subsidi bunga KUR ini dialami
negatif
subsidi bunga
murah
bisnis
oleh sejumlah
KSP dan
USPterhadap
di berbagai
KSP mulai terdengar di forum rapat yang
daerah. Usaha simpan pinjam Koperasi
diselenggarakan Kementerian Koperasi dan
Pasar (Koppas) di Jakarta melaporkan
UKM dan Dinaskop dan UKM Provinsi dan
dengan adanya iklan bunga KUR 9 % per
Kabupaten/Kota. Bahkan, ada sindiran KSP
tahun, para anggotanya yang selama ini
ibarat anak kandung dari Orang Tua (Red,
meminjam di Koppas berpindah menjadi
Kemenkop ddan UKM), yang diperlakukan
nasabah
salah
satu Bank Penyalur KUR.
seperti
“anak
tiri”.
Keluhan serupa disampaikan oleh
BukanKUD
hanya
subsidiGarut,
bungasejak
KUR
pengurus
di soal
Kabupaten
saja
yang melemahkan
Sistem
seleksi
berlaku
bunga KUR KSP.
murah,
banyak
para Penyalur KUR juga dinilai lebih memberi
anggotanya malas meminjam di KUD.
keuntungan kepada lembaga keuangan dan
Demikian juga suara sumbang tentang
LKBB yang bermodal besar dan dikelola secara
dampak negatif subsidi bunga murah
bisnis modern. Bank dan LKBB memiliki tingkat
terhadap bisnis KSP mulai terdengar di
kesiapan yang lebih baik dibandingkan KSP.
forum rapat yang diselenggarakan
Apalagi Bank dan LKBB diuntungkan karena
Kementerian
Koperasi
UKM rencana
dan
memiliki
informasi
simetrisdan
terhadap
bermodal besar dan dikelola secara bisnis
belum bisa diketemukan berapa angka
modern. Bank dan LKBB memiliki tingkat
yang pasti KSP yang memenuhi sehat
kesiapan yang lebih baik dibandingkan
dan berkinerja baik. Predikat Penilaian
NASIB KSP, DI ANTARA KEBIJAKAN FASILITAS PENJAMINAN
KSP.
Apalagi
Bank
dan
Kesehatan
menurut
Pedoman
Penilaian
DAN SUBSIDI
BUNGA
KUR (Akhmad
Junaidi)
LKBB diuntungkan karena memiliki
Kesehatan KSP dikelompokkan sebagai
informasi simetris terhadap rencana
berikut :
kebijakan
yangyang
akan
olehKomite
kebijakan
akandikeluarkan
dikeluarkan oleh
Tabel 3 : Kriteria Predikat Penilaian
KomiteKebijakan,
Kebijakan,
karena
selalu dalam
Tabel
3 : Kriteria
Predikat Penilaian
karena selalu
diikutsertakan
Kesehatan
KSP
diikutsertakan
dalam
proses
pengambilan
Kesehatan
KSP
proses pengambilan keputusan. Sebaliknya
Skor Hasil
Prediket Kesehatan
keputusan.
Sebaliknya
KSP
boleh
KSP boleh
dikatakan tidak
memiliki
persiapan
Penilaian
dikatakan
tidak
memiliki
persiapan
yang
yang baik untuk melaksanakan Program KUR.
80 < x < < 100 Sehat
baik untuk
melaksanakan
Program
KUR.
Hal ini
disebabkan KSP
tidak mendapatkan
66 < x < 80
Cukup Sehat
Hal informasi
ini
disebabkan
KSP atau
tidakasimetri
yang sempurna
51 < x < 66
Dalam Pengawasan
mendapatkan
informasi
yang KUR.
informasi terhadap
kebijakan Program
0 < x < 51
Dalam Pengawasan Khusus
sempurna
ataubidang
asimetri
informasi
terhadap
Dalam
ekonomi,
asimetri
informasi
Sumber : Perdep Pengawasan Kemenkop
kebijakan
Program
Dalam
bidang
danSumber
UKM No.
6/ 2015Pengawasan Kemenkop
terjadi
jika salahKUR.
satu pihak
dari suatu
transaksi
: Perdep
ekonomi,
asimetri
informasi
terjadi
jika
memiliki informasi lebih banyak atau lebih
dan UKM No. 6/ 2015
salah baik
satu dibandingkan
pihak dari pihak
suatu lainnya.
transaksiKarena
Beberapa laporan menunjukkan
Beberapa laporan menunjukkan masih
memiliki
informasi
lebih
banyak
atau
lebih
masih
banyak KSP yang
belum
adanya informasi asimetri ini, maka wajar jika
banyak KSP yang
belum
dinilai
baik dibandingkan
pihak
lainnya.
Karena
dinilai kesehatannya oleh Penilai
KSP tidak memiliki pemahaman yang utuh
kesehatannya oleh Penilai Kesehatan
adanyatentang
informasi
asimetri
ini, maka
wajar
Kesehatan
KSP/ USP. Jumlah dan
dampak
kebijakan
Program
KUR bagi
KSP/
USP.
Jumlah
dan kompetensi
jika KSP
tidak
memiliki
pemahaman
yang
kompetensi Penilai
Kesehatan
serta
dirinya. Sehingga ketika kebijakan ini sudah
Penilai Kesehatan
serta keterbatasan
utuh tentang
dampak
kebijakan
Program
keterbatasan
anggaran
menjadi
berlangsung, KSP terlambat memberikan
anggaranmengapa
menjadi KSP
penyebab
KUR respons
bagi dan
dirinya.
Sehingga ketika
penyebab
/ USPmengapa
tidak
upaya mengantisipasinya.
KSP
/
USP
tidak
dilakukan
penilaian
kebijakan ini sudah berlangsung, KSP
dilakukan penilaian kesehatan. Sampai
Dalam kondisirespons
sekarang
ini,upaya
nampaknya
ini belumada
ada
terlambat memberikan
dan
saatkesehatan.iniSampai saat
belum
KSP seperti tidak memiliki pilihan lain dan,
laporan mengenai
mengenai KSP
yang
telah telah
dinilai
mengantisipasinya.
laporan
KSP
yang
harus
terus
mendapat
perlakuan
seperti
kesehatannya
oleh
Penilai
Kesehatan
Dalam
kondisi sekarang ini,
dinilai kesehatannya oleh Penilai
“anak KSP
tiri”. Tapi,
ini bisa
baik dari baik
Kemenkop,
dan
nampaknya
sepertikeadaan
tidak seperti
memiliki
Kesehatan
dari Dinaskop
Kemenkop,
diubah
dengan
membuat
kebijakan
yang
UKM
Provinsi
dan
Dinaskop
dan
pilihan lain dan, harus terus mendapat
Dinaskop dan UKM Provinsi dan
menguntungkan
dan tentu tidak
UKM dan
Kabupaten/Kota.
Selain itu,
perlakuan
seperti anakBank,
tiri. LKBB
Tapi, keadaan
Dinaskop
UKM Kabupaten/Kota.
memakan
korban
KSP.
Ketika
Pemerintah
untuk
mengukur
kriteria
KSP
seperti ini bisa diubah dengan membuat
Selain itu, untuk mengukur berkinerja
kriteria
menawarkan
KSP sebagai Penyalur
baik berkinerja
belum ada pedomannya.
kebijakan
yang menguntungkan
Bank, KUR,
KSP
baik belum Apakah
ada
maka
KSP
memiliki
sejumlah
kendala
Pedoman
Pemeringkatan
Koperasi
bisa
LKBB dan tentu tidak memakan korban
pedomannya.
Apakah
Pedoman
dijadikan ukuran
untuk bisa
mengukur
KSP
KSP. untuk melaksanakan Program KUR antara
Pemeringkatan
Koperasi
dijadikan
lain
:
penilaian
kesehatan,
keterbatasan
berkinerja
baik,
mengenai
hal
ini
masih
Ketika Pemerintah menawarkan KSP
ukuran
untuk
mengukur
KSP
perlu dipertanyakan.
Ketidaksediaan
data
sebagaimenyediakan
Penyalur modal
KUR,sendiri,
makatinginya
KSPcost of
berkinerja
baik, mengenai
hal ini masih
fund,
dan
penerapan
sistem
online
data
KUR
penilaian
kesehatan
ini
akan
menyulitkan
memiliki
sejumlah
kendala
untuk
perlu dipertanyakan. Ketidaksediaan
dengan SIKP.
Kendala
tersebut
Pemerintah
KSP
melaksanakan
Program
KUR
antaraantara
lain lain
: :
data
penilaianmenentukan
kesehatan berapa
ini akan
yang
dapat
diikutsertakan
dalam
Program
penilaian
kesehatan,
keterbatasan
menyulitkan
1. Penilaian
Kesehatan
KSP dan
KUR.
berkinerja baik.
Syarat utama KSP menjadi Penyalur KUR
adalah sehat dan berkinerja baik. Dari
sebanyak 65.000 KSP diatas belum bisa
diketemukan berapa angka yang pasti
KSP yang memenuhi sehat dan berkinerja
baik. Predikat Penilaian Kesehatan
menurut Pedoman Penilaian Kesehatan
KSP dikelompokkan sebagai berikut :
2.
Keterbatasan
Sendiri
Menyediakan
Dana
Dana KUR yang disalurkan oleh KSP
harus bersumber dari anggota. KSP
pada umumnya sulit menghimpun dana
dari para anggota baik dalam bentuk
tabungan, simpanan berjangka maupun
modal sendiri. Rendahnya kepercayaan
anggota terhadap KSP menjadi penyebab
utama rendahnya dana yang dihimpun
33
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 23-37
KSP.
Tidak
tersedianya
fasilitas
penjaminan simpanan menjadi hambatan
psikologis anggota menyimpan di KSP.
KSP juga menghadapi kesulitan dalam
menghimpunan modal sendiri. KSP
juga belum banyak yang memanfaatkan
simpanan wajib khusus sebagai sarana
memupuk modal sendiri. Kebanyakan
anggota lebih senang menyimpan di
bank dibanding di KSP. Keterbatasan
menyediakan modal sendiri merupakan
titik lemah kebanyakan KSP. Kebanyakan
sumber dana KSP berasal dari utang
kepada bank, lembaga keuangan maupun
LPDB-KUKM.
3.
Kesulitan Menyediakan Online System
data KUR SIKP
Penerapan IT di KSP umumnya masih
menjadi kelemahan. Masih banyak KSP
yang melakukan transaksi simpan pinjam
dengan cara manual. Adanya kewajiban
KSP menggunakan sistem online data
KUR dengan Sistem Informasi Kredit
Program (SIKP) akan menjadi hambatan
dalam mengakses Program KUR.
34
Biaya
Operasional
Permohonan
Mengurus
Panjangnya birokrasi dalam mengurus
permohonan menjadi Penyalur KUR
diperkirakan akan mempersulit KSP
menjadi Penyalur KUR. Untuk mengurus
Program KUR selain menghabiskan
waktu, juga biaya tidak murah. Biaya
operasional yang dikeluarkan oleh KSP
akan semakin mahal, manakala lokasi KSP
jauh dari Jakarta. KSP akan mengeluarkan
biaya besar untuk urusan transportasi dan
akomodasi bolak balik ke Jakarta dan
lokasi asal dimana KSP berdomisili untuk
mengurus Penandatangan MoU dengan
Komite Kebijakan.
Tingginya Cost of Fund KSP
Biaya dana (cost of fund) KSP relatif lebih
tinggi dibanding dengan bank. Bunga
tabungan dan simpanan berjangka KSP
masih diatas 7 % per tahun. Sementara
cost of fund dari bunga tabungan simpanan
berjangka bank berkisar menjadi 3 – 4 %
per tahun. Cost of fund KSP akan sangat
tinggi, jika sumber dana KSP berasal
dari pinjaman bank. Rata-rata bunga
pinjaman bank di luar masih berkisar 14
% per tahun. Jika KSP masih memiliki
pinjaman bank yang belum dilunasi,
kemungkinan akan menjual dananya
kepada anggota diatas 21 %, dimana 14 %
digunakan untuk membayar bunga bamk
dan sisanya digunakan untuk membiayai
biaya operasi dan
dana Penyisihan
Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) .
4.
5.
Mungkin ongkos yang dipikul untuk
mendapatkan subsidi bunga tidak
sebanding dengan ongkos transport dan
akomodasi yang dikeluarkan.
6.
Seleksi Menyulitkan KSP
Dalam Permenko No. 9 /2016 diatur
tata cara secara detil tentang bagaimana
mengajukan
permohonan
lembaga
keuangan dan koperasi sebagai Penyalur
KUR. Persyaratan permohonan langsung
ditujukan kepada Kementerian terkait
yang berlokasi semuanya di Jakarta.
Mekanisme seleksi ini mungkin lebih
cocok untuk lembaga keuangan yang
memiliki modal besar dan yang memiliki
domisili di Jakarta. Sementara untuk
KSP bermodal kecil mekanisme seleksi
seperti ini bisa diibaratkan menjumpai
sebuah peribahasa yang berbunyi jauh
panggang dari api.
Rasa-rasanya
tidak mungkin KSP Kecil memiliki
kemampuan mengajukan permohonan
menjadi Penyalur KUR. Selain tidak
mengerti tetapi juga memerlukan biaya
yang besar untuk mengurus subsidi bunga
dan fasilitas penjamina dibandingkan
dengan manfaat yang diperoleh.
NASIB KSP, DI ANTARA KEBIJAKAN FASILITAS PENJAMINAN
DAN SUBSIDI BUNGA KUR (Akhmad Junaidi)
7.
Perlu
dicek
ulang
Perusahaan Penjamin
ketentuan
Selama ini kedudukan koperasi dalam
penjaminan kredit diposisikan sebagai
terjamin yang mendapatkan
kredit/
pembiayaan dari bank. Dengan kata
lain, posisi koperasi adalah debitur
bank. Sedangkan yang diinginkan oleh
kebijakan Program KUR, adalah KSP
diposisikan sebagai kreditur atau menjadi
Penyalur KUR. Sehingga perlu dicek
ulang apakah ketentuan Perusahaan
Penjamin menjamin KSP sebagai
Penyalur KUR sudah disiapkan oleh
Perusahaan Penjamin. Kalau belum ada
ketentuannya, maka KSP masih harus
menunggu keluarnya ketentuan ini.
bunga kredit.
Penjaminan
kredit lebih banyak berurusan
dengan risiko
kredit dan
kelangsungan hidup lembaga
keuangan dan Perusahaan
Penjamin.
Sedangkan
subsidi bunga kredit lebih
banyak
berusuan
dengan
memberi keringanan kepada
debitur tanpa melihat risiko
kredit. Penyatuan ketentuan
penjaminan dan subsidi bunga
kredit akan memperberat syarat
KSP mengakes Program KUR.
d.
Persaingan
bisnis
antara
lembaga keuangan Penyalur
KUR
yang
mendapatkan
fasilitas penjaminan kredit
dan subsidi bunga dengan
kredit KSP yang tidak diberi
subsidi bunga kredit, bagaikan
pepatah “Gajah bertarung
lawan gajah, pelanduk mati di
tengah-tengah”. Keadaan ini
mengakibatkan terganggunya
kelangsungan hidup KSP di
masa mendatang.
e.
Dengan beratnya persyaratan
KSP menjadi Penyalur KU,
diprediksi akan banyak sekali
KSP
yang tidak memiliki
kesempatan menjadi Penaylur
KUR.
Bagi sebagian besar
KSP digambarkan Program
KUR ini bak peribahasa “bagai
pungguk merindukan bulan“,
f.
Program KUR cenderung
hanya hannya bisa akses
oleh oleh Bank dan LKBB
yang memiliki modal besar,
memiliki teknologi infromasi
serta memiliki akses terhadap
informasi yang baik terhadap
proses pengambilan kebijakan
KUR.
VI. Simpulan dan Saran
6.1. Simpulan
a.
b.
c.
Penjaminan kredit, subsidi
imbal jasa penjaminan dan
subsidi bunga KUR yang
diberikan Pemerintah kepada
Koperasi dan UKM merupakan
bentuk
kebijakan
yang
memudahkan dan memecahkan
masalah
KUMKM
yang
layak namun tidak memenuhi
persyaratan bank teknis.
Subsidi bunga KUR yang
diberikan Pemerintah kepada
Koperasi dan UKM merupakan
bentuk kebijakan menurunkan
suku
bunga
lembaga
keuangan yang cenderung
sulit diturunkan, sehingga
adanya subsidi bunga KUR,
masalah tingginya bunga kredit
KUMKM bisa terpecahkan.
Ketentuan
penjaminan
kredit dan subsidi imbal jasa
penjaminan tidak bisa disatukan
dengan ketentuan subsidi
35
infokop Volume 26 NO. 1 - Desember 2016 : 23-37
6.2. Saran
a.
b.
c.
36
Program
penjamin
KUR
dengan subsidi bunga KUR
masing-masing perlu diatur
dengan peraturan tersendiri.
Niat baik Pemerintah untuk
menyiadakan subsidi bunga
hendaknya
tidak
hanya
diberikan kepada nasabah
KUR, tetapi juga diberikan
kepada anggota peminjam
KSP melalui KSP.
KSP
perlu
mendapatkan
pendampingan
dalam
menghimpun
dana,
memobiliasi modal sendiri
sehingga memiliki sumber
dana yang cukup
untuk
memberikan pinjaman kepada
para anggotanya.
d.
Persyaratan yang memberatkan
KSP untuk menyalurkan subsidi
bunga hendaknya dikurangi,
misalnya menurunkan predikat
penilaian kesehatan dari sehat
menjadi cukup sehat.
e.
Penyaluran subsidi bunga
kredit kepada anggota KSP
perlu melibatkan peran daerah,
mengingat jumlah KSP begitu
banyak dan menyebar di
seluruh pelosok tanah air .
NASIB KSP, DI ANTARA KEBIJAKAN FASILITAS PENJAMINAN
DAN SUBSIDI BUNGA KUR (Akhmad Junaidi)
Daftar Pustaka
Kementerian
Perekonomian,
2016,
Peraturan
Menteri
Koordinator
Bidang Perekonomian RI selaku Ketua
Komite Kebijakan Pembiayaan bagi
UMKM tentang Perubahan Kedua atas
Permenko Selau Ketua Komite Kebijakan
Pembiayaan bagi UMKM No. 8 Tahun
2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
KUR.
8.
https://id.wikipedia.org/wiki/Jaminan_
Kredit_Indonesia, diakses tanggal 10
November 2016
9.
Hukum dan Perbankan onnlinee, Prinsipprinsip Dasar Agunan dan jaminan, 30
Dsember 2016, dhttp: //hukumperbankan.
blogspot.co.id/2008/12/prinsip-prinsipdasar-agunan-atau.html
2.
Kemeneku, 2016, Permenkeu No. 20/
PMK.05/2016 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Subsidi Bunga.
3.
Nining Soesilo, 2016
http://www.
suara.com/bisnis/2016/07/13/101512/
kontribusi-koperasi-pada-gdp
-indonesia-baru-17-persen
10. Dungtji Munawar, Memahami Pengertian
dan Kebijakan Subsidi dalam APBN,
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/bdk/
cimahi/attachments/299_Memahami%20
Subsidi.pdf
4.
Tulus Th. Tambunan, Efektivitas Kredit
Usaha Rakyat, 2016 dalam http://doabagirajatega. blogspot co.id/2016/09 /
efektivitas-kredit-usaha-rakyat-tulus.html
5.
Kemenkop dan UKM, 2015, UU No. 25
Tahun 1992 tentang Perkoperasian
6.
Kemenkop dan UKM, Permenkop dan
UKM No. 15 /Per/M.KUKM/IX/2015
tentang Usaha Simpan Pinjam Oleh
Koperasi Peraturan Pemerintah Nomor
9 Tahun 1995. Tentang Pelaksanan
Kegiatan Simpan Pinjam Oleh Koperasi.
7.
Peraturan Deputi Bidang Pengawasan
Kemenkop dan UKM No. 6 /Per/Dep.6/
IV/2016 Tentang Pedoman Penilaian
Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan
Unit Simpan Pinjam.
8.
Anonim, 1995, PP No. 9 Tahun 1995
tentang Pelaksanaan Usaha Simpan
Pinjam oleh Koperasi.
7.
Noer Soetrisno, dalam http://smecda.
com/wp-content/uploads/2015/11/07_08_
Penjaminan
Kredit_UKM_Noer.pdf
diakses tanggal 10 November 2016
1.
37
Download